Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh Ekspektansi pada Minuman Beralkohol terhadap

Konsumsi Minuman Beralkohol

Fatma Rizkia Wardah


Endang R. Surjaningrum
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Abstract.

This study aimed to find the effect of alcohol expectancy on alcohol use. Alcohol expectancy consists
of positive and negative expectancy. In this study, alcohol expectancy refers to the definition that
expectancy is a individual belief to alcohol. Alcohol use was divided into three types: (1) users, (2)
harmful, and (3) dependence. The study was conducted in adolescents who consumed alcohol
in Surabaya. With age range were 15-24 years old. Data collecting instrument consist as alcohol
expectancy questionnaires by Demmel & Hagen, 2003 (in Nicolai, 2007) consists of 51 items (α=0,771-
0,.803). Alcohol use questionnaire by WHO consists of 10 items (α=0,507). Data analysis was done
by using multinomial logistic regression with an assistance of statistical program SPSS version 16.
The results of the data analysis show that there are significant (p<0,01)different value in effect on
positive expectations between alcohol abuse and alcohol dependence with odds ratio b=0,911.

Key word: Alcohol use; Alcohol expectancy; Adolescence

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekspektansi pada minuman beralkohol
terhadap konsumsi minuman beralkohol. Ekspektansi pada minuman beralkhol terdiri dari
ekspektansi positif dan ekspektansi negatif. Ekspektansi pada minuman beralkhol dalam penelitian
ini merujuk pada pengertian bahwa ekspektansi merupakan keyakinan yang dimiliki oleh individu
pada minuman beralkohol. Konsumsi minuman beralkohol terbagi dari tiga tipe yaitu (1) pengguna,
(2) penyalahguna, dan (3) ketergantungan. Penelitian dilakukan pada remaja di Surabaya yang
mengkonsumsi minuman beralkohol dengan menggunakan teknik snowball sampling. Rentang
umur subjek dalam penelitian ini adalah 15-24 tahun. Alat pengumpulan data berupa kuesioner skala
ekspektansi pada minuman beralkohol yang dibuat oleh Demmel & Hagen, 2003 (dalam Nicolai,
2007) terdiri dari 51 butir (α=0,771-0,.803). Kuesioner konsumsi minuman beralkohol yang dibuat
oleh WHO terdiri dari 10 butir (α=0,507). Analisis data dilakukan dengan teknik regresi logistik
multinomial dengan bantuan program statistik SPSS versi 16. Dari hasil analisis data penelitian
yang diperoleh bahwa ada perbedaan pengaruh signifikan (p<0,01) pada ekspektansi positif yang
membedakan antara pengguna dengan ketergantungan dengan nilai resiko b=0,911.

Kata Kunci: Konsumsi minuman ber-alkohol; Ekspektansi pada minuman ber-alkohol, Remaja

Korespondensi :
Fatma Rizkia Wardah, email : rizka1113@gmail.com
Endang R. Surjaningrum, email : endang.surjaningrum@psikologi.unair.ac.id
Fakultas Psikologi. Universitas Airlangga, Jalan Airlangga 4-6, Surabaya - 60286

