Anda di halaman 1dari 28

UPAYA PENCEGAHAN PEREDARAN MIRAS ILEGAL MELALUI PE

RAN SATUAN BINMAS DI WILAYAH HUKUM POLRES


MOJOKERTO

RENCANA PENELITIAN

Oleh :

DAFFA AQSHAL TANJUNG

20.177

AKADEMI KEPOLISIAN

SEMARANG

2023
DAFTAR ISI

` Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah...................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah.............................................................. 7
1.3 Perumusan Masalah............................................................ 8
1.4 Tujuan Penelitian................................................................. 8
1.5 Manfaat Penelitian............................................................... 9
1.6 Sistematika Penulisan.......................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kepustakaan Penelitian....................................................... 11
2.2 Kepustakaan Konseptual..................................................... 15
2.2.1 Teori................................................................................... 15
2.2.2 Konsep............................................................................... 21
2.3 Kerangka Berpikir................................................................. 27
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian........................................ 29
3.1.1 Pendekatan Penelitian....................................................... 29
3.1.2 Jenis Penelitian.................................................................. 29
3.2 Fokus Penelitian................................................................... 30
3.3 Lokasi Penelitian.................................................................. 33
3.4 Sumber Data, Populasi dan Sampel.................................... 31
3.5 Teknik Pengumpulan Data................................................... 32
3.6 Validitas dan Reabilitas........................................................ 33
3.7 Teknik Analisis Data............................................................. 34
3.8 Jadwal Penelitian................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minuman keras (miras), minuman suling, atau spirit adalah minuman beral


kohol yang mengandung etanol yang dihasilkan dari penyulingan (yaitu, b
erkonsentrasi lewat distilasi) etanol diproduksi dengan cara fermentasi biji-
bijian, buah, atau sayuran.[juga.Sekarang ini sangat mudah untuk menjum
mpai banyaknya minuman-minuman keras yang beredar baik legal maupu
n illegal,semua tersebar ke setiap sudut lingkungan masyarakat.Bahkan m
inuman keras sudah menjadi gaya hidup bagi beberapa orang khususnya
anak muda di dalam lingkungan pergaulannya. ( Minuman Keras , Minuma
n keras - , n.d.)

Banyaknya minuman keras yang beredar di setiap sudut lingkungan masy


arakat memberikan efek yang cukup besar.Beberapanya berakibat negativ
e di lingkungan masyarakat, Miras dianggap sebgai penyebab banyaknya
penyakit masyarakat dan cikal bakal terjadinya tindak pidana.

Salah satu contoh kasus penyakit masyarakat akibat miras,

 Miras oplosan di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, kembali menelan korb


an jiwa. Dua remaja An, warga Desa Pecangaan Kulon dan A, warga Des
a Rengging meninggal usai pesta miras. “Pengakuan dari teman-teman kor
ban, kebiasaannya sebelum mengkonsumsi miras, mereka mengkonsumsi ob
at-obatan, seperti obat batuk yang banyak dijual di toko-toko,” kata A.
 
Pesta miras oplosan itu berlangsung di salah satu bengkel motor Desa Pecan
gaan Kulon. Saat pesta miras berlangsung, dua remaja yang selamat yaitu w
arga Kabupaten Kudus dan warga kecamatan Mayong, pulang lebih awal. Ke
mudian, miras sisa pesta dibawa oleh kedua korban.
Dalam penaganan miras di bidang Fungsi Teknis Intelkam, deteksi dini sebag
ai upaya paling awal yang dilakukan oleh kepolisian.Tentunya dalam operasin
ya memiliki beberapa hambatan yang berbeda-beda di setiap daerahnya dise
suai dengan situasi dan kondusi geografis setempat.Beberapa kesulitan yang
dialami oleh anggota Intelkam dalam melakukan penekanana nagka miras ille
gal adalah jumlahnya yang begitu besar dan dianggap sudah menjadi hal yan
g lumrah di masyarakat setempat,jadi meskipun Miras Ilegal tersebut sudah d
apat dideteksi namun sulit untuk menangani respon dari masyarakat setempa
t.

Pemerintah sendiri melegalkan masyarakat dalam memproduksi miras na


mun dengan berbagai syarat tertentu. Aturan ini tertuang dalam Perpres N
omor 10 Tahun 2021 tentang Bidang Usaha Penanaman Modal.

Sesuai dengan peraturan minuman beralkohol di Indonesia taun 2014 Perat


uran Menteri Perdagangan RI Nomor 20/M-Dag/Per/4/2014 tentang Pengen
dalian dan Pengawasan Terhadap Pengadaan, Peredaran dan Penjualan Mi
numan Beralkohol. (3peraturan.bpk.go.id, 2021)

1. Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol atau et


il alkohol (C2H50H) yang diproses dari bahan pertanian yang mengand
ung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi t
anpa destilasi. (Pasal 1)
2. Minuman beralkohol dikelompokkan menjadi tiga golongan (Pasal 2):
Minuman beralkohol golongan A adalah minuman yang mengandung e
til alkohol atau etanol (C2H5OH) dengan kadar sampai 5 persen (lima
per seratus); Minuman beralkohol golongan B adalah minuman yang m
engandung etil alkohol atau etanol (C2H5OH) dengan kadar lebih dari
5 persen (lima per seratus) sampai dengan 20 persen (dua puluh per s
eratus); Minuman beralkohol golongan C adalah minuman yang menga
ndung etil alkohol atau etanol (C2H5OH) dengan kadar lebih dari 20 pe
rsen sampai 55 persen.

4
3. Pengadaan minuman beralkohol golongan A, B dan C berasal dari pro
duksi dalam negeri dan impor. Pengadaan dari impor dilakukan perusa
haan yang telah memiliki penetapan sebagai IT-MB dari Menteri. Perus
ahaan pemilik IT-MB sebagaimana pada ayat (1) wajib memiliki SIUP-
MB. (Pasal 4)

4. . Penjualan minuman beralkohol untuk diminum langsung di tempat ha


nya dapat dijual di hotel, restoran, bar sesuai dengan peraturan perund
ang-undangan di bidang kepariwisataan dan; tempat tertentu lainnya y
ang ditetapkan oleh Bupati/Walikota dan Gubernur untuk Provinsi Khus
us Ibukota Jakarta. (Pasal 14 ayat 1)

5. Penjualan minuman beralkohol secara eceran hanya dapat dijual oleh


pengecer pada Toko Bebas Bea (TBB) dan tempat tertentu lainnya yan
g ditetapkan oleh Bupati/Walikota dan Gubernur untuk Provinsi Khusus
Ibukota Jakarta. (Pasal 14 ayat 2)

6. Minuman beralkohol golongan A juga dapat dijual di toko pengecer sep


erti minimarket, supermarket, hypermarket atau toko pengecer lainnya.
(Pasal 14 ayat 3)

7. Penjualan minuman beralkohol hanya boleh diberikan kepada konsum


en yang telah berusia 21 tahun atau lebih dengan menunjukan kartu id
entitas kepada petugas atau pramuniaga. (Pasal 15)
8. Pengecer wajib menempatkan minuman beralkohol pada tempat khusu
s atau tersendiri dan tidak bersamaan dengan produk lain. (Pasal 16 a
yat 1)

9. . Pengecer berkewajiban melarang pembeli minuman beralkohol memi


num langsung di lokasi penjualan. (Pasal 16 ayat 2)
10. Pembelian minuman beralkohol oleh konsumen hanya dapat dilayani ol
eh petugas/pramuniaga. (Pasal 16 ayat 3)

11. . Setiap orang dilarang membawa minuman beralkohol dari luar negeri
sebagai barang bawaan, kecuali untuk dikonsumsi sendiri paling banya
k 1000 ml per orang dengan isi kemasan tidak kurang dari 180 ml. (Pa
sal 27)

12. . Pengecer atau penjual langsung dilarang memperdagangkan minuma


n beralkohol di lokasi atau tempat yang berdekatan dengan (pasal 28):
gelanggang remaja, kaki lima, terminal, stasiun, kios-kios kecil, pengin
apan remaja dan bumi perkemahan; tempat ibadah, sekolah, rumah sa
kit; tempat tertentu lainnya yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota atau
Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta untuk Provinsi Daerah Khus
us Ibukota Jakarta, dengan memperhatikan kondisi daerah masing-ma
sing.

13. IT-MB, Distributor dan Sub Distributor dilarang memperdagangkan lan


gsung minuman beralkohol kepada konsumen. (Pasal 29)

14. . IT-MB, Distributor dan Sub Distributor, Penjual Langsung dan Penge
cer dilarang mengiklankan minuman beralkohol dalam media massa ap
a pun. (Pasal 30)

15. Setiap orang perorangan dilarang mendistribusikan dan/atau memper


dagangkan minuman beralkohol. (Pasal 31)
16. . Badan usaha dilarang mendistribusikan dan/atau memperdagangkan
minuman beralkohol yang tidak dilengkapi dengan perizinan sebagaim
ana diatur dalam Peraturan Menteri ini. (Pasal 31)

6
1.2 Identifikas i Masalah

Berdasarkan dari latar belakang permasalahan yang ada, peneliti mengidentif


ikasi masalah yang ada:

1. Jumlah kasus tindak pidana peredaran miras ilegal yang meningkat setiap tah
un.
2. Upaya yang belum maksimal dilakukan oleh satuan binmas Polres Mojokerto
dalam mencegah tindak pidana peredaran miras ilegal.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi bimbingan dan penyuluhan oleh satuan bin
mas Polres Mojokerto guna mencegah tindak pidana penyalahgunaan miras d
i masa pandemi Covid-19.

1.3 Rumusan Masalah

Permasalahan yang diangkat atas peredaras miras illegal di wilayah hu


kum Polres Mojokerto adalah :
1. Bagaimana upaya preventif diterapkan oleh Fungsi Teknis Binmas
di wilayah hukum Polres Mojokerto ?
2. Apa yang menjadi hambatan dalam upaya penanganan kasus mira
s illegal di wilayah hukum Polres Mojokerto ?
3. Kenapa miras mendapat atensi khusus oleh Polres Mojokerto ?
1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan diadakan penelitian ini adalaah


1. Untuk menemukan cara atau factor dalam optimalisasi kemamp
uan sumber daya yang dimiliki Fungsi Teknis Kepolisian di Wila
yah Polres Mojokerto untunk penanganan kasus miras illegal ya
ng beredar
2. Untuk melaksanakan analisis dan evaluasi terhadap upaya yang
dilakukan Kepolisian Resor Mojokerto dalam penganan peredar
an kasus miras illegal
3. Analisa penyebab miras menjadi tindakakn menyimpang denga
n atensi khusus di Polres Mojokerto

1.5 `Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini baik secara teoritis maupun
praktis yaitu :

1.5.1 Manfaat Teoritis


Penelitian diharapkan memberikan pandangan baru dalam menga
nalisis kinerja Kepolisian dan upaya optimal penggunaan sumber
daya Kepolisian dalam menekan angka peredaran miras illegal
1.5.2 Manfaat Praktis
Hasil analisis dan evaluasi penelitian diharapkan dapat digunakan
sebagai tolak ukur ataupun reprensi dalam melakukan tindakan-ti
ndakan penanganan kasus miras illegal oleh Fungsi Teknis Kepoli
sian

1.6 Sistematika

8
Sistematika penulisan rencana penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) bab dan untuk
memberikan gambaran menyeluruh terkait apa saja yang dimuat dan diberikan penje
lasan sebagai berikut :

a. Bab I, berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah ,rumusan


masalah yang diangkat, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
penulisan.
b. Bab II, berisi kepustakaan penelitian, kepustakaan konseptual, kerangka berfi
kir.
c. Bab III, berisi pendekatan dan jenis penelitian, fokus penelitian, lokasi peneliti
an, Sumber data atau informasi, teknik pengumpulan data, teknik analisis dat
a, jadwal penelitian

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepustakaan Penelitian


Tugas pokok yang diemban oleh institusi Polri adalah sebagaimana
yang telah diatur dalam Pasal 13 UU No. 2 Tahun 2002, yaitu :
1. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat
2. Menegakkan hukum; dan
3. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat

Polri mempunyai tugas menjaga keamanan dan ketertiban masyarak


at di Indonesia. Dalam menjaga ketertiban tersebut Polri berperan p
enting dalam menanggulangi penyakit masyarakat. Salah satu peny
akit masyarakat adalah minuman keras. Miras ini adalah sebuah fen
omena yang membuat resah masyarakat dan merupakan sebuah m
asalah publik yang bertentangan dengan nilai dan norma yang berla
ku di masyarakat sebagaiman dalam penelitian, (12 Rohadi & Kusriy
ah, 2017)
Maraknya aksi kriminalitas yang terjadi disebabkan oleh penggunaa
n miras oplosan. Penyalahgunaan miras oplosan tersebut memiliki d
ampak yang buruk, banyak korban yang berjatuhan bahkan sampai
meninggal dunia akibat miras oplosan ini.

Berdasarkan sumber Indonesian Journal of Criminal Law and Crimi


nology (IJCLC),hasil wawancara bersama bapak Rudi Arto, pertimba
ngan penyidik dalam menjalankan kewenangan diskresi dalam pena
nganan kasus khususnya peredaran minuman keras yaitu sebagai b
erikut : (12 Rohadi & Kusriyah, 2017)
1. Denda terlalu ringan
2. Kebiasaan suku tertentu
3. Pelaku berusia di bawah umur / berusia lanjut
4. Faktor ekonomi
5. Barang bukti tidak lengkap
6. Untuk Pengobatan/jamu
7. Efisiensi waktu
8. Mencegah penumpukan perkara

2.2 Kepustakaan Konseptual

Sesuai dengan Pedoman Penelitian Ilmiah Taruna Akademi Kepolisian Tahun


2021 berdasarkan keputusan Gubernur Akademi kepolisian Nomor : Kep/153/X/HUK
/4.5/2021. Kepustakaan penelitian merupakan suatu hasil penelitian yang telah dilak
ukan sebelumnya oleh peneliti terdahulu, yang ada kaitannya dengan penelitian yan
g akan dilakukan oleh peneliti. Adapun tujuan dari kepustakaan penelitian sebagai b
erikut:

10
a. Membantu pembaca dalam informasi hasil penelitian lain yan
g berhubungan dengan penelitian yang sedang dikerjakan.
b. Mengaitkan suatu penelitian dengan dialog yang lebih luas da
n berkelanjutan terkait suatu topik dalam pustaka, guna kemu
dian mengisi dan memperluas penelitian-penelitian sebelumn
ya.
c. Sebagai pedoman dan acuan dalam membandingkan hasil pe
nelitian dengan temuan-temuan lain.
d. Menginformasikan bahwa penelitian yang dilakukan berbeda
serta menunjukkan bahwa penelitian yang sedang dilakukan
ditujukan untuk hal-hal baru yang berbeda dengan penelitian l
ain.
Dalam memperoleh sejumlah informasi dan data awal yang dapat mendukung pen
eliti, maka dilakukan kajian terhadap beberapa penelitian terdahulu yang relevan d
engan fokus kasus dalam penelitian ini.

2.2.1 Teori
Kegunaan dari beberapa teori yang dipakai oleh peneliti untuk menganalisis perma
salahan yang akan diteliti sehingga pada akhirnya hasil dari penelitian ini dapat dip
ertanggungjawabkan

2.2.1.1 Pemolisian Masyarakat


Pemolisian masyarakat ( Community Policing ),biasa disebut de
ngan Polmas adalah upaya dari pihak Kepolisian dalam rangka
membangun dan menciptakan keamanan dan ketertiban masyar
akat yang kondusif, guna mendukung pelaksanaan tugas Kepoli
sian Negara Republik Indonesia secara optimal;
Pentinganya bentuk pemolisian masyarakat terhadap penangan
an kasus Miras illegal yang terjadi di wilayah hukum Polres
mojokerto dengan dibantu oleh masyarakat yang tergabung dala
mm FKPM ( Forum Kemitraan Masyarakat dan Polisi ) akan men
ciptakan sinergitas dan keefektivan tugas kepolisian dalam men
gungkap banyaknya kasus miras ilegal
Pemolisian masyarakat dapat dilakukan oleh semua Fungsi Tek
nis Kepolisian,yaitu salah satunya Intelkam
Pembina Polmas tingkat Kepolisian Resor bertugas:
a. mengembangkan taktik dan teknis operasionalisasi Polmas di
wilayahnya;
b. memberdayakan dukungan fungsi kepolisian lainnya untuk m
eningkatkan efektivitas penerapan Polmas di wilayahnya;
c. mengevaluasi program Polmas di wilayahnya dan melaporka
n kepada Kepala Kepolisian Daerah; dan
d. menggalang dukungan pemerintah daerah dan lembaga lainn
ya untuk mendukung kegiatan Polmas

