Anda di halaman 1dari 30

PERILAKU ANGGOTA KOMUNITAS MUSIK PEMINUM MIRAS DI KOTA JEMBER

(Studi Perilaku Anggota Komunitas Musik Pengguna Miras dalam kehidupannya di


Kota Jember)

Oleh :

Maria Milenia Rusmanto (180910302036)

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS JEMBER

2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... 1


BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 2
1.1 Latar Belakang................................................................................................................. 2
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................ 7
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................................................................ 7
1.3.1 Tujuan................................................................................................................. 7
1.3.2 Manfaat .............................................................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 8
2.1 Kerangka Konseptual ...................................................................................................... 8
2.1.1 Pengertian Komunitas .......................................................................................... 8
2.1.2 Pengertian Miras ................................................................................................... 9
2.1.3 Sejarah Miras di Indonesia ................................................................................... 10
2.1.4 Peran Miras di Kehidupan Sosial ......................................................................... 12
2.1.5 Pengertian Perilaku ............................................................................................... 13
2.2 Kerangka Teoritik ........................................................................................................... 14
2.2.1 Teori Fenomenologi Alfred Schutz ...................................................................... 14
2.3 Penelitian Terdahulu ....................................................................................................... 16
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................................... 24
3.1 Metode Penelitian ........................................................................................................... 24
3.2 Lokasi Penelitian ............................................................................................................. 24
3.3 Fokus Penelitian .............................................................................................................. 25
3.4 Teknik Pengumpulan Data .............................................................................................. 25
3.5 Teknik Penentuan Informan ............................................................................................ 26
3.6 Teknik Keabsahan Data .................................................................................................. 26
3.7 Teknik Analisis Data ....................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 28

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehidupan manusia di kesehariannya tidak lepas dari suatu kebiasaan yang pada
akhirnya membentuk sebuah kebudayaan. Kebiasaan yang terbentuk dari zaman dahulu pada
akhirnya dapat membentuk sebuah karakter atau watak dari seseorang. Perkembangan
teknologi yang kian harinya semakin pesat dapat mempengaruhi sebuah kebudayaan yang
sudah ada sejak zaman dahulu.

Sejarah minuman beralkohol di Amerika berhubungan erat dengan orang-orang Eropa


imigran Skotlandia Irlandia, mereka datang dan memperkenalkan proses pembuatan wiski.
Bagi orang-orang Eropa, miras merupakan bagian dari kehidupan mereka, dan pada akhirnya
menjadi suatu kebiasaan baru bagi orang-orang di Amerika Serikat. Alkohol memang
memiliki efek memabukkan, tetapi bagi orang-orang di Amerika dianggap sebagai zat yang
menyehatkan bahkan mereka percaya bahwa terdapat efek yang baik baginya yaitu seperti
dapat menghilang rasa sakit,lelah, serta dapat melancarkan pencernaan hingga menangkal
demam. Dalam relasi sosial juga berfungsi sebagai media untuk mengakrabkan pertemuan.

Walaupun memiliki dampat positif, tapi jika dikonsumsi secara berlebihan dapat
memunculkan tindakan kriminal tanpa bisa dikontrol. Oleh sebab itu, porsi pengkonsumsian
miras dibatasi agar mengurangi efek negatif yang dapat dihasilkan yang dapat merugikan
masyarakat lain dan sangat mengawasi para pengkonsumsi miras demi kenyamanan bersama.
Tidak mudah juga bagi orang-orang di Amerika untuk melegalkan miras, perlu waktu yang
panjang serta perdebatan yang sangat panjang mengenai pelegalan miras. Walaupun, saat itu
miras masih ilegal perederan dan pengkonsumsiannya, tetapi pengguna miras kian tahun kian
bertambah dan makin banyak orang-orang yang melakukan usaha untuk melegalkan miras.
Pada akhirnya, di Amerika melegalkan peredaran serta mengkonsumsian miras dengan

2
adanya batasan usia minimal 21 tahun ke atas yang diperbolehkan mengkonsumsi miras.
Selain itu, di Amerika juga membatasi kadar alkohol yang diperbolehkan untuk dikonsumsi.

Miras di Indonesia sebenarnya sudah ada sebelum Belanda masuk ke Indonesia. Di


Indonesia tiap daerah mempunyai jenis mirasnya masing-masing. Bahkan di beberapa daerah
di Indonesia disebutkan bahwa hal tersebut merupakan warisan kebiaasaan yang diturunkan
dari nenek moyangnya. Miras asli Indonesia adalah ciu hasil dari fermentasi. Mengenai miras
di Indonesia peredaran dan penggunaannya masih ambang antara legal dan tidak. Untuk
penjualannya sangat dibatasi dan diperketat hanya tempat-tempat yang memenuhi syarat
perundangan di bidag pariwisata yang diperbolehkan. Walaupun begitu, ada daerah di
Indonesia yang peredaran mirasnya sangat bebas, seperti Bali. Disana miras sangat mudah
dicari dan tidak perlu sembunyi-sembunyi untuk membeli dan meminumnya.

Di Bali mengkonsumsi miras dianggap sebuah tradisi bagi orang-orang disana,


bahkan anak yang sudah cukup umur akan diajari bagaimana etika dalam mengkonsumsi
miras oleh ayahnya. Di Indonesia juga terdapat batas usia minimal pengguna miras yaitu 21
tahun ke atas. Tidak ada pasal yang melarang pengkonsumsian miras. Pengguna miras akan
dijatuhi hukuman apabila melakukan tindakan pidana dibawah pengaruh miras dan
merugikan orang lain. Walaupun begitu, mindset masyarakat di Indonesia mengenai miras
sangatlah negatif. Di Indonesia lebih mengarah atau beraacu pada buaya ketimuran, di
budaya ketimuran mengkonsumsi miras merupakan hal yang sangat dilarang dan haram
hukumnya. Walaupun miras memiliki image yang negatif dan budaya timur sangat melarang
penggunaannya, masyarakat Indonesia tetap saja mengkomsi miras dengan berbagai alasan
bahkan ada yang mengkonsumsi miras dibawah umur 21 tahun. Adanya usia minimal untuk
pengguna miras karena dirasa untuk umur dibawah 21 tahun masih labil dan belum bisa
mengontrol emosinya yang nantinya ditakutkan akan melakukan tindakan kriminal. Miras
pun memiliki efek kecanduan yang membuat penggunanya ingin mengkonsumsi miras terus-
terusan. Adanya budaya asing yang masuk ke Indonesia tanpa adanya filter membuat seolah
mengkonsumsi miras merupakan sebuah hal yang biasa.

