Anda di halaman 1dari 7

Bab 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Remaja merupakan suatu masa peralihan dimana peralihan ini terjadi dari masa anak
anak menuju masa dewasa. Pada masa ini seseorang belum dapat dikatakan orang yang dewasa
di kerenakan pikiran dan mental mereka masih belum cukup matang. Mereka pada masa ini
sedang mencari pola hidup baru yang paling sesuai bagi mereka, hal ini pun yang memacu
mereka untuk mencoba hal hal yang baru walaupun dalam percobaan tersebut masih melalui
banyak kesalahan. Selain itu rasa ingin tau mereka sangat besar sehingga tidak menutup
kemungkinan bagi mereka salah pergaulan.akinat perkembangan zaman memudahkan mereka
untuk mencari hal baru melalui internet, namun mereka tidak tau dampak buruk atas hal yang
mereka cari melalui internet. Karena kurangnya pengawasan dari orang tua dan mental yang
tidak stabil memicu para remaja ini untuk meniru perilaku yang tidak sesuai norma yang ada di
masyarakat. Seperti halnya perilaku minum-minum keras secara tidak berlebihan oleh
masyarakat barat, dimana masyarakat barat mengkonsumsi minuman keras karena faktor
lingkungan yang memang iklim disana dingin, dan minuman keras ini membantu mereka untuk
menghangatkan tubuh. Kebiasaan meminum minuman keras oleh masyarakat barat inipun ditirul
oleh remaja yang ada di Indonesia secara berlebihan, dimana perilaku ini berdampak buruk bagi
mereka sendiri dan orang orang di sekitarnya. Hal tersebut merupakan suatu masalah yang harus
diatasi hal ini di karenakan remaja merupakan aset masa depan dari suatu bangsa. Kenakalan
remaja sesrusnya mendapatkan perhatian yang sangat serius untuk mengarahkan perilaku mereka
ke hal yang lebih positif.

1.2 Indikator

Perilaku remaja yang sering mengkonsumsi minuman keras termasuk dalam masalah
sosial. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator berikut :

1. Jumlah ramaja yang minum miras semakin meningkat apalagi pada musim seperti ini
musimnya pandemi yang mengharuskan meniadakan sekolah. Jadi anak anak banyak yang
berada dirumah setiap saat hingga memicunya rasa bosan dan beralih ke miras

2. Banyak warga yang mengeluh karena dengan adanya remaja alkoholic ini meresahkan warga
lainnya karena sikap remaja ini ketika minum miras sangat lah tidak terkontrol bahkan seringnya
memalak uang warga atau untuk anak anak mereka mencuri uang orang tuanya guna membeli
miras

3. Keberadaan remaja alkoholic ini dianggap melanggar aturan norma sosial yang sudah
dibentuk oleh warga, karena pada umumnya disini warga kedung asem masih menganut budaya
timur yang bercampur dengan unsur keagamaan yang masih kuat
1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara mengatasi perilaku kenakalan remaja yang sering mengkonsumsi minuman
keras secara ?

1.4 Tujuan Penelitian

1. untuk mengetahui cara mengatasi kebiasaan menkonsumsi minuman keras.

1.5 Lokasi Penelitian

Desa Kedung Asem, kelurahan Kedung Baruk, kecamatan Rungkut, Surabaya


BAB II

Teori dan Pendekatan

2.1 Landasan Teori

Masyarakat dipandang sebagai satu kesatuan yang utuh dan terdiri dari beberapa bagian
yang saling berinteraksi Dalam teori struktural fungsionalism masyarakat yang sudah terbentuk
dengan suatu norma sosial yang telah berjalan dengan teratur. Teori ini lebih memfokuskan
kepada keteraturan masyarakat beserta normanya dan mengabaikan konflik. Konflik yang
timbul, jika dilihat menurut teori struktural fungsionalism nantinya akan dinetralisir melalui
proses pelembagaan. Keteraturan masyarakat yang ada dalam sistem memunculkan norma norma
sosial sebagai kontrol dalam masyarakatnya sendiri.

