Anda di halaman 1dari 11

03.

Pola Tata Tanam

4
03. POLA TATA TANAM

 Pengaturan pola tata tanam adalah kegiatan mengatur awal masa tanam, jenis
tanaman dan varitas tanaman dalam suatu tabel perhitungan.

 Tujuan utama dari penyusunan pola tanam adalah untuk mendapatkan besaran
kebutuhan air irigasi pada musim kemarau sekecil mungkin.

 Di dalam penyusunan pola tata tanam dilakukan simulasi penentuan awal tanam.

Misalnya alternatif pertama, jika awal tanam padi pada awal bulan Oktober,
alternative kedua, jika awal tanam padi pada awal bulan Nopember begitu
seterusnya hingga alternatif ke duabelas yang awal tanam padi dimulai pada awal
September. Dari keduabelas alternative tadi dipilih alternatif yang “kebutuhan air
irigasi” nya paling rendah.

Tabel penyusunan pola tata tanam biasanya seperti berikut : lihat tabel.
Keterangan tabel :
 Penyusunan pola tata tanam didasarkan pada tengah bulanan atau tiap 15 harian,
artinya besaran-besaran yang ikut di dalam perhitungan ( seperti besaran Eto, Pd,
P&I) dihitung selama 15 harian (bukan bulanan atau bukan harian) yaitu ditandai
dengan adanya angka 1 dan 2.

 Baris ke 1 : Pola Tanam.


Penyusunan pola tata tanam dilakukan selama 1 tahun dengan disisipi 1 musim
untuk tanaman palawija (tanaman jagung, kacang, kedele, singkong atau ubi),
misalnya pola tata tanam : padi pertama, sesudah padi pertama maka dilanjutkan
dengan pengolahan tanah untuk persiapan tanam padi kedua, sesudah padi
kedua panen, maka lahan ditanami dengan palawija, tidak dengan padi lagi.

Hal ini dimaksudkan untuk memutus rantai serangan hama pada tanaman padi
serta memberi kesempatan tanah untuk memulihkan unsur-unsur haranya setelah
berturut-turut ditanami padi.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Agus Suroso MT


IRIGASI DAN BANGUNAN
AIR
03. Pola Tata Tanam

Notasi pola tanam dibuat miring-miring, dimaksudkan bahwa penanaman untuk


4
seluruh areal persawahan tidak dilakukan serentak tetapi bertahap, berperiode
setengah bulanan (15 harian) dan ada waktu kosong (time lag) selama 15 hari (1
kali setengah bulanan) sebelum pengolahan/penyiapan lahan (Land Preparation).
Total waktu penyiapan lahan adalah 2 bulan.

 Baris ke 2 : Koefisien tanaman c.


Koefisien tanaman c sangat erat hubungannya dengan awal masa tanam, jenis
tanaman dan varietas tanaman.
Pada contoh tersebut, jenis tanaman yang ditanam adalah padi dengan tabel
koefisien tanaman seperti berikut : harga C1 adalah koefisien tanaman bagi
kelompok penanaman awal, C2 adalah koefissien tanaman bagi penanaman
gelombang kedua, C3 adalah koefisien tanaman bagi gelombang terakhir,
koefisien rata-rata adalah harga rata-rata dari C1, C2 dan C3.

Tabel 2. Koefisien Tanaman

FA O
Bulan
ke : PIADP PROSIDA Varietas Varietas
Biasa Unggul
Padi Padi
0.5 1.08 1.20 1.10 1.10
1.0 1.07 1.27 1.10 1.10
1.5 1.02 1.33 1.10 1.05
2.0 0.67 1.30 1.10 1.05
2.5 0.32 1.30 1.10 0.95
3.0 0.00 0.00 1.05 0.00
3.5 0.00 0.00 0.95 0.00
4.0 0.00 0.00 0.00 0.00
Jagung Kc. Tanah
0.5 0.40 0.40
1.0 0.48 0.48
1.5 0.85 0.70
2.0 1.09 0.91
2.5 1.05 0.95
3.0 0.80 0.91
3.5 0.00 0.69
S
umber : : Standar Perencanaan Irigasi, KP-01, Departemen Pekerjaan Umum

 Baris ke 3 :
Koefisien tanaman k rata-rata adalah : harga rata-rata dari k1, k2 dan k3.

