Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ALKOHOLISME

Disusun Oleh:
Asti Ramadhani (G1C118001)
Marianto (G1C118022)
Fahira Syahatirah Reedina(G1C118057)

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH:

Siti Raudhoh, S.Psi., M.Psi.

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya
lah kami dapat menyusun makalah ini yang sekarang sudah ada ditangan pembaca yang berjudul
“Alcoholism”

Makalah ini telah kami susun dan selesaikan dengan semaksimal mungkin berkat
kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami sampaikan banyak terima kasih
kepada teman teman yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian makalah ini,
khususnya kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Psikologi Kesehatan yang senantiasa dengan
sabar dan ikhlas membimibing kami.

Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi.
Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati , kami selaku penyusun menerima segala kritik dan
saran yang membangun dari pembaca.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga para pembaca dapat mendapat manfaat dan
inspirasi dari makalah ini

Jambi, 21 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar ……………………………………………………………………………… i


Daftar isi ……………………………………………………………………………… ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………………………….1
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Alkohol dan Alkoholisme …………………………………………………………2
2.2 Alkohol Tidak Selalu buruk……………………………………………………………............3
2.3 Penyebab Alkoholisme ………………………………………………………………………...3
2.4 Bahaya Alkoholisme Bagi Kesehatan…………………………….……………………………4
2.5 Jenis Intervensi Alkoholisme …………………………………………...……………………..6
BAB III : PENUTUP
3.1. Kesimpulan …………………………………………………………………………………..10
3.2. Saran ………………………………………………………………………………………11
Daftar Pustaka ……………………………………………………………………………......12
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Berdasarkan Global status report on alcohol and health 2014, dari 241.000.000 orang penduduk
Indonesia, Prevalensi gangguan karena penggunaan alkohol adalah 0,8% dan prevalensi
ketergantungan alkohol adalah 0,7% pada pria maupun wanita. Apabila dilihat dari persentasenya,
prevalensi gangguan karena penggunaan alkohol dan prevalensi ketergantungan alkohol sangatlah
kecil. Namun, apabila angka tersebut dikalikan dengan jumlah penduduk Indonesia, sebanyak
1.928.000 orang penduduk Indonesia mengalami gangguan karena penggunaan alkohol dan
sebanyak 1.180.900 orang penduduk Indonesia mengalami ketergantungan alkohol.
Bahaya mengkonsumsi alkohol termasuk dalam lima besar faktor resiko untuk penyakit,
kecacatan dan kematian di seluruh dunia. Konsumsi alkohol dapat meningkatkan berbagai resiko
terhadap kesehatan seperti ketergantungan alkohol, sirosis hepar, kanker dan luka-luka akibat efek
langsung maupun tidak langsung dari intoksikasi alkohol
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Alkohol

Alkohol sendiri adalah zat psikoatif yang bersifat adiktif. Psikoatif karena alkohol bekerja
secara selektif terutama pada otak, yang dapat menimbulkan perubahan pada perilaku, emosi,
kognitif, persepsi, dan kesadaran seseorang. Sifat adiktif alkohol adalah sifat kecanduan atau
ketergantungan seseorang terhadap zat ini. Seseorang pengguna alkohol mempunyai rentang
respon yang berfluktuasi dari kondisi ringan sampai berat. Bahan psikoaktif yang terdapat dalam
alkohol adalah etil alkohol yang diperoleh dari proses fermentasi madu, gula sari buah atau umbi
umbian. Minuman beralkohol mempunyai kadar yang berbeda-beda, misalnya bir dan soda alkohol
(1%-10% alkohol), martini dan anggur (10%-20% alkohol), dan minuman keras import yang biasa
disebut sebagai whisky dan brandy (20%-50% alkohol). Alkohol sendiri dibedakan menjadi 3
golongan, golongan A berkadar 0,1%-05%, golongan B berkadar 0,5%-20%, dan olongan C
berkadar 20%-50%. Meskipun tubuh manusia dapat mempergunakan sekitar 7 kal/gr alkohol yang
dikonsumsi, tetapi kenyataannya tidak ada satupun proses biokimiawi tubuh manusia yang
membutuhkan alkohol.

Alkoholisme atau biasa dikenal dengan kecanduan alkohol adalah suatu kondisi yang
ditandai dengan kebiasaan mengonsumsi alkohol secara berlebihan. Kecanduan terjadi jika
seseorang minum terlalu banyak di mana tubuh menjadi ketergantungan dan kecanduan terhadap
alkohol. Apabila hal ini terjadi, alkohol dapat menyebabkan perubahan di otak yang membuat
seseorang kehilangan kendali dalam tindakannya. Seseorang dapat minum alkohol berlebihan
sepanjang hari atau menjalani binge drinking, di mana seseorang mengonsumsi sekitar 4 sampai 5
gelas minuman dalam 2 jam. Kecanduan alkohol dapat menyebabkan stress yang signifikan pada
tubuh dan mengakibatkan masalah kesehatan yang serius. Penting untuk segera mencari
pertolongan medis apabila Anda menduga Anda atau kerabat Anda memiliki masalah
penyalahgunaan alkohol.

Tidak ada yang baik jika dikonsumsi berlebihan, terlebih ketika sudah bersinggungan
dengan alkohol. Jika ada yang masih terbiasa mengonsumsi alkohol berlebihan dan sering,
waspadai bahaya alkohol mulai dari ketagihan hingga depresi. Belum lagi ada berapa banyak risiko
penyakit meningkat ketika seseorang terlalu banyak minum alkohol.
2.2 Alkohol tidak selalu buruk

Pada dasarnya, alkohol tidak serta merta buruk. Substansi yang populer di penjuru dunia
ini tak hanya ditemukan dalam minuman saja, tapi juga makanan lain seperti buah atau ubi. Namun
bahaya alkohol mengintai mereka yang terlalu banyak mengonsumsi minuman keras.Substansi
psikoaktif dalam alkohol memiliki efek yang begitu kuat pada mood dan kondisi mental seseorang.
Itulah mengapa orang sering menjadikan alkohol sebagai pelarian saat situasi hati tidak baik. Lebih
jauh lagi, alkohol bisa membuat seseorang berperilaku dan mengambil keputusan yang tidak
objektif. Seringkali, hal yang disesali kemudian.Jadi, alkohol bisa menjadi buruk bergantung pada
bagaimana cara seseorang mengonsumsinya. Apabila dikonsumsi berlebihan baik untuk jangka
waktu lama (kebiasaan) atau satu waktu dalam kuantitas begitu banyak, sama-sama
menjadikannya berbahaya.

2.3 Faktor Penyebab timbulnya alkoholisme

Menurut Soedjono Dirdjosisworo bahwa faktor apa yang menyebabkan timbulnya alkoholisme,
yaitu :

1. Sebab dalam diri individu. Seorang individu yang minum minuman keras yang mengandung
alkohol, terdorong oleh berbagai motivasi.

Motivasi tersebut adalah:

a. Peminum yang terbiasa untuk kesegaran dan kesenangan yang peminumannya semakin kerap
atau sering, yang makin lama meningkat volumenya sehingga pada saatnya menjadi alkoholis.

b. Peminum yang didorong oleh rasa sakitnya, tindakannya ini adalah untuk meringankan
penderitaannya. Ketidaksadaran diri adalah tujuan ia minum alkohol.

c. Peminum yang didorong oleh perasaan kecewa, tekanan batin, kecemasan, dan ketegangan, yang
berusaha melupakan kesemuanya itu dengan mabuk-mabukan.

d. Peminum yang frustasi dan secara sadar ingin menunjukkan sikap protes kepada masyarakat. Ia
protes terhadap norma yang sudah mapan, terhadap generasi sebelumnya,terhadap ajaran agama,
dan sebagainya. Adanya tarikan individu untuk menjadi konsumen tetap dari minuman keras yang
didorong oleh berbagai motivasi yang kuat, konsekuensinya yang logis ialah munculnya para
penjual atau penawaran dari produsen. Maka terdapat pula sebab yang timbul dari dalam
masyarakat sendiri.

2. Masyarakat yang mensuplai. Seperti telah dikemukakan di dalam masyarakat yang menyadari
akan adanya permintaan alkohol timbul beberapa kelompok orang yang melakukan pengadaan
alkohol untuk tujuan tertentu. a) Untuk kepentingan dagang atau ekonomi, atau untuk mengeruk
banyak uang. b) Untuk tujuan politik, yaitu memperlemah individu dalam masyarakat.

2.4 Bahaya alkohol terhadap kesehatan


Tentunya bahaya alkohol sangat signifikan terhadap kesehatan, termasuk kinerja organ
tubuh. Beberapa di antaranya adalah:

1. Buruk untuk liver


Liver adalah organ tubuh manusia dengan ratusan fungsi esensial. Fungsi utamanya adalah
menetralisir substansi beracun yang masuk ke tubuh. Artinya, sangat mungkin liver mengalami
masalah jika terus menerus terpapar alkohol.Contohnya adalah perlemakan hati, yaitu
menumpuknya lemak di dalam sel liver. Secara bertahap, 90% orang yang terbiasa minum lebih
dari 15 ml alkohol setiap hari akan mengalami hal ini. Gejalanya bahkan tidak terdeteksi dan
mustahil dicegah.Alkoholisme juga menyebabkan peradangan pada liver. Skenario terburuknya,
sel liver akan mati dan digantikan dengan jaringan parut sehingga terjadi sirosis. Liver yang
mengalami sirosis akan kehilangan fungsinya dan mengacaukan metabolisme tubuh. Ketika ini
terjadi, transplantasi liver bisa jadi satu-satunya jalan keluar.

2. Dampak pada otak


Bahaya alkohol yang dikonsumsi berlebihan juga menyerang otak. Dalam jangka pendek, ethanol
dalam alkohol membuat komunikasi antara sel otak terhambat. Inilah yang terjadi ketika seseorang
mulai mabuk.Selain itu dalam jangka panjang, bahaya alkohol berlebih juga bisa membuat
seseorang kehilangan daya ingat atau amnesia. Memang dampak ini hanya sementara, namun jika
seseorang sudah kecanduan alkohol, maka fungsi otak juga akan menurun.Ingat pula bahwa otak
sangat sensitif terhadap kerusakan. Berlebihan mengonsumsi alkohol akan meningkatkan
risiko demensia bahkan penyusutan otak ketika menginjak usia tua.
3. Depresi
Tak hanya fisik, bahaya alkohol berlebih juga berpengaruh pada kesehatan mental. Sayangnya,
alkohol dan depresi kerap saling berkaitan bak lingkaran setan. Orang kerap melampiaskan stres
dengan minum alkohol karena dampaknya yang melegakan pikiran selama beberapa saat.Namun
dalam jangka panjang, bahaya alkohol berlebih akan membuat kesehatan mental memburuk.
Ditambah lagi, siklus ini terus menerus akan berulang. Pada beberapa orang, bahaya alkohol juga
menyebabkan depresi. Untuk mengatasinya, pertama-tama perlu diketahui apa pemicu seseorang
melampiaskan stresnya pada alkohol.

4.Obesitas
Alkohol adalah nutrisi dengan kandungan kalori tertinggi kedua setelah lemak, dengan kandungan
sekitar 7 kalori per gram. Sama seperti minuman manis dengan gula cair tambahan, minuman
beralkohol juga rentan menyebabkan berat bdan bertambah.Pada jangka panjang, kecanduan
minuman beralkohol bisa membuat seseorang mengalami obesitas. Jika ini sudah terjadi, maka
komplikasi terhadap berbagai penyakit lainnya pun begitu rentan.

5. Mengancam kesehatan jantung


Jika ada kebiasaan buruk selain merokok yang juga mengancam kesehatan jantung, kecanduan
minuman beralkohol adalah salah satunya. Jika dikonsumsi berlebihan, alkohol dapat
meningkatkan tekanan darah dan menambah stres.

