Anda di halaman 1dari 31

Pendahuluan

Menenggak alkohol sudah merupakan perilaku biasa dan menjadi tuntutan yang harus dilakukan oleh
sekelompok orang dalam mengekspresikan suatu moment, misalnya dalam pesta-pesta, perpisahan tahun,
atau dalam acara syukuran.

Remaja dengan segala problematika hidup sangatlah rentan terhadap pengaruh alkohol maupun obat-
obatan terlarang. Individu yang memasuki masa dewasa awal yang kemudian menjadi pecandu alkohol
dapat menyebabkan terganggunya kesehatan mental (Utina Satria Salim).

Menurut Libertus Jehani & Antoro dkk (2006 dalam Putri, 2017) penyalahgunaan napza yaitu seseorang
yang mengkonsumsi obat-obatan untuk diri sendiri tanpa indikasi medik, tanpa petunjuk dan resep dokter,
baik secara teratur atau berkala sekurang-kurangnya selama satu bulan (Dewi Mustira, 2017).

Saat ini tercatat bahwa seorang akademisi, pegawai negeri, artis, pekerja swasta bahkan usia remaja tidak
lepas dari penyalahgunaan narkoba. Kondisi tersebut merupakan gambaran Indonesia darurat narkoba,
dan diikuti dengan pembentukan badan narkotika nasional (BNN).

Undang-undang Narkotika disahkan pada tanggal 12 Oktober Tahun 2009, dengan harapan bahwa sistem
hukum nasional dapat dijalankan dengan sebaik-baiknya, mengingat peraturan perundang-undangan
adalah bagian atau subsistem dari sistem hukum yang merupakan bentuk aturan hukum suatu produk
politik yang para pembuatnya adalah elit politik/lembaga politik.

BNN tahun 2015 gencar mensosialisasikan tentang dekriminalisasi dan depenalisasi dalam penanganan
pecandu narkoba dan korban penyalahguna narkotika memasuki visi Indonesia bebas dari narkoba tahun
2015.

Laporan WHO (2019) menyebutkan bahwa ganja masih menjadi obat yang paling umum digunakan yaitu
188 juta orang pada tahun 2017 dan pada tahun yang sama, diperkirakan 271 juta orang di seluruh dunia
berusia 15–64 tahun telah menggunakan narkoba setidaknya sekali pada tahun sebelumnya (kisaran: 201
juta hingga 341 juta). Ini sesuai dengan 5,5 persen dari populasi global yang berusia 15–64 (kisaran: 4,1
hingga 6,9 persen), mewakili satu dari setiap 18 orang.

Di seluruh dunia pada tahun 2016, lebih dari setengah (57%, atau 3,1 miliar orang) dari populasi global
berusia 15 tahun ke atas tidak minum alkohol dalam 12 bulan sebelumnya. Sekitar 2,3 miliar orang saat
ini adalah peminum. Alkohol dikonsumsi oleh lebih dari setengah populasi hanya di tiga wilayah WHO -
Amerika, Eropa, dan Pasifik Barat. Total konsumsi alkohol per kapita penduduk dunia yang berusia di
atas 15 tahun meningkat dari 5,5 liter alkohol murni pada tahun 2005 menjadi 6,4 liter pada tahun 2010
dan masih berada pada level 6,4 liter pada tahun 2016. Tingkat konsumsi alkohol per kapita tertinggi
adalah diamati di negara-negara Wilayah Eropa WHO.

Di seluruh dunia, konsumen alkohol minum sekitar 32,8 gram alkohol murni per hari (atau 15,1 liter
alkohol murni setiap tahun). Ini adalah sekitar 20% lebih tinggi (40,0 g / hari) di Wilayah Afrika dan
sekitar 20% lebih rendah (26,3 g / hari) di Wilayah Asia Tenggara.

Hasil survei sekolah menunjukkan bahwa di banyak negara di Amerika, Eropa dan Pasifik Barat,
penggunaan alkohol dimulai sebelum usia 15 tahun dan prevalensi penggunaan alkohol di antara siswa
berusia 15 tahun dapat berkisar antara 50–70% dengan perbedaan yang sangat kecil antara anak laki-laki
dan perempuan (WHO, 2018).
Indonesia dalam Global Health Observatory (GHO-WHO) 2010 masuk pada kelompok negara dengan
konsumsi alkohol terendah (<2,5 liter/orang/kapita). Harus dipahami bahwa situasi permasalahan alkohol
di Indonesia sangat kompleks. Pengaruh adat dan tradisi serta lemahnya kebijakan terkait produksi,
distribusi, dan konsumsi alkohol diyakini mampu menjadi bom waktu (Eko Teguh Pribadi, 2017).

Alkohol sendiri adalah zat psikoatif yang bersifat adiktif. Psikoatif karena alkohol bekerja secara selektif
terutama pada otak, yang dapat menimbulkan perubahan pada perilaku, emosi, kognitif, persepsi, dan
kesadaran seseorang. Sifat adiktif alkohol adalah sifat kecanduan atau ketergantungan seseorang terhadap
zat ini (Eko Teguh Pribadi, 2017).

Minuman beralkohol mempunyai kadar yang berbeda-beda, misalnya bir dan soda alkohol (1%-10%
alkohol), martini dan anggur (10%-20% alkohol), dan minuman keras import yang biasa disebut sebagai
whisky dan brandy (20%-50% alkohol). Alkohol sendiri dibedakan menjadi 3 golongan, golongan A
berkadar 0,1%-05%, golongan B berkadar 0,5%-20%, dan olongan C berkadar 20%-50% (Eko Teguh
Pribadi, 2017).

Di Indonesia umumnya pengenalan terhadap alkohol justru terjadi pada saat usia remaja. Masa
pertumbuhan paling beresiko dimana seseorang pertama kali mencoba mengkonsumsi alkohol adalah
masa remaja. Ini adalah masa yang sangat kirtis dimana sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan
alkohol. Terdapat lima faktor penyebab penyalahggunaan alkohol pada remaja, yang dapat
diidentifikasikan yakni pemberian informasi yang tidak tepat; kontrol yang lemah dari orang tua; adanya
fasilitas dan materi lebih dari orang tua; kepribadian yang labil dan pengaruh teman pergaulan; serta
lemahnya mental remaja (3). Terkait hal ini, masalah penyalahgunaan alkohol di Indonesia tidak bisa
dianggap remeh, banyak sekali faktor yang terkait di dalamnya sehingga strategi dan upaya
penanganannya pun harus dilakukan secara komprehensif dan multi dimensi.

Faktor determinan Penyalagunaan Alkohol


1. Sosial

Prestige. Banyak sekali kasus penyalahgunaan alkohol yang terjadi pada masyarakat kita terkait
dengan masalah prestige. Saat ini telah muncul anggapan bahwa dengan mengkonsumsi minuman
beralkohol maka nilai dan derajat seseorang dalam lingkungan sosialnya dapat meningkat. Minuman
beralkohol merk import dipandang sebagai tanda status sosial ekonomi seseorang. Tentu saja ini tidak
mengherankan bila ditinjau dari segi harga, beberapa produk minuman beralkohol import golongan C
seperti Rhum, Brandy, Red Label, dan Black Label bisa berharga 1 hingga 5 juta rupiah per botol di
pasaran. Sudah barang tentu penilaian masyarakat terhadap status dan prestige (sosial ekonomi)
seseorang yang akrab dengan konsumsi minuman jenis ini akan meningkat. Sementara itu nilai
prestige dari pengkonsumsian alkohol juga berkembang pada masayarakat kalangan bawah. Alkohol
dipandang sebagai lambang pergaulan, keberanian, dan asumsi-asumsi lain terkait sisi kemaskulinan
melekat erat pada minuman ini. Pada masyarakat kelas bawah tentu saja sulit untuk mendapatkan
minuman-minuman merk import, sehingga pilihan utama mereka ditujukan pada beberapa produk
lokal seperti Bir Hitam, Cap Tikus, Raja Jemblung, Arak dan Tuak. Pada sisi ini prestige seseorang
yang mengkonsumsi alkohol tidak lagi dikaikan dengan status sosial ekonomi, melainkan status
kejantanan dan keberanian dalam lingkaran pergaulan sosial. Pada kalangan masyarakat kelas ini,
konsumsi alkohol umumnya dilakukan secara berkelompok pada tempat-tempat umum yang secara
etis tidak layak dijadikan sebagai tempat minum (pos ronda, trotoar jalan, dll), istilah pesta miras
sering dilabelkan pada aktifitas ini. Ironisnya justru berbagai masalah sosial terkait alkohol seperti
kriminalitas, perkelahian, dan tindakan asusila berawal dari sini.

Lifestyle. Pengkonsumsian alkohol yang marak di Indonesia juga tidak bisa lepas dari pengaruh
perubahan gaya hidup. Berbagai club hiburan malam yang menyediakan alkohol sebagai menu utama,
menjadi pilihan pertama dalam memanjakan diri bagi remaja dan kaum eksekutif . Istilah “dugem”
ataupun “melantai” bukanlah menjadi hal asing bagi kebayakan remaja di kota-kota besar. Sementara
di daerah rural, tempat hiburan seperti club dangdut, warung remang, ataupun kegiatan hiburan
insidentil lain seperti panggung hiburan dan acara-acara ceremonial juga tidak lepas dari penggunaan
alkohol. Pergaulan menjadi kunci dalam permasalahan alkohol terkait pengaruh perubahan gaya
hidup. Bagaimanapun juga faktor perubahan lifestyle atau gaya hidup bukanlah faktor yang berdiri
sendiri, melainkan faktor dengan bentuk perubahan yang mensyaratkan corak kolektif (social pattern)
didalamnya, dan biasanya perubahan lifesyle ini muncul melalui pengaruh pergaulan.

Sistem Norma. Norma sosial baik itu merupakan nilai keluarga ataupun nilai masyarakat sering
berpengaruh pada masalah penyalahgunaan alkohol. Karakter dan nilai individu dibentuk melalui
proses adopsi nilai keluargadan nilai masyarakat. Norma sosial ini memiliki dimensi etis dengan
konsekwensi yang tidak mengikat, dan sering digunakan sebagai mekanisme kontrol terhadap
perilaku individu dalam kehidupan bermasyarakat (5). Dalam kasus penyalahgunaan alkohol pada
individu, tidaklah sulit untuk menemukan keterkaitannya dengan keberadaan sistem nilai dan norma
dalam keluarga si pengguna. Individu pengguna alkohol sering berasal dari lingkungan keluarga yang
juga mengkonsumsi alkohol, atau keluarga yang memiliki peran kontrol minim terhadap
perkembangan perilaku individu yang bersangkutan. Peranan keluarga menjadi sangat dominan
dalam pembentukan perilaku individu terkait masalah penyalahgunaan alkohol. Sementara dalam
beberapa lingkungan masyarakat kita, perilaku alkoholik masih ditoleransi pada batas-batas tertentu.
Stigma negatif merupakan bentuk tertinggi dari konsekwensi yang dilabelkan pada pengguna alkohol.
Peran masyarakat dalam kontrol perilaku terkait dengan sistem norma, hanya terbatas pada kontrol
terhadap dampak negatif alkohol secara sosial (gangguan keamanan, perkelahian, kriminalitas, dll).
Untuk penggunaan alkohol seperti pesta pesta miras, acara minum, dan lainnya masih ditoleransi
sebatas tidak memiliki dampak terhadap gangguan keamanan pada lingkungan umum.

2. Ekonomi

Kekuatan Ekonomi Masyarakat. Meningkatnya jumlah pengguna alkohol di Indonesia dapat


diasosiasikan dengan faktor keterjangkauan harga minuman beralkohol dibandingkan dengan daya
beli atau kekuatan ekonomi masyarakat. Di tahun 2016 Indonesia memilki GDP Per Capita sebesar
US$.3.636 per tahun, atau setara dengan sekitar Rp.4.000.000 perbulan (17). Secara rasional dengan
mayoritas penduduk Indonesia dengan rat-rata pendapatan bulanan sebesar 4 juta rupiah sudah barang
tentu produk minuman beralkohol (berlabel) menjadi sulit untuk dijangkau, namun pada
kenyataannya jumlah pengguna minuman keras di tanah air dari tahun ke tahun justru meningkat.
Tingginya harga minuman beralkohol merk import menjadikan minuman jenis ini lebih akrab dengan
pengguna dari lapisan atas, sementara masyarakat kalangan bawah lebih banyak membelanjakan
uangnya pada minuman keras merk lokal ataupun bebrapa minuman tradisional. Masalah baru
muncul ketika beberapa produk minuman keras lokal (tradisional) seringkali tidak terdaftar pada
Balai Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM). Sehingga kadar alkohol dalam
minuman sering tidak diketahui oleh pengguna. Selain itu masyarakat dengan alasan penghematan
dan menambah efek memabukkannya, juga sering melakukan pencampuran antara minuman keras
dengan cairan lain (oplosan), seperti spirtus, minyak babi, propelen, obat-obatan, ataupun softdrink.

Mekanisme Harga Pasar. Pasar memainkan peran dalam mempengaruhi pola konsumsi masyarakat
terhadap alkohol. Minuman beralkohol import ataupun minuman beralkohol yang terdaftar (licensed)
jauh lebih aman bagi penggunannya, hal ini karena pada merk-merk tersebut kandungan alkoholnya
telah diketahui secara pasti karena tertetera pada kemasan. Sehingga si pengguna alkohol dapat
menyesuaikan pola konsumsinya dengan kadar kandungan alkohol yang ada pada minuman.
Sementara minuman beralkohol lokal (tradisional) yang tidak terdaftar akan sulit untuk dideteksi nilai
kandungan alkohol didalamnya, sehingga justru memiliki resiko lebih tinggi terhadap si pengguna.
Minuman beralkohol merk import dan minuman beralkohol domestik terdaftar, memiliki harga yang
relatif cukup tinggi dipasaran, bila dibandingkan dengan minuman beralkohol lokal dan tradisional.
Hal ini dikarenakan tingginya biaya masuk minuman import, biaya perijinan perijinan produksi dan
distribusi, biaya pajak dan cukai, serta biaya produksi dan pemasarannya, sementara banyak minuman
jenis lokal yang tidak terdaftar dan tidak memiliki ijin produksi. Bandingkan harga minuman
beralkohol merk Mansion atau Jack Daniels yang ada dalam kisaran Rp.500.000 s/d Rp.1.500.000 per
botol (300-600 ml), dengan harga minuman lokal Arak Bali, Tuak, atau Cukrik dengan harga
Rp.25.000 s/d Rp.80.000 per liter. Sudah barang tentu masyarakat pecandu alkohol khususnya lapisan
ekonomi menengah bawah lebih memilih untuk mengkonsumsi minuman lokal karena harganya yang
relatif lebih murah, namun di sisi lain memberikan resiko yang justru lebih tinggi.