 Baris ke 4 :

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Agus Suroso MT


IRIGASI DAN BANGUNAN
AIR
03. Pola Tata Tanam

Evapotranspirasi potensial (ETo) adalah hasil perhitungan dari tabel sebelumnya


4
(tabel evapotranspirasi metode Penman Modifikasi) yaitu hasil perkalian antara
faktor koreksi c dengan evapotranspirasi sebenarnya ETo*.

 Baris ke 5 :
Kebutuhan Air tanaman ET adalah hasil perkalian antara koefisien tanaman rata-
rata k pada baris ke 3 dengan Evapotranspirtasi potensial Eto pada baris ke 4.

 Baris ke 6 :
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan (Pd) adalah hasil perhitungan harga Pd
berdasarkan rumus vd. Goor – Zijlstra.

 Baris ke 7 :
Ratio penyiapan lahan adalah perbandingan antara total penyiapan lahan (2
bulan) dengan angka 4 (yang merupakan periode 15 harian).

 Baris ke 8 :
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan dengan ratio merupakan perkalian antara
kebutuhan air untuk penyiapan lahan (baris ke 6) dengan ratio penyiapan lahan
(baris ke 7).

 Baris ke 9 :
Perkolasi adalah air yang hilang akibat proses perkolasi, besarnya 1.5 mm/hari.
 Baris ke 10 :
Penggantian lapisan air WLR1, WLR2 dan WLR3 adalah sejumlah air yang
diperlukan untuk mengganti lapisan air di sawah sesudah 1.5 bulan dan 2 bulan
dari penyiapan lahan, besarannya adalah 50 mm per 15 hari atau 3.3 mm per hari.
Sedangkan harga rata-rata WLR adalah rata-rata dari WLR1, WLR2 dan WLR3.

 Baris ke 11 :
Ratio luas tanaman adalah perbandingan antara luas lahan yang sudah ditanami
dengan luas total. Untuk warna hijau yang penuh, nilainya adalah 1, yang tidak
penuh mungkin 0.75, atau 0.25.

 Baris ke 12 :

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Agus Suroso MT


IRIGASI DAN BANGUNAN
AIR
03. Pola Tata Tanam

Kebutuhan air untuk ET + P + WLR, merupakan perkalian antara ratio luas


4
tanaman (baris ke 11) dengan penjumlahan baris ke 5, baris ke 9 dan baris ke 10.

 Baris ke 13 :
Curah Hujan Efektif adalah curah hujan yang dimanfaatkan oleh tanaman untuk
0,7
Re= x R80
memenuhi kebutuhannya. Dihitung dengan rumus N .

 Baris ke 14 :
Total ratio adalah penjumlahan antara ratio penyiapan lahan (baris ke 7) dengan
ratio luas tanaman (baris ke 11).

 Baris ke 15 :
Curah hujan efektif dengan ratio adalah perkalian antara ratio total (baris ke 14)
dengan curah hujan efektif (baris ke 13).

 Baris ke 16 :
Kebutuhan air di sawah netto NFR (net field requirement) adalah :
- Jika besar curah hujan efektif dengan ratio (baris ke 15) lebih besar dari
penjumlahan kebutuhan air untuk pengolahan lahan dengan ratio (baris ke
8) dengan kebutuhan air untuk (ET+P+WLR) pada baris ke 12, maka
hasilnya = 0. Artinya curah hujan efektif masih mampu memenuhi
kebutuhan untuk ET +P+WLR dan Pd.

- Jika besar curah hujan efektif dengan ratio (baris ke 15) lebih kecil dari
penjumlahan kebutuhan air untuk pengolahan lahan dengan ratio (baris ke
8) dengan kebutuhan air untuk (ET+P+WLR) pada baris ke 12, maka
hasilnya = (ET+P+WLR) pada baris ke 12 dikurangi besar curah hujan
efektif dengan ratio (baris ke 15).

