Anda di halaman 1dari 16

PAPER PSIKOLOGI ABNORMAL

Pengaruh Kenakalan Remaja terhadap Gangguan Penyalahgunaan Alkohol

Dosen Pengampu :
Dinda Aisha, M.Psi., Psikolog

Anggota Kelompok :
Meri Anggraeni (20416273201068)
Reynaldo Liong (20416273201012)
Rohmansyah (20416273201120)
Sebrina Ruth Cahaya (20416273201099)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN
KARAWANG
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Dijaman modern saat ini dengan berbagai kemudahan yang didapat tidak
menutup kemungkinan dengan mudah nya remaja terpengaruh hal yang menyimpang
seperti kenakalan remaja terhadap minuman keras/alkohol. kenakalan banyak terjadi
pada remaja awal maupun remaja yang lebih tua yaitu sekitar usia 11 hingga 13 tahun
untuk remaja awal dan sekitar usia 14 hingga 17 tahun untuk remaja yang lebih tua
(Papalia, 2015). Kenakalan remaja dapat terjadi dari berbagai faktor, misalnya faktor
lingkungan, faktor kepribadian, faktor tekanan teman sebaya.
Masa remaja menawarkan banyak kesempatan untuk pertumbuhan, tidak
hanya melulu dari perubahan fisik, tetapi juga dalam kompetensi kognitif dan
emosional, otonomi, harga diri, dan intimasi. Remaja muda yang memiliki hubungan
yang mendukung dengan orang tua, sekolah, dan komunitasnya cenderung
berkembang dengan cara yang positif sehat (Younblade dkk, dalam Papalia, 2015).
Beberapa ini mungkin bisa menjadi alasan mengapa remaja kurang bijaksana dalam
memilih pergaulan. Perkembangan otak yang kurang matang membiarkan perasaan
yang mengesampingkan alasan dan mungkin membuat beberapa remaja tetap
menghiraukan peringatan yang tampak berdasarkan logika dan persuasif bagi orang
dewasa (Baird dkk, Yurgelund Todd dalam Papalia, 2015).

2. RUMUSAN MASALAH
a. Apa definisi dari gangguan penyalahagunaan alkohol?
b. Apa saja faktor penyebab dan faktor resiko gangguan penyalahgunaan alkohol?
c. Bagaimana prevalensi gangguan penyalahgunaan alkohol?
d. Seperti apa intervensi yang dapat diberikan pada seseorang yang mengalami
gangguan penyalahgunaan alkohol?

3. TUJUAN
a. Untuk mengetahui definisi dari gangguan penyalahagunaan alkohol.
b. Untuk mengetahui faktor penyebab dan faktor resiko gangguan penyalahgunaan
alkohol.
c. Untuk mengetahui prevalensi yang ada pada gangguan penyalahgunaan ganja.
d. Untuk mengetahui intervensi yang dilakukan dalam menangani gangguan-
gangguan penyalahgunaan.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. DEFINISI GANGGUAN
Gangguan yang berkaitan dengan penggunaan alkohol menyebabkan perasaan
menyenangkan jangka pendek; namun juga merupakan zat adiktif yang bisa menimbulkan
konsekuensi yang mahal dan sangat merusak. Alkohol menurunkan penghambatan perilaku,
mengganggu pembelajaran dan memori, serta secara negatif berdampak terhadap penilaian,
pembuatan keputusan, dan koordinasi motorik. Efek yang berpotensi merugikan penggunaan
alkohol yang berlebihan sangat besar. Alkohol juga ampuh, obat yang mengubah pikiran
dengan dampak utama pada fisik, emosi, dan kesejahteraan sosial.
Mereka yang memulai minum sebelum berusia 15 tahun lebih dari lima kali lipat menjadi
tergantung pada alkohol atau penyalahgunaan alkohol daripada yang mulai minum ketika
berusia 21 tahun atau di atasnya ( Samsha dalam Papalia, 2015).