Di zaman yang sudah maju ini sudah banyak budaya asing yang akhirnya masuk ke
Indonesia. Masuknya budaya barat banyak mempengaruhi kebiasaan dari masyarakat sendiri.
Budaya barat masuk tanpa adanya filter. Oleh sebab itu, tidak jarang budaya barat yang

3
masuk bertentangan dengan budaya timur yang selama ini dipercaya sehingga berdampak
negatif pada perilaku masyarakatnya . Banyak orang yang beranggapan bahwa mengikuti
trend atau budaya barat merupakan hal yang keren, dan tanpa mereka sadari bahwa budaya
tersebut merupakan budaya yang negatif atau dapat dibilang tidak sesuai dengan budaya
timur yang selama ini kita percaya.

Salah satu budaya barat yang dapat dikatakan negatif adalah pergaulan bebas,
pergaulan bebas yang banyak terjadi di saat ini adalah penggunaan miras. Miras adalah
minuman yang mengandung alkohol dan dapat menyebabkan kehilangan kesadaran.
Minuman keras jika dikonsumsi secara berlebihan dapat menyebabkan kecanduan serta
hilangnya akal sehat. Hal tersebut dapat menyebabkan dampak negatif bagi tubuh yaitu
dapat menyebabkan penyakit jantung, gagal ginjal, tekanan darah tinggi, liver, dan penyakit
lainnya. Selain itu, dampak dari penggunaan minuman keras adalah dapat memunculkan
perilaku menyimpang lainnya seperti perampokan, pencurian, sex bebas, serta perkelahian.
Minuman keras ada berbagai macam kandungan alkoholnya dari 1%-45%, tetapi ada juga
beberapa minuman keras yang memiliki kandungan alkohol hingga 70%. Dampak yang
ditimbulkan pun berbeda-beda tergantung kandungan alkohol yang terdapat pada minuman
keras tersebut. Semakin tinggi kandungan alkohol semakin memiliki dampak negatif yang
besar bagi tubuh. Selain itu juga tergantung dari bagaimana pribadi dari orang tersebut. Para
pengguna miras beranggapan miras tidak hanya memiliki dampak negatif, tetapi mereka
beranggapan miras juga memiliki dampak atau nilai positif bagi mereka. Beberapa jenis
miras yang sering dikonsumsi oleh masyarakat adalah arak, oplosan dari obat-obatan (obat
batuk), amer (anggur merah),dll. Apabila minuman keras dikonsumsi dengan takaran juga
kondisi yang memungkinkan dapat berdampak baik, contohnya anggur merah yang awalnya
didefinisikan sebagai jamu, tetapi oleh beberapa masyarakat malah disalahgunakan
contohnya dioplos atau dicampur tidak sesuai dengan takaran. Sebenarnya miras memiliki
efek yang positif jika dikonsumsi dengan takaran yang wajar, dan akan memiliki dampak
negatif jika dikonsumsi secara berlebihan.

Miras sendiri memiliki makna simbolik yang bermacam-macam di tiap negaranya,


seperti halnya di negara lain seperti Amerika miras dinilai sebagai minuman yang digunakan
hanya untuk menghangatkan tubuh saja. Sedangkan, di Indonesia miras memiliki makna

4
yang negatif bagi masyarakatnya karena sering kali disalahgunakan oleh para peminumnya.
Miras juga memiliki makna simbolik masing-masing terhadap suatu kumpulan yang berbeda-
beda. Makna simbolik tersebut terbentuk karna presepsi masing-masing anggota terhadap
miras itu sendiri. Beberapa kelompok sosial yang ada sangat identik dengan miras. contohnya
kelompok seni, kelompok adat, militer, kelompok motor,dll. Makna miras bagi tiap
kelompok pun berbeda-beda tergantung suatu kebiasaan yang terbentuk.

Salah satu kumpulan atau organisasi yang memiliki hubungan erat dengan miras
adalah salah satu komunitas musik di Jember. Komunitas tersebut sangat tidak asing dan
tidak terlepaas dari miras. Komunitas tersebut terbentuk karena mereka memiliki hobby yang
sama dan tidak memiliki batasan usia. Mayoritas anggotanya adalah pekerja dan mahasiswa.
Untuk dapat masuk di komunitas tersebut biasanya mereka harus mendaftar terlebih dahulu
atau dengan sistem open recruitment.

Komunitas musik di Jember termasuk dalam solidaritas organik. Solidaritas organik


merupakan bentuk solidaritas yang telah mengenal pembagian kerja. bentuk solidaritas ini
bersifat mengikat sehingga unsur-unsur di dalam masyarakat tersebut saling bergantung.
Karena adanya kesalingtergantungan ini, ketiadaan salah satu unsur akan mengakibatkan
ganguan pada kelangsungan hidup masyarakat. Komunitas musik ini masuk dalam solidaritas
organik karena di dalamnya sudah terdapat sebuah susunan organisasi dimana orang yang
dipilih sebagai pengurus organisasi memiliki tugas yang berbeda-beda yang saling berkaitan
satu sama lain dan berpengaruh dalam berjalannya komunitas tersebut dan memiliki visi dan
misi yang sama.

