Disusun Oleh :
Dike Novalia A. 260110110011
Becus Srimuang 26011011002
Anti Pebrianti M. 2601101100
Priscillia Marsaullina 2601101100
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO, kesehatan adalah keadaan status sehat utuh secara fisik,
mental (rohani) dan sosial dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari
penyakit cacat dan kelemahan.
Untuk mencapai tujuan kesehatan rakyat yang tinggi pasal 11 ayat UU
NO 9 tahun 1960 menetapkan bahwa pemerintah menguasai, mengatur, dan
mengawas persediaan pembuatan penyimpangan, peredaran dan pemakaian obat-
obatan termasuk obat bius dan minuman keras/alkohol
Alcoholism adalah penyelahgunaan serta ketergantungan alkohol.
Sedangkan menurut National Council on Alcoholism tahun 1992 mendefinisikan
bahwa alcoholism adalah suatu penyakit kronis progresif yang ditandai dengan
hilangnya kontrol akibat memakai alkohol dengan konsekuensi timbulnya
masalah sosial, hukum, psikologi dan juga fisik. Gangguan psikiatri acap
kali timbul selama dalam keadaan keracunan akibat, maupun dalam keadaan
putus alkohol
Adapun faktor-faktor resiko yang menyebabkan penyelahgunaan alkohol
dikalangan para remaja meningkat seperti faktor genetik, lingkungan, pergaulan
dan karakteristik individu
Masalah minuman keras akhir-akhir ini telah menimbulkan masalah yang
mengganggu kondisi ketertiban dan keamanan kejahatan dan kekerasan
pelakunya biasanya menggunakan minuman keras. Menyadari akan bahaya
pengaruh alkohol bagi tubuh manusia bila disalah gunakan maka tatanan
pengaturan, pengawasan dan pengendalian sangat diperlukan. Penyalahgunaan
minuman keras oleh remaja menunjukan kecenderungan yang meningkat
akibatnya dirasakan dalam bentuk kenakalan, perkelahian, dan perbuatan asusila.
Bila keadaan tersebut dibiasakan maka bencana akan terjadi. Remaja
yang keracunan alkohol adalah remaja yang tidak produktif bagi pembangunan
Masa remaja dalam kehidupan sehari-hari sangat berkaitan erat dengan
aspek psikologi yang menjadikan remaja sering mancoba sesuatu untuk alasan
mencari jati diri. Kadang remaja salah mengartikan jati diri sehingga terjebak
dalam pergaulan bebas terutama terjebak dalam hal penggunaan minuman keras,
selain faktor rasa ingin mencoba, faktor lingkungan atau pergaulan juga dapat
mempengaruhi keingintahuan remaja tentang minuman keras, jadi pengaruh
perubahan psikologi dapak berdampak pada penggunaan minuman
keras pada masa remaja.
Pada saat sekarang banyak remaja yang mengatakan bahwa dengan minum
minuman keras kepercayaan diri mereka bertambah dari yang pemalu menjadi
pemberani, mereka beranggapan bahwa semua masalah dapat teratasi dengan
minum minuman keras, minuman keras dapat memperbanyak teman. Tapi sesuai
kenyataan minuman keras dapat merusak proses berfikir dan menjadikan seorang
tidak sadarkan diri atau bertindak tidak sesuai kehendak.
Setelah melakukan wawancara dengan 4 orang remaja yang biasa minum
minuman keras (Tn. YB, Tn. PS, Tn WA, Tn. YU) dan seorang remaja yang telah
berhenti minum minuman keras (Tn.CA) didapatkan hasil wawancara adalah
mereka mengenal minuman keras akibat pergaulan juga karena ikut-ikutan hanya
karena ingin dikatakan hebat. Mereka mengatakan dengan minum minuman keras
mereka mendapatkan banyak teman dimana mereka mudah bergaul setelah minum
minuman keras, kepercayaan diri mereka timbul setelah minum minuman keras,
masalah akan teratasi saat minum minuman keras, mereka mengatakan peminum
akan sangat disegani oleh orang, untuk menghilangkan stres (merasa enjoy), saat
ini minum minuman keras telah menjadi hobby bagi mereka.
Mereka biasanya mium minuman keras dalam seminggu + 3-4 kali,
mereka minum minuman keras dengan berkelompok yang terdiri dari 4–10 orang
dan minuman yang sering diminum bermerek Pinaraci, Kasegaran, Dry Jeann,
London Jean, Bir Falentin, Bir Bintang, Bir Hitam, Cap Tikus dan sekali-kali tuak
(bohito) bila kepepet, biasanya minuman keras itu dicampur dengan minuman
lainnya seperti: M 150, Pepsi Blue, Bintang Zero, Sprite, Cocacola agar terasa
nikmat kata mereka. Mereka membeli minuman keras tersebut dari hasil patungan
atau biasa dikenal dengan istilah kong-kong (sokongan).
