Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KIMIA FORENSIK

PEREDARAN MINUMAN KERAS OPLOSAN

Dosen Pengampu : Drs. R. Djarot Sugiarso, M.S

Disusun Oleh Kelompok 1:

Cici Muarifah (01211740000001)


Erninda Patriani (01211740000008)
Indri Khoirotul Ummah (01211740000013)
Hana Yosinta Maria (01211740000021)
Ulfa Miki Fitriana (01211740000031)
Fitrin Nafilah (01211740000046)
Wahyu Dwi Putri (01211740000062)
Rida Kharismawati (01211740000066)
Elsye Idayu Cahya P.B (01211740000071)
Dewi Septiningtyas H. (01211740000083)

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2019

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................... .................. i


DAFTAR ISI .......................................................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN .............................................................................. ...................1
1.1. Latar Belakang ................................................................................... ...................1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................. ...................2
1.3. Studi Kasus ........................................................................................ ...................2
BAB 2. PEMBAHASAN ................................................................................ ...................3
2.1. Definisi Minuman Keras ................................................................... ...................3
2.2. Ciri-Ciri Minuman Keras .................................................................. ...................3
2.3. Hukum Tentang Minuman Keras ....................................................... ...................4
2.4. Data Peredaran Minuman Keras di Indonesia .......................................................6
2.5. Dampak Mengonsumsi Minuman Keras Oplosan ................................................9
2.6. Pembahasan Rumusan Masalah ......................................................... ...................9
2.7. Pembahasan Studi Kasus .......................................................................................
BAB 3. PENUTUPAN .................................................................................... ...................
3.1. Simpulan ............................................................................................ ...................
3.2. Saran ................................................................................................... ...................
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Perbandingan Konsumsi Minuman Beralkohol dengan Air Kemasan............6
Gambar 2.2 Perkembangan Nilai Neraca Perdagangan Produk Minuman
Beralkohol Indonesia Tahun 2006-2015 (dalam jta US$)..............................8

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perkembangan Nilai Output Industri Minuman Beralkohol
Indonesia Tahun 2010-2013...............................................................................7
Tabel 2.2 Perkembangan Nilai Produksi Industri Minuman
Beralkohol Indonesia Tahun 2010-2013............................................................7
Tabel 2.3 Tingkat Konsumsi Minuman Beralkohol Perkapita Indonesia...........................8

ii
1

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Minuman keras adalah semua jenis minuman beralkohol. Minuman beralkohol
adalah minuman yang mengandung etanol yang diproses dari bahan hasil pertanian yang
mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa
destilasi, baik dengan cara memberi perlakuan terlebih dahulu atau tidak, menambahkan
bahan lain atau tidak, maupun yang diproses dengan cara mencampur konsentrat dengan
alkohol atau dengan cara pengenceran minuman yang mengandung ethanol. minuman keras
terdiri dari 3 golongan yaitu minuman keras golongan A (kadar etanol 1-5%), minuman
keras golongan B(kadar etanol 5-20%), dan minuman keras golongan C (kadar etanol 20-
50%), menurut (Permendag, 2009).
Penggunaan minuman keras secara berkepanjangan dapat menimbulkan berbagai
masalah yang terkait dengan kesehatan, sebagai contoh penyakit yang diakibatkan oleh
konsumsi minuman keras secara berlebihan adalah kerusakan jaringan otak, penyakit hati,
gangguan system pencernaan, gangguan kelenjar pancreas, gangguan system otot,
gangguan seksual dan perkembangan janin, gangguan system endokrin, gangguan system
metabolisme nutrisi, resiko kanker dan gangguan metabolisme tubuh.
Penyalahgunaan minuman keras saat ini merupakan permasalahan yang cukup
berkembang dikalangan remaja dan menunjukkan kecenderungan yang meningkat dari
tahun ke tahun, yang akibatnya dirasakan dalam bentuk kenakalan-kenakalan, perkelahian,
munculnya geng-geng remaja, perbuatan asusila, dan maraknya premanisme pada kalangan
remaja. Masa remaja secara psikologi merupakan masa peralihan dari masa anak–anak ke
masa dewasa, pada masa remaja terjadi kematangan secara kognitif yaitu interaksi dari
struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas yang
memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Kehidupan remaja sangat mudah
dipengaruhi oleh hal yang bersifat relatif baru hasil dari interaksi sosial salah satu seperti
misalnya sosial budaya yang datang dari luar, sehingga hal ini cenderung menggiring
perilaku menyimpang pada remaja. Seorang remaja masih dalam masa mencari jati diri
selalu berusaha mencoba hal yang baru, apabila tidak adanya kontrol dari orang dewasa
maka kalangan remaja tersebut akan terjerumus dalam perbuatan yang bersifat negatif,
salah satunya adalah mengkonsumsi minuman keras.
Masalah penyalahgunaan minuman keras menjadi perhatian di berbagai kalangan
di Indonesia. Mulai dari pemerintah, LSM, Ormas, bahkan masyarakat pun juga turut serta
membicarakan tentang bahaya penyalahgunaan minuman keras. Pada saat sekarang banyak
remaja yang mengatakan bahwa dengan minum minuman keras kepercayaan diri mereka
bertambah dari yang pemalu menjadi pemberani, dapat memperbanyak teman, mereka juga
beranggapan bahwa semua masalah dapat teratasi dengan minum minuman keras.
Mengkonsumsi minuman keras adalah salah satu bentuk perilaku yang dianggap
menyimpang. Perilaku menyimpang terjadi dikalangan remaja tidak muncul begitu saja
apabila tidak ada faktor penarik atau faktor pendorong. Faktor penarik berada di luar diri
seseorang, sedangkan faktor pendorong berasal dari dalam diri atau keluarga yang
memungkinkan seseorang untuk melakukan penyimpangan tersebut.
Perilaku mengkonsumsi minuman keras pada remaja biasanya dipengaruhi oleh
kurangnya pengetahuan dan pemahaman remaja akan kesehatan serta dampak yang terjadi.
Perilaku hidup sehat seperti dalam menjauhi minuman keras,rokok, narkoba, dan obat-
obatan masih minim, sehingga perlu diupayakan peningkatan pendidikan, serta adanya
2

kontrol dari masyarakat. Perilaku mengkonsumsi minuman keras juga sangat erat
hubungannya dengan stratifikasi sosial di dalam masyarakat yang menjadi salah satu faktor
pendorong dan penarik terjadinya perilaku tersebut. Dikarenakan status sosial, pendidikan
(Tingkat pengetahuan), pekerjaan, penghasilan status ekonomi), serta status kedudukan
dalam masyarakat (golongan). Latar belakang sosial dan tingkatan sosial yang berbeda
pada masyarakat akan berpengaruh terhadap perilaku yang dilakukan, seperti perilaku
mengkonsumsi minuman keras pada remaja. Ada beberapa faktor yang mendorong
seseorang menggunakan minuman keras antara lain pengangguran, pergaulan bebas, dan
kenikmatan.
Peredaran minuman beralkohol di Indonesia pada saat ini sudah cukup luas karena
hampir di setiap daerah di wilayah hukum Indonesia terdapat toko-toko kecil hingga toko
besar yang menjual minuman beralkohol. Jenis yang diperjual belikan pun berbagai macam
mulai minuman beralkohol buatan pabrik, minuman beralkohol yang kerap disebut dengan
minuman polos, dan minuman beralkohol tradisional. Peredaran minuman tersebut seakan
tidak akan pernah putus karena penikmat minuman beralkohol yang jumlahnya tidak sedikit
sehingga menyebabkan permintaan pembelian minuman beralkohol terus terjadi guna
memenuhi permintaan konsumen. Sebenarnya keberadaan minuman beralkohol kerap
menuai problema di berbagai daerah karena mindset dari kebanyakan orang bahwa
minuman tersebut dapat mengakibatkan kerugian bagi peminumnya dan bagi warga sekitar,
namun faktanya minuman beralkohol juga merupakan salah satu penyumbang pendapatan
daerah yang menyumbangkan cukup banyak rupiah bagi Pemerintah Daerah. Meskipun
minuman beralkohol memberikan sumbangan pundi-pundi dana bagi Pemerintah Daerah,
tetap saja gelombang penolakan keberadaan minuman beralkohol banyak terjadi dari
berbagai macam kalangan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan diantaranya:
1. Apa yang membedakan minuman keras oplosan dengan minuman beralkohol biasa?
2. Bagaimana cara penanganan korban keracunan minuman keras oplosan?

