Anda di halaman 1dari 50

EKSPLOITASI KAPITALISME LOKAL

(Studi Ketergantungan Petani Cengkeh Pada Pemodal Di Desa Taludaa


Kecamatan Bone Kabupaten Bone Bolango)

HASIL PENELITIAN

OLEH

FITRIA SIDIKI

NIM : 281415096

JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2019
ABSTRAK

Fitria Sidiki, NIM 281415096. Skripsi yang berjudul Eksploitasi Kapitalisme


Lokal (studi ketergantungan petani cengkeh pada pemodal di desa Taludaa
Kecamatan Bone Kabupaten Bone Bolango) Skripsi Jurusan Sosiologi, Fakultas
Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Bapak Prof. Dr. Rauf
A.Hatu, M.Si., dan Pembimbing II Sainudin Latare, S.Pd., M.Si.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan eksplitasi capitalisme local
dalam ketergantungan petani cengkeh pada pemodal di Desa khususnya petani
Cengkeh. Ada beberapa hal yang di ungkapkan yakni: (1) apa yang membuat
petni cengkeh berketergantungan pada pemodal? (2) dampak apa yang di
timbulkan petani cengkeh dalam meminjam modal dan mengebalikan modal dua
kali lipat dari harga yang di pinjam?. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif deskriptif dalam pengambilan data penelitian melalui wawancara,
observasi, dan dokumentasi, serta mengolah data secara deskriptif kemudian
diuraikan berdasarkan penjelasan secara relevan data yang diperoleh melalui
proses penelitian.
Adapaun hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa ketergantungan
petani cengkeh pada pemodal di lakukan karena adanya kebutuhan petani
cengkeh. yang sudah menjadi tradisi yang ada di desa meminta panjar cengkeh
dengan kesepakatan pemilik modal setengah harga dari harga cengkeh yang sudah
di tetapkan nanti. Dengan adanya panjar pemilik modal memanfaatkan itu dengan
mengambil keuntungan besar. Adapun dampak dari petani cengkeh yang
meminajm modal dengan menjaminkan panjar, tiba saat pemabayaran petani
mengeluh mempunyai beban dan bahkan hutangnyapun belum bisa di lunasi
semuanya karana adanya hambatan cengkeh berbuah sedikit dengan harga
cengkeh yang menurun. Sedangkan petani sudah membuat kesepakatan dari awal
dengan pemilik modal untuk melunasi modal yang di pinjam petani. Di buat
kesepakatan kebali yang akan di lipat gandakan lagi sisah hutang yang di pinjam
petani.
Kata Kunci: Ekspoitasi, Kapitalisme, ketergantungan petani dan pemodal di
Desa.
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

ABSTRAK ........................................................................................................... i

MOTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ ii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 latar Bealakang ................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 4

1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 5

2.1 Teori Pilihan Rasional ..................................................................................... 5

2.2 Pengertian Eksploitasi ..................................................................................... 6

2.3 Pengertian Kaptalisme .................................................................................... 7

2.4 Petani Cengkeh................................................................................................ 10

2.4.1 Konsep petani ......................................................................................... 10

2.4.2 Pengertian Cengkeh ............................................................................... 12

2.5 Konsep Pemilik Modal Di Pedesaan ............................................................... 13

2.6 Penelitian Terdahulu ....................................................................................... 15

2.7Penelitian terdahulu.......................................................................................... 15

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 16

3.1 Jenis Penelitian ................................................................................................ 16


3.2 Tehnik Pengumpulan Data .............................................................................. 16

3.2.1 Observasi ................................................................................................ 16

3.2.2 Wawancara ............................................................................................. 16

3.3 Lokasi Dan Tempat Penelitian ........................................................................ 17

3.3.1 lokasi penelitian ..................................................................................... 17

3.3.1 Waktu Penelitian .................................................................................... 18

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 19

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................................... 19

4.1.1 Sejarah Desa ........................................................................................... 19

4.1.2 Kondisi Geografis .................................................................................. 20

4.2 Hasil Penelitian ............................................................................................... 29

4.2.1 Sistem Perpinjaman................................................................................ 33

4.2.2 Kebutuhan Petani Cengkeh .................................................................... 41

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 44

5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 44

5.2 Saran................................................................................................................ 45

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 55

CURICULUM VITAE

LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu sistem perekonomian yang ada di dunia adalah sistem ekonomi
kapitalis, yaitu sistem ekonomi dimana kekayaan produktif terutama dimiliki
secara pribadi dan pruduksi utamanaya untuk penjualan. Tujuan dari pemilikan
pribadi tersebut adalah untuk mendapatkan suatu keuntungan yang lumayan dari
penggunaan kekayaan pruduktif.

Pemilikan, usaha bebas dan produksi untuk pasar, mencari keuntungan


tidak hanya merupakan gejala ekonomi. Semua ini ikut menentukan segala aspek
dalam masyarakat dan segala aspek kehidupan. Ini sangat jelas dan motif mencari
keuntungan, bersama-sama dengan lembaga warisan dan dipupuk oleh hukum
perjanjian, merupakan mesin kapitalisme yang besar; memang merupakan
pendorong ekonomi yang besar dalam sejarah sampai saat ini.

kehidupan masyarakat kita didasarkan pada asas ekonomi. Antara lain ini
berarti bahwa institusi- institusi politik, pendidikan, agama ilmu pengetahuan, seni
keluarga, dan sebagainya, bergantung pada tersedianya sumber-sumber ekonomi
untuk kelangsungan hidup.

Manusia sebagai mahluk social dalam perkembangannya juga menghadapi


kebutuhan social untuk mencapai kepuasan atau kekuasaan, kekayaan dan
martabat. Kapitalisme adalah suatu sistem dengan sejumlah pekerja yang
menghasilkan sedikit komoditif demi keuntungan. kapitalisme itupun adalah
sistem kekuasaan serta proses mengekploitasi para pekerja. Singkatnya, ekonomi
hanya dipegang oleh kaum-kaum yang memiliki modal yang besar. Semakin besar
seseorang memiliki modal, maka semakin besar pula peluang dia untuk
memonopoli usaha.

