Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Minuman keras atau minuman yang beralkohol sudah dikenal sejak

lebih kurang 5000 tahun yang lalu. Fenomena saat ini menunjukkan bahwa

mudahnya mendapatkan minuman keras menyebabkan pembeli minuman

keras ini terdiri dari berbagai kalangan. Tidak hanya mereka yang sudah

dewasa saja, melainkan terdapat pembeli yang masih remaja. Bahkan dari data

lapangan sebuah penelitian yang sudah diolah sebanyak 75% konsumen

minuman keras adalah remaja berusia dibawa 25 tahun, sedangkan 25 %

lebihnya adalah dewasa dan orang tua. Banyak kejadian seperti perkelahian

yang dilakukan oleh pengguna minuman beralkohol yang pada akhirnya bisa

memakan korban baik terluka atau bahkan meninggal (Munaf, 2007).

Data dari Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI),di

dapatkan bahwa laki-laki lebih banyak yang pernah minum alkohol

dibandingkan perempuan, laki-laki kelompok usia 15-19 tahun yang pernah

minum alkohol sebesar 27 %, sedangkan kelompok usia 20-24 tahun sebesar

44 %. Perempuan dari kelompok usia 15-24 tahun yang pernah minum alkohol

adalah 2 % sedangkan dari kelompok usia 20-24 tahun sebesar 3 %. Data lain

mengungkapkan 34 % laki-laki penah mabuk, 1% diantaranya minum alkohol

setiap hari dan 16 % minum sekali-sekali.Laki-laki mulai minum alkohol pada

usia yang lebih muda dibandingkan perempuan (SKRRI, 2002).

1
2

Remaja merupakan generasi muda penerus bangsa, namun demikian

masih banyak generasi muda yang menjadi masalah bagi masyarakat dan

negara. Berbagai factor yang menyebabkan timbulnya kenakalan remaja, salah

satu diantaranya adalah kurang matangna emosional sehingga menimbulkan

kelemahan remaja dalam mengendalikan dorongan – dorongan negative baik

yang muncul dari lingkungan maupun dari hati mereka (anonim, 2007). Selain

itu banyak kasus-kasus kriminal seperti perkelahian, penganiayaan, serta

pemerkosaan yang dilakukan oleh orang setengah sadar akibat pengaruh

alkohol, bahkan terjadinya keributan di suatu tempat hiburan dan perkelahian

massalpun sering terpicu oleh tindakan orang – orang yang setengah sadar

akibat pengaruh minuman keras, ironisnya peredaran minuman keras sekarang

sudah sampai ke desa – desa dan meracuni penduduk dan pemuda desa

(Anonim, 2002).

Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya keinginan para remaja ini

untuk mengkonsumsi minuman keras, diantaranya adalah faktor lingkungan

dan faktor individu. Faktor-faktor lingkungan disini lebih berpengaruh besar

terhadap kebiasaan remaja dalam mengkonsumsi minum-minuman keras, yang

meliputi keluarga, tempat tinggal, sekolah, teman, dan keadaan masyarakat

pada umumnya. Lingkungan keluarga juga bisa menjadi salah satu faktor

dominant, keluarga tidak bisa memberikan bimbingan yang baik kepada para

remaja, bahkan memberikan contoh yang tidak baik terhadap mereka, hal

tersebut bisa menyebabkan dorongan kuat agar remaja melakukan tindakan

negative. Salah satunya mencoba untuk mengkonsumsi minuman keras.


3

Keluarga dan masyarakat tempat seseorang dibesarkan dapat mempengaruhi

sikap remaja tersebut dalam menjadi pecandu minuman keras., kalau orang tua

adalah pecandu minuman keras maka anaknya cenderung menjadi peminum

minuman keras pada masa dewasanya (Collins, 2000).

Study pendahuluan yang di lakukan pada tanggal 16 April 2008 terhadap

remaja putra di Dsn. Nyamplung didapatkan bahwa dari 8 remaja yang

diwawancarai, 40% remaja mengatakan melakukan minum minuman keras

karena dipengaruhi oleh teman, dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan tempat

tinggal. Berdasarkan latar belakang dan hasil study pendahuluan diatas, maka

peneliti berminat melakukan penelitian tentang hubungan antara faktor-faktor

lingkungan dengan kebiasaan minum-minuman keras pada remaja putra di

dsn.Nyamplung Ds.Moronyamplung KembangBahu Lamongan.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan yang sudah diuraikan dalam latar belakang maka

perumusan masalah adalah sebagai berikut :

“Adakah hubungan antara faktor-faktor lingkungan dengan kebiasaan

minum-minuman keras pada remaja putra di dsn. Nyamplung Ds.

Moronyamplung Kembang Bahu Lamongan”

C. TUJUAN PENELITIAN
4

1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan antara faktor-faktor lingkungan dengan

kebiasaan minum-minuman keras pada remaja.

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan keluarga, tempat tinggal,

teman, sekolah dan masyarakat pada umumnya

b. Mengidentifikasi kebiasaan minum-minuman keras

c. Menganalisa hubungan antara faktor-faktor lingkungan dengan

kebiasaan minum-minuman keras pada remaja.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat penelitian ini adalah untuk :

1. Bagi peneliti

Dapat mengetahui hubungan antara faktor-faktor lingkungan dengan

kebiasaan minum-minuman keras pada remaja sehingga bisa menjadi

wahana untuk menambah pengetahuan dan mengaplikasikan ilmu yang

diperoleh dalam bentuk memberikan penyuluhan kepada remaja.

2. Bagi ilmu keperawatan

Dapat dipakai sebagai tambahan literature bagi ilmu keperawatan

tentang factor-faktor lingkungan yang mempengaruhi kebiasaan minum-

minuman keras pada remaja.

3. Bagi masyarakat
5

Memberikan informasi pada masyarakat tentang hubungan antara

factor-faktor lingkungan dengan kebiasaan minum-minuman keras pada

remaja.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP MINUMAN KERAS.

1. Pengertian Minuman Keras.

Dalam peraturan menteri kesehatan RI nomor 86 / men – kes / per /

IV/1997, disebutkan bahwa minuman keras adalah minuman yang

mengandung ethanol yang diperoses dari bahan hasil pertanian yang

mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau

fermentasi tanpa destilasi, baik yang memberikan perlakukan terlebih dahulu

atau tidak menambahkan bahan lain, maupun yang diproses dengan cara

mencampur konsentrat dengan ethanol atau dengan cara pengenceran

minuman ethanol.

Minuman keras terdiri dari 3 golongan (Anonim, 2007) :

a. Minuman keras golongan A adalah minuman keras atau minuman

beralkohol dengan kadar ethanol (C2H5OH), 1% (satu persen) sampai

dengan 5 % (lima persen).

b. Minuman keras golongan B adalah minuman keras atau minuman

beralkohol dengan kadar ethanol (C2H5OH), lebih dari 5% (lima persen)

sampai dengan 20% (dua puluh persen).

c. Minuman keras golongan C adalah minuman keras atau minuman

beralkohol dengan kadar ethanil (C 2H5OH), lebih dari 20% (dua puluh

persen) sampai 55% ( lima puluh lima persen).

6
2

2. Dampak atau Bahaya Mengkonsumsi Minuman Keras

Efek yang ditimbulkan setelah mengkonsumsi alkohol dapat dirasakan

segera dalam waktu beberapa menit, tetapi efeknya berbeda – beda,

tergantung dari jumlah atau kadar alkohol yang dikonsumsi. Dalam jumlah

kecil, alkohol menimbulkan perasaan relaks, dan pengguna alkohol lebih

mudah mengekspresikan emosi, seperti rasa senang, sedih dan kemarahan.

Pengguna juga dapat terancam masalah kesehatan seperti radang usus,

penyakit liver, dan kerusakan otak. Salah satu penelitian yang baru – baru ini

diungkapkan oleh para peneliti dari The University of Southem California

(USC), USA menyatakan bahwa alkohol bisa meningkatkan resiko kanker

pada kaum perempuan, terlebih pada yang sudah memasuki masa menopause

(Munaf, 2007).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan minuman keras pada

remaja

a. Faktor individu

Dalam kaitannya dengan penyalah gunaan minuman keras, faktor

individu yang menyebabkan seseorang dapat dengan mudah terjerumus,

antara lain :

1). Gangguan Kepribadian

Gangguan cara berfikir : keyakinan/ cara berfikir yang salah,

penalaran yang semaunya sendiri.

Pada hakikatnya memang faktor kepribadian yang menyebabkan

terlibatnya seseorang dalam penyalahgunaan obat atau alkohol tidak


3

berdiri sendiri, melainkan merupakan jalinan dari beberapa factor

kepribadian. Sifat-sifat lain yang menurut para ahli merupakan indikasi

dari adanya kemungkinan terlibat penyalahgunaan obat atau alkohol

adalah sifat mudah kecewa, sifat tidak dapat menunggu dan tidak

sabar, sifat memberontak, sifat mengambil resiko berlebihan, sifat

mudah bosan dan jenuh (Sarwono, 2002).