Pendapatan Negara. Masalah penyalahgunaan alkohol terkesan kurang mendapatkan perhatian serius
dari pemerintah, ini mungkin karena sifatnya yang ambivalen. Alkohol merupakan salah satu
penyebab kematian dan kesakitan terbesar (kesehatan dan sosial) selain itu alkohol masih menjadi
primadona penyumbang devisa negara (ekonomi) baik melalui pajak maupun cukai (tax,revenue, and
excise). Dalam UU RI No.14 Tahun 2015 disebutkan, sumber penerimaan Negara Republik Indonesia
diperoleh dari 3 komponen utama, yakni penerimaan perpajakan, penerimaan negara bukan Pajak,
serta penerimaan hibah dalam dan luar negeri (9). Dalam UU tentang APBN tahun anggaran 2016 ini
disebutkan jumlah anggaran pendapatan negara dan hibah tahun anggaran 2016 sebesar
Rp.1.822.545.849.136.000 (lebih dari seribu delapan ratus triliun). Penerimaan dari cukai hasil
tembakau dan minuman mengandung methyl alkohol sebesar 144.6 triliun. Jumlah ini belum
mewakili pendapatan sektor pajak lain terkait produk alkohol dan variannya, seperti pajak pendapatan
dan pertambahan nilai (PPh dan PPn) barang import, bea masuk luar negeri dan perdagangan
internasional, pajak perijinan industri dan usaha dagang, dan pajak produksi dan periklanan, dan lain
sebagainya. Yang estimasi kotornya bisa lebih dari 10% total APBN. Dengan kisaran seperti ini tentu
saja akan sulit bagi pemerintah untuk membatasi meningkatnya perkembangan industri alkohol di
Indonesia, terlebih memang sektor ini menarik inverstor asing. Catatan WHO-SEARO pada tahun
2002 saja di Indonesia terdapat 588 alcoholic beverage factories, 2 perusahaan importir, dan 82
perusahaan distributor induk (8). Selain itu juga terdapat dua perusahaan besar produsen minuman
beralkohol yang mendapatkan lisensi dari dua perusahaan bir raksasa internasional, yaitu BIR
BINTANG (International HEINEKEN Beer Company) dengan produksi 1.350.000 hectoliter
minuman beralkohol pertahun, serta ANKER BIR (International ANCHOR Beer Company) yang
menyuplai 900.000 hectoliter minuman beralkohol per tahun di Indonesia. Dalam tinjauan ekonomi
makro pemerintah juga mengalami masalah dilematis, karena masih ada jutaan rakyat Indonesia yang
mengantungkan hidupnya pada industri minuman beralkohol (produksi, distribusi, pemasaran, dll).
Pelarangan semua bentuk industri alkohol di Indonesia tentu saja bukan menjadi pilihan bijaksana
dalam menangani permasalahan penyalahgunaan alkohol di tanah air. Karena hal ini justru akan
menimbulkan masalah sosial baru seperti pengangguran dan kemiskinan, terlebih pondasi ekonomi
negara kita masih sangatlah rapuh.

3. Budaya

Tradisi dan Adat. Pada banyak kebudayaan di berbagai belahan dunia, alkohol telah dikenal dan
memiliki perannya sendiri secara kultural. Di Cina alkohol dikenal dalam bentuk arak sering
digunakan dalam acara ceremonial dan juga dikenal sebagai obat dan bumbu masak. Sementara di
Jepang pengkonsumsian alkohol (Arak Jepang) juga dilakukan dalam acara pertemuan formal
(bussiness) atau perayaan keberhasilan. Di Indonesia banyak daerah memiliki keterikatan dengan
penggunaan alakohol, baik itu penggunaan untuk perayaan adat, ataupun penggunaan alkohol sebagai
obat yang dipercaya mampu memberikan dampak positif bagi kesehatan tubuh, yang akarnya bisa
ditarik dalam konteks kultur dominan. Di Bali sebagai daerah yang selalu penuh akan wisatawan
lokal maupun asing, konsumsi minuman beralkohol baik tradisional maupun dengan merk dagang
menjadi semacam keseharian yang umum dijumpai. Sementara di Tuban Jawa Timur, minuman
beralkohol yang disebut badeg tidak akan sulit untuk ditemukan hampir di setiap rumah di sepanjang
pesisir pantai utara ini Pulau Jawa ini. Di Minahasa penyajian minuman keras sagoer yaitu cairan
yang disadap dari pohon enau dan mengandung kadar alkohol sekitar 5% kerap disajikan dalam setiap
acara pesta dan sudah merupakan hal wajib. Bahkan minuman khas ini disajikan harian dan dipercaya
mampu menjadi pendorong kerja untuk kalangan petani. Budaya pesta dan minum dipercaya
merupakan hasil akulturasi antara tradisi lokal dan budaya Portugis ini tetap dipelihara hingga saat
ini. Sosiolog Sarwono mengatakan, adat dan tradisi lokal tentu memiliki karakteristiknya sendiri,
serta memiliki pengaruh yang berbeda dalam pembentukan perilaku (5). Bentuk budaya dan tradisi
merupakan pedoman bagi sistem nilai dan norma masyarakat, hal ini berpengaruh terhadap penilaian
baik dan buruk secra subyektif, dengan derajat yang berbeda untuk setiap daerah. Dari sini tentu
masalah penyalahgunaan alkohol pada masyarakat dapat kita ditelusuri melalui konteks budaya,
namun untuk penanganannya tentu saja membutuhkan usaha yang jauh lebih kompleks karena kultur
dominan di tiap-tiap daerah tentu saja beragam. Kultur dan tradisi tidaklah mungkin dapat diberikan
label penilaian negatif atau positif apapun bentuknya, karena setiap daerah memiliki akar sejarah
yang berbeda dan berpengaruh terhadap apa yang diyakini. Pendekatan masalah penyalahgunaan
alkohol dengan perangkat budaya tidak akan mampu memberikan hasil yang optimal, karena sama
seperti etika, nilai, dan sistem kepercayaan, mekanisme kontrol perilaku terkait penyalahgunaan
alkohol melalui perangkat kultur hanya akan memberikan kerangka etis normatif tanpa ada kerangka
hukum positif dengan pertanggungjawaban nyata. Pendekatan melalui tradisi dan adat lokal pada
masalah penyalahgunaan alkohol hendaknya lebih ditujukan sebagai pintu masuk untuk memahami
karakter dan besaran masalah yang terjadi pada tiap-tiap kelompok masyarakat dengan kultur yang
beragam.
Sistem Kepercayaan dan Agama. Di Indonesia terdapat lima agama resmi dan berbagai bentuk
kepercayaan yang berakar dari tradisi. Walaupun secara eksplisit hanya agama Islam yang memuat
aturan dalam kitab sucinya (Al-Qur’an) tentang pelarangan alkohol untuk dikonsumsi, namun bukan
berarti perangkat aturan yang sama tidak berlaku pada agama dan kepercayaan lain. Kaum Yahudi
yang memiliki sejarah dan akar yang sama dengan agama Islam (Smith) juga memuat secara tegas
tentang aturan pengkonsumsian minuman hasil fermentasi anggur. Sedangkan kaum umat Nasrani
masih mentoleransi pengkonsumsian alkohol, ini dapat dilihat dari sejarah Kristus yang melakukan
perjamuan anggur dengan para muridnya “Perjamuan Terakhir” sebelum disalib oleh tentara Romawi.
Sementara pada kepercayaan Budhis, Hindi, dan kepercayaan Cina juga tidak ditemukan adanya
larangan eksplisit terhadap pengkonsumsian alkohol. Namun tentu saja semua agama dan
kepercayaan di atas melarang pengkonsumsian jenis makanan atau minuman yang dapat memberikan
dampak negatif bagi pengkonsumsinya, atau juga larangan terhadap pengkonsumsian jenis makanan
dan minuman tertentu secara berlebihan. Hal ini membuktikan bahwa semua agama tidak akan
menganjurkan pada pemeluknya untuk merusak dirinya sendiri dengan mengkonsumsi makanan dan
minuman tertentu (alkohol), walaupun setiap agama memiliki batas toleransi berbeda terhadap
pengkonsumsiannya. Pendekatan agama dalam penanganan masalah penyalahgunaan alkohol sama
halnya dengan memberikan kerangkafiktif dalam membatasi tindakan dan perilaku seseorang.
Bagaimanapun juga agama dann keyakinan hanya mempu memberikan batasan yang bersifat
subyektif terhadap apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan, dengan pertanggungjawaban
vertikal antara seseorang dengan apa yang diyakininya. Batasan ini sangat variatif, keropos, dan
mudah untuk dimanipulasi bukan dari sisi religius melainkan dari sisi mekanisme kontrol. Masalah
alkohol harus dipahami dan dianalisis melalui konteks hubungan horisontal manusia dengan manusia
dan bukan konteks vertikal manusia dengan Tuhan.

4. Lingkungan
Peraturan dan Kebijakan. Di Indonesia telah banyak dikeluarkan produk perundangan yang mengatur
tentang masalah alkohol, baik itu regulasi mengenai produksi dan distribusinya, maupun peraturan
tentang penggunaannya untuk konsumsi. UU RI Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. UU RI
Nomor 05 Tahun 1997 Tentang Psikotropika. Serta UU RI Nomor 39 Tahun 2007 Tentang Perubahan
atas Undang Undang Nomor 11 Tahun 1995 Tentang Cukai. UU ini berisikan peraturan mengenai
barang kena cukai. Salah satunya dikenakan terhadap barang yang mengandung etil alkohol atau
etanol, dengan tidak mengindahkan bahan yang digunakan dan proses pembuatannya. Dalam UU ini
disebutkan juga tentang tarif cukai (non tembakau) untuk barang yang dibuat di Indonesia sebesar
1150% harga jual pabrik dan 80% harga jual eceran (10). Masih banyak lagi ditemukan Peraturan
Pemerintah, Peraturan Presiden, Permen, dan terkait Alkohol. Namun masih juga ditemukan
pelangaran terhadap peraturan perundangan terkait minuman keras (beralkohol). Produk minuman
keras lokal dan tradisional misalnya yang bisa dipastikan dijual tanpa kemasan yang
menginformasikan kandungan alkohol dan tanggal kadaluwarsa. Selain itu banyak industri minuman
lokal lebih memilih untuk beroprasi secara ilegal dikarenakan pemberlakuan UU RI Nomor 39 Tahun
2007, yang mengatur besaran tarif cukai antara 80%-1150% dari harga dasar. Di Indonesia juga diatur
mengenai larangan penjualan minuman beralkohol untuk konsumen di bawah usia 21 tahun, dan lagi-
lagi peraturan ini sekedar menjadi peraturan. Dan sangat disayangkan bahwa RUU Tahun 2015
Tentang Larangan Minuman Beralkohol di Indonesia hingga saat ini masih menuai tarik ulur
kepentingan dan belum disahkan menjadi UU.

Di berbagai daerah di Indoneisa banyak diterbitkan Perda tentang minuman beralkohol, namun pada
pertengahan Mei 2016 Mendagri mencabut ratusan Perda tentang Miras diberbagai daerah dengan
alasan untuk diakselerasikan dengan Peraturan Perundangan. Setiap peraturan yang diberlakukan di
daerah tergantung pada karakteristik dan kepentingan masing-masing daerah. Motif ekonomi sering
menjadi pertimbangan dalam pembuatan dan pelaksanaan peraturan daerah ini. Di Bali misalnya
peraturan mengenai penggunaan minuman beralkohol tentu saja sangatlah toleran, mengingat
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Bali lebih banyak dari sektor pariwisata yang akrab dengan
pengkonsumsian alkohol. Pada beberapa daerah memang sering terdengar tentang razia penertiban
dan penangkapan pelaku minuman keras (alkohol), baik itu produsen, distributor, maupun di tingkat
konsumennya. Namun upaya penegakan hukum ini juga terkesan musiman, tidak didasari oleh
kesungguhan, dan hanya dilakukan pada tataran tentatif, bahkan sering dijumpai pelanggaran
penyalahgunaan minuman beralkohol justru dilakukan oleh aparat penegak hukum itu sendiri.

Ketersediaan Produk. Faktor lain yang mempengaruhi masalah penyalahgunaan alkohol di Indonesia
adalah ketersedian produk minuman beralkohol yang bisa diakses oleh siapapun dari semua
kelompok umur. Produk minuman keras beralkohol sangat mudah untuk ditemukan dimanapun baik
secara legal maupun ilegal. Saat ini satu-satunya hal yang membatasi keterjangkauan produk
minuman beralkohol terhadap akses masyarakat adalah mekanisme harga pasar. Bagi kalangan
middle high class, produk-produk minuman keras (import dan terdaftar) sangatlah mudah diperoleh di
swalayan ataupun klub hiburan malam, pada tempat-tempat ini minuman beralkohol dengan kadar di
atas 50% pun (Rhum dan Brandy) bisa diperjual belikan secara legal. Sementara untuk masyarakat
kelas bawah, minuman keras lokal dan tidak terdaftar yang dijual secara ilegal diberbagai tempat,
lebih menjadi pilihan utama.

Media Periklanan. Iklan berfungsi dalam menginformasikan produk yang diproduksi secara masal
kepada masyarakat, agar masyarakat tergerak untuk membeli atau mengkonsumsi produk tersebut.
Iklan cenderung menciptakan hasrat dalam diri konsumen, menyarankan pada konsumen untuk
melengkapi sesuatu yang kurang dalam dirinya, dan menawarkan produknya sebagai jawaban (4).
Dalam kasus penyalahgunaan alkohol di Indonesia, paparan iklan komersial untuk produk minuman
beralkohol ini memang tidaklah gencar dilakukan di media. Namun beberapa iklan mengenai
minuman carbon dengan kandungan zero alcohol masih sering dijumpai baik pada media cetak
maupun media elektronik. Hal ini disadari atau tidak dapat menumbuhkan keinginan dalam diri
masyarakat untuk mengkonsumsi produk minuman yang diiklankan tersebut, dan lambat-laun
keinginan tersebut akan berkembang hasrat untuk mengkonsumsi produk minuman beralkohol.
Keinginan ini bisa terjadi terutama pada kalangan remaja yang sesuai dengan kebutuhan tumbuh
kembangnya, selalu ingin mencari pengalaman dan mencoba sesuatu yang baru, termasuk juga
mencoba mengkonsumsi minuman beralkohol. Tahun 2015 banyak upaya dilakukan pemerintah
untuk penertiban peredaran minuman beralkohol. Sejak 16 April 2015 semua minimarket dilarang
dan tidak lagi dapat menjual minuman beralkohol sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan No.
6 tahun 2015 mengenai Pengendalian dan Pengawasan terhadap Pengadaan, Peredaran, dan Penjualan
Minuman Beralkohol, dan semenjak ini pula hampir tidak pernah dijumpai iklan produk minuman
beralkohol diberbagai media di Indonesia.

Promosi Kesehatan. Peranan provider kesehatan dalam mempromosikan kesehatan terkait masalah
alkohol baik itu sosialisasi di tingkat masyarakat maupun advokasi pada tingkatan decision maker
menjadi sangat vital. Promosi kesehatan melalui iklan layanan kesehatan terbukti mampu
memberikan rangsangan terhadap perubahan perilaku individu dan masyarakat (1). Di Indonesia
program promosi kesehatan termasuk keberadaan iklan layanan kesehatan sebagai upaya edukasi dini
terkait masalah alkohol masih sangat minim. Sebagai upaya penanganan permasalahan
penyalahgunaan alkohol, program promosi kesehatan ini harus berfokus pada dua jalur yaitu upaya
transfer informasi dan pengetahuan kesehatan pada masyarakat (sosialisasi) dan pada pembuat
kebijakan (advokasi) mengenai dampak negatif dari pengkonsumsian alkohol, ditinjau dari segi
kesehatan maupun segi sosial. Diharapkan dengan pengoptimalan fungsi promosi kesehatan, maka di
satu sisi masyarakat dapat secara sadar untuk menghindari penyalahgunaan alkohol, dan pada sisi lain
pemerintah (decision maker) mampu merumuskan dan melaksanakan peraturan mengenai minuman
beralkohol yang lebih berpihak terhadap bidang kesehatan. Promosi kesehatan tidak boleh dipahami
sebagai program tunggal dibawah Kementerian Kesehatan saja, namun sebagai upaya terpadu lintas
sektor antar kementerian
INDIKATOR UTAMA UNTUK KERANGKA PEMANTAUAN
GLOBAL TENTANG ALKOHOL DAN KESEHATAN (WHO,
2018)
Perbandingan data internasional adalah prinsip utama dari setiap aktivitas pemantauan global. Hal ini
membutuhkan upaya ekstra mulai dari kesepakatan tentang pemilihan bidang prioritas, melalui definisi
dan operasionalisasi indikator dan metodologi umum untuk pengumpulan data, hingga analisis dan
pelaporan. Pemantauan internasional membutuhkan upaya intensif dan terpadu dari Negara Anggota,
WHO dan badan internasional lainnya. Namun, diusulkan untuk menjaga mekanisme pemantauan tetap
sederhana dan menyelaraskannya dengan struktur, sistem, dan mekanisme koordinasi yang ada. Sistem
pemantauan dan pengawasan yang efektif terhadap alkohol dan kesehatan masyarakat harus mencakup
beberapa domain indikator utama, yaitu:
• Konsumsi alkohol
• Konsekuensi kesehatan dan sosial
• Respons kebijakan dan program.

Beberapa domain konsumsi alkohol penting untuk pengkajian dan pemantauan dalam konteks dampaknya
terhadap kesehatan penduduk, yaitu:
• Total konsumsi per kapita
• Konsumsi alkohol yang tercatat
• Konsumsi alkohol yang tidak tercatat
• Konsumsi turis
• Konsumsi menurut jenis minuman beralkohol
• Prevalensi tingkat abstain (mantan peminum dan peminum seumur hidup)
• Prevalensi minuman keras episodik (HED)
• Konsumsi per kapita dan pola minum di antara peminum saja.

Pendekatan pengobatan obat


Dalam merawat mereka yang mengalami gangguan penyalahgunaan napza, penting untuk memastikan
tersedia layanan pengobatan yang paling efektif, efisien dan etis. Meskipun bukti menunjukkan bahwa
gangguan penyalahgunaan napza paling baik ditangani dalam sistem kesehatan masyarakat, penyertaan
pengobatan kecanduan dalam sistem perawatan kesehatan sulit dilakukan di beberapa negara. Agar
efektif, layanan perawatan harus memenuhi persyaratan individu sesuai dengan tingkat keparahan spesifik
gangguan mereka. Perawatan yang efektif menggabungkan banyak komponen, termasuk layanan
penjangkauan, skrining dan intervensi singkat, perawatan rawat inap dan rawat jalan, perawatan
farmakologis berbasis bukti dan intervensi psikososial, perawatan residensial jangka panjang, rehabilitasi,
dan layanan dukungan pemulihan.

Sebagai bagian dari respon terhadap penggunaan napza, beberapa negara di Asia telah menerapkan pusat
penahanan napza wajib di mana orang-orang yang menggunakan atau bergantung pada napza dibatasi
tanpa persetujuan mereka dan dalam beberapa kasus tanpa proses dan evaluasi klinis dengan dalih
pengobatan atau rehabilitasi. Hal ini bertentangan langsung dengan kewajiban hak asasi manusia dan
bertentangan dengan etika kedokteran. B Analisis terbaru tentang pengobatan wajib penggunaan narkoba
di tujuh negara di Asia Tenggara, berdasarkan informasi terbaru yang tersedia, menemukan bahwa, pada
tahun 2014, 450.000 orang telah ditahan di 948 fasilitas di tujuh negara tersebut. Sementara perkiraan
jumlah total orang yang ditahan menurun 4 persen antara tahun 2012 dan 2014, dan di dua negara terjadi
penurunan jumlah pusat penahanan wajib, di empat negara jumlah orang yang ditahan meningkat. C
Bukti menunjukkan bahwa tanggapan yang paling efektif adalah pengobatan gangguan penyalahgunaan
napza melalui modalitas pengobatan sukarela berbasis bukti. D, e, f Pada tahun 2012, pernyataan bersama
tentang pusat penahanan dan rehabilitasi wajib napza dikeluarkan oleh 12 entitas Perserikatan Bangsa-
Bangsa yang menyerukan Negara-negara Anggota untuk menutup pusat-pusat penahanan dan rehabilitasi
obat-obatan wajib dan melaksanakan layanan kesehatan dan sosial berbasis hak asasi manusia dan
sukarela di masyarakat (WHO-WDR, 2019).

Ketergantungan narkoba adalah penyakit kompleks, kronik dan kambuh-kambuhan. Patologi


ketergantungan tersebut dimulai sejak seseorang menggunakan narkoba. Menurut Gibbons,
ketergantungan adalah suatu keadaan psikis dan kadang-kadang juga fisik diakibatkan oleh interaksi
antar suatu makhluk hidup dengan suatu obat, yang ditandai dengan kelakuan yang terdorong oleh
suatu hasrat yang kuat untuk terus-menerus atau secara periodik menggunakan suatu obat dengan
tujuan untuk menyelami efek dan kadang-kadang untuk menghindari gejala-gejala yang tidak enak.3

Menanggulangi hal tersebut, pemerintah melalui BNN telah mengambil langkah nyata dalam
menurunkan tingginya angka penyalahguna narkoba dengan melaksanakan program rehabilitasi.
Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang ditujukan kepada pemakai
narkoba yang sudah menjalani program kuratif (program pengobatan). 4 Program rehabilitasi tersebut
dimaksudkan untuk memulihkan kondisi sosial korban penyalahguna narkoba agar mampu
memperoleh keberfungsian sosialnya dan dapat kembali menjalani kehidupan di masyarakat
nantinya. Keberfungsian sosial itu sendiri merupakan suatu kondisi dimana seseorang mampu
memecahkan permasalahan sosial yang dialami, mampu memenuhi kebutuhan dan mampu
melaksanakan peranan sosial secara mandiri dan normatif.

Pelaksanaan program rehabilitasi dilibatkan tenaga profesional, salah satunya adalah konselor adiksi.
Konselor adalah orang yang memiliki tugas memberikan konseling atau nasihat-nasihat dan
masukan-masukan praktis bagi orang yang mengalami kendala-kendala tertentu. 5 Sedangkan adiksi
disini adalah kondisi kecanduan zat racun yang merusak dan membahayakan tubuh serta dapat
menimbulkan ketergantungan bahkan kematian untuk pemakaian yang berlebihan. 6 Jadi, konselor
adiksi adalah orang yang memberikan konseling/masukan terhadap pecandu narkoba yang
mengalami kendala penggunaan zat-zat beracun yang dapat merusak tubuh serta menimbulkan
ketergantungan.

Konselor adiksi dalam membantu pemulihan korban penyalahgunaan narkoba melalui proses
konseling. Konseling yang dilakukan konselor adiksi yaitu untuk mengetahui pemahaman diri klien
dengan melalui grup terapi (konseling kelompok) dan konseling individual yang merupakan kegiatan
konseling yang berupaya dalam perubahan perilaku residen dalam menjalani program. Metode terapi
ini dilakukan konselor secara rutin dan terjadwal setiap hari selama delapan sampai dua belas kali
pertemuan dan berdurasi 15-30 menit.

Penanganan penyalahgunaan narkoba sosok konselor adiksi bertugas memberikan konsultasi pada
klien maupun keluarga klien, membantu atau membentuk perilaku positif untuk mereduksi atau
bahkan menghilangkan perilaku-perilaku yang mendorong pada kecenderungan untuk menggunakan
atau kecanduan.7 Selain itu, konselor adiksi diharapkan dapat melaksanakan perannya untuk dapat
mencegah maupun merehabilitasi penyalahgunaan narkoba tersebut.

Konselor adiksi adalah individu yang bekerja secara profesional di tempat rehabilitasi untuk
menangani masalah penyalahgunaan narkoba dengan upaya memberikan evaluasi, informasi dan
saran-saran yang diperlukan oleh penyalahgunaan narkoba. Tujuannya agar dapat bebas dari
penyalahgunaan narkoba, dan meningkatkan aspek positif agar mereka dapat membentuk gaya hidup
sehat. Di Indonesia sendiri khususnya di Sumatera Utara terdapat salah satu lembaga yang
menangani program rehabilitasi untuk penanganan pecandu narkoba.

Prinsip-Prinsip Pengobatan Kecanduan


Buku Addiction and the Medical Complications of Drug Abuse
1. Memahami Sifat Ketergantungan

Di Inggris dan Amerika Utara, pemahaman tentang kecanduan didominasi oleh teori penyakit dan
teori pembelajaran sosial. Heather1 secara ringkas menjelaskan sejarah dan perkembangan pemikiran
yang mendasari teori-teori ini. Teori lain atau, mungkin lebih tepatnya, model kecanduan telah
populer di budaya tertentu atau di mana penjelasan parsial memiliki kegunaan; misalnya, interpretasi
psikoanalisis tentang perilaku adiktif adalah umum di beberapa negara Eropa, dan kegagalan agama
atau moral juga merupakan alasan yang menarik untuk menjelaskan perilaku adiktif di mana nilai-
nilai spiritual penting seperti di banyak komunitas Asia dan India.

Implikasi penting dari teori penyakit bergantung pada anggapan bahwa kecanduan disebabkan oleh
beberapa defisiensi atau patologi yang tidak dapat diubah, dan oleh karena itu, pengobatan terutama
merupakan masalah medis. Kesimpulan tertentu pasti mengikuti dari premis seperti: (1) pantang
adalah satu-satunya tujuan pengobatan, (2) kehilangan kendali adalah ciri khas, (3) pasien tidak
bertanggung jawab atas penyakit mereka, (4) terapis cenderung menjadi praktisi medis , dan,
terakhir, (5) pencegahan berbasis komunitas tidak akan efektif.

Dalam merumuskan deskripsi alkohol dan kemudian ketergantungan obat lainnya, Edwards dan
Gross2 menentang model penyakit yang mendukung konstruksi ketergantungan biopsikososial, yang
diidentifikasi sebagai milik dimensi terpisah dari bahaya yang terkait dengan zat. Formulasi ini telah
diadopsi dalam International Classification of Diseases, ICD-10.3 Implikasi penting dari teori
pembelajaran sosial adalah: berbagai tujuan pengobatan dimungkinkan, kemampuan untuk
mengontrol penggunaan zat ditekankan, pengguna adalah peserta aktif dalam pengobatan, terapis
cenderung nonmedis, dan fiskal serta tindakan pengendalian lainnya akan efektif.

Deskripsi ketergantungan biopsikososial telah dikritik karena memberikan penekanan yang tidak
beralasan pada gejala penarikan diri. Sementara antisipasi atau pengalaman putus zat mungkin
memang menjadi sumber kuat penguatan negatif untuk minum, itu bukan satu-satunya sumber
penguatan, dan mungkin penguatan positif dari efek farmakologis (obat) lebih penting apakah atau
tidak individu juga mengalami penarikan. Untuk memperhitungkan hal ini, Raistrick dkk. 4 telah
mengusulkan deskripsi modifikasi dari sindrom ketergantungan dan mengembangkan gagasan
ketergantungan zat sebagai fenomena psikologis murni di mana toleransi dan penarikan dipahami
sebagai konsekuensi dari minum secara teratur, daripada menjadi bagian dari ketergantungan. Gejala
putus zat itu sendiri adalah satu langkah dihapus dari respons kognitif terhadap gejala, yang mungkin
termasuk atau tidak termasuk pikiran tentang minum. Jika gejala putus obat itu sendiri merupakan
elemen yang menentukan ketergantungan, maka obat yang berbeda akan dikaitkan dengan jenis
ketergantungan yang berbeda, tetapi ini bukan pandangan yang dipegang secara luas. Sebaliknya,
diyakini bahwa ketergantungan dapat dengan mudah bergeser dari satu substansi ke substansi
lainnya.5 Penanda ketergantungan substansi menerjemahkan elemen neuroadaptif dari deskripsi
ketergantungan biopsikososial menjadi isyarat bahwa kondisi kognisi dan perilaku dan oleh karena
itu aplikasi yang lebih universal. Ada sepuluh penanda ketergantungan zat:
1. Keasyikan dengan minum atau minum obat
2. Arti penting perilaku penggunaan zat
3. Paksaan untuk mulai menggunakan alkohol atau obat-obatan
4. Merencanakan perilaku yang berhubungan dengan alkohol atau narkoba
5. Memaksimalkan efek substansi
6. Mempersempit repertoar penggunaan zat
7. Paksaan untuk terus menggunakan alkohol dan obat-obatan
8. Keunggulan efek psikoaktif
9. Mempertahankan keadaan konstan (keracunan)
10. Harapan akan kebutuhan penggunaan zat
Singkatnya, laporan paling lengkap tentang perilaku adiktif berasal dari sintesis fisiologi,
farmakologi, psikologi, sosiologi, dan pembelajaran sosial. Ketergantungan ada di sepanjang
kontinum keparahan yang menyiratkan kebutuhan untuk perawatan yang berbeda dan tujuan hasil.
Kerusakan terkait zat dalam lingkungan fisik, psikologis, dan sosial termasuk dalam domain terpisah.
Kecanduan telah menjadi istilah tanpa makna yang tepat, tetapi umumnya dianggap mencakup
ketergantungan, penggunaan masalah, dan bahaya terkait lainnya. Meskipun pembelajaran sosial
memungkinkan siapa pun menjadi bergantung pada zat psikoaktif dan mungkin juga melepaskan
ketergantungan mereka, hal itu tidak menutup kemungkinan bahwa penggunaan zat dapat
menyebabkan defisiensi neurotransmiter endogen, yang biasanya dapat dibalik, atau kerusakan
permanen pada struktur dan konektivitas reseptor. Memang, kemungkinan besar perubahan seperti
itu terjadi.

