Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada zaman globalisasi ini terjadi daya saing dalam masyarakat untuk meningkatkan

perekonomiannya. Sehingga membuat masyarakat berkompetisi dalam memenuhi

kebutuhannya dengan cara yang mudah dan cepat sehingga mehalalkan berbagai cara dalam

memenuhi kebutuhannya. Salah satu cara yang ditempuh masyarakat yaitu dengan cara

berdagang minuman keras. Di Indonesia dalam berdagang minuman beralkohol

membutuhkan izin berdagang. Penjualan minuman beralkohol sendiri sudah diatur dalam

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 25 Tahun 2019 tentang Perubahan Keenam atas

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20/M-Dag/Per/4/2014 tentang Pengendalian dan

Pengawasan Terhadap Pengadaan,Peredaran, dan Penjualan Minuman Beralkohol. Dalam

peraturan tersebut mengatakan apabila ingin melakukan perdagangan minuman beralkohol

maka harus mempunyai Surat Izin Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol (SIUO-MB)

dan Surat Izin Tempat Usaha Penjualan Minuman Beralkohol (SITU-MB), selain SIUP-MB

dalam berdagang minuman beralkohol pedagang juga harus mempunyai izin distributor serta

membayar retribusi agar legalitas usahanya diakui oleh pemerintah. Untuk memperoleh izin

tersebut membutuhkan proses yang lama dan menantang.

Dengan proses yang rumit tersebut membuat para pedagang melalaikan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. banyak pedagang yang berjualan minuman

1
keras secara illegal yang membuat pedagang menjual minuman keras dengan cara di oplos,

bahkan menjual kepada anak dibawah umur. Kecurangan inilah yang membuat alcohol

menjadi penyakit di masyarakat, merugikan, dan mengganggu lingkungan sekitar sehingga

hal ini dianggap sebagai kejahatan di masyarakat. Fenomena tersebut marak terjadi di

Indonesia terutama masyarakat di kabupaten blitar. Tidak dipungkiri bahwa minuman

beralkohol sudah menjadi kebiasaan di masyarakat bahkan minuman beralkohol sering kali

digunakan sebagai acara ritual adat di kabupaten blitar.

Pada penelitian terdahulu pada tahun 2013 yang berjudul “Penegakan Hukum Tindak

Pidana Peredaran Miras di Kabupaten Blitar” yang ditulis oleh Marchya Odetha Cessarina

Kandow, Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Malang menjelaskan bahwa menurut

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) pada saat itu hanya ada satu

pengecer miras yang memiliki izin yaitu toko NOGO JOYO yang ada di Wlingi. Namun

pengecer dibatasi untuk merk-merk tertentu dan pada saat itu pemkab belum memberikan

perpanjangan izin terhadap toko NOGO JOYO sehingga pada saat itu pedagang minuman

keras di blitar tidak ada yang mengantongi izin(Kandow, 2013). Hal ini membuktikan bahwa

masih banyak penjual yang kurang mengerti akan pentingnya perizinan dalam penjualan

miras. Sehingga diperlukannya pengawasan terhadap perizinan penjualan miras di kabupaten

blitar.

Contoh fenomena yang diangkat dalam menjual minuman beralkohol yang menjadi

kejahatan di masyarakat ada di Kabupaten blitar. Pada bulan Mei 2020 warga kabupaten

2
blitar Pesta Miras Oplosan yang berakibat 8 orang tewas dan 5 orang dalam keadaan kritis.1

buntut dari tewasnya 8 orang tersebut pihak POLRES Kabupaten Blitar mengamankan 31

pedagang miras beserta 280 botol miras berbagai merk dan polisi menangkap penjual miras

yang daganganya menewaskan 8 orang di Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar dan

menjerat pedagang tersebut dengan ancaman Pasal 204 ayat 1 KUHP tentang Peredaran

Miras serta Pasal 135 dan Pasal 142 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.