2.2.1.2 Teori Pencegahan Kejahatan

Pencegahan kejahatan menurut National Crime Prevention Institute ( NCPI ) y


aitu melalui pengurangan kesempatan kejahatan yang dapat didefinisikan sebagai s
uatu antisipasi, pengakuan, dan penilaian terhadap resiko kejahatan serta penginisa
sian beberapa tindakan untuk menghilangkan atau mengurangi kejahatan itu, yang d
ilakukan dengan pendekatan praktis dan biaya efektif untuk pengurangan dan penah
anan kegiatan kriminal ( NCPI, 2001 : xv).

Sesuai dengan perkembangannya, terdapat tiga pendekatan yang dikenal


dalam strategi pencegahan kejahatan. Tiga pendekatan itu ialah pendekatan secara
sosial (social crime prevention), pendekatan situasional (situtational crime
prevention), dan pencegahan kejahatan berdasarkan komunitas/masyarakat
(community based crime prevention).
Menurut M Kemal Darmawan dalam bukunya yang berjudul Strategi Kepolisia
n Dalam Pencegahan Kejahatan :
1. Pre-emtif adalah kebijakan yang melihat akar masalah utama penyebab terjad
inya kejahatan melalui pendekatan sosial, pendekatan situasional dan pendek

12
atan kemasyarakatan untuk menghilangkan unsur Potensi Gangguan (Faktor
Korelatif Kriminogen).
2. Preventif sebagai upaya pencegahan atas timbulnya Ambang Gangguan (poli
ce hazard), agar tidak berlanjut menjadi gangguan nyata / Ancaman Faktual
(crime).
3. Represif sebagai upaya penegakan hukum terhadap Gangguan Nyata atau A
ncaman Faktual berupa penindakan, pemberantasan, penumpasan sesudah k
ejahatan terjadi atau pelanggaran hukum, yang bertujuan untuk memberikan c
ontoh (Social Learning) dan menimbulkan Efek Deterence agar dapat mengan
tisipasi para pelaku melakukan / mengulangi perbuatannya.

Hal ini sejalan dengan upaya Pre-emtif dan Preventif pihak Kepolisian Negara
Kesatuan Republik Indonesia untuk menanggulangi kejahatan. Dimana upaya ini ber
tujuan untuk menghilangkan faktor-faktor kriminogen pada suatu daera sedini mungk
in. Upaya ini juga melibatkan partisipasi masyarakat dimana hal ini juga sejalan deng
an pengertian dari Pemolisian Masyarakat.
Kebijakan pencegahan kejahatan diarahkan pada deteksi dini melalui progra
m pemolisian masyarakat (Polmas). Tujuan penerapan Polmas adalah terwujudnya
kerjasama polisi dan masyarakat lokal (komunitas) untuk menanggulangi kejahatan
dan ketidak-tertiban sosial dalam rangka menciptakan ketenteraman umum dalam k
ehidupan masyarakat setempat. Menanggulangi kejahatan dan ketidaktertiban sosial
mengandung makna bukan hanya mencegah timbulnya tetapi juga mencari jalan kel
uar pemecahan permasalahan yang dapat menimbulkan gangguan terhadap keama
nan dan ketertiban yang bersumber dari komunitas itu sendiri.
Pencegahan sekunder membawa kedalam upaya pencegahan kejahatan yan
g mana secara tradisional ditangani oleh system peradilan pidana formal. Hal ini uta
manya disebabkan oleh orientasi pencegahan sekunder yang terfokus pada pengide
ntifikasian penyimpangan potensial dan sumber dari perilaku menyimpang. Pencega
han sekunder ini berhubungan dengan intervensi situasi dan person yang tengah me
nunjukkan sebuah kecenderungan ke arah perilaku kriminal.
Pencegahan tersier menitikberatkan pada penghilangan perilaku residivistik p
ada pelanggar. Penekanannya ada pada Tindakan yang diambil terhadap pelanggar
yang telah ditetapkan tidak melukai masyarakat lebih jauh.
2.2.1.3 Teori Manajemen

Menurut0George R. Terry0manajemen0merupakan suatu0proses yang khas t


erdiri dari tindakan-tindakan, perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pe
ngendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai0sasaran-sasaran yan
g telah0ditentukan melalui0pemanfaatan sumber daya manusia0dan0sumber-sumbe
r lainnya. Dan di0dalam buku Principles of Management, George R. Terry menekank
an empat fungsi yang harus ada dalam suatu proses manajemen sebagaimana kita
ketahui sebagai POAC yaitu :

a) Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan susunan prosedur yang tersusun secara terancang
dan teratur0untuk menetapkan suatu tujuan yang akan dicapai oleh suatu
organisasi serta0memecahkan dan menyelesaikan masalah yang ada dalam
organisasi tersebut. Diperlukan kemampuan untuk mengadakan visualisasi da
n melihat ke depan guna0merumuskan suatu pola dari himpunan tindakan unt
uk masa mendatang.
b) Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian0merupakan kegiatan dalam rangka pembagian tugas pada
orang yang berada dalam lingkup0aktivitas organisasi, sesuai dengan
kemampuan dan keahlian yang dimiliki. Tahapan ini tidak akan terwujud apabi
la tidak adanya hubungan dengan orang lain dan juga tidak menetapkan tuga
s-tugas tertentu kepada tiap-tiap orang. Fungsi ini mencakup: (1) membagi ko
mponen-komponen kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan ke dala
m kelompok-kelompok (2) membagi tugas kepada seorang manajer untuk me
ngadakan pengelompokkan0tersebut sesuai dengan kemampuan dan keahlia
n tertentu (3) menetapkan wewenang antara kelompok atau unit-unit organisa
si. Pengorganisasian berhubungan erat dengan manusia sehingga pencahari
an dan penugasannya ke dalam unit-unit organisasi dimasukkan sebagai uns
ur organaizing.
c) Penggerakan (Actuating)
Penggerakan merupakan suatu usaha untuk membangkitkan0dan mendorong
anggota-anggota kelompok untuk berusaha dengan maksimal0dalam melaks
anakan0tugas-tugas mereka agar tercapainya tujuan yang sejalan dengan pe
rencanaan yang telah dibuat. Fungsi ini juga disebut “gerakan aksi” mencaku

14
p kegiatan yang dilakukan seorang manajer untuk mengawali dan melanjutka
n kegiatan yang telah di tetapkan oleh0unsur perencanaan dan pengorganisa
sian agar tujuan dapat tercapai.
d) Pengendalian (Controlling)
Proses pengendalian0merupakan kegiatan mengamati dan mengevaluasi
pelaksanaan dari program yang telah direncanakan. Evaluasi tersebut dapat
mengetahui kekurangan-kekurangan dari proses perencanaan,
pengorganisasian dan pelaksanaan sehingga dapat dilakukan perbaikan
untuk mencapai hasil yang lebih baik kedepannya.

Setiap organisasi memerlukan manajemen. Manajemen tersebut bertujuan


untuk mengoptimalisasikan kinerja masing-masing anggota organisasi, memperbaiki
mutu manusia dan memperbaiki sistem kerja yang bertujuan untuk mencapai apa
yang diharapkan. Manajemen dapat memperkecil kemungkinan-kemungkinan
terjadinya kegagalan dari kegiatan. Manajemen juga dapat diartikan sebagai suatu
alat yang efektif untuk menyelesaikan pekerjaan.

2.2.1.4 Teori Efektivitas

Menurut Sondang P. Siagian efektivitas0merupakan suatu pemanfaatan sara


na prasarana, sumber daya dalam jumlah tertentu yang sebelumnya telah ditetapkan
untuk menghasilkan sejumlah jasa kegiatan yang akan dijalankan oleh seseorang at
au suatu organisasi

Efektivitas tidak dapat disamakan dengan efisiensi. Karena keduanya


memiliki arti yang berbeda, walaupun dalam berbagai penggunaan kata efisiensi
lekat dengan kata efektivitas. Efisiensi mengandung pengertian perbandingan antara
biaya dan hasil, sedangkan efektivitas secara langsung dihubungkan dengan
pencapaian tujuan.

Untuk mengetahui efektifitas suatu kegiatan diperlukan pengetahuan tentang


cara0mengukur0efektifitas. Menurut Sumaatmaja0(2006:42) bahwa “pengukuran efe
ktifitas secara umum dapat0dilihat dari hasil kegiatan yang sesuai dengan tujuan de
ngan proses yang tidak membuang-buang waktu serta tenaga. Dari pendapat terseb
ut tampak bahwa pada dasarnya alat ukur efektfitas terletak pada waktu yang diguna
kan dalam pelaksanaan, tenaga yang melaksanakan dan hasil yang telah diperoleh. 

Guna kepentingan penelitian ini, peneliti akan menjelaskan alat ukur efektifita
s sebagaimana pendapat ahli di atas sebagai berikut: 

1) Efektifitas Waktu

Setiap orang atau kelompok yang0melaksanakan kegiatan mengharapkan0pe


nggunaan0waktu yang minimal mungkin. Hal ini berarti bahwa waktu sangatla
h penting dalam0menyelesaikan pekerjaan sesuai0dengan0yang diharapkan.
0Jika waktu dalam menyelesaikan0pekerjaan tidak sesuai0dengan0target yan
g0telah ditetapkan maka itu berarti kegiatan tidak efektif. 

2) Efektifitas Tenaga 

Tenaga yang dimaksud berkenaan dengan tenaga fisik dan pikiran individu0m
aupun kelompok yang0terlibat0dalam0suatu0kegiatan. Tenaga juga berkenaa
n dengan kuantitas atau jumlah pekerja. Jika jumlah pekerja sangat0banyak d
an  hasil yang diperoleh tidak layak maka dapat dikatakan pekerjaan tersebut
tidak efektif. 

3) Hasil yang Diperoleh 

Alat ukur yang0paling utama0dalam0mengukur0efektifitas0suatu pekerjaan0a


dalah0hasil.0Pencapaian hasil akhir dari suatu kegiatan dapat dilihat dengan
menyesuaikan0hasil yang diperoleh dengan tujuan yang telah disusun sebelu
m pekerjaan dilaksanakan.0Oleh karena0itu0sebelum0kegiatan dilaksanakan
0ditentukan0dulu tujuan yang diharapkan.0Jika tujuan tesebut0tidak sesuai d
engan harapan maka artinya kegiatan tidak efektif.

Adapun aspek-aspek efektivitas yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan, me


ngacu pada pengertian efektivitas ialah beberapa aspek tersebut :

a. Aspek Peraturan
Peraturan dibuat untuk menjaga kelangsungan suatu kegiatan agar berjalan s
esuai dengan rencana.0Peraturan0merupakan0sesuatu yang harus0dilaksan
akan0agar0suatu0kegiatan0dianggap0sudah berjalan secara efektif.