2). a). Gangguan Emosi : emosi labil, kurang percaya diri, terlalu

percaya diri.

Akibat langsung dari perubahan fisik dan hormonal adalah

perubahan dalam aspek emosionalitas pada remaja sebagai akibat

dari perubahan fisik dan hormonal tadi, dan juga pengaruh

lingkungan yang terkait dengan perubahan badaniah tersebut.

Hormonal menyebabkan perubahan seksual dan

menimbulkan dorongan-dorongan dan perasaan baru.

Keseimbangan hormonal yang baru menyebabkan individu

merasakan hal-hal yang belum pernah dirasakan sebelumnya.

Keterbatasanya untuk secara kognitif mengolah perubahan-

perubahan-perubahan baru tersebut bisa membawa perubahan besar

dalam fluktuasi emosinya (Agustiani, 2006).

b). Gangguan kehendak dan perilaku : pemalas, motivasi rendah,

tidak tekun.
4

3). Faktor usia

Saat mendekati masa remaja, maka kelenjar kelamin mulai

menghasilkan hormon yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan seksual anak yang meningkat pada masa remaja

(Yanny, 2001).

4). Pandangan atau keyakinan yang keliru

Ada remaja yang mempunyai keyakinan yang keliru dan

menganggap enteng hal-hal yang membahayakan sehingga

mengabaikan pendapat orang lain, menganggap dirinya pasti dapat

mengatasi bahaya itu atau merasa yakin bahwa pendapatnya sendiri

yang benar, akibatnya mereka dapat terjerumus ke tindakan kenakalan

remaja (Yanny, 2001).

5). Religius yang rendah

Anak yang tumbuh dan berkembang di dalam keluarga yang

tingkat religiusnya rendah, bahkan tidak pernah mendapat pengajaran

dan pengertian mengenai Allah Tuhannya secara benar, maka biasanya

memiliki patokan untuk kontrol perilakunya, sehingga perilakunya

suka hati, tidak tahu masalah yang baik dan buruk dan tidak takut

berbuat dosa(Yanny, 2001).

b. Faktor Lingkungan

Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan

pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau

kelompok.
5

Lingkungan mempunyai pengaruh besar terhadap jatuhnya remaja

dalam penggunaan minuman keras, antara lain :

1). Keluarga

Keluarga mempunyai peranan penting di dalam pendidikan dan

pembentukan karakter anak. Dari sejak dilahirkan anak diasuh dalam

keluarga, sehingga pertumbuhan dan perkembangan hidupnya tidak

akan terlepas dari apa yang akan disediakan dan diberikan oleh

keluarganya. Faktor keluarga yang mempengaruhi dalam penggunaan

minuman alkohol diantaranya hubunagn orang tua yang kurang

harmonis, orang tua terlalu otoriter, kurangnya komunikasi dengan

orang tua, keuangan yang berlebihan atau kekurangan, keluarga yang

menggunakan minuman keras.

Pandangan yang lebih negatif dari pergaulan pada masa remaja

menjadi jelas dari hasil penelitian para sosiolog terhadap kelompok

orang tua dan teman sebaya. Sudut pandang ini melihat orang tua

sebagai pengawas dan pemberi kritik yang tajam pada perkembangan

anaknya agar anak dapat memberikan kesinambungan dalam menjalin

norma-norma sosial. Karena tampaknya tugas remaja harus melakukan

penyesuaian diri terhadap model yang telah diperankan oleh orang

tuanya, teman sebaya akan menjadi sumber dari tekanan antara dua

kekuatan set yang eksklusive dari nilai-nilai (Agustiani,2006).


6

2). Tempat Tinggal

Tempat tinggal di daerah hitam atau terlalu padat penduduknya,

suasana hiburan yang menggoda, kebiasaan hidup dan orang-orang

yang mempunyai aktivitas di tempat-tempat hiburan, banyaknya

tempat hiburan, sudah jelas bahwa ini mempunyai dampak negatif

sehingga menyebabkn hidup lepas kembali dan terjerumus ke

kenakalan remaja, atau tersesat ke penggunanan minuman keras dan

zat terlarang lainnya (Yanny, 2001).

3). Sekolah

Sekolah merupakan tempat belajar mengajar, tetapi bukan

jaminan dengan pergi ke sekolah anak akan menjadi lebih baik,

mungkin juga justru dari teman sekolahnya anak-anak atau remaja

mengenal minuman keras mengingat bahwa sekolah menjadi target

sasaran perdagangan minuman keras dan narkoba.

Sekolah mampu memenuhi kebutuhan siswa, mampu

memenuhi kebutuhan masyarakat dan mampu memenuhi tuntutan

perkembangan ilmu serta teknologi, Tetapi kini muncul suatu gejala

bahwa layanan pendidikan dijalur luar sekolah kurang diperhitungkan

dalam mempersiapkan anak dan atau remaja untuk menyongsong masa

depannya dalam masyarakat yang semakin rasional dan teknologis

(Agustiani, 2006).
7

4). Teman

Selain teman sekolah, anak-anak juga mempunyai pergaulan

dengan teman sebayanya yang berasal dari teman luar sekolah. Teman-

teman ini mempunyai pengaruh yang besar bagi anak-anak remaja,

mereka merasa dekat, membentuk kelompok, rasa solidaritas yang

tinggi senasib sepenanggungan, sehingga dalam melakukan sesuatu

tidak memikirkan baik buruknya, serta adanya tekanan dari teman

menyebabkan remaja masuk dalam penggunaan minuman keras.

Teman sebaya bisa merupakan kelompok yang memberikan

pengaruh negatif terhadap anak remaja. Mereka mendorong kearah

kualitas yang tidak diharapkan seperti minum-minuman keras atau

kenakalan remaja lainnya terutama pada anak-anak yang kurang

mendapatkan pengarahan dari orang tua. Sudut pandang lain

menganggap bahwa kelompok teman sebaya memberikan pengaruh

yang baik, sama halnya bahwa remaja dalam relasinya dengan teman

sebaya memberikan peranan dalam membentuk keterkaitan antara

remaja, keluarga dan teman sebaya sebagai pesaing, memberi

kepuasan atau saling melengkapi (Agustiani, 2006).

5). Keadaan masyarakat pada umumnya

Memasuki era globalisasi dimana teknologi yang semakin

canggih, akibatnya banyak budaya asing yang masuk Indonesia. Bagi

para remaja yang belum kukuh dan kuat imannya akan dengan mudah

mengadaptasi dengan budaya-budaya luar yang kadang-kadang kurang


8

sesuai bagi remaja tersebut, dimulai dari mencoba akhirnya terjerumus

di dalamnya (Yanny, 2001).

B. KONSEP REMAJA

1. Definisi

Remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak kemasa

dewasa (Atkinson, 2000).

Remaja adalah usia dimana individu berinteraksi dengan

masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat

orang-orang yang lebih tua melainkan berada pada tingkatan yang sama,

sekurang-kurangnya dalam masalah hak (Hurlock, 2001).

Menurut WHO dikemukakan tiga kreiteria :

a. Secara Biologis

Remaja adalah suatu masa ketika individu berkembang dari sat

pertama kali ia menunjukkan tanda – tanda seksual sekundernya sampai

saat ia mencapai kematangan seksual.

b. Secara Psikologis

Remaja adalah suatu masa ketika individu mengalami

perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak

c. Secara Sosial Ekonomi

Remaja adalah suatu masa ketika terjadi peralihan dari

ketergantungan ekonomi yang penuh pada keadaan yang relatif lebih

mandiri.
9

Dari beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

remaja adalah usia dimana individu berinteraksi dengan masyarakat dewasa,

usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih

tua melainkan berada pada tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam

masalah hak.

2. Pembagian Masa Remaja

Menurut Hurlock (1998) pembagian masa remaja terdiri dari :

a. Awal Masa Remaja

Awal masa remaja bermulai dari usia 13 tahun sampai 17 tahun.

Awal masa remaja biasanya disebut sebagai “usia belasan” kadang-

kadang bahkan disebut”usia balasan yang tidak menyenangkan”.

b. Akhir Masa Remaja

Akhir masa remaja bermula dari usia 16 tahun sampai 18 tahun

yaitu usia matang secara hokum dengan demikian akhir masa remaja

merupakan periode yang sangat singkat.