6.Diabetes
Memang benar bahwa konsumsi alkohol dengan porsi secukupnya dapat menurunkan resistansi
insulin hingga menurunkan kadar gula darah dalam tubuh. Namun sebaliknya, bahaya alkohol
yang dikonsumsi berlebihan akan membuat risiko seseorang menderita diabetes tipe 2 meningkat.

7.Kanker
Bahaya alkohol jika dikonsumsi berlebihan dapat meningkatkan risiko kanker di mulut,
tenggorokan, payudara, usus, dan juga liver. Utamanya, sel-sel yang ada di sekitar mulut dan
tenggorokan. Bahkan konsumsi satu gelas alkohol per hari bisa meningkatkan risiko kanker mulut
dan tenggorokan hingga 20%.Risiko mengalami masalah kesehatan meningkat seiring dengan
berapa banyak seseorang mengonsumsi alkohol. Tak hanya beberapa masalah di atas, tetapi
bahaya alkohol juga mengancam janin jika dikonsumsi ibu hamil. Risiko kematian atau kelahiran
prematur pun mengintai apabila seseorang telah kecanduan substansi alkohol.Ketergantungan
pada alkohol di seluruh dunia telah menyebabkan penyalahgunaan hingga pemicu risiko berbagai
penyakit. Apabila alkohol sudah mengganggu kualitas hidup seseorang, itu adalah indikasi kuat
terjadinya alkoholisme.

2.5 Jenis Intervensi Alcoholism


1. Detoksifikasi
Pasien yang mengalami penarikan alkohol sering membutuhkan detoksifikasi yang dibantu
secara farmasi. Gejala penarikan bisa mulai berjam-jam hingga berhari-hari setelah penghentian
yang berat, akibat penggunaan alkohol yang bekepanjangan . Gejala tersebut tidak boleh
disebabkan oleh medis lain atau gangguan kejiwaan, dan harus menyebabkan signifikan secara
klinis gangguan fungsi. Dua dari 8 kriteria berikut tercantum dalam DSM-5 harus dicatat dalam
beberapa jam hingga beberapa hari:
1. Hiperaktif otonom
2. Tremor yang memburuk
3. Insomnia
4. Mual atau muntah
5. Halusinasi visual, sentuhan, atau pendengaran sementara atau ilusi
6. Agitasi psikomotor
7. Kecemasan
8. Kejang tonik-klonik umum
Gejala akibat pemberhentian penggunana yang kronis penekanan neurotransmitter
rangsang (terutama glutamat) oleh GABA. Delirium Tremens (DTs) adalah didefinisikan oleh
ketidakstabilan otonom sistemik selain itu halusinosis dan hiperaktif SSP. Kejang penarikan
adalah biasanya tonik-klonik umum, dan paling sering terjadi di antaranya 12-48 jam setelah
penghentian penggunaan alkohol, kerangka waktu yang sama sebagai halusinosis alkoholik akut.
DT biasanya dimulai antara 48 hingga 96 jam setelah penghentian penggunaan alkohol dan
memiliki angka kematian hingga 5 persen. DT yang tidak rumit dapat bertahan hingga 7 hari, dan
seringkali membutuhkan perawatan di unit perawatan intensif. Perawatan penarikan alkohol
sebagian besar suportif, dengan penggunaan obat penenang untuk mencegah kejang dan
meringankan Hiperaktif SSP. Adapun obat-obatan yang biasanya digunakan dalam proses
detoksifikasi yaitu Barbiturat (fenobarbital) atau propofol dapat ditambahkan ke benzodiazepin,
Benzodiazepin (chlordiazepoxide, diazepam, lorazepam, oxazepam), Diazepam dan
chlordiazepoxide, Lorazepam dan oxazepam, Carbamazepine dan divalproex