B. KRITERIA DIAGNOSTIK

Pola penggunaan alkohol yang bermasalah sehingga menyebabkan gangguan atau penderitaan
yang signifikan secara klinis, seperti yang dimanifestasikan oleh setidaknya dua hal berikut, yang
terjadi dalam periode 12 bulan:

1. Alkohol sering diminum dalam jumlah yang lebih besar atau dalam jangka waktu yang lebih
lama dari yang dimaksudkan.
2. Ada keinginan yang terus-menerus atau upaya yang gagal untuk mengurangi atau mengontrol
penggunaan alkohol.
3. Banyak waktu dihabiskan untuk kegiatan yang diperlukan untuk mendapatkan alkohol,
menggunakan alkohol, atau pulih dari efeknya
4. Craving, atau keinginan atau dorongan yang kuat untuk menggunakan alkohol
5. Penggunaan alkohol berulang yang mengakibatkan kegagalan memenuhi kewajiban peran
utama di tempat kerja, sekolah, atau rumah.
6. Penggunaan alkohol yang berkelanjutan meskipun memiliki hubungan sosial atau
interpersonal yang persisten atau berulang masalah yang disebabkan atau diperburuk oleh
alkohol
7. Kegiatan sosial, pekerjaan, atau rekreasi yang penting dihentikan atau dikurangi karena
penyebab penggunaan alkohol
8. Penggunaan alkohol berulang dalam situasi yang berbahaya secara fisik
9. Penggunaan alkohol dilanjutkan meskipun mengetahui adanya masalah fisik atau psikologis
yang persisten atau berulang yang kemungkinan disebabkan atau diperburuk oleh alkohol
10. Toleransi, sebagaimana didefinisikan oleh salah satu dari berikut ini: sebuah.
a. Kebutuhan akan jumlah alkohol yang meningkat secara nyata untuk mencapai
intoksikasi atau de efek tuan.
b. Efek yang sangat berkurang dengan terus menggunakan jumlah alkohol yang
sama.
11. Penarikan, seperti yang ditunjukkan oleh salah satu dari berikut ini: sebuah.
a. Sindrom penarikan karakteristik untuk alkohol (lihat Kriteria A dan B dari
kriteria yang ditetapkan untuk penarikan alkohol, hlm. 499–500).
b. Alkohol (atau zat yang terkait erat, seperti benzodiazepin) digunakan untuk
meredakan atau menghindari gejala penarikan.

C. FAKTOR PENYEBAB

a. Faktor Lingkungan
Keadaan lingkungan terutama lingkungan keluarga dapat menjadi penyebab
timbulnya kenakalan remaja seperti keluarga yang broken-home, rumah tangga
yang berantakan disebabkan oleh kematian ayah atau ibunya, keluarga yang
diliputi konflik keras, ekonomi keluarga yang kurang, semua itu merupakan
sumber yang subur untuk memunculkan delinkuensi remaja.
b. Faktor Kepribadian

c. Faktor tekanan teman sebaya


Chaplin (2006), menyatakan kelompok teman sebaya (peergroup) merupakan
suatu kelompok dimana anak dapat mengasosiasikan diri. Wahyuni (2011)
mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja mengonsumsi alkohol maka
semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah pengkonsumsi alkohol
juga dan sebaliknya. Berdasarkan fakta tersebut ada dua kemungkinan yang
terjadi, pertama remaja jadi terpengaruh teman-temannya atau bahkan remaja
tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua
menjadi pengonsumsi alkohol.

D. FAKTOR RESIKO
Beberapa faktor resiko di dalam keluarga yang menyebabkan mengapa seseorang remaja
mengkonsumsi minuman berakohol adalah
 Kurangnya pengawasan atau komunikasi dengan orang tua
 Adanya permasalahan di dalam keluarga
 Disiplin yang berubah-ubah atau justru terlalu berat
 Adanya anggota keluarga lain yang juga mengkonsumsi minuman berakohol
atau obat-obatan terlarang
Beberapa faktor resiko individual yang dapat menyebabkan seorang remaja
mengkonsumsi minuman beralkohol adalah:

 Gangguan mengatur impuls


 Emosi tidak stabil
 Memiliki keinginan untuk selalu menantang bahaya
Tidak memiliki pengetahuan yang cukup akan bahaya mengkonsumsi minuman
berakohol.

