PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada zaman globalisasi ini terjadi daya saing dalam masyarakat untuk meningkatkan
kebutuhannya dengan cara yang mudah dan cepat sehingga mehalalkan berbagai cara dalam
memenuhi kebutuhannya. Salah satu cara yang ditempuh masyarakat yaitu dengan cara
membutuhkan izin berdagang. Penjualan minuman beralkohol sendiri sudah diatur dalam
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 25 Tahun 2019 tentang Perubahan Keenam atas
maka harus mempunyai Surat Izin Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol (SIUO-MB)
dan Surat Izin Tempat Usaha Penjualan Minuman Beralkohol (SITU-MB), selain SIUP-MB
dalam berdagang minuman beralkohol pedagang juga harus mempunyai izin distributor serta
membayar retribusi agar legalitas usahanya diakui oleh pemerintah. Untuk memperoleh izin
Dengan proses yang rumit tersebut membuat para pedagang melalaikan ketentuan
1
keras secara illegal yang membuat pedagang menjual minuman keras dengan cara di oplos,
bahkan menjual kepada anak dibawah umur. Kecurangan inilah yang membuat alcohol
hal ini dianggap sebagai kejahatan di masyarakat. Fenomena tersebut marak terjadi di
beralkohol sudah menjadi kebiasaan di masyarakat bahkan minuman beralkohol sering kali
Pada penelitian terdahulu pada tahun 2013 yang berjudul “Penegakan Hukum Tindak
Pidana Peredaran Miras di Kabupaten Blitar” yang ditulis oleh Marchya Odetha Cessarina
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) pada saat itu hanya ada satu
pengecer miras yang memiliki izin yaitu toko NOGO JOYO yang ada di Wlingi. Namun
pengecer dibatasi untuk merk-merk tertentu dan pada saat itu pemkab belum memberikan
perpanjangan izin terhadap toko NOGO JOYO sehingga pada saat itu pedagang minuman
keras di blitar tidak ada yang mengantongi izin(Kandow, 2013). Hal ini membuktikan bahwa
masih banyak penjual yang kurang mengerti akan pentingnya perizinan dalam penjualan
blitar.
Contoh fenomena yang diangkat dalam menjual minuman beralkohol yang menjadi
kejahatan di masyarakat ada di Kabupaten blitar. Pada bulan Mei 2020 warga kabupaten
2
blitar Pesta Miras Oplosan yang berakibat 8 orang tewas dan 5 orang dalam keadaan kritis.1
buntut dari tewasnya 8 orang tersebut pihak POLRES Kabupaten Blitar mengamankan 31
pedagang miras beserta 280 botol miras berbagai merk dan polisi menangkap penjual miras
menjerat pedagang tersebut dengan ancaman Pasal 204 ayat 1 KUHP tentang Peredaran
Miras serta Pasal 135 dan Pasal 142 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.
Pada bulan juli 2020 terjadi lagi dua warga blitar tewas akibat miras oplosan2. Pada bulan
September tahun 2020 terjadi korban meninggal dunia 3 orang di wilayah kecamatan
kanigoro, blitar akibat miras oplosan3. Bahkan pada bulan September 2021 warga Kabupaten
blitar tewas dibunuh oleh temannya sendiri yang berinisial MZA usai mengkonsumsi
minuman keras.4 Semua penjual dalam kasus tersebut adalah pejual illegal sehingga mereka
tersebut dikenakan sanksi pidana dalam pasal 204 yang berisi “ Barang siapa menjual,
membahayakan nyawa atau kesehatan orang, padal sifat berbahaya itu tidak diberitaju,
diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun dan jika perbuatan itu
1
Ridwan, Roby . 2020 . Korban Tewas akibat Miras Oplosan di Blitar Bertambah jadi 8 orang. iNewsJatim.id.
(https://jatim.inews.id/berita/korban-tewas-akibat-miras-oplosan-di-blitar-bertambah-jadi-8-orang ), diakses pada 10
Novmber 2021
2
Samsul Hadi . 2020. Pesta Miras Oplosan di blitar berujung maut, dua warga tewas. Laporan Wartawan
TribunJatim.com (https://www.tribunnews.com/regional/2020/07/07/pesta-miras-oplosan-di-blitar-berujung-maut-
dua-warga-tewas ), Diakses pada 10 November 2021
3
Haryadi, Dwi. 2020 . Korban Miras Oplosan Kanigoro Blitar Bertambah Menjadi 3 Orang. Faktual News.co.