Pada komunitas tersebut memiliki suatu kebiasaan atau tradisi yaitu mengkomsumsi
miras. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai sebuah tradisi karena sudah menjadi suatu
kebiasaan sejak komunitas tersebut terbentuk. miras sangat sering di konsumsi dalam
berbagai kesempatan, tidak hanya dalam suatu acara besar saja. Tetapi, dalam beberapa
moment miras di hadirkan di dalam kumpulan tersebut, seperti saat sedang kumpul untuk
membahas acara, persiapan acara, saat acara berlangsung, atau dalam hal sekedar
mengumpul. Miras juga digunakan sebagai penyambutan untuk tamu yang datang atau
digunakan dalam peringatan suatu hal yang penting. Selain itu, tiap anggota pun tentunya
memiliki penilaian tersendiri mengenai miras dan alasan untuk mengkonsumsinya. Menjadi

5
perhatian bagaimana dengan banyak persepsi terhadap miras dapat menyatukannya menjadi
suatu kegiatan bersama.

Miras yang biasa dikonsumsi oleh komunitas tersebut adalah anggur merah (amer),
vodka, tuak, dan arak. Miras yang diminum tergantung keadaan finansial mereka. Jika
finansialnya sedang bagus biasanya mereka membeli anggur merah (amer) atau vodka.
Tetapi, jika finansialnya sedang kurang memadai biasanya yang dibeli adalah arak atau tuak.
Bukan hanya finansial yang menjadi faktor penentu minuman apa yang akan dikonsumsi,
melainkan tingkat kemabukan yang diinginkan yang menjadi faktor lainnya. Dalam hal
mengkomsi miras tersebut biasanya ada yang ditugaskan sebagai joki. Joki disini berperan
sebagai yang menyloki atau menuangkan minum untuk yang lain. Berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan, pembahasan yang dibahas saat mereka sedang mengkonsumsi
miras adalah dalam hal mengkonsep suatu acara atau melakukan pendekatan terhadap antar
anggota komunitas tersebut. Saat mengkonsep acara, miras dirasa efektif untuk
memunculkan ide-ide kreatif dalam membuat sebuah event dari pada merancang event disaat
mereka dalam keadaan sadar. Ada pula yang mengkonsumsi miras saat akan perform.

Hal tersebut juga dirasakan saat mereka sedang berusaha melakukan pendekatan
terhadap anggota baru komunitas tersebut. Miras dianggap efektif untuk mengurangi rasa
sungkan atau malu saat berkumpul. Biasanya anggota baru masih merasa malu atau sungkan
saat kumpul dengan anggota lainnya. Dengan adanya miras biasanya saat keadaan mabuk
atau nge fly mereka lebih bisa lancar dan terbuka, serta berani mengungkapkan pendapat saat
berkumpul. Hal tersebut bisa mempermudah pengurus dalam mengevaluasi kinerjanya dan
memajukan komunitas tersebut. Ada pula yang mengkonsumsi miras untuk meningkatkan
rasa kepercayaan dirinya atau untuk sekedar penetralisir tekanan yang dihadapinya.

Bagi komunitas tersebut miras bukanlah sebuah hal yang negatif, tergantung tujuan
dari miras tersebut digunakan dan pribadi masing-masing para pengguna miras. Komunitas
tersebut menilai miras dari sisi lain dari masyarakat yang ada. Walaupun, sebenarnya mereka
memahami bahwa miras merupakan hal yang negatif bagi sebagian besar masyarakat. Tetapi,
mereka tetap mengkonsumsi miras untuk suatu hal yang positif. Mereka mengkonsumsi
miras tersebut tidak secara terang-terangan di tempat umum. Mereka mengetahui etika yang
ada, mereka mencari tempat yang sepi untuk mengkonsumsinya dan para anggota tersebut

6
pun saat mengkonsumsinya tidak ada yang bersikap anarkis atau rusuh. Mereka juga menjaga
perilaku satu sama lain agar tidak menyebabkan keributan. Walaupun bisa dikatakan anggota
komunitas tersebut mengkonsumsi miras dalam jumlah yang banyak, tetapi anggota tersebut
masih bisa megontrol perilaku mereka dan melampiaskannya dalam hal diskusi atau pun
bermain musik.

Oleh karena itu, melalui penelitian ini peneliti hendak meneliti secara mendalam
mengenai bagaimana perilaku anggota komunitas musik peminum miras di Jember, dengan
memfokuskan perilaku anggota komunitas musik di Jember dalam mengkonsumsi miras serta
alasan dan pandangannya terhadap miras. cara pandang lain anggota komunitas tersebut
dapat membangun makna lain berdasarkan realitas yang ada.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimana Perilaku Anggota Komunitas Musik Peminum Miras di
Kota Jember ?”

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.3.1 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang akan dicapai pada penelitian
adalah Mengetahui fungsi lain dari miras menurut pandangan anggota komunitas
musik di Jember.
1.3.2. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan mafaat dan pengetahuan bagi
mahasiswa atau masyarakat umum, khususnya dalam wawasan mengenai Perilaku
Anggota Komunitas Musik Peminum Miras di Kota Jember.
2. Manfaat Praktis
- Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif bagi
masyarakat dan dapat dijadikan acuan untuk penelitian berikutnya.
- Sebagai sarana referensi untuk memberikan informasi mengenai fungsi lain
dari miras menurut pandangan anggota Komunitas Musik di Jember

