KIMIA FORENSIK
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2019
i
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Perbandingan Konsumsi Minuman Beralkohol dengan Air Kemasan............6
Gambar 2.2 Perkembangan Nilai Neraca Perdagangan Produk Minuman
Beralkohol Indonesia Tahun 2006-2015 (dalam jta US$)..............................8
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perkembangan Nilai Output Industri Minuman Beralkohol
Indonesia Tahun 2010-2013...............................................................................7
Tabel 2.2 Perkembangan Nilai Produksi Industri Minuman
Beralkohol Indonesia Tahun 2010-2013............................................................7
Tabel 2.3 Tingkat Konsumsi Minuman Beralkohol Perkapita Indonesia...........................8
ii
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Minuman keras adalah semua jenis minuman beralkohol. Minuman beralkohol
adalah minuman yang mengandung etanol yang diproses dari bahan hasil pertanian yang
mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa
destilasi, baik dengan cara memberi perlakuan terlebih dahulu atau tidak, menambahkan
bahan lain atau tidak, maupun yang diproses dengan cara mencampur konsentrat dengan
alkohol atau dengan cara pengenceran minuman yang mengandung ethanol. minuman keras
terdiri dari 3 golongan yaitu minuman keras golongan A (kadar etanol 1-5%), minuman
keras golongan B(kadar etanol 5-20%), dan minuman keras golongan C (kadar etanol 20-
50%), menurut (Permendag, 2009).
Penggunaan minuman keras secara berkepanjangan dapat menimbulkan berbagai
masalah yang terkait dengan kesehatan, sebagai contoh penyakit yang diakibatkan oleh
konsumsi minuman keras secara berlebihan adalah kerusakan jaringan otak, penyakit hati,
gangguan system pencernaan, gangguan kelenjar pancreas, gangguan system otot,
gangguan seksual dan perkembangan janin, gangguan system endokrin, gangguan system
metabolisme nutrisi, resiko kanker dan gangguan metabolisme tubuh.
Penyalahgunaan minuman keras saat ini merupakan permasalahan yang cukup
berkembang dikalangan remaja dan menunjukkan kecenderungan yang meningkat dari
tahun ke tahun, yang akibatnya dirasakan dalam bentuk kenakalan-kenakalan, perkelahian,
munculnya geng-geng remaja, perbuatan asusila, dan maraknya premanisme pada kalangan
remaja. Masa remaja secara psikologi merupakan masa peralihan dari masa anak–anak ke
masa dewasa, pada masa remaja terjadi kematangan secara kognitif yaitu interaksi dari
struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas yang
memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Kehidupan remaja sangat mudah
dipengaruhi oleh hal yang bersifat relatif baru hasil dari interaksi sosial salah satu seperti
misalnya sosial budaya yang datang dari luar, sehingga hal ini cenderung menggiring
perilaku menyimpang pada remaja. Seorang remaja masih dalam masa mencari jati diri
selalu berusaha mencoba hal yang baru, apabila tidak adanya kontrol dari orang dewasa
maka kalangan remaja tersebut akan terjerumus dalam perbuatan yang bersifat negatif,
salah satunya adalah mengkonsumsi minuman keras.
Masalah penyalahgunaan minuman keras menjadi perhatian di berbagai kalangan
di Indonesia. Mulai dari pemerintah, LSM, Ormas, bahkan masyarakat pun juga turut serta
membicarakan tentang bahaya penyalahgunaan minuman keras. Pada saat sekarang banyak
remaja yang mengatakan bahwa dengan minum minuman keras kepercayaan diri mereka
bertambah dari yang pemalu menjadi pemberani, dapat memperbanyak teman, mereka juga
beranggapan bahwa semua masalah dapat teratasi dengan minum minuman keras.
Mengkonsumsi minuman keras adalah salah satu bentuk perilaku yang dianggap
menyimpang. Perilaku menyimpang terjadi dikalangan remaja tidak muncul begitu saja
apabila tidak ada faktor penarik atau faktor pendorong. Faktor penarik berada di luar diri
seseorang, sedangkan faktor pendorong berasal dari dalam diri atau keluarga yang
memungkinkan seseorang untuk melakukan penyimpangan tersebut.
Perilaku mengkonsumsi minuman keras pada remaja biasanya dipengaruhi oleh
kurangnya pengetahuan dan pemahaman remaja akan kesehatan serta dampak yang terjadi.
