Anda di halaman 1dari 2

PELARANGAN MINUMAN BERALKOHOL MEMICU WARGA UNTUK

KONSUMSI MIRAS OPLOSAN

Oleh

Krisna Mulyanto - 21218004

Kelompok 1 Tema Miras

Larangan Memicu Dahaga (Foto: https://www.tagar.id/minuman-beralkohol-dilarang-picu-konsumsi-miras-oplosan)

Minuman Keras atau biasa disingkat miras adalah minuman yang mengandung alkohol. Minuman ini
dibuat dari bahan buah-buahan dengan cara fermentasi. Apabila manusia secara berlebihan
mengkonsumsi miras akan bisa membuat mabuk, hilang kesadaran.

Kalau di Luar Negeri, jenis miras banyak yang sudah dikenal masyarakat Dunia, seperti vodka dan
wiski. Untuk di Indonesia, miras Tradisional sudah dikenal sejak jaman leluhur. Seperti tuak dari suku
Batak, arak Bali, cap tikus dari Manado.

Peredaran miras di negara ini memang belum memiliki produk undang-undang. Tahun 2017 di Gedung
Parlemen Senayan, DPR RI sempat mendorong RUU Peredaran Miras segera disahkan. Alasan
anggota wakil rakyat mempercepat pemberlakuan Undang-Undang Peredaran Miras, karena telah
membahayakan generasi muda.

Larangan minuman beralkohol seringkali untungkan kelompok kriminal yang mendulang harta lewat
produksi miras oplosan
Larangan minuman alkohol seringkali menguntungkan kelompok kriminal, bahkan ada dengan backing,
yang mendulang harta lewat perdagangan gelap minuman beralkohol. Selain itu produksi miras oplosan
tanpa pengawasan kesehatan menyebabkan cacat dan kematian. Ironisnya korban terbesar adalah
penduduk miskin.

Larangan Memicu yang Dahaga - Studi di banyak Negara membuktikan ketika peredaran alkohol
dibatasi atau dilarang, konsumsi minuman keras di pasar gelap justru melonjak. Larangan alkohol dinilai
tidak serta merta menurunkan angka permintaan atas minuman memabukkan. Akibatnya, minuman
keras oplosan yang berbahaya bagi nyawa sering menjadi satu-satunya pilihan bagi penduduk miskin.
1
Musim Kering di Amerika - Amerika Serikat termasuk Negara yang paling pertama menerapkan
larangan alkohol di era modern. Pada 1920 pemerintah melarang semua penjualan dan produksi
alkohol. Akibatnya organisasi kriminal mendulang harta tak terhingga lewat penjualan minuman oplosan
secara gelap. Banjir rejeki buat mafia juga secara tidak langsung membuat korupsi di kepolisian
merajalela.
Ghujarat Tanpa Miras - Pada 1961 giliran Negara bagian Ghujarat di India yang melarang minuman
memabukkan. Namun kebijakan tersebut gagal melumat perdagangan minuman oplosan karena
dilindugi oleh oknum kepolisian. Akhirnya pada 2009 silam sebanyak 136 orang tewas setelah
mengkonsumsi minuman oplosan yang mengandung Methanol.

Pengalaman serupa dicatat Iran yang melarang alkohol sejak Revolusi Islam 1979. Meski rajin
melakukan penggerebekan dan menerapkan hukuman berat terhadap pedagang alkohol, polisi tidak
mampu mencegah peredaran minuman keras. Menurut data statistik yang dipublikasikan pemerintah
2017 silam, sebanyak 10% populasi Iran rajin mengkonsumsi alkohol secara berkala.

Korban Berjatuhan Setiap tahun Iran mencatat angka kematian akibat konsumsi minuman alkohol
oplosan. Kasus paling mencolok adalah ketika 135 orang meninggal dunia akibat minuman keras pada
2013. Terutama embargo barat memaksa penduduk Iran memilih minuman keras dari industri rumahan
yang dilakukan tanpa pengawasan kesehatan.

Indonesia Melarang - Di Indonesia setiap tahun ratusan orang ditengarai tewas akibat mengkonsumsi
miras oplosan. Menurut studi Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), sejak maraknya pembatasan
alkohol pada 2010 konsumsi miras melonjak 75%. Sementara lebih dari 58 persen penduduk yang
mengkonsumi miras oplosan mengaku memilih minuman berbahaya ini karena murah dan mudah
ditemui

Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Daerah Istimewa Yogyakarta gencar memberantas
peredaran minuman keras atau miras yang memabukkan secara ilegal. Mereka yang ditangkap pun
dibawa ke ranah hukum untuk mendapatkan denda atas apa yang perdagangkan tersebut.

Salah satunya di Kabupaten Sleman. Sebanyak empat pemilik toko miras di Bumi Sembada ini
menjalani sidang dan pidana cepat dengan dijatuhi denda sebesar Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta. Mereka
adalah E, 36 tahun, S, 37 tahun, G, 53 tahun dan I, 32 tahun.

Kepala Bidang Penegakan Peraturan Daerah Satpol PP DIY Nur Hidayat mengatakan, keempat orang
tersebut merupakan pemilik ratusan minuman keras atau miras yang dirazia pada 16 dan 19 Februari
2021. "Ada 180 miras yang disita dari empat pemilik toko yang menjual miras tersebut, Minggu, 21
Fabruari 2021.

Adapun 180 miras berbagai merk yakni Anggur Merah, Topi Miring, aneka bir, dan miras jenis lainnya.
Keempat toko tersebut berada di wilayah Babarsari, Seturan, dan Jalan Magelang, serta kawasan
Monjali. “Miras masih menjadi perhatian dari Satpol PP DIY”.

Sumber :

https://www.tagar.id/minuman-beralkohol-dilarang-picu-konsumsi-miras-oplosan

https://www.tagar.id/nominal-denda-uang-si-penjual-miras-di-yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai