Anda di halaman 1dari 31

HALAKAM

HUKUM PENJUAL MINUMAN KERAS DALAM PERSPEKTIF


FIQIH, KUHP LAMA DAN KUHP BARU

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas UAS


Mata Kuliah : Fiqih Jinayah
Dosen Pengampu : Khair Affandi, LC, M.H

DI SUSUN OLEH :
Kelompok 5

1. Ihya‟ Ulumudin ( 0102. 2101. 027 )


2. Salsabila Khairunnisa Putri Setiawan ( 0102. 2101. 020 )

SEMESTER 4
JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DR.KHEZ.MUTTAQIEN
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Fiqih
Jinayah, dengan judul “ HUKUM PENJUAL MINUMAN KERAS DALAM PERSPEKTIF
FIQIH, KUHP LAMA DAN KUHP BARU ” dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami
juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembacanya. Untuk kedepanya agar dapat memperbaiki bentuk maupun menambah
isi makalah agar menjadi lebih baik lagi dan memperluas ilmu mengenai materi makalah ini.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Purwakarta, 03 Juni 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................3
1.3 Tujuan Masalah ................................................................................................3
BAB II .......................................................................................................................4
PEMBAHASAN .......................................................................................................4
2.1 Bagaimana Hukum Penjual Minuman Keras Dalam Fiqih .............................4
2.2 Bagaimana Hukum Penjual Minuman Keras Dalam KUHP Lama ..............15
2.3 Bagaimana Hukum Penjual Minuman Keras Dalam KUHP Baru ................24
BAB III ....................................................................................................................29
PENUTUP ...............................................................................................................29
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................29
3.2 Saran ..............................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................30

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di Indonesia masa transisi remaja ini sering ditandai dengan perilaku minum - minuman
keras pada remaja yang merupakan sebuah permasalahan yang sangat kompleks dan harus
segera diatasi. Minuman keras (Miras) menyebabkan terjadinya perubahan nilai terhadap
minuman keras di masyarakat, minuman keras yang secara hukum maupun agama dianggap hal
yang tidak baik menjadi sesuatu yang dianggap lumrah dan wajar untuk dilakukan. Ethanol atau
yang lebih dikenal luas sebagai alkohol merupakan salah satu contoh dari senyawa non esensial
yang di konsumsi oleh manusia. Makanan yang kita konsumsi bukanlah sekedar kombinasi zat
hidrat arang, lemak, protein, vitamin dan mineral saja, tetapi ada ribuan senyawa lain yang
terkandung dalam makanan dan masuk ke tubuh kita, meskipun kadarnya sangat rendah.
Senyawa - senyawa inilah yang dikenal sebagai senyawa non esensial. Menurut kamus besar
bahasa indonesia, minuman keras adalah minuman yang memabukkan, seperti bir, anggur, arak
dan tuak.1

Islam mengatur segala jenis aspek kehidupan manusia tak terkecuali makanan dan
minuman. Dalam Islam ada beberapa makanan dan minuman yang diharamkan karena
mudharatnya lebih besar daripada manfaatnya. Beberapa jenis makanan yang diharamkan
diantaranya adalah daging babi, darah, bangkai hewan, binatang melata dan sebagainya
sementara itu jenis minuman yang diharamkan adalah minuman keras atau yang dikenal dengan
minuman beralkohol.

Di Indonesia minuman beralkohol diawasi peredarannya oleh negara, terutama


minuman impor. Jenis minuman beralkohol seperti, anggur, bir, tuak, vodka, wiski, dan lain -
lain. Sering dijumpai pemberitaan, baik media cetak maupun media elektronik mengenai

1
Abdullah, Musthafa. dkk. Intisari Hukum Pidana, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983) hlm 5.
1
dampak negatif dari mengkonsumsi minuman keras ditambah lagi dengan munculnya minuman
keras oplosan yang banyak dijumpai di kios - kios pinggir jalan. Banyak orang yang
mengkonsumsi minuman keras kemudian harus berurusan dengan pihak kepolisian oleh karena
tidak terkendalinya manusia ketika ia telah mengkonsumsi minuman keras secara berlebihan.
Masyarakat awam pun pasti tahu bahwa ketika mengkonsumsi minuman beralkohol tanpa batas,
maka manusia menjadi tak terkendali dan senantiasa berbuat semaunya saja. Banyak kasus -
kasus hukum yang terjadi akibat dari minuman keras2

Miras adalah zat yang paling sering disalahgunakan manusia, miras di peroleh atas
peragian / fermentase madu, gula, sari buah atau umbi - umbian. dari peragian tersebut dapat
diperoleh miras sampai 15% tetapi dengan proses penyulingan (destilasi) dapat dihasilkan kadar
alkohol yang lebih tinggi bahkan mencapai 100%. Kadar alkohol dalam darah maksimum
dicapai 30-90 menit setelah diserap, alkohol / etanol disebarluaskan ke seluruh jaringan dan
cairan tubuh.3

Efek yang ditimbulkan setelah mengkonsumsi miras dapat dirasakan segera dalam waktu
beberapa menit saja, tetapi efeknya berbeda - beda, tergantung dari jumlah atau kadar miras
yang dikonsumsi. Dalam jumlah yang kecil, miras menimbulkan perasaan tenang, dan pengguna
akan lebih mudah mengekspresikan emosi, seperti rasa senang, rasa sedih dan kemarahan, Bila
dikonsumsi berlebihan akan muncul efek sebagai berikut : merasa lebih bebas mengekspresikan
diri, tanpa ada perasaan terhambat menjadi lebih emosional (sedih, senang, marah secara
berlebihan), muncul akibat fisik yang sempoyongan, pandangan kabur, sampai tidak sadarkan
diri.

Kemampuan mental akan mengalami hambatan yaitu gangguan untuk memusatkan


perhatian dan daya ingat terganggu. Pengguna biasanya merasa dapat mengendalikan diri dan
mengontrol tingkah lakunya. Pada kenyataannya mereka tidak mampu mengendalikan diri
seperti yang mereka sangka bisa, oleh sebab itu banyak ditemukan pengrusakan - pengrusakan

2
Ifrah Aisyah Nasution, “Sangsi Pidana Minuman Keras ditinjau dari Hukum Pidana Indonesia dan Hukum Pidana
Islam”(Skiripsi Fakultas Hukum Universitas Andalas,Padang, 2009) hlm 1.
3
bid,hlm.3
2
ditempat umum yang berakibat fatal bagi pengguna yang lainnya. Bila ini terjadi, efek
keracunan dari penggunaan kombinasi akan lebih buruk lagi dan kemungkinan mengalami over
dosis akan lebih besar.4

Minuman beralkohol itulah akan menimbulkan suatu akibat negatif dan bertentangan
dengan hukum. Untuk mengembalikan suasana dan kehidupan yang baik, di perlukan suatu
pertanggung jawaban dari pelaku tersebut. Pertanggung jawaban itu berupa suatu hukuman
yang disebut pemidanaan. Bagi seseorang yang di pidana berarti dirinya menjalankan suatu
hukuman untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya yang dikenal kurang baik.5

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Hukum Penjual Minuman Keras Dalam Perspektif Fiqih ?

2. Bagaimana Hukum Penjual Minuman Keras Dalam Perspektif KUHP Lama ?

3. Bagaimana Hukum Penjual Minuman Keras Dalam Perspektif KUHP Baru ?

1.3 Tujuan Masalah

Makalah ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana Hukum Penjual Minuman


Keras Dalam Perspektif Fiqih, KUHP Lama Dan KUHP Baru agar dapat dengan mudah
membandingkan hukum dari sudut pandang islam serta Negara dan dari makalah ini kita
dapat mengetahui banyak pelajaran penting mulai dari mengetahui hukuman bagi penjual
minuman keras dalam islam dan dalam KUHP lama dan KUHP baru serta kita dapat
menambah wawasan dari bahasan ini mengenai perubahan hukuman dalam KUHP dalam
kasus penjual minuman keras.

4
Ibid, hlm 5
5
oerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, (Jakarta: 1986), hlm.125
3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bagaimana Hukum Penjual Minuman Keras Dalam Perspektif Fiqih

Dalam perspektif agama Islam pengertian minuman keras secara harfiah, Khamrun
berasal dari khamara semakna dengan satara atau Ghuta yang artinya menutup. Secara Istilah
khamr adalah minuman yang menutup akal atau memabukkan, baik yang meminumnya itu
mabuk ataupun tidak. Jadi minuman yang memabukkan itu disebut Khamr karena dapat
menutupi akal.6

Sudah bukan rahasia bahwa minuman keras dapat merusak kesehatan, maka dinilai
merupakan tindakan atau kebiasaan yang tidak boleh dilakukan oleh umat Muslim. Khamar
(Minuman Keras) mempunyai pengaruh kuat terhadap akal pikiran manusia dan bisa
mengakibatkan lupa diri. Allah swt melarang umat Islam meminum khamar sebab, khamar itu
adalah najis (diharamkan meminumnya) dan termasuk salah satu perbuatan setan. Para ahli fiqh
telah sepakat tentang pengharaman khamar. Dan siapa saja yang menolak pengharaman ini maka
ia termasuk orang yang kafir.7

Dosa meminum khamar termasuk dosa besar lantaran pengaruhnya yang bisa
menghilangkan atau mengganggu kesehatan akal. Padahal akal pikiran manusia merupakan
organ tubuh yang sangat vital.8 Maka sewajarnya apabila khamar termasuk sesuatu yang paling
berguna untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk. Apabila akal sudah tak berfungsi
sebagaimana mestinya, maka pintu perbuatan jahat akan terbuka lebar - lebar. Sudah berapa
banyak orang - orang yang melakukan pemerkosaan terhadap orang yang paling dekat dengan
dirinya, dan sudah berapa banyak harta benda yang habis di meja judi dan segala bentuk taruhan,
yang keseluruhannya disebabkan pengaruh minuman keras. Sudah berapa banyak pula orang -

6
Mujib. Masail Fiqh Jinayah, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hlm 5
7
Djazuli, A. Fiqh Jinayah, (Jakarta: Rajawali Hutan, 2003), hlm 18
8
Wardi, Ahmad Muslih. Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hlm 74
4
orang yang melakukan pembunuhan secara tidak atau kurang sadar yang merupakan akibat
meminum minuman keras. Dan sudah berapa banyak perceraian antara suami istri pengaruh
akibat khamar yang telah menggoyahkan cara berfikir sang suami.9

Sudah bukan merupakan sesuatu yang asing, bahwa orang - orang arab sebelum
kedatangan Islam sangat gemar meneguk minuman keras. Kegemarannya ini ditandai dengan
banyaknya syair - syair yang menyanjung khamar, dan tampak dari kebiasaan mereka yang benar
- benar mendarah daging. Ketika agama Islam datang, minuman keras ini merupakan suatu
tantangan yang paling berat, yang karenanya Islam tidak mengharamkannya secara drastis. Di
dalam mengharamkan khamar ini, Islam memberantasnya secara bertahap melalui tiga fase,
sehingga proses pengharaman ini tidak dirasakan sebagai suatu keberatan.

Tahap pertama merupakan isyarat pengharaman khamar yang terlukis di dalam salah
satu ayat10 yang artinya : Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah : “
Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa
keduanya lebih besar dari manfaatnya “. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka
nafkahkan. Katakanlah : “ Yang lebih dari keperluan “. Demikianlah Allah menerangkan ayat -
ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir. (Q.S. Al-Baqoroh: 219).

Ayat tersebut menjelaskan pengharaman khamar (minuman keras dan permainan judi.
Seandainya tidak ada ayat lain yang tegas menyatakan keharamannya, maka dengan ayat tersebut
sebenarnya sudahlah cukup jelas. Sebab, di dalam Ayat tersebut menjelaskan pengharaman
khamar (minuman keras dan permainan judi.) Sebab, di dalam Katakanlah : “ Tuhanku hanya
mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan
perbuatan dosa. “ (QS. Al-A‟raaf: 33). Adapun pengertian yang terdapat pada ayat pertama yang
mengatakan “ beberapa manfaat bagi manusia.” Bukan berarti diperbolehkan meminum
minuman keras dan permainan judi. Sebab, yang dimaksud dengan manfaat di sini hanya berlaku
kepada beberapa gelintir manusia saja.11

9
Rokhmadi, Hukum Pidana Islam, (Semarang: Karya Abadi Jaya, 2007), hlm 59
10
Departemen, Agama RI. Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: Syigma, 2005), hlm 40
11
Hanafi, Ahmad. Asas-Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: PT Midas Surya Grafindo, 2003), hlm 134
5
Memang terdapat beberapa perbuatan yang diharamkan tetapi terdapat beberapa manfaat
bagi manusia. Tetapi manfaatnya itu apabila dibandingkan dengan madharatnya. Seperti yang
telah dijelaskan pada akhir ayat yang mengatakan bahwa “ dosanya lebih besar dari manfaatnya.”
Lebih dari itu, minuman keras dan permainan judi akan mendatangkan perbuatan - perbuatan
dosa yang sudah barang tentu diketahui oleh setiap individu.

Tahap kedua, pengharaman tahap kedua ini berlaku setelah selesainya tahap pertama,
yang dimulai dengan turunnya ayat : “ Hai orang - orang yang beriman, janganlah kamu shalat,
sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan. “ (QS.
An-Nisa‟ : 43). Turunnya ayat tersebut ialah, terdapat salah seorang muslimin mengadakan
kenduri, kemudian ia mengundang semua kawan - kawannya yang bersuka ria. Sambil meneguk
minuman keras. Ketika wakttu shalat maghrib tiba, mereka semua mendirikan shalat berjamaah
dan diimami oleh salah seorang diantara mereka. Tetapi ketika imam membaca ayat Al - Quran,
bacaannya itu menyeleweng dari bacaan sebenarnya sebagai akibat minuman keras.12

Setelah mendengar kekeliruan tersebut. Kebanyakan umat Islam yang mendengar


pengharaman khamar mengatakan bahwa tidak ada manfaatnya kita minum sesuatu yang
menghalang - halangi shalat. Kita harus meninggalkan minuman keras secara total. Yang
demikian ini lantaran jarak waktu shalat sangat berdekatan, dan jangan sampai melakukan shalat
dalam keadaan mabuk. Ibadah takkan sah tanpa di barengi dengan sehatnya akal. Tak ada
ibadah yang diterima Allah apabila ternyata pelakunya sedang dalam keadaan mabuk.13

Tahap ketiga, pada tahap ketiga pengharaman khamar ini, Allah menurunkan ayat
setelah beberapa waktu berselang dari pengharaman tahap kedua. Pada tahap ketiga ini khamar
diharamkan secara tegas dan tandas. Atau boleh dikatakan sebagai tahap terakhir pengharaman
khamar. Allah menurunkan ayat ini setelah di antara umat Islam hampir terjadi saling
membunuh. Ketika itu keadaan umat Islam seakan - akan seperti kehidupan jaman jahiliyah.
Untuk itu Allah Menurunkan Ayat :

12
Departemen, Agama RI. Al-Quran dan terjemahnya, (Jawa Barat: Diponegoro, 2006), hlm 30
13
Qadir, Abdul Audah, Ensiklopedia Hukum Pidana Islam, (Jakarta: PT Kharisma Ilmu, 2001), hlm 43
6
“ Hai orang - orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan.
Maka jauhilah perbuatan - perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya
syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran
(meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan
sembahyang maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).”(QS.Al-Maidah:90-91).14

Karena bahaya - bahaya khamr dan dosa - dosa akibat meminumnya. Maka Islam
melarang meminum khamar dan meganggap hasil penjualan termasuk harta yang haram dan
takkan mendapat berkah dari Allah.15 Apabila uang tersebut digunakan untuk amal kebajikan,
maka sia - sia lantaran takkan diterima sebagai kebaikan asumsi ini berdasarkan riwayat Al-
Bukhari dan Muslim; Nabi Bersabda yang Artinya : “ Sesungguhnya, Allah dan Rasul-Nya
mengharamkan jual beli khamar, bangkai, babi, dan patung. ” (HR. Bukhari dan Muslim).