3. Perubahan Masa Remaja

Menurut Hurlock (1998) Perubahan masa remaja terdiri dari :

a. Masa remaja sebagai periode yang penting

Semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting, namun

ada periode yang lebih penting dari periodenya, karena yang langsung

terdapat sikap dan prilaku yang lebih penting karena akibat fisik dan

psikologis.
10

Tanner mangatakan dalam membahas akibat fisik pada remaja,

bagi sebagian anak muda usia 12- 16 tahun merupakan tahun yang penuh

kejadian sepanjang menyangkut pertumbuhan dan perkembangan tetapi

yang mereka yang bersangkutan tidak memperhatikan akan

perkembangan atau kurangnya perkembangan dengan kagum, senang dan

takut. Jadi perkembangan fisik dan mental sangat perlu dalam

membentuk sikap, nilai dan minat yang baru.

b. Masa remaja sebagai periode peralihan

Peralihan tidak berarti terputus dari apa yang telah terjadi

sebelumnya, melainkan lebih-lebih sebuah peralihan dari satu tahap

perkembangan ke tahap berikutnya artinya apa yang terjadi sebelumnya

akan meninggalkan bekas pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan

dating.Seperti halnya remaja bukan lagi anak-anak dan jugabukan orang

dawasa dan seorang remaja yang belajar untuk berprilaku sesuai dangan

umumnya.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan

Ada 5 perubahan pada periode ini yaitu :

1) Meningginya emosi yang cepat

2) Perubahan pada tubuh, minat dan peran yang di harapkan oleh

kelompok sosial untuk dipesankan, menimbulkan masalah baru.

3) Remaja akan tatap merasa ditimbuni masalah sampai dapat

menyelesaikan masalah sendiri menurut kepuasannya.


11

4) Berubahnya minat dan pola prilaku dalam berteman.

5) Sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan

dan manuntut akan kebebasan, tatapi mereka sangat takut akan

tanggung jawab hal ini disebabkan mereka meragukan akan

kemampuannya.

d. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Setiap periode banyak masalah sendiri-sendiri tetapi masalah

remaja sangat sulit diatasi hal tersebut disebabkan remaja tidak

pengalaman karena mereka pada masa anak-anak apabila terdapat

masalah sebagian diselesaikan oleh orang tua / guru dan mereka sangat

tidak yakin akan kemampuan mereka sendiri.

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Pada tahun-tahun awal masa remaja penyesuaian diri dengan

kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan, lambat

laun mereka akan mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan

menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal, seperti sebelumnya

yaitu dalam halnya pakaian, berbicara dan prilaku. Identitas yang dicari

remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa perannya

dalam masyrakat.

f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

Dimasa remaja dipandang buruk oleh orang dewasa karena remaja

tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan berprilaku merusak,

hal ini menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mengawasi


12

kehidupan remaja muda takut bertanggung jawab dan bersikap tidak

simpatik terhadap sikap perilaku remaja yang normal, sehingga banyak

menimbulkan pertentangan dengan orang tua dan antara orang tua untuk

mengatasi sebagian masalahnya.

g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistic

Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca berwarna

merah jambu, ia melihat dirinya sendiri dan orang lain, sebagaimana

yang ia inginkan dan bukan sebagai mana adanya, terlebih dalam halnya

cita-cita yang semakin tidak realistik yang menyebabkan meningginya

emosi yang merupakan cirri awal masa remaja. Semakin tidak realistik

cita-citanya semakin ia semakin menjadi marah, menjelang berakhirnya

masa remaja pada umumnya baik anak laki-laki maupun perempuan

sering harus melepaskan kehidupan mereka yang bebas bila telah

mencapai status orang dawasa.

h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Dengan semakin mendekatnya usia kematangamn yang sah, para

remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan streotip balasan tahun dan

untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa, seperti

dalam berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa ternyata belum

cukup, oleh karena itu remaja mulai memusatkan diri pada prilaku yang

dihubungkan dengan status dewasa,yaitu merokok, minuman keras,

menggunakan obat-obatan dan terlihat dalam perubahan seks, mereka


13

menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka

inginkan.

4. Tahap Perkembangan Remaja

Menurut Teori Rousseau dalam Hurlock (1998), tahapan perkembangan

remaja adalah :

a. Umur 0 – 4 atau 5 tahun ( masa kanak – kanak / infancy ).

Tahap ini didominasi oleh perasaan senang dan tidak senang

dan menggambarkan tahap evolusi yaitu masa manusia masih sama

dengan binatang.

b. Umur 5 – 12 tahun ( masa bandel / savage stage )

Tahap ini mencerminkan cara manusia liar. Manusia

pengembara dalam evolusi manusia. Perasan yang dominan adalah

periode ini adalah ingin main – main, lari – lari untuk melatih

ketajaman indera dan keterampilan anggota – anggota tubuh.

c. Umur 12 – 15 tahun ( bangkitnya akal / ratio )

Dalam masa ini terdapat energi dan kekuatan fisik yang luar

biasa serta tumbuh keingnan tahunan dan keinginan coba – coba.

d. Umur 15 – 20 tahun

Dinamakan masa kesempurnaan remaja dan merupakan puncak

perkembanagn emosi. Dalam tahap ini terjadi perubahan dari

kecenderungan mementingkan diri sendiri kepada kecenderungan

memperhatikan kepentingan orang lain dan kecenderungan

memperhatikan harga diri.


14

Menurut Teori Hall dalam Sarwono (2002) Tahap

Perkembangan Remaja adalah :

a. Remaja Awal ( Early Adolescence )

Pada tahap ini masih terheran – heran akan perubahan –

perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan – dorongan

yang menyertai perubahan – perubahan itu.

b. Remaja Madya ( middle adolecsence )

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan – kawan. Ia

senang kalau banyak teman yang menyukainya ada kecenderungan

“narcistik“.

c. Remaja Akhir ( late adolescence )

Tahap ini adalah masa konsolidasi manuju periode dewasa dan

ditandai dengan 5 hal di bawah ini :

1). Minat yang paling mantap terhadap fungsi – fungsi intelek.

2). Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang – orang

lain dan dalam pengalaman – pengalaman baru.

3). Terbentuk identitas seksualo yang tidak akan berubah lagi

4). Egosentrisme ( terlalu memuaskan perhatian pada diri sendiri )

diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri

dengan orang lain.

5). Tumbuh “ dinding “ yang memisahkan diri pribadinya ( private

self) dan masyarakat umum ( the public ).


15

5. Tugas- tugas perkembangan masa remaja

Tugas-tugas perkembangan remaja awal menurut “Havighust” dalam

Hurlock (1998) yaitu :

a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya

baik pria maupun wanita.

b. Mencapai peran sosial pria dan wanita.

c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.

d. Mengharapkan dan mencapai prilaku sosial yang bertanggung jawab.

e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua, orang-orang dewasa

lainnya.

f. Mempersiapkan karier ekonomi.

g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.

h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk

berprilaku mengembangkan ideology.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan

Menurut Alex (2003) mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi perkembangan yaitu :

a. Aliran nativisme / aliran pembawaan.

Aliran nativisme mengemukakan bahwa manusia yang baru

dilahirkan telah memilki bakat dan pembawaan, baik karena berasal dari

keturunan orang tuanya, nenek moyangnya, maupun karena memang

ditakdirkan demikian.
16

b. Aliran empirisme atau aliran lingkungan.

Aliran empirisme mengemukakan bahwa anak yang baru lahir

laksana kertas yang putih bersih atau meja yang tertutup lapisan lilin

putih.

c. Aliran konvergensi atau aliran persesuaian.

Aliran ini pada intinya merupakan perpaduan antara pandangan

navitisme dan empiris, yang keduanya dipandang sangat berat sebelah.

Aliran ini menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) dengan

lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh dalam perkembangan

manusia.

7. Perilaku Menyimpang atau Kenakalan Pada Remaja.

Menurut Jennsen dalam Sarwono (2002) ada 4 jenis, yaitu :

a. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain

(perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain-lain).

b. Kenakalan yang menimbulkan korban materi (perusakan, pencurian,

pencopetan, pemerasan, dan lain-lain).

c. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain

(pelacuran, penyalahgunaan obat).

d. Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak

sebagai pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orang tua

dengan cara kabur dari rumah.


17

8. Pencegahan Prilaku Menyimpang Pada Remaja

Dalam menghadapi remaja ada beberapa hal yang harus selalu

diingat, yaitu bahwa jiwa remaja adalah jiwa yang penuh gejolak (strumund

drang). Lingkungan social remaja juga ditandai dengan perubahan social

yang cepat (khususnya di kota-kota besar dan daerah-daerah yang sudah

terjangkau sarana dan prasarana komunikasi dan perhubungan) yang

mengakibatkan kesimpangsiuran norma (keadaan anomie). Kondisi intern

dan ekstern yang sama-sama bergejolak inilah menyebabkan masa remaja

memang lebih rawan dari pada tahap-tahap lain dalam perkembangan jiwa

manusia.