Perilaku hidup sehat seperti dalam menjauhi minuman keras,rokok, narkoba, dan obat-
obatan masih minim, sehingga perlu diupayakan peningkatan pendidikan, serta adanya
2
kontrol dari masyarakat. Perilaku mengkonsumsi minuman keras juga sangat erat
hubungannya dengan stratifikasi sosial di dalam masyarakat yang menjadi salah satu faktor
pendorong dan penarik terjadinya perilaku tersebut. Dikarenakan status sosial, pendidikan
(Tingkat pengetahuan), pekerjaan, penghasilan status ekonomi), serta status kedudukan
dalam masyarakat (golongan). Latar belakang sosial dan tingkatan sosial yang berbeda
pada masyarakat akan berpengaruh terhadap perilaku yang dilakukan, seperti perilaku
mengkonsumsi minuman keras pada remaja. Ada beberapa faktor yang mendorong
seseorang menggunakan minuman keras antara lain pengangguran, pergaulan bebas, dan
kenikmatan.
Peredaran minuman beralkohol di Indonesia pada saat ini sudah cukup luas karena
hampir di setiap daerah di wilayah hukum Indonesia terdapat toko-toko kecil hingga toko
besar yang menjual minuman beralkohol. Jenis yang diperjual belikan pun berbagai macam
mulai minuman beralkohol buatan pabrik, minuman beralkohol yang kerap disebut dengan
minuman polos, dan minuman beralkohol tradisional. Peredaran minuman tersebut seakan
tidak akan pernah putus karena penikmat minuman beralkohol yang jumlahnya tidak sedikit
sehingga menyebabkan permintaan pembelian minuman beralkohol terus terjadi guna
memenuhi permintaan konsumen. Sebenarnya keberadaan minuman beralkohol kerap
menuai problema di berbagai daerah karena mindset dari kebanyakan orang bahwa
minuman tersebut dapat mengakibatkan kerugian bagi peminumnya dan bagi warga sekitar,
namun faktanya minuman beralkohol juga merupakan salah satu penyumbang pendapatan
daerah yang menyumbangkan cukup banyak rupiah bagi Pemerintah Daerah. Meskipun
minuman beralkohol memberikan sumbangan pundi-pundi dana bagi Pemerintah Daerah,
tetap saja gelombang penolakan keberadaan minuman beralkohol banyak terjadi dari
berbagai macam kalangan.
Jalan Kalilom Gang Melati tewas usai pesta miras oplosan pada saat menyambut malam
tahun baru. Pesta miras dilaksanakan pada senin, 31 desember 2017 pada pukul 10.00 WIB
selasa 1 januari 2018 pukul 05.00 wib. Pesta miras tersebut digelar di rumah kontrakan
korban Ahmad Setiawan di Jalan Kalilom. Mereka minum 3 botol miras jenis “cukrik tutup
biru” alias oplosan yang dicampur minuman bersoda yaitu Fanta Merah. Setelah menggelar
pesta miras tersebut korban langsung dibawa ke Rumah sakit setempat dan tidak lama
kemudian meninggal dunia.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Definisi Minuman Keras
Minuman keras (disingkat miras), minuman suling, atau spirit adalah minuman
beralkohol yang mengandung etanol yang dihasilkan dari penyulingan ethanol yang
diproduksi dengan cara fermentasi biji-bijian, buah, atau sayuran. Contoh minuman keras
adalah arak, vodka, gin, baijiu, tequila, rum, wiski, brendi, dan soju. Istilah "spirit"
(dari bahasa latin spiritus yang berarti "nafas") yang merujuk ke minuman keras berasal dari
alkimia Timur Tengah. Alkemis-alkemis tersebut lebih peduli dengan kesehatan obat
mujarab dibandingkan dengan transmutasi timah menjadi emas. Uap yang dilepaskan dan
dikumpulkan selama proses alkimia (seperti dengan distilasi alkohol) disebut
sebagai spirit ("sukma") dari cairan aslinya. Sedangkan asal usul istilah bahasa
Inggris minuman keras, yaitu "liquor" dan kerabat dekatnya "liquid" adalah kata kerja
Latin liquere, yang berarti "untuk menjadi cairan".
Bahan baku dari pembuatan minuman keras adalah bahan-bahan alami yang
berasal dari tumbuhan. Biasanya yang digunakan adalah perasan buah dan biji-bijian
(barley, gandum, hope, dan beras). Adapun minuman keras tradisional dibuat dari bahan
nira atau tebu.
Minuman keras terbagi menjadi 3 golongan yaitu golongan A berkadar Alkohol
01%-05%, golongan B berkadar Alkohol 05%-20%, golongan C berkadar Alkohol 20%-
50% (Blue, 2004).
dan distilasi atau fermentasi tanpa distilasi. Dan PerKa BPOM RI No. 14 tahun 2016
tentang Standar Keamanan dan Mutu Minuman Beralkohol menyatakan bahwa ambang
batas maksimum kandungan alkohol dalam minuman beralkohol adalah tidak lebih dari
0,01% v/v (dihitung terhadap volume produk). Berdasarkan kandungan alkoholnya,
minuman keras di golongkan menjadi 3 golongan yaitu, Golongan A dengan batas
kadar alkohol hingga 5%, Golongan B dengan kadar alkohol 5-20%, dan Golongan C
dengan kadar alkohol lebih dari 20-55%. Minuman beralkohol juga mengandung
senyawa lain, seperti asam organik. Asam organik yang terdapat dalam minuman
beralkohol adalah asam asetat, asam valerat, asam propionat. Selain asam organik juga
terdapat fenol, aldehid, asam Keaton (Darby,1979).