Pada bulan juli 2020 terjadi lagi dua warga blitar tewas akibat miras oplosan2. Pada bulan

September tahun 2020 terjadi korban meninggal dunia 3 orang di wilayah kecamatan

kanigoro, blitar akibat miras oplosan3. Bahkan pada bulan September 2021 warga Kabupaten

blitar tewas dibunuh oleh temannya sendiri yang berinisial MZA usai mengkonsumsi

minuman keras.4 Semua penjual dalam kasus tersebut adalah pejual illegal sehingga mereka

memperdagangkan minuman keras oplosan. Beberapa penjual yang menyebabkan kematian

tersebut dikenakan sanksi pidana dalam pasal 204 yang berisi “ Barang siapa menjual,

menawarkan, menyerahkan atau membagi-bagikan barang yang diketahuinya

membahayakan nyawa atau kesehatan orang, padal sifat berbahaya itu tidak diberitaju,

diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun dan jika perbuatan itu

1
Ridwan, Roby . 2020 . Korban Tewas akibat Miras Oplosan di Blitar Bertambah jadi 8 orang. iNewsJatim.id.
(https://jatim.inews.id/berita/korban-tewas-akibat-miras-oplosan-di-blitar-bertambah-jadi-8-orang ), diakses pada 10
Novmber 2021
2
Samsul Hadi . 2020. Pesta Miras Oplosan di blitar berujung maut, dua warga tewas. Laporan Wartawan
TribunJatim.com (https://www.tribunnews.com/regional/2020/07/07/pesta-miras-oplosan-di-blitar-berujung-maut-
dua-warga-tewas ), Diakses pada 10 November 2021
3
Haryadi, Dwi. 2020 . Korban Miras Oplosan Kanigoro Blitar Bertambah Menjadi 3 Orang. Faktual News.co.
(https://faktualnews.co/2020/09/23/korban-miras-oplosan-kanigoro-blitar-bertambah-menjadi-3-orang/234930/ ),
Diakses pada 10 November 2021
4
Asip Agus Hasani . 2021. Pemuda Tega Bunuh Teman Usai Ikuti Pesta Miras. Kompas.com
(https://www.kompas.com/tag/pemuda+di+blitar+bunuh+teman+usai+pesta+miras ), Diakses pada 10 November
2021

3
mengakibatkan orang mati, yang bersalah di ancam dengan pidana penjara seumur hidup

atau pidana penjara selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun”

Dari fenomena tersebut membuktikan bahwa di blitar marak peredaran minuman

keras oplosan yang mengakibatkan banyak jatuh korban meninggal dunia bahkan menjadikan

pengonsumsi minuman keras berbuat kriminal. Zat kimia yang Keadaan tersebut jika tetap

dibiarkan akan menimbulkan keresahan dalam masyarakat karena akan berakibat rusaknya

generasi yang akan datang. Penyalahgunaan alcohol dapat membawa pengaruh yang

sedemikian rupa, yang bersangkutan dapat berperilaku bertentangan dengan norma baik,

norma hukum maupun norma sosial yang hidup di masyarakat (Dirjosisworo,1984).

Berdasarkan keterangan Kasatreskrim Polres Blitar AKP Doni Kristian Baralangi miras

oplosan yang dikonsumsi 3 orang warga Kab. Blitar setelah dilakukan uji laboratorium

diketahui bahwa mineral dalam tubuh korban terdapat kandungan methanol 22% dan sisa

miras dilokasi juga menunjukan angka yang sama 22% Metanol lebih dari 0,1%

membahayakan bagi manusia apalagi dalam kandungan lebih dari itu.5

Penggunaan metanol untuk konsumsi tidak dibenarkan karena metanol adalah zat

tidak layak konsumsi dan beracun bagi tubuh. Efek utama metanol dapat memabukkan,

produk metaboliknya dapat menyebabkan asidosis metabolik, kebutaan, dan kematian setelah

periode laten 6-48 jam (Hamidah & Yulianti, 2017). Minuman keras oplosan tidak memiliki

standart kadar alcohol yang sesuai klasifikasi yaitu Golongan A kadar alkoholnya 1%- 5%,

Golongan B kadar alkoholnya 5%-20% dan Golongan C 20%-55%. ketidaan penjelasan

5
Dwi Haryadi 2020. Ini Kandungan Miras Oplosan Yang Menewaskan 3 Orang di Blitar.Faktualnews.co.
https://faktualnews.co/2020/09/24/ini-kandungan-miras-oplosan-yang-menewaskan-3-orang-di-blitar/235105/amp/ ,
diakses pada 5 Januari 2022.