Saat ditanyakan tentang pengetahuan mereka tentang minuman keras
mereka mengatakan minuman keras itu adalah minuman yang mengandung
alkohol dengan beberapa golongan sesuai dengan kadar alkohol yang ada dalam
minuman keras, minuman keras dapat mengurangi tingkat kesadaran, dalam
Agama minuman keras itu haram, dalam Hukum Negara minuman keras itu
dilarang, dalam kesehatan minuman keras itu dapat merusak kesehatan.
Tapi mereka tetap minum minuman keras karena alasan yang telah diungkap-
kan mereka diatas.
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka peneliti merasa tertarik untuk
mengadakan Karya Tulis Ilmiah melalui penelitian dengan judul “faktor dan
Pengaruh Penggunaan Minuman Keras (alkohol) Pada Kehidupan Remaja Di
Jatinangor”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka didapatkan rumusan
masalahnya. ”Seberapa besar faktor Pengaruh Penggunaan Minuman Keras
(alkohol) Pada kehidupan Remaja di Jatinangor ?”
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi serta gambaran
umum tentang pengaruh penggunaan minuman keras pada kehidupan remaja di
Jatinangor.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi faktor penggunaan minuman keras dikalangan remaja.
b. Mengidentifikasi kehidupan remaja akibat penggunaan minuman keras.
c. Mengidentifikasi tentang pengaruh penggunaan minuman keras pada kehidupan
remaja.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Bagi Desa
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dari pihak desa agar lebih
meningkatkan perhatian dan pengawasan terhadap masyarakat khususnya
dikalangan remaja dari pergaulan bebas terutama penggunaan minuman keras.
3. Peneliti
Untuk menambah wawasan peneliti tentang pengaruh miuman keras
dikalangan remaja dan sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Pergaulan
Dalam pergaulan sehari-hari, pengaruh oleh teman dekat untuk
menyalahgunakan alkohol lebih besar dibandingkan dengan orang yang
tidak dikenal. Remaja-remaja yang mempunyai riwayat kejahatan, bolos sekolah,
gagal sekolah atau perilaku seks bebas mempunyai resiko menyalahgunakan obat
seperti alkohol lebih besar (Soetjiningsih, 2004 : 164)
4. Karakteristik Dini
Penyalahgunaan obat oleh remaja pada usia dini (dibawah 15 tahun) atau
usia lebih lanjut (di atas 24 tahun) cenderung didasari oleh gangguan psikiatri
seperti depresi atau gangguan kecemasan dan mempunyai resiko penyalahgunaan
obat dua kali lebih besar dibandingkan dengan remaja yang tidak mempunyai
riwayat depresi atau gangguan kecemasan (Soetjiningsih, 2004 : 165)
Puspitawati dalam Ulfah (2005 : 10-12) menyebutkan beberapa remaja
terjerumus dalam masalah minuman keras karena dipengaruhi lingkungan
pergaulan antara lain sebagai berikut :
1) Remaja yang selalu minum-minuman keras selalu mempunyai “kelompok
pemakai”. Awalnya remaja hanya mencoba-coba karena keluarga atau teman-
teman yang yang menggunakannya, namun ada yang kemudian menjadi
kebiasaan.
2) Pada remaja yang “kecewa” dengan kondisi diri dan keluarganya,
Sering menjadi lebih suka untuk mengorbankan apa saja demi hubungan baik
dengan teman-teman sebanyanya.
3) Adanya “ajakan” atau “tawaran” dari teman serta banyaknya film dan sarana
hiburan yang memberikan contoh “model pergaulan moderen” biasanya
mendorong remaja minum-minuman keras secara berkelompok.
4) Apabila remaja telah menjadi terbiasa minum minuman keras dan karena mudah
mendapatkannya, maka remaja akan memakainya sendiri sehingga tanpa disadari
lama-kelamaan akan ketagihan. Penggunaan minuman keras di kalangan remaja
umumnya karena minuman keras tersebut menjanjikan sesuatu yang menjadi rasa
kenikmatan, kenyamanan dan kesenangan dan ketenangan. walaupun hal itu
dirasakan secara semu.
C. Konsep Remaja
Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa
dewasa disatu pihak bersifat kanak-kanak dan pihak lain bertingkah laku seperti
orang dewasa. Sering kali menyebabkan perilaku-perilaku aneh dan bila tidak
terkontrol menyebabkan menjadi kenakalan (Purwanto, 1998 : 29). Dimana
remaja dibagi dalam fase perkembangan menurut Hurlock dalam Sabri yaitu :
1. Masa kanak-kanak awal (Early childhood) 2 – 6 tahun
2. Masa kanak-kanak akhir (Later childhood) 6 – 12 tahun
3. Masa puber (puberty) 15 – 21 tahun
4. Masa remaja 15 – 21 tahun
(Alisof, Sabri. 1995 : 13)
Dalam kehidupan manusia selalu dibagi dalam beberapa tahap kehidupan
yaitu mulai dari lahir, bayi, anak-anak, dewasa dan menjadi tua. Keseluruhan
tahapan tersebut maka sebagai tahapan kehidupan yang menjadi konsentrasi
pembahasan dalam karya ini adalah tahapan kehidupan remaja karena pada
tahapan tersebut seorang manusia penuh dengan problem dan tantangan dalam
rangka mencari jalan kehidupan serta tercapai suatu cita-cita kehidupan remaja
yang dimaksudkan menurut Benyamin (1985 : 117) adalah sebagai berikut:
“ Kehidupan remaja adalah kehidupan yang penuh dengan cita-cita dan angan-
angan, ingin selalu mengaktualisasikan diri serta ingin selalu berubah, semua
ingin dicobanya, ingin bebas tanpa ada batasan tertentu, dan ingin segera
dipandang sebagai orang dewasa serta mempunyai keinginan untuk bergaul
seluas-luasnya dengan orang-orang sebaya”.
Dari pengertian tentang kehidupan remaja tersebut maka dapat
mengingatkan kepada orang tua agar senantiasa dapat memahami keinginan-
keinginan remaja sehingga dapat diarahkan kepada hal-hal yang baik dan berguna.
Ramaja merupakan periode transisi dari periode anak kepada periode dewasa.
Pada periode anak dibolehkan dan malah sering diharapkan untuk bergantung,
sedangkan dalam periode dewasa orang diharpkan atau malahan diharuskan untuk
dapat berdiri sendiri. Periode remaja memang sangat sukar, sehingga sering
menyusahkan dirinya sendiri maupun orang yang ada di sekitarnya (Benyamin,
1985 : 119)
Masa remaja ini sangat menarik karena seorang berusaha mencari identitas
diri sehingga selalu ingin melebihi orang lain. Pada masa remaja itulah mereka
mengalami gejolak kepribadian, mulai mengembangkan kepribadian sesuai
dengan persepsi, dan bagaimana orang tua mengawasi dan mengarahkannya,
sangat memerlukan sikap yang bijaksana. Jadi sekalipun pada masa remaja
seorang ingin selalu bebas mengembangkan dirinya, namun pengawasan dan
pengarahan sangatlah penting (Nadek, 1990 : 11)
Berkaitan dengan pengarahan remaja tersebut, khususnya kearah hal-
hal yang positif (Singih D. Gunarsa, 1991 : 118) mengemukakan bahwa :
“ Seorang remaja perlu diperhatikan dengan siapa dan dengan kelompok
mana anak tersbut bergaul. Karena oleh pengaruh pergaulan, seorang anak bisa
melakukan yang tidak baik sebelumnya yang tidak pernah dilakukannya.
Misalnya mencuri uang agar bisa menyesuaikan dengan keuangan teman-
temannya, mentraktir teman-teman agar ia merasa terpandang oleh teman-
temannya”.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif yaitu
memaparkan peristiwa yang terjadi pada masa kini (Nursalam, 2003 : 83)
f
X = x 100 %
n
Keterangan :
x = Variabel yang diteliti
f = Jumlah jawab dari responden
n = Jumlah sampel penelitian (Candra, 1995 : 35)
Setelah terkumpul kemudian diolah dalam bentuk table, kemudian
dianalisa.
Analisa Univariate Yakni analisis terhadap semua variabel yang diteliti dengan
menggunakan distribusi frekuensi yang disajikan dalam bentuk table dan
menggunakan rumus (Setiadi, 2007 : 8).
Untuk hasil akhir digunakan uji statistik dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Terlebih dahulu membuat rumusan hipotesa penelitian (Ho) dan Hipotesa
alternative (Ha)
3) Menyusun tabel koefisien korelasi dan tafsirannya serta tabel kerja (working
tabel) untuk melakukan komputasi data yang diperoleh ke dalam tabel.
4) Memasukan data kedalam rumus yang ada dengan melakukan substitusi
f
X=
n
Ket:
X : variabel yang di teliti
f : frekuensi (jumlah) jawab responden
n : jumlah sampel penelitian
Menggunakan rumus pada koefisien kontigensi karena rumus ini di gunakan
untuk menguji hubungan antara dua variabel yang datanya berbentuk nominal