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangkan Konseptual


2.1.1 Komunitas
Komunitas adalah suatu satuan sosial yang mempunyai suatu kesamaan
minat dan tujuan yang saling berkaitan satu sama lain dan saling berinteraksi.
Suatu komunitas dibentuk agar memiliki manfaat bagi anggota yang ada di
dalamnya. Komunitas dibentuk sebagai sarana informasi bagi para anggotanya
agar penyebaran informasi dapat lebih cepat dan efektif, selain itu dengan adanya
komunitas maka para anggotanya dapat menjalin hubungan atau relasi satu sama
lain baik sesama anggota maupun di luar anggota komunitas tersebut. Dan
dengan adanya komunitas memungkinkan untuk saling membantu dan
mendukung antar anggotanya. Sebuah komunitas bersifat homogen, yang berarti
anggotanya memiliki satu kesamaan baik minat atau pun kepercayaan yang
akhirnya berkumpul dan membuat suatu perkumpulan.
Secara umum sebuah komunitas terdapat beberapa kelompok pembagiaanya,
yaitu
1. Komunitas berdasarkan minat
Jenis komunitas ini dibentuk karena memiliki kesamaan minat atau
ketertarikan yang sama antar anggotanya. Gunanya komunitas ini dibentuk
adalah untuk saling mendukung hobi atau minat para anggotanya.
2. Komunitas berdasarkan lokasi
Jenis komunitas ini dibentuk karena memiliki kesamaan tempat tinggal.
Komunitas ini biasanya dibentuk untuk mengenal satu sama lain di daerah
tempat tinggal tersebut.
3. Komunitas berdasarkan komuni

8
Jenis komunitas ini dibentuk karena adanya suatu kepentingan bersama.
Biasanya komunitas ini dibentuk dengan dasar kepentingan tertentu yang
bersifat kemasyarakatan.
Dalam sebuah komunitas, para anggota komunitas memiliki peranan masing-
masing yang berbeda-beda. Walaupun berbeda-beda tetapi mereka tetap
memiliki satu tujuan. Peranan tersebut terbentuk dalam sebuah kepengurusan.
Kepengurusan tersebut dibentuk agar sebuah komunitas dapat berjalan dengan
baik yang memiliki kepala atau ketuanya. Guna ketua dalam sebuah komunitas
adalah untuk menyatukan pemikiran yang ada dalam komunitas dan sebagai
“setir” dalam berjalannya sebuah komunitas.

2.1.2 Pengertian Miras

Miras atau minuman kerasa adalah minuman yang mengandung alkohol.


Menurut Kepres RI no 3 tahun 1997 adalah minuman yang mengandung etanol
yang di proses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan
cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi, baik dengan cara
memberikan perlakuan terlebih dahulu atau tidak, menambahkan bahan lain atau
tidak, maupun yang diproses dengan cara mencampur konsentrat dengan etanol
atau dengan cara pengenceran minuman yang mengandung etanol. Destilasi
merupakan metode yang digunakan untuk memisahkan campuran senyawa dalam
cairan berdasarkan perbedaan kecepatan dan kemudahan penguapan sehingga
mengubah fase campuran senyawa cairan tersebut.

Minuman keras-beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol.


Etanol adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan
kesadaran. Di berbagai negara, penjualan minuman keras-beralkohol dibatasi ke
sejumlah kalangan saja, umumnya orang-orang yang telah melewati batas usia
tertentu.

Alkohol merupakan zat yang sebenernya tidak berbahaya, tetapi sering kali
disalahgunakan oleh orang-orang tertentu. Peningkatan kadar alkohol yang ada
dapat membuat orang menjadi mengalami perasaan gembira yang belebihan dan

9
dengan penurunan kadar alkoholnya dapat membuat orang tersebut mengalami
depresi.

Miras memiliki beberapa golongan, Golongan A yaitu dengan kadar 1%-5%(bir),


golongan B 5%-20%(anggur/wine), Golongan C 20%-45%(whiskey,vodca,dll).
Efek samping dari meminum alkohol dapat berbeda-beda tergantung kadar
alkohol yang dikonsumsinya. Dalam kadar wajar dapat membuat
pengkonsumsinya menjadi tenang, dan mudah mengekpresikan emosi yang
dirasakan.

Apabila dalam pengkonsumsiannya melebihi batas wajar, orang tersebut dapat


tidak memiliki batasan dalam hal mengekpresikan apa yang dirasakannya bahkan
cenderung berlebihan. Dan dapat mengganggu ingatan serta kefokusan.

Beberapa orang merasa dapat mengendalikan perilakunya, tetapi pada aslinya


mereka kehilangan kontrol dalam mengendalikan perilakunya. Hal tersebut
membuat ahirnya banyak terjadi tindakan kriminal oleh orang-orang dibawah
pengaruh alkohol.

Pengkonsumsi miras yang berlebih dapat terkena efek samping dari miras itu
sendiri seperti, liver,kerusakan otak, bahkan kematian. Ada juga yang
mengkonsumsi alkohol dengan ditambah obat-obatan lainnya yang membuat efek
yang ditimbulkan menjadi lebih parah.

Mereka yang sudah ketagihan biasanya mengalami suatu gejala, yaitu rasa takut
diberhentikan minum alkohol. Mereka akan sering gemetar dan jantung berdebar-
debar, cemas, gelisah, murung, dan banyak berhalusinasi.

2.1.3 Sejarah Miras di Indonesia

Minuman keras sudah ada sejak 6000tahun yang lalu dan dikenal dengan istilah
peragian yang dilakukan terhadap sari buah. Ada pula yang mengatakan bahwa
miras sudah ada sejak masa 5000 sebelum masehi, yang pada awalnya orang Cina
yang membuat homogen arak dengan mencampurkan bahan-bahan seperti sari
buah yang difermentasi yang dicampur dengan madu dan beras yang difermentasi

10
yang dinamai arak. Minuman tersebut sering digunakan untuk pesta-pesta di
kerajaan. Selain itu, arak juga sering digunakan sebagai obat-obatan dalam
pengobatan Cina untuk mensterilkan dan mematikan kuman di luka.

Di tiap daerah di Indonesia, memiliki miras khas daerahnya masing-masing. Dan


sejak dahulu sudah menjadi sebuah karakteristik yang khas dalam budaya di
Indonesia. Bahan-bahan pembuatannya pun sangat mudah dicari yaitu, tebu, air
nira (air dari bunga pohon kelapa), dan buah-buahan. Pada awalnya orang-orang
cinalah yang mengajarkan proses pembuatan minuman keras tradisional di
Indonesia. Jenis minuman keras yang asli produksi Indonesia adalah sebagai
berikut :

a. Tuak

Tuak merupakan campuran dari aneka buah, air aeen, dan nira. Tuak sendiri
berasal dari daerah Sumatra Utara.

b. Arak

Arak merupakan minuman keras yang paling tua usianya. Sejak dahulu, arak
sering disajikan untuk sebuah perayaan. Arak yang paling terkenal adalah arak
bali, arak ini bahkan sudah terkenal di luar negeri. Arak ini berasal dar
pencampuran beran dan beran ketan yang diberi ragi.

c. Ciu

Ciu berasal dari daerah Banyumas dan bengkonang. Ciu dibuat dari air nira dan
ketan yang sudah disuling. Ciu memiliki kadar alkohol 30-40%.

Di Indonesia industri miras sudah ada sejak tahun 1931 yang berada di jakarta
yang bernama Archipel Brewery Company NV, yang sekarang bernama PT Delta
Djakrta. Industri tersebut didirikan pada 8 Juni 1931 yang berlokasi di jalan
Bandengan Selatan. Pada awalnya perusahaan ini milik Jereman, lalu dibeli oleh
Belanda. Dan tahun 1990 Malaysia mengakuisisi saham pengendali di perusahaan
tersebut.

11
Di indonesia, peredaran miras ada yang ilegal dan legal. Untuk pengkomsiannya
sendiri di Indonesia memiliki batasan umur yaitu 21 tahun ke atas. Sebenarnya
peredaran miras sendiri masih menjadi sebuah polemik di Indonesia. Legalitas
miras masih menjadi perdebatan di kalangan masyrakat. Jika berdasarkan budaya
ketimuran miras merupakan hal yang haram, tapi menurut peraturan pemerintah
terdapat peraturan mengenai peredarannya.

2.1.4 Peran Miras di kehidupan sosial

Sejak dahulu miras bukanlah hal yang asing dimasyarakat, miras sering kali
disuguhkan sebagai sebuah minuman perayaan dan sudah menjadi sebuah budaya
yang ada. Hingga sekarang pun miras masih sering hadir disetiap perayaan
tertentu, bukan hanya di kalangan anak muda saja melainkan di kalangan orang
tua pun sering kali adanya suguhan miras. Miras di masyarakat masih dipandang
negatif dan sebuah hal yang tidak baik. Walapun begitu, beberapa oang bersifat
acuh terhadap pandangan masyarakat terhadap para pengguna miras. Oleh
masyarakat, miras sering kali digunakan sebagai pelarian dari masalah-masalah
yang dihadapinya atau dalam kata lain sebagai penetralisir tekanan moral.
Berbagai faktor yang membuat seseorang mengkosumsi miras, ada yang
mengkonsumsi miras karena ingin kabur dari permasalahan yang ada atau
penetralisir tekanan moral, ada yang mengkonsumsi miras sebagai sebuah
perayaan, sebuah ceremonial, atau hanya digunakan sebagai ajang keren-kerenan.
Di jaman sekarang ini, mengkonsumsi miras sudah seperti ajang keren-kerenan
hanya sekedar mengikuti trend yang ada. Apa lagi bagi remaja, mereka akan lebih
mudah penasaran terhadap suatu hal tanpa mencari tahu mengenai dampak
negatifnya. Selain itu, pengaruh lingkungan pergaulan mereka juga menjadi faktor
pendukung lainnya untuk seseorang mengkonsumsi miras.

Walaupun miras memiliki image negatif, tetapi masyarakat tetap mengkonsumsi


miras dan mempunyai pandangan sendiri terhadap miras itu sendiri. Para
peminum miras menganggap miras sebagai suatu hal yang memiliki dampak
positif. Miras dianggap sebagai “pemersatu” karena bisa menjadi salah satu alasan

12
untuk berkumpul dan menghilangkan rasa canggung di antara mereka. Miras juga
sering dianggap sebagai jamuan saat ada suatu perayaan. Tujuan seseorang
mengkonsumsi miras biasa dapat dilihat dari kadar alkohol atau tingkat
kemabukannya. Karena sesesorang yang menggunakan miras untuk suatu hal
yang positif akan memiliki batasannya sendiri saat mengkonsumsi miras. Dalam
kata lain miras dianggap sebuah “kebutuhan” bagi beberapa orang.

Beberapa kelompok sosial yang ada memeliki keterikatan atau identik dengan
miras. kelompok sosial tersebut adalah kelompok seni, kelompok adat, kelompok
motor, dan militer. Berbagai penyebab mengapa kelompok tersebut memiliki
identik dengan miras. Dari berbagai kelompok sosial yang bermacam-macam
mereka memiliki tujuannya sendiri mengapa miras yang digunakan dan tujuan
yang ingin dicapai.

2.1.5 Pengertian Perilaku

Perilaku merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh suatu organisme yang
bersangkutan. Perilaku manusia adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
manusia itu sendiri dan memiliki cakupan yang luas seperti berfikir, berjalan, dan
lain-lain.

Banyak hal yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang, dalam lingkup yang
paling kecil adalah lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga merupakan proses
awal atau dasar pembentukan suatu perilaku seseorang sebelum ke lingkungan
yang cakupannya luas.

Skinner (1938) mengemukakan bahwa perilaku adalah hasil hubungan antara


perangsang (stimulus) dan tanggapan dari respons. Terdapat dua respons, yaitu :

a. Respondent respons

Merupakan respons yang muncul oleh rangsangan tertentu. Respons yang


ditimbulkan merupakan repons yang relatif tetap yang pada umummnya stimulus
mendahului sebuah respons yang ditimbulkan. Respondent respns juga mencakup

13
respons emosi. Respons emosi ditimbulkan karena berbagai hal baik yang
mengenakkan maupun yang tidak mengenakkan tergantung stimulus yang dibuat.

b. Operant respons

Merupakan respons yang muncul dan berkembang diikuti oleh rangsangan


tertentu. Karena rangsangan yang ada memperkuat respind yang telah dilakukan
oleh seseorang.