1.3 Studi Kasus


Minuman keras telah menjadi salah satu masalah yang belum terselesaikan di
Indonesia. Tidak hanya menjangkit kota-kota besar, minuman keras atau yang akrab
disebut miras telah beredar cukup pesat di berbagai pelosok negeri ini. Dewasa ini, banyak
remaja yang mengatakan bahwa dengan minum minuman keras kepercayaan diri mereka
bertambah dari yang pemalu menjadi pemberani, mereka beranggapan bahwa semua
masalah dapat teratasi dengan minum minuman keras, serta menurut mereka minuman
keras dapat memperbanyak teman. Minuman keras dewasa ini tidak hanya dikonsumsi oleh
masyarakat dewasa, banyak sekali kasus yang menyebutkan bahwa anak-anak usia remaja
telah banyak kecanduan miras. Selain berbahaya pada kesehatan, minuman keras dapat
merusak proses berfikir dan menjadikan seorang tidak sadarkan diri atau bertindak tidak
sesuai kehendak.
Salah satu contohnya di Surabaya, termuat dalam surat kabar elektronik detikNews,
2 warga Surabaya yaitu Ari Gunawan yang berusia 18 tahun, warga Bulak Cumpat Timur,
Kedung Cowek, Kecamatan Bulak dan Ahmad Setiawan yang berusia 35 tahun, warga
3

Jalan Kalilom Gang Melati tewas usai pesta miras oplosan pada saat menyambut malam
tahun baru. Pesta miras dilaksanakan pada senin, 31 desember 2017 pada pukul 10.00 WIB
selasa 1 januari 2018 pukul 05.00 wib. Pesta miras tersebut digelar di rumah kontrakan
korban Ahmad Setiawan di Jalan Kalilom. Mereka minum 3 botol miras jenis “cukrik tutup
biru” alias oplosan yang dicampur minuman bersoda yaitu Fanta Merah. Setelah menggelar
pesta miras tersebut korban langsung dibawa ke Rumah sakit setempat dan tidak lama
kemudian meninggal dunia.

BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Definisi Minuman Keras
Minuman keras (disingkat miras), minuman suling, atau spirit adalah minuman
beralkohol yang mengandung etanol yang dihasilkan dari penyulingan ethanol yang
diproduksi dengan cara fermentasi biji-bijian, buah, atau sayuran. Contoh minuman keras
adalah arak, vodka, gin, baijiu, tequila, rum, wiski, brendi, dan soju. Istilah "spirit"
(dari bahasa latin spiritus yang berarti "nafas") yang merujuk ke minuman keras berasal dari
alkimia Timur Tengah. Alkemis-alkemis tersebut lebih peduli dengan kesehatan obat
mujarab dibandingkan dengan transmutasi timah menjadi emas. Uap yang dilepaskan dan
dikumpulkan selama proses alkimia (seperti dengan distilasi alkohol) disebut
sebagai spirit ("sukma") dari cairan aslinya. Sedangkan asal usul istilah bahasa
Inggris minuman keras, yaitu "liquor" dan kerabat dekatnya "liquid" adalah kata kerja
Latin liquere, yang berarti "untuk menjadi cairan".
Bahan baku dari pembuatan minuman keras adalah bahan-bahan alami yang
berasal dari tumbuhan. Biasanya yang digunakan adalah perasan buah dan biji-bijian
(barley, gandum, hope, dan beras). Adapun minuman keras tradisional dibuat dari bahan
nira atau tebu.
Minuman keras terbagi menjadi 3 golongan yaitu golongan A berkadar Alkohol
01%-05%, golongan B berkadar Alkohol 05%-20%, golongan C berkadar Alkohol 20%-
50% (Blue, 2004).