Salah satu tujuan Islam adalah menjaga akal. Karenanya diharamkan mengkonsumsi
miras (bir/alcohol), sabu, heroin, ekstasi, dan sejenisnya.16 Termasuk juga diharamkan segala hal
yang berkaitan dengannya, seperti membeli, menjual, memberi, menyimpan, memproduksi dll.
Kita diperkenankan merusak akal siapapun, tidak terkecuali akal non-muslim. Sedang,
melakukan perbuatan yang haram (selama tidak darurat) untuk kebaikan tetap tidak
diperkenankan dalam Islam. Korupsi untuk memberi makan keluarga, mencuri untuk
bersedekah, termasuk menjual miras untuk pembangunan masjid, dan lain sebagainya.

Apabila terdapat seseorang yang selalu meminum khamar secara terus menerus, maka
keadaan seperti itu berarti telah kecanduan ketagihan. Dan sebab - sebab kecanduan minum
khamar ini dapat kita simpulkan menjadi dua, Pertama : disebabkan karena krisis kejiwaan.
Orang - orang yang mengalami krisis kejiwaan, para mulanya hendak menghilangkan tekanan
jiwanya dengan cara meminum khamar, agar seluruh tekanan tersebut dapat dilupakan. Tetapi

14
Departemen, Agama RI. Al-Quran dan terjemahnya, (Bandung: Jabal Raudhatul Janah, 2009), hlm 75
15
Santoso, Topo. Membumikan Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2003), hlm 36
16
Rusjdi, Ali Muhammad. Revitalisasi Syari‟at Islam, (Nanggroe Aceh Darussalam: Logos Wahana Ilmu, 2003),
hlm 7
7
pada kenyataanya, setelah pengaruh minuman keras tersebut sudah hilang maka jiwanya akan
semakin tertekan dan akan semakin membutuhkan minuman keras yang lebih banyak. Itulah asal
mula kecanduan terhadap minuman keras. Krisis kejiwaan selamanya takkan bisa dihilangkan
atau meringankan melalui cara meminum khamar. Tetapi cara yang paling tepat adalah dengan
cara mempertebal iman, berlaku sabar dan menjalankan ibadah shalat serta mawas diri.

Kedua: Orang - orang yang pada mulanya terpengaruh oleh kawan - kawan, baik melalui
pesta atau acara lain, lama kelamaan secara tidak disadari sudah menjadi pecandu khamr.
Apabila mereka ini terus menerus meminumnya, maka langkah geraknya sudah barang tentu
akan berubah. Begitu Pula jiwanya akan merasa tertekan dan cemas. Setelah itu, mereka semakin
membutuhkan minuman keras yang lebih banyak guna menghilangkan perasaan jiwanya.
Dengan demikian, mereka akan bertambah sesat, dan lepaslah mereka dari segala bentuk ikatan
kemasyarakatan, sehingga hilanglah control terhadap dirinya sendiri dan orang - orang yang
berada disekitarnya.

Kecanduan ini merupakan ciri khas kebudayaan modern seperti sekarang ini, khamar
mempunyai pengaruh luar biasa terhadap syaraf - syaraf, tertutama syaraf otak. Pengaruh
tersebut dapat mematikan otak yang mengakibatkan seseorang tak mampu mengendalikan diri.17
Di samping itu, ia mampu menguasai tingkah lakunya sehinga tak mempunyai rasa malu. Hal
inilah yang menyebabkan para peminum khamar kehilangan keseimbangan dirinya dan berubah
menjadi jauh dari norma - norma akhlak dan timbul keberanian melakukan tindakan negative.
Kebanyakan kasus - kasus perzinaan dan penghianatan rumah tangga terjadi akibat pengaruh
minuman keras. Sudah barang tentu akibat ini akan meruntuhkan kebahagiaan rumah tangga
yang telah dibangun. Begitu pula tindak - tindak pidana, banyak sekali terjadi ditempat
penjualan minuman keras, seperti bar, nightclub dan tempat lainnya. Kecanduan khamar
mempunyai dampak negative bagi perkembangan otak manusia, menyebabkan lemahnya
ingatan. Selain itu, pecandu khamar tidak akan mampu lagi menguasai gangguan - gangguan
yang menyerang jiwanya. Dengan demikian, otak akan bekerja secara lambat dan tak mampu
berfikir teratur. Begitu pula khamar akan menimbulkan berbagai penyakit jiwa.

17
Yahya, Al-Faifi. Ringkasan Fikih Sunnah Sayid Sabiq, (Jakarta: Pustaka Pinang, 2009), hlm 178
8
 Larangan Menjual Minuman Keras / Khamar

Keharaman khamar tidak hanya sebatas pada bentuk khamar itu maupun pada
peminumnya, tetapi lebih lanjut Rasulullah menegaskan bawah diharamkan juga memperjual
belikan khamar, sekalipun dengan orang di luar Islam. Oleh karena itu tidak halal hukumnya
seorang Islam mengimport khamar, memproduksi khamar, membuka warung yang menjual
khamar, atau bekerja di tempat penjualan khamar. Prinsip larangan menjual khamar dirumuskan
dalam kaidah fiqih “ Kullu maa hurrima „ala al-ibaad fabay‟uhu haram. ” yang artinya : “ Segala
sesuatu yang diharamkan Allah atas hamba-Nya, maka memperjual belikannya adalah haram
juga.” 18

Karena itu, memperjual belikan babi, darah, khamar, dan patung adalah haram. Karena
syariah telah mengharamkan memakan daging babi, memakan darah, meminum khamar, dan
membuat patung. Dasar dari kaidah / prinsip itu adalah hadits - hadits Rasulullah saw. Di
antaranya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah yang artinya dari Ibnu Umar ra.
Berkata : Rasulullah saw. Bersabda : “ khamar itu dikutuk pada sepuluh segi, yakni khamar itu
sendiri, pemerasnya buat umum, pemerasnya buat dirinya, penjualnya, pembelinya,
pembawanya dan yang dibawakan untuknya, pamakan hasil penjualannya, peminumnya dan
orang yang menyajikannya.” (HR. Ibnu Majah).19

Dari hadits di atas dapat dipahami bahwa segala sesuatu yang dilarang memanfaatkannya
adalah haram dijual belikan dan haram menikmati hasil penjualannya. Kata “ khamar “ itu
meliputi pula benda - benda yang memabukkan. Oleh karena itu larangan menjual belikan
khamar tentu berarti pula larangan menjual belikan benda - benda yang memabukkan tersebut.20
Begitu pula tentang larangan menjual belikan segala yang diharamkan Allah juga menunjukkan
haramnya menjual belikan benda - benda yang memabukkan ini.

18
Taqiyuddin An-Nabhani, Asy-Syakhshiyah Al-Islamiyah, Juz III (Ushul Al-Fiqh), Al-Quds, 1953, h. 248,
19
Abu Bakar Muhammad, Hadits Tarbiyah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1995,) h.
364.
20
Sayyid Sabiq., h. 70-71.
9
Dengan demikian nyata benarlah haramnya memperdagangkan benda - benda yang
dimaksud khamar tersebut dan haram pula menjadikannya sebagai sumber keuntungan terlebih
lagi jika hal itu dilakukan dalam rangka menyuburkan kemaksiatan. Ini ditegaskan dalam
ayat Al - Qur'an yang artinya : “ dan tolong - menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan taqwa, dan janganlah tolong - menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran.” (QS. Al-Maidah: 2).21

Sebagai cara untuk membendung jalan yang akan membawa kepada perbuatan yang
haram (saddud dzara'ik), maka seorang muslim dilarang menjual berbagai bahan yang
dapat digunakan untuk membuat khamar kepada orang yang sudah diketahui, bahwa barang -
barang itu akan dibuat khamar. Oleh karena itu para ulama fiqih mengharamkan jual beli perahan
anggur kepada orang yang akan menjadikannya khamar. Di samping itu jual beli ini pun batal
hukumnya, karena berbau mendorong terjadinya kemaksiatan.