Dalam sebuah perilaku terdapat beberapa hal yang menjad proses terbentuknya
perilaku (Notoatmodjo,2014), yaitu :

a. Kesadaran

Dalam artian orang yang bersangkutan meyadari objek yang mempengaruhi


terjadinya perilaku tersebut.

b. Merasa teratarik

Ketika orang tersebut merasa tertarik dengan objek stimulus yang ada dan
biasanya sikap dari orang tersebut sudah mulai terlihat.

c. Menimbang-nimbang

Orang yang bersangkutan menimbang-nimbang bagaimana stimulus itu terhadap


dirinya, dan respons seperti apa yang akan diberikan.

d. Mencoba

Dimana orang tersebut atau subjek mencoba memberikan respons terhadap


stimulus yang diberikan.

e. Adaptasi

Subjek berperilaku berdasarkan pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap


stimulus.

2.2 Kerangka Teoritik


2.2.1 Teori Fenomenologi Alfred Schutz

14
Dalam teori ilmu sosial terdapat beberapa pendekatan yang menjadi dasar
pemahaman dari gejala sosial yang ada dalam masyarakat. Salah satu
pendekatan yang ada dalam ilmu sosial adalah fenomenologi. Pendekatan ini
digunakan untuk memahami berbagai fenomena sosial yang ada dalam
masyarakat.
Pada metode penelitian sosial peran fenomenologi dalam pengamatannya
terhadap perilaku seseorang sebagai aktor sosial dalam masyarakat lebih
penting sebagai jiwa. Aktor bukan merupakan esensi utama dari kajian ini
sebagai prespektif. Teori fenomenologi Alfred Schutz lebih menjelaskan
mengenai cara pandang baru terhdap suatu fokus kajian penelitian dengan
menggali makna yang terbagun dari sebuah realitas yang ada.
Pada metode penelitian ini menempatkan responden sebagai subjekyang
menjadi aktor sosial dalam kehidupan sehari-harinya. Salah satu ilmuwan
sosial yang berkompeten dalam perkembangan fenomenologi adalah Alfred
Schutz yang mengaitkan pendekatan fenomenologi dengan ilmu sosial.
Fenomenologi lahir dari sebuah pola pikir yang subjektivisme yang tidak
hanya memandang dari suatu gejala yang ada, akan tetapi berusaha menggali
makna yang ada di balik gejala tersebut. Teori ini juga memandang bahawa
tindakan manusia menjadi suat hubungan sosial bila manusia memberikan
makna terhadap tindakan yang dilakukan. Suatu tindakan sangat menentukan
kelangsungan proses interaksi sosial.
Interaksi sosial terjadi melalui penafsiran dan pemahaman tindakan
masing-masing baik individu maupun antar kelompok. Terdapat 4 unsur
pokok dalam teori ini, yaitu :
 Perhatian terhadap aktor
Peneliti dipaksa untuk mencari data secara objektif tentang fakta
sosial dengan mengurangi peranan kesan dan ide si peneliti tentang
kenyataan sosial.
 Memusatkan perhatian kepada kenyataan yang penting atau yang
pokok kepada sikap yang wajar (natural attitude)

15
Hal tersebut terjadi karena tidak semua gejala sosial dapat diamati.
Teori ini bukan mempelajari fakta sosial secara langsung, tetapi
proses terbentuk fakta sosiallah yang menjadi fokus utamanya.

 Memusatkan perhatian pada masalah makro.


Untuk memahami hubungan dengan situasi tertentu perlu
mempelajari proses pembentukan dan pemeliharaan hubungan
sosial pada tingkatan interaksi.
 Memperhatikan pertumbuhan, perubahan, dan proses tindakan
Keteraturan dalam masyarakat diciptakan dan dipelihara dalam
pergaulan sehari-hari. Aturan yang dibuat untuk mengendalikan
tindakan manusia merupakan hasil interpretasi dari aktor terhadap
kejadian-kejadian yang dialaminya.

2.3 Penelitian Terdahulu

No. 1 2 3
Penuli Luki Apriliani (2017) Rusdi Derri
s Rahman Huby
(Tahu (2016) Prasetya
n) (2017)
Judul Hubungan Persepsi Tentang Minuman Perilaku Perilaku
Peneli Keras Dengan Perilaku Mengkonsumsi Remaja Sosial
tian Minuman keras Pada Remaja Penggun Remaja
a Miras Penggun
a
Minuma
n
Beralkoh
ol
Hasil persepsi yang menganggap bahwa Perilaku Lingkun
Peneli minuman keras berbahaya bagi kesehatan, remaja gan

16
tian sedangkan persepsi yang negatif diartikan penggun sosial
sebagai persepsi yang menganggap bahwa a dan
minuman keras bukanlah hal yang minuma lingkung
berbahaya dan mengganggu kesehatan. n keras an
Berdasarkan tabel 5.8 tersebut dapat dilihat yang ada pribadi
bahwa hampir sebagian besar dari di desa sama-
responden memiliki persepsi negatif buakkan sama
g memiliki
sehingga mempengaruhi kecamat potensi
an sebagai
perilakunya bungaya faktor
kabupate yang
untuk berperilaku negatif atau n gowa mempen
mengkonsumsi, begitu juga sebaliknya. ketika garuhi
Supratman & Mahardian (2016) mau seseoran
mengungkapkan bahwa persepsi adalah minum g dalam
tanggapan atau pendapat seseorang tentang sudah memilih
susatu objek yang sangat menentukan minum dan
perilakunya terhadap objek tersebut. salah menentu
Persepsi seseorang terhadap rangsangan satunya kan sikap
atau stimulus yang diterimanya akan perilaku dan
berbeda satu sama lain. mencuri perilaku
ini mereka.
dilakuka Tapi
n pada pelaku
saat atau para
tidak ada remaja
campura yang
n untuk mengkon
minum sumsi
dan minuman