Untuk mengurangi benturan antar gejolak itu dan untuk memberi

kesempatan agar remaja dapat mengembangkan dirinya secara lebih

optimal,hal-hal yang dapat dilakukan diantaranya yaitu :

a. Menciptakan kondisi lingkungan terdekat yang sesetabil mungkin pada

lingkungan keluarga.

Tindakan pencegahan yang paling utama dalam hal ini adalah

berusaha menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga sebaik-

baiknya.selain lingkungan keluarga.

b. Pengembangan pribadi remaja yang optimal melalui pendidikan

Hal ini juga sangat perlu dilakukun melalui sekolah. Peranan

sekolah pada hakikatnya tidak jauh dari peranan keluarga, yaitu sebagai

rujukan dan tempat perlindungan jika anak didik menghadapi masalah.

c. Mengadakan organisasi atau perkumpulan


18

Organisasi atau perkumpulan remaja baik yang formal (Gerakan

Pramuka, Karang Taruna, dan sebagainya), maupun yang informal

(kelompok pemuda RT/RW, kelompok belajar, dan sebagainya).

d. Meningkatkan kemempuan remaja dalam bidang-bidang tertentu sesuai

dengan minat dan bakatnya

Dengan adanya kemampuan khusus ini (misal dalam bidang

teater, musik, olah raga, dan sebagainya), maka remaja itu dapat

mengembangkan kepercayaan dirinya. Hal itu karena ia menjadi

terpandang dengan kemampuan tersebut (Sarwono, 2002).

9. Penanganan Terhadap Prilaku Menyimpang Remaja

Menurut Rogers dalam Sarwono (2002) ada lima ketentuan yang

harus dipenuhi untuk membantu remaja .

a. Kepercayaan 24

Remaja harus percaya kepada orang yang akan membantunya

(orang tua, guru, psikolog, ulama, dan sebagainya), ia harus yakin bahwa

penolong ini tidak akan membohonginya dan bahwa kata-kata penolong

ini memang benar adanya.

b. Kemurnian hati

Remaja harus merasa bahwa penolong itu sungguh-sungguh

mau membantunya tanpa syarat.

c. Kemampuan mengeti dan menghayati (Emphaty) perasaan remaja

d. Kejujuran

e. Mengutamakan persepsi remaja sendiri


19

C. KERANGKA KONSEP

Faktor individu :
- Gangguan kepribadian
- a. Gangguan emosi
b. Gangguan kehendak
- Faktor usia
- Pandangan / keyakinan
yang keliru
- Religius yang rendah

Penggunaan Miras
pada Remaja

Faktor lingkungan :
- Keluarga
- Tempat tinggal
- Sekolah
- Teman
- Keadaan masyarakat
pada umumnya

Keteranagan :

: Yang diteliti

: Yang tidak diteliti

Bagan 1. Kerangka konsep hubungan antara faktor – faktor lingkungan

dengan kebiasaan minum – minuman keras

(Sumber : Yanny, 2001)


BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara menyelesaikan masalah dengan

menggunakan metode keilmuan. Pada bab ini akan disjikan desain penelitian,

kerangka kerja, populasi, sampel dan sampling, identifikasi variabel dan definisi

operasional, instrumen, pengumpulan data, prosedur, analisa data, lokasi dan

waktu penelitian, dan masalah etika.

A. DESAIN PENELITIAN

Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab

pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin

timbul selama proses penelitian ( Nursalam, 2003 ).

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif, yaitu

suatu metode penelitian yang bertujuan menggambarkan secara sistematik

dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai

hubungan tertentu (Azwar, 2004). Dengan pendekatan Studi Korelasi

(Correlation Study ) yaitu suatu penelitian atau penelaahan hubungan antara

dua variabel pada suatu situasi atau sekelompok subjek ( Notoatmodjo, 2005).

25
2

B. VARIABEL

1. Identifikasi variabel

Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri dan sifat atau

ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu

konsep pengertian pertama ( Notoadmojo, 2002).

Variabel dalam penelitian ini meliputi :

a. Variabel independent adalah variabel yang nialainya menentukan nilai

variabel lain (Nursalam, 2003). Pada penelitian ini variabel

independentnya adalah factor-faktor lingkungan.

b. Variable dependent adalah variable yang nilainya ditentukan oleh

variabel lain (Nursalam, 2003). Pada penelitian ini variabel

dependentnya adalah kebiasaan minum-minuman keras.

2. Definisi Operasional Variabel

Definisi Operasional adalah batasan ruang lingkup atau pengertian

variabel yang diteliti (Notoadmojo, 2002).

Definisi Operasional adalah proses perumusan atau pemberian arti

berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan

tersebut, hal ini memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau

pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek atau fenomena (Nursalam

dan Siti parianti, 2001).

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini akan diuraikan

dalam tabel berikut :


3

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Definisi
Variabel Parameter Skala Kriteria
Operasional
Variabel Seluruh kondisi Factor – factor Interval Jawaban Ya
independent:fak yang ada disekitar lingkungan : - =1
tor lingkungan. manusia yang keluarga Tidak= 0
pengaruhnya dapat -tempat tinggal
mempengaruhi -sekolah
perkembangan dan -teman
perilaku orang atau -keadaan
kelompok, di ukur masyarakat pada
dengan umumnya
menanyakan
langsung dengan
panduan kuesioner.

Variabel Hal yang pernah


dependent:Kebi dan sering Lama remaja
asaan minum- dilakukan dalam dalam
minuman keras mengkonsumsi menkonsumsi
minuman keras di minuman keras Interval
ukur dengan
menanyakan
langsung dengan
panduan kuesioner.

C. POPULASI

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang akan

diteliti (Nursalam, 2003). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

seluruh remaja putra usia 15 – 20 tahun di Dsn. Nyamplung Ds.

Moronyamplung yang berjumlah 54 orang.


4

D. SAMPEL

Sampel adalah bagian yang memenuhi kriteria dalam penelitian yang

biasanya dapat dijangkau peneliti dari kelompoknya yang dapat digunakan

sebagai obyek penelitian (Nursalam, 2003).

Cara pengambilan sampel secara Non Probability Sampling dengan

menggunakan teknik total sampling, yaitu pengambilan sampel pada seluruh

anggota populasi, hal ini dilakukan jika jumlah anggota populasi sangat

terbatas, sehingga terpaksa mangambil semua anggota populasi agar

representative.

Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah semua remaja putra

usia 15-20 tahun dengan jumlah 54 orang di dsn. Nyamplung Ds.

Moronyamplung KembangBahu Lamongan.

E. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 28-29 Juni 2008.

2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di dsn. Nyamplung Ds.

Moronyamplung KembangBahu Lamongan.

F. TEKNIK DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan

data dengan cara angket atau quisionery, berupa data primer yaitu faktor-
5

faktor lingkungan yang mempengaruhi kebiasaan minum-minuman keras

pada remaja dengan memberikan pertanyaan tertutup, artinya semua jawaban

sudah tersedia, responden tinggal memilih jawaban yang ada. Dan pertanyaan

terbuka untuk lama remaja dalam mengkonsumsi minuman keras.

G. TEKNIK ANALISA DATA

Teknik analisa data yang dipakai pada hubungan antara faktor-faktor

lingkungan dengan kebiasaan minum-minuman keras pada remaja adalah

prodact-moment yang di gunakan untuk menentukan hubungan antara dua

gejala interval (Arikunto, 2006).

Cara penilaianya menggunakan rumus :

r xy =
∑ xy
(∑ x 2 ) (∑ y 2 )
Keterangan :

x2 = (X – X)2

y2 = (Y – Y)2

∑xy = jumlah hasil dari x dan y

Selanjutnya data yang terkumpul kemudian ditabulasi dan disajikan secara

deskriptif dalam bentuk tabel. Untuk mengetahui hubungan variabel dilakukan

tabel silang, dianalisa kemudian diuji korelasi Product-moment dan dilakukan

SPSS windows, rho dengan tingkat kemaknaan α< 0,05. Apabila α<0,05 berarti

Ho ditolak artinya ada hubungan bermakna antara faktor-faktor lingkungan


6

dengan kebiasaan minum-minuman keras pada remaja. Sebaliknya jika α>0,05

berarti Ho diterima artinya tidak ada hubungan antara faktor-faktor lingkungan

dengan kebiasaan minum-minuman keras.

H. ETIKA PENELITIAN

Dalam penelitian ini peneliti mengajukan permohonan direktur akademi

Keperawatan Poltekkes Majapahit Mojokerto untuk mendapat ijin kepada

kepala Dusun Nyamplung Desa Moronyamplung Kec. Kembangbau, Kab.

Lamongan dalam rangka melakukan penelitian di wilayah bekerjanya setelah

mendapatkan persetujuan baru melakukan penelitian dengan menekankan

masalah etika yang meliputi :

a. Inform Consert Atau Lembar Persetujuan Menjadi Responden.