 Sanksi Hukum Bagi Pelaku Usaha Minuman yang Mengandung Kadar Alkohol
Menurut Hukum Pidana Islam

Para ulama sepakat bahwa para penjual dan konsumen minuman keras / alcohol / khamar
ditetapkan sanksi hukum had, yaitu hukum dera sesuai dengan berat ringannya tindak
pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang. Namun ulama - ulama fikih tersebut berbeda
pendapat mengenai jumlah deraannya. Menurut Imam Malik dan Imam Hanafi, seseorang yang
meminum khamar dikenakan had dengan delapan puluh (80) kali dera. Hal ini didasarkan pada
ijma‟ sahabat (kesepakatan sahabat Nabi) seperti dalam riwayat yang menceritakan, bahwa
Umar telah mengadakan musyawarah dengan masyarakat mengenai hukuman peminum khamar.
Pada waktu itu Abdur Rahman bin Auf mengatakan, bahwa hukuman yang teringan dalam bab
hukuman, yakni delapan puluh (80) kali pukulan. Pendapat ini dilaksanakan oleh Umar dan
kemudian diberitahukan kepada Khalid dan Abu Ubaidah, gubernur Syam, untuk dapat
diberlakukan di negeri Syam.22

21
Departemen Agama Republik Indonesia., h. 236.
22
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Terj. Nabhan Husein, Bandung: PT. Al- Ma‟arif, 1997, cet. 9, h. 77-78.
10
Sedangkan menurut Imam Syafi‟i, orang yang meminum khamar didera dengan empat
puluh (40) kali dera. Penetapan bilangan empat puluh (40) ini, didasarkan pada hadits dari Anas
sebagai berikut : “ Dari Anas bahwa kepada Nabi saw. dihadapkan seorang laki - laki yang telah
meminum khamar, maka dipukullah ia dengan dua (2) pelepah kurma kira - kira empat puluh
(40) kali. ” (HR. Ahmad, Muslim dan oleh Abu Daud yang menganggap sahnya).23

Para ulama tersebut, masing - masing memiliki argumentasi yang didasarkan pada hadits
dan ijma‟ sahabat. Perbuatan Rasulullah adalah hujjah yang tidak boleh ditinggalkan hanya
karena adanya perbuatan atau contoh lain. Sementara ijma‟ tidak diakui manakala bertentangan
dengan apa yang dilakukan Nabi. Adapun perbuatan Umar yang menambah jumlah pukulan itu
adalah untuk menandakan efek jera terhadap pelakunya dan hal ini memang boleh saja dilakukan
jika imam melihat urgensinya.

Pandangan ini dikuatkan oleh kasus, bahwa Umar pernah menghukum seorang laki - laki
yang gagah dan selalu minum khamar dengan hukuman delapan puluh (80) kali, sedangkan
terhadap seorang laki - laki yang lemah lagi kurus dengan hukuman sebanyak empat puluh (40)
kali pukulan. Adanya perbedaan dalam penentuan hukuman ini adalah karena nas yang qath‟i
yang mengatur tentang hukuman had bagi peminum khamar ini tidak ada. Disamping itu, tidak
ada riwayat yang memastikan adanya ijma‟ sahabat dalam penetapan hukuman had bagi
peminum khamar, sebagaimana yang dikemukakan oleh satu kelompok. Walaupun Al - Qur‟an
mengharamkan khamar, yang kemudian diperkuat oleh hadits Nabi, namun untuk hukumannya
sama sekali tidak ditetapkan secara pasti.

Fuqaha yang menganggap bahwa hukuman had untuk peminum khamar itu delapan
puluh (80) kali berpendapat bahwa para sahabat telah sepakat (ijma‟), sedangkan ijma‟ juga
merupakan salah satu sumber hukum (dalil) syara‟. Akan tetapi, mereka yang berpendapat
bahwa hukuman had bagi peminum khamar itu empat puluh (40) kali dera beralasan dengan
sunnah, yang menjilid peminum khamar dengan empat puluh (40) kali dera. Dengan demikian,

23
Al-Imam Aby Al-Husaini Muslim Ibn al-Hajjaj al-Qusiairy an-Naisabury,
Shahih Muslim, Juz 3, (Arabiyah: Darul Kutubi as-Sunah, 136 M), h. 1330.
11
kelebihan empat puluh (40) dera tersebut merupakan hukuman ta‟zir yang boleh diterapkan
apabila imam (hakim) memandang perlu.24

Hukuman dera yang empat puluh (40) kali jelas merupakan hak Allah, yaitu merupakan
hukuman had, sehingga hukuman tersebut tidak boleh dimaafkan atau digugurkan. Akan
tetapi, dera yang empat puluh (40) lagi diperselisihkan oleh para ulama. Sebagian
menganggapnya sebagai had yang wajib dilaksanakan bersama - sama dengan dera yang empat
puluh (40) tadi, dan sebagian menganggapnya sebagai ta‟zir yang penerapannya diserahkan
kepada pertimbangan ulil amri ( imam / hakim ).

Yusuf Al - Qardlawy berpendapat bahwa pendapat para ulama tentang hukuman bagi
peminum khamar tersebut tidak perlu ditolak. Selama siksaan tidak ditetapkan batasannya di
dalam nash, maka itu berarti terpulang kepada pimpinan umat dan ijtihadnya.25 Disini juga
ditekankan fleksibilitas hukuman bagi peminum khamar. Kelipatan hukuman dera dapat
ditetapkan antara empat puluh (40) sampai delapan puluh (80) kali, dengan pertimbangan untuk
menimbulkan efek jera bagi peminum khamar. Jika dengan empat puluh (40) kali dera,
seseorang tidak juga jera, maka hukuman ditingkatkan menjadi delapan puluh (80) kali dera,
sedangkan sanksi hukum bagi para penjual khamar, secara eksplisit tidak dijelaskan baik dalam
nash Al - Qur'an maupun Al - Hadits. Tapi berdasarkan hadits - hadits tentang dilaranganya
menjual khamar yang dijelaskan secara bersamaan dengan khamar itu sendiri dan peminumnya,
maka dapat diqiaskan bahwa hukuman bagi orang yang menjual khamar sama dengan hukum
orang yang meminum khamar yaitu dihukum had dengan dera sebanyak empat puluh (40) kali
atau delapan puluh (80) kali sesuai dengan kapasitas penjual dan kuantitas dari khamar yang
dijual.

Ahmad Rofiq berpendapat bahwa agama Islam menempatkan penyalahgunaan khamr dan
sejenisnya sebagai sesuatu yang sudah sangat jelas dilarang. Maka bagi peminum, pengedar,
pengusaha dan penjualnya dikenai ancaman pidana. Karena hal itu juga dikategorikan sebagai
tindak pidana kejahatan.26 Mardani mengemukakan bahwa sanksi hukum bagi produser dan
penjual minuman keras, bisa disamakan dengan sanksi hukum tindak penyalahgunaan narkoba

24
Ahmad Wardi Muslich., h. 77.
25
Yusuf Al-Qardlawy, Kekuasaan dan Keluwesan Hukum Islam, Terj, Agil
26
Ahmad Rofiq, Fiqih Kontekstual: Dari Normatif ke Pemaknaan Sosial,
12
yaitu hukuman ta‟zir. Hukuman ta‟zir bisa berat atau ringan tergantung kepada proses
pengadilan (otoritas hakim).27 Berkaitan dengan sanksi ta‟zir ini, Abdul Aziz Amir,
mengemukakan bahwa ada beberapa macam sanksi ta‟zir, di antaranya :