2. Memahami Potensi Obat Pembentuk Ketergantungan

2.1 Potensi Efek Psikoaktif

Pada manusia, sifat penguat zat psikoaktif, yang digabungkan untuk menghasilkan ketergantungan
konstruksi payung, adalah kompleks: pandangan yang menonjol mementingkan efek penguat positif
dari keadaan suasana hati yang menyenangkan dan penguatan negatif untuk menghindari pengaruh
yang menyakitkan. Pervin5 mengeksplorasi masalah ini dalam sebuah studi terhadap empat
pengguna polydrug: subjek diminta untuk menggambarkan situasi (1) di mana mereka ingin
menggunakan narkoba, (2) setelah mereka menggunakan narkoba, (3) di mana mereka ingin
menggunakan narkoba tetapi tidak bisa , dan (4) tidak terkait dengan penggunaan narkoba, dan
kemudian mengasosiasikan pengaruh dari daftar yang disiapkan dengan empat situasi yang mereka
gambarkan. Analisis faktor menghasilkan tiga faktor yang menyumbang 44% dari varian: faktor
pertama, Wish, ditandai sebagai tegang, tidak berdaya, gelisah, kesepian; faktor kedua, Setelah
Narkoba, dicirikan sebagai kesepian, hampa, terhambat, marah; dan faktor ketiga, Minum Narkoba,
termasuk percaya diri, santai, tinggi, aman, kuat, puas. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa
subjek dibedakan antara obat yang cocok untuk menangani efek yang berbeda.

Dalam dua laporan pelengkap, Johanson dan Uhlenbuth6,7 membandingkan perubahan mood di
antara relawan normal dalam eksperimen pilihan antara plasebo, diazepam, dan amfetamin. Amphet-
amine 5 mg dipilih secara signifikan lebih sering daripada plasebo, 81% dari kemungkinan pilihan,
dengan peningkatan skor untuk kekuatan, keramahan, kegembiraan, gairah, mood positif, dan
penurunan skor untuk kebingungan. Sebaliknya, diazepam 5 dan 10 mg dipilih secara signifikan
lebih jarang daripada plasebo, masing-masing 28 dan 27% dari pilihan, dengan penurunan skor pada
semangat dan gairah dan peningkatan skor pada kebingungan dan kelelahan. Hal yang perlu
digarisbawahi di sini adalah bahwa subjek normal cenderung memiliki efek yang berbeda dari
kelompok pasien dan oleh karena itu potensi penguatan zat yang berbeda akan bervariasi di antara
kelompok tersebut: dalam subjek yang cocok, sifat penguat zat yang berbeda juga akan bervariasi
dalam kekuatannya.

Pada tingkat klinis, sebagian besar dokter mewaspadai obat-obatan adiktif: misalnya, resep metadon
jangka panjang dimaksudkan untuk mencapai stabilitas farmakologis, setidaknya memblokir
sebagian efek opioid lain, dan mencegah gejala penarikan. Namun, Bickel et al.8 menyarankan
bahwa, meskipun metadon dipandang sebagai obat dengan tarif rendah, retensi pengobatan, sebagian,
terkait dengan sifat penguatnya. Menggunakan paradigma pilihan, subjek dipertahankan pada
metadon 50 mg setiap hari, diidentifikasi sebagai subjek sebagai kapsul A, memiliki pilihan untuk
menggunakan kapsul B, yang, dalam percobaan yang berbeda, mengandung metadon 50, 60, 70, atau
100 mg, sebagai pengganti kapsul A. Kapsul B dipilih pada 50, 73, 87, dan 97%, masing-masing,
pada kesempatan: pada dosis tertinggi, subjek mengidentifikasi efek opioid dan menyukai obat tetapi
tidak ada laporan tinggi atau putus obat. Implikasi klinis diukur oleh McGlothlin dan Anglin9 dalam
7 tahun tindak lanjut pasien yang menghadiri program pemeliharaan metadon dosis tinggi vs. rendah:
program dosis tinggi berkinerja lebih baik dalam hal retensi, penangkapan secara signifikan lebih
sedikit dan periode penahanan , aktivitas kriminal yang lebih sedikit, dan penggunaan narkoba
tambahan yang lebih sedikit. Dalam jenis penelitian yang serupa, Hartnoll dkk. 10 pecandu yang
ditindaklanjuti secara acak dialokasikan ke heroin suntik atau program metadon oral: pada 1 tahun
tindak lanjut, 74% dari kelompok heroin dibandingkan 29% dari kelompok metadon masih
pengobatan tetapi hanya 10% melawan 30% telah mencapai pantang dari obat-obatan terlarang. Jadi,
dilemanya adalah bahwa resep yang paling disukai oleh pecandu, yaitu resep yang lebih menguatkan,
mencapai retensi program yang baik dan tingkat stabilitas, tetapi dengan biaya memperlambat
perpindahan dari penggunaan narkoba dan subkultur terkait.

Potensi efek psikoaktif tidak hanya sekedar fungsi dosis atau level plasma, tetapi juga tergantung
pada karakteristik serapan reseptor. Sebagai contoh, Chiang dan Barnett11 telah menunjukkan bahwa
segera setelah tetrahidrokannabinal intravena, peningkatan konsentrasi plasma sekitar 45 ng / ml
berhubungan dengan tinggi subjektif 10% sedangkan penurunan konsentrasi plasma yang sama 15
menit kemudian berhubungan dengan tinggi hampir 80% pada a self-rating skala 0 sampai 100%.
Fenomena ini disebabkan oleh penyerapan THC yang lambat di reseptor. Metabolit aktif mungkin
saja menunjukkan fenomena yang sama.

Demikian pula, agonis parsial buprenorfin memiliki afinitas pengikatan yang tinggi, tetapi lambat,
pada reseptor opiat mu: ia berpotensi untuk bertindak sebagai antagonis terhadap agonis opioid murni
dan dengan sendirinya tampaknya memiliki efek batas atas sekitar 1 mg secara subkutan untuk
respon subjektif. Meskipun pecandu mengidentifikasi buprenorfin memiliki efek opioid dan karena
itu berpotensi untuk disalahgunakan, afinitas pengikatannya pada reseptor mu dan aktivitas antagonis
memberikan profil penguatan yang sangat berbeda dengan agonis murni seperti diamorfin (heroin).

Signifikansi klinis ditunjukkan oleh Johnson dkk. 12 yang menggantikan heroin dengan buprenor-
phine dalam dosis harian 2, 4, dan 8 mg yang meningkat: dengan menggunakan rejimen ini, gejala
putus obat diamorfin dapat dihindari dan, secara keseluruhan, subjek melaporkan perasaan sehat.
-makhluk. Penghentian buprenorfin 8 mg setiap hari tidak memicu sindrom putus obat opiat.

2.2 Farmakokinetik
Bagian sebelumnya menyatakan bahwa efek obat psikoaktif yang mengubah suasana hati mungkin,
bergantung pada keadaan mental pra-obat, memiliki sifat penguat positif dan negatif. Efek psikoaktif
saja tidak cukup menjelaskan perbedaan dalam kelompok obat dari potensi pembentukan
ketergantungan: farmakokinetik yang berbeda itu penting. Benzodiazepin dan opioid adalah sumber
penelitian yang paling bermanfaat di sini karena kedua kelompok obat tersebut mengandung banyak
senyawa berbeda yang digunakan secara luas dan disalahgunakan. Namun, sulit untuk melakukan
penelitian yang mengontrol faktor perancu seperti tingkat penyerapan, potensi, kemurnian, waktu
paruh, atau ketersediaan jalan (dan kemungkinan penambahan). Mungkin tidak mengherankan bahwa
para peneliti parsial dengan kesimpulan.

Ada masalah etika dalam melakukan percobaan laboratorium dengan obat kuat seperti heroin dan
untuk menghindari masalah ini Mello dkk. 13 menyelidiki kemanjuran penguatan pada primata untuk
tiga opioid: mereka menemukan buprenorfin dan metadon memiliki kekuatan yang sama tetapi
heroin lebih kuat. Sama halnya pada manusia, heroin lebih disukai daripada opiat lain termasuk
morfin.14 Karena heroin diubah menjadi morfin di dalam sistem saraf pusat (SSP), dapat
disimpulkan bahwa tingkat ketersediaan SSP yang lebih cepat menyebabkan perbedaan tersebut.
Tingkat absorpsi dan, oleh karena itu, efek segera juga terbukti penting untuk benzodiazepin.
Funderburk et al. 15 membandingkan efek dosis ekuipoten oral lorazepam (0, 1,5, 3, dan 6 mg) dan
diazepam (0, 10, 20, dan 40 mg) pada pengguna benzodiazepin rekreasi: peringkat kesukaan obat
serupa untuk kedua obat, menunjukkan bahwa tingkat absorpsi, yang serupa untuk kedua obat, lebih
penting daripada waktu paruh eliminasi, yang jauh lebih pendek untuk lorazepam meskipun
peringkat efek subjektif bertahan lebih lama untuk senyawa ini. Teori pembelajaran memprediksi
pentingnya tingkat penyerapan karena konsekuensi positif yang paling langsung dari suatu perilaku
(mengonsumsi obat) adalah yang paling menguatkan. Sementara potensi dan kecepatan timbulnya
efek sangat penting untuk memulai ketergantungan, laju eliminasi mengasumsikan kepentingan yang
lebih besar dalam membangun dan mempertahankan ketergantungan. Biasanya, semakin cepat suatu
obat dimetabolisme, semakin cepat pengguna mengalami kehilangan efek dan kemungkinan juga
gejala putus obat. Kedua konsekuensi ini menjadi petunjuk untuk penggunaan narkoba lebih lanjut.

2.3 Plastisitas

Plastisitas didefinisikan sebagai sejauh mana efek obat tidak bergantung pada lingkungan internal
(misalnya, suasana hati, haus) dan lingkungan eksternal (misalnya, dengan teman, kenyamanan).
Edwards16 telah mendeskripsikan zat yang ada di sepanjang kontinum: zat yang sangat plastis, yaitu
zat yang kandungan pengaruhnya sangat dipengaruhi oleh lingkungan, ada di satu ujung (mis.,
Pelarut, LSD), dan zat dengan kandungan yang sangat dapat diprediksi (mis. , Heroin, kokain) ada di
ujung yang berlawanan. Plastisitas berpengaruh pada potensi zat pembentuk ketergantungan; di mana
kandungan efek obat tidak pasti, penggunaan berulang tidak mungkin. Sebaliknya, efek yang sangat
dapat diprediksi mungkin tidak sesuai dengan variasi penggunaan yang diminta dari zat rekreasi,
tetapi dapat memperkuat secara kuat, yaitu, membuat ketagihan. Sangat menarik bahwa obat-obatan
rekreasi yang paling populer, alkohol dan ganja, berada di tengah-tengah kontinum plastisitas,
mungkin menandakan titik yang memungkinkan interaksi yang menyenangkan antara obat dan efek
ekspektasi. Singkatnya, potensi pembentuk ketergantungan suatu obat adalah fungsi dari:
1. Potensi efek
2. Kecepatan memasuki SSP
3. Kecepatan bergabung dengan reseptor
4. Tingkat eliminasi
5. Prediktabilitas efek

3. Memahami Pentingnya Motivasi

Pengukuran ketergantungan dan identifikasi masalah yang berhubungan dengan zat memberi tahu
dokter tujuan hasil apa yang mungkin berhasil dan berapa banyak pengobatan yang dibutuhkan; di
samping ini pemahaman tentang motivasi menginformasikan jenis perawatan apa yang dibutuhkan.
Model Perubahan yang dijelaskan oleh Prochaska dan DiClemente17 adalah model motivasi yang
banyak digunakan di bidang kecanduan. Tujuan penggunaan model ini ada dua: pertama, untuk
memahami apa yang terjadi pada pasien pada waktu tertentu; kedua, menginformasikan pasien
tentang pilihan intervensi. Orang yang tidak termotivasi untuk mengubah penggunaan zat dikatakan
berada pada tahap pra-kontemplasi, yang ditandai dengan penolakan dan rasionalisasi penggunaan
zat dan konsekuensinya. Ada dua hal dalam strategi pengobatan pada tahap ini: pertama adalah
meminimalkan bahaya tanpa berharap mengubah perilaku penggunaan zat (misalnya, dengan
memberikan suplemen nutrisi atau resep pengganti). Yang kedua adalah memperkenalkan konflik
tentang penggunaan zat (misalnya, dengan membuat hubungan dengan peristiwa kehidupan yang
tidak diinginkan dan dengan demikian menciptakan motivasi untuk perubahan). Godaannya adalah
menawarkan perawatan yang bertujuan untuk mengubah perilaku penggunaan zat sebelum pasien
siap untuk berubah. Dalam keadaan seperti itu pengobatan akan selalu gagal.

Pengalaman konflik yang signifikan tentang penggunaan zat (misalnya, ketika penangkapan
dianggap tidak sesuai dengan citra diri sebagai orang yang bijaksana dan bertanggung jawab) atau
ketika biaya penggunaan zat menyebabkan kesulitan keluarga menunjukkan pergerakan ke tahap
kontemplasi . Pada tahap ini, intervensi motivasi, yang mungkin melibatkan penggunaan alat klinis
sederhana (misalnya, matriks keputusan), atau mungkin menggunakan keterampilan yang lebih
canggih (misalnya, wawancara motivasi), 18 ditunjukkan. Pada tahap ini peresepan pengganti atau
peresepan agonis mungkin dapat membantu.

Tahap aksi tercapai ketika konflik diselesaikan dan ada komitmen untuk berubah. Sejumlah hal akan
terjadi pada tingkat psikologis: orang tersebut akan percaya bahwa hidup akan lebih baik dalam
menghentikan atau mengendalikan penggunaan narkoba mereka (harapan hasil yang positif), mereka
mampu berubah (self-efficacy), dan mereka akan tahu caranya. untuk berubah (pembelajaran
keterampilan). Detoksifikasi elektif adalah intervensi medis yang paling umum pada tahap tindakan.

Tahap pemeliharaan mengikuti perubahan perilaku. Ini adalah pencapaian pantang atau penggunaan
zat terkontrol. Pemeliharaan perubahan perilaku untuk penyalahgunaan alkohol dapat dibantu dengan
meresepkan agen pemeka seperti disulfiram atau, untuk penyalahgunaan opiat, meresepkan antagonis
seperti naltrexone. Intervensi farmakologis tidak lebih dari sebuah tambahan untuk tugas utama
mencapai perubahan gaya hidup. Keberhasilan keluar dari tahap pemeliharaan, pemulihan,
mengharuskan pasien memiliki kepercayaan diri dan keterampilan untuk menangani petunjuk
penggunaan zat. Mencapai perpaduan yang tepat antara farmakologi dan psikologi lebih merupakan
seni daripada sains, tetapi pemahaman tentang mekanisme otak yang mendasari, ditinjau untuk
klinisi oleh Nutt, 19 dan pemahaman paralel tentang motivasi akan membantu mencapai resep yang
aman dan efektif.