Lembar persetujaun penelitian diberikan pada responden. Lembar

persetujuan diberikan pada subjek yang akan diteliti peneliti. Menjelaskan

maksud dan tujaun penelitian yang dilakukan serta dampak jika subyek

menoolak untuk diteliti maka peneliti tidak memaksa dan menghormati

hak – haknya.

b. Anonimity atau Tanpa Nama

Untuk menjga kerahasiaan subyek peneliti tidak mencantumkan

nama responden pada lembar pengumpulan data, cukup diberi nomor kode

pada masing – masing.


7

c. Confidentiality atau Kerahasiaan

Kerahasiaan informasi subyek dijamin oleh peneliti, hanya

kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atas laporan sebagai hasil

riset.
BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan didusun Nyamplung Desa Moronyamplung

kec.Kembang Bahu Lamongan. Luas desa Moronyamplung 413.000 Ha

dengan jumlah penduduk 3.031 jiwa, Ds. Moronyamplung terdiri dari 4

dusun.dusun Nyamplung terdiri dari 9 RT, dusun Moro terdiri dari 5 RT,

dusun Gampeng terdiri dari 4 RT, dan dusun Kedung Sari terdiri dari 2 RT.

Di dusun Nyamplung jumlah remaja putra yang berusia antara 15

– 20 tahun sebanyak 54 jiwa. Setelah dilakukan studi pendahuluan ternyata

remaja putra yang yang berusia 15 – 20 tahun semua pernah mengkonsumsi

minuman keras.

2. Data Umum

Data yang dibahas meliputi karakter responden berdasarkan usia

yaitu :
2

a. Karakteristik responden berdasarkan usia

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi berdasarkan usia di Dsn. Nyamplung


Ds. Moronyamplung Kec. Kembang Bahu Lamongan
sebagai berikut.
No. Kelompok Usia Frekuensi Prosentase
1. 15 - 16 tahun 2 3,7 %
2. 17 - 18 tahun 11 20,4 %
3. 19 – 20 tahun 41 75,9 %
Jumlah 54 100 %

32
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian besar responden

didusun Nyamplung berusia 19 – 20 tahun. Sedangkan responden yang

berusia 15 – 16 tahun memiliki prosentase yang paling kecil.

3. Data Khusus

Data yang dibahas meliputi pengaruh lingkungan keluarga,

Pengaruh lingkungan tempat tinggal, pengaruh lingkungan sekolah,

pengaruh lingkungan teman dan pengaruuh lingkungan masyarakat pada

umumnya yang menyebabkan remaja mengkonsumsi minuman keras.

a. Karakteristik responden berdasarkan faktor lingkungan keluarga

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan faktor


lingkungan keluarga di Dsn. Nyamplung Ds.
Moronyamplung Kec. Kembang Bahu Lamongan.
No. Faktor Lingkungan Keluarga Frekuensi Prosentase
1. Mendukung 29 53 %
2. Tidak Mendukung 25 46 %
Jumlah 54 100 %
3

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa lebih dari 50 %

kebiasaan remaja minum-minuman keras dipengaruhi oleh dukungan

faktor lingkungan keluarga.

b. Karakteristik responden berdasarkan faktor lingkungan tempat tinggal

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden berdasrkan faktor


lingkungan tempat tinggal di Dsn. Nyamplung Ds.
Moronyamplung Kec. Kembang Bahu Lamongan.
No Faktor lingkungan tempat tinggal frekuensi prosentasi
1. Mendukung 32 59,3 %
2. Tidak Mendukung 22 40,7 %
Jumlah 54 100 %

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa lebih dari 50 % kebiasaan

remaja minum – minuman keras dipengaruhi oleh dukungan faktor

lingkungan tempat tinggal.

c. Karakteristik responden berdasarkan faktor lingkungan teman.

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan faktor


lingkungan teman di Dsn. Nyamplung Ds.
Moronyamplung Kec. Kembang Bahu Lamongan.
No Faktor lingkungan teman Frekuensi Prosentase
.
1. Mendukung 50 92,6 %
2. Tidak Mendukung 4 7,4 %
Jumlah 54 100 %

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa mayoritas kebiasaan


remaja minum-minuman keras dipengaruhi oleh dukungan faktor
lingkungan teman.
4

d. Karakteristik responden berdasarkan faktor lingkungan sekolah

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan faktor


lingkungan sekolah di Dsn. Nyamplung Ds.
Moronyamplung Kec. Kembang Bahu Lamongan.
No Faktor lingkungan sekolah Frekuensi Prosentase
.
1. Mendukung 18 33,3 %
2. Tidak Mendukung 36 66,7 %
Jumlah 54 100 %

Berdasarkan tabel 4.5 bahwa lebih dari 50 % kebiasaan remaja

minum – minuman keras tidak dipengaruhi oleh dukungan faktor

lingkungan sekolah.

e. Karakteristik responden berdasarkan faktor lingkungan masyarakat.

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan faktor


lingkungan masyarakat di Dsn. Nyamplung Ds.
Moronyamplung Kec. Kembang Bahu Lamongan.
No Faktor lingkungan sekolah Frekuensi Prosentase
.
1. Mendukung 33 61,1 %
2. Tidak Mendukung 21 38,9 %
Jumlah 54 100 %

Berdasarkan tabel 4.6 bahwa lebih dari 50 % kebiasaan remaja

minum – minuman keras dipengaruhi oleh dukungan faktor

lingkungan masyarakat.
5

f. Karakteristik responden berdasarkan lama remaja mengkonsumsi

minuman keras

Tabel 4.7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama dalam


mengkonsumsi minuman keras di Dsn. Nyamplung Ds.
Moronyamplung Kec. Kembang Bahu Lamongan.
No. Lama Mengkonsumsi (bulan) Frekuensi Prosentase
1. 4 - 12 15 27,8 %
2. 13 - 21 15 27,8 %
3. 22 - 30 10 18,5 %
4. 31 – 39 4 7,4 %
5. 40 – 48 4 7,4 %
6. 49 – 57 3 5,6 %
7. 58 – 66 3 5,6 %
Jumlah 54 100 %

Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa remaja yang

mengkonsumsi minuman keras selama 4- 12 bulan dan 13 – 21

bulan memiliki proporsi yang sama.


6

g. Tabel silang antara faktor lingkungan keluarga dengan lama remaja

mengkonsumsi minuman keras

Tabel 4.8 Distribusi frekuensi silang antara faktor lingkungan


keluarga dengan lama remaja mengkonsumsi minuman
keras di Dsn. Nyamplung Ds. Moronyamplung Kec.
Kembang Bahu Lamongan.
Lama 4-12 13-21 22-30 31-39 40-48 49-57 58-66 Total
Mengkonsumsi
Faktor (bln)
Lingkungan f % f % f % f % f % f % f % f %
Keluarga
Mendukung 4 12,9 8 25,8 7 22,6 3 9,7 3 9,7 3 9,7 3 9,7 31 57,5
Tidak Mendukung 10 43,5 7 30,4 3 13 1 4,3 2 8,67 0 0 0 0 23 42,5
TOTAL 14 25,7 15 27,7 10 18,5 4 7,4 5 9,3 3 5,6 3 5,6 54 100

Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa paling banyak remaja yang

didukung oleh faktor lingkungan keluarga memiliki kebiasaan minum-

minuman keras selama 13-21 bulan, Sedangkan remaja yang tidak

didukung oleh faktor lingkungan keluarga paling banyak memiliki

kebiasaan minum-minuman keras selama 4-12 bulan.

Berdasarkan analisa pada data khusus yang dilakukan dengan uji

korelasi product moment didapatkan r hitung = 0,542 dengan α= 0,000

sehingga α< 0,05 maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan yang

signifikan antara faktor lingkungan keluarga dengan kebiasaan minum-

minuman keras pada remaja.


7

h. Tabel silang antara faktor lingkungan tempat tinggal dengan lama

remaja mengkonsumsi minuman keras

Tabel 4.9 Distribusi frekuensi silang antara faktor lingkungan


tempat tinggal dengan lama remaja mengkonsumsi
minuman keras di Dsn. Nyamplung Ds. Moronyamplung
Kec. Kembang Bahu Lamongan.
Lama 4-12 13-21 22-30 31-39 40-48 49-57 58-66 Total
Mengkonsumsi
Faktor (bln)
Lingkungan f % f % f % f % f % f % f % f %
tempat tinggal
Mendukung 10 31,2 10 31,2 4 12,5 3 9,4 2 6,3 3 9,4 0 0 32 59
Tidak Mendukung 5 22,7 5 22,7 6 27,3 1 4,5 2 9,1 0 0 3 13,6 22 41
TOTAL 15 27,7 15 27,7 10 18,5 4 7,4 4 7,4 3 5,6 3 5,6 54 100

Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa remaja yang didukung

oleh faktor lingkungan tempat tinggal paling banyak memiliki

kebiasaan minum-minuman keras selama 4-12 bulan dan 13-21 bulan

dengan proporsi yang sama, Sedangkan remaja yang tidak didukung

oleh faktor lingkungan tempat tinggal paling banyak memiliki

kebiasaan minum-minuman keras selama 22-30 bulan.