Ringkasnya, kita mengarahkan mata kita pada dinamika eksploitasi


kapitalisme local untuk memahami ‘petani’ dengan lebih realistis. Kapitalisme
tentu saja bisa dipahami dengan berbagai cara yang berbeda. Yang jelas,
kapitalisme di sini bukan sekedar kelanjutan ekonomi pasar dari sejak awal umat
manusia yang kini berada di tahap lebih ‘matang’ atau ‘dewasa’ seperti para
ekonom ortodoks mendeskripsikannya.Ekonomi di sini akan mendeskripsikan
bagaimana eksplotasi kapitalisme local,di mana para petani cengkeh
menggantungkan hidupnya pada pemilik modal, dengan adanya kesepakatan dari
kedua bela pihak iyalah petani cengkih dan pemilik modal, untuk memenuhi
kehidupan para petani cengkeh.

Indonesia terkenal sebagai Negara berkembang dengan sector pertanian


sebagai sumber mata pencaharian. Dengan demikian sebagian besar penduduknya
menggantungkan hidup pada sector pertanian tersebut, terutama pada wilayah
pedesaan. Bagi masyarakat Indonesia cengkeh mempunyai peran dalam stabilitas
politik dan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu perubahan-perubahan yang
terjadi pada pertanian cengkeh, akan mempengaruhi kehidupan social ekonomi
masyarakat. Terutama pengaruh besar terhadap kehidupan social ekonomi para
petani.

Di Desa Taludaa, Kecamatan Bone, Kabupaten Bone Bolango, pada


masyarakat pertaniannya sebagian besar warga bermata pencaharian petani
cengkeh, dan Sebagian besar petani cengkeh di sana adalah pemilik lahan. Maka
harga dari jual belinya cengkeh berpengaruh terhadap para petani.

Melihat Cengkeh merupakan tanaman yang musiman, yang setiap


tahunnya para petani memanen hasil dari pertanian itu. Petani cengkeh sering
mengeluh dengan harga cengkeh yang makin lama makin menurun. Keluhan para
petani cengkeh terhadap harga cengkeh yang selalu rendah, saat panen raya. Maka
memenuhi kebutuhan para petani saja belum cukup. Jika di fikir, cengkih
merupakan tanaman yang bisa di bilang akan merubah angka kemiskinan di
Indonesia.

Di lihat dari jumlah penduduk yang berada di Desa Taludaa, Kecamatan


Bone, Kabupaten Bone Bolango, ada 1.212 Jiwa dengan 312 KK, yang
masyarakatnya lebih banyak bekerja sebagai petani cengkeh. Kebiasaan
masyarakat Desa Taludaa Kecamatan Bone Kabupaten Bone Bolango,
menjanjikan panen cengkeh untuk berhutang atau pinjam uang kepada pemodal
dengan syarat di bayar setengah harga dari harga cengkeh yang di panen. Demi
memenuhi kebutuhan keluarga meminjam uang adalah salah satu yang bisa di
lakukan oleh kebanyakan petani cengkeh di Desa tersebut. Dan itu terjadi dari
tahun ke tahun.

permasalahan yang berada di Desa Taludaa, Kecamatan Bone Kabupaten


Bone Bolango, ketergantungan petani cengkeh pada pemodal, di mana
permasalahan ketergantungan ini lebih pada permasalah ekonomi. Dengan
mengalirnya surplus ekonomi dari pihak yang lemah kepihak yang kuat. Dari
pihak yang lemah ialah para petani cengkeh yang apa daya untuk memenuhi
kehidupannya sehari-hari, cengkeh adalah patokan mereka untuk meminjam
modal (uang).

Dalam dunia perdagangan, penguasaan asset produksi ini sangat


diperlukan dalam dunia persaingan usaha. jelas sekali bantuan yang diberikan
oleh pemodal kepada petani cengkeh di Desa Taludaa Kecamatan Bone
Kabupaten Bone Bolango tidak untuk kepentingan petani, melainkan pemodal
pasti mempunyai motif dan tujuan. Motif ini didasarkan pada upaya untuk meraih
keuntungan dari bantuan yang diberikan. Dengan memberikan hutang kepada
petani, maka pemilik modal akan memiliki asset berupa petani cengkeh jika panen
raya di haruskan bayar setengah harga berjalan dari harga cengkeh yang
sebenarnya.

Terdapat eksploitasi kapitalisme di dalamnya, para pemilik modal yang


dengan mudahnya meminjamkan uang dengan harga yang tinggi dan jika
waktunya tiba, ada pendesakan. Petani cengkeh harus menjual harga cengkehnya
setengah harga dari harga cengkeh yang sebenarnya. Nyatanya padahal harga jual
cengkih mengalami penurunan. Sehingga jangankan membayar hutang memenuhi
kebutuhan kedepannya juga tentunya tidak cukup.
Berdasarkan urain permasalahan di atas, mendasari saya untuk mengetahui
lebih jauh lagi mengenai eksploitasi kapitalisme local (studi kasus ketergantungan
petani cengkeh di Desa Taludaa, Kecamatan Bone Kabupaten Bone Bolango.)

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, adapun rumusan masalah dari penelitian
ini yakni: Bagaiamana proses eksplotasi kapitalisme local dalam ketergantungan
petani cengkeh pada pemodal di Desa Taludaa, Kecamatan Bone, Kabupaten
Bone Bolango?

1.3 Tujuan Penelitian

Dari uraian rumusan masalah penelitian di atas, adapun tujuan dari


penelitian ini untuk menganalisis eksploitasi kapitalisme local dalam
ketergantungan petani cengkeh pada pemodal di Desa Taludaa, Kecamatan Bone
Kabupaten Bone Bolango.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Dengan penelitian ini di harapkan dapat di jadikan sebagai bahan atau


referensi dalam melakukan penelitian dan mengembangakan lebih lanjut
tentang permasalahan yang sama.