4. Mengatur Konteks
Masalah kecanduan adalah urusan semua orang: sosiolog, politisi, ahli biokimia, dokter, petugas
polisi, orang tua, apoteker, pembayar pajak, pengedar narkoba, dan masyarakat. Daftarnya panjang;
seperti keragaman kepentingan yang melekat pada penggunaan dan penyalahgunaan zat. Setiap orang
pasti memiliki opini tentang ketergantungan termasuk opini tentang apa yang harus diresepkan oleh
dokter. Dokter harus mencari kebebasan klinis seluas mungkin untuk menangani pasien kecanduan
dan untuk mengamankan kebebasan ini. Oleh karena itu, pemberi resep harus peka terhadap
pandangan medikopolitik yang berlaku tentang apa yang merupakan praktik yang baik. Orang yang
menyalahgunakan zat, terutama zat terlarang, mungkin memiliki pandangan yang sangat kuat tentang
apa yang harus diresepkan oleh dokter, tetapi pandangan ini cenderung berubah tergantung di mana
seseorang berada dalam karir kecanduannya. Oleh karena itu, pemberi resep harus memiliki
pemahaman tentang perilaku adiktif dan karakteristik zat adiktif. Model Perubahan (dijelaskan di
atas) adalah alat sederhana yang umum digunakan yang menawarkan kerangka kerja untuk resep dan
intervensi lainnya.

Bagi kebanyakan orang yang telah mengembangkan ketergantungan sedang atau berat,
farmakoterapi, pada suatu saat, akan menjadi bagian penting dari pengobatan. Namun, meresepkan
saja tidak akan pernah cukup. Oleh karena itu, pemberi resep harus memiliki segudang keterampilan,
termasuk terapi perilaku dan psiko-terapi atau, sebagai alternatif, harus bekerja dengan seorang
terapis bersama. Saat bekerja dengan co-terapis, dokter harus puas dengan alasan peresepan dan
bertanggung jawab atas resep yang diberikan.

5. Tindakan Pencegahan Umum

Dokter yang tidak berpengalaman dalam bidang kecanduan sering merasa tertekan untuk
memberikan resep melebihi pengetahuan dan keterampilannya, dan akibatnya dapat mengeluarkan
resep yang tidak tepat. Sebaliknya, spesialis cenderung berhati-hati tentang tempat farmakoterapi dan
terutama jika ini berarti meresepkan obat-obatan adiktif.20 Tindakan pencegahan yang tercantum di
bawah ini berlaku untuk semua pra-pencatatan; namun, pasien yang menyalahgunakan obat resep dan
obat terlarang sangat berisiko, paling tidak karena resep sering kali dibuat untuk sediaan yang manjur
dalam dosis yang lebih tinggi dari biasanya. Dokter mungkin diminta untuk membenarkan resep
mereka kepada berbagai otoritas dan lebih cenderung melanggar tindakan hukum atau audit karena
mempercepat daripada penundaan resep. Setelah menentukan kesesuaian resep, daftar periksa berikut
akan memastikan keamanan resep:

Meresepkan obat dengan potensi pembentukan ketergantungan rendah. Meresepkan obat dengan
potensi injeksi rendah. Meresepkan obat dengan "nilai jalan" yang rendah. Meresepkan obat yang
secara inheren menstabilkan. Menilai:

 Meresepkan obat dengan potensi pembentukan ketergantungan rendah.


 Meresepkan obat dengan potensi injeksi rendah.
 Meresepkan obat dengan "nilai jalan" yang rendah.
 Meresepkan obat yang secara inheren menstabilkan.
 Menilai:
- Risiko overdosis oleh pasien
- Risiko overdosis oleh orang lain yang tinggal bersama pasien
- Risiko pengalihan untuk keuntungan atau penyalahgunaan
- Risiko gagal mengontrol penggunaan seperti yang ditentukan
 Kaji toleransi sebelum meresepkan dosis yang berpotensi mematikan.
 Periksa obat lain yang diresepkan.
 Periksa kondisi medis yang ada.
 Pantau kepatuhan.

Keamanan peresepan perlu diimbangi dengan regimen yang nyaman bagi pasien dan oleh karena itu
akan mencapai hasil terbaik dalam hal retensi dan kepatuhan.21,22 Sebelum akhirnya memberikan
resep, penting untuk memastikan bahwa dokter dan dokter pasien memahami tujuan resep.23 Harus
ada kesepakatan tentang bagaimana memantau apakah tujuan yang dimaksudkan tercapai atau tidak;
jika tujuan tidak tercapai maka resep harus ditinjau ulang dan mungkin dihentikan. Ini tidak
menyiratkan berakhirnya terapi melainkan pertimbangan untuk beralih ke pengobatan alternatif,
mungkin nonfarmakologis.

Buku : Addiction Free Naturally


Pendekatan Alami dan Herbal untuk Mengobati Kecanduan

Menghadapi Fakta: Menghadapi Kecanduan

Tidak ada penyakit lain yang mempengaruhi orang sebanyak kecanduan. Perkiraan saat ini
menunjukkan bahwa kecanduan mempengaruhi sepertiga populasi di Amerika Serikat; itu satu dari
tiga orang yang kecanduan atau terlibat langsung dengan seorang pecandu. Tentu saja, ketika
kebanyakan dari kita mendengar kata pecandu, kita berpikir crack, atau kokain, atau heroin, atau
obat-obatan terlarang ilegal yang membuat ketagihan lainnya yang telah kita ajarkan untuk dibenci
oleh anak-anak kita. Tentu saja kita tidak memikirkan, katakanlah, gula — namun gula adalah zat
adiktif yang paling umum di dunia!
Sebagai masyarakat, kita dididik dengan baik tentang apa yang termasuk kecanduan, dan apa yang
tidak. "Perang melawan narkoba" di Amerika Serikat bukanlah tentang membuat pekerja kantoran
mengurangi kembali kopi, meskipun mungkin seharusnya demikian — kafein telah dikaitkan dengan
kecemasan, depresi, insomnia, penyakit payudara fibrokistik, penyakit kardiovaskular, cacat lahir,
dan alat reproduksi masalah, dan, seperti yang mungkin Anda temukan sendiri, itu sangat membuat
ketagihan. Ketika anak-anak sekolah kita mengenakan kaus bertuliskan HANYA KATAKAN
JANGAN, mereka tidak sedang membicarakan tentang cokelat — meskipun cokelat dapat
menghambat pertumbuhan mereka dan menyebabkan kelelahan, hiperaktif, obesitas, depresi, jerawat,
mulas, dan penyakit jantung. Dan, ya, cokelat bekerja seperti obat yang membuat ketagihan — ia
menstimulasi neurotransmiter perasaan nyaman, dan ketika efek ini hilang, itu membuat kita
menginginkan lebih.
Bebas Kecanduan — Secara alami membahas apa yang bisa disebut kecanduan masyarakat: zat
adiktif yang telah masuk ke dalam kehidupan sehari-hari budaya Barat. Saya tidak berbicara tentang
merokok ganja di sini; Saya berbicara tentang kebiasaan minum kopi di pagi hari, tentang istirahat
rokok, tentang gula rafinasi menjadi bahan utama di hampir setiap makanan kemasan di pasaran.
Kecanduan mewabah di masyarakat kita. Beberapa dari kita cukup beruntung untuk menghindarinya.
Beberapa dari kita tahu bahwa kita memiliki kecanduan, dan kita mencoba berkali-kali untuk
mengusirnya. Sebagian dari kita belum melihat tanda-tanda peringatan itu.

Tidak ada substansi yang semuanya baik atau semuanya buruk. Seperti kata pepatah lama,
"Kejahatan terletak di dalam diri pria itu, bukan obatnya." Sebagian besar zat adiktif memiliki
aplikasi yang signifikan dan berharga. Kami tahu kegunaan ini, dan kami tahu bahaya yang melekat
padanya. Jika kita mengabaikan bahayanya, kita harus bertanggung jawab atas keputusan kita.
Kecanduan adalah rasa tidak enak akibat perbuatan kita sendiri. Kami telah menciptakannya, dan
kami satu-satunya yang bisa mengatasinya.

Memiliki kecanduan tidak membuat Anda menjadi orang yang buruk atau berkemauan lemah.
Memang, kecanduan cukup umum; lebih banyak orang memilikinya daripada tidak. Beberapa
kecanduan adalah respons yang merusak diri sendiri terhadap pemicu stres kehidupan. Yang lainnya
adalah produk sampingan alami dari masyarakat tempat kita tinggal. Hal yang penting — dan
seringkali hal yang paling sulit — adalah menyadari dan mengakui suatu kecanduan. Setelah Anda
mengambil langkah pertama itu, Anda siap untuk mengalahkannya.

Pencarian untuk Kemurnian

Sepanjang sejarah, hampir setiap budaya telah menemukan cara untuk mengubah kesadaran, apakah
itu melalui buah atau biji-bijian yang difermentasi, jamur, atau tembakau. Alkohol, tembakau, dan
berbagai zat pembengkok pikiran lainnya secara tradisional digunakan untuk pengobatan, upacara,
dan perayaan. Di masa lalu, kecanduan dianggap sebagai dosa berat dan diperlakukan dengan ejekan,
hukuman, dan bahkan eksorsisme.

Namun, ketika dunia kedokteran berubah, itu berubah dengan cepat. Pada abad kesembilan belas
bahan tumbuhan aktif ditemukan dan diisolasi secara berurutan — morfin pada 1806, kodein pada
1832, atropin pada 1833, kafein pada 1841, kokain pada 1860, heroin pada 1883, dan mescaline pada
1896.

Zat adiktif mulai menjadi bagian terbesar dari masyarakat. Pada tahun 1850, misalnya, gula (99,5
persen sukrosa) tersedia secara luas dan sangat murah. Dan pada tahun 1860-an alkohol dan
narkotika menggantikan calomel (terbuat dari merkuri) dan pendarahan sebagai mode perawatan
medis. Meskipun kedengarannya bukan kemajuan yang besar, namun: setidaknya alkohol dan
narkotika membunuh Anda secara perlahan, bukan dengan cepat, dan jika Anda berhasil berhenti
meminumnya sebelum akhirnya, mereka sebenarnya dapat membantu Anda.

Ahli kimia menjadi terobsesi dengan mengekstraksi bahan aktif dari tumbuhan. Entah bagaimana,
tampaknya lebih ilmiah dan modern untuk mengubah segala sesuatu menjadi bubuk putih: kokain,
heroin, dan dalam hal ini gula putih dan tepung. Pengobatan memulai pencarian kemurnian.
Tanaman hijau kering tampak terlalu polos dan primitif — dan kurang menguntungkan.

Semakin halus suatu zat, semakin besar kemungkinannya memiliki efek samping dan kecenderungan
adiktif. Tumbuhan adalah simfoni struktur dan keajaiban — vitamin, mineral, minyak esensial,
klorofil pembentuk darah, saponin, glikosida, alkaloid, dan banyak lagi. Mereka tidak dimaksudkan
untuk dimurnikan. Ambil contoh, opium. Ini memiliki penggunaan tradisional dalam pengobatan
tradisional sebagai obat penenang dan obat tidur, dan hanya menimbulkan kecanduan ringan; setelah
dimurnikan menjadi bentuk kristal putih, bagaimanapun, itu menjadi heroin, zat yang sangat adiktif
dengan efek samping yang sangat berbahaya.

Baru setelah Perang Dunia II kecanduan diakui sebagai penyakit yang sah.

Mengapa Kecanduan Terjadi


Mengapa beberapa orang mendapati diri mereka sering terlibat dalam hal-hal yang mereka tahu tidak
baik untuk mereka, sementara yang lain dapat menahan diri tanpa bersusah payah? Banyak
kecanduan berakar pada pengalaman masa kecil yang menyakitkan. Menurut sebuah penelitian yang
dilakukan oleh National Academy of Sciences, anak-anak lebih cenderung menjadi kecanduan
sesuatu jika mereka disiksa secara fisik, dihina, atau dibohongi, dan jika orang tua mereka sendiri
juga merupakan pengguna narkoba. Misalnya, alkoholisme empat hingga lima kali lebih umum di
antara anak kandung pecandu alkohol dibandingkan dengan orang tua non-alkohol.

Penelitian baru menunjukkan bahwa kita mungkin sudah terprogram untuk kecanduan sejak usia
yang sangat muda. Tanda-tanda khusus menunjukkan anak-anak berisiko. Anak-anak yang minum
botolan dengan ketidakmampuan belajar atau gangguan defisit perhatian yang makan makanan
bergula dalam jumlah yang berlebihan dan menerima sedikit bimbingan dalam menerima tanggung
jawab berisiko lebih tinggi terkena alergi, diabetes, dan kecenderungan kecanduan. Perampasan atau
pemanjaan berlebihan dan peralihan antara pujian dan disiplin yang berlebihan selama masa kanak-
kanak juga dapat berkontribusi pada kecanduan di masa dewasa.
Anak-anak di Amerika Serikat sering kali mulai bereksperimen dengan obat-obatan dan alkohol
sejak kelas empat. Di kelas yang lebih rendah, mereka lebih cenderung mencoba bahan-bahan yang
terasa lebih tua, di kelas menengah untuk menyesuaikan, dan di kelas atas untuk waktu yang baik.
Orang muda yang memiliki sedikit minat pada nilai spiritual atau tujuan akademis dan kurang
dukungan orang tua berada pada risiko tertinggi untuk penyalahgunaan narkoba. Mereka yang
memiliki hubungan dekat dengan anggota keluarga dan merasa menjadi bagian dari komunitas yang
penuh kasih cenderung tidak mendapat masalah dengan penyalahgunaan zat. Keluarga dapat
membantu mencegah anak-anak mereka mengembangkan kecanduan yang berbahaya dengan
membangun pola komunikasi yang baik sejak dini dan membantu anak mereka menetapkan tujuan
yang realistis untuk masa depan. Benar pepatah lama: "Ajari anak Anda dengan baik!"

Namun, bahkan mereka yang masa kanak-kanaknya relatif lancar dapat tumbuh menjadi orang
dewasa dengan ketidakseimbangan emosi. Siapa yang tidak memiliki benih ketidakamanan yang
tersembunyi di dalam? Sebagai anak-anak kami takut pada monster di bawah tempat tidur, dan
sebagai orang dewasa kami memberi monster nama baru: ketidakamanan finansial, masalah
hubungan, stres kerja. Semua berasal dari ketakutan akan hal yang tidak diketahui dan ketakutan
akan perubahan. Jika kesepian, penolakan, penghancuran diri, permusuhan, kecemasan, dan stres
adalah benih yang tertanam kuat dalam jiwa kita, maka ketakutan adalah air dan sinar matahari yang
membantu kecanduan muncul. Tidak merasa cukup dicintai dan tidak mampu mengungkapkan
perasaan, impian, dan ketakutan kita yang sebenarnya dapat membuat kita menghadapi masa-masa
sulit dan membuka pintu bagi penyalahgunaan zat.