E. PREVALENSI
Gangguan penggunaan alkohol adalah gangguan umum. Di Amerika Serikat,
prevalensi 12 bulan gangguan penggunaan alkohol diperkirakan 4,6% di antara anak
berusia 12 hingga 17 tahun dan 8,5% di antara dewasa berusia 18 tahun ke atas di
Amerika Serikat. Tingkat gangguan lebih besar di antara pria dewasa (12,4%)
dibandingkan wanita dewasa (4,9%). Prevalensi alkohol selama dua belas bulan
gangguan penggunaan di antara orang dewasa menurun di usia paruh baya, yang terbesar
di antara individu 18- hingga 29 tahun (16,2%) dan terendah di antara individu berusia
65 tahun ke atas (1,5%).
Prevalensi dua belas bulan sangat bervariasi di seluruh subkelompok ras/etnis di
AS populasi. Untuk anak berusia 12 hingga 17 tahun, tingkat paling tinggi di antara
orang Hispanik (6,0%) dan Pribumi Penduduk Asli Amerika dan Alaska (5,7%) relatif
terhadap orang kulit putih (5,0%), Afrika Amerika (1,8%), dan Asia Amerika dan
Kepulauan Pasifik (1,6%). Sebaliknya, di antara orang dewasa, usia 12 bulan prevalensi
gangguan penggunaan alkohol jelas lebih besar di antara penduduk asli Amerika dan
Alaska Pribumi (12,1%) dibandingkan orang kulit putih (8,9%), Hispanik (7,9%), Afrika
Amerika (6,9%), dan Asia Amerika dan Kepulauan Pasifik (4,5%).

F. INTERVENSI
1.Medikasi Untuk Menahan Keinginan Minum
Disulfiram (Antabuse), obat terlarang yang menyebabkan muntah hebat ketika diikuti
dengan konsumsi alkohol, dapat diberikan untuk mencegah kecanduan minum (Grossman
dan Ruiz, 2004). Namun, terapi ini jarang dianjurkan sebagai satu-satunya pendekatan karena
orang yang bergantung pada alkohol mungkin hanya menghentikan penggunaan Antabuse
ketika dia keluar dari rumah sakit atau klinik dan mulai minum lagi. Fungsi obat ini adalah
mengganggu siklus penyalahgunaan alkohol selama periode waktu terapi dilakukan.
Sayangnya, efek samping yang tidak nyaman dapat menyertai penggunaan Antabuse;
misalnya, losion aftershave berbasis alkohol bisa diserap melalui kulit yang mengakibatkan
sakit. Apalagi biaya perawatan Antabuse, membutuhkan pemeliharaan secara hati-hati, lebih
tinggi dibandingkan perawatan yang lain, perawatan yang lebih efektif.
Medikasi lain yang digunakan untuk merawat pengguna alkohol adalah naltrexone, antagonis
opiat yang membantu mengurangi keinginan akan alkohol dengan menghalangi efek
penghasil kenikmatan alkohol, dan acamprosate, obat yang sifatnya masih dipelajari
(Gueorguieva dkk ., 2007; Lee dkk ., 2010). Sebuah tinjauan besar baru-baru ini terhadap 122
uji coba terkontrol secara acak yang menguji efek obat untuk gangguan penggunaan alkohol
menemukan bahwa baik naltrexone maupun acamprosate efektif dalam mengurangi minum
dan mabuk (Jonas dkk ., 2014).
2.Pendekatan Perawatan Psikologis
Begitu pasien mengendalikan minumnya, detoksifikasi secara optimal diikuti oleh
perawatan psikologis, termasuk konseling keluarga dan penggunaan sumber daya masyarakat
terkait pekerjaan dan aspek penyesuaian sosial seseorang. Meskipun psikoterapi individu
terkadang efektif, fokus pengukuran psikososial dalam perawatan masalah terkait alkohol
sering melibatkan terapi kelompok, intervensi lingkungan, terapi perilaku, dan pendekatan
yang digunakan oleh kelompok anonim Alcoholics Anonymous dan kelompok keluarga
seperti Al-Anon dan Alateen.
3.Terapi Perilaku Dan Terapi Perilkau Kognitif
Bentuk perawatan yang menarik dan efektif untukgangguanterkait alkohol adalah
terapi perilaku, di mana ada beberapa jenis. Salah satunya adalah terapi pengondisian aversif
(yang tidak menyenangkan) yang melibatkan penyajian berbagai rangsangan berbahaya
dengan konsumsi alkohol untuk menekan perilaku minum. Misalnya, konsumsi alkohol bisa
dipasangkan dengan sengatan listrik atau obat terlarang yang menyebabkan mual. Berbagai
tindakan pencegahan dan pencegahan farmakologis bisa digunakan dalam terapi perilaku
setelah melakukan detoksifikasi. Satu pendekatan melibatkan injeksi intramuskular emetine
hydrochloride, sebuahemetic.Sebelum mengalami mual yang disebabkan suntikan, pasien
diberi alkohol sehingga penglihatan, bau, dan rasa dari minuman menjadi terkait dengan mual
dan muntah yang hebat. Artinya, keengganan yang ditanggapi dengan selera dan aroma
alkohol berkembang. Dengan pengulangan, prosedur pengondisian klasik ini bertindak
sebagai pencegah kuat untuk minum lebih parah-mungkin sebagian karena terapi pelaku akan
menambahkan konsekuensi fisiologis yang segera dan tidak menyenangkan terhadap
konsekuensi yang secara sosial lebiuh umum daripada minum minuman keras yang
berlebihan.Terapi perilaku kognitif (cognitive-behavioral therapyCBT) biasanya digunakan
untuk mengatasi masalah terkait alkohol (Marlatt, 1985; Witkiewitz dan Marlatt, 2004).
PEDOMAN WAWANCARA