2.2 Ciri-Ciri Minuman Keras


Ciri-ciri minuman keras dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu secara fisik dan
kimia yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
● Ciri-ciri fisik
Ciri fisik utama yang dapat diamati dari minuman keras adalah dari cita rasanya
yang sedap dan aromanya yang khas. Aroma yang khas tersebut didapatkan dari
penambahan flavour serta pepermint (Darby,1979).
● Ciri-ciri kimia
Ciri utamanya yaitu mengandung alkohol (etanol atau metanol). Pada minuman
keras oposan yang sering dijumpai pada beberapa kasus, yang terkandung di dalamnya
adalah metanol. Sedangkan menurut Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 3
tahun 1997 tentang pengawasan da pengendalian minuman beralkohol pada pasal satu
menyatakan yang boleh terkandung dalam minuman keras adalah etanol yang diperoleh
dari fermentasi hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi
4

dan distilasi atau fermentasi tanpa distilasi. Dan PerKa BPOM RI No. 14 tahun 2016
tentang Standar Keamanan dan Mutu Minuman Beralkohol menyatakan bahwa ambang
batas maksimum kandungan alkohol dalam minuman beralkohol adalah tidak lebih dari
0,01% v/v (dihitung terhadap volume produk). Berdasarkan kandungan alkoholnya,
minuman keras di golongkan menjadi 3 golongan yaitu, Golongan A dengan batas
kadar alkohol hingga 5%, Golongan B dengan kadar alkohol 5-20%, dan Golongan C
dengan kadar alkohol lebih dari 20-55%. Minuman beralkohol juga mengandung
senyawa lain, seperti asam organik. Asam organik yang terdapat dalam minuman
beralkohol adalah asam asetat, asam valerat, asam propionat. Selain asam organik juga
terdapat fenol, aldehid, asam Keaton (Darby,1979).

2.3 Hukum Tentang Minuman Keras


A. Hukum yang mengatur mengenai penggunaan minuman keras
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana menyatakan bahwa tindak
pidana minuman keras diatur dalam Pasal 300 dan Pasal 536 antara lain bahwa :
● Pasal 300 KUHP.
1. Dengan hukuman penjara selama-lamanya satu tahun atau denda sebanyak
banyaknya Rp. 4.500 di hukum :
 Barang siapa dengan sengaja menjual atau menyuruh minum-minuman yang
memabukkan kepada seseorang yang telah kelihatan nyata mabuk;
 Barang siapa dengan sengaja membuat mabuk seorang anak yang umurnya di
bawah 16 tahun; dan
 Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan dengan sengaja
memaksa orang akan minum-minuman yang memabukkan.
2. Kalau perbuatan itu menyebabkan luka berat pada tubuh, sitersalah di hukum penjara
selama-lamanya tujuh tahun.
3. Kalau si tersalah melakukan kejahatan itu dalam jabatannya ia dapat dipecat dari
pekerjaannya itu.

● KUHP Pasal 536.


