Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

UTILITAS 2

UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN S1 ARSITEKTUR

SISTEM UTILITAS
BANGUNAN TING
NURFITASARI
F22115078
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, hidayah
daninayahNya makalah ini terselesaikan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pertama
UTILITAS, kuliah UTILITAS pada semester genap tahun ajaran 201 2017 Universitas
Tadulako.Kami mengucapkan terima kasih kepada Lutfiah,ST.MT. , Sebagai dosen mata kuliah
UTILITAS yang telah memberikan arahan dan bimbingan pada mata kuliah tersebut.Dalam
makalah ini kami menggunakan judul utilitas bangunan tinggi, karena saya ingin pembaca
mengetahui tentang utilitas bangunan tinggi.Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
ini masih kurang sempurna, untukitu saya mohon saran dan kritik yang membangun dari pembaca.

PALU, 29 MARET 2017

pengusun
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
KATA PENGANTAR.
PEMBAHASAN
UTILITAS BANGUNAN TINGGI
A. SISTEM PLAMBING
B. SISTEM AIR BERSIH
C. SISTEM AIR KOTOR
D. SISTEM TATA UDARA..
E. SISTEM SIRKULASI VERTIKAL.
PENUTUP
SISTEM UTILITAS BANGUNAN GEDUNG TINGGI

Sedikit membahas masalah


kelengkapan sistem utilitas bangunan
khususnya jenis bangunan gedung
bertingkat yang diperlukan dalam tahap
perencanaan dan perancangannya.
Untuk itu perlu diketahui bahwa dalam
suatu proses operasional suatu gedung
khususnya gedung bertingkat tidak
akan lengkap/ tidak berfungsi dengan
semestinya jika salah satu atau
beberapa sistem utilitas tidak
menunjang atau dengan kata lain sistem
utilitas suatu bangunan merupakan
rangkaian item pelengkap yang harus
direncanakan sejak awal sebelum
gedung beroperasi dengan semestinya
yang merupakan suatu sistem yang
terintegrasi dan menunjang dalam
proses operasionalnya sesuai dengan fungsi utilitas masing-masing.
Jika membahas masalah utilitas suatu bangunan memang perlu pengkajian secara lebih spesifik
terhadap jenis dan fungsi bangunan yang akan direncanakan, misalnya sistem utilitas rumah sakit,
apartemen, hotel atau perkantoran memiliki ciri yang berbeda walaupun secara umum memiliki
kesamaan seperti utilitas bangunan pada umumnya. Oleh Sistem utilitas yang secara umum
direncanakan dalam suatu bangunan gedung bertingkat. Adapun beberapa sistem utilitas yang
lazim direncanakan yaitu:
PERANCANGAN SISTEM PLAMBING
Sistem peratan plambing adalah suatu system penyedian atau pengeluaran air ke tempat-
tempat yang dikehendaki tanpa ada gangguan atau pencemaran terhadap daerah-daerah yang
dilaluinya dan dapat memenuhi kebutuhan penghuninya dalam masalah air.
1. Jenis Peralatan Plambing
Peralatan plambing meliputi kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan dalam suatu kompleks
perkotaan, perumahan, dan bangunan..Perlatan tersebut terdiri dari;
Peralatan untuk penyedian air bersih
Peralatan untuk penyedian air panas
Peralatan untuk pembuangan air kotor
Peralatan lainnya yang ada hubungannya terhadap perencanaan pemipaan.
Syarat-Sayarat dan mutu bahan bangunan
Dalam perencanaan pelaksanaan plambing harus diperhatikan syarat-syarat dari bahan plambing
yaitu:
Tidak menimbulkan bahaya kesehatan
Tidak menimbulkan gannguan suara
Tidak menimbulkan radiasi
Tidak merusak perlengkapan bangunan
Instalasi harus kuat dan bersih
Kemudian mutu bahannya harus memenuhi syarat sebagai berikut
o Daya tahan harus lama minimal 30 tahun
o Permukaan harus halus dan tahan air
o Tidakk ada bagian-bagian yan tersembunyi/menyimpan kotoran pada bahan-bahan yang
dimaksud
o Bebas dari kerusakan baik mekanis maupun yang lain
o Mudah memeliharanya
o Memenuhi peraturan-peraturan yang berlaku
Dalam perencanaan pelambing, perlu diperhatikan bahan atau alat plambing. Pipa PVC dan pipa
tembaga (untuk air panasa). Ukuran yang sering digunakan mulai dari diameter sampai dengan
2 sampai dengan 6 untuk bangunan tinggi.
Alat-alat plambing yang merupakan permulaan dari system pembuangan dari instalasi dapat
berupa : Kran, kloset, wastafel (lavatory), urinoir, bidet, beth tub, shower.
2. Air
Air menurut kebutuhannya dapat dibagi menjadi: air bersih (dingin atau Panas), air kotor (air
sisa, air limbah, air hujan dan air limbah khusus).
Syarat-syarat fisik air minum:
o Jernih, bersih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa
o Mempunyai suhu kira-kira 10-20 derajad Celsius
o Memenuhi syarat kesehatan
Kebutuhan air dalam bangunan artinya air yang dipergunakan baik oleh penghuninya ataupun oleh
keperluan-keperluan lain yang ada kaitannya dengan fasilitas bangunan.
Kebutuhan air didasarkan sebagai berikut:
a. Kebutuhan untuk minum, memasak/dimasak. Untuk keperluan mandi, buang air kecil dan
air besar. Untuk mencuci, cuci pakaian, cuci badan, tangan, cuci perlatan dan untuk proses
seperti industry
b. Kebutuhan yang sifatnya sirkulasi: air panas, water cooling/AC, kolam renang, air mancur
taman
c. Kebutuhan yang sifatnya tetap: air untuk hidran dan air untuk sprinkler
Kebutuhan air terhadap bangunan tergantung fungsi kegunaan bangunan dan jumlah penghuninya.
Besar kebutuhan air khususnya untuk kebutuhan manusia dihitung rata-rata perorang per hari
tergantung dari jenis bangunan yang digunakan untuk kegiatan manusia tersebut.
Tabel Kebutuhan air menurut tipe bangunan