Norma sosial yang diciptakan oleh masyarakat berdasarkan konsensus dari


masyarakatnya sendiri. Jadi ketika suatu sistem sudah terbentuk dan sudah berjalan, maka
seseorang yang akan memasuki sistem tersebut haruslah beradaptasi dengan sistem norma yang
telah ada dan harus mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan masyarakat yang sudah
terbentuk lama. Jika seseorang tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya beserta norma
yang sudah ada, maka menurut teori struktural fungsionlaism dianggap sebagai pelanggaran
norma atau sebuah penyimpangan.

Dalam hal ini perilaku remaja yang mengkonsumsi minuman keras dianggap sebagai
tindakan penyimpangan dalam masyarakat karena dalam masyarakat sudah memiliki kontrol
sosialnya yaitu norma norma yang diciptakan berdasarkan kesepakatan bersama. Perilaku remaja
ini termasuk melanggar norma masyarakat karena pada umumnya remaja peminum ini
melakukannya dilingkungan masyarakat yang notabene menganggap bahwa tindakan minum
miras ini adalah hal yang merugikan semua orang.

Alkoholisme yang terjadi pada kalangan remaja ini umumnya mengakibatkan kerusuhan
dalam masyarakat karena ketika kalangan remaja ini meminum alkohol, mereka kehilangan
kesadaran dan kemampuan untuk mengontrol tubuh mereka sendiri baik secara fisik, psikologis
maupun sosial sehingga mereka sering melalukan kerusuhan seperti berkelahi atau bahkan
sampai berani memalak warga yang sedang beraktivitas. Tentunya tindakan seperti ini sangat
dikeluhkan oleh warga yang merasa terganggu dengan adanya kalangan alkoholik dari remaja
ini.
2.2 Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan patologi sosial atau
bisa disebut sebagai perspektif patologi sosial. Patologi sosial sendiri adalah sebuah pandangan
yang menganalogikan masyarakat sebagai mahkhluk hidup, dimana pemerintah sebagai kepala
dan pelayanan adalah pembuluh nadi dan polisi sebagai perpanjangan tangan dalam
pengaturannya (Rubington dan Weinberg 1995: 16).

Menurut W. Blackmar dan J.L Gillin (1923) dalam outlines of sociology menjelaskan
bahwa ada dua faktor yang menyebabkan timbulnya patologi sosial yaitu (1). ketidakmampuan
individu menyesuaikan diri dalam menjalankan perannya, (2). Kegagalan masyarakat melakukan
fungsinya untuk memenuhi kebutuhan warganya. Fokus utama dalam perspektif patologi sosial
adalah dengan mencari sesuatu yang tidak beres kemudian perlu dilakukan pengobatan terlebih
dahulu terhadap masalah yang tidak beres tersebut.

Perspektif patologi sosial mengenal adanya 3 (tiga) penyimpangan. Penyimpangan itu


yang pertama adalah cacat (defect) atau bawaan lahir yang tidak bisa diajari, yang kedua adalah
ketergantungan (dependent) yang menyebabkan kesulitan menerima pengajaran dari orang lain,
dan yang terakhir adalah suatu kenakalan (delinquent) yang bersifat menolak pelajaran.
Penyebab dari adanya penyimpangan tersebut, dilatar belakangi oleh adanya pengaruh nilai-nilai
atau norma yang salah dalam lingkungannya (Smith, 1911).

Sesuai dengan pendekatan patologi sosial, fenomena alkoholic dikalangan remaja


menjadi salah satu hal yang menjadi penyakit dalam lingkungan masyarakat. Remaja alkoholic
ini harus dipisahkan dari masyarakat dan dilakukan pengobatan atau penyelesaiannya sebelum
dikembalikan kepada masyarakat. Hingga saat ini fenomena alkoholik dikalangan remaja di desa
kedung asem surabaya masih berlangsung, dikarenakan mudahnya untuk mendapat minuman
keras yang dijual secara bebas tanpa perlu syarat apapun untuk membelinya, dan masih
lemahnya kontrol sosial yang ada di desa kedung asem karena semakin kesini orang orang
semakin banyak yang sibuk dengan urusannya sendiri seperti bekerja. Hal ini dilatar belakangi
oleh lingkungan yang kurang peduli karena tingkat kompetisi di kota surabaya sangat tinggi
hingga memaksakan seseorang untuk bertahan hidup dengan melakukan apapun.

