Anda di halaman 1dari 2

Devinisi bangunan heritage adalah bangunan yang mempunyai corak yang khas dari tradisi suatu

budaya yang digunakan secara terus menerus dan dijadikan ciri khas, heritage juga berarti tradisi
yang harus dilestarikan, dijaga dan dirawat.
Istilah heritage sendiri mempunyai pengertian yaitu sejarah, tradisi, dan nilai-nilai yang dimiliki
suatu bangsa atau negaraselama bertahun-tahun dan dianggap sebagai serpihan penting dari
huruf bangsa tersebut.
Sedangkan berdasarkan devinisi UNESCO mengatakan “heritage” sebagai warisan masa lalu
yang seharusnya dilestarikan dari generasi ke generasi sebab mempunyai nilai-nilai luhur.
Dalam buku heritage management interpretation identity, karya peter howard menawarkan
makna heritage sebagai segala sesuatu yang ingin diselamatkan orang, termasuk budaya material
maupun alam. Sedangkan berdasarkan HALL&McArther dalam bukunya heritage management
memberikan devinisi heritage sebagai warisan budaya berupa kebendaan seperti monument,
arsitektur bngunan, Kawasan peribadatan, peralatan, kerajinan tangan, dan warisan budaya yang
tak berwujud kebendaan seperti menyebarkan atribut kelompok atau masyarakat, cara hidup,
folklore, norma dan tata nilai.
Contoh bangunan heritage yang akan saya ambil adalah Gedung sate

dengan ciri khasnya berupa ornamen tusuk sate pada menara sentralnya, telah lama menjadi
penanda atau markah tanah kota bandung yang tidak saja dikenal masyarakat di jawa barat, tapi
tetapi juga seluruh Indonesia bahkan model bangunan itu dijadikan pertanda bagi beberapa
bangunan dan tanda-tanda kota di Jawa Barat. gedung berwarna putih ini masih berdiri kokoh
namun anggun dan kini berfungsi sebagai gedung pusat pemerintahan Jawa Barat. Gedung Sate
yang pada masa Hindia Belanda itu disebut Gouvernements Bedrijven (GB), peletakan batu
pertama dilakukan oleh Johanna Catherina Coops, puteri sulung Wali kota Bandung, B.
Coops dan Petronella Roelofsen, mewakili Gubernur Jenderal di Batavia, J.P. Graaf van Limburg
Stirum pada tanggal 27 Juli 1920, merupakan hasil perencanaan sebuah tim yang terdiri dari
Ir.J.Gerber, arsitek muda kenamaan lulusan Fakultas Teknik Delft Nederland, Ir. Eh. De Roo dan
Ir. G. Hendriks serta pihak Gemeente van Bandoeng, diketuai Kol. Pur. VL. Slors dengan
melibatkan 2000 pekerja, 150 orang di antaranya
pemahat, atau ahli bongpay pengukir batu nisan dan
pengukir kayu berkebangsaan Cina yang berasal
dari Konghu atau Kanton, dibantu tukang batu, kuli aduk
dan peladen yang berasal dari penduduk Kampung
Sekeloa, Kampung Coblong Dago, Kampung
Gandok dan Kampung Cibarengkok, yang sebelumnya
mereka menggarap Gedong Sirap (Kampus ITB)
dan Gedong Papak (Balai Kota Bandung).
Arsitektur Gedung Sate merupakan hasil karya arsitek Ir.
J.Gerber dan kelompoknya yang tidak terlepas dari masukan maestro arsitek Belanda Dr.Hendrik
Petrus Berlage, yang bernuansakan wajah arsitektur tradisional Nusantara.
Banyak kalangan arsitek dan ahli bangunan menyatakan Gedung Sate adalah bangunan
monumental yang anggun mempesona dengan gaya arsitektur unik mengarah kepada bentuk
gaya arsitektur Indo-Eropa, (Indo Europeeschen architectuur stijl), sehingga tidak mustahil bila
keanggunan Candi Borobudur ikut mewarnai Gedung Sate. Beberapa pendapat tentang
megahnya Gedung Sate di antaranya Cor Pashier dan Jan Wittenberg dua arsitek Belanda, yang
mengatakan "langgam arsitektur Gedung Sate adalah gaya hasil eksperimen sang arsitek yang
mengarah pada bentuk gaya arsitektur Indo-Eropa".
D. Ruhl dalam bukunya Bandoeng en haar Hoogvlakte 1952, "Gedung Sate adalah bangunan
terindah di Indonesia".
Ir. H.P.Berlage, sewaktu kunjungan ke Gedung Sate April 1923, menyatakan, "Gedung Sate
adalah suatu karya arsitektur besar, yang berhasil memadukan langgam timur dan barat secara
harmonis". Seperti halnya gaya arsitektur Italia pada masa renaiscance terutama pada bangunan
sayap barat. Sedangkan menara bertingkat di tengah bangunan mirip atap meru atau pagoda.
Masih banyak lagi pendapat arsitek Indonesia yang menyatakan kemegahan Gedung Sate
misalnya Slamet Wirasonjaya, dan Ir. Harnyoto Kunto. Gerber sendiri memadukan beberapa
aliran arsitektur ke dalam rancangannya. Untuk jendela, Gerber mengambil tema Moor Spanyol,
sedangkan untuk bangunannya dalah Rennaisance Italia. Khusus untuk menara, Gerber
memasukkan aliran Asia, yaitu gaya atap pura Bali atau pagoda di Thailand. Di puncaknya
terdapat "tusuk sate" dengan 6 buah ornamen sate (versi lain menyebutkan jambu air atau
melati), yang melambangkan 6 juta gulden - jumlah biaya yang digunakan untuk membangun
Gedung Sate. Ornamen yang terbuat dari batu, terletak di atas pintu utama Gedung Sate, sering
dikaitkan dengan candi Borobudur karena bentuknya yang serupa.

http://yangbisayangmau.blogspot.com/2019/02/pengertian-heritage.html

Anda mungkin juga menyukai