TIPE BANGUNAN LITER/HARI

Sekolahan 57
Sekolahan+Kafetaria 95
Apartemen 133
Kantor 57-125
Taman Umum 19
Taman dan shower 38
Apartemen mewah 570/unit
Rumah susun 152/unit
Hotel 380/kamar
Pabrik 95
Rumah sakit umum 570/unit
Rumah perawat 285/unit
Restoran 95
Dapur hotel 38
Motel 190/tmpt tidur
Drive in Pertokoan 19/mobil
Rumah tinggal 150-285
Agar supaya air itu bisa digunakan oleh manusia secara aman (tidak mengganggu/
membahayakan kesehatan), maka organisme-organisme, bahan-bahan kimia dan mineral-mineral
tadi keberadaannya harus pada batas-batas tertentu, dengan kata lain air tersebut harus memenuhi
syarat-syarat tertentu. Syarat ini dinamakan syarat kualitas air minum.
Air minum bisa didefinisikan sebagai berikut : Air minum adalah air yang telah memenuhi
syarat kualitas air minum (syarat fisik, kimiawi dan bakteriologi), yang dikeluarkan oleh
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 16 tahun 2005, tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, pasal 1 ayat 2.
Air Minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

System pemipaan plambing


Sistem pemipaan menurut cara pengaliran airnya, adalah cara untuk mengalirkan air dan
ketempat yang memerlukan. Ada dua cara pengaturan air yaitu system horizontal dan system
Vertikal.
1. Sistem Horizontal
adalah suatu system pemipaan yang banyak digunakan untuk mengalirka kebutuhan air
pada suatu kompleks perumahan atau rumah-rumah tinggal yang tidak bertingkat
Ada dua cara yang dipakai untuk system pemipaan horizontal yaitu sebagai berikut:
a. Pemipaan yang menuju ke satu titik akhir
Keuntungan pemipaan ini adalah pemakaian bahan yang lebih efesien, dan kerugiannnya adalah
daya pancar pada titik kran air tidak sama, semakin jauh semakin kecil daya pancarnya.
b. Pemipaan yang melingkar/membentuk ring
Pemipaan ini menuntut penggunaan bahan pipa yang banyak, padahal kekuatan daya pancar air
kesemua titik-titik akan menghasilkan air yang sama
2. Sestim Vertikal
Sistem pengaliran/distribusi air bersih dengan system vertical banyak digunakan pada bangunan-
bangunan bertingkat tinngi. Cara pendistribusiannya adalah dengan menampung lebih dulu pada
tangki air (ground reservoir) yang terbuat dari beton dengan kapasitas sesuai dengan kebutuhan air
pada bangunan tersebut. Kemudian air dialirkan dengan menggunakan pompa untuk langsung ke
titik-titik kran yang diperlukan. Sistem ini lebih menguntungkan pada penggunaan pipa, tetapi
sering mengalami kesulitan kalau sumber tenaga untuk pompa mengalami pemadaman.
Cara lain dengan menggunakan pompa untuk diteruskan pada tangki di atas bangunan. Kemudian
dari tangki dialirkan ke tempat-tempat yang memerlukan, dengan menggunakan system
gravitasi/diturunkan secara lansung.
3. Sistem Utilitas Supply Air Bersih (Water Supply Sistem),