Barang siapa yang nyata mabuk berada dijalan umum dihukum denda sebanyak-
banyaknya Rp. 225. Jika pada waktu melakukan pelanggaran itu belum lalu satu tahun,
sejak ketetapan hukuman yang dahulu bagi sitersalah lantaran pelanggaran berupa itu
juga atau pelanggaran yang diterangkan dalam Pasal 492, maka hukuman denda itu
dapat diganti dengan hukuman kurungan selama-lamanya tiga hari.
Kalau pelanggaran itu diulang untuk kedua kalinya dalam 1 tahun sesudah ketetapan
putusan hukuman yang pertama karena ulangan pelanggaran itu maka, dijatuhkan
hukuman kurungan selama-lamanya dua Minggu
Kalau pelanggaran itu diulang untuk ketiga kalinya atau selanjutnya di dalam 1 tahun
sesudah ketetapan putusan hukuman yang kemudian sekali lantaran ulangan
pelanggaran untuk kedua kalinya atau selanjutnya, maka dijatuhkan hukuman kurungan
selama-lamanya tiga bulan (ntmcpolri. 2018)
5

B. Hukum yang mengatur mengenai peredaran minuma keras:


● KUHP Pasal 204 ayat (1):
Barangsiapa menjual, menawarkan, menyerahkan atau membagi-bagikan
barang yang diketahuinya membahayakan nyawa atau kesehatan orang, sedangkan
sifat berbahaya itu tidak diberitahukannya, diancam dengan pidana penjara paling
lama lima belas tahun.

● KUHP Pasal 204 ayat (2):


Kalau ada orang mati lantaran perbuatan itu si tersalah dihukum penjara
seumur hidup atau dipenjara sementara selama - lamanya dua puluh tahun.

● KUHP Pasal 340:


Barangsiapa dengan sengaja dan dengan direncanakan lebih dahulu
menghilangkan nyawa orang lain, dihukum karena pembunuhan direncanakan
(moord), dengan hukuman mati atau penjara seumur hidup atau penjara sementara
selama-lamanya dua puluh tahun.

● UU Pangan Pasal 137:


 Setiap Orang yang memproduksi Pangan yang dihasilkan dari Rekayasa Genetik
Pangan yang belum mendapatkan persetujuan Keamanan Pangan sebelum
diedarkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
 Setiap Orang yang melakukan kegiatan atau proses Produksi Pangan dengan
menggunakan bahan baku, bahan tambahan Pangan, dan/atau bahan lain yang
dihasilkan dari Rekayasa Genetik Pangan yang belum mendapatkan persetujuan
Keamanan Pangan sebelum diedarkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77
ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda
paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

● UU Pangan Pasal 138:


Setiap Orang yang melakukan Produksi Pangan untuk diedarkan, yang
dengan sengaja menggunakan bahan apa pun sebagai Kemasan Pangan yang dapat
melepaskan cemaran yang membahayakan kesehatan manusia sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 83 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2
(dua) tahun atau denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

● UU Pangan Pasal 146 ayat (1) huruf b:


Kematian orang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun atau denda paling banyak Rp20.000.000.000,00 (dua puluh miliar
rupiah).
6

2.4 Data Peredaran Minuman Keras di Indonesia


Pola konsumsi minuman beralkohol legal tertinggi yang didata BPS
menunjukkan daerah dengan jumlah penduduk nonmuslim yang signifikan. Manado di
Sulawesi Utara menjadi daerah dengan konsumsi rata-rata tertinggi di Indonesia. Di
Manado, volume konsumsi mencapai 61,41 ml per orang per bulan. Lalu di Denpasar (Bali),
volume konsumsi 49,71 ml; lantas di Ambon (Maluku) mencapai 47,40 ml; dan di Medan
(Sumatera Utara) hingga 40.97.

Gambar 2.1 Perbandingan Konsumsi Minuman Beralkohol dengan Air Kemasan


(Sumber : Badan Pusat Statistika, 2016)

Tidak jauh berbeda dengan perkembangan nilai output, nilai produksi industri
minuman beralkohol di Indonesia juga cenderung meningkat sebesar 31,8 persen per
7

tahunnya (Tabel 4.2). Pertumbuhan nilai produksi industri minuman beralkohol Indonesia
dipicu oleh tingginya pertumbuhan nilai produksi pada industri minuman anggur dan
sejenisnya sebesar 42,3 persen dan industri minuman keras sebesar 30,8 persen. Nilai
produksi industri minuman beralkohol Indonesia pada tahun 2010 mencapai Rp 1,4 triliun,
naik menjadi Rp 2,9 triliun pada tahun 2013.