A. PEDOMAN WAWANCARA UNTUK SUBJEK

Kriteria Diagnostik Definisi Pertanyaan

1.Alkohol sering diminum dalam 1.Apakah anda termasuk


Mengkonsumsi alkohol orang yang kuat saat
jumlah yang lebih besar atau dalam dengan takaran yang minum alkohol?
jangka waktu yang lebih lama dari melewati batas dan sudah
berlangsung lama. 2.Sejak kapan dan
yang dimaksudkan.
berapa lama kah anda
mengkonsumsi alkohol?

1.Apakah anda sering


2.Ada keinginan yang terus-
tidak bisa menahan
menerus atau upaya yang gagal hasrat anda untuk
untuk mengurangi atau mengontrol Sering kali tidak bisa meminum alkohol?
mengkontrol diri untuk tidak
penggunaan alkohol. 2.Apakah anda pernah
meminum alkohol
(kecanduan) berusaha untuk menahan
hasrat anda dan
mengontrol diri anda saat
anda menginginkan
alkohol?

4.Banyak waktu dihabiskan untuk 1.Apakah anda pernah


kegiatan yang diperlukan untuk melakukan apa saja
mendapatkan alkohol, Melakukan banyak cara untuk hanya untuk
menggunakan alkohol, atau pulih mendapatkan alkohol dan mengkonsumsi alkohol?
dari efeknya. kesulitan untuk mengkontrol
diri (kecanduan) 2.Lalu apa saja yang
anda lakukan saat anda
menginginkan alkohol?

1.Apakah keinginan atau


4.Craving, atau keinginan atau
hasrat anda untuk
dorongan yang kuat untuk meminum alkohol sering
menggunakan alkohol kali menyiksa anda?
Rasa kecanduan yang sering
Bagaimana?
muncul.
2.Apakah anda pernah
mencari cara untuk
mengatasi nya?

Terganggu nya aktifitas


5.Penggunaan alkohol berulang 1.Apakah anda pernah
mengkonsumsi alkohol
yang mengakibatkan kegagalan
lalu mengakibatkan
memenuhi kewajiban peran utama keseharian anda
di tempat kerja, sekolah, atau terganggu?
sehari-hari akibat
rumah. mengkonsumsi alkohol. 2.Apakah pernah terpikir
oleh anda untuk
menghindari hal
tersebut? Sehingga
keseharian anda tidak
terganggu.

6.Penggunaan alkohol yang


berkelanjutan meskipun memiliki
hubungan sosial atau interpersonal Terganggunya hubungan
sosial baik di dalam rumah
yang persisten atau berulang maupun diluar rumah akibat
masalah yang disebabkan atau mengkonsumsi alkohol.
diperburuk oleh alkohol.

