UTILITAS 2
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN S1 ARSITEKTUR
SISTEM UTILITAS
BANGUNAN TING
NURFITASARI
F22115078
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, hidayah
daninayahNya makalah ini terselesaikan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pertama
UTILITAS, kuliah UTILITAS pada semester genap tahun ajaran 201 2017 Universitas
Tadulako.Kami mengucapkan terima kasih kepada Lutfiah,ST.MT. , Sebagai dosen mata kuliah
UTILITAS yang telah memberikan arahan dan bimbingan pada mata kuliah tersebut.Dalam
makalah ini kami menggunakan judul utilitas bangunan tinggi, karena saya ingin pembaca
mengetahui tentang utilitas bangunan tinggi.Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
ini masih kurang sempurna, untukitu saya mohon saran dan kritik yang membangun dari pembaca.
pengusun
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
KATA PENGANTAR.
PEMBAHASAN
UTILITAS BANGUNAN TINGGI
A. SISTEM PLAMBING
B. SISTEM AIR BERSIH
C. SISTEM AIR KOTOR
D. SISTEM TATA UDARA..
E. SISTEM SIRKULASI VERTIKAL.
PENUTUP
SISTEM UTILITAS BANGUNAN GEDUNG TINGGI
Sekolahan 57
Sekolahan+Kafetaria 95
Apartemen 133
Kantor 57-125
Taman Umum 19
Taman dan shower 38
Apartemen mewah 570/unit
Rumah susun 152/unit
Hotel 380/kamar
Pabrik 95
Rumah sakit umum 570/unit
Rumah perawat 285/unit
Restoran 95
Dapur hotel 38
Motel 190/tmpt tidur
Drive in Pertokoan 19/mobil
Rumah tinggal 150-285
Agar supaya air itu bisa digunakan oleh manusia secara aman (tidak mengganggu/
membahayakan kesehatan), maka organisme-organisme, bahan-bahan kimia dan mineral-mineral
tadi keberadaannya harus pada batas-batas tertentu, dengan kata lain air tersebut harus memenuhi
syarat-syarat tertentu. Syarat ini dinamakan syarat kualitas air minum.
Air minum bisa didefinisikan sebagai berikut : Air minum adalah air yang telah memenuhi
syarat kualitas air minum (syarat fisik, kimiawi dan bakteriologi), yang dikeluarkan oleh
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 16 tahun 2005, tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, pasal 1 ayat 2.
Air Minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Seperti bangunan pada umumnya, bangunan gedung bertingkat yang bersifat vertikal secara
struktur maupun jenis bangunan bentang lebar tentunya memerlukan sistem transportasi berupa
supplai air bersih yang direncanakan dengan baik sejak awal sehingga dapat mencukupi
kebutuhan air di setiap lantainya, sistem supply air pada bangunan tinggi dimulai dari pengambilan
air dari sumur maupun dari PDAM/meteran dan dilanjutkan dengan pembuatan penampung air
atau biasa disebut dengan Ground Water Tank (GWT) jika diletakkan pada dasar bangunan
(Underground) atau tangki yang diletakkan di atas bangunan yaitu berupa penampungan yang
berupa bak besar dengan ukuran volume yang disesuaikan dengan kebutuhan air pada gedung.
Kemudian dilanjutkan dengan sistem pemompaan dengan mesin yang memiliki besar daya yang
bervariasi sesuai kebutuhan debit pompa yang terdistibusikan melalui sistem perpipaan ke setiap
lantai sesuai dengan desain pada titik-titik pengambilan air yang telah direncanakan dalam denah
baik untuk keperluan WC misalnya shower, kran wastafel, jacuzzi, kolam renang, kran air bersih,
hydran, sprinkler, dsb. Untuk bangunan dengan interval ketinggian yang cukup tinggi biasanya
dibuat sistem distribusi air dengan pola pemompaan dua sampai tiga kali sesuai kemampuan daya
pompa yang direncanakan yang biasanya dilengkapi dengan sistem penampungan transisi pada
daerah dilatasi tersebut, hal ini dikarenakan karena keterbatasan kemampuan pompa untuk
menyupplai air pada elevasi gedung yang cukup tinggi sehingga membutuhkan daerah
dilatasi/transisi untuk melakukan penampungan ke tingkat berikutnya.