1. Sanksi yang mengenai badan seperti hukuman mati dan jilid,

2. Sanksi yang berkaitan dengan kemerdekaan seseorang seperti penjara dan pengasingan,28

3. Sanksi yang berkaitan dengan harta seperti denda, penyitaan, perampasan dan
penghancuran.

 Menurut H.A. Jazuli, tujuan dari sanksi ta‟zir adalah sebagian berikut :

1. Sanksi ta‟zir bersifat preventif. Maksudnya adalah sanksi ta‟zir harus memberikan
dampak positif bagi orang lain (yang tidak dikenai sanksi ta‟zir) sehingga tidak
melakukan hal yang sama,

2. Sanksi ta‟zir bersifat refresif. Maksudnya adalah sanksi ta‟zir harus memberikan dampak
positif kepada yang terhukum itu sendiri supaya tidak mengulangi lagi perbuatannya,

3. Sanksi ta‟zir bersifat kuratif. Maksudnya adalah sanksi tersebut mampu membawa
perbaikan sikap dan perilaku,

4. Sanksi ta‟zir bersifat edukatif. Maksudnya adalah sanksi tersebut mampu menyembuhkan
hasrat terhukum untuk mengubah pola hidupnya ke arah yang lebih baik.29

Meskipun sanksi ta‟zir itu merupakan otoritas ulil amri (hakim) untuk menentukan berat
atau ringannya hukuman, akan tetapi harus mempertimbangkan banyak hal seperti keadaan
pelakunya, jarimahnya, korban kejahatannya, waktu dan tempat kegiatan sehingga putusannya
bersifat preventif, refresif, kuratif dan edukatif. Oleh karena itu, hakim hendaknya mempunyai
sumber materiil. Demikian juga ulil amri hendaknya membuat suatu undang - undang pidana
Islam (qanun al-jina‟i al-Islami), sedangkan menurut hukum pidana umum, penyalahgunaan

27
Mardani., h. 129.
28
Abdul Aziz Amir, al-Ta‟zir fi a-Syari‟ahal-Islamiyyah,(Saudi Arabia: Dar al- Fikr, t.th), h. 205.
29
H.A. Jazuli, Fiqih Jinayah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000),h.213.
13
minuman memabukkan juga telah diatur dalam undang - undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang
Narkotika.

Pada Undang - Undang yang dimaksud, menjatuhkan sanksi lebih berat yang
memproduksi dan pengedar narkotika yang disalahgunakan, ketimbang pengguna (pemakai).
Terhadap pengolah narkotik, hukumannya antara tujuh tahun hingga paling lama dua puluh (20)
tahun, sesuai dengan sifat kegiatannya dan jenis narkoba yang diproduksinya (Pasal 80, 81, dan,
82). Bahkan untuk kasus tertentu dapat dijatuhi hukuman penjara seumur hidup (Pasal 87).
Adapun bagi pemakai (penikmat) narkotika untuk dirinya akan dijatuhkan sanksi hukum antara
satu sampai paling lama empat (4) tahun, sesuai dengan jenis narkotika yang dikonsumsinya
(Pasal 85).30

Sanksi hukum yang diberikan terhadap tindak pelanggaran narkotika jauh lebih berat dari
pada minuman keras, hal ini karena efek destruktif yang ditimbulkan narkotika lebih berat dari
pada minuman keras, baik secara kesehatan, sosial, maupun finansial. Untuk melaksanakan
hukuman atas delik minuman khamr ini disyaratkan terpenuhinya syarat - syarat sebagai berikut :

1. Peminum itu adalah orang yang berakal, karena akal merupakan tatanan taklif (tuntutan
Tuhan). Oleh karena itu, orang gila yang meminum khamar tidak dikenai hukuman,
termasuk didalamnya orang yang berpenyakit syaraf,

2. Peminum itu sudah baligh. Andaikata yang minum itu anak kecil, maka baginya tidak
dikenakan hukuman, karena belum mukallaf (belum dibebani tuntutan),

3. Peminum itu melakukan perbuatannya dengan kehendaknya sendiri. Orang yang


minum khamar karena terpaksa (dipaksa) tidak dikenai hukuman, baik paksaan itu berupa
ancaman bunuh atau siksaan fisik maupun berupa ancaman bahwa hartanya akan
disita seluruhnya,

4. Peminum itu tahu, bahwa apa yang diminumnya memang memabukkan. Andaikata dia
meminum khamar dalam keadaan tidak tahu bahwa benda itu memabukkan, maka
ketidaktahuan ini merupakan uzur, dan karenanya tidak dikenai hukuman.31

30
Undang-undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
31
Ahmad Rofiq., h. 80-82.
14
2.2 Bagaimana Hukum Penjual Minuman Keras Dalam KUHP Lama

Istilah dari sanksi adalah Hukuman, artinya suatu beban hukum yang dikenakan,
diberikan, atau dijatuhkan kepada orang - orang yang melakukan perbuatan yang dilarang atau
bertentangan dengan hukum, baik bersifat kejahatan maupun pelanggaran, sanksi juga
mengandung inti berupa ancaman pidana kepada mereka yang melakukan pelanggaran norma,
yang mempunyai tugas agar norma yang sudah ditetapkan itu ditaati dan dilaksanakan.

Sanksi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah tanggungan ( tindakan,
hukuman dan sebagainya ) untuk memaksa orang menepati perjanjian menaati ketentuan. Di
dalam kehidupan masyarakat yang sekarang ini, banyak faktor yang menimbulkan terjadinya
tindakan kriminal di antaranya peredaran minuman beralkohol yang secara legal dan ilegal,
dimana masyarakat dengan mudah dapat mendapatkan minuman beralkohol, keadaan tersebut
harus dicegah untuk mempertahankan integrasi dan integritas dalam masyarakat. penjualan
minuman keras beralkohol dibatasi kesejumlah kalangan saja, umumnya orang - orang yang
telah melewati batas usia tertentu.32

Dalam Kehidupan ini, kita sering menjumpai jenis mianuman beralkohol yang bermacam
- macam merek produk di masyarakat.33 Namun, pada dasarnya peredaran minuman
beralkohol ilegal, yang dimana minuman beralkohol legal mendapat izin dari dinas pariwisata
seperti minuman tradisional yang biasa, minuman tradisional yang seperti inilah yang banyak
dikonsumsi oleh masyarakat yang ada di daerah - daerah.

Adapun salah satu penyebab seseorang melakukan tindak pidana kejahatan yaitu karena
individu atau kelompok dengan bebasnya mengkonsumsi minuman beralkohol, kejadian seperti
ini biasa terjadi didalam masyarakat disebabkan karena lemahnya sanksi yang ada di masyarakat
sekitar.34 Salah satu dampak modernisasi dari faktor sosial-ekonomi baru ini cukup nyata di
tengah masyarakat kita adalah penyalagunaan minuman - minuman keras. Minuman beralkohol
apabila dikonsumsi secara berlebihan dan terus menerus dapat merugikan dan membahayakan
32
Subekti, dan Tjritosoedibio.Kamus Hukum, (Jakarta: PT Pradaya Pramata, 2008), hlm 98
33
Wardi, Muslich. Hukum Pidana Menurut Al-Qur‟an, (Jakarta: Diadit Media, 2007), hlm 137
34
Muslich, Ahmad Wardi. Pengantar dan Asas Hukum Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hlm 78
15
jasmani, rohani maupun bagi kepentingan perilaku dan cara berfikir kejiwaan sehingga lebih
lanjut akan mempengaruhi kehidupan keluarga dan hubungan dengan masyarakat sekitar.

Penyalahgunaan minuman beralkohol saat ini merupakan permasalahan yang cukup


berkembang di masyarakat dan menunjukkan kecenderungan yang meningkat dari tahun ketahun
yang akibatnya dirasakan dalam bentuk kenakalan - kenakalan, perkelahian, munculnya geng -
geng remaja, perbuatan asusila, dan maraknya premanisme dikalangan masyarakat.35

Efektifitas penerapan sanksi pidana terhadap peminum dan pedagang minuman


beralkohol hendaknya dikembalikan kepada tujuan pidana, yakni sebagai salah satu sasaran
untuk memulihkan kembali (rehabilitation) si pembuat.