1.Apakah anda pernah


7. Kegiatan sosial, pekerjaan, atau
menghentikan kegiatan
rekreasi yang penting dihentikan penting yang biasa anda
atau dikurangi karena penyebab lakukan hanya karena
ingin mengkonsumsi
penggunaan alkohol. alkohol?
Aktifitas yang terhenti akibat
mengkonsumsi alkohol. 2.Apakah dorongan atau
keinginan anda
mengkonsumsi alkohol
anda lebih besar
dibanding dengan
kegiatan penting yang
biasa anda lakukan?

1.Apakah anda pernah


8. Penggunaan alkohol berulang
mengkonsumsi alkohol
dalam situasi yang berbahaya Sering mengkonsumsi saatt berkendara?
secara fisik. alkohol di saat yang sangat
tidak diperbolehkan. 2.Apakah anda pernah
membahayakan diri anda
saat anda mengkonsumsi
alkohol?

Terus menerus
9. Penggunaan alkohol dilanjutkan
meskipun mengetahui adanya
masalah fisik atau psikologis yang
mengkonsumsi alkohol meski
persisten atau berulang yang mengetahui konsekuensi nya.
kemungkinan disebabkan atau
diperburuk oleh alkohol

a. Kebutuhan akan
10. Toleransi, sebagaimana
didefinisikan oleh salah satu jumlah alkohol
dari berikut ini yang meningkat
secara nyata
untuk mencapai
intoksikasi atau
de efek tuan.
b. Efek yang sangat
berkurang dengan
terus
menggunakan
jumlah alkohol
yang sama.

11. Penarikan, seperti yang a. Sindrom


ditunjukkan oleh salah satu dari
penarikan
berikut ini:
karakteristik
untuk alkohol
(lihat Kriteria A
dan B dari
kriteria yang
ditetapkan untuk
penarikan
alkohol, hlm.
499–500).
b. Alkohol (atau zat
yang terkait erat,
seperti
benzodiazepin)
digunakan untuk
meredakan atau
menghindari
gejala penarikan.

Faktor Penyebab Definisi Pertanyaan

1.Faktor Lingkungan
2.Faktor Kepribadian
3.Faktor Tekanan Teman
Sebaya
4.Faktor Gaya Hidup

BAB III
PEMBAHASAN

A. Hasil Wawancara Subjek


1. Identitas Narasumber
Nama/Inisial D

Tempat, Tanggal lahir Depok, 18 September 2001

Domisili Karawang

Pendidikan SMK

Pekerjaan Tidak Bekerja

Status Pernikahan Belum Menikah

2. Gambaran Subjek (Hasil Observasi dan Wawancara)


Subjek merupakan seorang laki-laki berusia 21 tahun, berambut ikal berwarna hitam
dengan kulit sawo matang. Subjek memiliki proporsi tubuh sedikit lebih kecil. Subjek
berdomisili di karawang namun di lahirkan di depok. Subjek adalah seseorang yang baru
menginjak masa dewasa awal, subjek pernah secara aktif mengkonsumsi alkohol pada usia 14
tahun hingga usia 19 tahun namun, Awal mula subjek subjek pertama kali mengkonsumsi
alkohol dimulai dari kelas 1 SMP, subjek awal nya mnecoba-coba karena ajakan temannya
dan di anggap keren oleh teman sebaya nya, lalu kebiasaan subjek berlanjut hingga subjek
duduk di bangku SMK, Kebiasaan ini menyebar ke beberapa perilaku buruk seperti mencuri,
mencari pelarian yang lain bilamana alkohol yang diinginkan itu tidak bisa ditemukan, subjek
melalang pergi ke rumah teman dan mencari tempat yang bisa menerima dirinya yang sudah
menjadi pecandu alkohol.

3. Faktor Penyebab
 Faktor Lingkungan
Keadaan lingkungan terutama lingkungan keluarga dapat menjadi penyebab
timbulnya kenakalan remaja seperti keluarga yang broken-home, rumah tangga
yang berantakan disebabkan oleh kematian ayah atau ibunya, keluarga yang
diliputi konflik keras, ekonomi keluarga yang kurang, semua itu merupakan
sumber yang subur untuk memunculkan delinkuensi remaja.
 Faktor Kepribadian

 Faktor tekanan teman sebaya


Chaplin (2006), menyatakan kelompok teman sebaya (peergroup) merupakan
suatu kelompok dimana anak dapat mengasosiasikan diri. Wahyuni (2011)
mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja mengonsumsi alkohol maka
semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah pengkonsumsi alkohol
juga dan sebaliknya. Berdasarkan fakta tersebut ada dua kemungkinan yang
terjadi, pertama remaja jadi terpengaruh teman-temannya atau bahkan remaja
tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua
menjadi pengonsumsi alkohol.