Berdasarkan analisa pada data khusus yang dilakukan dengan uji

korelasi product moment didapatkan r hitung = -0,118 dengan α=

0,394 sehingga α> 0,05 maka Ho diterima yang berarti tidak ada

hubungan yang signifikan antara faktor lingkungan tempat tinggal

dengan kebiasaan minum-minuman keras pada remaja.


8

i. Tabel silang antara faktor lingkungan teman dengan lama remaja

mengkonsumsi minuman keras

Tabel 4.10 Distribusi frekuensi silang antara faktor lingkungan


teman dengan lama remaja mengkonsumsi minuman
keras di Dsn. Nyamplung Ds. Moronyamplung Kec.
Kembang Bahu Lamongan.
Lama 4-12 13-21 22-30 31-39 40-48 49-57 58-66 Total
Mengkonsumsi
Faktor (bln)
Lingkungan f % f % f % f % f % f % f % f %
Teman
Mendukung 11 28,9 11 28,9 6 15,8 2 5,3 3 7,9 3 7,9 2 5,3 38 70,5
Tidak Mendukung 4 25 5 31,3 3 18,7 2 12,5 1 6,3 0 0 1 6,3 16 29,5
TOTAL 15 27,8 16 29,3 9 16,7 4 7,4 4 7,4 3 5,6 3 5,6 54 100

Berdasarkan tabel 4.10 diketahui bahwa remaja yang didukung

oleh faktor lingkungan teman, paling banyak memiliki kebiasaan

minum-minuman keras selama 4-12 bulan dan 13-21 bulan dengan

proporsi yang sama, Sedangkan remaja yang tidak didukung oleh

faktor lingkungan teman paling banyak memiliki kebiasaan minum-

minuman keras selama 13-21 bulan.

Berdasarkan analisa pada data khusus yang dilakukan dengan uji

korelasi product moment didapatkan r hitung = 0,057 dengan α= 0,684

sehingga α> 0,05 maka Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan

yang signifikan antara faktor lingkungan teman dengan kebiasaan

minum-minuman keras pada remaja.


9

j. Tabel silang antara faktor lingkungan sekolah dengan lama remaja

mengkonsumsi minuman keras

Tabel 4.11 Distribusi frekuensi silang antara faktor lingkungan


sekolah dengan lama remaja mengkonsumsi minuman
keras di Dsn. Nyamplung Ds. Moronyamplung Kec.
Kembang Bahu Lamongan.
Lama 4-12 13-21 22-30 31-39 40-48 49-57 58-66 Total
Mengkonsumsi
Faktor (bln)
Lingkungan f % f % f % f % f % f % f % f %
Sekolah
Mendukung 4 22,2 4 22,2 2 11,1 3 16,7 1 5,6 2 11,1 2 11,1 18 22,4
Tidak Mendukung 11 30,6 11 30,6 8 22,2 1 2,8 3 8,3 1 2,8 1 2,8 36 66,6
TOTAL 15 27,8 15 27,8 10 18,5 4 7,4 4 7,4 3 5,6 3 5,6 54 100

Berdasarkan tabel 4.11 diketahui bahwa remaja yang didukung

oleh faktor lingkungan sekolah memiliki kebiasaan minum-minuman

keras selama 4-12 bulan dan 13-21 bulan dengan proporsi yang sama,

Sedangkan remaja yang tidak didukung oleh faktor lingkungan

sekolah paling banyak memiliki kebiasaan minum-minuman keras

selama 4-12 bulan dan 13-21 bulan dengan proporsi yang sama.

Berdasarkan analisa pada data khusus yang dilakukan dengan uji

korelasi product moment didapatkan r hitung = 0,182 dengan α= 0,187

sehingga α> 0,05 maka Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan

yang signifikan antara faktor lingkungan sekolah dengan kebiasaan

minum-mnuman keras pada remaja.


10

k. Tabel silang antara faktor lingkungan masyarakat dengan lama remaja

mengkonsumsi minuman keras

Tabel 4.12 Distribusi frekuensi silang antara faktor lingkungan


masyarakat dengan lama remaja mengkonsumsi
minuman keras di Dsn. Nyamplung Ds. Moronyamplung
Kec. Kembang Bahu Lamongan.
Lama 4-12 13-21 22-30 31-39 40-48 49-57 58-66 Total
Mengkonsumsi
Faktor (bln)
Lingkungan f % f % f % f % f % f % f % f %
Masyarakat
Mendukung 12 34,3 9 25,7 3 8,6 3 5,6 2 5,7 3 8,6 3 8,6 35 64,8
Tidak Mendukung 3 15,8 6 31,6 7 36,8 1 5,3 2 10,5 0 0 0 0 19 35,2
TOTAL 15 27,8 15 27,8 10 18,5 4 7,4 4 7,4 3 5,6 3 5,6 54 100

Berdasarkan tabel 4.12 diketahui bahwa remaja yang didukung

oleh faktor lingkungan masyarakat paling banyak memiliki kebiasaan

minum-minuman keras selama 4-12 bulan, Sedangkan remaja yang

tidak didukung oleh faktor lingkungan masyarakat, paling banyak

memiliki kebiasaan minum-minuman keras selama 22-30 bulan.

Berdasarkan analisa pada data khusus yang dilakukan dengan uji

korelasi product moment didapatkan r hitung = 0,046 dengan α= 0,743

sehingga α> 0,05 maka Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan

yang signifikan antara faktor lingkungan masyarakat dengan kebiasaan

minum-mnuman keras pada remaja.


11

B. PEMBAHASAN

1. Karakteristik responden berdasarkan faktor lingkungan keluarga, tempat

tinggal,teman, sekolah dan masyarakat

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa lebih dari 50 % kebiasaan

remaja minum-minuman keras dipengaruhi oleh dukungan faktor

lingkungan keluarga, hal itu didukung oleh data dari hasil penelitian yang

menyatakan bahwa remaja mengkonsumsi minuman keras sebagian besar

memiliki masalah dengan keluarga yang mendorong remaja menkonsumsi

miniman keras dengan prosentase 74,1 %. Bila hubungan remaja dengan

anggota keluarga tidak harmonis, biasanya kesalahan terletak pada kedua

belah pihak. Sering kali orang tua tidak menolak untuk memperbaiki

konsep mereka tentang kemampuan anak mereka setelah anak-anak

menjadi lebih besar. Akibatnya mereka memperlakukan anak remaja

mereka seperti ketika anak- anak itu masih kecil (Hurlock, 1998).

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa lebih dari lima puluh

persen kebiasaan remaja minum-minuman keras dipengaruhi oleh

dukungan faktor lingkungan tempat tinggal, Hal itu didukung oleh data

dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa remaja pengkonsumsi

minuman keras mayoritas ditempat tinggalnya banyak yang sering

melakukan minum-minuman keras dengan prosentase 92,6 %. Serta

sebagian besar disekitar rumah responden terdapat tempat yang biasanya

dijadikan perkumpulan oleh orang yang menggunakan minuman keras

dengan jumlah prosentase 72,2%.


12

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa mayoritas kebiasaan

remaja minum-minuman keras dipengaruhi oleh dukungan faktor

lingkungan teman, Data tersebut didukung dengan adanya hasil penelitian

yang didapatkan bahwa mayoritas remaja mengenal minuman keras dari

temannya dengan prosentase 92,6 %, Serta 90,7 % mayoritas responden

menggunakan minuman keras saat bersama temannya. Remaja lebih

banyak diluar rumah bersama dengan teman-teman sebaya sebagai

kelompok, maka dapatlah dimengerti bahwa pengaruh teman-teman

sebaya pada sikap, pembicaraan, minat penampilan dan perilaku lebih

besar dari pada pengaruh keluarga, demikian juga bila anggota kelompok

mencoba minuman keras, obat-obat terlarang atau rokok, maka remaja

cenderung mengikutinya tanpa memperdulikn perasaan mereka sendiri.

Akibatnya selain itu remaja menginginkan teman yang mempunyai minat

dan nilai-nilai yang sama, yang dapat mempercayakan masalah-masalah

dan membahas hal-hal yang tidak dapat dibicarakan dengan orang tua

maupun guru (Hurlock, 1998).