Faktor Biologis dalam Kecanduan

Banyak faktor biologis yang dapat menyebabkan kecanduan, termasuk fungsi tiroid yang rendah,
fungsi adrenal yang buruk, neurotransmiter yang tidak berfungsi, defisiensi nutrisi, insufisiensi
adrenal, kelelahan, dan pertumbuhan jamur yang berlebihan. Dua yang paling umum adalah
hipoglikemia dan alergi makanan.

Korelasi antara hipoglikemia dan kecanduan tidak terbantahkan. Pertanyaannya adalah mana yang
menyebabkan yang mana. Diketahui bahwa hipoglikemik memiliki reaksi yang kuat terhadap gula
sederhana, seperti yang ditemukan dalam makanan dan alkohol. Dan banyak zat adiktif, termasuk
tembakau, alkohol, dan gula, meningkatkan kadar gula darah, yang seiring waktu dapat
menyebabkan hipoglikemia. Jadi, apakah hipoglikemia membuat Anda lebih rentan untuk
mengembangkan kecanduan, atau adakah kecanduan yang membuat Anda hipoglikemik? Ini
mungkin sedikit dari keduanya. Yang menarik, gejala hipoglikemia sama dengan gejala kecanduan:
mudah tersinggung, gelisah, kelelahan, cemas, depresi, kebingungan, pemikiran lamban, ledakan
emosi, dan hal-hal negatif.
Hipoglikemia juga dapat berperan dalam perilaku antisosial. Menurut Michio Kushi, penulis Crime
and Diet: The Macrobiotic Approach, sebanyak 80 hingga 85 persen populasi penjara kita mengalami
hipoglikemik.

Alergi juga bisa menjadi faktor utama dalam perilaku adiktif. Jika Anda mengonsumsi makanan yang
Anda alergi atau sensitif, awalnya Anda mungkin mengalami peningkatan metabolisme, yang
menyebabkan aliran energi. Saat perasaan ini hilang dan Anda kembali normal, Anda merasakan
penurunan energi, yang mengarah pada keinginan untuk makanan yang merangsang setinggi itu.
Alergi sering menjadi penyebab di balik kecanduan makanan dan bahkan dapat memicu kecanduan
alkohol, karena biji-bijian yang digunakan untuk membuat alkohol — gandum, gandum hitam, dan
barley — adalah alergen yang umum.

Kimia Kecanduan

Otak manusia terdiri dari sekitar seratus miliar neuron. Neuron adalah sel saraf yang terdiri dari
tubuh, akson (atau tulang belakang), dan dendrit, yang memanjang seperti cabang dari pohon dari
tubuh neuron. Meskipun milyaran neuron dikemas ke dalam otak, mereka tidak pernah bersentuhan.
Kesenjangan kecil di antara mereka disebut sinapsis. Untuk mengirim sinyal melintasi neuron, otak
menggunakan neurotransmiter, pembawa pesan kimiawi yang melintasi sinapsis dan menempelkan
diri ke situs reseptor yang tertanam di dendrit.
Hubungan antara reseptor dan neurotransmitter sering dibandingkan dengan kunci dan kunci. Situs
reseptor seperti kunci yang hanya bisa dibuka dengan kunci kimia yang tepat. Hanya neurotransmiter
dengan bentuk yang tepat yang akan cocok dengan kunci itu. Namun, zat dengan bentuk yang mirip
dengan neurotransmitter yang sudah dikenal dapat mengelabui reseptor dan berlabuh di situs
tersebut, sehingga memblokir akses ke neurotransmitter. Beberapa zat adiktif bekerja dengan cara ini,
melintasi sawar darah-otak ke otak dan meniru efek neurotransmiter. Zat adiktif lainnya merangsang
atau menghambat produksi dan transmisi neurotransmiter untuk memengaruhi suasana hati.

Sistem saraf otonom tubuh dibagi menjadi dua bagian: sistem saraf simpatis dan sistem saraf
parasimpatis. Sistem saraf simpatis (SNS) terutama mengandung serat adrenergik (diaktifkan oleh
epinefrin, juga disebut adrenalin) dan meningkatkan detak jantung. Saat reaksi melawan-atau-lari
muncul — jantung berdebar kencang, pernapasan cepat, masukan sensorik akut — sistem saraf
simpatiklah yang bertanggung jawab. SNS adalah pekerja keras kami, yang memotivasi kami untuk
menjelajahi, menemukan, dan menguasai. SNS menggunakan neurotransmiter norepinefrin dan
epinefrin.

Sistem saraf parasimpatis (PSNS) terutama mengandung serat kolinergik (diaktifkan oleh asetilkolin)
dan memperlambat denyut jantung. Ini sering disebut sebagai sistem "memberi makan dan
berkembang biak", karena mengatur dorongan kita untuk fungsi alami seperti makan, minum, tidur,
eliminasi, dan reproduksi. PSNS inilah yang memotivasi kami untuk beristirahat, memulihkan diri,
dan membangun kembali.
Setiap bagian dari sistem saraf memiliki insentif kesenangannya sendiri, yang memastikan hal itu
kita bisa bekerja dan pulih. Aktivasi SNS menginduksi pelepasan dopamin, yang mengangkat
semangat dan membuat kita merasa berenergi. Aktivasi PSNS menginduksi pelepasan endorfin, yang
memiliki efek analgesik dan membantu kita merasa tenang dan puas. Tarian energi simpatik-para-
simpatik mengatur perilaku kita. Misalnya, saat endorfin meningkat, kita termotivasi untuk makan
(yang dengan sendirinya memicu pelepasan endorfin lebih lanjut); ketika kadar dopamin meningkat,
kita termotivasi untuk tidak makan.

Perasaan sejahtera yang dapat ditimbulkan oleh neurotransmiter adalah bagian besar yang menarik
kita pada zat adiktif. Misalnya, alkohol, gula, dan berbagai jenis obat-obatan dapat merangsang
sistem saraf parasimpatis. Obat lain, seperti amfetamin, merangsang sistem saraf simpatis.
Ketidakseimbangan kimiawi yang dihasilkan mengganggu semua fungsi alami kita dan memengaruhi
suasana hati, energi, temperamen, tidur, dan kesehatan kita. Tubuh mencoba memberi kompensasi.
Ketika kita memberinya stimulan, itu mengurangi produksi dopamin. Saat kami menggunakan obat
penenang, produksi endorfin berkurang. Ketika kita menjadi semakin tidak seimbang, kita mulai
bergantung pada stimulan dari luar untuk menimbulkan reaksi alami. Ketika kita mulai
mendambakan stimulan dari luar itu, siklus kecanduan telah menutup di sekitar kita.

Kenali Neurotransmiter Anda

Neurotransmitter yang paling terlibat dengan kecanduan adalah dopamin, endorfin, enkefalin,
epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin, GABA (asam gamma-aminobutyric), dan serotonin.

Dopamin membangkitkan kenikmatan sistem saraf simpatik. Itu mengangkat depresi dan membuat
kita merasa berenergi dan secara umum bahagia. Stimulan seperti amfetamin dan kafein meniru efek
dopamin.

Endorfin dan enkefalin dilepaskan sebagai produk sampingan dari stimulasi PSNS. Endorfin adalah
"morfin di dalam"; mereka menenangkan kecemasan, meningkatkan suasana hati, dan menenangkan
saraf yang lelah. Ketika kadar endorfin rendah, Anda merasa gelisah. Sedatif seperti obat penenang
meniru respons endorfin dan memiliki efek menenangkan pada kecemasan.

Epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin adalah antidepresan alami. Mereka dipicu oleh kafein,
alkohol, gula, dan tembakau.

Serotonin berkontribusi pada perasaan tenang, pola tidur yang lebih baik, peningkatan ketahanan
terhadap rasa sakit, dan lebih sedikit mengidam karbohidrat. Ini juga merupakan antidepresan alami.
Kadar serotonin yang rendah dapat menyebabkan agresi, depresi, mengidam makanan, insomnia,
ambang nyeri yang rendah, dan pengaturan suhu yang buruk oleh tubuh. Kadar serotonin sangat
dipengaruhi oleh gula dan tembakau.
GABA adalah neurotransmitter menenangkan yang membantu meminimalkan pesan rangsang ke
otak. GABA bekerja sebagai pelemas otot dan membantu menenangkan kecemasan. Ini juga
menghambat keinginan untuk alkohol dan kokain. Kafein, nikotin, alkohol, dan obat lain semuanya
menyebabkan penipisan GABA.

Mengalahkan Ketergantungan

Tidak ada yang pernah berniat menjadi kecanduan. Tetapi kebanyakan dari kita meremehkan
kekuatan yang dapat dimiliki zat adiktif, dan kita melebih-lebihkan kekuatan pengendalian diri kita.
Tetapi seperti halnya kebiasaan dapat diperoleh, demikian pula kebiasaan dapat dihancurkan. Orang
lain telah melakukannya, dan Anda juga bisa!

Bebas Kecanduan — Secara alami mengajari Anda cara mengganti kebiasaan negatif dengan
kebiasaan positif. Dengan melepaskan kecanduan Anda, Anda akan belajar bagaimana menyehatkan
tubuh, pikiran, dan jiwa Anda, dan bagaimana tetap sehat dan bebas dari kecanduan seumur hidup.
Tidak ada satu metode yang berhasil untuk semua orang, jadi Bebas Ketergantungan — Tentu saja
menawarkan berbagai teknik mengatasi kecanduan yang aman dan alami. Satu-satunya efek samping
mereka adalah kesehatan yang lebih baik. Daripada hanya berhenti tanpa dukungan apa pun kecuali
kemauan, Anda sekarang akan memiliki resep, pengobatan, dan ritual untuk memelihara kimia otak,
menstabilkan kadar gula darah, memperbaiki kekurangan nutrisi, dan menenangkan kecemasan yang
membuat Anda terus mendambakan.

Ingat, butuh lebih dari beberapa hari agar sebuah kebiasaan menjadi kecanduan Anda, dan butuh
lebih dari beberapa hari bagi Anda untuk membuangnya dari hidup Anda. Bab selanjutnya akan
memperkenalkan Anda pada pengobatan alami yang bermanfaat bagi orang lain dan dapat membantu
Anda.
Semoga berhasil!

Sadarlah: Berurusan dengan Alkoholisme

Kami adalah masyarakat yang sangat paham akan bahaya alkohol. MADD, SADD, AA —
kebanyakan dari kita akrab dengan akronim ini, karena ini dan organisasi lain telah menjalankan
kampanye akar rumput melawan penyalahgunaan alkohol selama bertahun-tahun. Namun media
berita dipenuhi dengan laporan tentang meningkatnya pesta minuman keras, usia yang lebih muda
dan lebih muda di mana anak-anak kita pertama kali mulai minum, dan tragedi mengerikan yang
disebabkan oleh mengemudi dalam keadaan mabuk. Jika kita tahu bahwa alkohol memiliki efek
samping yang begitu serius, mengapa kita masih minum?
Alkohol merupakan bagian integral dari lingkungan sosial budaya kita, seperti yang telah terjadi
selama berabad-abad. Ini merilekskan tubuh, mengendurkan hambatan kita, dan membantu kita
merasa ramah — tidak tegang dan lebih terbuka terhadap emosi kita. Tetapi jangan menganggap ini
sebagai dukungan untuk minum. Bagi banyak dari kita, risiko yang melekat pada minum jauh lebih
besar daripada manfaatnya. Di Amerika Serikat saja, ada lebih dari sepuluh juta pecandu alkohol, dan
alkoholisme menyebabkan sekitar dua ratus ribu kematian setiap tahun.

Minum tidak selalu berarti Anda seorang pecandu alkohol, tentunya. Tetapi jika Anda menemukan
bahwa satu minuman selalu mengarah ke minuman lain, bahwa Anda secara teratur mengatakan atau
melakukan hal-hal sambil minum yang kemudian Anda harap tidak Anda lakukan, bahwa Anda
sering mati lampu, atau bahwa kebiasaan minum Anda menyebabkan pertengkaran atau ketegangan
antara Anda dan Anda. keluarga dan teman-teman, mungkin ini saatnya untuk memperhatikan baik-
baik hubungan Anda dengan alkohol.

Kimia dari Kemabukan

Etanol, zat yang memabukkan dalam alkohol, terdiri dari molekul kecil yang larut dalam air yang
memengaruhi setiap organ dan sistem saraf tubuh dalam beberapa menit setelah menelan. Etanol
adalah gula sederhana. Saat tertelan, ia melewati perut dan usus ke dalam aliran darah dan kemudian
ke hati, di mana ia dimetabolisme, atau dipecah. Hati hanya dapat memetabolisme sejumlah alkohol
per jam, berapa pun jumlah yang dikonsumsi. Alkohol berlebih tetap berada di aliran darah. Ketika
etanol berlebih itu mencapai sistem saraf pusat, itu menurunkan aktivitas otak dan merusak
koordinasi fisik, ucapan, dan sistem refleks.

Apakah Minuman Sosial Berbahaya?

Banyak orang dapat dengan aman menikmati alkohol dalam jumlah sedang. Minum dalam jumlah
sedang umumnya didefinisikan sebagai tidak lebih dari satu minuman — dua belas ons bir, lima ons
anggur, atau satu setengah ons minuman keras tahan karat — per hari untuk wanita, dan tidak lebih
dari dua gelas sehari untuk pria.

Mengapa ada pedoman terpisah untuk pria dan wanita? Penelitian telah menunjukkan bahwa ketika
meminum alkohol dalam jumlah yang sama, wanita menjadi lebih mabuk daripada pria, sebagian
karena tubuh mereka tidak memecah alkohol secepat tubuh pria, sehingga persentase alkohol yang
lebih besar mencapai aliran darah. Selain itu, tubuh wanita mengandung persentase air yang lebih
kecil daripada tubuh pria, sehingga alkohol tetap lebih pekat.
Tindakan alkohol pada tubuh adalah anestesi, depresan, diuretik, euforia, sedatif, dan obat tidur.
Dalam jumlah sedang, alkohol dapat merangsang nafsu makan, memperbaiki pencernaan,
meningkatkan fungsi kardiovaskular, meningkatkan sirkulasi, dan mengurangi risiko serangan
jantung. Alkohol yang diminum dalam jumlah sedang dapat meningkatkan kadar kolesterol "baik",
atau high-density lipoprotein (HDL), yang dapat membantu mencegah penyakit jantung. Beberapa
penelitian telah menentukan bahwa peminum sedang lebih kecil kemungkinannya untuk terkena
penyakit jantung dibandingkan peminum berat atau mereka yang tidak minum sama sekali.

Namun, bagi mereka yang minum tanpa batas, alkohol bisa menjadi ancaman kesehatan yang serius.
Selain bahaya yang melekat pada kecelakaan dan kecelakaan yang menyertai mabuk, alkohol dalam
jumlah besar meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, tekanan darah tinggi, sirosis hati, dan,
beberapa penelitian menunjukkan, kanker.