1.4.2 Manfaat praktis

Dengan adanya penelitian ini menjadi sumbangsi pemkiran kepada


pembaca khususnya Mahasiswa.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Pilihan Rasional

Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), rasional adalah suatu cara
berfikir untuk mempertimbangkan secara masuk akal.1

Weber menggunakan teori pilihan rasionalitas untuk melihat klasifikasi


tindakan-tindakan social di dalam masyarakat. Salah satunya adalah rasionalitas
instrumental, dimana tingkat rasional ini berhubungan dengan pertimbangan dan
pilihan yang menentukan sebuah tujuan tindakan dan alat yang di gunakan untuk
dapat mencapainya. Individu mempunyai tujuan yang diinginkannya dan atas
dasar kriterium untuk menentukan suatu pilihan. Dalam realitas, manusia sering di
hadapkan dengan berbagai macam pilihan. Dalam berbagai macam pilihan inilah
maka manusia membutuhkan suatu tindakan. Tindakan-tindakan social menurut
weber inilah melihat bagaimana suatu aksi manusia dalam mengambil suatu
keputusan rasional dalam kehidupannya.

Sedangkan salah satu tokoh yang berbicara mengenai teori pilihan rasional
adalah James S. Coleman. Yang ialah ahli sosiolog yang mengatakan bahwa suatu
tindakan bisa di anggap jika tindakan itu di lakukan sebagai tindakan rasional.
Jadi tindakan-tindakan rasional individu memiliki suatu daya tarik unik sebagai
dasar bagi teori social.2 Teori pilihan rasional Coleman tampak jelas dalam
gagasan dasarnya bahwa tindakan perseorangan mengarah kepada suatu tujuan itu
di tentukan oleh nilai atau pilhan.

Ada dua unsur dalam teori coleman yaitu, actor dan sumber daya. Sumber
daya adalah sesuatu yang menarik perhatian dan yang dapat di control oleh actor.
1
Doyle P. Johnson, teori social modern dan klasik,(Jakarta:Pt. Gramedia Pustaka Utama,
1988),220.
2
Bryan S.Turner, teori social dari klasik sampai postmodern, (Yokyakarta:Pustaka
Belajar,2012),293.
Coleman menjelaskan interaksi antara actor dan simber daya ke tingkat system
social: minimal untuk system social tindakan adalah dua actor, masing-masing
mengendalikan sumber daya yang menarik perhatian pihak lain. Perhatian satu
orang dengan sumber daya yang di kelola oleh orang lain itulah menyebabkan
keduanya terlibat dalam tindakan saling membutuhkan. Selaku actor yang
mempunyai tujuan , masing-masing bertujuan untuk memaksimalkan perwujud
dan kepentingannya yang memberiakan cirri saling tergantung terhadap tindakan
mereka.3

2.2 Pengertian Eksploitasi

Eksploitasi adalah suatau tindakan yang bertujuan untuk mengambil


keuntungan atau memanfaatkan sesuatu secara berlebihan dan sewenang-wenang.
Tindakan eksploitasi ini umumnya mengakibatkan kerugian pada pihak lain, baik
pada manusia maupun lingkungan. Singkatnya, pengertian eksploitasi cenderung
bersifat negatif karena menimbulkan kerugian bagi orang lain.

Menurut Suharto pengertian eksploitasi adalah suatu sikap diskriminatif


atau perlakuan yang dilakukan dengan sewenang-wenang. Sedangkan menurut
KBBI pengertian eksploitasi adalah pemanfaatan untuk keuntungan sendiri,
penghisapan, pemerasan atas diri orang lain yang merupakan tindakan tidak
terpuji4

Pemikiran Marx mengenai eksploitasi berawal dari pertentangan kelas dan


perubahan sosial, berawal dari Historical materialism (materialism sejarah) dalam
pemikiran ini muncul dari pengaruh Hegel dan Feurbach. Menurut pemikiran
Marx realitas sosial diungkapkan sebagai suatu produk sejarah dan kesadaran
yang sesungguhnya adalah eksistensi manusia dalam proses yang sebenarnya
terjadi dalam kehidupan. Pemikiran tersebut merupakan pemaduan dari dua
konsep pemikiran yaitu idealisme dan materialisme. Idealisme lebih melihat
realitas berada dalam pemikiran manusia sehingga kenyataan yang terjadi dapat
3
George Ritzer, Teori sosiologi modern,(Yokyakarta: Kencana, 2014),369.
4
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-eksploitasi.html, Di ambil pada hari Kamis
31/01/2019. Pukul 20:15 wita.
berubah sesuai pemikirnya. Sebaliknya, materialisme melihat bahwa realitaslah
yang akan membentuk ide dalam pemikiran manusia atau pemikirnya.

materialisme historis juga mendasari pemikiran Marx mengenai


eksploitasi, menurutnya ide dan kesadaran manusia dapat membentuk dunia sosial
dan materi yakni manusia bertindak atas dasar idenya dan ciri – ciri material
merupakan bagian dari masyarakat dan sejarah yang harus dibatasi susunannya
dan disertai dengan tindakan nyata sehingga dapat membentuk pikiran alam
masyarakat. Konsep – konsep tersebut digunakan oleh kaum pemilik modal
sebagai ide dominan untuk mengeksploitasi buruh atau petani tentang hakekat
kerja para individu yang hidup dalam system kapitalis.5

2.3 Pengertian Kaptalisme

Kapitalisme berasal dari asal kata “capital” yaitu berarti modal, yang
diartikan sebagai alat produksi semisal tanah dan uang. Sedangkan kata “isme”
berarti paham atau ajaran. Kapitalisme merupakan sitem ekonomi politik yang
cenderung kearah pengumpulan kekayaan secara individu tanpa gangguan
kerajaan. Dengan kata lain kapitalisme adalah suatu paham ataupun ajaran
mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan modal atau uang. Dalam
dunia ekonomi peran modal sangatlah besar, bahkan pemilik modal bisa
menguasai pasar serta menentukan harga dalam rangka mengeruk keuntungan
yang besar.6