Berdasarkan tabel 4.5 bahwa lebih dari lima puluh persen

kebiasaan remaja minum-minuman keras tidak dipengaruhi oleh dukungan

faktor lingkungan sekolah. Data tersebut didukung dengan adanya hasil

penelitian yang didapatkan bahwa paling banyak menyatakan tidak ada

tempat-tempat tertentu yang biasa dijadiikan perkumpulan untuk minum-

minuman keras disekolah dengan jumlah prosentase 31,5 %, jadi para

remaja mempunyai peluang kecil untuk melakukan minum-minuman keras


13

dilingkungan sekolah. Tetapi pada dasarnya sekolah merupakan tempat

belajar mengajar, tapi bukan jaminan dengan pergi ke sekolah anak akan

menjadi lebih baik, mungkin juga justru dari teman sekolahnya anak-anak

atau remaja mengenal minuman keras mengingat bahwa sekolah menjadi

target sasaran perdagangan minuman keras dan narkoba (Yanny, 2001)

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa lebih dari 50 % kebiasaan

remaja minum-minuman keras dipengaruhi oleh dukungan faktor

lingkungan masyarakat, Hal tersebut didukung dengan adanya hasil

penelitian yang didapatkan bahwa lebih dari 50 % masyarakat disekitar

juga mengkonsumsi minuman keras dengan prosentase 61,1 %. Memasuki

era globalisasi dimana teknologi yang semakin canggih, akibatnya banyak

budaya asing yang masuk indonesia. Bagi para remaja yang belum kukuh

dan kuat imanya akan dengan mudah mengadaptasi dengan budaya-budaya

luar yang kadang kurang sesuai bagi remaja tersebut, dimulai dari

mencoba akhirnya terjerumus di dalamnya (Yanny, 2001).

2. Karakteristik responden berdasarkan lamanya dalam mengkonsumsi

minuman keras

Berdasrkan tabel 4.7 diketahui bahwa paling banyak remaja

dalam penggunaan minuman keras adalah antara 4- 12 bulan dan 13 – 21

bulan. Hal ini didukung dengan adanya hasil penelitian yang didapatkan

bahwa remaja dalam penggunaan minuman keras adalah antara 4- 12 bulan

dan 13 – 21 bulan yang memilki jumlah sama besar yaitu dengan

prosentase 27,8 %.
14

Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para

remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan streotip balasan tahun dan

untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa, oleh karena

itu remaja mulai memusatkan diri pada prilaku yang dihubungkan dengan

status dewasa, yaitu merokok, minuman keras, menggunakan obat-obatan

dan terlihat dalam perubahan seks, mereke menganggap bahwa prilaku ini

akan memberikan citra yang mereka inginkan (Hurlock ,1998).

3. Hubungan antara faktor-faktor lingkungan dengan kebiasaan minum-

minuman keras pada remaja

Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa paling banyak remaja yang

didukung oleh faktor lingkungan keluarga memiliki kebiasaan minum-

minuman keras selama 13-21 bulan, Sedangkan remaja yang tidak

didukung oleh faktor lingkungan keluarga paling banyak memiliki

kebiasaan minum-minuman keras selama 4-12 bulan. Hal ini didukung

dengan adanya hasil penelitian yang menyatakan bahwa remaja yang

didukung oleh faktor lingkungan keluarga paling banyak remaja yang

mengkonsumsi minum-minuman keras selama 13-21 bulan dengan

prosentase 25,8 %, disamping itu remaja yang tidak didukung oleh faktor

lingkungan keluarga paling banyak remaja yang mengkonsumsi minum-

minuman keras selama 4-12 bulan dengan prosentase 43,5 %. Berdasarkan

analisa pada data khusus yang dilakukan dengan uji korelasi product

moment didapatkan r hitung = 0,542 dengan α= 0,000 sehingga α< 0,05

maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan yang signifikan antara faktor
15

lingkungan keluarga dengan kebiasaan minum-minuman keras pada

remaja.

Kita ketahui saat anggota keluarga terjerat oleh minuman keras,

seluruh keluarga menjadi korban. Awalnya keluarga berusaha

mengabaikan atau melupakan persoalan itu, kemudian mereka berusaha

untuk mencegah dan menyingkirkan minuman keras dari rumah tangga

tersebut.Keluarga dimana seseorang dibesarkan dapat mempengaruhi sikap

orang tersebut dalam menjadi pecandu minuman keras, kalau orang tua

adalah pecandu minuman keras maka anakny cenderung menjadi

peminum-minuman keras pada masa dewasanya (Collins, 2000). Keluarga

mempunyai peranan penting di dalam pendidikan dan pembentukan

karakter anak. Dari sejak dilahirkan anak diasuh dalam keluarga, sehingga

pertumbuhan dan perkembangan hidupnya tidak akan terlepas dari apa

yang akan disediakan dan diberikan oleh keluarganya. Faktor keluarga

yang mempengaruhi dalam penggunaan minuman alkohol diantaranya

hubunagn orang tua yang kurang harmonis, orang tua terlalu otoriter,

kurangnya komunikasi dengan orang tua, keuangan yang berlebihan atau

kekurangan, keluarga yang menggunakan minuman keras (Yanny, 2001).

Hal itu dibuktikan lebih dari 50 % hubungan orang tua yang tidak baik

menyebabkan remaja menggunakan minuman keras dengan jumlah

prosentasi 51,8 %.
16

Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa paling banyak remaja

yang didukung oleh faktor lingkungan tempat tinggal memiliki kebiasaan

minum-minuman keras selama 4-12 bulan dan 13-21 bulan dengan

proporsi yang sama, Sedangkan remaja yang tidak didukung oleh faktor

lingkungan tempat tinggal paling banyak remaja yang memiliki kebiasaan

minum-minuman keras selama 22-30 bulan. Hal ini didukung dengan

adanya hasil penelitian yang menyatakan bahwa remaja yang didukung

oleh faktor lingkungan tempat tinggal paling banyak remaja yang

mengkonsumsi minum-minuman keras selama 4-12 bulan dan 13-21 bulan

mempunyai proporsi yang sama dengan prosentase 31,2 %, disamping itu

remaja yang tidak didukung oleh faktor lingkungan tempat tinggal paling

banyak remaja yang mengkonsumsi minuman keras selama 22-30 bulan

dengan prosentase 27,3 %. Berdasarkan analisa pada data khusus yang

dilakukan dengan uji korelasi product moment didapatkan r hitung = -

0,118 dengan α= 0,394 sehingga α> 0,05 maka Ho diterima yang berarti

tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor lingkungan tempat

tinggal dengan kebiasaan minum-minuman keras pada remaja.

Tempat tinggal didaerah hitam atau terlalu padat penduduknya,

suasana hiburan yang menggoda, kebiasaan hidup dan orang-orang yang

mempunyai aktivitas ditempattempat hiburan, banyaknya tempat hiburan

sudah jelas bahwa ini mempunyai dampak negatif sehinnga menyebabkan

hidup lepas kendali dan terjerumus ke kenakalan remaja atau tersesat ke

penggunaan minuman keras dan zat telarang lainya (Yanny, 2001). Hal itu
17

didukung dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa sebagian besar

disekitar lingkungan tempat tinggal responden sering terdapat kegiatan

hiburan (dandut, campursari, dll) yang terdapat minuman keras dengan

jumlah prosentase 79,6 %, Serta lebih dari 50 % disekitar rumah

responden terdapat tempat hiburan (warung, cafe, diskotik, dan lain-lain)

yang menjual minuman keras dengan jumlah prosentase 61,1 %.

Berdasarkan tabel 4.10 diketahui bahwa remaja yang didukung

oleh faktor lingkungan teman paling banyak memiliki kebiasaan minum-

minuman keras selama 4-12 bulan dan 13-21 bulan dengan proporsi yang

sama, Sedangkan remaja yang tidak didukung oleh faktor lingkungan

teman paling banyak remaja yang memiliki kebiasaan minum-minuman

keras selama 13-21 bulan. Hal ini didukung dengan adanya hasil penelitian

yang menyatakan bahwa remaja yang didukung oleh faktor lingkungan

teman paling banyak remaja yang mengkonsumsi minum-minuman keras

selama 4-21 bulan dan 13-21 bulan mempunyai proporsi yang sama

dengan prosentase 28,9 %, disamping itu remaja yang tidak didukung oleh

faktor lingkungan teman paling banyak remaja yang mengkonsumsi

minum-minuman keras selama 13-21 bulan dengan prosentase 31,3 %.

Berdasarkan analisa pada data khusus yang dilakukan dengan uji korelasi

product moment didapatkan r hitung = 0,057 dengan α= 0,684 sehingga α>

0,05 maka Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan

antara faktor lingkungan teman dengan kebiasaan minum-minuman keras

pada remaja.
18

Teman mempunyai pengaruh yang besar bagi remaja, mereka

merasa dekat, membentuk kelompok, rasa solidaritas yang tinggi, senasib

sepenanggungan, sehingga dalam melakukan sesuatu tidak memikirkan

baik buruknya, serta adanya tekanan dari teman juga bisa menyebabkan

remaja masuk dalam penggunaan minuman keras (Yanny, 2001). Hal

tersebut didukung dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa

sebagian besar yang menyebabkan remaja menggunakan minuman keras

adalah teman sebayanya dengan jumlah prosentase 72,2 %. Teman sebaya

bisa merupakan kelompok yang memberikan pengaruh negatif terhadap

anak remaja. Mereka mendorong kearah kualitas yang tidak diharapkan

seperti minum-minuman keras atau kenakalan remaja lainnya terutama

pada anak-anak yang kurang mendapatkan pengarahan dari orang tua.