 Baris ke 17 :
Kebutuhan air di sawah netto (ltr/dt per ha) adalah Kebutuhan air di sawah netto
(baris 16) dikalikan 0.1157.

 Baris ke 18 :

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Agus Suroso MT


IRIGASI DAN BANGUNAN
AIR
03. Pola Tata Tanam

Effisiensi irigasi adalah total efisiensi mulai dari saluran primer, sekunder dan
4
tersier. Besarnya adalah 0.65.
 Baris ke 19 :
Kebutuhan air di intake (DR) adalah kebutuhan air netto di sawah (baris ke 17)
dibagi efisiensi irigais (baris ke 18).

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Agus Suroso MT


IRIGASI DAN BANGUNAN
AIR
03. Pola Tata Tanam

4
Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi Untuk Daerah Kampung Baru.
Agustus September Oktober November Desember Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli
NO URAIAN SATUAN
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
LP LP
1 Pola Tanam WIJA LP PADI I LP PADI II PALA -
LP LP

2 Koefisien Tanaman (k)


k1 0.820 0.450 LP LP 1.080 1.070 1.020 0.670 0.320 0.000 LP LP 1.080 1.070 1.020 0.670 0.320 0.000 0.500 0.750 1.000 1.000
k2 1.000 0.820 0.450 LP LP 1.080 1.070 1.020 0.670 0.320 0.000 LP LP 1.080 1.070 1.020 0.670 0.320 0.000 0.500 0.750 1.000
k3 1.000 1.000 0.820 0.450 LP LP 1.080 1.070 1.020 0.670 0.320 LP LP 1.080 1.070 1.020 0.670 0.320 0.000 0.500 0.750
3 Rerata koefisien tanaman 0.940 0.757 0.635 0.450 1.080 1.075 1.057 0.920 0.670 0.495 0.320 LP LP 1.080 1.075 1.057 0.920 0.670 0.495 0.320 0.500 0.625 0.750 0.917
4 Evapotranpirasi Potensial (Eto) mm/hr 4.694 4.694 4.601 4.601 4.406 4.406 4.273 4.273 3.349 3.349 3.665 3.665 3.850 3.850 3.775 3.775 3.544 3.544 3.663 3.663 3.924 3.924 3.856 3.856
5 Ekebutuhan air bagi tanaman (ET) mm/hr 4.413 3.552 2.922 2.071 4.759 4.737 4.516 3.932 2.244 1.658 1.173 0.000 0.000 4.158 4.058 3.989 3.261 2.375 1.813 1.172 1.962 2.453 2.892 3.535
6 Keb. Air untuk penyiapan lahan (Pd) mm/hr 10.478 10.478 10.138 10.138 9.689 10.585 10.585 9.744
7 Ratio penyiapan lahan 0.250 0.250 0.250 0.250 0.250 0.250 0.250 0.250
8 Keb. Air untuk penyiapan lahan dengan ratio mm/hr 2.619 2.619 2.535 2.535 2.422 2.646 2.646 2.436
9 Perkolasi (P) mm/hr 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500
10 Penggantian lapisan genangan (WLR) mm/hr
WLR1 3.300 3.300 3.300 3.300
WLR2 3.300 3.300 3.300 3.300
WLR3 3.300 3.300 3.300 3.300
Rerata WLR 1.100 1.100 2.200 1.100 1.100 1.100 1.100 2.200 1.100 1.100
11 Ratio luas tanaman 1.000 1.000 0.750 0.250 0.250 0.750 1.000 1.000 1.000 1.000 0.750 0.250 0.000 0.250 0.750 1.000 1.000 1.000 1.000 0.750 0.500 0.750 1.000 1.000
12 Kebutuhan air untuk (ETc + P + WLR) mm/hr 4.413 3.552 2.191 0.518 1.565 5.503 7.116 7.632 4.844 4.258 2.005 0.375 0.000 1.414 4.994 6.589 6.961 4.975 4.413 2.004 1.731 1.840 2.892 3.535
13 Curah hujan efektif (Re) mm/hr 5.507 0.000 1.307 0.747 1.073 0.219 0.700 1.540 0.700 0.263 5.180 4.988 4.650 3.750 7.793 2.756 1.587 1.353 2.053 0.613 0.000 0.000 2.707 2.100
14 Ratio luas hujan efektif (Total ratio) 1.000 1.000 1.000 0.500 0.500 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 0.750 0.500 0.250 0.500 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 0.750 0.500 0.750 1.000 1.000
15 Curah hujan efektif dengan ratio mm/hr 5.507 0.000 1.307 0.373 0.537 0.219 0.700 1.540 0.700 0.263 3.885 2.494 1.163 1.875 7.793 2.756 1.587 1.353 2.053 0.459 0.000 0.000 2.707 2.100
16 Kebutuhan air netto di sawah (NFR) mm/hr 0.000 3.552 3.504 2.764 3.563 7.818 6.416 6.092 4.144 3.995 0.000 0.303 1.484 2.186 0.000 3.833 5.374 3.621 2.360 1.545 1.731 1.840 0.186 1.435
17 Kebutuhan air netto di sawah dalam l/dt/ha l/dt/ha 0.000 0.411 0.405 0.320 0.412 0.905 0.742 0.705 0.479 0.462 0.000 0.035 0.172 0.253 0.000 0.443 0.622 0.419 0.273 0.179 0.200 0.213 0.021 0.166
18 Efisiensi Irigasi (e) 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650 0.650
19 Kebutuhan
Pusat air irigasi di intake (Dr)
Pengembangan l/dt/ha
Bahan 0.000- UMB
Ajar 0.632 0.624 0.492 0.634 1.392 1.142 1.084 0.738 0.711 0.000 0.054 0.264 0.389 0.000 0.682 0.957 0.645 0.420 0.275
Ir. Agus 0.308 MT
Suroso 0.327 0.033 0.255
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR
03. Pola Tata Tanam