(https://faktualnews.co/2020/09/23/korban-miras-oplosan-kanigoro-blitar-bertambah-menjadi-3-orang/234930/ ),
Diakses pada 10 November 2021
4
Asip Agus Hasani . 2021. Pemuda Tega Bunuh Teman Usai Ikuti Pesta Miras. Kompas.com
(https://www.kompas.com/tag/pemuda+di+blitar+bunuh+teman+usai+pesta+miras ), Diakses pada 10 November
2021
3
mengakibatkan orang mati, yang bersalah di ancam dengan pidana penjara seumur hidup
atau pidana penjara selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun”
keras oplosan yang mengakibatkan banyak jatuh korban meninggal dunia bahkan menjadikan
pengonsumsi minuman keras berbuat kriminal. Zat kimia yang Keadaan tersebut jika tetap
dibiarkan akan menimbulkan keresahan dalam masyarakat karena akan berakibat rusaknya
generasi yang akan datang. Penyalahgunaan alcohol dapat membawa pengaruh yang
sedemikian rupa, yang bersangkutan dapat berperilaku bertentangan dengan norma baik,
Berdasarkan keterangan Kasatreskrim Polres Blitar AKP Doni Kristian Baralangi miras
oplosan yang dikonsumsi 3 orang warga Kab. Blitar setelah dilakukan uji laboratorium
diketahui bahwa mineral dalam tubuh korban terdapat kandungan methanol 22% dan sisa
miras dilokasi juga menunjukan angka yang sama 22% Metanol lebih dari 0,1%
Penggunaan metanol untuk konsumsi tidak dibenarkan karena metanol adalah zat
tidak layak konsumsi dan beracun bagi tubuh. Efek utama metanol dapat memabukkan,
produk metaboliknya dapat menyebabkan asidosis metabolik, kebutaan, dan kematian setelah
periode laten 6-48 jam (Hamidah & Yulianti, 2017). Minuman keras oplosan tidak memiliki
standart kadar alcohol yang sesuai klasifikasi yaitu Golongan A kadar alkoholnya 1%- 5%,
5
Dwi Haryadi 2020. Ini Kandungan Miras Oplosan Yang Menewaskan 3 Orang di Blitar.Faktualnews.co.
https://faktualnews.co/2020/09/24/ini-kandungan-miras-oplosan-yang-menewaskan-3-orang-di-blitar/235105/amp/ ,
diakses pada 5 Januari 2022.
4
kadungan minuman keras oplosan tersebut yang membuat minuman ini lebih berbahaya
datimbang kategori lainnya. Sehingga miras oplosan merupakan miras illegal yang tidak di
prosedur perizinan peraturan daerah mengenai perizinan minuman keras. Begitu pula di
kabupaten blitar untuk mengendalikan dan mengawasi atas pengadaan, peredaran, penjualan,
penyimpangan dan konsumsi peredaran miras, di Kabupaten Blitar sendiri terdapat Peraturan
Daerah Kabupaten Blitar Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Pengendalian dan Pengawasan
Minuman Beralkohol. Namun terlihat dalam beberapa kasus yang muncul akhir akhir ini
masih banyak pelanggaran yang terjadi, Peraturan daerah ini untuk mempertegas penjualan
minuman beralkohol. Dalam peraturan daerah ini kabupaten blitar mempertegas mengenai
sanksi administrative dan sanksi pidana. Dalam hal sanksi pidana menjelaskan jika setiap
orang atau pelaku usaha melakukan pelanggaran yang dimaksud dalam pasal 26 ayat (1),
Pasal 29, dan Pasal 30 maka dikenakan sanksi pidana. Tindak Pidana yang dimaksud dalam
Dalam fenomena ini menarik untuk diteliti untuk mengetahui seberapa efektif
pelaksanaan pengawasan Pihak Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) sebagai salah satu
Tim Terpadu yang dibentuk oleh Bupati dalam peredaran miras oplosan mengingat
banyaknya korban berjatuhan baik yang merugikan masyarakat sekitar atau mengakibatkan
5
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
hendak dicapai. Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan oleh peneliti diatas,
2. Untuk mengetahui kendala apa saja yang dialami oleh Satpol PP dalam menertibkan
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
6
Terutama menambah wawasan mengenai penegakan hukum dalam peredaran
minuman keras yang menjadi kebiasaan dan adat istiadat di daerah sehingga tidak
2. Secara Praktisi
1. Bagi Akademisi
2. Bagi Masyarakat
3. Bagi Pemerintah
Pemerintah dan Peraturan Daerah dalam penegakan hukum peredaran minuman keras
7
E. Kegunaan Penelitian
1. Bagi penulis kegunaan penelitian ini adalahsalah satu sarana untuk mengumpulkan
data sebagai bahan penyusunan skripsi guna melengkapi persyaratan untuk mencapai
Muhamadiyah Malang.
