DISUSUN OLEH :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan berkat-
Nya sehingga dapat terselesaikannya makalah Pendidikan Pancasila yang berjudul
“Penyalahgunaan Zat Terlarang di Lingkungan Masyarakat”. Penulis berharap semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Kami juga menyadari bahwa
makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu mengharapkan saran dari para pembaca agar
kedepannya dapat jauh lebih baik lagi. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Di Dunia, terdapat zat zat Narkoba atau NAPZA. Narkotika adalah zat atau obat baik
yang bersifat alamiah, sintetis, maupun semi sintetis yang menimbulkan efek penurunan
kesadaran, halusinasi, serta daya rangsang. Bagai dua sisi mata uang narkoba menjadi zat yang
bisa memberikan manfaat dan juga merusak kesehatan. Seperti yang sudah diketahui, ada
beberapa jenis obat-obatan yang termasuk ke dalam jenis narkoba yang digunakan untuk proses
penyembuhan karena efeknya yang bisa menenangkan. Namun jika dipakai dalam dosis yang
berlebih, bisa menyebabkan kecanduan yang mana dapat mempengaruh kondisi kejiwaan atau
psikologi seseorang, baik itu pikiran, prilaku ataupun perasaan atau menyebabkan
ketergantungan terhadap zat atau bahan ini. Ada beberapa yang termasuk narkoba atau NAPZA
yaitu : Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif.
Alasan memilih topik penyalahgunaan zat karena terkait dengan jurusan sendiri yaitu
farmasi, dimana kami nantinya tenaga kefarmasian diperlukan untuk mengatur peredaran obat
narkotik dan psikotropik terutama yang melalui suntik karena efek yang ditimbulkan sangat
serius.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Peredaran dan dampak narkoba saat ini sudah sangat meresahkan. Mudahnya mendapat
bahan berbahaya tersebut membuat penggunanya semakin meningkat. Tak kenal jenis kelamin
dan usia, semua orang berisiko mengalami kecanduan jika sudah mencicipi zat berbahaya ini.
Pada tahun 2019 Kantor PBB Urusan Obat-obatan dan Kejahatan (UNODC) melaporkan,
Indonesia menduduki peringkat kedelapan sebagai negara yang terbanyak melakukan penyitaan
narkoba jenis sabu-sabu atau amphetamine type stimulants (ATS). Jumlah sabu-sabu yang disita
Indonesia mencapai 18,53 ribu kilogram. Sedangkan dalam kurun waktu pada tahun 2021 hingga
pertengahan tahun 2022 telah berhasil mengungkap 55.392 kasus tindak pidana narkoba dan
71.994 orang tersangka, dengan barang bukti narkoba berupa 42,71 Ton sabu; 71,33 Ton Ganja;
1.630.102,69 Butir Ekstasi; dan 186,4 Kg Kokain. Para Pelaku pengguna narkoba bukan hanya
dari kalangan orang dewasa ke atas saja, tetapi Menurut data dari Badan Narkotika Nasional
(BNN), sebanyak 2,2 juta remaja di 13 provinsi di Indonesia menjadi penyalahguna narkoba dan
mengalami kenaikan hingga 24-28% di tahun 2019.
2
2.2 Hubungannya dengan Pancasila
1. Quality Education
Dibutuhkannya pendidikan lebih tentang pengetahuan akan dunia perobat-obatan di
lingkungan masyarakat Indonesia
2. Responsible Consumption and Production
Pertanggung jawaban dari orang yang membuat produk narkotika atau zat adiktif sangat
di butuhkan, diberikan pemahaman kepada masyarakat cara penggunaan yang baik dan
benar
3. Good Health and Well-Being
Dibutuhkannya kesehatan baik secara fisik maupun mental oleh masing” pengguna
obat”an agar mengetahui baik dan buruknya penggunaan obat bagi diri mereka
4
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
5
JAWAB PERTANYAAN
1. Kita tau dalam kehidupan sehari-hari sering mendengar berita bahwa hampir berhasil
terjadi penyelundupan narkotika dari negara lain yang akan diedarkan ke Indonesia, jika
berhasil ditangkap berarti sebelumnya sudah banyak diseludupkan. Pemerintah sendiri
sudah ketat menjaga di pelabuhan dan bandara mengenai narkoba dan sudah di cek.
Dimana letak kesalahan penyelundupan yang udah berhasil, apa yg harus kita benahi
dalam hal tersebut?