Keterangan tambahan :
4
a) Penyiapan lahan
Penyiapan lahan adalah merupakan pekerjaan pengolahan tanah secara basah
mulai dari pemberian air yang pertama, membersihkan jerami dan akar-akar sisa
tanaman padi yang lalu sampai siap ditanami. Tanah permukaan dibajak atau
dicangkul sedalam 20 – 30 cm agar tanah menjadi lunak dan membalikkan
permukaan, kemudian digemburkan lalu dibuat rata dan siap untuk ditanami bibit
padi yang diambil dari tempat persemaian.

Lama pekerjaan penyiapan lahan tergantung jumlah tenaga kerja, hewan dan
peralatan yang digunakan serta faktor-faktor sosial setempat. Biasanya Pengolahan
lahan dilakukan sebelum masa tanam padi dan berlangsung selama 30 – 45 hari.
Untuk penyiapan lahan digunakan rumus empiris v d Goor dan Zijlstra.

M . ek
Pd =
( e k −1 )

Dengan :
Pd = Kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan pada saat pengolahan lahan
(mm/hari)
M = Kebutuhan air untuk mengganti/mengkompensasi air yang hilang akibat
evaporasi air terbuka selama penyiapan lahan (1.1 x ETo) dan akibat
perkolasi, atau M = (1.1 x ETo) + P, dalam mm/hari.
K = MT/S
T = Jangka waktu penyiapan lahan (hari)
S = Kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50 mm
e = Bilangan dasar dalam logaritma 2,7183

Tabel perhitungan kebutuhan air untuk penyiapan lahan adalah seperti tabel 3 berikut:

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Agus Suroso MT


IRIGASI DAN BANGUNAN
AIR
03. Pola Tata Tanam

4
Kebutuhan Air untuk Penyiapan Lahan pada Daerah Irigasi Kampung Baru

No. Hitungan Satuan Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Keterangan

1 ETo mm/ hari 3.67 3.85 3.78 3.54 3.66 3.92 3.86 4.69 4.60 4.41 4.27 3.35 - Perhitungan kebutuhan air
2 1,1 . Eo mm/ hari 4.03 4.23 4.15 3.90 4.03 4.32 4.24 5.16 5.06 4.85 4.70 3.68 untuk penyiapan lahan
3 P mm/ hari 1.50 1.50 1.50 1.50 1.50 1.50 1.50 1.50 1.50 1.50 1.50 1.50 dengan metode :
4 M = 1.1. ETo + P mm/ hari 5.53 5.73 5.65 5.40 5.53 5.82 5.74 6.66 6.56 6.35 6.20 5.18 V d Goor dan Zijlstra
5 T hari 31.00 28.00 31.00 30.00 31.00 30.00 31.00 31.00 30.00 31.00 30.00 31.00
6 S mm/ hari 200.00 200.00 200.00 200.00 200.00 200.00 200.00 200.00 200.00 200.00 200.00 200.00 - e = 2.7183
7 k = M.T - 0.86 0.80 0.88 0.81 0.86 0.87 0.89 1.03 0.98 0.98 0.93 0.80
S - Pd = Kebutuhan air untuk
k
8 e - 2.33 2.18 2.38 2.20 2.33 2.37 2.42 2.81 2.68 2.67 2.53 2.18 penyiapan lahan.
k
9 e -1 - 1.33 1.18 1.38 1.20 1.33 1.37 1.42 1.81 1.68 1.67 1.53 1.18
10 Pd = M . ek mm/ hari 9.69 10.58 9.74 9.89 9.69 10.06 9.79 10.35 10.48 10.14 10.26 9.56
ek - 1

Keterangan :
- ETo = Evapotranspirasi Potensial yang dihitung dengan metode Penman
- 1.1. ETo = Evaporasi pada permukaan air bebas, diambil 1.1 x Eto.
- P = Perkolasi
- M = Kebutuhan air sebagai pengganti akibat evaporasi dan perkolasi
- T = Waktu Penyiapan Lahan
- S = Air yang dibutuhkan untuk penjenuhan ditambah dengan 50 mm
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Agus Suroso MT
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR
03. Pola Tata Tanam

4
b) Perkolasi
Kehilangan air di sawah diperhitungkan karena adanya rembesan air dari daerah
tidak jenuh ke daerah jenuh air (perkolasi). Besarnya perkolasi dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain :
1. Tekstur tanah
Makin besar tektur tanah makin besar angka perkolasinya dan sebaliknya.
2. Permeabilitas tanah, makin besar permeabilitasnya, makin kecil perkolasi yang
terjadi.
3. Tebal lapisan tanah bagian atas
Makin tipis lapisan tanah bagian atas makin kecil angka perkolasinya.
4. Letak permukaan air tanah

Makin dangkal air tanah makin kecil angka perkolasinya. Perkolasi dapat mencapai
1–3 mm per hari.

c) Penggantian Lapisan Air


Penggantian lapisan air dilakukan setelah kegiatan pemupukan yang telah di-
jadwalkan. Jika tidak ada penjadwalan semacam itu, maka penggantian lapisan air
tersebut dilakukan sebanyak 2 kali, masing-masing 50 mm per 15 hari (3,33
mm/hari selama setengah bulan). Selama 1 dan 2 bulan setelah awal tanam.

d) Efisiensi Irigasi
Efisiensi irigasi (e) adalah angka perbandingan jumlah debit air irigasi terpakai
dengan debit yang dialirkan; dan dinyatakan dalam prosen (%). Untuk tujuan
perencanaan, dianggap seperempat atau sepertiga dari jumlah air yang diambil
akan hilang sebelum air itu sampai di sawah. Kehilangan ini disebab-kan oleh
kegiatan eksploitasi, evaporasi dan rembesan. Efisiensi irigasi keseluruhan rata-rata
berkisar antara 59 % - 73 %. Oleh karena itu kebutuhan bersih air di sawah (NFR)
harus dibagi effsiensi irigasi untuk memperoleh jumlah air yang dibutuhkan di intake.