Minum dan Temperamen

Menurut Danna Cunningham dan Andrew Ramer, penulis More Dimensions of Healing Addictions,
jenis alkohol apa yang dapat membuat seseorang kecanduan dapat memberi tahu kita banyak hal
tentang temperamen peminum:

Peminum bir sering kali memiliki energi fisik berlebih yang tidak mereka gunakan.
Mereka harus mencari aktivitas yang merangsang secara fisik dan mental.

Peminum anggur dikatakan memiliki energi mental berlebih dan bisa mendapatkan keuntungan dari
lebih banyak aktivitas fisik untuk mengeluarkannya dari kepala dan lebih banyak lagi ke dalam tubuh
mereka. Atau mereka dapat menggunakan energi mental itu secara produktif untuk menulis atau
mengejar seni.

Konsumen minuman keras cenderung memiliki energi emosional yang berlebihan. Mereka perlu
menemukan cara konstruktif untuk mengekspresikan emosi mereka seperti membuat jurnal, seni,
atau terapi.

Pembuatan Seorang Pecandu Alkohol


Di samping kecanduan gula (lihat bab 3), alkoholisme adalah kecanduan tertua dan paling umum di
Amerika. Diperkirakan 10 persen pria dan 3 persen wanita terus menerus menderita masalah terkait
penyalahgunaan alkohol. Penelitian telah menunjukkan bahwa alkoholisme memiliki penanda
genetik: anak-anak pecandu alkohol jauh lebih mungkin mengembangkan alkoholisme daripada
populasi umum, bahkan ketika mereka dikeluarkan pada usia dini dari rumah alkoholik. Tapi ada
banyak faktor lain, termasuk ketergantungan gula, alergi, dan reaksi kimiawi tubuh, yang
berkontribusi pada pembuatan alkohol.

Kecanduan alkohol pada dasarnya adalah ketergantungan gula. Gula darah rendah merupakan faktor
bagi sekitar 95 persen pecandu alkohol, dan hipoglikemia mungkin menjadi penyebab utama
alkoholisme. Alkohol adalah karbohidrat olahan utama, yang mampu meningkatkan kadar gula darah
lebih cepat daripada gula putih. Mengkonsumsi alkohol meningkatkan gula darah untuk sementara
sehingga orang yang minum alkohol terasa rileks dan berenergi. Saat gula darah turun, keinginan
untuk minum lebih banyak meningkat. Seiring waktu, seorang pecandu alkohol mungkin mulai
mengonsumsi alkohol sebagai pengganti makanan, yang menyebabkan hipoglikemia yang lebih
buruk.

Alergi makanan juga dapat menyebabkan alkoholisme. Seperti dijelaskan dalam Bab 5, alergi atau
kepekaan makanan sering kali menimbulkan keinginan untuk makan; berlawanan dengan intuisi,
tubuh sering kali sangat membutuhkan apa yang menyebabkan alergi. Banyak orang yang alergi
terhadap ragi, gandum, barley, gandum hitam, atau jagung mungkin mendambakan alkohol yang
berasal dari zat tersebut; mengkonsumsi minuman yang mengandung zat yang mengganggu memicu
alergi, menciptakan siklus ketergantungan.

Alkoholisme juga dapat dipengaruhi oleh gangguan fungsi kimiawi dalam tubuh. Asetilaldehida,
bahan kimia yang diproduksi oleh hati saat memetabolisme alkohol, sangat beracun dan umumnya
dianggap karsinogen. Pada orang sehat asetilaldehida cepat rusak, tetapi alkoholik menghasilkan
asetilaldehida berlebih atau menghancurkannya lebih lambat. Ketika asetilaldehida mencapai otak, ia
bergabung dengan neurotransmitter untuk membentuk tetrahydroisoquinoline (THIQ), yang
menyebabkan keinginan akan alkohol dan, seperti obat morfin dan heroin, mengikat ke situs reseptor
yang sama dengan endorfin alami.

Keturunan Alkohol: Sirosis Hati dan Diabetes

Alkohol adalah faktor dalam sejumlah kondisi kesehatan kronis dan melemahkan, termasuk sistem
kekebalan yang ditekan, kanker, stroke, pendarahan otak, disfungsi seksual, sindrom alkohol janin,
rosacea, penuaan dini, dan banyak lagi. Namun, dua kondisi paling umum dan mematikan yang
ditimbulkan alkoholisme adalah sirosis hati dan diabetes.

Sirosis hati adalah salah satu efek samping alkoholisme yang paling umum dan paling terkenal.
Ketika hati tidak dapat mengikuti laju alkohol yang dicerna, alkohol yang tidak termetabolisme
membunuh sel-sel hati dan menyimpan lemak di hati. Jika konsumsi alkohol berlanjut, sel hati yang
rusak digantikan oleh jaringan parut. Saat sirosis hati (jaringan parut) semakin parah, kemampuan
hati menjadi semakin berkurang

menjalankan banyak fungsinya, termasuk menyaring bakteri dari darah, penyimpanan dan pembuatan
vitamin dan nutrisi, pengaturan kolesterol dan lemak, pengaturan metabolisme, pembuangan produk
limbah dari aliran darah, dan metabolisme alkohol, dan masih banyak lagi. Ketika hati tidak dapat
berfungsi, tubuh tidak dapat berfungsi. Sirosis hati yang disebabkan oleh alkoholisme adalah salah
satu dari sepuluh penyebab utama kematian di Amerika Serikat.

Alkoholisme juga berkontribusi pada banyak masalah yang berkaitan dengan kadar gula darah,
termasuk, dalam kasus yang serius, diabetes. Misalnya, hati bertanggung jawab untuk mengubah
glukosa (gula darah) menjadi glikogen (suatu bentuk glukosa yang dapat disimpan di hati). Ketika
hati terus-menerus sibuk dengan pemecahan alkohol, ia menjadi kurang mampu memetabolisme
glukosa darah dan menyimpannya sebagai glikogen. Kelebihan gula menumpuk di dalam darah.
Tubuh mencoba mengimbanginya dengan melepaskan insulin ekstra ke dalam aliran darah, yang
menurunkan kadar gula darah. Kemudian, ketika tubuh membutuhkan lebih banyak gula darah, hati
tidak dapat memasoknya dan gula darah rendah, yang juga dikenal sebagai hipoglikemia, menjadi
masalah kronis. Kadar glukosa yang rendah berkaitan dengan tingkat energi yang rendah dan fungsi
otak yang terganggu. Untuk bantuan sementara, seorang pecandu alkohol menggunakan lebih banyak
alkohol, yang mengandung banyak gula tetapi hanya memperburuk masalah.

Alkoholisme juga dapat menyebabkan hiperglikemia — terlalu banyak gula dalam darah — bagi
sebagian orang. Masuknya alkohol secara konstan menciptakan kadar gula darah tinggi yang
persisten. Karena semakin banyak insulin dilepaskan untuk mengkompensasi gula darah tinggi, tubuh
menjadi terbiasa dengan efeknya. Intoleransi glukosa dan bahkan diabetes dapat terjadi.

Alkoholisme Itu Selamanya

Tidak ada obat untuk alkoholisme. Obatnya mungkin tidak akan pernah ditemukan. Seorang pecandu
alkohol yang sudah lama tidak mabuk dan sehat kembali harus tetap menghindari alkohol. Pecandu
alkohol yang sembuh mungkin tidak lagi menginginkan alkohol atau menderita gejala penarikan diri,
tetapi mereka mungkin kambuh. Jika mereka minum lagi, kemungkinan besar mereka akan segera
ketagihan lagi. Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa Anda tidak dapat pulih dari
alkoholisme dengan mengurangi konsumsi alkohol. Anda harus sepenuhnya menghilangkan alkohol
dari hidup Anda.
Penanganan Kecanduan dengan Pendekatan Alami dan Herbal
Terapi Perilaku

Menghentikan alkohol, pertama dan terpenting, adalah perubahan kesadaran. Tidak ada pil ajaib yang
bisa Anda minum, tak heran obat yang akan mengatasi ketergantungan alkohol Anda. Jika Anda
seorang pecandu alkohol, satu-satunya kekuatan yang dapat membuat Anda berhenti minum adalah
Anda. Ada banyak terapi alami dan herbal yang dapat membantu Anda melalui proses penarikan,
tetapi tidak akan menyembuhkan Anda. Hanya Anda yang bisa membuat perubahan itu.

Anda mungkin jatuh dari gerobak, seperti yang mereka katakan, satu atau dua kali. Kebanyakan
pecandu alkohol yang mencoba berhenti minum melakukannya. Tetapi jika Anda bertahan; jika Anda
membangun jaringan dukungan untuk diri Anda sendiri; dan jika Anda meminumnya satu hari, atau
bahkan satu jam, pada satu waktu, Anda dapat dan akan mengatasi alkoholisme.

Bagi banyak pecandu alkohol, ketakutan adalah faktor pendorong di balik keinginan untuk mengatasi
alkoholisme. Mereka takut kehilangan keluarga, teman, pekerjaan, dan kedudukan mereka di
masyarakat. Mintalah dukungan dari orang-orang di jaringan ini. Beri tahu keluarga dan teman Anda
bahwa Anda berhenti minum — mereka akan menyukai Anda karenanya, dan mereka akan
melakukan segala upaya untuk membantu Anda. Temukan kelompok dukungan, seperti Alcoholics
Anonymous, di komunitas Anda. Mereka sering tercantum di halaman kuning. Grup pendukung tidak
mahal dan tersedia di seluruh dunia. Mereka telah mengubah hidup banyak orang menjadi lebih baik.
Lakukan apa pun yang Anda bisa untuk menemukan orang, kelompok, dan tempat yang mendukung
Anda secara emosional dan spiritual.
Buang semua alkohol di rumah Anda. Latih gaya hidup non-peminum baru Anda hanya satu hari
setiap kali. Ketika Anda bangun di pagi hari, katakan pada diri Anda sendiri, saya tidak akan minum
hari ini. Hanya hari ini. Saya bisa melewati ini satu hari tanpa alkohol. Katakan pada diri Anda ini
setiap hari.

Saat Anda merasa mendambakan alkohol, lakukan relaksasi atau berolahraga. Selain itu, cobalah
beberapa terapi nutrisi dan herbal yang dibahas di bawah ini.

Terapi Nutrisi

Ketika Anda berhenti minum, penting bagi Anda untuk memberi tubuh Anda makanan yang bersih
dan sehat yang memasok nutrisi yang dibutuhkan untuk pulih dari penurunan penyalahgunaan
alkohol.
Ingatlah bahwa alkoholisme pada dasarnya adalah ketergantungan gula. Anda harus berhati-hati
untuk tidak membantu ketergantungan itu dengan memberi tubuh gula rafinasi yang akan
dibutuhkannya. Penelitian telah menunjukkan bahwa diet tinggi karbohidrat yang sarat dengan junk
food cenderung meningkatkan keinginan untuk minum alkohol, sementara diet bergizi mengurangi
keinginan akan alkohol. Alcoholics Anonymous merekomendasikan diet tinggi protein, rendah
karbohidrat dengan suplemen nutrisi untuk membantu pecandu alkohol tetap sadar. Sumber protein
yang baik termasuk ikan, unggas tanpa lemak, tahu, polong-polongan, dan kacang-kacangan. Kedelai
hitam sangat bergizi dan juga membantu meredakan keinginan minum alkohol. Tahu dan kacang
hijau memiliki sifat mendinginkan dan detoksifikasi yang dapat membantu tubuh mengatasi
alkoholisme.
Penting juga bagi seorang pecandu alkohol untuk menjaga tingkat gula darah tubuh tetap stabil.
Makanlah dalam porsi kecil dan sering. Hindari gula, permen, jus buah manis, kafein, dan
karbohidrat olahan seperti yang terdapat pada roti dan pasta. Makan banyak sayuran dan biji-bijian
seperti nasi merah, oatmeal, millet, dan soba. Minum banyak air, yang akan membantu
membersihkan tubuh dan mengurangi nafsu makan. Untuk membantu detoksifikasi hati, tambahkan
jus lemon segar ke dalam air Anda.

Jika Anda sangat ingin minum alkohol, cobalah salah satu cara berikut:

1. Kurma bergizi dan akan memuaskan keinginan tubuh Anda akan sesuatu yang manis.
2. Pisang, kelapa segar tanpa pemanis, dan selada Romaine dikatakan dapat menghalangi keinginan
alkohol.
3. Seledri membantu menyeimbangkan keseimbangan pH tubuh dan dianggap mengurangi
keinginan untuk minum alkohol.
4. Jus tomat dengan perasan lemon di dalamnya adalah pengobatan tradisional yang populer untuk
meredakan keinginan untuk minum.
5. Jus wortel yang diencerkan setengahnya dengan air akan terasa cukup manis untuk memuaskan
keinginan tubuh akan gula dan membersihkan hati.
6. Jus boysenberry adalah jus lain yang rasanya manis dan juga mengurangi keinginan untuk
minum alkohol.
7. Jus kubis segar. Kubis mengandung sedikit glutamin, yang membantu mengekang keinginan otak
akan alkohol. Ini juga bermanfaat bagi pecandu alkohol yang menderita gangguan hati dan perut.
8. Jus kacang-dan-tomat segar adalah jus setengah manis yang membantu memperbaiki hati.
9. Air tonik pahit akan membantu menghilangkan keinginan akan alkohol.

Terapi herbal

Terapi herbal dapat membantu membersihkan tubuh, merilekskan pikiran, dan mengatasi kecanduan
alkohol. Jangan gunakan tincture alkohol; sebagai gantinya, gunakan teh, gliserit, atau kapsul.

Herbal pembersih seperti bunga semanggi merah, akar burdock, dan akar dandelion dapat membantu
detoksifikasi tubuh. Yang juga penting adalah menenangkan saraf, seperti biji oat atau oatstraw dan
kopiah, untuk membantu Anda melewati kecemasan endemik penarikan diri. Tonik hati, seperti daun
alfalfa, ashwagandha, dan bupleurum, akan membantu hati Anda pulih dari penyalahgunaan alkohol.
Herbal lain yang bisa dicoba adalah sebagai berikut:

1. Lidah buaya dapat membantu menyeimbangkan fungsi hati dan mendinginkan panas.
2. Angelica, bila digunakan sebagai kapsul atau teh, dikatakan dapat membantu menimbulkan
ketidaksukaan terhadap alkohol.
3. Chaparral membantu menghilangkan residu obat dan alkohol dari tubuh.
4. Kayu manis secara alami memiliki rasa manis sehingga memuaskan keinginan tubuh akan
alkohol yang kaya gula. Ini juga memiliki efek menenangkan pada saraf.
5. Ginseng memelihara kelenjar adrenal.
6. Pegagan membantu detoksifikasi tubuh dan memiliki efek revitalisasi pada saraf.
7. Bunga Kudzu telah lama menjadi obat untuk mabuk dalam pengobatan tradisional Tiongkok.
Dalam penelitian yang dilakukan pada tikus alkohol, ketika kudzu dikonsumsi, tikus menurunkan
konsumsi alkoholnya hingga 50 persen. Itu bisa dibeli dalam kapsul. Akar Kudzu juga bisa
digunakan.
8. Kapsul biji milk thistle membantu mencegah dan memperbaiki penyakit hati yang disebabkan
alkohol.
9. Poria membantu mengeringkan kelembapan.
10. St. John's wort membantu menyembuhkan saraf yang rusak, mengangkat semangat, dan
menenangkan sifat mudah marah.
11. Kunyit meningkatkan fungsi hati dan melindungi tubuh dari kerusakan akibat alkohol.
12. Valerian memiliki sifat penenang; cobalah meminumnya dalam bentuk kapsul untuk membantu
Anda melewati beberapa hari pertama penarikan.