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental 96


vol.02 No. 02, Agustus 2013
Fatma Rizkia Wardah, Endang R. Surjaningrum

Berdasarkan badan pusat statistik pada pankreas, gagal jantung, hipertensi, dan stroke.
tahun 2010, jumlah remaja (usia 15–24 tahun) Selain itu konsumsi minuman berlakohol dapat
di Indonesia berjumlah 40,75 juta dari seluruh menyebabkan kemunduran fungsi-fungsi memori
penduduk yang berjumlah 237,6 juta jiwa. Remaja karena bagian otak mengalami banyak kerusakan.
bisa diartikan sebagai individu yang mulai Mengkonsumsi minuman beralkohol sangat
menginjak dewasa, atau biasa disebut sebagai berbahaya bagi kesehatan. Berdasarkan data WHO,
pemuda (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008). konsumsi minuman beralkohol menyumbang 2,5
Remaja diartikan sebagai masa perkembangan juta kematian setiap tahunnya di dunia, 320 ribu
transisi antara masa anak dan masa dewasa yang jiwa diantaranya berusia 15-29 tahun. Konsumsi
mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosio- minuman beralkohol merupakan penyebab
emosional (Santrock, 2003). permasalahan kesehatan terbesar ke-3 setelah
Dalam masa perkembangannya, remaja kekurangan gizi dan sex bebas pada tahun 2011, hal
cenderung terlibat berbagai permasalahan. ini cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Masalah-masalah yang dihadapi oleh remaja yaitu Alasan utama untuk mulai mengkonsumsi
meliputi banyak hal, salah satunya adalah konsumsi minuman beralkohol pada remaja yaitu sebagian
obat terlarang (minuman beralkohol dan kokain) besar melalui identifikasi (modeling) terhadap
(Santrock, 2002). Di Indonesia, minuman beralkohol orang lain (keluarga, teman sebaya, lingkungan
merupakan zat yang banyak dikonsumsi terutama sekitar, ataupun iklan di media-media). Hal
oleh remaja. Berdasarkan data yang diperoleh World tersebut juga terdapat dalam penelitian Hotton dan
Health Organization (WHO) pada tahun 2011, di Haans (2004) yang diketahui bahwa remaja usia
Indonesia pada periode tahun 1990-2006 sebesar 12 hingga 15 tahun yang mengkonsumsi minuman
16,47% remaja (usia 15-24 tahun) mengkonsumsi beralkohol ternyata ada teman sebayanya yang juga
minuman beralkohol, 42% merupakan masyarakat mengkonsumsi minuman beralkohol. Hal ini bisa
daerah perkotaan dan sebagian besar memiliki terjadi karena remaja banyak menghabiskan waktu
kondisi sosial ekonomi menengah kebawah. Bir dengan teman sebayanya (Santrock, 2004).
adalah jenis minuman beralkohol yang paling Dalam sebuah penelitian oleh Nagpal,
banyak (98%) dikonsumsi di Indonesia. Jumlah Prasad, Khurana, Bhave, dan Khanna pada tahun
tersebut cenderung stabil pada 5 tahun terakhir. 2006 di India, minuman beralkohol biasanya mulai
Berdasarkan data dari WHO di Indonesia, dikonsumsi individu saat menginjak masa remaja.
usia yang dilegalkan membeli minuman beralkohol Hal ini disebabkan karena pada umumnya remaja
adalah individu yang telah berumur 21 tahun. Pada memiliki kontrol diri yang kurang berkembang
kenyataannya banyak remaja berusia dibawah 21 dan sering berperilaku impulsif sehingga konsumsi
tahun yang mengkonsumsi minuman beralkohol. Di minuman beralkohol digunakan sebagai jalan
Indonesia, individu mulai mengkonsumsi minuman mencari sensasi baru dan kesenangan yang mungkin
beralkohol pada usia 15 tahun yang merupakan berbahaya dan berisiko. Konsumsi minuman
kategori masa remaja yang belum bisa memperoleh beralkohol merupakan penyebab remaja berperilaku
kartu identitas yang disahkan oleh pemerintah secara tidak terkendali. Selain itu, konsumsi
yaitu dengan mendapatkan Kartu Tanda Penduduk minuman beralkohol juga biasa digunakan untuk
(KTP). Hal tersebut bisa disebabkan salah satunya mematuhi norma kelompok untuk mendapatkan
adalah kurangnya kontrol terhadap peredaran penerimaan sosial atau pengakuan dan menjadi
minuman beralkohol. bagian dari kelompok.
Menurut Davidson, Neale, dan Kring Menurut Bela (Joewana, 2011) dengan
(2004) konsumsi minuman beralkohol sangat mengonsumsi minuman beralkohol tersebut
merugikan bagi kesehatan dan kesejahteraan menyebabkan banyak perubahan, ketika mabuk
hidup, karena konsumsi dalam jangka panjang individu tidak mampu mengendalikan diri sehingga
dapat menyebabkan kerusakan biologis parah melakukan hal-hal yang berlawanan dengan
antara lain kerusakan kelenjar endokrin dan hukum, minuman beralkohol juga dianggap sebagai

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental 97


vol.02 No. 02, Agustus 2013
Pengaruh Ekspektansi pada Minuman Beralkohol terhadap Konsumsi Minuman Beralkohol

alat memunculkan keberanian diri. Selain itu, mempengaruhi perilaku untuk mengkonsumsi
minuman beralkohol juga dianggap sebagai jamu minuman beralkohol. Ekspektansi merupakan
pegal linu oleh kalangan nelayan di Indramayu, sebuah kepercayaan atau keyakinan yang dimiliki
Jawa Barat. Nelayan selalu mengadakan pesta oleh individu bahwa minuman beralkohol jika
minuman beralkohol setelah seminggu melaut dikonsumsi dapat mengubah perilaku seperti yang
untuk menghilangkan rasa pegal di badan, setelah diharapkannya, hal ini terlepas dari efek konsumsi
itu para nelayan biasanya langsung tertidur pulas minuman beralkohol yang sebenarnya.
dan kembali segar saat bangun keesokan harinya,
jika tidak mengkonsumsi minuman beralkohol Ekspektansi pada Minuman Beralkohol
rasa pegal setelah seminggu melaut tidak akan terhadap Konsumsi Minuman Beralkohol
hilang bahkan tidak akan bisa melaut lagi selama
seminggu (Miras Dianggap Jamu Pegel Linu oleh Konsumsi minuman beralkohol
Nelayan, 2008, 30 Oktober). dikategorikan menjadi pengguna, penyalahguna,
Teori ekspektansi pada konsumsi minuman dan ketergantungan (NIAA). Pengguna
beralkohol (Goldman, dkk., 1987) menyatakan merupakan individu yang mengkonsumsi tidak
bahwa ada kemungkinan individu yang lebih dari 4 takaran minum setiap harinya, dan 14
memperoleh informasi tentang efek mengkonsumsi takaran minum setiap minggunya. Penyalahguna
minuman beralkohol dari lebih termotivasi untuk adalah konsumsi minuman beralkohol yang
mengkonsumsinya. Informasi tersebut bisa telah mengacu pada kesehatan fisik dan mental
didapatkan dari orang tua, lingkungan sekitar, meskipun pengguna menyadari bahaya akibat
dan teman sebayanya. Hal tersebut membangun mengkonsumsi minuman beralkohol, meskipun
ekspektansi positif awal terhadap penggunaan beberapa juga akan mempertimbangkan
minuman beralkohol. Ekspektansi merupakan konsekuensi sosial yang merugikan disebabkan
suatu motivasi yang berasal dari pendekatan oleh alkohol. Ketergantungan yaitu kelompok
kognitif. Perspektif kogitif menjelaskan bagaimana perilaku, kognitif, dan fisiologis fenomena yang
proses-proses kognitif dapat memotivasi individu dapat berkembang setelah berulang-ulang
untuk melakukan sesuatu. mengkonsumsi minuman beralkohol seperti adanya
Teori ekspektansi pada konsumsi minuman keinginan yang kuat untuk mengkonsumsi alkohol,
beralkohol (Goldman, dkk., 1987) menyatakan tidak dapat mengontrol untuk mengkonsumsi
bahwa ada kemungkinan individu yang memperoleh minuman beralkohol, meskipun mengerti tentang
informasi lebih tentang minuman beralkohol akan konsekuensi bahayanya.
termotivasi untuk mengkonsumsinya. Hal tersebut Beberapa faktor penyebab konsumsi
merupakan ekspektansi positif awal yang dimiliki minuman beralkohol oleh remaja adalah faktor
pada konsumsi minuman beralkohol. Ekspektansi genetis, pengaruh keluarga, aspek-aspek tertentu
merupakan suatu motivasi yang berasal dari dalam hubungan dengan teman sebaya, etnis,
pendekatan kognitif. Perspektif kogitif menjelaskan dan karakteristik kepribadian (Santrock, 2003).
bagaimana proses-proses kognitif dapat memotivasi Informasi yang diperoleh remaja melalui proses
individu untuk melakukan sesuatu. belajar sosial terhadap lingkungan tentang
Dalam penelitian Nicolai (2008) konsumsi minuman beralkohol memberikan
diungkapkan bahwa ada pengaruh dari faktor peranan penting pada perilaku terhadap konsumsi
kognitif pada konsumsi minuman beralkohol sebagai minuman beralkohol tersebut (Goldman, 1987).
penggunaan, penyalahgunaan dan ketergantungan Hal tersebut dikarenakan pada masa
minuman beralkohol. Faktor kognitif yang dibahas perkembangan remaja lebih banyak menghabiskan
berkaitan dengan ekspektansi yang dimiliki oleh waktunya dengan lingkungan sosial. Jika banyak
individu pada minuman beralkohol yang terbukti individu di lingkungannya yang mengkonsumsi
memegang peran penting dalam konsumsi minuman minuman berlakohol maka kemungkinan besar
beralkohol. Ekspektansi yang dimiliki oleh individu remaja juga akan mengkonsumsi minuman

98 Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental


vol.02 No. 02, Agustus 2013
Fatma Rizkia Wardah, Endang R. Surjaningrum

berlakohol. Hal iki terbukti dari penelitian minuman beralkohol (Jones, 2001).
BNN Kabupaten Pati bahwa hampir 50% remaja Melalui berbagai uraian diatas, hipotesis
mengkonsumsi minuman berlakohol dipengaruhi dalam penelitian ini adalah ekspektansi pada
oleh faktor lingkungannya (BNN Kab. Pati, 2011). minuman beralkohol berpengaruh pada konsumsi
Melalui observasi dan pengalaman secara langsung minuman beralkohol.
terhadap sesuatu yang berkaitan dengan konsumsi
minuman beralkohol dapat mengembangkan METODE PENELITIAN
ekspektansi yang dimiliki individu. Adanya
ekspektansi akan berdampak pada efek minuman Penelitian ini menggunakan metode
beralkohol terhadap tubuh dan perilaku diluar efek kuantitatif dengan model survey yang sering juga
minuman beralkohol itu sebenarnya. Efek yang disebut sebagai penelitian korelasional (Neuman
didapatkan tersebut akan tersimpan dalam memori 2004). Variabel yang akan dikorelasikan adalah
dan akan mempengaruhi ekspektansi yang dimiliki ekspektansi pada minuman beralkohol (variabel
(Nicolai, 2008). bebas) terhadap konsumsi minuman berlakohol
Minuman beralkohol diekspektansikan (variabel terikat).
positif dengan aspek-aspek antara lain peningkatan
sikap asertif, menurunkan ketegangan, dan Partisipan
peningkatan kemampuan seksual. Serta penurunan
fungsi kognitif dan ketidaknyamanan fisik, dan Penelitian ini dilakukan kepada 50 remaja
peningkatan agresi sebagai ekspektansi negatif yang mengkonsumsi minuman berlakohol di
(Nicolai, 2008). Aspek-aspek ekspektansi positif Surabaya.
yang ada pada minuman beralkohol merupakan
Instrumen Penelitian
efek positif bagi perkembangan masa remaja yang
mulai banyak berinteraksi dengan dunia sosial baik Pengumpulan data penelitian dilakukan
dengan lingkungan, teman sebaya, dan dengan dengan bantuan kuisioner (self-report) yang
teman kencannya. mengukur variabel bebas dan variabel terikat.
Dengan mengetahui ekspektansi yang Ekspektansi pada minuman beralkohol diukur
dimiliki individu dapat mengetahui alasan menggunakan skala terjemahan Comprehensive
individu mengkonsumsi minuman beralkohol Alcohol Expectancy Questionnaire (CAEQ) oleh
(Fromme dkk., 1997). Alasan yang dimiliki tersebut Demmel & Hagen, 2003 (dalam Nicolai, 2007)
merupakan sumber yang sangat kuat dalam memicu sejumlah 51 aitem. Nilai reliabilitas alpha Cronbach
konsumsi minuman beralkohol pada individu, pada penelitian Nicolai (2007) 0,77<α<0,93.
biasanya merupakan pengaruh-pengaruh positif Variabel konsumsi minuman beralkohol diukur
yang diinginkan sehingga semakin meningkatkan menggunakan skala terjemahan The Alcohol
kecenderungan untuk mengkonsumsinya Use Disorders Identification Test (AUDIT) The
(Anderson, 2011). Alcohol Use Disorders Identification Test (AUDIT)
Pada penelitian Randolph dkk (2006) bahwa dari WHO sejumlah 10 aitem dengan kategori
ekspektansi positif yang dimiliki mempengaruhi pengguna, penyalahguna, dan ketergantungan.
konsumsi minuman beralkohol, tetapi tidak pada Nilai reliabilitas alpha Cronbach berdasarkan
ekspektansi negatif. Hal tersebut berkaitan dengan penelitian sebelumnya dari WHO sebesar 0,86.
pemikiran bahwa konsekuensi positif yang dimiliki Dalam penelitian ini ekspektansi positif dan
akan berdampak langsung dan berpengaruh kuat ekspektansi negatif dikorelasikan dengan kategori
pada perilaku dibandingkan konsekuensi negatif konsumsi minuman berlakohol
yang dimiliki, sehingga ekspektansi negatif
pada minuman beralkohol dapat merupakan HASIL DAN BAHASAN
motivasi yang dapat mempengaruhi individu
untuk mengurangi atau berhenti mengkonsumsi Uji Asumsi

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental 99


vol.02 No. 02, Agustus 2013
Pengaruh Ekspektansi pada Minuman Beralkohol terhadap Konsumsi Minuman Beralkohol

Asumsi-asumsi klasik yang harus dipenuhi b. Pada bagian kedua, tidak ada perbedaan
oleh regresi logistik adalah data terdistribusi normal pengaruh signifikan (p>0.05) yang diberikan
tidak adanya autokorelasi antar variabel dan tidak ekspektansi negatif yang membedakan antara
adanya multikolinearitas (Field, 2009). penyalahguna dan ketergantungan. Sedangkan

Uji Hipotesis

Konsumsi Minuman Beralkohola Sig. Exp (B) 95% Interval Kepercayaan (B)
Batas Bawah Batas Atas
Pengguna E-Negatif .780 .983 .871 1.110

E-Positif .249 .951 .874 1.035

Penyalahguna E-Negatif .709 1.014 .945 1.087

E-Positif .002 .911 .858 .967

Kategori referensi: Ketergantungan ekspektansi positif memberikan perbedaan


pengaruh signifikan (p<0,05) antara penyalahguna
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, dan ketergantungan, dengan ekspektansi positif
data yang telah diperoleh telah memenuhi tiga yang dimiliki akan memiliki resiko (B) 0,911 kali
dari yang ada. Data yang diperoleh berdistribusi sebagai penyalahguna minuman berlakohol
normal (kolmogorof > 0,05), tidak multikolinear dibandingkan ketergantungan.
(VIF>1,00) dan tidak memenuhi asumsi autokorelasi Dari penjelasan tersebut tampak bahwa
(1,6283<d<2,3717) sehingga uji asumsi terpenuhi. ekspektansi positif memberikan perbedaan
Uji regresi logistik pada tabel 1 terdapat dua pengaruh yang signifikan pada kategori
bagian. Regresi logistic multinomial menjelaskan penyalahguna dan ketergantungan. Berdasarkan
tentang perbedaan pengaruh yang diberikan oleh nilai resiko yang didapat, dengan semakin tingginya
variabel independen terhadap pasangan pada bagian ekspektansi positif yang dimiliki oleh remaja makan
pertama yaitu pengguna dengan ketergantungan akan semakin beresiko ketergantungan minuman
dan pada bagian kedua pada kategori penyalahguna beralkohol.
dengan ketergantungan. Berdasarkan dari
perbandingan dua kategori dapat dijelaskan bahwa: Diskusi Hasil
a. Pada bagian pertama menunjukkan bahwa Berdasarkan hasil analisis data dalam
dengan ekspektansi negatif yang dimiliki penelitian ini, dengan menggunakan teknik regresi
tidak ada pengaruh signifikan (p>0,05) logistik multinomial diperoleh hasil bahwa secara
yang membedakan antara pengguna dan keseluruhan semakin tinggi ekspektansi positif
ketergantungan. Pada bagian pertama juga yang dimiliki mempengaruhi semakin tingginya
dijelaskan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh konsumsi minuman berlakohol. Hal ini dilihat
signifikan (p>0,05) yang diberikan oleh karena dengan ekspektansi positif yang dimiliki
ekspektansi positif yang membedakan antara memberikan perbedaan pengaruh yang signifikan
pengguna dan ketergantungan.

100 Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental


vol.02 No. 02, Agustus 2013
Fatma Rizkia Wardah, Endang R. Surjaningrum

pada kategori penyalahguna dan ketergantungan, minuman beralkohol. Meski begitu, ekspektansi
serta nilai resiko yang didapat menunjukkan bahwa merupakan sebuah kepercayaan atau harapan yang
dengan semakin tingginya ekspektansi positif yang dimiliki oleh individu bahwa minuman beralkohol
dimiliki oleh remaja makan akan semakin beresiko jika dikonsumsi dapat mengubah perilaku seperti
ketergantungan minuman beralkohol. yang diharapkannya, hal ini terlepas dari efek
Ketergantungan pada konsumsi minuman konsumsi minuman beralkohol yang sebenarnya.
beralkohol adalah kelompok perilaku, kognitif, Sehingga dengan ekspektansi positif yang dimiliki
dan fisiologis fenomena yang dapat berkembang pada minuman beralkohol, remaja akan cenderung
setelah berulang-ulang mengkonsumsi minuman mengkonsumsi minuman beralkohol untuk
beralkohol (NIAA). Sehingga, ketergantungan mencari efek positif yang diharapkannya.
adalah kelompok yang telah mengkonsumsi Pada kategori pengguna, remaja
minuman beralkohol dalam intensitas dan frekuensi mengkonsumsi minuman beralkohol lebih
yang paling tinggi diantara kategori yang lain. sedikit mengkonsumsi minuman beralkohol
Dengan adanya ekspektansi positif secara kuantitas dan frekuensi (NIAA) sehingga
pada minuman beralkohol maka akan semakin ekspektansi yang dimiliki tidak sekuat pada
mempengaruhi remaja untuk mengkonsumsi kategori ketergantungan. Begitu pula remaja pada
minuman beralkohol. Hal ini tentu membawa kategori penyalahguna, yang merupakan perilaku
dampak negatif bagi remaja karena berdasarkan konsumsi minuman beralkohol yang telah mengacu
data WHO dengan mengkonsumsi minuman pada kesehatan fisik dan mental meskipun
beralkohol dapat menyebabkan banyak penyakit remaja mengetahui efek negatif dari konsumsi
kronis dan luka-luka seperti kecelakaan di jalanan. minuman beralkohol, sehingga remaja tetap
Minuman beralkohol merusak secara fisik karena mengkonsumsi minuman beralkohol meskipun
pengkonsumsian minuman beralkohol jangka tetap mempertimbangkan efek negatifnya (NIAA).
panjang akan menyebabkan kanker, selain itu Hal tersebut menyebabkan ekspektansi yang
kemunduran psikologis yang parah serta mengalami dimilki tidak begitu konsisten seperti yang dimiliki
sindrom amnestik (Davidson dkk., 2004). pada ketergantungan.
Hal tersebut menjelaskan bahwa pada Berdasarkan hasil analisis data dan
ketergantungan, ekspektansi positif yang dimiliki pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian
lebih tinggi dibandingkan pada penyalahguna. ini kesimpulan yang diperoleh berdasarkan pada
Rotter (1981 dalam Goldman dkk., 1987) menekankan hasil uji regresi logistik multinomial bahwa
bahwa ekspektansi dapat meningkat seiring ekspektansi berpengaruh terhadap konsumsi
pengalaman individu dalam situasi dan stimulus minuman beralkohol. Ekspektansi positif memiliki
yang diberikan berulang dari situasi yang dihadapi, pengaruh yang berbeda secara signifikan terhadap
perilaku yang dimunculkan, dan penguatan yang konsumsi minuman beralkohol antara penyalahguna
didapatkan. Sehingga remaja yang mengkonsumsi dan ketergantungan, sedangkan ekspektansi negatif
minuman berlakohol pada kategori ketergantungan memiliki perbedaan pengaruh yang tidak signifikan
akan memiliki ekspektansi positif yang lebih terhadap konsumsi minuman beralkohol pada
tinggi karena ekspektansi yang dimiliki tersebut remaja secara umum. Kesimpulan dari penelitian
meningkat seiring konsumsi yang berulang-ulang. ini adalah semakin tinggi ekspektansi positif yang
Nicolai (2007) menyebutkan bahwa dimiliki oleh remaja semakin mempengaruhi
ekspektansi subjektif yang dimiliki oleh individu konsumsi minuman beralkoholnya cenderung
mempengaruhi perilaku untuk mengkonsumsi memprediksi pada ketergantungan.