1. Saluran tersier, kehilangan air = 20%, sehingga efisiensi » 80 %


2. Saluran sekunder, kehilangan air 10 %, sehingga efisiensi » 90 %
3. Saluran utama, kehilangan air 10 %, sehingga efiseiensi » 90 %

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Agus Suroso MT


IRIGASI DAN BANGUNAN
AIR
03. Pola Tata Tanam

Efisiensi secara keseluruhan dihitung sebagai berikut = efisiensi jaringan tersier


4
(60%) x efisiensi jaringan sekunder (90%) x efisiensi jaringan primer (90%),
sehingga efisiensi irigasi secara keseluruhan » 65 %.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Agus Suroso MT


IRIGASI DAN BANGUNAN
AIR
03. Pola Tata Tanam

Ringkasan kebutuhan air irigasi di intake


4
Tengah Kebutuhan Air Pada Alternatif (l/det/ha)
No Bulan
Bulanan I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII
I 0.000 0.000 0.230 0.213 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.337 0.382 0.201
1 Januari
II 0.054 0.000 0.371 0.416 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.012 0.264 0.230
I 0.264 0.000 0.094 0.359 0.309 0.210 0.057 0.000 0.011 0.134 0.461 0.543
2 Pebruari
II 0.389 0.204 0.134 0.622 0.703 0.268 0.000 0.067 0.000 0.000 0.254 0.519
I 0.000 0.087 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.305 0.000
3 Maret
II 0.682 0.436 0.255 0.305 0.786 0.832 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.422
I 0.957 1.014 0.370 0.140 0.603 0.847 0.536 0.000 0.000 0.000 0.000 0.534
4 April
II 0.645 0.889 0.557 0.387 0.534 0.998 1.055 0.378 0.212 0.312 0.096 0.171
I 0.420 0.893 0.782 0.301 0.000 0.378 0.630 0.413 0.000 0.000 0.000 0.000
5 Mei
II 0.275 0.791 1.043 0.619 0.443 0.677 1.149 1.195 0.150 0.000 0.000 0.000
I 0.308 0.809 0.993 1.049 0.370 0.136 0.622 0.892 0.549 0.780 0.657 0.524
6 Juni
II 0.327 0.368 0.731 1.002 0.603 0.415 0.609 1.102 1.158 0.526 0.529 0.640
I 0.033 0.064 0.701 0.950 0.996 0.350 0.110 0.582 0.848 0.517 0.281 0.163
7 Juli
II 0.255 0.041 0.289 0.821 1.087 0.637 0.452 0.701 1.189 1.235 0.326 0.146
I 0.000 0.000 0.000 0.721 1.045 1.099 0.365 0.114 0.641 0.964 0.562 0.000
8 Agustus
II 0.632 0.766 0.392 0.284 0.867 1.190 0.675 0.449 0.721 1.272 1.326 0.555
I 0.624 0.496 0.340 0.201 0.735 1.180 1.241 0.408 0.222 0.779 1.096 0.638
9 September
II 0.492 0.263 0.394 0.116 0.297 0.879 1.195 0.688 0.467 0.735 1.279 1.341
I 0.634 0.800 0.712 0.563 0.317 0.812 1.189 1.240 0.403 0.245 0.797 1.101
10 Oktober
II 1.392 0.243 0.002 0.127 0.000 0.359 0.949 1.253 0.710 0.498 0.812 1.341
I 1.142 0.661 0.586 0.482 0.338 0.207 0.565 1.234 1.292 0.425 0.289 0.848
11 November
II 1.084 1.137 0.401 0.293 0.415 0.145 0.177 0.698 0.992 0.592 0.386 0.565
I 0.738 0.968 0.591 0.709 0.560 0.447 0.283 0.711 1.082 1.129 0.394 0.250
12 Desember
II 0.711 1.160 1.207 0.493 0.451 0.546 0.279 0.308 0.815 1.046 0.630 0.469
Max 1.392 1.160 1.207 1.049 1.087 1.190 1.241 1.253 1.292 1.272 1.326 1.341

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Agus Suroso MT


IRIGASI DAN BANGUNAN
AIR

Anda mungkin juga menyukai