4
kadungan minuman keras oplosan tersebut yang membuat minuman ini lebih berbahaya

datimbang kategori lainnya. Sehingga miras oplosan merupakan miras illegal yang tidak di

izinkan di edarkan di Indonesia.

Sebenarnya setiap daerah memiliki aturan tambahan mengenai persyaratan dan

prosedur perizinan peraturan daerah mengenai perizinan minuman keras. Begitu pula di

kabupaten blitar untuk mengendalikan dan mengawasi atas pengadaan, peredaran, penjualan,

penyimpangan dan konsumsi peredaran miras, di Kabupaten Blitar sendiri terdapat Peraturan

Daerah Kabupaten Blitar Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Pengendalian dan Pengawasan

Minuman Beralkohol. Namun terlihat dalam beberapa kasus yang muncul akhir akhir ini

masih banyak pelanggaran yang terjadi, Peraturan daerah ini untuk mempertegas penjualan

minuman beralkohol. Dalam peraturan daerah ini kabupaten blitar mempertegas mengenai

sanksi administrative dan sanksi pidana. Dalam hal sanksi pidana menjelaskan jika setiap

orang atau pelaku usaha melakukan pelanggaran yang dimaksud dalam pasal 26 ayat (1),

Pasal 29, dan Pasal 30 maka dikenakan sanksi pidana. Tindak Pidana yang dimaksud dalam

perda ini merupakan pelanggaran.

Dalam fenomena ini menarik untuk diteliti untuk mengetahui seberapa efektif

pelaksanaan pengawasan Pihak Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) sebagai salah satu

Tim Terpadu yang dibentuk oleh Bupati dalam peredaran miras oplosan mengingat

banyaknya korban berjatuhan baik yang merugikan masyarakat sekitar atau mengakibatkan

terjadi tindak pidana.

5
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan, maka dapat dirumuskan 2 (dua)

permasalahan dalam penulisan ini, yaitu :

1. Bagaimana efektivitas pelaksanaan pengawasan Satpol PP terhadap Peredaran

Minuman Keras Oplosan?

2. Apa kendala Satpol PP dalam melaksanakan pengawasan peredaran perdagangan

miras oplosan di Kabupaten Blitar ?

C. Tujuan Penelitian

Sebelum penelitian dilaksanakan penulis tentu menentukan tujuan penelitiannya yang

hendak dicapai. Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan oleh peneliti diatas,

terdapat tujuan yang hendak dicapai yaitu :

1. Untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh Satpol

PP terhadap penjualan miras oplosan di wilayah kabupaten blitar.

2. Untuk mengetahui kendala apa saja yang dialami oleh Satpol PP dalam menertibkan

pejualan miras oplosan di kabupaten blitar.

D. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu :

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi

pengembangan ilmu hukum yang berkaitan penegakan hukum dalam peraturan

perundang-undangan untuk menjamin kepastian hukum didalam masyarakat.

6
Terutama menambah wawasan mengenai penegakan hukum dalam peredaran

minuman keras yang menjadi kebiasaan dan adat istiadat di daerah sehingga tidak

akan menimbulkan gesekan antara masyarakat adat dan penegakan hukum.

2. Secara Praktisi

1. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan analisis kritis, membentuk pola

pikir dinamis serta dapat menjadi referensi dalam menyelesaikan permasalahan

mengenai pengawasan dan pengendalian yang efektif dalam peredaran minuman

keras yang semakin menjadi budaya yang mengakar kuat di Indonesia.

2. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan dan pemahaman

yang lebih jelas mengenai perdagangan, pendistribusian dalam peredaran minuman

keras dan memberikan pemahaman mengenai penggunaan minuman keras.

3. Bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapakan dapat dijadikan acuan, gambaran serta informasi

kepada pemerintah bahwa peraturan yang dibuat baik Undang-Undang, Peraturan

Pemerintah dan Peraturan Daerah dalam penegakan hukum peredaran minuman keras

masih sangatlah kurang melihat masih banyak korban yang berjatuhan.

7
E. Kegunaan Penelitian

1. Bagi penulis kegunaan penelitian ini adalahsalah satu sarana untuk mengumpulkan

data sebagai bahan penyusunan skripsi guna melengkapi persyaratan untuk mencapai

gelar kesarjanaan dibidang ilmu hukum pada Fakultas Hukum, Universitas

Muhamadiyah Malang.

2. Bagi penegak hukum khususnya Satpol PP penelitian ini berguna untuk mengetahui

efektivitas pelaksanaan pengawasan peredaran miras yang terbaik untuk masyarakat

kabupaten blitar dan guna mempermudah pekerjaan Satpol PP sebagai aparat penegak

perda dalam melakukan pengawasan peredaran miras di Kabupaten Blitar.

F. Metode Penelitian

Untuk memperoleh data-data yang dihubungkan dengan penelitian hukum ini, penulis

menggunakan metode sebagai berikut :

1. Metode Pendekatan

Metode penelitian yang digunakan dengan pendekatan kualitatif serta dengan

menggunakan jenis penelitian yuridis sosiologi. Pendekatan yuridis dimaksudkan

untuk mengetahui efekvitas pengawasan dan pengendalian yang baik dalam

perizinan, pendistribusian dan penggunaan minuman keras dalam masyarakat sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan pendekatan

sosiologis digunakan untuk mengkaji pada pemahaman kewajiban baik pihak

pedagang minuman keras dan kewajiban pihak Tim Terpadu salah satunya satpol PP

yang berwenang dalam melaksanakan kewenangan pengawasan dan pengendalian

8
terhadap pengedaran miras secara illegal yaitu dengan memperjual belikan minuman

keras oplosan dan minuman keras tradisional tanpa izin.

2. Lokasi Penelitian

Fokus masalah penilitian yang diambil disini adalah mengenai upaya Satpol

PP Kabupaten Blitar dan Tim Terpadu yang berwenang dalam melaksanakan

kewenangannya untuk mengawasi dan mengendalikan peredaran minuman keras

yang marak beredar luas secara illegal.

Lokasi kabupaten blitar di pilih oleh peneliti karena lokasi penelitian adalah

tempat tinggal penulis dan menurut pengamatan penulis banyak peminat minuman

keras di kabupaten blitar dan pesatnya perkembangan kegiatan ekonomi membuka

peluang bisnis miras oplosan yang bisa dikatakan menjanjikan namun peluang bisnis

yang diciptakan di kabupaten blitar ini cenderung ilegal. Akibat dari bisnis miras

oplosan yang bersifat illegal yang dijalankan masyarakat di Kabupaten Blitar ini

minumbulkan banyaknya korban meninggal sehingga membuat baik konsumen atau

masyarakat sekitar merasa dirugikan.

3. Sumber Data

Sumber data yang digunakan oleh penulis adalah sumber data primer dan sekunder.

Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh dari sumber pertama.6

a. Data Primer

6
Soerjono Soekanto. 2007. Pengantar Penelitian Hukum. Jalarta. Penerbit UI Press. Hlm 12.

9
Sumber data primer dilaksanakan dengan hasil penelitian dari wawancara Satpol

PP Kabupaten Blitar sebagai salah satu Tim Terpadu yang dibentuk oleh Bupati

dan Penjual Minuman Keras dan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan

Kabupaten Blitar. Wawancara tersebut ditunjukan untuk memberikan informasi

mengenai upaya pengawasan yang dilakukan Satpol PP Kabupaten Blitar dalam

menanggulangi peredaran miras yang illegal dan penertiban izin penjualan miras.

Sedangkan wawancara yang dilakukan dengan Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kabupaten Blitar untuk memberikan informasi terkait ketertiban

perizinan perdagangan bagi pedagang miras guna mempermudah pengawasan

dalam peredaran minuman keras yang illegal.

b. Data Sekunder

Sedangkan data sekunder adalah data yang antara lain mencangkup :

1) Dokumen-dokumen resmi, buku, Jurnal, hasil-hasil penelitian yang berupa

laporan, dan seterusnya.7 Sumber data sekunder diperoleh dari penelusuran

dokumen-dokumen Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan berita di

media online terkait peredaran miras oplosan dan penegakan hukumnya.

Adapun sumber data yang diperoleh dengan penelusuran dokumen dalam

penelitian ini adalah data kasus korban pada tahun 2020-2021.

2) Penelusuran Kepustakaan. Adapun data yang diperoleh dari penelusuran

kepustakaan dalam penelitian ini yaitu; studi kepustakaan yang mengatur

permasalahan ini yaitu :

7
Ibid,hlm 12

10
a) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP),

b) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

c) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan,

d) Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2013 Tentang Pengendalian dan

Pengawasan Minuman Beralkohol,

e) Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 25 Tahun 2019 tentang Perubahan

Keenam atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20/M-Dag/Per/4/2014

tentang Pengendalian dan Pengawasan Terhadap Pengadaan,Peredaran, dan

Penjualan Minuman Beralkohol,

f) Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 63/M-IND/PER/7/2014 Tentang

Pengendalian dan Pengawasan Industri dan Mutu Minuman Beralkohol,

g) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 6 Tahun 2014 Tentang

Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol

h) Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 1 Tahun 2018 Tentang

Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol,

i) Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 6 Tahun 2018 Tentang

Penyelenggaraan Ketertiban Umum, Ketentraman dan Perlindungan

Masyarakat..

4. Teknik Pengumpulan

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

a. Wawancara merupakan suatu cara untuk mendapatkan dan mengumpulkan data

melalui Tanya jawab dan dialog atau diskusi dengan responden yang di anggap

mengetahui banyak tenang masalah penelitian ini dalam rangka mengumpul kan

11
data primer . yang menenjadi responden dalam penelitian ini adalah Satuan Polisi

Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Blitar dan Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kabupaten Blitar..

b. Studi Kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data yang langsung ditunjukan

kepada obyek penelitian dalam hal ini data diperoleh dari Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan,

Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Pengendalian

dan Pengawasan Minuman Beralkohol, Literatur , arsip-arsip atau buku tentang

pengawasaan yang dilakukan oleh Satpol PP dalam peredaran minuman keras

serta bahan hukum lainnya dalam berbentuk tertulis yang berhubungan dengan

pokok permasalahan dalam penulisan hukum ini.

c. Studi Internet yaitu teknik pengumpulan data melalui proses pencarian atau

searching data di internet nerupa artikel,jurnal,berita berita yang dapat memberi

informari bagi penelitan

5. Teknik Analisi Data

Data yang diperoleh,baik secara data primer maupun data sekunder dianalisis

dengan teknik dengan teknik kualitatif kemudian disajikan secara deskriptif yaitu

menjelaskan,menguraikan,dan mengambarkan sesuai dengan permasalahan yang erat

kaitanya dengan penelitian ini.

G. Sistematika Penulisan

Sitematika skripsi ini memuat 4 (empat) pokok bahasan. Setiap bab pokok

bahasan tersebutu terdiri dari beberapa sub bab yang masing-masing menjelaskan konsep

rumusan masalah

12
BAB 1 PENDAHULUAN

Pada Bab I ini merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari sub

bab

A. Uraian Latar Belakang,

B. Rumusan Masalah,

C. Tujuan Penelitian,

D. Manfaat Penelitian

E. Kegunaan Penelitian,

F. Metode Penulisan

G. Sistematika Penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Merupakan ini berisi mengenai teori yang saling berkaitang dengan

penegakan hukum terhadap peredaran minuman keras beralkohol.

BAB III PEMBAHASAN

Merupakan bab yang berisi hasil penelitian, pembahasan dan

analisis yang mencangkup gambaran umum objek penelitian.

Bab IV PENUTUP

Merupakan yang berisi penjelasan dari uraian kesimpulan hasil

penelitian yang telah dilakukan dan saran terhadap permasalahan

13
penelitian agar dapat menjadi pertimbangan bagi peneliti

selanjutnya.

14

Anda mungkin juga menyukai