4. Intervensi
1.Medikasi Untuk Menahan Keinginan Minum
Disulfiram (Antabuse), obat terlarang yang menyebabkan muntah hebat ketika diikuti
dengan konsumsi alkohol, dapat diberikan untuk mencegah kecanduan minum (Grossman
dan Ruiz, 2004). Namun, terapi ini jarang dianjurkan sebagai satu-satunya pendekatan karena
orang yang bergantung pada alkohol mungkin hanya menghentikan penggunaan Antabuse
ketika dia keluar dari rumah sakit atau klinik dan mulai minum lagi. Fungsi obat ini adalah
mengganggu siklus penyalahgunaan alkohol selama periode waktu terapi dilakukan.
Sayangnya, efek samping yang tidak nyaman dapat menyertai penggunaan Antabuse;
misalnya, losion aftershave berbasis alkohol bisa diserap melalui kulit yang mengakibatkan
sakit. Apalagi biaya perawatan Antabuse, membutuhkan pemeliharaan secara hati-hati, lebih
tinggi dibandingkan perawatan yang lain, perawatan yang lebih efektif.

Medikasi lain yang digunakan untuk merawat pengguna alkohol adalah naltrexone, antagonis
opiat yang membantu mengurangi keinginan akan alkohol dengan menghalangi efek
penghasil kenikmatan alkohol, dan acamprosate, obat yang sifatnya masih dipelajari
(Gueorguieva dkk ., 2007; Lee dkk ., 2010). Sebuah tinjauan besar baru-baru ini terhadap 122
uji coba terkontrol secara acak yang menguji efek obat untuk gangguan penggunaan alkohol
menemukan bahwa baik naltrexone maupun acamprosate efektif dalam mengurangi minum
dan mabuk (Jonas dkk ., 2014).
2.Pendekatan Perawatan Psikologis
Begitu pasien mengendalikan minumnya, detoksifikasi secara optimal diikuti oleh
perawatan psikologis, termasuk konseling keluarga dan penggunaan sumber daya masyarakat
terkait pekerjaan dan aspek penyesuaian sosial seseorang. Meskipun psikoterapi individu
terkadang efektif, fokus pengukuran psikososial dalam perawatan masalah terkait alkohol
sering melibatkan terapi kelompok, intervensi lingkungan, terapi perilaku, dan pendekatan
yang digunakan oleh kelompok anonim Alcoholics Anonymous dan kelompok keluarga
seperti Al-Anon dan Alateen.
3.Terapi Perilaku Dan Terapi Perilkau Kognitif
Bentuk perawatan yang menarik dan efektif untukgangguanterkait alkohol adalah
terapi perilaku, di mana ada beberapa jenis. Salah satunya adalah terapi pengondisian aversif
(yang tidak menyenangkan) yang melibatkan penyajian berbagai rangsangan berbahaya
dengan konsumsi alkohol untuk menekan perilaku minum. Misalnya, konsumsi alkohol bisa
dipasangkan dengan sengatan listrik atau obat terlarang yang menyebabkan mual. Berbagai
tindakan pencegahan dan pencegahan farmakologis bisa digunakan dalam terapi perilaku
setelah melakukan detoksifikasi. Satu pendekatan melibatkan injeksi intramuskular emetine
hydrochloride, sebuahemetic.Sebelum mengalami mual yang disebabkan suntikan, pasien
diberi alkohol sehingga penglihatan, bau, dan rasa dari minuman menjadi terkait dengan mual
dan muntah yang hebat. Artinya, keengganan yang ditanggapi dengan selera dan aroma
alkohol berkembang. Dengan pengulangan, prosedur pengondisian klasik ini bertindak
sebagai pencegah kuat untuk minum lebih parah-mungkin sebagian karena terapi pelaku akan
menambahkan konsekuensi fisiologis yang segera dan tidak menyenangkan terhadap
konsekuensi yang secara sosial lebiuh umum daripada minum minuman keras yang
berlebihan.Terapi perilaku kognitif (cognitive-behavioral therapyCBT) biasanya digunakan
untuk mengatasi masalah terkait alkohol (Marlatt, 1985; Witkiewitz dan Marlatt, 2004).