Pandangan marx tentang kapitalisme menilai bahwa konsep kapitalisme


adalah system sosio ekonomi yang di bangun untuk mencari keuntungan yang di
dapat dari proses produksi, bukan dagang,memeras, atau mencuri secara langsung.
Tetapi dengan cara mengorganisir mekansme produksi secara terukur sehingga

5
Andy Muawiyah Ramly. Karl Marx, Materialisme Dialektis dan Materialisme Historis.
(Yogyakarta: PT LkiS Pelangi Aksara, 2004) hal 134 - 139

6
Huda choirul,2016. Ekonomi islam Dan Kapitalisme (Menurut Benih Kapitalisme Dalam
Eekonomi Islam).
https://www.researchgate.net/publication/314289598_EKONOMI_ISLAM_DAN_KAPITALISME_M
erunut_Benih_Kapitalisme_dalam_Ekonomi_Islam, Di ambil pada hari Kamis 31/01/2019. Pukul
20:25 wita.
mengurangi biaya produksi seminim mungkin atau melalui mode of production
dengan keuntungan yang di peroleh mendorong terciptanya suatu kekuatan untuk
menyeragamkan buruh dan menguasainya.

Marx menganalisis dari konsep ilmu ekonomi bahwa sistem kapitalisme


memiliki dua keuntungan dari sistem produksinya. Pertama melalui jam kerja
yang berlebihan yang sebenrnya adalah hak buruh. Namun dalam prosesnya itu
buruh tidak pernah menerima sehingga tidak merasa di rugikan sebaliknya
keuntungan itu menjadi hak penguasa yang telah memiliki kontrak yang
menguntungkan dengan kapitalis. Kedua, kapitalis menyatakan bahwa harga jual
adalah biaya produksi yang dikeluarkan oleh pengusaha (kapitalis)

Di era kapitalisme, orientasi kelas buruh atau petani bukan mengembangan


loyalitas kepada Patron yang melindungi elite-elite local yang berperan sebagai
penguasa setempat, karena sebagai kelas proletar mereka cenderung teralienasi
dan mengalami proses eksploitasi.

Hubungan kerja antara pemilik modal dengan petani di era kapitalisme


bukan di bangun karena kesepahaman. Petani umumnya bekerja karena keinginan
untuk memenuhi kebutuhan, dan pemilik modal menggunakan kekurangan petani
untuk mendapat keuntungan.7

Dalam kajian yang lebih komprehesif tentang kapitalisme, pandangan Eric


Wolf (1990) mewakili penjelasan tentang aspek keuntungan sepihak dalam
system ekonomi kapitalis. Menurut Wolf, ada tiga ciri pokok yang menandai
kapitalisme. Pertama, berkembangnya kelas kapitalis dengan kekayaan (uang)
dapat membeli tenaga kerja dan sarana produksi untuk memproduksi barang
dagangan, kedua kelas kapitalis menguasai semua sarana produksi yang penting
dalam perekonomian masyarakat dan membatasi pekerja terhadap sarana-sarana
produksi, sehingga pekrja harus menjual tenaga kerjanya kepada kapitalis, ketiga

7
Bahari yohanes, Karl Marx: sekelumit tentang hidup dan pemikiranya (JURNAL PENDIDIKAN
SOSIOLOGI DAN HUMANIORA),2010, vol 1, hal 6-7.
memaksimalkan keuntungan melalui produksi yang di kuasai sepenuhnya oleh
kapitalis (Sugiyanto,2013:80-81)8

Fernand Braudel pernah menyatakan bahwa “kaum kapitalis merupakan


spekulator dan pemegang monopoli yang berada dalam posisi untuk memperoleh
keuntungan besar tanpa menanggung banyak risiko”

Menurut Ayn Rand, kapitalisme adalah social system based on the


recognition of individual rights, including property rights, in which all property is
privately owned (suatu sistem sosial yang berbasiskan pada pengakuan atas hak-
hak individu, termasuk hak milik di mana semua pemilikan adalah milik privat).

Karl max yang di kenal sebagai pengritik paling gigih terhadap system
kapitalisme juga menggunakan istilah kapitalisme dalam bukunya Das Kapital.
Marx mengungkapkan kepada kita bahwa kapital bukan hanya itu, kapital juga
merupakan sebuah relasi sosial tertentu. Kapital tidak bisa meningkat kecuali
dengan mengeksploitasi orang-orang yang bekerja secara aktul (sungguh-
sungguh). Sistem kapitalis adalah struktur sosial yang muncul dari dasar
hubungan eksploitatif. Para kapitalis adalah orang-orang yang hidup dari
keuntungan kapital mereka, dan kita bisa melihat bahwa mereka adalah pewaris
eksploitasi proletariat.

2.4 Petani Cengkeh

2.4.1 Konsep petani

Petani adalah orang yang menggantungkan hidupnya pada lahan


pertanian sebagai mata pencaharian utamanya. secara garis besar terdapat tiga
jenis petani, yaitu petani pemillik lahan, petani pemilik sekaligus penggarap
lahan, dan buruh tani. Petan merupak kelompok masyarakay yang penting,
artinya tidak hanya di Negara industry Eropa tetapi juga banyak di Negara.

8
Di ambil dalam Skripsi Eko Setia Budi .2014.“TRANSAKSI PANJAR DAN KEPENTINGAN PEMODAL
DI PERDESAAN (Suatu Penelitian Pada Petani Kelapa Di Desa Bakalan Kecamatan Tinangkung
Kabupaten Banggai Kepulauan). Skripsi. FIS, S1 Sosiologi,Universita Negeri Gorontalo.
Usaha tani merupakan bentuk usaha paling banyak dan memasok
sebagian besar hasil produksi pertanian dalam semua Negara yang sedang
berkembang yang berorientasi pada ekonomi pasar dan petani terkasud
kelompok pekeraja yang terpenting.