Seperti bangunan pada umumnya, bangunan gedung bertingkat yang bersifat vertikal secara
struktur maupun jenis bangunan bentang lebar tentunya memerlukan sistem transportasi berupa
supplai air bersih yang direncanakan dengan baik sejak awal sehingga dapat mencukupi
kebutuhan air di setiap lantainya, sistem supply air pada bangunan tinggi dimulai dari pengambilan
air dari sumur maupun dari PDAM/meteran dan dilanjutkan dengan pembuatan penampung air
atau biasa disebut dengan Ground Water Tank (GWT) jika diletakkan pada dasar bangunan
(Underground) atau tangki yang diletakkan di atas bangunan yaitu berupa penampungan yang
berupa bak besar dengan ukuran volume yang disesuaikan dengan kebutuhan air pada gedung.
Kemudian dilanjutkan dengan sistem pemompaan dengan mesin yang memiliki besar daya yang
bervariasi sesuai kebutuhan debit pompa yang terdistibusikan melalui sistem perpipaan ke setiap
lantai sesuai dengan desain pada titik-titik pengambilan air yang telah direncanakan dalam denah
baik untuk keperluan WC misalnya shower, kran wastafel, jacuzzi, kolam renang, kran air bersih,
hydran, sprinkler, dsb. Untuk bangunan dengan interval ketinggian yang cukup tinggi biasanya
dibuat sistem distribusi air dengan pola pemompaan dua sampai tiga kali sesuai kemampuan daya
pompa yang direncanakan yang biasanya dilengkapi dengan sistem penampungan transisi pada
daerah dilatasi tersebut, hal ini dikarenakan karena keterbatasan kemampuan pompa untuk
menyupplai air pada elevasi gedung yang cukup tinggi sehingga membutuhkan daerah
dilatasi/transisi untuk melakukan penampungan ke tingkat berikutnya.
4. Sistem Utlitas Pembuangan dan Pengelolahan Limbah Cair dan Limbah Padat,

Sama halnya dengan sistem pendistribusian air bersih untuk keperluan kebutuhan air dalam
gedung bertingkat, sisa penggunaan air tersebut juga akan menghasilkan limbah yang harus
direncanakan sistem pendistribusian dan pengelolahannya agar tidak mengganggu kenyamanan
pengguna bangunan maupun lingkungan disekitarnya. Dalam sistem pengelolahan sisa buangan
limbah pada bangunan gedung bertingkat tentunya dibutuhkan perencanaan yang baik agar dalam
proses distribusi pembuangan saat masa operasionalnya tidak menimbulkan masalah yang serius
misalnya masalah klasik yaitu penyumbatan atau kebocoran pada pipa buangan maupun
pencemaran terhadap lingkungan disekitarnya. Perencanaan sistem pembuangan limbah pada
bangunan gedung bertingkat dimulai dengan pembuatan sistem pengelolahan sisa limbah yang
umumnya berasal dari pembuangan dari WC (Floor drain), wastafel cuci tangan atau limbah dapur
dan buangan dari kotoran closed toilet yaitu dengan membuat sistem Sewage Treatment Plant
(STP) berupa septick tank yang merupakan jenis utilitas modern yang berfungsi tidak hanya dalam
menampung melainkan dapat mengelolah sisah limbah agar sisa buangan tersebut aman bagi
lingkungan dan dapat pula digunakan kembali/recycle untuk keperluan air untuk operasional
penyiraman tanaman. Umumnya konstruksi STP dapat terbuat dari konstruksi beton konvensional
maupun yang telah terfabrikasi berupa fiber tank dengan volume dan teknologi pengelolahan
limbah yang disesuaikan dengan perencanaan. Untuk bangunan gedung bertingkat seperti
apartemen maupun hotel sering juga dilengkapi dengan pembuatan utilitas berupa Waste Shaft -
Trash Chute yaitu instalasi berupa pembuangan sampah dengan sistem cerobong/pipa vertikal
yang dibuang secara gravitasi di setiap lantai bangunan bertingkat berupa sampah yang tidak
mudah terurai seperti sampah konsumsi sehari-hari berupa plastik, sisah makanan, kertas dsb dan
ditampung di lantai dasar bangunan berupa bak penampungan dan kemudian didistribusikan ke
truk-truk pembuangan sampah.
5. Sistem Tata Udara (Air Conditioning)