16
b. Aspek Tugas
Individu atau organisasi0dianggap efektif jika dapat melakukan tugas dan fun
gsinya dengan baik sesuai dengan ketentuan. Oleh karena itu setiap individu0
dalam organisasi harus mengetahui tugas dan fungsinya sehingga dapat mel
aksanakan sesuai ketentuan yang berlaku.
c. Aspek Rencana
Suatu kegiatan dapat dinilai efektif jika memiliki suatu rencana yang akan dila
ksanakan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Tanpa adanya rencana
maka tujuan tidak mungkin akan tercapai.
d. Aspek Tujuan
Tujuan adalah target yang ingin dicapai dari suatu kegiatan dengan berorienta
si pada hasil dan proses yang telah direncanakan.

Penerapan teori efektivitas dalam organisasi Polri bertujuan agar


polri dapat mengelola sumber daya yang ada dikordinasikan untu
k mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Dalam p
enelitian ini sangat relevan diterapkan pada kegiatan bimbingan
dan penyuluhan oleh Satuan Binmas Polres mojokerto

2.2.2 Konsep

Guna mempermudah pemahaman terhadap maksud dari kata maupun rangka


ian kata dalam penelitian ini, maka disajikan beberapa konsep.

2.2.2.1 Konsep Manajemen Bimbingan Penyuluhan

Langkah-langkah manajemen dalam pelaksanaan penyuluhan diatur dalam P


eraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2007 tentang Bimbin
gan Penyuluhan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat. Peraturan tersebut menjela
skan rangkaian kegiatan dari tahap perencanaan sampai pengendalian.

1. Perencanaan

Pada tahapan perencanaan dapat dilihat pada Pasal 8 yang menjelaskan


tentang persiapan dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan penyuluhan Kamtibmas y
ang terdiri atas:
a. menyiapkan materi;
b. mengkoordinasikan dengan pejabat dan instansi terkait;
c. menyiapkan petugas bimbingan penyuluhan yang menguasai permasalahan;
d. menyusun tim penyelenggara kegiatan; dan
menyiapkan alat-alat peraga, alat instruksi (alins), dan/atau alat penolong
instruksi (alongins).

2. Pengorganisasian
Pengorganisasian dalam bimbingan penyuluhan dapat dilihat dalam Pasal 7 y
ang menerangkan tentang unsur-unsur yang dilibatkan dalam penyelenggaraan
kegiatan bimbingan penyuluhan Kamtibmas yang meliputi :
a. petugas Polri;
b. kelompok masyarakat berdasarkan kesamaan kepentingan (community of
interest);
c. para pemuda Mitra Kamtibmas; dan
d. instansi terkait lainnya.

3. Penggerakan

Tahapan pelaksanaan diatur pada Pasal 9 mengenai hal-hal yang perlu


dilakukan petugas dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan penyuluhan Kamtibmas
antara lain:
a. memperkenalkan identitas diri;
b. menyampaikan materi/permasalahan secara keseluruhan, cara-cara
pemecahannya, dan langkah-langkah antisipasinya;
c. penggunaan bahasa yang mudah dipahami;
d. metode yang digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi;
e. gunakan alat peraga, alins dan/atau alongins yang tersedia;
f. kuasai audiens dan ilmu komunikasi;
g. manfaatkan waktu seefisien mungkin; dan
h. alokasikan waktu untuk tanya jawab materi ceramah

Pelaksanaan kegiatan bimbingan penyuluhan kamtibmas wajib memperhatika


n:
a. tempat dan waktu yang disesuaikan dengan situasi dan keadaan lingkungan
tempat bimbingan penyuluhan dilaksanakan.
b. petunjuk dan saran-saran dari pejabat setempat;
c. pelaporan setiap kegiatan kepada pejabat setempat secara lisan maupun
tertulis; dan
d. keikutsertaan peran tokoh agama dan tokoh masyarakat

4. Pengendalian
Tahap pengendalian ini sudah sangat jelas terangkum dalam Pasal 11 Bab V tentan
g Analisa dan evaluasi yang menjelaskan :

18
(1) Analisa dan evaluasi kegiatan bimbingan dan penyuluhan dilaksanakan
melalui tahapan:
a. pemantauan;
b. pencatatan;
c. penilaian; dan
d. pelaporan berdasarkan hasil.
(2) Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dimulai sejak
awal kegiatan, selama proses kegiatan berlangsung, dan setelah kegiatan
dengan tujuan sasaran tercapai.
(3) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, merupakan umpan
balik untuk mengetahui informasi kemajuan kegiatan.
(4) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, merupakan kegiatan
yang dilakukan dari awal sampai dengan akhir untuk mengetahui pencapaian
target yang telah ditetapkan.
(5) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, didasarkan pada
hasil pemantauan, pencatatan, dan penilaian sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) sampai dengan ayat (4).

Berdasarkan penjelasan dari pasal-pasal tersebut, dapat dianalisis bahwa manaj


emen bimbingan penyuluhan yang terdapat pada Peraturan Kepala Kepolisian Nega
ra Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 tentang Bimbingan Penyuluhan Keama
nan dan Ketertiban Masyarakat memiliki hubungan yang jelas dan teratur dengan Te
ori Manajemen sehingga dapat berguna untuk analisa penelitian

Gambar 2.1
Kerangka Berpikir

Meningkatnya Peredaran
miras illegal di mojokerto

Bimbingan Penyuluhan

Dasar Hukum dan Intensitas


Standar Bimbingan
Prosedur Personil Binmas 19

Faktor-Faktor Tidak ada upaya perbaikan


yang
Mempengaruhi

Upaya perbaikan

Penredaran miras illegal di


mojokerto Menurun

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

20
Agar Penelitian ini menjadi terarah tidak keluar dari judul yang telah ditentuka
n dan mendapat hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan, maka perlu ditentu
kan suatu pendekatan dan jenis penelitian untuk mendapatkan data, antara lain seb
agai berikut:

3.1.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.


Pendekatan ini menurut Faraouk Muhammad ( 2003 : 93 ) merupakan pendekatan e
ksploitatif yang memiliki proses lain daripada penelitian kuantitatif, penelitian kualitati
f dapat memberikan gambaran khusus terhadap suatu kasus secara mendalam yang
jelas tidak diberikan oleh hasil penelitian dengan pendekatan kuantitatif.

Metode ini untuk memperoleh pemahaman dalam mengenai tindakan preventi


f yang dilakukan anggota binmas melalui bimbingan penyuluhan dalam mencegah P
eredaran Miras Ilegal di wilayah hukum Polres MOJOKERTO. Peneliti dalam peneliti
an ini menjelaskan tidak hanya menjelaskan subjek maupun beberapa objek saja me
lainkan membahas semua objek yang diartikan bahwa penelitian ini tidak akan comp
lang dan akan menghasilkan penelitian yang seutuhnya.

3.1.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan untuk memperoleh hasil penelitian ini adalah
deskriptif analisis. Dengan menggunakan metode ini, diharapkan dapat memberikan
informasi secara lengkap dengan keadaan yang sesuai dilapangan . Hal ini ditujukan
agar diperoleh suatu hasil penelitian yang jelas dan terkait dengan peran satuan bin
mas dalam mencegah Peredaran Miras Ilegal di wilayah hukum Polres
MOJOKERTO.

Dalam hal ini peneliti menggambarkan fakta-fakta yang ditemukan pada saat
melakukan penelitian, selanjutnya data tersebut dikumpulkan dan dilakukan analisis
dengan menggunakan teori yang ada untuk dapat menjawab fokus permasalahan, s
ehingga mengetahui kejadian sebenarnya terkait sejauh mana pelaksanaan bimbing
an penyuluhan dalam upaya pencegahan Peredaran Miras Ilegal di wilayah hukum P
olres MOJOKERTO.
3.2 Fokus Penelitian

Dalam melakukan penelitian perlu dilakukan pembatasan terhadap permasala


han yang akan diteliti dan dibahas. Pembatasan tersebut akan dimuat dalam suatu f
okus penelitian yang berisi tentang objek utama yang akan dilakukan penelitian. Ada
pun fokus penelitian ini membahas tentang peran satuan binmas dalam mencegah P
eredaran Miras Ilegal di wilayah hukum Polres MOJOKERTO sebagai berikut:

a. Peran bimbingan penyuluhan oleh satuan binmas dalam mencegah Peredara


n Miras Ilegal di wilayah hukum Polres MOJOKERTO.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi peran bimbingan penyuluhan oleh satuan b
inmas dalam mencegah peredaran miras ilegal di wilayah hukum Polres
MOJOKERTO.

3.3 Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini adapun lokasi yang telah ditentukan oleh lembaga untuk
digunakan peneliti dalam mencari data ialah Polres MOJOKERTO. Penelitian difoku
skan kepada peran satuan binmas dalam pencegahan meningkatnya kasus peredar
an miras illegal di wilayah hukum Polres MOJOKERTO Lokasi tersebut sudah sesu
ai dengan kriteria untuk memperoleh data yang cocok dengan persoalan yang diteliti.

3.4 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian kualitatif adalah perkataan dan perilaku dari o

rang yang diwawancarai. Pemilihan sumber data pada penelitian ini dilakukan denga

n pertimbangan dan tujuan tertentu. Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini a

dalah :

3.4.1 Data Primer


Menurut Sugiyono (2009:137) data primer adalah “Sumber primer merupakan
sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data”.

Informan menjadi sumber utama untuk mendapatkan informasi tentang situasi


dan kondisi dari latar penelitian dan akhirnya memperoleh data primer. Informan ata
u sumber utama dalam penelitian ini adalah :

22
1. Wawancara:
a. Kapolres
b. Kasat Binmas
c. Kanit Binmas
d. Anggota Bhabinkamtibmas
e. Masyarakat
2. Observasi:
a. Kegiatan Bimbingan Penyuluhan
b. Pelaksanaan Bimbingan Penyuluhan
c. Mengamati Kegiatan Bimbingan Penyuluhan

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan Pedoman Penelitian Ilmiah Taruna Akademi Kepolisian (2021:2


1), “Teknik yang digunakan dalam pelaksanaan pengumpulan data berkait erat deng
an pendekatan penelitian yang digunakan dan pelaksanaanya disesuaikan dengan j
enis penelitiannya”. Penelitian ini menggunakan Teknik pengumpulan data yang terd
iri dari:

3.5.1 Teknik Wawancara

Pengertian wawancara menurut Sugiyono (2009:15) ialah “wawancara


sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti”. Sedangkan
pengertian wawancara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah “tanya
jawab dengan seseorang (pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai
keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal, untuk dimuat dalam surat kabar,
disiarkan melalui radio, atau ditayangkan pada layar televisi”
Pada penelitian ini, peneliti akan melaksanakan wawancara kepada beberapa
pihak yang memiliki hubungan langsung dengan pelaksanaan bimbingan
penyuluhan dalam rangka pencegahan tindak pidana Peredaran Miras Ilegal.
Wawancara akan dilakukan dengan tatap muka secara langsung maupun dengan
telepon kepada yang bersangkutan.
3.5.2 Teknik Pengamatan / Observasi

Observasi merupakan suatu cara mengumpulkan bahan-bahan keterangan y


ang dilaksanakan dengan mengamati dan mencatat secara sistematis tentang feno
mena yang dijadikan sebagai objek pengamatan. Menurut Kamus Besar Bahasa Ind
onesia (KBBI) pengertian observasi adalah “peninjauan secara cermat”.