Tetapi petani merupakan masalah pembangunan yang benar-benar sulit.


Tidak mudah untuk mengikut sertakan mereka dalam kemajuan ekonomi dan
social. Dan Karena jumlah mereka yang sangat banyak itu tidak mungkin
melibatkan semua pada usaha-usaha pemerintah untuk memajukan mereka.
Dalam pembangunan yang menyulitkan adalah keterkaitan antara situas
ekonomi, infrastruktur dan lembaga social.

Meskipun begitu harus dipuji, walaupun menghadapai berbagai


kesulitan, ternya keberhasilan dalam bdang ekonomi dapat di capai.

Petani juga merupakan bagian dari perkembangannya Bangsa Indonesia,


dari sektor pertanian inilah menjadikan Bangsa Indonesia dapat di kenal oleh
bangsa-bangsa lain. Petani juga salah satu penyumbang dari anggaran belanja
Negara, dengan cara pembayaran pajak dari petani dari usaha-usaha kecil
menengah yang selalu meningkatkan anggaran belanja Negara. 9

Menurut Anwar 1992, petani adalah orang yang melakukan cocok tanam
dari lahan pertaniannya atau memelihara ternak dengan tujuan untuk
memperoleh kehidupan, sedangkan pengertian pertanian adalah kegiatan
manusia mengusahakan terus dengan maksud memperoleh hasil tanaman
tanpa mengakibatkan kerusakan alam.10

9
Di ambil dalam Skripsi Eko Setia Budi .2014.“TRANSAKSI PANJAR DAN KEPENTINGAN PEMODAL
DI PERDESAAN (Suatu Penelitian Pada Petani Kelapa Di Desa Bakalan Kecamatan Tinangkung
Kabupaten Banggai Kepulauan). Skripsi. FIS, S1 Sosiologi,Universita Negeri Gorontalo.
10
Dalam http://organiches.com/2014/01/10/aekilas-defensi-konsep-petani-dan-pertanian/di di
akses pada 7 februari 2015/ oleh skripsi Romi Usman. 2016. “POLA HUBUNGAN SOSISAL
MASYARAKAT PETANI DENGAN TENGKULAK (Studi Kasus Hubungan Patron Client Pada
Masyarakat Petani Di Desa Tenilo Kecamatan Tilamutan Kabupaten Boalemo). Skripsi. FIS, S1
Sosiologi,Universita Negeri Gorontalo.
Kemampuan petani dalam mempengaruh iklim sangat terbatas. Selain
kedalaman iklim, luas lahan, efisiensi kerja dan efisiensi produksi masih ada
dalam batas kemampuan petani untuk mengubahnya. Lebih lanjut, Soeharjo
dan patong memebedakan stats petani dalam usaha tani menjadi empat, yaitu:

2.4.1.1. Petani Pemilik

Petani pemlik adalah petani yang memiliki tanah dan secara langsung
mengusahkan dan menggarapnya. Semua factor produksi, baik berupa tanah,
peralatan, dan sarana produksi yang digunakan adalah pemilik petani sendiri

2.4.1.2. Petani Penyewa

Petani penyewa adalah petani yang mengusahakan tanah orang lain,


dengan cara menyewah karena tidak memiliki tanah sendiri. Besarnya sewa
dapat berbentuk produksi fiksi atau jumlah uang yang sudah di tentukan
sebelum penggarapan di mulai. Dalam system sewa, resiko usaha tani hanya
di tanggung oleh penyewa. Pemilik tanah haya menerima sewa tanahnya tanpa
di pengaruh oleh resiko usaha tani lainnya.

2.4.1.3. Petani Penggarap

Petani penggarap adalah petani yang mengusahakan tanah orang lain


dengan sistim bagi hasil, resiko usaha tani di tanggung bersama dengan
pemilik tanah dan menyapa dalam sistim bagi hasil. Besar bag hasil tidak
sama untuk setiap daerah, biasanya bagi hasil n di tentukan bagi tradiksi
daerah masing-masing.

2.4.1.4. Buruh Tani

Buruh tani adalah orang bekerja untuk sawa orang lain yang menantinya
akan memperoleh upah dari pemilik sawa atau pertaniannya. 11

11
Di ambil dalam Skripsi Eko Setia Budi .2014.“TRANSAKSI PANJAR DAN KEPENTINGAN PEMODAL
DI PERDESAAN (Suatu Penelitian Pada Petani Kelapa Di Desa Bakalan Kecamatan Tinangkung
Kabupaten Banggai Kepulauan). Skripsi. FIS, S1 Sosiologi,Universita Negeri Gorontalo.
2.4.2 Pengertian Cengkeh

Thomas (2007) menyatakan bahwa cengkeh termasuk jenis tumbuhan


perdu yang memiliki batang pohon besar dan berkayu keras. Cengkeh mampu
bertahan hidup puluhan bahkan sampai ratusan tahun, tingginya dapat
mencapai 20-30 meter dan cabang-cabangnya cukup lebat.

Kemudian Kardinan (2003) mengatakan bahwa perbanyakan tanaman


cengkeh dapat dilakukan secara vegetatif dan generatif. Tanaman ini tumbuh
baik di daerah tropis di ketinggian 600 - 1.100 meter di atas permukaan laut
(dpl) di tanah yang berdrainase baik

Manfaat tanam cengkeh sejak lama digunakan dalam industri rokok


kretek, makanan, minuman dan obat-obatan. Bagian tanaman yang dapat
dimanfaatkan untuk keperluan diatas adalah bunga, tangkai bunga dan daun
cengkeh (Nurdjannah, 2004).

Orang India menggunakan cengkeh sebagai campuran bumbu khas India


atau garam masala. Bunga cengkeh yang sudah kering dapat digunakan
sebagai obat kolera dan menambah denyut jantung. Minyak cengkeh sering
digunakan sebagai pengharum mulut, mengobati bisul, sakit gigi, memperkuat
lendir usus dan lambung serta menambah jumlah sel darah putih (Waluyo,
2004).

Tanaman cengkeh juga dapat dijadikan sebagai obat tradisional karena


memiliki khasiat mengatasi sakit gigi, sinusitis, mual dan muntah, kembung,
masuk angin, sakit kepala, radang lambung, batuk, terlambat haid, rematik,
campak, sebagai anti nyamuk, dan lain-lain (Riyanto 2012). 12

12
http://digilib.unila.ac.id/3791/13/BAB%20II.pdf/ di ambil pada hari jumat 01/02/2019 pukul
08:21 wita.
2.5 Konsep Pemilik Modal Di Pedesaan

Konsep mengenai pemodal (rentenir) secara umum di gambarkan sebagai


orang atau keluarga yang mempunyai pekerjaan meminjamkan uang (atau juga
dalam bentuk barang) kepada orang lain yang memerlukannya dengan imbalan
tertentu yang telah di di tetapkan oleh perjanjian keduanya (peminjam dan
pemodal).

Kepentingan pemodal di pedesaan merupakan satu kajian yang sama kalau


kita artikan dalam rentenir (pemilik modal) itu sendiri, dan sangat jelas sekali
kepentingan-kepentingan dari pemodal di pedesaan tidak lain, mengambil
keuntungan secara besar. Kepentingan pemodal untuk merauk keuntungan yang
terjadi pada masyarakat pedesaan, di mana kondisi yang terjadi di antara para
petani dan pemilik modal (pemodal) terjadi hutang piutang dalam waktu yang
lama. Secara hisotris, aktivitas hutang piutang uang tidak dapat di pisahkan
dengan perdagangan.13

Menurut pendapat Agustin (2006;2) mengartikan modal sebagai


kekuasaan untuk menggunakan barang-barang modal. Dengan demikian modal
terdapat didalam neraca sebelah kredit. Adapun barang- barang modal ialah
barang-barang yang ada dalam perusahaan yang belum digunakan yang terdapat
dalam neraca sebelah debet.

Husnan (2004;283) menyatakan sejauh pembayaran bunga bisa


dipergunakan untuk mengurangi pajak, maka penggunaan hutang dapat
memberikan manfaat bagi pemilik perusahaan. Perusahaan semestinya
menggunakan hutang yang akan meminimumkan biaya modal perusahaan. Tetapi
tidak mudah menentukan proporsi ini. Pertama, perusahaan akan enggan
melakukan kebijakkan penetapan sumber pendanaan (financing decision) semata-

13
Di ambil dalam Skripsi Eko Setia Budi .2014.“TRANSAKSI PANJAR DAN KEPENTINGAN PEMODAL
DI PERDESAAN (Suatu Penelitian Pada Petani Kelapa Di Desa Bakalan Kecamatan Tinangkung
Kabupaten Banggai Kepulauan). Skripsi. FIS, S1 Sosiologi,Universita Negeri Gorontalo.
mata untuk penggantian sumber dana karena adanya biaya penerbitan yang cukup
berarti. Kedua,perusahaan mungkin tidak bisa menaksir besarnya biaya modal
sendiri (hal ini berlaku untuk perusahaan yang tidak menerbitkan sahamnya
kepasar modal). Ketiga, biaya hutang yang ditawarkan oleh pihak yang
menyediakan kredit lebih tinggi dari bunga obligasi. 14

2.6 Penelitian Terdahulu

Sebelum peneliti melakukan penelitian ini, ada penelitian terdahulu yang


melakukan penelitian tentang hubungan petani dan tengkulak (pemilik modal).
Terkait dengan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan peneliti
anatara lain:

Mohamad Romadhan pada tahun 2009, tentang hubungan petani dengan


tengkulak (studi kasus hubungan patron klien pada masayarakat petani di desa
Kampong Masjid, Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhan Batu). Dengan
hasil penelitian lapanagan bahwa hubungan petani dengan tengkulak (pemilik
modal) berawal dari hubungan dagang antara penjual dan pembeli. Kemudian
hungan tersebut berlanjut menjadi hungan yang lebih intens dan mengarah pada
hubungan yang berkaitan satu sama dan di dasari oleh hungan saling
membutuhkan.

Hubungan itu telihat dari tindakan yang mereka lakukan baik petani maupun
tengkulak (pemilik modal) dalam melakukan hungan tersebut. Tindakan tersebut
terdiri dari tindakn rasional dan tindakan non rasional. Tindakan rasional yang di
lakukan petani adalah karena pertanian merupakan jalan hidup mereka maka
mereka harus berusaha untuk mencapai tujuan bertani yang berhasil dengan
beragam cara ataupun akses yang lebih mudah salah satunya yang mudah
mendapatkan modal pinjaman adalah tengkulak (pemilik modal). Di sisi lain
petani juga sering melakukan tindakan-tindakan yang non-rasional, ialah dalam

14
Arsina.Y , 2014. Bab II Pengertian Pemodal.
http://repository.uin-suska.ac.id/4484/3/10.BAB%20II.pdf di ambil pada hari jumat 01/02/2019
pukul 09:05 wita.
melakukan pinjaman modal kepada tengkulak (pemilik modal), petani tidak
terlalu memperhitungkan kerugian yang mereka alam di anataranya bunga yang
lebih tinggi dan keharusan menjual hasil pertaniannya kepada tengkulak (pemilik
modal), meskipun dengan harga jauh di bawa standar di pasaran, bahkan tidak
jarang hanya karena alas an kebiasaan yang sudah menjadi budaya turun temurun.
Sedangkan tindakan rasional yang d lakukan oleh tengkulak (pemilik modal)
adalah memperoleh keuntungan semata.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini di gunakan metode kalitatif yaitu pnelitian lapangan


dengan mengumpulkan data atau informasi tentang kedaan secara nyata dari
orang-orang dan perilaku yang di amati kemudian di kumpulkan dan di nyatakan
dalam bentuk kata-kata dan gambar, kemudian di susun dalam kalimat, misalnya
kalimat hasil wawancara antara peneliti dan informan pengamatan, serta
maknanya dalam kehidupan individu dan kolektif.