Aromaterapi

Aromaterapi bisa menjadi teman yang ampuh bagi seseorang yang mencoba berhenti minum.
Menghirup berbagai minyak esensial dapat meredakan keinginan dan meredakan gejala penarikan.

1. Bergamot menenangkan kecemasan, menghilangkan depresi, dan secara umum memiliki efek
menggembirakan pada jiwa.
2. Clary sage sedang bersantai dan meremajakan. Ini membantu meredakan ketegangan, ketakutan,
dan paranoia dan memiliki efek revitalisasi pada sistem saraf.
3. Eucalyptus citriodora sedikit merangsang dan membantu menenangkan perasaan emosional yang
berlebihan.
4. Adas memiliki keharuman manis yang membantu menghilangkan hasrat berbasis gula akan
alkohol. Ini juga membantu meningkatkan motivasi diri.
5. Helichrysum membantu mendetoksifikasi tubuh dan mengurangi depresi, stres, dan kelelahan
saraf.
6. Juniper menenangkan kecemasan dan membantu menenangkan mereka yang merasa terkuras
secara emosional.
7. Lemon membangkitkan semangat; itu mencerahkan pandangan Anda dan membantu membuka
hati emosional.
8. Marjoram santai dan menghibur; itu membantu menenangkan keinginan emosional.
9. Rose mendorong cinta dan kesabaran; itu mengurangi kesedihan dan depresi serta membantu
Anda merasa lebih terbuka secara emosional.
10. Rosemary mengangkat semangat, merangsang memori dan fungsi otak, dan membantu
meredakan kecemasan.
11. Cendana menenangkan ketegangan dan kecemasan saraf; ini dapat membantu Anda merasa tidak
terlalu terisolasi dan / atau tidak stabil secara emosional.
Terapi Nutrisi

Menyembuhkan Otak yang Kecanduan


Kesehatan dan Gizi dalam Pemulihan
Elemen Pola Makan Sehat

Pola makan yang sehat dan seimbang memberi tubuh Anda alat nutrisi yang dibutuhkan untuk sembuh
dengan cepat dan efektif. Makan secara teratur, minum cukup cairan, dan mengonsumsi makanan bergizi
tinggi dapat membantu untuk:

 memberikan energi yang cukup untuk pemulihan


 mengurangi kecanduan alkohol dan obat-obatan
 meningkatkan kualitas dan durasi tidur
 meningkatkan konsentrasi mental
 mengurangi kecemasan dan depresi terkait penarikan
 menstabilkan berat badan
 menormalkan sinyal rasa lapar dan kenyang

Tapi apakah diet yang sehat dan seimbang itu? Banyak orang yang terjerat jaring kecanduan
memiliki kebiasaan makan yang tidak menentu selama bertahun-tahun atau bahkan puluhan tahun
dan tidak mengetahuinya lagi. Dengan menggunakan Piramida Panduan Makanan pemerintah AS
sebagai dasar pola makan yang baik, saya akan membantu Anda mengetahui apa, kapan, dan
bagaimana cara makan — yang semuanya merupakan elemen penting dalam pemulihan dan
pemulihan kesehatan Anda yang baik.

Meskipun mungkin tidak menarik, Piramida Panduan Makanan adalah panduan paling kokoh dan
andal untuk makan sehat yang pernah saya lihat. Ini bukan diet; itu adalah pola makan yang memberi
tahu Anda jenis dan jumlah makanan yang minimal harus Anda konsumsi setiap hari. Anda bisa
makan lebih banyak porsi makanan ini jika Anda mau, tetapi tidak lebih sedikit. Ingatlah bahwa
melewatkan makan atau makan kurang dari jumlah minimum akan membahayakan status gizi Anda
dan dapat membuat Anda lebih mungkin untuk kambuh.

Dengan mengingat hal itu, perhatikan jenis dan jumlah makanan yang dibutuhkan tubuh Anda setiap
hari.

Makan apa
Ide dasar di balik Piramida Makanan adalah mengonsumsi sebagian besar makanan harian Anda dari
kelompok biji-bijian, mengonsumsi banyak buah dan sayuran, makan sedikit protein tanpa lemak,
dan memasukkan beberapa porsi produk susu. Tambahkan sedikit lemak, minyak, dan permen,
terutama untuk memberi rasa pada makanan Anda. Pilih makanan yang benar-benar Anda sukai dari
setiap kelompok, dan variasikan pilihan Anda. Hasilnya adalah makanan yang enak, menarik, dan
sangat bergizi.

Biji-bijian
Porsi harian: 6–11
Ukuran porsi: ½ cangkir sereal, pasta, atau nasi matang; satu potong roti; 1 ons sereal
Manfaat biji-bijian untuk Anda: Biji-bijian mengandung karbohidrat kompleks, yang dipecah
menjadi glukosa, bahan bakar tubuh. Karbohidrat kompleks membantu menstabilkan gula darah dan
meningkatkan produksi serotonin, neurotransmitter yang berperan penting dalam menangkal depresi
dan meningkatkan perasaan sejahtera. Biji-bijian juga menyediakan vitamin B, yang sangat kurang
mengandung alkoholik.

Buah-buahan dan sayur-sayuran


Porsi harian: 2–4 porsi buah-buahan, ditambah 3–5 porsi sayuran
Ukuran porsi: 1 cangkir buah atau sayuran mentah cincang; 1 buah berukuran sedang; ½ cangkir jus
buah atau sayur

Buah dan sayuran bermanfaat bagi Anda: Buah dan sayuran menyediakan vi-tamin C, beta-karoten,
serat, folat, dan fitokimia yang membantu tubuh melawan penyakit. Pecandu sering kali kekurangan
vitamin C, folat, dan beta-karoten (vitamin A) dan telah mengganggu sistem kekebalan tubuh,
sehingga kelompok makanan ini dapat sangat membantu. Buah dan sayur juga mengandung serat
yang dapat meredakan sembelit. Usahakan untuk makan buah dan sayuran Anda sedekat mungkin
dengan mentah dan batasi jus buah atau sayuran menjadi satu porsi per hari.

Protein
Porsi harian: 2–3
Ukuran porsi: 2–3 oz. daging, ikan, atau unggas yang dimasak; 2 telur; 1 cangkir kacang kering,
kacang polong, atau lentil yang telah dimasak; ½ cangkir kacang; 4 sendok makan selai kacang

Protein berfungsi untuk Anda: Protein digunakan untuk membangun dan memelihara jaringan,
memproduksi hormon dan enzim, menjaga keseimbangan cairan, dan menciptakan antibodi untuk
melawan penyakit. Ini juga membantu menstabilkan kadar gula darah. Kacang, kacang polong, dan
lentil adalah pilihan protein yang baik karena kaya vitamin dan serat, namun rendah lemak. Sering-
seringlah memasukkannya ke dalam makanan Anda.

Makanan Susu
Porsi harian: 2–3
Ukuran porsi: 1 cangkir susu atau yogurt; 1½ – 2 ons. keju

Manfaat makanan olahan susu bagi Anda: Makanan olahan susu adalah sumber kalsium, protein, dan
vitamin D yang sangat baik, yang semuanya berkontribusi pada pertumbuhan dan pemeliharaan
tulang dan gigi. Terlalu sedikit kalsium dapat menyebabkan osteoporosis, penipisan tulang yang
dapat menyebabkan patah tulang dan kelainan bentuk tulang belakang.

Lemak, Minyak, dan Permen


Porsi harian: Setidaknya satu porsi per hari, tetapi gunakan dengan hemat
Ukuran porsi: 1 sendok makan minyak, mentega, mayones

Manfaat lemak, minyak, dan makanan manis untuk Anda: Menambahkan sedikit lemak atau minyak
ke dalam makanan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan Anda akan asam lemak esensial, yang
berperan dalam pembentukan membran sel, produksi senyawa seperti hormon, kekebalan , dan visi.
Lemak dan permen menambah kelezatan makanan dan kenikmatan makanan. Triknya adalah
menjaga agar tidak berlebihan pada salah satunya.
Perencanaan Makanan

Para pecandu telah belajar untuk bertindak berdasarkan dorongan hati, dan ini hampir selalu
tercermin dalam kebiasaan makan mereka. Makanan yang tidak teratur, makan sambil terburu-buru,
dan memilih makanan sesuai selera daripada nilai gizinya bukanlah pengecualian: itu aturannya!
Lebih sering daripada tidak, tidak ada jadwal makan yang pasti, tidak adanya perencanaan makan,
dan ketergantungan yang berlebihan pada makanan cepat saji berkalori tinggi dan tinggi lemak
seperti hamburger, gorengan, dan permen. Namun, dengan sedikit perencanaan, makan dapat diubah
dari aktivitas impulsif menjadi komponen pemulihan yang penting dan sehat.

Makanan atau camilan yang sehat dan seimbang harus mengandung biji-bijian, buah atau sayuran,
dan sedikit protein atau produk susu (karena produk susu juga mengandung protein). Biji-bijian,
buah-buahan, dan sayuran memberikan energi, sedangkan protein dan produk susu membantu
menjaga gula darah tetap stabil.

Simak rencana makan dan kudapan berikut ini, yang didasarkan pada jumlah porsi minimum harian
dari setiap kelompok makanan. Ingatlah bahwa Anda dapat menambahkan lebih banyak porsi sesuai
dengan ukuran Anda, kebutuhan energi, dan jenis kelamin Anda (pria membutuhkan lebih banyak
kalori). Tapi jangan mengambil porsi apa pun, atau Anda akan menipu tubuh Anda dari nutrisi yang
sangat dibutuhkan.
Contoh Paket Makanan dan Makanan Ringan
Sarapan
1 porsi biji-bijian (mis., 1 ons sereal gandum)
menyajikan protein (mis., 1 telur)
menyajikan produk susu (mis., ½ cangkir susu tanpa lemak) 1 porsi buah (mis., 1 jeruk)

Makan siang
2 porsi biji-bijian (mis., 2 potong roti gandum)
1 porsi protein (mis., 3 ons ikan tuna)
1 porsi sayuran (mis., 1 irisan tomat)
1 porsi lemak (mis., 1 sendok makan mayones)

Camilan
1 porsi biji-bijian (mis., 1 muffin dedak)
½ porsi produk susu (mis., 1 ons keju)
1 porsi sayuran (mis., 1 cangkir wortel)

Makan malam
2 porsi biji-bijian (mis., ½ cangkir nasi; 1 gulungan)
1 porsi protein (misalnya salmon panggang 3 ons)
1 porsi sayuran (mis., ½ cangkir kacang hijau matang)

Camilan
1 porsi biji-bijian (misal: 1 potong kayu manis roti panggang)
1 porsi produk susu (mis., 1 cangkir yogurt)
1 porsi buah (misalnya, 1 cangkir stroberi)
Bergantung pada gaya hidup Anda sebelumnya dan substansi penyalahgunaan, ini mungkin tampak
seperti makanan yang terlalu banyak atau terlalu sedikit. Ingatlah bahwa rencana makan ini adalah
tempat untuk memulai, cara untuk kembali berhubungan dengan apa yang seharusnya Anda makan
setiap hari. Ingatlah bahwa Anda bisa makan lebih banyak porsi — ini bukan tentang membuat diri
Anda kelaparan! —Tetapi porsi yang tidak lebih sedikit. Anda membutuhkan banyak makanan sehat
ini untuk memastikan Anda mendapatkan semua nutrisi dalam jumlah yang cukup. Pada akhirnya
tubuh Anda akan menjadi lebih terbiasa dengan pola makan yang benar, dan Anda mungkin dapat
lebih bergantung pada sinyal rasa lapar dan kenyang alami tubuh Anda. Untuk saat ini,
bagaimanapun, Anda harus mendorong diri Anda untuk makan sesuai jadwal dan memasukkan
makanan yang direncanakan dalam jumlah yang direncanakan. Untuk bantuan dalam menerapkan
rencana ini dan untuk jawaban atas pertanyaan apa pun, konsultasikan dengan ahli gizi atau penyedia
layanan kesehatan Anda.

Saran untuk Perencanaan Makan


1. Rencanakan makanan dalam seminggu — Praktis tidak mungkin untuk makan makanan yang
seimbang tanpa memikirkan apa yang akan Anda makan dan kapan Anda akan memakannya.
Makan sambil berlari atau mengambil apa pun yang terjadi di lemari es dijamin akan
menghasilkan kebiasaan makan yang buruk. Luangkan waktu seminggu sekali untuk
merencanakan makanan seminggu, membuat daftar belanjaan, dan berbelanja sekaligus. Ini
mungkin terasa seperti tugas yang berat tetapi sebenarnya akan menghemat waktu Anda dan
menurunkan tingkat stres Anda selama seminggu. Ini juga akan menghemat banyak uang.
2. Sertakan pengecualian — Kebanyakan orang menikmati makan di luar dari waktu ke waktu,
pergi ke rumah teman untuk makan malam, atau pergi ke pesta. Rencanakan acara ini
sebelumnya, dan masukkan ke dalam jadwal daripada memutuskan untuk makan secara
mendadak, yang dapat menyebabkan perilaku makan yang impulsif (dan tidak sehat).
3. Mulailah hari Anda dengan sarapan — Sarapan memenuhi "tangki kosong" Anda untuk membuat
Anda bersemangat setelah beberapa jam tanpa makanan. Melewatkan sarapan akan
memperlambat metabolisme dan membuat Anda lebih rentan makan makanan berkalori tinggi
dan bergizi rendah.
4. Pintar ngemil — Camilan adalah cara yang bagus untuk mengisi bahan bakar dan menambahkan
makanan bergizi ke dalam makanan Anda. Camilan sehat juga bisa terasa enak — cobalah apel
atau batang seledri dengan selai kacang, keju rendah lemak dengan biskuit gandum, kismis, roti
panggang gandum dengan selai rendah gula, atau semangkuk sereal gandum. Pisang, stroberi,
dan melon adalah buah yang rasanya enak. Anda dapat memuaskan selera Anda dan
meningkatkan kesehatan Anda pada saat yang bersamaan.

Anda mungkin juga menyukai