2. Tahapan Perubahan dan Motivational Interviewing


Penyedia perawatan harus bekerja sama dengan pasien untuk mengoptimalkan motivasi
pasien untuk berubah. Ini bisa dilakukan melalui teknik wawancara motivasi. Penggunaan
pertanyaan terbuka, afirmasi, dan pertanyaan reflektif akan memungkinkan pewawancara untuk
menentukan wawasan dan kesiapan pasien untuk berubah. Adapun tahap-tahapnya sebagai
berikut:
• Tahap pertama adalah prakontemplasi . Tahap ini dapat dikategorikan oleh rasionalisasi,
dan penolakan keparahan konsekuensi. Pasien pada tahap ini mungkin merasakan bahwa
upaya untuk mengubah tidak dibenarkan.
• Tahap kedua adalah kontemplasi . Pasien dalam tahap ini menjadi lebih sadar tentang
manfaat mengubah perilaku mereka, dan memahami keparahan konsekuensi dari
menghindari perubahan.
• Tahap ketiga perubahan adalah persiapan . Pada tahap ini, pasien datang ke kesadaran
bahwa perubahan mungkin tidak mudah, tetapi tetap diperlukan. Pasien membuat
penyesuaian mental dan fisik diperlukan untuk melakukan perubahan.
• Tahap keempat adalah tindakan . Di tahap ini, individu membuat perubahan yang dapat
diamati yang diperlukan untuk mengurangi atau menghilangkan konsekuensi.
• Tahap kelima adalah perawatan. Ini stadium dapat dikategorikan sebagai pencegahan
relaps. Pasien belajar tekanan dan pemicu godaan untuk kembali ke perilaku lama, dan
memanfaatkan perilaku baru (dipelajari dalam langkah tindakan) untuk mencegah kambuh.
• Tahap keenam dan tahap akhir perubahan adalah penghentian. Ini adalah tahap teoretis di
mana tidak ada lagi godaan atau kesempatan untuk kambuh.

Selama wawancara motivasi, penyedia memberi informasi yang mungkin berhubungan


dengan konsekuensi fisik atau sosial penyalahgunaan alkohol. Penyedia juga dapat menghilangkan
gagasan yang terbentuk sebelumnya tentang pengobatan kecanduan, membuat gagasan untuk
mengubah perilaku kurang menakutkan bagi pasien. Dengan membantu pasien memahami
keparahan konsekuensinya dan menurunkan ketakutan yang terkait dengan perubahan, penyedia
dapat memfasilitasi gerakan menuju tindakan. Penyedia kemudian menegaskan "Ubah
pembicaraan" pasien, berhati-hatilah untuk tidak meremehkan ide, motivasi, atau rencana mereka.
Terbuka, jujur, tidak menghakimi hubungan adalah blok bangunan untuk percakapan lebih lanjut
jika upaya pertama untuk mengubah perilaku tidak berhasil.