3.2 Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik yang di gunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian


kualitatif yakni:

3.2.1 Observasi

Observasi sebagai tehnik pengumpulan data yang mempunyai ciri yang


spesifik bila di bandingkan dengan tehnik yang lain yaitu wawancara dan
koesioner, kalau wawancara dan koesioner selalu berkomunikasi dengan
orang lain, maka observasi sifatnya tidak terbatas pada orang tetap juga
obyek-obyek alam yang lain. Observasi merupakan suatu proses yang
kompleks suatu proses yang tersusun dari berbagai proses kerja. Gejala-
gejalah alam dan bila responden yang di amati tdk terlalu besar.15

3.2.2 Wawancara

Wawancara digunakan sebagai tehnik pengumpulan data apabila


peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan
yang harus di teliti dan juga apa bila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam dalam jumlah respondennya sedikit/kecil.

15
Sugiyono (Dalam Sutrisno Hadi 1986) metode penelitian kuantitatif-kualitatif dan R&D Hlm 145
Sugiyono (dalam sutrisno Hadi 1986) mengemukakan bahwa anggapan
yang perlu di pegang oleh peneliti dalam menggunakan metode wawancara
dan juga koesioner adalah sebagai berikut:

1. Bahwa subyek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.
2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan
dapat di percaya
3. Bahwa interprestasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan
peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh
peneliti.

3.3 Lokasi Dan Tempat Penelitian

3.3.1 lokasi penelitian

Lokasi yang menjadi focus penelitian ini adalah Desa Taludaa,


Kecamatan Bone Kabupaten Bone Bolango. Penulis memilih lokasi ini karena
beberapa pertimbangan yaitu:

1. Daerah ini merupakan daerah penghasil cengkeh, dan pertanian sangat


dominan di desa ini, di mana sebagian besar perkebunan masyarakatnya
di sandarkan pada system pertanian ini
2. Lokasi ini mudah di jangkau sehingga penulis dapat memperoleh
informasi mengenai fokus yang di bahas dalam penelitian nantinya.
3. Merupakan daerah kelahiran penulis jadi, secara umum penulis sangat
akrap dengan kondisi lingkungan social budaya yang memungkinkan studi
mendalam dan memperoleh data informasi yang akurat.
3.3.2 Waktu Penelitian

pada umumnya penelitan kualitatif memerlukan waktu yang cukup lama


karena tujuan penelitian kualitatf adalah bersifat penemuan, bukan sekedar
pembuktian hipotesis seperti dalam penelitian kuantitatif, namun demikian
kemungkinan jangka penelitian berlangsung dalam waktu pendek bila sudah
di temukan sesuatu dan datanya. Kalau semuanya dapat di temukan dalam
satu minggu dan telah teruji kredibilitasnya maka penelitian kualitatif
dinyatakan selesai sehingga tidak memerlukan waktu yang lama.

Dalam hal ini tidak ada yang mudah untuk menentukan berapa lama
penelitian kualitaatif di laksanakan, pada umumnya penelitian dilaksanakan
dalam tahunan tetap lamanya penelitian akan tergantung pada keberadaan
sumber data, dan tujuan penelitian. Selain itu juga akan tergantung cakupan
penelitian dan bagaimana penelitian mengatur waktu yang digunakan dalam
setiap hari atau minggu.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Desa

Desa Taludaa merupakan Desa/Kelurahan yang berada di Kecamatan


Bone Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo. Bone Bolango sebagai
kabupaten yang keempat di provinsi Gorontalo. Kabupaten bone bolango
mengalami banyak pemekaran sehingga jumlah desa/kelurahan di kabupaten
bone bolango menjadi banyak termasuk di dalamnya terdapat Desa Taludaa
yang berkecamatan Bone.

Desa Taludaa berdiri sejak tahun 1870 yang dikepalai oleh kepala Desa
pertama ialah Bapak Mahabu Ruchban. pada tahun 2007 diadakan pemilihan
kepala desa dan kepala desa yang terpilih masa bhakti 2007-2012 adalah
Bapak Wilson Hadju. Kemudian pada tahun 2014 kembali diadakan
pemilihan kepala desa untuk periode 2014-2019 dan yang terpilih adalah
Bapak Wilson Hadju untuk periode yang kedua kalinya.

Di masa kepemimpinan beliau dengan kedua kalinya, setelah di adakan


pemilihan pada waktu itu Desa Taludaa terdiri dari 3 Dusun yakni Dusun I
Tanah Merah, Dusun II Karya Bersatu dan Dusun III Mekar Indah. pada
tahun 2009 Dusun I Tanah Merah di Mekarkan menjadi 2 (dua) wilayah yaitu
dusun IV Teluk Siaga yang berbatasan dengan dusun II Karya Bersatu.