Di Indonesia kebanyakan kurang


memberikan kenyamanan karena
udaranya panas (23 -34C), kotor
(berdebu, berasap) dan angin tidak
menentu, khususnya pada bangunan
tinggi dimana angin mempunyai
kecepatan tinggi. Karena keadaan alam
yang demikian, maka diperlukan suatu
cara untuk mendapatkan kenyamanan
dengan menggunakan alat penyegaran
udara (air conditioner).
Pengkondisian udara adalah perlakuan
terhadap udara untuk mengatur suhu,
kelembaban, kebersihan dan
pendistribusiannya secara serentak guna
mencapai kondisi nyaman yang
diperlukan oleh orang yang berada di
dalam suatu ruangan. Atau dapat didefinisikan suatu proses mendinginkan udara sehingga
mencapai temperatur dan kelembaban yang ideal. Sistem pengkondisian udara pada umumnya
dibagi menjadi dua golongan utama :
Pengkondisian udara untuk kenyamanan kerja
Pengkondisian udara untuk industri
Sistem pengkondisian udara untuk industri dirancang untuk memperoleh suhu, kelembaban dan
distribusi udara yang sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh proses serta peralatan yang
dipergunakan di dalam ruangan. Dengan adanya pengkondisian udara ini, diharapkan
udara menjadi segar sehingga karyawan dapat bekerja dengan baik, pasien di rumah sakit menjadi
lebih nyaman dan penghuni rumah tinggal menjadi nyaman.

komponen sistem pengkondisian udara umumnya adalah:


o sistem pembangkit kalor, mesin refrigerasi, menara pendingin dan ketel uap.
o sistem pipa: pipa air dan pipa refrigerasi dan pompa.
o pengkondisian udara: saringan udara, pendingin udara, pemanas udara dan pelembab
udara.
o sistem saluran udara: kipas dan saluran udara.
Komponen AC yang dilalui sirkkulasi udara
Fan (kipas udara) menggerakkan udara dari atau ke dalam ruangan. Udara yang dialirkan
fan dapat berupa udara luar, udara ruangan atau gabungan dari udara luar dan udara

ruangan. Jumlah aliran udara dan kecepatan udara harus diatur, agar memperoleh sirkulasi
udara yang baik
Supply Duct (saluran udara keluar): untuk saluran udara dingin dari fan ke dalam ruangan
Supply out let (lubang keluar): untuk megatur arah aliran udara dari fan, sehingga udara
terdistribusi ke seluruh ruangan. Untuk kenyamanan, jumlah out let turut menentukan
Ruangan yang didinginkan: ruangan harus tertutup, sehingga udara dingin dalam ruangan
tidak terbuang keluar dan udara luar tidak masuk ke dalam ruangan.
Prinsip pengkondisian udara adalah kondisi udara dalam ruangan dapat dalam keadaan sangat
dingin, panas, lembab, kering, kecepatan udara tinggi atau tidak ada gerakan udara. Udara dingin
digerakkan oleh Fan masuk reducting (saluran udara) dan melalui out let (lubang keluar) udara
masuk ke dalam ruangan. Udara dari dalam ruangan kembali ke return out let (grile/ lubang isap)
masuk ke ducting return (saluran kembali) dan melalui filter untuk pembersihan udara masuk
melewati celah-celah/ permukaan coil evaporator (koil pendinginan) dan kembali digerakkan Fan
(kipas udara).

Gambar 2 Prinsip Sirkulasi Pengkondisian Udara


Sumber : Principles of Air Conditioning, Paul Lang (1960:14
6. sistem Utilitas sirkulasi vertikal,

Sistem transportasi dalam hal ini merupakan sistem pengangkut untuk memuat manusia
ke tingkat elevasi bangunan beritngkat. Sistem transportasi ini dapat berupa transportasi
vertikal (Elevator/Lift) dan sistem transportasi tangga berjalan (Eskalator). Dalam konstruksi
gedung bertingkat maintanance terhadap instalasi transportasi ini perluh secara berkala
diperhatikan agar memberikan tingkat kenyamanan dan keselamatan bagi penggunanya
misalnya pengecekan mesin, rantai/slink dan sistem elektrikal pada elevator/lift dan begitu
pula pada instalasi sistem transportasi eskalator.
PENUTUP

Demikianlah makalah ini saya buat, semoga dapat bermaanfaat bagi teman-teman yang
membacanya, saya sadar makalah ini belum sempurna atau kata lain masih jauh dari
kesempurnaan oleh Karena itu kritik dan saran sangat di harapkan agar lebih memperbaiki
tugas makalah ini.semoga makalah utilitas bangunan tinggi ini bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai