Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Dalam rencana strategi Millenium Development Goals (MDG’s) pada

tahun 2015, disebutkan bahwa sasaran pembangunan kesehatan adalah

peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan antara lain ditandai

oleh peningkatan harapan hidup, menurunnya tinghat kematian bayi, dan

kematian ibu melahirkan (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Angka kematian ibu

(AKI) merupakan barometer pelayanan kesehatan disuatu negara. Bila AKI

masih tinggi berarti pelayanan kesehatan ibu belum baik. Sebaliknya bila AKI

rendah berarti pelayanan kesehatan ibu sudah baik (Saiffudin, 2002).

Angka kematian ibu dipengaruhi oleh penyebab langsung dan penyebab

tidak langsung. Penyebab langsung kematian ibu berdasarkan laporan rutin

Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA tahun 2007 adalah perdarahan

(39%), eklampsia (20%), infeksi (7%), dan lain-lain (33%) (Kemenkes, 2010).

Sedangkan penyebab kematian ibu secara tidak langsung antara lain gangguan

pada kehamilan seperti Kurang Energi Protein (KEP), Kurang Energi Kronis

(KEK), dan anemia (Kemenkes, 2013). Keadaan kesehatan reproduksi di

Indonesia saat ini masih belum seperti yang diharapkan dibandingkan dengan

keadaan di Negara-negara ASEAN lain. Indonesia masih tertinggal dalam

banyak aspek kesehatan reproduksi. Masalah kesehatan reproduksi menjadi


perhatian bersama bukan hanya individu yang bersangkutan, karena dampaknya

menyangkut berbagai aspek kehidupan dan menjadi parameter kemampuan

Negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat

(Manuaba, 2009).

Leukorea merupakan gejala yang paling sering dijumpai pada ibu hamil,

adanya gejala ini diketahui penderita karena mengotori celananya. Dapat

dibedakan antara leukorea yang fisiologik dan yang patologik. Leukorea

fisiologik terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa mukus yang

mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang sedang pada leukorea

patologik terdapat banyak leukosit.

Penyebab paling penting dari leukorea patologik ialah infeksi. Disini

cairan mengandung banyak leukosit dan warnanya agak kekuning-kuningan

sampai hijau, seringkali lebih kental dan berbau. Radang vulva, vagina, serviks

dan kavum uteri dapat menyebabkan leukorea patologik.

Pada Era globalisasi dan moderinisasi ini telah terjadi perubahan dan

kemajuan disegala aspek dalam menghadapi perkembangan lingkungan,

kesehatan dan kebersihan, dimana masyarakat khususnya wanita, dituntut untuk

selalu menjaga kebersihan fisik dan organ tubuhnya. Salah satu organ tubuh yang

paling pentingdan sensitive serta memerlukan perawatan khusus adalah organ

reproduksi (maharani, 2009).

Menurut varney (2006) ada berbagai macam gangguan reproduksi seperti

gangguan menstruasi, syndrome premenstruasi, kista ovary, kanker dan tumor


pada endometrium serta salah satunya yaitu infeksi yang disebabkan oleh bakteri

maupun jamur yang sering disebut dengan keputihan.

Diketahui bahwa sistem pertahanan dari alat kelamin atau organ


reproduksi wanita cukup baik, yaitu asam basanya. Sekalipun demikian sistem
pertahanan ini cukup lemah, sehingga infeksi sering tidak terbendung dan
menjalar kesegala arah, sehingga menimbulkan infeksi mendadak dengan
berbagai keluhan, Salah satu keluhan klinis dari infeksi atau keadaan abnormal
alat kelamin adalah keputihan (flour albus) (manuaba, 2009).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan kehamilan

Trimester I dengan disertai flour albuse.

C. TujuanPenulisan

1. Tujuan Umum :

Karya tulis ilmiah ini bertujuan agar mahasiswa dapat melakukan asuhan kebidanan
padaNy………….dengan Kehamilan Trimester I disertai Flour Albuse di RS
…………………….
2. Tujuan Khusus :

Mengetahui Penulis mampu melakukan asuhan keperawatan secara


komprehensif pada klien dengan kehamilan TM I disertai Flour Albuse :
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan kehamilan TM I
disertai Flour Albuse
b. Mampu merumuskan masalah kebidanan pada pasien dengan kehamilan
TM I disertai Flour Albuse
c. Mampu menyusun rencana tindakan kebidanan untuk memenuhi
kebutuhan pasien dan mengatasi masalah pasien.
d. Mampu melaksanakan tindakan kebidanan pada pasien dengan kehamilan
TM I disertai Flour Albuse
e. Mampu melakukan evaluasi pada perkembangan pasien dengan
kehamilan TM I disertai Flour Albuse
f. Mampu melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan pada pasien
dengan kehamilan TM I disertai Flour Albuse.

D. ManfaatPenelitian

1. Bagi tenaga kesehatan

Dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam memberikan asuhan


kebidanan terutama pada ibu hamil TM I disertai Flour Albuse
2. Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bacaan atau literatur
khusunya mahasiswi STIKES Muhammadiyah Kudus tentang kehamilan TM
I disertai Flour Albuse.
3. Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan tentang


asuhankebidananpadaibuhamil TM I dengandisertai flour Albuse.
4. Masyarakat

Khususnya ibu hamil sebagai wacana dan dapat menambah wawasan tentang
kehamilan disertai dengan flour albuse.

E. Metode Memperoleh Data

Metode dan tehnik yang digunakan ialah analisa deskriptif :menggambarkan


obyek peristiwa yang sedang berlangsung.
1. Wawancara
Pengumpulan data untuk mendapatkan informasi secara langsung pada
pasien, keluarga, perawat atau tim kesehatan lain yang mengetahui kondisi
klien.
2. Observasi dan partisipasi
Pengamatan secara langsung pada klien, mengkaji data dari klien untuk
mengetahui keadaan dan perkembangan klien untuk mendapatkan
kesimpulan tentang penerapan asuhan keperawatan.
3. Study kasus
Penulis melakukan asuhan keperawatan secara langsung dengan pasien.
4. Kepustakaan
Di dapat dari buku-buku yang menjadi sumber dasar secara ilmiah,
mendukung isi karya tulis ilmiah ini.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Kehamilan

A. Pengertian

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau

implantasi(Prawirohardjo,2010). Kehamilan adalah waktu yang dimulai dari

hari pertama periode terlambat menstruasi sampai dimulainya persalinan yang

ditandai dengan mulainya periode intranatal (Pantiawati, 2010). Kehamilan

dimulai dari konsepsi sampai lahir janin. Lamanya hamil normal adalah 280

hari(40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir

(Nugraheny, 2010).

Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa kehamilan merupakan

proses dari awal fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan

berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan 7 hari menurut kalender

internasional.

B. Periode Kehamilan

Periode kehamilan terbagi dalam 3 trimester, tiap trimester berlangsung

dalam 12 minggu atau 3 bulan kalender internasional. Pembagian ini

diturunkan dari pertimbangan lamanya kehamilan sampai setidaknya 280 hari,


40 minggu 10 hari tahun komariah atau 9 bulan kalender dari hari pertama

menstruasi terakhir (Prawirohardjo, 2010).

Pantiawati (2010) menyebutkan bahwa kehamilan dapat dibagi dalam 3

periode yang dikenal dengan trimester I, II, III. Pembagian ini tidak boleh

dipakai untuk menunjukan umur kehamilan, melainkan hanya untuk

menunjukan keadaan-keadaan atau penyulit-penyulit yang umumnya terjadi

dalam periode tertentu. Misalnya abortus spontan pada umumnya terjadi pada

trimester I, preeklampsia pada trimester III, dan sebagainya. Untuk

menunjukan umur kehamilan yang paling tepat adalah minggu .

Embrio berkembang dengan cepat setelah terjadi implantasi. Pada

minggu ketiga jantung janin berkembang berkembang berkembang, pada

minggu keempat sudah terbentuk usus, minggu keenam suatu sistem

urogenital telah terbentuk dan pada minggu ketujuh organ telah terbentuk dan

embrio menjadi janin (Pantiawati, 2010).

C. Kehamilan Trimester II

Keadaan normal kehamilan Trimester II akan berlangsung selama 15

minggu yaitu pada minggu ke -13 hingga minggu ke- 27 (Prawirohardjo,

2010). Menurut Saifuddin (2008) Trimester II akan terjadi perubahan anatomi

pada tubuh seorang ibu yaitu terjadi perubahan pada uterus, sistem traktus

urinarius, sistem respirasi, kenaikan berat badan, sirkulasi darah, sistem

muskuluskeletal. Perubahan uterus padaibuhamil trimester II :


1. Usia kehamilan 13 minggu fundus uteri teraba diatas simfisis pubis

2. Usia kehamilan 16 minggu fundus uteri berada di tengah antara simfisis

pubis dan umbilikus.

3. Usia kehamilan 20 minggu fundus uteri setinggi pusat (20 cm).

4. Usia kehamilan 22-27 minggu fundus uteri di ukur dengan cm seusia

kehamilan dalam minggu = cm (±2 cm).

Adaptasi psikologi pada kehamilan trimester II adalah masa ini sering disebut

sebagai masa ibu sudah mulai nyaman dengan kehamilannya. Ibu hamil akan

lebih memperhatikan setiap perkembanagan kehamilannya karena keluhan –

keluhan yang ibu rasakan selama trimester pertama seperti mual muntah sudah

terlewati. Dalam trimester II kebutuhan tablet Fe meningkat dari pada

kebutuhan pada trimester I karena pertumbuhan bayi yang semakin bertambah

sehingga kebutuhan ibu akan zat besi juga bertambah (Pantiawati, 2010).

D. Perubahan Sistem Peredaran Darah Selama Kehamilan

Selama kehamilan ibu akan mengalami pengenceran darah atau yang

sering disebut hemodilusi. Sehingga selama kehamilan ibu harus memenuhi

kebutuhan zat besi yang ada pada tubuhnya. Pemenuhan kadar hemoglobin

dalam darah sangat berperan penting guna untuk transfer nutrisi dan oksigen

pada janin. Pada trimester II kebutuhan zat besi berguna untuk membantu sel

darah merah membawa oksigen didalam darah dan membantu proses

perkembangan bayi. Pada trimester akhir pemenuhan kadar hemoglobin dalam


darah berguna untuk persiapan persalinan yang akan banyak mengeluarkan

darah (Rukiyah, 2010).

II. Leukorea

Leukorea (white discharge, fluor albus, keputihan) adalah nama gejala

yang diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak

berupa darah. Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu

cairan jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas

dan sekresi dari kelenjar Bartolin.Selain itu sekret vagina juga disebabkan karena

aktivitas bakteri yang hidup pada vagina yang normal. Pada perempuan, sekret

vagina ini merupakan suatu hal yang alami dari tubuh untuk membersihkan diri,

sebagai pelicin dan pertahanan dari berbagai infeksi. Dalam kondisi normal,

sekret vagina tersebut tampak jernih, putih keruh atau berwarna kekuningan

ketika mengering pada pakaian. Sekret ini non-irritan, tidak mengganggu, tidak

terdapat darah, dan memiliki pH 3,5-4,5. Flora normal vagina meliputi

Corinebacterium, Bacteroides, Peptostreptococcus, Gardnerella, Mobiluncuc,

Mycoplasma dan Candida spp. Lingkungan dengan pH asam memberikan fungsi

perlindungan yang dihasilkan oleh lactobacilli.

Leukorea merupakan gejala yang paling sering dijumpai pada penderita

ginekologik, adanya gejala ini diketahui penderita karena mengotori celananya.

Dapat dibedakan antara leukorea yang fisiologik dan yang patologik. Leukorea

fisiologik terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa mukus yang


mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang sedang pada leukorea

patologik terdapat banyak leukosit. Penyebab paling penting dari leukorea

patologik ialah infeksi. Disini cairan mengandung banyak leukosit dan warnanya

agak kekuning-kuningan sampai hijau, seringkali lebih kental dan berbau.

Radang vulva, vagina, serviks dan kavum uteri dapat menyebabkan leukorea

patologik; pada adneksitis gejala tersebut dapat pula timbul. Selanjutnya leukorea

ditemukan pada neoplasma jinak atau ganas, apabila tumor itu dengan

permukaannya untuk sebagian atau seluruhnya memasuki lumen saluran alat-alat

genital.

III. ETIOLOGI

Fluor albus fisiologik pada perempuan normalnya hanya ditemukan pada daerah porsio

vagina. Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding lateral dan anterior vagina.

Fluor albus fisiologik ditemukan pada :

A. Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari: disini sebabnya ialah

pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.

B. Waktu disekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen. Leukore

disini hilang sendiri akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang

tuanya.

C. Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus,

disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina.


D. Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri

menjadi lebih encer.

E. Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah pada

wanita dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan

ektropion porsionis uteri. 

Sedang fluor albus abnormal (patologik) disebabkan oleh  :

1. Infeksi

a. Bakteri : Gardanerrella vaginalis, Chlamidia trachomatis, Neisseria

gonorhoae, dan Gonococcus

b. Jamur : Candida albicans

c. Protozoa : Trichomonas vaginalis

d. Virus : Virus Herpes dan human papilloma virus

2. Iritasi :

a. Sperma, pelicin, kondom

b. Sabun cuci dan pelembut pakaian

c. Deodorant dan sabun

d. Cairan antiseptic untuk mandi.

e. Pembersih vagina.

f. Celana yang ketat dan tidak menyerap keringat

g. Kertas tisu toilet yang berwarna.

3. Tumor atau jaringan abnormal lain


4. Fistula

5. Benda asing

6. Radiasi

7. Penyebab lain

a. Psikologi : Volvovaginitis psikosomatik

b. Tidak dikatehui : “ Desquamative inflammatory vaginitis”

IV. PATOGENESIS

Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret

vagina bisa dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu

diinterpretasikan penderita sebagai suatu infeksi, khususnya disebabkan oleh

jamur. Beberapa perempuan pun mempunyai sekret vagina yang banyak sekali.

Dalam kondisi normal, cairan yang keluar dari vagina mengandung sekret

vagina, sel-sel vagina yang terlepas dan mucus serviks, yang akan bervariasi

karena umur, siklus menstruasi, kehamilan, penggunaan pil KB. Lingkungan

vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang dinamis antara

Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen, glikogen, pH

vagina dan hasil metabolit lain. Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen

peroksida yang toksik terhadap bakteri pathogen. Karena aksi dari estrogen pada

epitel vagina, produksi glikogen, lactobacillus (Doderlein) dan produksi asam


laktat yang menghasilkan pH vagina yang rendah sampai 3,8-4,5 dan pada level

ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain.

Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh

Candida sp. terutama C. albicans. Infeksi Candida terjadi karena perubahan

kondisi vagina. Sel ragi akan berkompetisi dengan flora normal sehingga terjadi

kandidiasis. Hal-hal yang mempermudah pertumbuhan ragi adalah penggunaan

antibiotik yang berspektrum luas, penggunaan kontrasepsi, kadar estrogen yang

tinggi, kehamilan, diabetes yang tidak terkontrol, pemakaian pakaian ketat,

pasangan seksual baru dan frekuensi seksual yang tinggi. Perubahan lingkungan

vagina seperti peningkatan produksi glikogen saat kehamilan atau peningkatan

hormon esterogen dan progesterone karena kontrasepsi oral menyebabkan

perlekatan Candida albicans pada sel epitel vagina dan merupakan media bagi

prtumbuhan jamur. Candida albicans berkembang dengan baik pada lingkungan

pH 5-6,5. Perubahan ini bisa asimtomatis atau sampai sampai menimbulkan

gejala infeksi. Penggunaan obat immunosupresan juga menajdi faktor

predisposisi kandidiasis vaginalis. 

Pada penderita dengan Trikomoniasis, perubahan kadar estrogen dan

progesterone menyebabkan peningkatan pH vagina dan kadar glikogen sehingga

berpotensi bagi pertumbuhan dan virulensi dari Trichomonas vaginalis.

Vaginitis sering disebabkan karena flora normal vagina berubah karena

pengaruh bakteri patogen atau adanya perubahan dari lingkungan vagina

sehingga bakteri patogen itu mengalami proliferasi. Antibiotik kontrasepsi,


hubungan seksual, stres dan hormon dapat merubah lingkungan vagina tersebut

dan memacu pertumbuhan bakteri patogen. Pada vaginosis bacterial, diyakini

bahwa faktor-faktor itu dapat menurunkan jumlah hidrogen peroksida yang

dihasilkan oleh Lactobacillus acidophilus sehingga terjadi perubahan pH dan

memacu pertumbuhan Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis dan

Mobiluncus yang normalnya dapat dihambat. Organisme ini menghasilkan

produk metabolit misalnya amin, yang menaikkan pH vagina dan menyebabkan

pelepasan sel-sel vagina. Amin juga merupakan penyebab timbulnya bau pada

flour albus pada vaginosis bacterial.

Flour albus mungkin juga didapati pada perempuan yang menderita

tuberculosis, anemia, menstruasi, infestasi cacing yang berulang, juga pada

perempuan dengan keadaan umum yang jelek , higiene yang buruk dan pada

perempuan yang sering menggunakan pembersih vagina, disinfektan yang kuat.

V. GEJALA KLINIS

Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret vagina

meerupakan suatu tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu yang sering

kali muncul dan sebagian besar perempuan pernah mengalaminya dan akan

memberikan beberapa gejala fluor albus:

A. Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri.

B. Sekret vagina yang bertambah banyak


C. Rasa panas saat kencing

D. Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal

E. Berwarna putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk

Vaginosis bacterial Sekret vagina yang keruh, encer, putih abu-abu

hingga kekuning-kuningan dengan bau busuk atau amis. Bau semakin bertambah

setelah hubungan seksual. trikomoniasis Sekret vagina biasanya sangat banyak

kuning kehijauan, berbusa dan berbau amis. Kandidiasis Sekret vagina

menggumpal putih kental. Gatal dari sedang hingga berat dan rasa terbakar

kemerahan dan bengkak didaerah genital Tidak ada komplikasi yang serius.

Infeksi klamidia Biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang berwarna kuning

seperti pus. Sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang abnormal.

VI. PENATALAKSANAAN

Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan (fluor albus),

sebaiknya penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin sekaligus untuk

menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab lain seperti kanker leher rahim

yang juga memberikan gejala keputihan berupa sekret encer, berwarna merah

muda, coklat mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.

Penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri

atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan

menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat-obatan yang

digunakan dalam mengatasi keputihan biasanya berasal dari golongan flukonazol


untuk mengatasi infeksi candida dan golongan metronidazol untuk mengatasi

infeksi bakteri dan parasit. Sediaan obat dapat berupa sediaan oral (tablet,

kapsul), topikal seperti krem yang dioleskan dan uvula yang dimasukkan

langsung ke dalam liang vagina. Untuk keputihan yang ditularkan melalui

hubungan seksual, terapi juga diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan

untuk tidak berhubungan seksual selama masih dalam pengobatan. Selain itu,

dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai tindakan

pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan :

A. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup,

hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.

B. Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk

mencegah penularan penyakit menular seksual.

C. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap

kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan

bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat.

Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya untuk

mencegah bakteri berkembang biak.

D. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari

arah depan ke belakang.

E. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena

dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis

dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih vagina.


F. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada

daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.

G. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti

meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas

kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum

menggunakannya.

Tujuan pengobatan

- Menghilangkan gejala

- Memberantas penyebabrnya

- Mencegah terjadinya infeksi ulang

- Pasangan diikutkan dalam pengobatan

Fisiologis : tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi penerangan untuk

menghilangkan kecemasannya.

Patologi : Tergantung penyebabnya

Berikut ini adalah pengobatan dari penyebab paling sering :

1. Candida albicans (3)

Topikal

- Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu

- Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari

- Mikonazol nitrat 2% 1 x ssehari selama 7 – 14 hari

Sistemik
- Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari

- Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari

- Nimorazol 2 gram dosis tunggal

- Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal

Pasangan seksual dibawa dalam pengobatan

2. Chlamidia trachomatis

- Metronidazole 600 mg/hari 4-7 hari (Illustrated of textbook gynecology)

- Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral

- Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari bila

- Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama 14hari

- Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari

- Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10 hari

3. Gardnerella vaginalis

- Metronidazole 2 x 500 mg

- Metronidazole 2 gram dosis tunggal

- Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari

- Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan

4. Neisseria gonorhoeae

- Penicillin prokain 4,8juta unit imatau

- Amoksisiklin 3 gr im

- Ampisiillin 3,5 gram im atau

Ditambah :
- Doksisiklin 2 x 100mg oral selama 7 hari atau

- Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari

- Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari

- Tiamfenikol 3,5 gram oral

- Kanamisin 2 gram im

- Ofloksasin 400 mg/oral

Untuk Neisseria gonorhoeaepenghasilPenisilinase

- Seftriaxon 250 mg im atau

- Spektinomisin 2 mg im atau

- Ciprofloksasin 500 mg oral

Ditambah

- Doksisiklin 2 x 100 mg selama 7 hari atau

- Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari

- Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari

5. Virus herpeks simpleks

Belum ada obat yang dapat memberikan kesembuhan secara tuntas

- Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari

- Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5 hari

- Povidone iododine bisa digunakan untuk mencegah timbulnya infeksi sekunder(8)

6. Penyebab lain :

Vulvovaginitis psikosomatik dengan pendekatan psikologi. Desquamative

inflammatory vaginitis diberikan antibiotik, kortikosteroid dan estrogen.


VII. MAMAGEMENT KEBIDANAN

Manajemen kebidan menurut varney manajemen kebidanan adalah peruses

pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan

pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah. Penemuan-penemuan,

keterampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang

berfokus pada klien. Manajemen kebidanan penyangkut pemberian pelayanan

yang utuh dan menyeluruh dari dan kepada kliennya, yang merupakan suatu

proses manajemen kebidanan yang diselengarakan untuk memberikan pelayanan

yang berkualitas melalui tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang disusun

secara sistematis untuk mendapatkan data,  memberikan pelayanan yang benar

sesuai dengan keputusan tindakan klinik yang dilakukan dengan tepat, efektif dan

efisien (http://d3kebidanan.blogspot.com).

Standar 7 langkah Varney, yaitu :

Langkah 1 : Pengkajian(pengumpulan Data Dasar

Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap

dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara:

1.    Anamnesa

Anamnesa dilakukan untuk mendapatkan data anamnesa terdiri dari

beberapa kelompok penting sebagai berikut:


a. Identitas pasien

Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama pangilan sehari-hari agar tidak

keliru dalam memberikan penanganan

b. Umur yang ideal (usia reproduksi sehat) adalah umur 20-35 tahun,

dengan resiko yang makin meningkat bila usia dibawah 20 tahun alat

alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap,

sedangkan usia diatas 35 tahun rentan sekali untuk terjadinya

perdarahan dalm masa nifas

c. Agama pasien untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk

membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.

d. Suku pasien berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari.

e. Pendidikan pasien berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk

mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat

memberikan konsling sesuai dengan pendidikannya

f. Pengkajian pekerjaan dilakukan untuk mengetahui dan mengukur

tingkat sosial ekonominya, karena ini berpengaruh juga terhadap gizi

klien tersebut.

g. Alamat pasien dikaji untuk menpermudah kunjungan rumah bila

diperlukan (Ambarwati dkk, 2009; h. 131-132).

h. Keluhan utama dikaji untuk mengetahui keluhan yang dirasakan pesien

saat ini. Setelah persalinan keluhan yang akan dirasakan oleh ibu pasca

persalinan adalah ibu mengalami  masih mulas pada abdomen yang


berlangsung sebentar, mirip sekali dengan mulas waktu periode

menstruasi, keadaan ini disebut afterpaints, yang ditimbulkan oleh

karena kontraksi uterus pada waktu mendorong gumpalan darah dan

jaringan yang terkumpul di dalam uterus. Mulas demikian tadi

berlangsung tidak lama dan bukan merupakan suatu masalah

(Maryunani, 2009; h. 10).

i. Riwayat obstetri

1) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

berapakali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara

persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang

lalu.

2) Riwayat perasalinan sekarang

Tangal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan

bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji

untuk mengetahui apakan proses persalinan mengalami kelainan

atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini

(Ambarwati dkk, 2009; h. 133-134).

3) Riwayat kesehatan

Data ini di gunakan sebagai warning akan adanya penyulit saat persalinan

(Sulistiawati, 2011; h. 70).


j. Prilaku kebutuhan sehari-hari

1)   Nutrisi: pada masa nifas diet perlu mendapat perhatian yang serius, karena

dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat

memengaruhi susunan air susu. Nutrisi terutama protein akan sangat

mempengaruhi terhadap proses penyembuhan luka pada perinium karena

penggantian jaringan sangat membutuhkanprotein

(http/id.gilib.unimus.ac.id/download.php/id.384).

2)   Eliminasi: ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum, ibu

postpartum diharapkan dapat buang air besar (defekasi) setelah hari kedua.

3)   Aktivitas seksual: secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri

begitu darah merah berhenti ibu dapat memasukan satu dua jarinya kedalam

vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai hubungan suami istri.

4)   Istiraha tidur: anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan

yang berlebihan, waktu untuk istirahat yang cukup untuk ibu nifas pada siang

hari 2 jam dan malam hari 7-8 jam, saran kan ibu untuk kembali pada kegiatan

rumah tangga secara perlahan-lahan serta itu tidur siang atau beristirahat

selagi bayi tidur.

5)   Personal Hygiene: ibu nifas sangat rentan sekali terkena infeksi, oleh

karena itu kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya

infeksi,seperti: kebersihan pakaian, tempat tidur, pakaian dalam dan

lingkungan (Saleha, 2009; h. 73-75)

6)   Kepercayaaan yang berhubungan dengan nifas


Budaya dan keyakinan akan mempengaruhi penyembuhan luka perinium

seperti kebiasaan makan telur,ikan,daging,ayam akan mempengaruhi asupan

gizi ibu yang akan mempengaruhi penyembuhan

(http//id.gilib.unimus.ac.id/download.php/id.384).

2.    Pemeriksaan objektif

Data ini dikumpulkan guna melengkapi data untuk menegakkan diagnosa.

Bidan melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan inspeksi,

palpasi, auskultasi, perkusi, dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan

secara berurutan (Sulistiawati dkk,2010;h.226) 

b.    Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan yang dilakukan kepada pasien sebagai berikut:

1)   Keadaan umum

Di lakukan untuk mengetahui keadaan umum kesehatan klien (Tambunan

dkk, 2011; h. 7).

2)   Kesadaran apakah kompos mentis, apatis, latergi, somnolen, sopor atau

koma

3)   Tinggi badan dan berat badan sebagai penilaian keadaan gizi pasien

apakah normal, kurang dan lebih

c.    Tanda-tanda vital

1)   Tekanan darah


Tenaga yang di gunakan darah untuk melawan dinding pembuluh normalnya

tekana darah 110-130 MmHg (Tambunan dkk, 2011; h. 48).

2)   Nadi

Gelombang yang di akibatkan adanya perubahan pelebaran (vasodilatasi)dan

penyempitan (vasokontriksi) dari pembuluh darah arteri akibat kontraksi

vertikel melawan dinding aorta, normalnya nadi 60-80 kali permenit

(Tambunan dkk, 2011; h. 34).

3)   Suhu

Derajat panas yang di pertahankan oleh tubuh dan di atur oleh hipotalamus (di

pertahankan dalam batas normal 37,5-38ºC (Tambunan dkk, 2011; h. 15).

4)   Pernafasan

Suplai O2 ke sel-sel tubuh dan membuang CO 2 keluar dari sel tubuh,

normalnya 20-30 kali permenit (Tambunan dkk, 2011; h. 43).

d.    Pemeriksaan fisik

1)        Kepala               

Pemeriksaan dilakukan secara insfeksi dan palpasi, dilakukan dengan

memperhatikan bentuk kepala yang abnormal, distribusi  rambut berpariasi

pada setiap orang kulit kepala dikaji  dari adanya peradangan, luka maupun

tumor.

2)        Muka
Pada daerah muka di lihat kesimetrisan muka, apakah kulitnya normal, pucat.

Ketidak simetrisan muka menunjukkan adanya gangguan pada saraf ke tujuh

(nervus fasialis).

3)        Mata      

untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata, teknik yang di gunakan inspeksi

dan palpasi, mata yang diperiksa  semetris apa tidak, kelopak mata,

konjungtiva, sklera.

4)        Telinga

Untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang

telinga/membrane timpani, dan pendengaran. teknik yang di gunakan adalah

inspeksi dan palpasi, dilihat simetris apa tidak, gangguan pendengaran apa

tidak.

5)        Hidung  

Dikaji untuk mengetahui keadaan bentuk dan fungsi hidung, bagian dalam,

lalu sinus- sinus,  kebersihan nya dan apakah ada nyeri tekan apa tidak.

6)        Mulut

Untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut lihat warna bibir, apakah

ada stomatitis apa tidak.

7)        Leher

Untuk mengetahui bentuk leher, serta organ- organ lain yang berkaitan.

Teknik yang di gunakan adalah inspeksi dan palpasi, apakah ada kelenjar

getah bening dan kelenjar tyroid.


8)        Dada

Mengkaji kesehatan pernafasan, retraksi dan mendengar bunyi jantung dan

paru-paru.

9)        Perut

Untuk mengkaji adanya distensi, nyeri tekan dan adanya massa, apakah ada

pembesaran dan konsistensi.

10)    Punggung          

Mengkaji  nyeri tekan, nyeri ketuk.

11)    Genetalia           

Mengkaji  seperti apakah ada masalah dalam buang air kecil, adanya luka,

bengkak maupun nyeri pada genetalia.

(Tambunan dkk, 2011; h. 66-112).

Langkah II :  Merumuskan Diagnosa/Masalah Kebidanan

Pada langkah ke-dua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah

berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.

Langkah awal dari perumusan masalah atau diagnosa kebidanan adalah

pengolahan atau analisa data yaitu menggabungkan dan menghubungkan data

satu dengan lainya sehingga tergambar fakta(Sulistyawati, 2011; h. 125).

Langkah III : Mengantisipasi Diagnosa/Masalah Kebidanan


Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial ini

berdasarkan rangkaian masalah yang ada. Langkah ini membutuhkan

antisifasi, bila mungkin dilakukan pencegahan. Sambil mengamati pasien,

bidan diharapkan siap bila diagnosis atau masalah potensial benar-benar

terjadi

Langkah IV: Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera

Antisipasi merupakan penerapan kebutuhan yang memerlukan penanganan

segera tahap ini dilakukan oleh bidan melakukan identifikasi dan menetapkan

beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan masalah ditegakkan, kegiatan bidan

pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi dan melakukan rujukan

Langkah V  : Merencana Asuhan Secara Menyeluruh

Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelunya yang

merupakan lanjutan dari masalah atau diagnose yang telah diidentifikasi atau

diantisifasi. Rencana asuhan menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah

dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi

terkait juga dalam kerangka pedoman antisifasi bagi wanita tersebut yaitu apa

yang akan terjadi berikutnya  (Ambarwati dkk, 2009; h. 142-145).

Pada langkah ini dilakukan perencanaan asuhan yang menyerluruh dan

rasional pada nifas normal meliputi :

1. Rencana asuhan untuk ibu nifas 6 hari:


a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus

dibawah umbilikus dan tidak ada tanda-tanda perdarahan abnorm

b. Menilai adaanya tanda-tanda demam, infeksi, perdarahan abnormal

f.     Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat

g.    Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-

tanda penyulit

h.    Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,tali pusat

dan merawat bayi sehari-hari (Sulistiawati, 2009; h. 6)

2.  Rencana asuhan untuk payudara bengkak yaitu:

a.    masase payudara dan ASI diperas dengan tangan sebelum menyusui.

b.    Kompres dingin untuk meguragi statis pembuluh darah vena dan

mengurangi rasa nyeri. Biasanya dilakukan selang-seling dengan kompres

hangat untuk melancarkan pembuluh darah.

c.    Menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara yang terkena untuk

mempelancarkan saluran ASI dan menurunkan tegangan payudara (Saleha,

2009; h. 105).

d.   Susui bayi semau dia sesering mungkin tanpa jadwal dan tanpa batas

waktu.

e.    Bila bayi sukar menghisap, keluarkan ASI dengan bantuan tangan atau

pompa ASI yang efektif.


f.     Sebelum menyusui untuk merangsang reflek oksitosin dapat dilakukan:

kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit, massage payudara, massage

leher dan punggung.

g.    Setelah menyusui, kompres air dingin untuk mengurangi oedema

(Ambarwati dkk, 2010; h. 49)

Langkah VI : Implementasi

Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan pada klien dan keluarga.

Mengarah atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman

(Ambarwati dkk, 2009; h.145)

Langkah VII: Evaluasi

VIII. adalah mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan ulang lagi proses

manajemen dengan benar terhadap semua aspek asuhan yang diberikan namun

belum efektif dan merencanakan kembali yang belum terencana (Rukiyah

dkk, 2011; h. 111).


IX. KEWENANGAN BIDAN

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor

1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan,

kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:

1. Kewenangan normal:

o Pelayanan kesehatan ibu

o Pelayanan kesehatan anak

o Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana

2. Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah

3. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki

dokter

Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan.

Kewenangan ini meliputi:

1. Pelayanan kesehatan ibu

1. Ruang lingkup:

 Pelayanan konseling pada masa pra hamil

 Pelayanan antenatal pada kehamilan normal

 Pelayanan persalinan normal

 Pelayanan ibu nifas normal


 Pelayanan ibu menyusui

 Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan

2. Kewenangan:

 Episiotomi

 Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II

 Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan

 Pemberian tablet Fe pada ibu hamil

 Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas

 Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi

air susu ibu (ASI) eksklusif

 Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan

postpartum

 Penyuluhan dan konseling

 Bimbingan pada kelompok ibu hamil

 Pemberian surat keterangan kematian

 Pemberian surat keterangan cuti bersalin

2. Pelayanan kesehatan anak

1. Ruang lingkup:

 Pelayanan bayi baru lahir

 Pelayanan bayi

 Pelayanan anak balita

 Pelayanan anak pra sekolah


2. Kewenangan:

 Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,

pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini (IMD), injeksi

vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-

28 hari), dan perawatan tali pusat

 Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk

 Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan

 Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah

 Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra

sekolah

 Pemberian konseling dan penyuluhan

 Pemberian surat keterangan kelahiran

 Pemberian surat keterangan kematian

3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana, dengan

kewenangan:

1. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi

perempuan dan keluarga berencana

2. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom

 
Selain kewenangan normal sebagaimana tersebut di atas, khusus bagi bidan yang

menjalankan program Pemerintah mendapat kewenangan tambahan untuk melakukan

pelayanan kesehatan yang meliputi:

1. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan

memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit

2. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis

tertentu (dilakukan di bawah supervisi dokter)

3. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan

4. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan

anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan

5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak

sekolah

6. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas

7. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan terhadap

Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom, dan penyakit

lainnya

8. Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya

(NAPZA) melalui informasi dan edukasi

9. Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program Pemerintah

 
Khusus untuk pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan antenatal terintegrasi,

penanganan bayi dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk, dan

memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit

lainnya, serta pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif

lainnya (NAPZA), hanya dapat dilakukan oleh bidan yang telah mendapat pelatihan

untuk pelayanan tersebut.

Dan berdasarkanKeputusanMentriKesehatanNomor 369/MENKES/SK/III/2007

tanggal 27 maret 2007 mengenaiStandarKompetensiBidan , yang

menyebutkanpadastandarKompetensike 5 (asuhanPadaIbuNifas Dan Menyusui)

dimanaBidanmemberikanasuhanpadaibunifasdanmenyusui yang

bermututinggidantanggapterhadapbudayasetempat.
BAB III

TINJAUAN KASUS

Anda mungkin juga menyukai