* Tindak pidana penyelundupan masih bisa berhasil / tetap terjadi, disebabkan karena
adanya faktor penghambat yaitu salah satunya adalah Sumber Daya Manusia yang masih
kurang memadai sehingga dalam pengawasan terhadap tindak pidana penyelundupan
masih lemah. Diperlukan pengawasan lebih, baik dari masyarakat maupun dari aparat
yang bertugas untuk sama-sama menjaga agar tidak terjadi penyeludupan yang
berkelanjutan.
2. Contoh program kerja sama antara ketenagakerjaan kesehatan dengan hukum dalam
menangani kemarakan narkotika
*Kerja sama antara pemerintah dengan tenaga medis tertera dalam spirit Inpres No.2
Tahun 2020 tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN), di mana BNN menjadi leading
sector seluruh Kementerian dan Lembaga, Pemda, hingga komponen masyarakat. Dalam
upaya pelaksanaan P4GN, Kementerian Kesehatan merupakan mitra BNN yang sangat
strategis selama ini. Kaitannya dengan upaya optimalisasi dalam bidang rehabilitasi,
Kepala BNN meminta dukungan dari Kemenkes untuk penggunaan fasilitas Kesehatan
RSJ untuk program rehabilitasi terhadap penyalahgunaan narkoba sesuai dengan standar.
3. Apa hukuman atau tindakan Pemerintah dalam menghukum tni atau polisi yang
membantu penyeludupan narkoba?
*Pelepasan hak atau jabatan sebagai aparat negara dan pidana sesuai dengan hukuman
pengedaran narkoba yang tertera pada pasal 111, 112, 113, 114, dan 132 yaitu ancaman
hukuman minimal 4 tahun dan maksimal hukuman mati.
4. Faktor utama mengapa anak muda menggunakan narkoba, kenapa anak muda apa yang
mendorong mereka mau terjebak dalam narkoba? Dan kaitannya dengan Pancasila
* Berikut ini adalah berbagai faktor yang dapat membuat anak-anak dan remaja lebih
berisiko terjerumus dan menjadi pecandu narkoba:
1. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan dari teman sebaya merupakan faktor risiko tertinggi penyalahgunaan
narkoba pada remaja. “Ikut teman” atau “agar diterima di pergaulan” dapat memicu
remaja untuk mulai mencoba narkoba hingga menjadi kecanduan.
2. Faktor psikologis
Remaja yang mengalami stres berat, gangguan perilaku, atau masalah psikologis, seperti
6
depresi dan gangguan cemas, lebih berisiko mengalami kecanduan narkoba. Bagi mereka,
mengonsumsi narkoba bisa menjadi salah satu cara atau bahkan solusi untuk mengatasi
berbagai masalah yang sedang mereka alami.
3. Faktor genetik
Faktor keturunan juga menjadi salah satu faktor risiko penyalahgunaan narkoba pada
remaja. Seorang remaja berisiko besar menjadi pecandu narkoba jika ia memiliki orang
tua atau saudara kandung yang juga mengalami kecanduan narkoba atau alkohol.
4. Rasa ingin tahu
Rasa ingin tahu juga bisa membuat remaja penasaran untuk mencoba narkoba hingga
akhirnya menjadi seorang pecandu. Penelitian menunjukkan bahwa mencoba narkoba
pada usia muda akan meningkatkan risiko menjadi pecandu di kemudian hari. Faktor
penasaran dan rasa ingin tahu inilah yang rata - rata menjadi penyebab klien
pemasyarakatan menjalani pidana karena kasus Narkoba.
Dan jika di kaitkan dengan Pancasila, Pancasila jelas menentang masyarakat Indonesia
untuk menggunakan narkotika, seperti sila pertama yang berbunyi "Ketuhanan Yang
Maha Esa" sila ini mengajarkan agar semua masyarakat Indonesia taat dalam beragama
sesuai dengan agama yang dianut. Dalam ajaran agama tidak ada agama yang
membenarkan bahwa mengonsumsi ataupun mengunakan barang haram (narkoba).
5. Tanggapan kita terhadap penggunaan medis zat narkotika pada pasien yang
membutuhkan
*Penggunaan zat narkotika terhadap pasien yang membutuhkan merupakan hal yang
seharusnya atau boleh dilakukan oleh petugas medis namun harus dengan dosis yang pas
dengan yang dibutuhkan oleh masing – masing pasien.