Sudut pandang lain menganggap bahwa kelompok teman sebaya

memberikan pengaruh yang baik, sama halnya bahwa remaja dalam

relasinya dengan teman sebaya memberikan peranan dalam membentuk

keterkaitan antara remaja, keluarga dan teman sebaya sebagai pesaing,

memberi kepuasan atau saling melengkapi (Agustiani, 2006). Pengaruh

teman sangatlah besar dalam melakukan penyimpangan perilaku minum

minuman keras, banyak fakta yang membuktikan bahwa semakin banyak

para remaja yang mengkonsumsi minum-minuman keras maka semakin

banyak teman yang mempunyai kebiasaan minum-minuman keras. Jadi

dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama seseorang
19

remaja terpengaruh oleh teman-temannya yang juga pengkonsumsi

minuman keras atau bahkan sebaliknya (Triswanto, 2007).

Berdasarkan tabel 4.11 diketahui bahwa remaja yang didukung

oleh faktor lingkungan sekolah paling banyak memiliki kebiasaan minum-

minuman keras selama 4-12 bulan dan 13-21 bulan dengan proporsi yang

sama, Sedangkan remaja yang tidak didukung oleh faktor lingkungan

sekolah paling banyak remaja yang memiliki kebiasaan minum-minuman

keras selama 4-12 bulan dan 13-21 bulan dengan proporsi yang sama. Hal

ini didukung dengan adanya hasil penelitian yang menyatakan bahwa

remaja yang didukung oleh faktor lingkungan sekolah paling banyak

remaja yang mengkonsumsi minum-minuman keras selama 4-12 bulan dan

13-21 bulan mempunyai proporsi yang sama dengan prosentase 22,2 %,

disamping itu remaja yang tidak didukung oleh faktor lingkungan sekolah

paling banyak remaja yang mengkonsumsi minum-minuman keras selama

4-12 bulan dan 13-21 bulan mempunyai proporsi yang sama dengan

prosentase 30,6 %. Berdasarkan analisa pada data khusus yang dilakukan

dengan uji korelasi product moment didapatkan r hitung = 0,182 dengan

α= 0,187 sehingga α> 0,05 maka Ho diterima yang berarti tidak ada

hubungan yang signifikan antara faktor lingkungan sekolah dengan

kebiasaan minum-mnuman keras pada remaja.

Pada dasarnya sekolah merupakan tempat belajar mengajar, tapi

bukan jaminan dengan pergi ke sekolah anak akan menjadi lebih baik,

mungkin juga justru dari teman sekolahnya anak-anak atau remaja


20

mengenal minuman keras mengingat bahwa sekolah menjadi target sasaran

perdagangan minnuman keras dan narkoba (Yanny, 2001).

Berdasarkan tabel 4.12 diketahui bahwa remaja yang didukung

oleh faktor lingkungan masyarakat paling banyak memiliki kebiasaan

minum-minuman keras selama 4-12 bulan, Sedangkan remaja yang tidak

didukung oleh faktor lingkungan masyarakat paling banyak remaja yang

memiliki kebiasaan minum-minuman keras selama 22-30 bulan. Hal ini

didukung dengan adanya hasil penelitian yang menyatakan bahwa remaja

yang didukung oleh faktor lingkungan masyarakat paling banyak remaja

yang mengkonsumsi minum-minuman keras 4-12 bulan dengan prosentase

34,3 %, disamping itu remaja yang tidak didukung oleh faktor lingkungan

masyarakat paling banyak remaja yang mengkonsumsi minum-minuman

keras selama 22-30 bulan dengan prosentase 36,8 %. Berdasarkan analisa

pada data khusus yang dilakukan dengan uji korelasi product moment

didapatkan r hitung = 0,046 dengan α= 0,743 sehingga α> 0,05 maka Ho

diterima yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor

lingkungan masyarakat dengan kebiasaan minum-mnuman keras pada

remaja.

Banyak generasi muda yang menjadi masalah bagi masyarakat

dan bangsa. Banyak persoalan dan kasus meresahkan yang dilakukan oleh

remaja, berbagai faktor yang menyebabkan timbulnya kenakalan remaja

tersebut. Diantaranya kurangnya kematangan emosional sehingga

menimbulkan kelemahan remaja dalam mengendalikan dorongan-


21

dorongan negatif baik yang muncul dari lingkungan mupun dari hati

mereka (Anonim, 2007). Dalam lingkungan masyarakat ada interaksi

individu satu dengan individu lain, keadaan masyarakatpun akan

memberikan pengaruh tertentu terhadap perkembangan individu ataupun

remaja. Hubungan individu ataupun remaja dengan lingkungan masyarakat

ternyata tidak hanya berjalan sebelah, dalam arti hanya lingkungan

masyarakat saja yang mempunyai pengaruh terhadap individu maupun

remaja. Hubungan antara individu ataupun remaja dengan lingkungan

masyarakat terdapat hubungan yang saling timbal balik, yaitu lingkungan

masyarakat dapat mempengaruhi individu ataupun remaja, tetapi

sebaliknya individu ataupun remaja juga dapat mempengaruhi lingkungan

masyarakat (Ahmadi, 2003).

C. KETERBATASAN PENELITIAN

1. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, dengan parameter factor-faktor

lingkungan (keluarga, tempat tinggal, sekolah, teman, masyarakat) dan

lama remaja dalam mengkonsumsi minuman keras, kemungkinan

responden menjawab tidak jujur atau subyektif sehingga hasilnya mungkin

kurang reliable serta belum diujui cobakan.

2. Responden yang diambil dalam penelitian adalah orang yang sudah pernah

mengkonsumsi minuman keras, peneliti kurang mengetahui secara pasti

apakah pada saat dilakukan penelitian responden tersebut dalam keadaan

mabuk atau sadar.


BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini disajikan kesimpulan hasil penelitian tentang studi korelasi

antara faktof-faktor lingkungan dengan kebiasaan minum-minuman keras pada

remaja putra di dsn. Nyamplung Ds. Moronyamplung Kec. Kembang Bahu

Lamongan adalah sebagai berikut :

A. SIMPULAN

1. Didapatkan dari hasil penelitian menyatakan bahwa kebiasaan remaja

minum-minuman keras yang dipengaruhi oleh dukungan faktor lingkungan

keluarga memiliki prosentase 53 %, faktor lingkungan tempat tinggal

memiliki prosentase 59,3 %, faktor lingkungan teman memiliki prosentase

92,6 %, faktor lingkungan sekolah memiliki prosentase 66,7 % dan faktor

lingkungan masyarakat memiliki prosentase 61,1 %.

2. Didapatkan bahwa paling banyak responden mengkonsumsi minuman keras

memiliki proporsi yang sama selama 4 – 12 bulan dan 13 – 21 bulan dengan

prosentase 27,8 %.

3. Dari hasil uji korelasi product moment didapatkan bahwa :

a. Ada hubungan yang signifikan antara faktor lingkungan keluarga dengan

kebiasaa minum-minuman keras pada remaja dengan r hitung = 0,542

dan α=0,000

53
2

b. Tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor lingkungan tempat

tinggal dengan kebiasaan minum-minuman keras pada remaja dengan r

hitung = -0,118 dan α = 0,394

c. Tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor lingkungan teman

dengan kebiasaan minum-minuman keras pada remaja dengan r hitung =

0,057 dan α = 0,684

d. Tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor lingkungan sekolah

dengan kebiasaan minum-minuman keras pada remaja dengan r hitung =

0,182 dan α = 0,187

e. Tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor lingkungan

masyarakat dengan kebiasaan minum-minuman keras pada remaja

dengan r hitung = 0,046 dan α = 0,743

B. SARAN

1. Bagi Peneliti

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti lebih lanjut

tentang hubungan antara faktor-faktor individu dengan kebiasaan minum-

minuman keras pada remaja dan melakukan uji coba instrument terlebih

dahulu.

2. Bagi Ilmu Keperawatan

Diharapkan bagi ilmu keperawatan perlunya mengembangkan

perencanaan keperawatan yang akan dilakukan tentang penanganan pada

kenakalan remaja.
3

3. Bagi Masyarakat

Masyarakat pada khususnya orang tua yang mempunyai anak

remaja putra sebaiknya lebih banyak berinteraksi dengan anak usia remaja

karena pada usia remaja selain sebagai orang tua juga harus bisa menjadi

sebagai teman atau sahabat.

Anda mungkin juga menyukai