2.3 kondisi saat ini

Kondisi saat ini tentang permasalahan alkoholik dikalangan di desa Kedung Asem masih
berlangsung. Kondisi seperti ini disebabkan oleh banyak faktor sehingga permasalahan alkoholik
dikalangan remaja desa Kedung Asem belum terselesaikan. salah satu faktor utama yang
menyebabkan belum terselesaikannya masalah ini terletak pada individu masing masing yang
masih saja senang menkonsumsi alkohol. Namun tidak dipungkiri juga masih ada banyak toko
yang menjual alkohol secara bebas tanpa adanya syarat untuk membelinya
Dalam sebuah wawancara kepada seorang remaja alkoholik yang peneliti temui, peneliti
menemukan berbagai alasan yang melatar belakangi mereka hingga menjadi kecanduan terhadap
alkohol. Remaja yang pertama merupakan siswi SMA kelas 1 yang masih berumur 16 tahun, dia
menceritakan kepada peneliti ketika dia pertama kali mencoba minum alkohol. Awal mulanya
dia memiliki rasa ingin tau terhadap minuman alkohol yang biasa disebut amer (anggur merah).
karena dia sering melihat teman teman disekolahnya sering menceritakan amer(anggur merah)
tersebut yang mengatakan bahwa minuman tersebut itu enak karena mampu membuat
peminumnya merasa tubuhnya ringan seperti tidak memiliki beban pikiran sama sekali.
Perkataan enak seperti itu membuat informan ini merasa ingin mencobanya karena informan
mengaku bahwa dia merupakan orang yang memikirkan segala sesuatunya bahkan hal yang tidak
penting atau biasa disebut overthinking. Teman teman informan ini sebelumnya juga sering
menawarkan “amer” kepada informan ketika sedang berkumpul bersama atau nongkrong.
Hingga pada akhirnya informan mencoba ikut meminum “amer”, saat itu masih duduk dibangu
SMP kelas 2 yang sedang berumur 14 tahun. Yang dirasakan oleh informan ketika meminum
“amer” pertama kali adalah rasa minumannya yang agak manis dan masam seperti rasa tape,
kemudian tenggorokan dan perut yang terasa panas ketika minuman tersebut sudah tertelan.
Namun lama kelamaan ketika informan minum semakin banyak, yang ia merasa pusing dan
badannya terasa lemas bahkan kadang informan tidak mampu mengendalikan tubuh dan
kesadarannya sendiri karena sudah terlalu banyak minum “amer”.

Kemudian setelah informan ini mencoba minum amer pertama kalinya, dia memiliki
sebuah solusi ketika dia merasa sedang stress dengan tugas sekolahnya maka pilihan yang paling
tepat menurut informan adalah dengan meneguk amer. dan hasilnya ketika saat dia meneguk
minuman tersebut pikiran dia terasa lepas tidak ada beban. hingga dia lupa dengan tugas tugas
yang membuatnya stress. pada akhirnya ketika sudah dalam kondisi mabuk berat informan
langsung tertidur. Pada saat terbangun setelah kondisi mabuk berat yang dirasakan adalah badan
dia terasa lemas.

Hal yang melatar belakangi informan pertama menjadi pecandu alkohol adalah efek
samping ketika sudah mabuk lah yang membuat merasa lepas dari beban masalah apapun. Dan
faktor lain yang tak kalah mendukung adalah faktor pertemanan dan mudahnya seseorang untuk
terpengaruh dengan faktor pertemanannya.