Tabel 2.1 Perkembangan Nilai Output Industri Minuman Beralkohol Indonesia


Tahun 2010-2013
(Sumber: Kementerian Perindustrian, 2016, diolah oleh Puska Daglu)

Seiring dengan peningkatan permintaan dan banyaknya produsen minuman


beralkohol yang telah mencapai kapasitas produksi maksimum, perusahaan industri
minuman beralkohol yang telah ada di Indonesia diizinkan untuk meningkatkan kapasitas
produksinya sebagaimana Peraturan Menteri Perindustrian No. 63/M-IND/PER/7/2014.
Pada akhir tahun 2014 perusahaan industri minuman beralkohol terdepan, Multi Bintang,
telah menyelesaikan pembangunan pabrik ketiga di Jawa Timur dan dengan adanya pabrik
baru tersebut menambah kapasitas produksi sekitar 500 ribu hektoliter.

Tabel 2.2 Perkembangan Nilai Produksi Industri Minuman Beralkohol Indonesia


Tahun 2010-2013
(Sumber: Kementerian Perindustrian, 2016, diolah oleh Puska Daglu)

Berdasarkan data WHO (2014) yang hanya menghitung konsumsi per kapita produk
minuman beralkohol oleh peminum alkohol saja, bukan peminum dikecualikan. Konsumsi
per kapita penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun ke atas dan merupakan peminum pada
tahun 2010 tercatat sebesar 7,1 liter per tahun. Bila dilihat menurut gender, konsumsi
alkohol peminum pria sebesar 9,4 liter per kapita per tahun sedangkan perempuan 1,7 liter
8

per kapita per tahun. Bila dilihat dari jenis minuman beralkohol yang dikonsumsi, sekitar
84,5 persen dari peminum alkohol Indonesia yang tercatat pada tahun 2010 memilih produk
bir (beer), 15,3 persen memilih alkohol (spirits), dan 0,1 persen memilih produk minuman
anggur (wine) (WHO, 2014).

Tabel 2.3 Tingkat Konsumsi Minuman Beralkohol Perkapita Indonesia


(Sumber: WHO, 2014)

Dari sisi volume, neraca perdagangan produk Minuman Beralkohol di Indonesia


sepanjang tahun 2006-2015 menunjukkan surplus perdagangan. Volume surplus
perdagangan produk Minuman Beralkohol Indonesia pada tahun 2006-2010 cenderung
menurun sementara volume surplus perdagangan pada lima tahun terakhir (2011-2015)
cenderung meningkat. Surplus perdagangan produk Minuman Beralkohol Indonesia pada
tahun 2015 mencapai 11,51 ribu ton, naik dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai
9,10 ribu ton. Volume surplus perdagangan pada tahun 2015 tersebut adalah terbesar kedua
setelah surplus perdagangan pada tahun 2008 yang mencapai 16,81 ribu ton.

Gambar 2.2 Perkembangan Nilai Neraca Perdagangan Produk Minuman Beralkohol


Indonesia Tahun 2006-2015 (dalam jta US$)
(Sumber: Badan Pusat Statistika, 2016, diolah Puska Daglu)
9