4. Sistem Utlitas Pembuangan dan Pengelolahan Limbah Cair dan Limbah Padat,
Sama halnya dengan sistem pendistribusian air bersih untuk keperluan kebutuhan air dalam
gedung bertingkat, sisa penggunaan air tersebut juga akan menghasilkan limbah yang harus
direncanakan sistem pendistribusian dan pengelolahannya agar tidak mengganggu kenyamanan
pengguna bangunan maupun lingkungan disekitarnya. Dalam sistem pengelolahan sisa buangan
limbah pada bangunan gedung bertingkat tentunya dibutuhkan perencanaan yang baik agar dalam
proses distribusi pembuangan saat masa operasionalnya tidak menimbulkan masalah yang serius
misalnya masalah klasik yaitu penyumbatan atau kebocoran pada pipa buangan maupun
pencemaran terhadap lingkungan disekitarnya. Perencanaan sistem pembuangan limbah pada
bangunan gedung bertingkat dimulai dengan pembuatan sistem pengelolahan sisa limbah yang
umumnya berasal dari pembuangan dari WC (Floor drain), wastafel cuci tangan atau limbah dapur
dan buangan dari kotoran closed toilet yaitu dengan membuat sistem Sewage Treatment Plant
(STP) berupa septick tank yang merupakan jenis utilitas modern yang berfungsi tidak hanya dalam
menampung melainkan dapat mengelolah sisah limbah agar sisa buangan tersebut aman bagi
lingkungan dan dapat pula digunakan kembali/recycle untuk keperluan air untuk operasional
penyiraman tanaman. Umumnya konstruksi STP dapat terbuat dari konstruksi beton konvensional
maupun yang telah terfabrikasi berupa fiber tank dengan volume dan teknologi pengelolahan
limbah yang disesuaikan dengan perencanaan. Untuk bangunan gedung bertingkat seperti
apartemen maupun hotel sering juga dilengkapi dengan pembuatan utilitas berupa Waste Shaft -
Trash Chute yaitu instalasi berupa pembuangan sampah dengan sistem cerobong/pipa vertikal
yang dibuang secara gravitasi di setiap lantai bangunan bertingkat berupa sampah yang tidak
mudah terurai seperti sampah konsumsi sehari-hari berupa plastik, sisah makanan, kertas dsb dan
ditampung di lantai dasar bangunan berupa bak penampungan dan kemudian didistribusikan ke
truk-truk pembuangan sampah.
5. Sistem Tata Udara (Air Conditioning)
ruangan. Jumlah aliran udara dan kecepatan udara harus diatur, agar memperoleh sirkulasi
udara yang baik
Supply Duct (saluran udara keluar): untuk saluran udara dingin dari fan ke dalam ruangan
Supply out let (lubang keluar): untuk megatur arah aliran udara dari fan, sehingga udara
terdistribusi ke seluruh ruangan. Untuk kenyamanan, jumlah out let turut menentukan
Ruangan yang didinginkan: ruangan harus tertutup, sehingga udara dingin dalam ruangan
tidak terbuang keluar dan udara luar tidak masuk ke dalam ruangan.
Prinsip pengkondisian udara adalah kondisi udara dalam ruangan dapat dalam keadaan sangat
dingin, panas, lembab, kering, kecepatan udara tinggi atau tidak ada gerakan udara. Udara dingin
digerakkan oleh Fan masuk reducting (saluran udara) dan melalui out let (lubang keluar) udara
masuk ke dalam ruangan. Udara dari dalam ruangan kembali ke return out let (grile/ lubang isap)
masuk ke ducting return (saluran kembali) dan melalui filter untuk pembersihan udara masuk
melewati celah-celah/ permukaan coil evaporator (koil pendinginan) dan kembali digerakkan Fan
(kipas udara).
Sistem transportasi dalam hal ini merupakan sistem pengangkut untuk memuat manusia
ke tingkat elevasi bangunan beritngkat. Sistem transportasi ini dapat berupa transportasi
vertikal (Elevator/Lift) dan sistem transportasi tangga berjalan (Eskalator). Dalam konstruksi
gedung bertingkat maintanance terhadap instalasi transportasi ini perluh secara berkala
diperhatikan agar memberikan tingkat kenyamanan dan keselamatan bagi penggunanya
misalnya pengecekan mesin, rantai/slink dan sistem elektrikal pada elevator/lift dan begitu
pula pada instalasi sistem transportasi eskalator.
PENUTUP
Demikianlah makalah ini saya buat, semoga dapat bermaanfaat bagi teman-teman yang
membacanya, saya sadar makalah ini belum sempurna atau kata lain masih jauh dari
kesempurnaan oleh Karena itu kritik dan saran sangat di harapkan agar lebih memperbaiki
tugas makalah ini.semoga makalah utilitas bangunan tinggi ini bermanfaat.