Sanksi adalah suatu langkah hukuman yang dijatuhkan oleh Negara atau kelompok
tertentu karena terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok. Sanksi adalah
satu hal yang sangat sering kita dengar dan kita saksikan dalam lingkup masyarakat kecil pun
kata sanksi ini banyak digunakan untuk menghukum. Adapun mengenai pengedar atau penjual
minuman yang memabukan tersebut dicantumkan dalam pasal 300 ayat (1) angka 1 KUHP yang
berbunyi :

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun atau denda paling banyak empat ribu
lima ratus rupiah:

1. barang siapa dengan sengaja menjual atau memberikan minuman yang memabukkan kepada
seseorang yang telah kelihatan mabuk;

Di dalam pasal 300 ayat (1) tentang penjual minuman keras yang dimaksud dengan
sanksi bagi penjual minuman keras adalah minuman yang mengandung ethanol, ethanol adalah
bahan psiko aktif dan mengonsumsinya menyebabkan keturunan kesadaran.

35
Hanafi, Ahmad. Asas-Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: PT Midas Surya Grafindo, 2003), hlm 99
16
 Sanksi Hukum Bagi Pelaku Usaha Minuman yang Mengandung Kadar Alkohol
Menurut Hukum Positif

Pembahasan terkait tentang alkohol, KUHP tidak mengatur tentang produk yang
mengandung alkohol, melainkan hanya mengatur tentang penggunaan alkohol untuk di minum
dan dampak dari perbuatan tersebut, yang dalam hal ini diatur dalam Kitab Undang - Undang
Hukum Pidana (KUHP) yang tersebar dalam beberapa Pasal, antara lain Pasal 204 ayat (1) dan
(2); Pasal 300; Pasal 492; Pasal 536; Pasal 537; Pasal 538; Pasal 539 KUHP.

 Adapun bunyi pasal tersebut adalah sebagai berikut :

a. Pasal 204
(1) Barangsiapa menjual, menawarkan, menyerahkan atau membagi - bagikan barang yang
diketahuinya membahayakan nyawa atau kesehatan orang, sedangkan sifat berbahaya itu tidak
diberitahukannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

(2) Kalau ada orang mati lantaran perbuatan itu si tersalah dihukum penjara seumur hidup
atau dipenjara sementara selama - lamanya dua puluh tahun.

b. Pasal 300 KUHP


(1) Dengan hukuman penjara selama - lamanya satu tahun atau denda sebanyak -
banyaknya Rp. 4.500 dihukum :
1. Barang siapa dengan sengaja menjual atau menyuruh minum minuman yang
memabukkan kepada seseorang yang telah kelihatan mabuk.
2. Barang siapa dengan sengaja membuat mabuk seseorang anak yang umurnya belum
cukup 16 tahun.
3. Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan dengan sengaja memaksa orang
akan minum minuman yang memabukkan.

(2) Kalau perbuatan itu menyebabkan luka - luka berat pada tubuh, yang bersalah
dihukum penjara selama - lamanya tujuh tahun.

17
(3) Jika perbuatan itu menyebabkan orang mati, yang bersalah dihukum penjara selama -
lamanya sembilan tahun.

(4) Kalau yang bersalah melakukan kejahatan itu dalam jabatan ia dapat dipecat dari
pekerjaan itu.36

c. Pasal 492 KUHP

(1) Barang siapa yang sedang mabuk, baik ditempat umum merintangi jalan atau
mengganggu ketertiban, baik mengancam keamanan orang lain maupun sesuatu perbuatan yang
harus dijalankan dengan hati - hati benar supaya tidak terjadi bahaya bagi jiwa atau kesehatan
orang lain dihukum kurungan selama - lamanya enam hari atau pidana denda sebanyak -
banyaknya Rp.375.000. (tiga ratus tujuh puluh lima ribu rupiah).

(2) Jika pada waktu melakukan pelanggaran itu belum lagi lewat satu tahun sejak
ketetapan putusan hukuman yang dahulu bagi si tersalah karena pelanggaran serupa itu juga atau
lantaran pelanggaran yang diterangkan dalam pasal 536 maka dihukum kurungan selama -
lamanya dua minggu.

d. Pasal 536 KUHP

(1) Barang siapa nyata mabuk ada dijalan umum, dihukum denda sebanyak - banyaknya Rp.
225.000. (dua ratus dua puluh lima ribu rupiah)

(2) Jika pada waktu melakukan pelanggaran itu belum satu tahun, sejak ketetapan hukum
yang dahulu bagi si tersalah lantaran pelanggaran serupa itu juga atau pelanggaran yang
ditersangkakan dalam pasal 492, maka hukuman denda itu dapat diganti dengan hukuman
kurungan selama - lamanya tiga hari.

36
KUHP & KUHAP, h 100
18
(3) Jika pelanggaran itu diulangi untuk kedua kalinya dalam satu tahun sesudah keputusan
hukuman yang pertama karena ulangan pelanggaran itu, maka dijatuhkan hukuman kurungan
selama - lamanya dua minggu.

(4) Jika pelanggaran itu diulangi untuk ketiga kalinya atau selanjutnya di dalam satu tahun
sesudah ketetapan putusan hukuman yang kemudian sekali lantaran ulangan pelanggaran untuk
kedua kalinya atau selanjutnya, maka dijatuhkan hukuman kurungan selama - lamanya tiga
bulan.

e. Pasal 537 KUHP


“ Barang siapa menjual atau memberikan minuman keras atau arak kepada anggota
Angkatan Bersenjata di bawah pangkat letnan atau kepada istrinya, anak atau pelayan, diancam
dengan pidana kurungan paling lama tiga minggu atau pidana denda paling tinggi seribu lima
ratus rupiah. “

f. Pasal 538 KUHP


“ Penjual atau wakilnya yang menjual minuman keras yang dalam menjalankan
pekerjaan memberikan atau menjual minuman keras atau arak kepada seorang anak dibawah
umur enam belas tahun, diancam dengan pidana kurungan paling lama tiga minggu atau pidana
denda paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah. ”

g. Pasal 539 KUHP


“ Barang siapa pada kesempatan diadakan pesta keramaian untuk umum atau
pertunjukan rakyat atau diselenggarakan arak - arakan untuk umum, menyediakan secara cuma
- cuma minuman keras atau menjanjikan sebagai hadiah, diancam dengan pidana kurungan
paling lama dua belas hari atau pidana denda paling tinggi tiga ratus tujuh puluh lima rupiah. ”

Adapun kesimpulan mengenai pasal - pasal di atas bahwasanya secara umum aturan yang
ada di dalam KUHP tersebut hanya memberikan sanksi kepada pengguna minuman keras,
pengedar dan penjualnya. Tidak secara khusus membahas mengenai produk yang mengandung

19
kadar alcohol. Untuk mengetahui keteraturan suatu peraturan perundang - undangan dimaksud
sangat penting sebagai suatu landasan hukum untuk mengikat setiap warga Negara agar
mematuhi dan mentaati segala ketentuan hukum yang ada (legalitas), demi terciptanya
keteraturan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam suatu sistem pemerintahan
yang berdasarkan Pancasila, Undang - Undang Dasar 1945 dan amademennya. Selain itu salah
satu tujuan pokok sistem peraturan perundang - undangan adalah untuk mengatur perilaku
manusia agar sesuai dengan norma hukum yang berlaku. Sebagaimana halnya telah diatur
dalam Undang - Undang tindak pidana khusus yang berkaitan dengan penggunaan alkohol,
yang merupakan ketentuan yang bersifat melengkapi dari kelemahan yang terdapat di dalam
KUHP. Dengan adanya ketentuan tersebut, pemerintah Indonesia telah berusaha melindungi hak
asasi manusia, khususnya umat Islam dalam memperoleh jaminan halal atas konsumsi makanan,
minuman, kosmetika dan obat - obatan dengan mengeluarkan sejumlah peraturan dalam bentuk
Undang - Undang, Peraturan Pemerintah, serta Intruksi Presiden, hal ini dapat dicontohkan
sebagai berikut :

a. Undang - undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan,


b. Undang - undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan,
c. Undang - undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen,
d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1999 Tentang Label dan
Iklan Pangan,
e. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1991 tentang Peningkatan
Pembinaan dan Pengawasan Produksi dan Peredaran Makanan Olahan.37