17
perilaku beralkoh
berkelah ol
i tersebut
dilakuka biasanya
n pada berhadap
selesai an
minum dengan
untuk siapa
melampi atau
askan berada
kemarah dilingkun
an. Dan gan mana
semua untuk
laku- menunju
laku kkan
penggun karakter
anya sebagai
didomin orang
asi oleh yang
anak suka
SMA, mengkon
serta sumsi
semua minuman
dusun beralkoh
yang ada ol
di desa tersebut.
buakkan
g ada
remajan
ya
penggun

18
a
minuma
n kersa.
Perilaku
ini
adalah
perbuata
n yang
sering
dilakuka
n oleh
para
remaja
ketika
sudah
minum
bersama
temanny
a
maupun
mau
minum
bersama
teman-
temanny
a.
Adapun
yang
menyeba
bkan
perilaku

19
remaja
penggun
a
minuma
n keras
yang ada
di desa
buakkan
g
kecamat
an
bungaya
kabupate
n gowa
tidak
jauh
beda
dengan
didaerah
-daerah
lain di
Indonesi
a
bagaima
na
melakuk
an
perilaku
menyim
pang
yaitu

20
pergaula
n, coba-
coba,
putus
pacar,
dan
tidak
direstuo
hungan
dan ikut-
ikutan
inilah
salah
satu
yang
menyeba
bkan
mereka
terjerum
us
Persa Dalam penelitian ini sama-sama mencari Dalam Dalam
maan tahu bagaimana hubungan miras dengan penelitia penelitia
perilaku seseorang n ini n ini
sama- sama-
sama sama
mencari berusaha
tahu melihat
bagaima hubunga
na n miras
hubunga dengan
n miras seseoran

21
dengan g
perilaku
seseoran
g
Perbe Yang membedakan adalah objek penelitian Yang Yang
daan di penelitian sebelumnya adalah remaja membed membed
yang ada di desa runtu, sedangkan akan akan
penelitian yang akan dilakukan objeknya adalah adalah
adalah anggota sebuah komunitas musik di objek objek
Jember. Dan teori yang digunakan dalam penelitia penelitia
penelitian yang akan dilakukan adalah n di n di
menggunakan teori fenomenologi penelitia penelitia
n n
sebelum sebelumn
nya ya adalah
adalah remaja
remaja yang ada
yang ada di desa
di desa runtu,
runtu, sedangka
sedangk n
an penelitia
penelitia n yang
n yang akan
akan dilakuka
dilakuka n
n objeknya
objeknya adalah
adalah anggota
anggota sebuah
sebuah komunita

22
komunit s musik
as musik di
di Jember,
Jember. dan teori
Dan yang
teori digunaka
yang n
digunaka
n dalam
penelitia
n yang
akan
dilakuka
n adalah
menggu
nakan
teori
fenomen
ologi

23
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Dalam penelitian kami tentang “Perilaku Anggota Komunitas Musik Peminum Miras”
yang kami lakukan di kota Jember. Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan suatu prosedur penelitian yang
menghasilkan sebuah data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan orang" , serta
perilaku orang-orang yang dapat diamati. Penelitian kualitatif sendiri memiliki karakteristik
yang lebih alami sebagai sumber data langsung, deskriptif,serta lebih mementingkan proses
dari pada hasil.

Kami menggunakan jenis penelitian kualitatif karena objek penelitian kualitatif bisa
dikatakan objek yang alamiah atau natural sehingga Penelitian ini sering disebut naturalistic.
Objek yang alami merupakan objek yang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh
peneliti .Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif karena kami mencari data
secara langsung sehingga tidak akan bisa dimanipulasi oleh peneliti. Selain itu dengan
menggunakan jenis penelitian ini kami bisa mendapatkan data yang pasti, yang benar-benar
terjadi sebagaimana adanya, bukan yang hanya terlihat atau terucap. Selain itu, penelitian ini

24
juga menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Bagi peneliti realitas merupakan
situasi yang dibuat oleh individu-individu yang terlibat dalam sebuah penelitian.

Penelitian kualitatif mengandalkan adanya kegiatan berfikir secara induktif untuk


memahami sebuah realitas, dan peneliti pun terlibat langsung dalam situasi fenomena yang
ditelitinya.

3.2 Lokasi Penelitian

Kegiatan penelitian yang peneliti lakukan di tempat berkumpulnya suatu komunitas


musik di Jember. Alasan peneliti memilih lokasi ini adalah karena menurut peneliti di tempat
tersebut peneliti dapat melihat kegiatan serta kebiasaan dari anggota komunitas tersebut. Dan
peneliti memilih tempat berkumpul mereka agar mereka lebih mudah untuk ditemuin juga.

3.3 Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini berperan untuk menentukan urgensi yang akan dicari dari penelitian yang
akan dilakukan, selain itu menentukan fokus penelitian berperan untuk menentukan batasan
dalam sebuah penelitian.

Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah cara
pandang anggota komunitas musik terhadap miras dan faktor yang membuat anggota tersebut
harus meminumnya.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Pengamatan kegiatan yang di pusatkan terhadap objek di tempat dilakukannya penelitian.


Observasi dilakukan agar kami dapat menentukan informan yang sesuai dengan kriteria
informan yang kami butuhkan agar data yang dihasilkan atau diberikan sesuai dengan
data yang kami butuhkan. Observasi juga dibutuhkan untuk melihat perilaku keseharian
atau kebiasaan dari mereka agar kami mengetahui bagaimana melakukan pendekatan agar
saat wawancara kami mendapatkan data yang kompleks. Observasi ini dilakukan untuk
melihat dan mengamati sendiri dan mencatat bagaimana perilaku dan kejadian yang
terjadi dalam kasus Dramaturgi Perilaku Komunitas Musik Peminum Miras di Jember.