B.Hasil Wawancara Psikolog Ahli


1. Identitas Narasumber Ahli
Nama/Inisial Nina Agung Tatyana

Tempat, Tanggal lahir M.Psi.,Psikolog

Domisili Jakarta, 14 September 1986

Pendidikan DKI Jakarta

Pekerjaan S2 Profesi Psikolog

Instansi Psikolog dan Dosen

Status pernikahan Menikah

2. Definisi Gangguan
Gangguan alkohol adalah kondisi ketika seseorang mengalami ketergantungan akan alkohol
dan sulit untuk mengendalikan konsumsinya, saat seseorang sudah kecanduan, maka akan
menyebabkan perubahan pada otak dan neurokimia, sehingga ia mungkin tidak dapat
mengendalikan tindakannya. Jika kecanduan semakin parah, maka tentu akan sangat
berbahaya
3. Simtoms Gangguan
Apabila dilihat dari secara fisik, seseorang yang sudah kecanduan alkohol akan muncul tanda
tanda seperti :
 Mata berubah menjadi lebih kuning
 Jantung berdetak lebih cepat
 Sering muncul keringat berlebihan
 Minum alkohol dalam jumlah yang lebih banyak daripada yang dikonsumsi
sebelumnya
 Menghabiskan lebih banyak waktu,uang,dan energy untuk mendapatkan dan
menggunakan alkohol
 Menghabiskan banyak waktu untuk mabuk
Sementara itu, tanda-tanda psikologis emosional yang paling umumnya diantaranya :
 Suasana hati yang cepat berubah
 Gangguan tidur
 Peningkatan iritabilitas, kemarahan dan agresi
 Masalah dengan memoru, konsentrasi dan perhatian
 Mudah cemas
 Halusinasi atau pemikiran delusi, terutama selama periode penarikan
 Depresi

4. Faktor Penyebab
Banyak faktor yang dapat memengaruhi seseorang mengalami kecanduan alkohol, antara
lain:
 Faktor psikologis, seperti stress,depresi,dan kesulitan beradaptasi
 Faktor sosial, seperti dorongan dari orang lain untuk minum alkohol, serta
ketetrsediaan alkohol di sekitar
 Faktor lingkungan, misalnya berada di lingkungan yang menganggap normal
konsumsi alkohol secara berlebihan

5. Faktor Resiko
Faktor resiko psikologis mengkonsumsi alkohol diantaranya adalah kehilangan kesadaran diri
sehingga sulit mengendalikan pikiran,perasaan dan tindakan. Juga timbulnya perilaku
agresif,destruktif,apatis,rasa takut,dan tidak bertanggung jawab,serta emosi yang ridak
stabil,dan intelektual yang semain hari semakin berkurang.
Seseorang yang mengkonsumsi alkohol juga lama-kelamaan akan kehilangan kemampuan
mengambil keputusan. Selain itu, alkohol juga menimbulkan perilaku kurang menghargai
bahkan tidak hormat kepada orang lain, serta kehilangan kemampuan untuk membedakan hal
yang baik dan buruk.

BAB IV
PENUTUP
Banyak remaja di indonesia membudayakan minum minuman keras sebagai aktifitas biasa
sedangkan bahaya minuman keras yang berdampak buruk bagi kesehatan ataupun bagi orang lain,
penyakitnya pun tidak biasa hingga menyebabkan kematia. Dorongan untuk berhenti minum
minuman keras untuk remaja yaitu niat dari diri sendiri dan juga dorongan dari orang lain. Yang bisa
di lakukan yaitu mengadakan penyuluhan tentang bahayanya minuman keras. Kalau tidak di
hentikan sejak dini akan berdampak buruk di hari tua nanti
DAFTAR PUSTAKA
Hooley, J.M dkk. (2014). Psikologi Abnormal. Jakarta: Salemba Humanika.

Papalia,, D. &. (2015). Menyelami Perkembangan Manusia, Edisi 12-Buku 2. Jakarta: Salemba
Humanika.

Anda mungkin juga menyukai