Terkait sanksi pidana terhadap pelaku penjualan minuman keras / alkohol


sebagaimana di atur pada Undang - Undang RI Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
Sanksi pidana penggunaan Alkohol dalam makanan, minuman, dan obat - obatan, diatur dalam
Undang - undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan BAB X
Ketentuan Pidana dalam Pasal 80 dan Pasal 84 :

37
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Badan Litbang & Diklat Kementerian Agana RI dengan Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Mengenal Ayat-ayat Sains dalam Al-Qur‟an (Makanan dan Minuman dalam
Perspektif Al-Qur‟an dan Sains), (Jakarta: Widya Cahaya, 2015), h 134
20
• Pasal 80 Ayat 4 huruf (a)

Pasal 4 : Barang siapa dengan sengaja : a. mengedarkan makanan dan atau minuman
yang tidak memenuhi standar dan atau persyaratan dan atau membahayakan kesehatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (3);38 Dipidana dengan pidana penjara paling lama
15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah). Undang - Undang RI Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan Sanksi pidana penggunaan
alkohol dalam makanan, minuman, dan obat - obatan, diatur dalam Undang - undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan BAB X Ketentuan Pidana dalam Pasal 55
huruf c, d, e, f, g, h, i dan Pasal 58 huruf h.

• Pasal 55 huruf c, e(d), f(e), g(f), h(g), i(h)

c. Barangsiapa dengan sengaja: menggunakan bahan yang dilarang digunakan sebagai


bahan tambahan pangan atau menggunakan bahan tambahan pangan secara melampaui ambang
batas maksimal yang ditetapkan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1);
d. menggunakan bahan yang dilarang digunakan sebagai kemasan pangan dan atau bahan
apa pun yang dapat melepaskan cemaran yang merugikan atau membahayakan kesehatan
manusia, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1);
e. mengedarkan pangan yang dilarang untuk diedarkan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal
21 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, atau huruf e;
f. memperdagangkan pangan yang tidak memenuhi standar mutu yang diwajibkan,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf a;
g. memperdagangkan pangan yang mutunya berbeda atau tidak sama dengan mutu pangan
yang dijanjikan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf b;
h. memperdagangkan pangan yang tidak memenuhi persyaratan sertifikasi mutu pangan,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf c; dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).

38
Pasal 21 ayat 3: Makanan dan minuman yang tidak memenuhi ketentuan standar dan atau persyaratan
kesehatan dan atau membahayakan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) {Pengamanan makanan
dan minuman diselenggarakan untuk melindungi masyarakat dari makanan dan minuman yang tidak memenuhi
ketentuan mengenai standar dan atau persyaratan kesehatan} dilarang untuk diedarkan, ditarik dari peredaran,
dan disita untuk dimusnahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan yang berlaku.
21
• Pasal 56 huruf b, c, d
Barangsiapa karena kelalaiannya :

a. menyelenggarakan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan atau


peredaran pangan dalam keadaan yang tidak memenuhi persyaratan sanitasi, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8;
b. menggunakan bahan yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan pangan atau
menggunakan bahan tambahan pangan secara melampaui ambang batas maksimal yang
ditetapkan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1);
c. menggunakan bahan yang dilarang digunakan sebagai kemasan pangan dan atau bahan
apa pun yang dapat melepaskan cemaran yang merugikan atau membahayakan kesehatan
manusia, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1);
d. mengedarkan pangan yang dilarang untuk diedarkan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal
21 huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, atau huruf e; dipidana dengan pidana penjara paling
lama 1 (satu) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 120.000.000,00 (seratus dua puluh juta
rupiah).39

Selain sanksi di atas yang diberlakukan hanya untuk perorangan. Maka ada juga sanksi
bagi lembaganya, atau yang disebut Korporasi / Badan Hukum. Pengertian korporasi menurut
Undang - Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dimasukkan dalam
lingkup pelaku usaha, yang diatur dalam Pasal 1 ayat (3)40: Dengan menggunakan satu (1) istilah
yaitu “ pelaku usaha ” yang meliputi perseorangan dan korporasi dalam Undang - Undang.

Perlindungan Konsumen maka penetapan jenis sanksi pidana dan tindakan pun sama.
Sanksi pidana diatur dalam Undang - Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen Pasal 62 :

39
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan
40
Pasal 1 ayat (3) : Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan
hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah
hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama - sama melalui perjanjian menyelenggarakan
kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.
22
o Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10
ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat (2), dan Pasal 18 dipidana
dengan pidana penjara paling lama (5) tahun atau pidana denda paling banyak Rp.
2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
o Pelaku usaha yang melanggar ketentuan yang dimaksud dalam Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13 ayat
(1), Pasal 14, Pasal 16, Pasal 17 ayat (1) huruf d, huruf f dipidana dengan pidana penjara
paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Berdasarkan uraian sebelumnya bahwa Pasal - Pasal yang diatur dalam KUHP tentang
alkohol tersebut hanya mengatur mengenai penggunaan alkohol, pengedar dan penjualnya. Tidak
secara khusus membahas mengenai produk yang mengandung kadar alkohol, yang terdapat pada
makanan, minuman, obat - obatan dan kosmetik. Oleh sebab itu perlu adanya aturan yang
mengaturnya secara khusus. Seperti yang diketahui bahwasanya suatu perbuatan itu dapat
dikenakan pidana jika dapat menimbulkan bahaya bagi orang lain dan adanya unsur penipuan
dalam tindakan tersebut. Jika suatu produk tersebut mengandung kadar alkohol yang tinggi, yang
dapat menimbulkan bahaya bagi konsumen, maka dapat dikenakan sanksi pidana karena adanya
unsur membahayakan bagi orang lain. Selain itu tidak adanya transparansi atau keterbukaan dari
produsen, misalnya : produk tersebut mengandung alkohol, tetapi tidak dicantumkan pada
kemasannya atau kandungan alkohol tersebut dicantumkan namun bukan dibuat oleh orang yang
berkompeten. Oleh karena itu, sanksi pidana yang diberikan bagi pengguna produk yang
mengandung kadar alkohol bervariasi, baik yang dilakukan oleh perorangan atau lembaga hukum
(korporasi).

Sanksi yang diberikan kepada perorangan berupa pidana pokok, yaitu : pidana penjara
atau pidana denda. Sedangkan bagi pelaku tindak pidana yang dilakukan oleh lembaga hukum
(korporasi) ada dua macam pidana, yaitu : pidana pokok dan pidana tambahan. Pidana pokok
berupa pidana penjara dan denda seperti yang telah diatur dalam Undang - Undang Nomor 8
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Dengan demikian, sanksi pidana yang dapat
diterapkan bagi pelaku tindak pidana berlaku untuk siapa saja, baik itu yang sifatnya
perorangan maupun lembaga / badan hukum (korporasi). Serta perlu adanya aturan khusus yang
mengatur mengenai sanksi bagi pengguna produk yang mengandung kadar alkohol.
23
2.3 Bagaimana Hukum Penjual Minuman Keras Dalam KUHP Baru

KUHP baru sudah disahkan dan akan berlaku efektif pada 2026 untuk menggusur KUHP
lama yang telah berusia 104 tahun. Salah satunya mengatur larangan menjual miras ke anak baru
gede (ABG) yang belum 18 tahun. Berikut ini perbedaan serta perbandingannya :

 KUHP LAMA

( Penjual miras ke anak dihukum 1 tahun penjara )

Pasal 300

- (1) Diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun atau denda paling banyak
empat ribu lima ratus rupiah:
1. barang siapa dengan sengaja menjual atau memberikan minuman yang memabukkan
kepada seseorang yang telah kelihatan mabuk; Perdagangan wanita dan perdagangan
anak laki - laki yang belum dewasa, diancam dengan pidana penjara paling lama enam
tahun.
2. barang siapa dengan sengaja membikin mabuk seorang anak yang umurnya belum
cukup enam belas tahun;
3. barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa orang untuk minum
minuman yang memabukkan.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka - luka berat, yang bersalah diancam dengan
pidana penjara paling lama tujuh tahun.
(3) Jika perbuatan mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam dengan pidana
penjara paling lama sembilan tahun.
(4) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencariannya,
dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencarian itu.