2.5 Dampak Mengonsumsi Minuman Keras Oplosan


Dalam minuman keras oplosan biasanya mengandung metanol yang berbahaya
bagi tubuh dan adanya percampuran bahan lainnya maka kandungannya tergantung bahan
yang ditambahkan. Menurut dr. Eka Viora bahwa metanol bila dicerna tubuh akan menjadi
formaldehyde atau formalin yang beracun, berbahaya bagi kesehatan. Reaksinya dapat
merusak jaringan saraf pusat, otak, pencernaan, hingga kasus kebutaan. Kasubdit Inspeksi
Produksi dan Peredaran Produk Pangan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM),
Chairun Nissa, Apt., MP, menyatakan bahwa pihaknya menemukan miras oplosan yang
dicampur dengan suplemen minuman berenergi dan minuman alkohol tradisional seperti
tuak. Namun yang lebih mengejutkan ada miras yang dioplos dengan obat nyamuk cair.
Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, dr. Danardi
Sosrosumihardjo, Sp.J (K) menyatakan bahwa pada dasarnya kebiasaan minum minuman
beralkohol sangat merugikan kesehatan. Terlalu banyak konsumsi alkohol sendiri dapat
menurunkan kemampuan berpikir dan gangguan perilaku. Jika konsumsi berlebihan, bisa
menyebabkan seseorang hilang kesadaran, kejang, hingga meninggal dunia. Penyakit
serius lainnya yang disebabkan oleh alkohol diantaranya, tukak lambung, kerusakan pada
hati, hingga komplikasi gangguan psikiatri berat (Depkes.go.id, 2018).

2.6 Pembahasan Rumusan Masalah


Berdasarkan rumusan masalah sebelumnya, Direktur Bina Kesehatan Jiwa
Kementerian Kesehatan RI, dr. Eka Viora, Sp.J (K) menjelaskan bahwa jenis alkohol pada
miras oplosan berbeda dengan minuman beralkohol yang biasa dikonsumsi manusia.
Kandungan minuman beralkohol yang biasa dikonsumsi manusia adalah etil alkohol atau
etanol yang dibuat melalui proses fermentasi dari madu, gula, sari buah, atau ubi-ubian.
Sementara yang terkandung dalam miras oplosan bukanlah etanol melainkan metil alkohol
atau metanol. Metanol biasanya dipakai untuk bahan industri sebagai pelarut, pembersih dan
penghapus cat. Metanol dapat ditemukan dalam tiner (penghapus cat) atau aseton
(pembersih cat kuku). Tanpa dicampur apapun, metanol sangat berbahaya bagi kesehatan
bahkan bisa menyebabkan kematian. Apalagi dicampur dengan berbagai bahan lain yang
tidak jelas jenis dan kandungannya (Depkes.go.id, 2018).
Sedangkan untuk penanganan korban keracunan miras oplosan dilakukan oleh
petugas medis secara suportif dan simtomatik, yaitu:
10

● Penatalaksanaan jalan napas, yaitu membebaskan jalan napas untuk menjamin


pertukaran udara.
● Penatalaksanaan fungsi pernapasan untuk memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara
memberikan pernapasan buatan untuk menjamin cukupnya kebutuhan oksigen dan
pengeluaran karbon dioksida.
● Penatalaksaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi darah.
● Jika terjadi mual dan muntah dapat diberikan antiemetik (antimuntah).
● Jika korban mengalami ketoasidosis alkohol dapat diberikan Dextrose 5% dalam NaCl
0,9%, vitamin B1 dan vitamin lainnya serta pengganti Kalium apabila diperlukan.
● Jika korban menunjukkan asidosis berat atau kejang dapat diberikan Natrium
Bikarbonatdan Benzodiazepin.
● Asidosis metabolik ditandai dengan napas cepat dan dalam (hiperventilasi). Untuk
melihat ada atau tidaknya metanol dalam miras oplosan dapat dilakukan pemeriksaan
laboratorium terhadap osmolaritas (anion gap) atau kepekatan darah dalam tubuh.
● Dekontaminasi gastrointestinal dapat dilakukan melalui aspirasi nasogastrik.
● Jika alkohol mengenai mata korban perlu dilakukan irigasi mata yaitu secara perlahan,
bukalah kelopak mata yang terkena dan cuci dengan sejumlah air bersih dingin atau
larutan NaCl 0,9% diguyur perlahan selama 15-20 menit atau sekurangnya 1 liter untuk
setiap mata. Hindarkan bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya. Jika masih
belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit dan jangan menggosok mata (Sentra
Informasi Keracunan, 2001).