2. Bagi penegak hukum khususnya Satpol PP penelitian ini berguna untuk mengetahui
kabupaten blitar dan guna mempermudah pekerjaan Satpol PP sebagai aparat penegak
F. Metode Penelitian
Untuk memperoleh data-data yang dihubungkan dengan penelitian hukum ini, penulis
1. Metode Pendekatan
pedagang minuman keras dan kewajiban pihak Tim Terpadu salah satunya satpol PP
8
terhadap pengedaran miras secara illegal yaitu dengan memperjual belikan minuman
2. Lokasi Penelitian
Fokus masalah penilitian yang diambil disini adalah mengenai upaya Satpol
Lokasi kabupaten blitar di pilih oleh peneliti karena lokasi penelitian adalah
tempat tinggal penulis dan menurut pengamatan penulis banyak peminat minuman
peluang bisnis miras oplosan yang bisa dikatakan menjanjikan namun peluang bisnis
yang diciptakan di kabupaten blitar ini cenderung ilegal. Akibat dari bisnis miras
oplosan yang bersifat illegal yang dijalankan masyarakat di Kabupaten Blitar ini
3. Sumber Data
Sumber data yang digunakan oleh penulis adalah sumber data primer dan sekunder.
Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh dari sumber pertama.6
a. Data Primer
6
Soerjono Soekanto. 2007. Pengantar Penelitian Hukum. Jalarta. Penerbit UI Press. Hlm 12.
9
Sumber data primer dilaksanakan dengan hasil penelitian dari wawancara Satpol
PP Kabupaten Blitar sebagai salah satu Tim Terpadu yang dibentuk oleh Bupati
menanggulangi peredaran miras yang illegal dan penertiban izin penjualan miras.
b. Data Sekunder
7
Ibid,hlm 12
10
a) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP),
Masyarakat..
4. Teknik Pengumpulan
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
melalui Tanya jawab dan dialog atau diskusi dengan responden yang di anggap
mengetahui banyak tenang masalah penelitian ini dalam rangka mengumpul kan
11
data primer . yang menenjadi responden dalam penelitian ini adalah Satuan Polisi
Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Blitar dan Dinas Perindustrian dan
kepada obyek penelitian dalam hal ini data diperoleh dari Kitab Undang-Undang
serta bahan hukum lainnya dalam berbentuk tertulis yang berhubungan dengan
c. Studi Internet yaitu teknik pengumpulan data melalui proses pencarian atau
Data yang diperoleh,baik secara data primer maupun data sekunder dianalisis
dengan teknik dengan teknik kualitatif kemudian disajikan secara deskriptif yaitu
G. Sistematika Penulisan
Sitematika skripsi ini memuat 4 (empat) pokok bahasan. Setiap bab pokok
bahasan tersebutu terdiri dari beberapa sub bab yang masing-masing menjelaskan konsep
rumusan masalah
12
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada Bab I ini merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari sub
bab
B. Rumusan Masalah,
C. Tujuan Penelitian,
D. Manfaat Penelitian
E. Kegunaan Penelitian,
F. Metode Penulisan
G. Sistematika Penulisan.
Bab IV PENUTUP
13
penelitian agar dapat menjadi pertimbangan bagi peneliti
selanjutnya.
14