 KUHP BARU

( Penjual miras ke anak dihukum 2 tahun penjara )

24
- Pasal 424
(1). Setiap Orang yang menjual atau memberi minuman atau bahan yang memabukkan
kepada orang yang sedang dalam keadaan mabuk, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak kategori II.
(2). Setiap Orang yang menjual atau memberi minuman atau bahan yang memabukkan
kepada Anak, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana
denda paling banyak kategori II.
(3). Setiap Orang yang dengan Kekerasan atau Ancaman Kekerasan memaksa seseorang
meminum atau memakai bahan yang memabukkan, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga) tahun atau pidana denda paling banyak kategori III.
(4). Jika perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (3):
a. mengakibatkan luka berat, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
atau pidana denda paling banyak kategori IV; atau
b. mengakibatkan matinya orang, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh)
tahun.
(5). Jika pelaku Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat
(3) melakukan perbuatan tersebut dalam menjalankan pekerjaannya maka dapat dijatuhi
pidana tambahan berupa pencabutan hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 huruf f.

 Lalu apa yang dimaksud anak ?

“ Anak adalah seseorang yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun,” demikian bunyi
Pasal 150 KUHP baru.

Undang - Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Kitab Undang - Undang Hukum Pidana
(KUHP) mengatur ancaman pidana hingga satu tahun penjara bagi seseorang yang menjual
minuman memabukkan kepada orang yang sedang mabuk.

Ketentuan itu dituangkan dalam pasal 424 KUHP. Pelaku juga diancam dengan denda
kategori II setara Rp. 10 juta sebagaimana diatur dalam pasal 79 KUHP.

25
“ Setiap orang yang menjual atau memberi minuman atau bahan yang memabukkan
kepada orang yang sedang dalam keadaan mabuk, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1
(satu) tahun atau pidana denda paling banyak kategori II,” demikian bunyi Pasal 424 ayat (1).

Kemudian pada ayat (2) dijelaskan ancaman pidana bisa bertambah hingga dua tahun jika
orang tersebut menjual atau memberi minuman atau bahan yang memabukkan kepada anak.

Sementara pada ayat (3) disebutkan jika seseorang memaksa untuk meminum atau
memakai bahan yang memabukkan dengan kekerasan, maka akan dipidana hingga tiga tahun
penjara dan denda Rp. 50 juta.

Pada ayat berikutnya dijelaskan, pidana bisa diperberat hingga lima tahun penjara dan
denda Rp. 200 juta jika tindakan itu mengakibatkan luka berat. Sedangkan, jika perbuatan
tersebut mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang dapat dipidana dengan hukuman tujuh tahun
penjara.

“ Jika pelaku Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (3)
melakukan perbuatan tersebut dalam menjalankan pekerjaannya maka dapat dijatuhi pidana
tambahan berupa pencabutan hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 huruf f, ” bunyi Pasal
424 ayat (5).

Kelebihan dari perspektif fiqih yaitu pada ketegasan hukuman yang diberikan sehingga
membuat pelaku jera namun kekurangannya hukuman tersebut bertentangan dengan HAM
sehingga sulit untuk bisa digunakan sebagai hukum positif di Indonesia. Maka dari itu hukum
yang lebih baik dan lebih cocok digunakan di Indonesia yaitu hukum KUHP dibandingkan
dengan hukum fiqih.

Kelebihan dari hukum dalam perspektif KUHP lama ini bersifat ringan namun memiliki
kekurangan yaitu tidak cukup membuat jera para pelaku namun dengan adanya KUHP baru ini
dapat dilihat adanya kemajuan dalam masa hukuman serta denda yang ditetapkan sehingga dapat
menutupi kekurangan pada KUHP lama. Adapun persamaan pada hukuman perspektif fiqih
dengan perspektif KUHP yaitu sama - sama memberikan hukuman penjara atau denda
sebagaimana yang disebut ta‟zir dalam perspektif fiqih.
26
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam perspektif fiqih jinayah sanksi bagi orang yang suka menjual atau
mengkonsumsi minuman keras maka akan mendapatkan had atau hukuman yaitu di jilid atau
didera sebanyak 40 sampai 80 kali. Menurut analisis hukum Islam mengenai perdagangan
minuman beralkohol sama dengan memperdagangkan khamr karena sifatnya sama memabukkan
dan tidak sesuai dengan ajaran agama Islam. Sanksi hukum bagi pelaku usaha minuman yang
mengandung kadar alkohol menurut hukum pidana Islam, adalah dengan menempatkan
penyalahgunaan minuman keras dan sejenisnya kepada peminum, pengedar, pengusaha dan
penjualnya dikenai ancaman pidana yaitu hukuman ta‟zir, hukuman ta‟zir bisa berat atau ringan
yaitu dengan dipenjara atau didenda tergantung kepada proses pengadilan (otoritas hakim).

Sedangkan dalam perspektif KUHP lama hukum penjual minuman keras ini diatur
dalam Kitab Undang - Undang Hukum Pidana (KUHP) yang tersebar dalam beberapa Pasal,
antara lain Pasal 204 ayat (1) dan (2); Pasal 300; Pasal 492; Pasal 536; Pasal 537; Pasal 538;
Pasal 539. Sedangkan pada KUHP baru hukum penjual minuman keras diatur dalam Pasal 424.

3.2 Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu pembaca untuk sadar akan
pentingnya mempelajari tentang Fiqih Jinayah. Dan diharapkan makalah ini dapat membantu
mengembangkan ilmu pengetahuan para pembaca dalam menjelaskan dan memahami mengenai
Hukum Penjual Minuman Keras Dalam Perspektif Fiqih, KUHP Lama Dan KUHP Baru. Dalam
penyusunan makalah ini kami mohon maaf apabila ada kesalahan atau singgungan dalam
penggunaan kata maupun kalimat, dan kami harapkan agar pembaca berkenan menyampaikan
kekurangan yang ada dalam makalah ini, serta memberikan saran dan masukan yang nantinya
akan kami jadikan sebagai bahan perbaikan untuk penyusunan makalah selanjutnya.
27
DAFTAR PUSTAKA

 https://www.cnnindonesia.com/nasional/20230103135312-12-895519/kuhp-jual-miras-
ke-orang-mabuk-penjara1-tahun-dan-denda-rp10-juta/amp
 https://news.detik.com/berita/d-6450245/kuhp-baru-penjual-minuman-memabukkan-ke-
abg-dipenjara-2-tahun/amp
 JURNAL Disusun Dalam Rangka Untuk memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
gelar Sarjana Hukum S.H SANKSI PENJUAL MINUMAN KERAS MENURUT KUHP
DITINJAU DARI HUKUM PIDANA ISLAM EVITA NIM: 1531600143 Program Studi
Hukum Pidana Islam Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Raden
Fatah Palembang
 SANKSI HUKUM BAGI PELAKU USAHA MINUMAN YANG MENGANDUNG
KADAR ALKOHOL DALAM ANALISIS HUKUM PIDANA POSITIF DAN HUKUM
PIDANA ISLAM (Studi Kasus di Kel. Belawan II Kec. Medan Belawan) SKRIPSI
OLEH LIVITA APRIANY NIM: 0205162057 FAKULTAS SYARI‟AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN
 Kuhp.pdf

28

Anda mungkin juga menyukai