3. Terapi Perilaku
Ada beberapa model terutama digunakan untuk pengobatan alkohol (dan zat lainnya).
Kelompok pemulihan bisa pendidikan, dukungan terkait, terapeutik, atau fokus pada keterampilan
pengembangan. Banyak program menggabungkan berbagai jenis grup.
1. Kelompok pemulihan pendidikan
Dapat menggunakan ceramah atau video sebagai tambahan berdiskusi untuk memberikan
informasi untuk meningkatkan pemahaman kecanduan, proses pemulihan, dan pencegahan
kambuh.
2. Mendukung
Kelompok pendukung yang paling banyak didirikan adalah Pecandu Alkohol / Narkotika
Anonim, tetapi kelompok pendukung lain seperti Rayakan Pemulihan, Life Ring, atau SMART
Recovery yang juga mendorong pengembangan sistem pendukung berbasis komunitas.
3. Kelompok terapi
Terapi Peningkatan Motivasi (MET) untuk membantu pasien menyelesaikan ambivalensi
tentang perubahan perilaku, meningkat komitmen mereka untuk pemulihan. Mereka mungkin juga
berorientasi pada wawasan, dengan tujuan meningkatkan wawasan dan kesadaran diri terhadap
pemicu stres dan pemicu kambuh.
4. Kelompok keterampilan
Perilaku Kognitif Therapy (CBT) atau Dialectic Behavioral Therapy (DBT) untuk
membalikkan pikiran dan keyakinan maladaptif yang mendukung substansi gunakan atau teknik
pemecahan masalah dan manajemen stres lainnya. Terapi lain seperti konseling individu, terapi
keluarga, dan manajemen kontingensi (memberikan hadiah kecil berselang untuk mencapai tujuan
pemulihan yang obyektif) sering digunakan sebagai tambahan kelompok dengan banyak program
pemulihan.
4. Terapi Farmakologis Disetujui oleh Badan pengawas Makanan AS dan Administrasi Obat
(FDA)
Meskipun beberapa model terapi berbasis substansi pengobatan penyalahgunaan telah
menunjukkan bukti efektivitas, ruang yang cukup untuk perbaikan masih ada. Beberapa terapi
farmakologis untuk penyalahgunaan alkohol telah dibuktikan manfaat dalam pengurangan
minuman berbahaya, dan seharusnya dipertimbangkan. Badan Pengawas Obat dan Makanan AS
(FDA) menyetujui 4 obat untuk pengobatan ketergantungan alkohol yaitu disulfiram,
acamprosate, naltrexone oral, dan injeksi naltrexone.
5. Terapi Farmakologis Lainnya
Masalah kepatuhan yang buruk dan kemanjuran sedang dengan obat-obatan yang disetujui
FDA saat ini telah mendorong pencarian pilihan lain. Topiramate, baclofen, ondansetron,
sertraline, nalmefene, aripiprazole, zonisamide, quetiapine, varenicline, dan levetiracetamare di
antara obat-obatan yang sedang digunakan investigasi.
6. Pengobatan Pelengkap dan Alternatif (CAM)
Pengobatan Pelengkap dan Alternatif (CAM) untuk pengobatan kecanduan tersedia di
seluruh dunia, dan telah mendapatkan popularitas di Amerika Serikat. Pusat Nasional Kesehatan
Pelengkap dan Integratif (NCCIH), sebelumnya dikenal sebagai Pusat Pelengkap dan Alternatif
Nasional Medicine (NCCAM), didirikan pada tahun 1998 dan merupakan salah satu dari 27 pusat
yang membentuk Institut Kesehatan Nasional. 2016 mereka Rencana Strategis mendefinisikan
tujuan berikut
1. Memajukan ilmu dasar dan pengembangan metode
2. Tingkatkan perawatan untuk gejala yang sulit ditangani
3. Meningkatkan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit
4. Meningkatkan penelitian kesehatan komplementer dan integratif tenaga kerja
5. Menyebarkan informasi berbasis bukti yang obyektif tentang intervensi kesehatan
komplementer dan integratif