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental 101


vol.02 No. 02, Agustus 2013
Pengaruh Ekspektansi pada Minuman Beralkohol terhadap Konsumsi Minuman Beralkohol

DAFTAR PUSTAKA

ANT. (2008). Miras Dianggap Jamu Pegel Linu oleh Nelayan. Kamis, 30 Oktober 2008; 17:33 WIB. Diakses
melalui www.kompas.com
Anderson, K. G., Grunwald, I., Bekman, N., Brown, S. A., Grant. A. (2011). To drink or not to drink: Motives
and expectancies for use and nonuse in adolescence. Addictive Behaviors (2011), doi:10.1016/j.
addbeh.2011.05.009
Badan Pusat Statistik. (2010). Penduduk Indonesia menurut Provinsi 1971, 1980, 1990, 1995, 2000 dan 2010.
Diakses melalui
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=12&notab=1
Badan Narkotika Kabupaten Pati. (2011). Penyalahgunaan Narkoba Pelajar Sekolah Menengah di Pati. Satgas
Litbang dan Informatika
Davidson, Gerald. C., Neale, J. M., Kring, A. M., (2006). Psikologi Abnormal. Jakarta : Rajawali Press
Field, A. (2009). Discovering Statistic Using SPSS 3rd edition. Sage publications
Fromme, K., Katz, E. C. Rivet, K. (1997). Outcome Expectancies and Risk-Taking Behavior. Cognitive Therapy
and Research, Vol. 21, No. 4, 1997, pp. 421-442
Goldman, M. S., Brown, S. A., & Christiansen, B. A. (1987). Expectancy theory: Thinking about drinking. In
H. T. Blane & K. E. Leonard (Eds.), Psychological theories of drinking and alcoholism (pp. 181-226).
New York: Guilford Press.
Hotton, T., Haans, D. (2003). Alcohol and drug use in Early Adolescence. Canada; Canada Research Data
Centre
Joewana, B. N. (2011). 70 Persen Kriminalitas akibat Miras. Jumat, 21 Januari 2011; 21:15 WIB. Diakses melalui
kompas.com
Jones, B. T., Corbin, W., Fromme, K. (2001). A review of expectancy theory and alcohol Consumption. Jurnal
Addiction no. 96, 57–72. Carfax Publishing, Taylor & Francis Limited
Nagpal, J., Prasad, D. S., Khurana A., Bhave, S., Khanna, S., Roy, N. (2006). Alcohol Use and Abuse. WHO-
Journal of Alcohol Control Series 4
National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism. Diakses melalui http://www.niaaa.nih.gov/
Neuman, W.L. (2004). Social Research Methods 4th ed. Winconsin: Pearson Educations Inc.
Nicolai, D.. (2008). The Comprehensive Alcohol Expectancy Questionnaire: Confirmatory Factor Analysis,
Measurement Invariance, and Concurrent Validity. Westphalian Wilhelms-University alische di
Münster, Departemen Psikologi dan Ilmu Olah Raga
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Ed. 4. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama
Randolph, K. A., Gerend, M. A., Miller, B. A. (2006). Measuring Alcohol Expectancies in Youth. Journal Youth
Adolescence (2006) 35:939–948
Santrock, J. W.. (2002). Life Span Development : Perkembangan Masa Hidup, ed. 5 Jilid II. Jakarta : Erlangga
Santrock, J. W.. (2003). Adolescence : Perkembangan Remaja, ed. 6. Jakarta : Erlangga
Santrock, J. W.. (2004). Life Span Development, ed. 9. New York : McGraw-Hill
World Health Organization. (2011). melalui www.who.int diakses pada 7 April 2011

102 Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental


vol.02 No. 02, Agustus 2013

Anda mungkin juga menyukai