Dalam melaksanakan observasi atau pengamatan, sebelumnya harus menyia


pkan pedoman pengamatan yang memiliki fungsi untuk meyakinkan bahwa hasil pen
gamatan sesuai dengan kenyataan. Dan agar tidak muncul kesulitan-kesulitan dala
m melakukan pengamatan maka sasaran pengamatan juga harus dibatasi.

3.5.3 Telaah Dokumen

Teknik telaah dokumen adalah teknik pengumpulan data yang dilaksanakan d


engan mencari data tentang variabel-variabel yang berupa sejenis dokumen seperti
catatan, transkrip, buku, surat kabar, agenda dan sebagainya.

Pada penelitian ini dipelajari beberapa dokumen yang memiliki hubungan den
gan Peredaran Miras Ilegal oleh masyarakat di wilayah MOJOKERTO. Penelitian ini
menggunakan data yang diperoleh dari Satuan Binmas Polres MOJOKERTO, Unda
ng Undang tentang Kepolisian, Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indon
esia, serta beberapa buku dan dokumen lain yang memiliki hubungan dengan perma
salahan yang diteliti.

3.6 Validitas dan Realibilitas

Berdasarkan Pedoman Penelitian Ilmiah Taruna Akademi Kepolisian (2021:2


7) “Validitas adalah untuk mengetahui keakuratan data yang menggunakan pendeka
tan kualitatif”. Teknik Triangulasi digunakan untuk menentukan kebenaran data dala
m penelitian ini. Menurut Sugiyono (2007:83), triangulasi merupakan teknik pengum
pulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data da
n sumber data yang ada.

3.7 Teknik Analisis Data

24
Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan secara tiga tahap yaitu reduksi da
ta, sajian data, dan penarikan kesimpulan yang dijelaskan sebagai berikut :

3.7.1 Reduksi Data


Reduksi data merupakan analisis yang menajamkan untuk mengorganisasika
n data, dengan demikian kesimpulannya dapat diverifikasikan untuk dijadikan temua
n penelitian terhadap masalah yang diteliti.(iskandar,2009:140)

3.7.2 Sajian Data


Sajian data ialah data yang dikumpulkan kemudian disusun, dari susunan ters
ebut kemungkinan akan dihasilkan penarikan kesimpulan. Penyajian oleh peneliti ha
rus disusun secara sistematis atau stimultan sehingga dapat menjelaskan dan menja
wab masalah yang diteliti.(iskandar,2009:142).

3.7.3 Penarikan Kesimpulan


Kesimpulan merupakan hasil setelah dilaksanakannya tahapan reduksi data,d
an sajian data sehingga dapat disimpulkan,dan peneliti masih dapat menerima masu
kan .Penarikan kesimpulan sementara,masih dapat diuji kembali dengan data di lapa
ngan dengan cara merefleksi kembali,peneliti dapat bertukar pikiran dengan teman s
ejawat,triangulasi sehingga kebenaran ilmiah dapat tercapai.(iskandar,2009:142)

3.8 Jadwal Penelitian

Penelitian ini dijadwalkan akan dilaksanakan selama 14 (empat belas) hari d


i Polres Tegal kota terkait dengan judul “Upaya Pencegahan Peredaran Miras Ilegal
Melalui Peran Satuan Binmas Di Wilayah Hukum Polres MOJOKERTO”. Pada peneli
tian ini direncanakan jadwal sebagai berikut.
Tabel 3.1
Jadwal Penelitian

KEGIATAN HARI KE-


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
WAWANCARA X X X X X X
OBSERVASI X X X X X X
STUDI X X X X X X
PUSTAKA
EVALUASI X X

Jadwal Wawancara:

1. Hari pertama dilakukan wawancara dengan Kapolres MOJOKERTO.


2. Hari Kedua dilakukan wawancara dengan Kasat Binmas Polres
MOJOKERTO.
3. Hari ketiga dilakukan dengan KBO Binmas Polres MOJOKERTO.
4. Hari ketiga dilakukan wawancara dengan kanit Binmas Polres MOJOKERTO.
5. Hari kelima dilakukan wawancara dengan pelaku Peredaran Miras Ilegal di wil
ayah hukum Polres MOJOKERTO.

Hari ketujuh dan empat belas dilakukan evaluasi apakah data sesuai dengan apa ya
ng telah didapatkan pada saat wawancara, observasi

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

26
 Amiarso, Erda Aldo. 2021. Pertimbangan Diskresi Kepolisian Dalam Penangana
n Kasus Tindak Pidana Minuman Keras Di Yogyakarta. Yogyakarta

 Muhammad, Farouk. 2007. Metodologi Penelitian, Jakarta: PTIK

 Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.

 Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfa
beta.

Peraturan Perundang – Undangan :

Akademi Kepolisian. Keputusan Gubernur Akademi Kepolisian Nomor : Kep/153/X/H


UK/4.5/2021 tentang Pedoman Penelitian Ilmiah Taruna Akademi Kepolisi
an.

Mabes Polri.2007. Peraturan Kapolri Nomor 21 Tahun 2007 tentang Bimbingan dan
Penyuluhan Keamanan Dan Ketertiban Masyarakat

Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Ne


gara Republik Indonesia
28

Anda mungkin juga menyukai