Informan kedua yang peneliti temui adalah seorang siswa SMP 23 Surabaya berusia 14
tahun. Informan kedua ini mengatakan bahwa pertama kali dia mencoba minuman beralkohol ini
sejak lulus SD yang nota bene berusia 12 tahun. Awal mula dia mencoba minum “amer” ini
ketika dia diajak bermain bola dengan teman teman komplek rumahnya. Teman teman informan
ini yang berada satu komplek dengannya tak hanya yang seumuran dengan informan, bahkan ada
yang lebih tua jauh dari umur informan. Salah satu teman informan yang sering mengajak
bermain bola usianya sudah 20 tahun dan sudah bekerja, teman dari informan ini sering membeli
“amer” untuk keperluan jamu dan kesehatan. “amer” yang dibeli oleh teman dari informan ini,
memiliki kadar alkohol sebesar 20% dan cara mengkonsumsinyapun sesuai takaran atau tidak
terlalu banyak sampai membuat kondisi tubuh yang mabuk. Informan pun mengatakan bahwa
dia ketika berada dirumah salah satu temannya ini dia dipaksa untuk mencoba minum “amer”
dengan dalih menghargai karena sudah diberikan minuman oleh temannya. Informanpun tidak
berani untuk menolaknya karena merasa tidak enak dan takut.

Hingga pada akhirnya ketika informan pertama kali mencoba “amer” tersebut tak lama
kemudian informan langsung mengalami muntah karena tidak kuat dengan rasa panas yang
diakibatkan oleh minuman tersebut. Tetapi sang temannya mencoba meyakinkan informan
bahwa itu adalah minuman kesehatan atau jamu. Atas dasar perkataan itu informan mencoba
meminum lagi dengan persepsi bahwa semakin banyak minum maka akan semakin sehat. Tetapi
hal seperti itu salah dikarenakan minuman tersebut memiliki kandungan alkohol yang dapat
mengakibatkan kehilangan kesadaran atau biasa disebut mabuk. Ketika informan sudah dalam
kondisi mabuk maka dia tidak bisa mengendalikan tubuhnya dan seketika merasa muntah.

Ketika dalam kondisi mabuk informan mengalami muntah muntah sampai perutnya
terasa kosong, ketika setelah muntah informan langsung tertidur karena masih dalam kondisi
mabuk. Namun hal yang dirasakan setelah bangun oleh informan adalah merasa tubuhnya segar
dan seperti layaknya orang sehat bahan informan mengaku ketika bangun pagi tenaganya seolah
kembali lagi , dan dia merasa nafsu makannya bertambah ketika dipagi hari setelah kondisi
mabuk. Hal seperti ini lah yang megakibatkan informan kedua ini
BAB III

3.1 Ide yang diharapkan mampu mengatasi masalah

Akibat perkembangan jaman perilaku kenakalan remaja berupa mengkonsumsi Miras


semakin melekat pada kebiasaan remaja hingga pada saat ini. Adapun beberapa solusi yang
diharapkan mampu untuk menangani masalah alkoholik dikalangan remaja adalah sebagai
berikut

1. Orang tua Memberikan pendidikan dasar kepada anak dan melakukan pengawasan terhadap
lingkup pergaulan sang anak

2. Memberikan peraturan khusus atau persyaratan khusus ketika ingin membeli amer

3. Masyarakat harus proaktif dalam mengawasi lingkungan tempat tinggalnya agar tercipta
kondisi yang kondusif terhindar dari aktivitas aktivitas yang mengganggu warga

3.2 KESIMPULAN

Dari penelitian yang pernah dilakukan dapat di simpulkan bahwasannya perilaku remaja
yang minum minuman keras merupakan menyimpangan Dalam suatu masyarakat, Dimana
perilaku ini menyimpang dari norma yang ada. Selain itu mengkonsumsi alkohol menyebabkan
kehilangan kesadaran dan kemampuan untuk mengontrol tubuh mereka sendiri yang berakibat
terjadinya kerusuhan dalam masyarakat. Maka dari itu perlulah pengawasan orang tua terhadap
anak agar seorang anak tidak melakukan penyimpanan norma dalam masyarakat. Yang kedua
perlu adanya peraturan khusus atau persyaratan ketika ingin memperkuat belikan minuman
keras. Yang terakhir adalah masyarakat harus ikut andil dalam mengawasi lingkungan tempat
tinggalnya agar tercipta kondisi yang kondusif.

Anda mungkin juga menyukai