7. Grup Pendukung
Grup terbesar dan paling mapan adalah Alcoholics Anonymous (AA), ide yang lahir di
Akron, Ohio pada tahun 1935 oleh salah satu pendiri Bill Wilson dan (Dr.) Bob Smith. "Buku
Besar" pertama AA diterbitkan pada tahun 1939 dan termasuk "12 Langkah" yang digunakan AA,
dan banyak lagi berikutnya kelompok, akan diidentifikasi. 12 langkah menerangi spiritual (bukan
agama) jalur pemulihan yang diambil oleh jutaan orang di seluruh dunia. Saat ini ada lebih dari 2
juta orang menghadiri, dan lebih dari 115.000 kelompok pemulihan AA di seluruh dunia. Cara
Kerja AA atau langkah-langkahnya adalah
1. Kami mengakui bahwa kami tidak berdaya menghadapi alkohol — itulah hidup kami telah
menjadi tidak terkendali.
2. Menjadi percaya bahwa Kekuatan yang lebih besar dari diri kita sendiri bisa memulihkan kita
ke kewarasan.
3. Membuat keputusan untuk mengalihkan keinginan dan hidup kita ke perawatan Tuhan saat kita
memahami Dia.
4. Membuat inventaris moral diri kita sendiri yang mencari dan tak kenal takut.
5. Diakui oleh Tuhan, untuk diri kita sendiri, dan kepada manusia lain sifat sebenarnya dari
kesalahan kita.
6. Sepenuhnya siap untuk meminta Tuhan menghapus semua kekurangan ini karakter.
7. Dengan rendah hati meminta Dia untuk menghapus kekurangan kita.
8. Membuat daftar semua orang yang telah kami lukai, dan bersedia untuk menebus kesalahan
mereka semua.
9. Melakukan perbaikan langsung kepada orang-orang seperti itu sedapat mungkin, kecuali kapan
melakukannya akan melukai mereka atau orang lain.
10. Dilanjutkan untuk mengambil inventaris pribadi dan saat kita berada salah segera
mengakuinya.
11. Berusaha melalui doa dan meditasi untuk meningkatkan kualitas kami kontak sadar dengan
Tuhan saat kita memahami Dia, berdoa hanya untuk pengetahuan tentang kehendak-Nya bagi kita
dan kekuatan untuk membawa itu keluar.
12. Setelah mengalami kebangkitan spiritual sebagai hasil dari langkah-langkah ini, kami mencoba
menyampaikan pesan ini kepada pecandu alkohol, dan berlatih prinsip-prinsip ini dalam semua
urusan kita.
Banyak kelompok lain telah menggunakan langkah-langkah dalam spiritual ini sebagai
jalur pemulihan untuk mengatasi bahan kimia dan perilaku kecanduan lainnya seperti Narcotics
Anonymous, Gamblers Anonymous, Overeaters Anonymous, Co-dependents Anonymous, Sex
dan Love Addicts Anonymous, dll.
BAB 3
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan

Alkoholisme atau biasa dikenal dengan kecanduan alkohol adalah suatu kondisi yang
ditandai dengan kebiasaan mengonsumsi alkohol secara berlebihan. Kecanduan terjadi jika
seseorang minum terlalu banyak di mana tubuh menjadi ketergantungan dan kecanduan terhadap
alkohol. Apabila hal ini terjadi, alkohol dapat menyebabkan perubahan di otak yang membuat
seseorang kehilangan kendali dalam tindakannya.

Bahaya alkohol sangat signifikan terhadap kesehatan, termasuk kinerja organ tubuh.
Beberapa di antaranya Buruk untuk liver, berdampak bagi otak, depresi, obesitas, mengancam
kesehatan, diabetes dan kanker

Adapun beberapa intervensi yang bisa dilakuakan pada Alcoholism yaitu detoksifikasi,
tahapan perubahan dan motivational interviewing, terapi prilaku, terapi farmakologis disetujui
oleh badan pengawas makanan as dan administrasi obat (fda), terapi farmakologis lainnya,
pengobatan pelengkap dan alternatif (cam) dan grup pendukung.

3.2 Saran
Bagi Petugas Kesehatan dan mahasiswa diharapkan lebih aktif dalam memberikan informasi
mengenai bahaya dari mengkonsumsi alkohol pada remaja, orang dewasa maupun orang tua.
Daftar Pustaka

https://www.sehatq.com/artikel/7-bahaya-alkohol-yang-wajib-diwaspadai
https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/alkoholisme-kecanduan-alkohol/#gref
https://tirto.id/studi-sebut-angka-konsumsi-alkohol-meningkat-di-seluruh-dunia-dEAm
Anthony Albanese dan Su Liu ( 2017). Management of Alcohol Use Disorder. Journal of
Addictions and Therapies
Loban Kevin. (2014). Permasalahan Dan Segi Hukum Tentang Alkoholisme Di Indonesia. Lex
Crimen. Vol II
Tritama Taufan Kautsar. (2015). Konsumsi Alkohol dan Pengaruhnya terhadap Kesehatan.
Majority. Vol 4. Hal: 7-10

Anda mungkin juga menyukai