Tidak jauh berbeda dengan perkembangan nilai output, nilai produksi industri
minuman beralkohol di Indonesia juga cenderung meningkat sebesar 31,8 persen per
7
tahunnya (Tabel 4.2). Pertumbuhan nilai produksi industri minuman beralkohol Indonesia
dipicu oleh tingginya pertumbuhan nilai produksi pada industri minuman anggur dan
sejenisnya sebesar 42,3 persen dan industri minuman keras sebesar 30,8 persen. Nilai
produksi industri minuman beralkohol Indonesia pada tahun 2010 mencapai Rp 1,4 triliun,
naik menjadi Rp 2,9 triliun pada tahun 2013.
Berdasarkan data WHO (2014) yang hanya menghitung konsumsi per kapita produk
minuman beralkohol oleh peminum alkohol saja, bukan peminum dikecualikan. Konsumsi
per kapita penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun ke atas dan merupakan peminum pada
tahun 2010 tercatat sebesar 7,1 liter per tahun. Bila dilihat menurut gender, konsumsi
alkohol peminum pria sebesar 9,4 liter per kapita per tahun sedangkan perempuan 1,7 liter
8
per kapita per tahun. Bila dilihat dari jenis minuman beralkohol yang dikonsumsi, sekitar
84,5 persen dari peminum alkohol Indonesia yang tercatat pada tahun 2010 memilih produk
bir (beer), 15,3 persen memilih alkohol (spirits), dan 0,1 persen memilih produk minuman
anggur (wine) (WHO, 2014).
3.2 SARAN
Peredaran minuman keras oplosan di Indonesia tidak hanya dikontrol oleh
Pemerintah, tetapi juga harus didukung oleh masyarakat sekitar. Langkah preventif yang
dapat dilakukan untuk meminimalisir peredaran minuman keras di Indonesia adalah
seringnya komunikasi atau pertemuan lintas sektoral dengan pemimpin daerah atau tokoh
masyarakat lainnya guna membahas pencegahan dan bahaya miras serta
penanggulangannya. Pemerintah atau masyarakat sekitar juga harus mengadakan sosialisasi
ke sekolah-sekolah atau komunitas yang rawan mengonsumsi minuman keras tersebut.
Langkah lainnya yang dapat dilakukan yaitu mengontrol atau mengawasi peredaran bahan-
bahan kimia yang dijual, karena banyak disalahgunakan seperti dalam campuran minuman
keras oplosan. Pemerintah juga harus rutin mengadakan penindakan atau penertiban ke
tempat-tempat yang rawan menjual minuman keras dan oplosan seperti warung, kafe,
bahkan mungkin toko jamu. Bahkan razia ke sekolah-sekolah pun seharusnya tidak luput
dari penindakan untuk menghindari barang bawaan siswa yang tidak diinginkan. Dalam
upaya pencegahan ini, elemen masyarakat juga harus mendukung program-program yang
dilakukan pemerintah dengan membuat gerakan atau deklarasi anti minuman keras untuk
memperkuat komitmen dalam menanggulangi masalah peredaran minuman keras.
DAFTAR PUSTAKA
Blue, Anthony Dias. 2004. The Complete Book of Spirits: A Guide to Their History,
Production, and Enjoyment. New York: HarperCollins Publishers.
Darby, W.J. 1979. The Nutrient Contribution of Fermented Beverages. Castineau and
William J. Darby Academic Press, New York.
Depkes.go.id. 2018. JUDUL APA DI WEB
Diakses melalui : COPY LINKNYA pada hari Senin, 13 Mei 2019 pukul 21.16
WIB
Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 3 tahun 1997 tentang pengawasan da
pengendalian minuman beralkohol
Ntmcpolri. 2018. Bahaya dan Undang-Undang yang Mengatur Tentang Miras
Diakses melalui:
https://ntmcpolri.info/home/bahaya-dan-undang-undang-yang-mengatur-tentang-
miras/ pada hari..............................
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. 14 tahun
2016 tentang Standar Keamanan dan Mutu Minuman Beralkohol
Sentra Informasi Keracunan (SIKer) dan tim. 2001. Pedoman Penatalaksanaan Keracunan
untuk Rumah Sakit.