25
2. Wawancara

Tanya jawab lisan terhadap narasumber secara langsung. Wawancara dilakukan dengan
melakukan pendekatan terlebih dahulu kepada informan agar informan dapat
memberikan jawaban atau data yang lengkap dan sesuai dengan peneitian yang kami
butuhkan. Lewat wawancara juga dapat mengetahui adanya informan kunci serta
informan pendukung. Menurut patto dalam sarwono (2006) wawancara adalah
melakukan sebuah pembicaraan dengan lawan bicara kita yang memiliki tujuan untuk
mengemukakan hal yang dipahami oleh orang yang diwawancarai untuk melihat makna
yang terkandung di dalamnya. Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh data dan
informasi dengan memberikan beberapa pertanyaan secara langsung kepada beberapa
anggota komunitas musik di Jember. Melalui wawancara ini, peneliti diharapkan mampu
mendapatkan data dan informasi yang tidak didapatkan saat melakukan observasi.

3. Dokumentasi

Catatan penelitian yang sudah dilakukan berbentuk tulisan, gambar, dan rekaman suara
narasumber. Dokumentasi yang kami gunakan adalah rekaman suara di tempat kami
melakukan penelitian serta pengambilan gambar.

3.5 Teknik Penentuan Informan

Teknik penentuan informan dalam metode penelitian kualitatif menjadi suatu hal yang
mendasar yang nantinya akan digali informasinya. Teknik yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Purposive Sampling, yaitu informan ditentukan melalui kriteria tertentu serta
pertimbangan tertentu sesuai dengan kebutuhan untuk penelitian. Karakter informan dalam
penelitian ini adalah:

a. Anggota komunitas musik di Jember yang mengkonsumsi miras


b. Anggota komunitas musik di Jember yang paham mengenai sejarah komunitas

3.6 Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data pada penelitian ini disebut triangulasi. Pada triangulasi berupa proses
yang melibatkan bukti penguat dari beragam sumber yang berbeda. Penggunaan triangulasi
pada penelitian ini mengacu pada empat teknik triangulasi, yaitu :

26
1. Triangulasi dengan sumber
Merupakan teknik dengan membandingkan dan memastikan kembali kepercayaan suatu
informan melalui berbagai cara yang berbeda. Dalam penelitian ini dengan melakukan
pembandingan data dari hasi pengamatan dengan hasil wawancara, membandingan
perkataan informan saat berkumpul dengan yang lain dengan saat hanya berdua dengan
peneliti, dan membandingkan perpektif atau pendapat peneliti dengan pandangan
informan.
2. Triangulasi dengan metode
Merupakan metode yang digunakan dengan dua strategi, yaitu mengecek derajat
kepercayaan dari hasil penelitian dengan beberapa teknik pengumpulan data yang ada, dan
pengecekan derajat kepercayaan dari beberapa sumber data dengan metode yang sama.
3. Triangulasi dengan penyidik
Merupakan teknik yang digunakan dengan memanfaatkan penelitian lain untuk keperluan
pengecekan kembali keabsahan data, memanfatatkan data dari penelitian lain dengan
tujuan untuk mengurangi kemelencengan data yang ada.
4. Triangulasi dengan teori
Merupakan teknik yang digunakan dengan membandingkan data yang dtemukan dengan
pola yang terdapat pada sebuah teori atau konsep peneltian.

Dari beberapa teknik keabsahan data yang ada dia tas, penelitian ini menggunakan
teknik triangulasi dengan sumber, yang dimana penelitian melakukan pengecekan kembali
data melalui hasil observasi, wawancara, dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan
penelitian ini.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan cara untuk mencari data dan menata secara sistematis hasil
wawancara,studi kepustakaan dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman tentang kasus yang
diteliti serta menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.

Teknik analisis data yang digunakan berupa deskriptif kualitatif , yaitu penelitian yang
dimaksud diuji dengan hipotesis berdasarkan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini.
Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis dalam upaya peningkatan pemahaman
terhadap permasalahan yang diteliti. Analisis data ini merupakan upaya yang berlanjut, berulang,

27
dan terus menerus. Kegiatan analisis dan pengumpulan data merupakan proses yang interaktif.
Proses interaktif dilakukan karena dianggap sistematis, peneliti dapat memanfaatkan waktu
untuk memberi langkah-angkah analisis deskriftif kualitatif secara bererutan sebagai rangkaian
kegiatan analisis.

DAFTAR PUSTAKA

Aletheia Rabbani.2017.”Pengertian Komunitas Menurut Ahli”.


https://www.sosiologi79.com/2017/04/pengertian-komunitas-menurut-ahli.html

LukiAprilani.2017. “Hubungan Persepsi Tentang Minuman Keras Dengan Perilaku


Mengkonsumsi Minuman Keras Pada Remaja”. Jombang.

Stellalevi.2015.”Mirsantika”. https://mirsantika.blogspot.com/2015/08/tentang-sejarah-jenis-
jenis-miras-dan.html

Rusdi Rahman.2016. “Perilaku Remaja Pengguna Miras”. Makassar.

Derri Huby Prasetya.2016. “Perilaku Sosial Remaja Pengguna Minuman Beralkohol”. Surabaya

Peggy Lusita Patria Rori.2015. “Pengaruh Penggunaan Minuman Keras Pada Kehidupan
Remaja di Desa Kali Kecamatan Pineleng Kabupaten Minahasa”. Minahasa.

One.2021.”Peraturan Alkohol di Amerika dan Eropa”. https://www.minews.id/gaya-hidup/nih-


di-amerika-dan-eropa-saja-minum-alkohol-ada-aturannya

Pupu Saeful Rahmat.2009.”Penelitian Kualitatif”.

Ritzer George.”Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda.PT Raja Grafindo Persada.


Jakarta. Hlm 59-63.

28
Ilham.2013. “Miras”.Sarang Rembang. https://www.academia.edu/11011077/Makalah_Miras

Andry Prasetianto.2016. “Perilaku Sosial Komunitas Musik Metal West Borneo Death Metal
(WBDM) di Kecamatan Pontianak”.
http://jurnal.fisipuntan.org/index.php/sociodev/article/view/1150/0

Feri Ardiansyah.2011. “Perilaku dan Aktivitas Komunitas Kelompok Dalam Komunitas Musik
Jazz Yogyakarta”. Yogyakarta.

29

Anda mungkin juga menyukai