2.7 Pembahasan Studi Kasus


BAB 3. PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Peredaran minuman keras oplosan di Indonesia pada saat ini sudah cukup luas,
karena hampir setiap daerah di wilayah Indonesia mulai dari toko-toko kecil hingga toko
besar yang menjual minuman beralkohol hingga oplosan. Dampak yang ditimbulkan bagi
konsumen minuman keras oplosan sangatlah buruk, karena menimbulkan beberapa
masalah kesehatan bahkan hingga menyebabkan kematian. Peredaran minuman keras yang
cukup pesat di Indonesia ini sudah lama menjadi fokus penanganan pemerintah, karena
konsumennya pun beragam dengan mayoritas para remaja. Banyak peraturan perundang-
undangan yang mengatur tentang minuman keras, namun belum efektif apabila pemerintah
tidak turun langsung ke masyarakat dalam mengontrol peredaran minuman keras di
Indonesia ini.

3.2 SARAN
Peredaran minuman keras oplosan di Indonesia tidak hanya dikontrol oleh
Pemerintah, tetapi juga harus didukung oleh masyarakat sekitar. Langkah preventif yang
dapat dilakukan untuk meminimalisir peredaran minuman keras di Indonesia adalah
seringnya komunikasi atau pertemuan lintas sektoral dengan pemimpin daerah atau tokoh
masyarakat lainnya guna membahas pencegahan dan bahaya miras serta
penanggulangannya. Pemerintah atau masyarakat sekitar juga harus mengadakan sosialisasi
ke sekolah-sekolah atau komunitas yang rawan mengonsumsi minuman keras tersebut.
Langkah lainnya yang dapat dilakukan yaitu mengontrol atau mengawasi peredaran bahan-
bahan kimia yang dijual, karena banyak disalahgunakan seperti dalam campuran minuman
keras oplosan. Pemerintah juga harus rutin mengadakan penindakan atau penertiban ke
tempat-tempat yang rawan menjual minuman keras dan oplosan seperti warung, kafe,
bahkan mungkin toko jamu. Bahkan razia ke sekolah-sekolah pun seharusnya tidak luput
dari penindakan untuk menghindari barang bawaan siswa yang tidak diinginkan. Dalam
upaya pencegahan ini, elemen masyarakat juga harus mendukung program-program yang
dilakukan pemerintah dengan membuat gerakan atau deklarasi anti minuman keras untuk
memperkuat komitmen dalam menanggulangi masalah peredaran minuman keras.

DAFTAR PUSTAKA
Blue, Anthony Dias. 2004. The Complete Book of Spirits: A Guide to Their History,
Production, and Enjoyment. New York: HarperCollins Publishers.
Darby, W.J. 1979. The Nutrient Contribution of Fermented Beverages. Castineau and
William J. Darby Academic Press, New York.
Depkes.go.id. 2018. JUDUL APA DI WEB
Diakses melalui : COPY LINKNYA pada hari Senin, 13 Mei 2019 pukul 21.16
WIB
Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 3 tahun 1997 tentang pengawasan da
pengendalian minuman beralkohol
Ntmcpolri. 2018. Bahaya dan Undang-Undang yang Mengatur Tentang Miras
Diakses melalui:
https://ntmcpolri.info/home/bahaya-dan-undang-undang-yang-mengatur-tentang-
miras/ pada hari..............................
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. 14 tahun
2016 tentang Standar Keamanan dan Mutu Minuman Beralkohol
Sentra Informasi Keracunan (SIKer) dan tim. 2001. Pedoman Penatalaksanaan Keracunan
untuk Rumah Sakit.

Anda mungkin juga menyukai