Berikut sejarah Kepemimpinan Kepala Desa sejak didirikan sampai


dengan sekarang:
Table 1

Nama-nama Kepala Desa Taludaa

No Nama Kades Masa Jabatan


1 Mahabu Ruchban 1870-1900
2 Yahya Botutihe 1900-1920
3 Akarengi Sidiki 1921-1930
4 Zumrah Katili 1931-1934
5 Zubair Hadju 1935-1947
6 Ali P. Sidiki 1948-1949
7 Pasule R. Tohopi 1950-1961
8 Harun Hadju 1962-1963
9 AA Hadju 1963-1975
10 G.A Ruchban 1975-1978
11 AA. Hadju 1978-1990
12 Hulalata Ruchban 1990-1999
13 Wilson Hadju 2007-2014
14 Wilson Hadju 2014-2019
Sumber data : profil Desa Taludaa 2014-2019

4.1.2 Kondisi Geografis

Secara Geografis Desa Taludaa memiliki wilayah 2.600. Ha. Yang


secara administrative terletak di Ibu Kota Wilayah Kecamatan Bone
Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo. Wilayah Desa Taludaa secara
adminstrasi dibatasi oleh wilayah desa-desa tetangga yaitu :

Sebelah Utara : berbatas dengan Kecamatan Suwawa

Sebelah Selatan : berbatas dengan Teluk Tomini

Sebelah Barat : berbatas dengan Desa Permata

Sebelah Timur : berbatas dengan Desa Masiaga


Desa Taludaa dengan luas wilayah 2.600 Ha terdiri dari 4 Dusun yaitu :

Dusun I Tanah Merah Luas wilayah : 800 Ha

Dusun II Teluk Siaga Luas wilayah : 700 Ha

Dusun II Karya Bersatu Luas wilayah : 600 Ha

Dusun IV Mekar Indah Luas wilayah : 500 Ha

Kependudukan :

Dusun I Tanah Merah : 65 Kepala Keluarga : 260 Jiwa

Dusun II Teluk Siaga : 92 Kepala Keluarga : 354 Jiwa

Dusun II Karya Bersatu : 88 Kepala Keluarga : 344 Jiwa

Dusun IV Mekar Indah : 67 Kepala Keluarga : 254 Jiwa

Jumlah : 312 Kepala Keluarga:1.212. Jiwa

4.1.2.1 Luas Desa Taludaa

Table 2

Keterangan luas Desa Taludaa

No Luas Desa Ket

1 Luas Tanah Perkebunan Rakyat 1.375 Ha


2 Luas Tanah Kas Desa 0,5 Ha
3 Luas Lapangan 0,5 Ha
4 Luas Perkantoran Pemerintah 2 Ha
5 Luas Hutan Lindung 30 Ha
6 Luas Hutan Produksi 17,5 Ha
7 Luas Hutan Konversi 7,5 Ha
8 Luas Pemukiman 1.167 Ha
Total Luas : Ha

Sumber data : profil Desa Taludaa 2014-2019

4.1.2.2 Tipologi

Table 3

Topologi Desa

No Tipologi Ket

1 Desa Kepulauan -
2 Desa Pesisir Pantai X
3 Desa Sekitar Hutan X
4 Desa Terisolasi -
5 Desa Perbatasan Dengan Negara Lain -
6 Desa Perbatasan Dengan Kabupaten Lain -
7 Desa Perbatasan Dengan Propinsi Lain -
Sumber data : profil Desa Taludaa 2014-2019

4.1.2.3 Iklim

Table 4

Keadaan Iklm Desa

No Orbitasi Ket

1 Curah Hujan Sedang


2 Jumlah Bulan Hujan 50 M
3 Suhu Rata – Rata Harian 0,5 Jam
4 Kenderaan Umum Ke Ibu Kota Kecamatan Motor
5 Tinggi Tempat 90 Km
6 Bentang Wilayah 3 Jam
Sumber data : profil Desa Taludaa 2014-2019

4.1.3 Kondisi Demografi Desa

4.1.3.1 Keadaan Penduduk Desa

Table 5

Jumlah penduduk Berdasarkan Jenis kelamin Desa Taludaa

No Dusun Laki-laki Perempuan Jumlah

1 I Tanah Merah 132 128 260

2 II Karya Bersatu 179 175 354

3 III M ekar Indah 178 166 344

4 IV Teluk Siaga 127 127 254

Jumlah 616 596 1.212

Sumber data : RPJMDEAS Desa Taludaa Periode 2014-2019

Table di atas menunjukan bahwa jumlah penduduk laki-laki dan


perempuan di setiap dusun yang berada di Desa Taludaa, sesui dengan
pembuktian data pada buku profil Desa Taludaa tahun 2014-2019, dengan
jumlah penduduk rata-rata 1. 212 jiwa.

4.1.3.2. Jumlah Penduduk Menurut Usia

Table 6

Jumlah penduduk berdasarkan Usia

NO Kelompok Dusun I Dusun II Dusun III Dusun IV Jumlah


Umur
L P L P L P L P L P
1 0-5 4 20 24 19 18 16 12 10 58 65

2 6-10 13 14 17 19 15 20 17 18 62 71

3 11-15 17 12 15 17 17 20 14 12 63 61

4 16-20 17 13 16 14 17 16 15 10 65 53

5 21-25 10 12 18 27 14 6 10 14 52 59

6 26-30 14 9 19 13 10 18 10 10 53 50

7 31-35 7 13 15 20 14 13 8 10 44 56

8 36-40 7 8 15 9 10 17 10 11 42 45

9 41-45 12 6 14 12 14 8 6 7 42 45

10 46-50 1 3 11 8 7 5 8 5 25 23

11 51-55 9 5 10 11 11 9 6 7 36 32

12 56-60 4 4 10 9 7 6 11 6 32 20

13 60+ 5 10 10 5 9 8 9 10 33 33

Jumlah 120 129 199 183 161 162 136 130 616 596

Sumber data : RPJMDEAS Desa Taludaa Periode 2014-2019

4.1.3.3 Keadaan Pendidikan

Pendidikan merupakan factor penting demi terwujudnya peningkatan


taraf hidup masyarakat, pendidikan perlu untuk meningkatkan Sumber Daya
Manusia (SDM) semakin maju. Sarana pendidikan yang ada di Desa Taludaa
ialah terdiri dari TK, SD dan SMP, Sedangkan SMA di dirikan di Desa
sebelah ialah Desa Waluhu.
Sedangkan untuk melanjutkan ke tingkat Universitas mereka
melanjutkan ke Universitas yang berada di kota Gorontalo. Berikut adalah
Jumlah penduduk Desa Taludaa menurut tingkat pendidikan.

Table 7

Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Tidak Tamat SD 175

2 Tamat SD 248

3 Tamat SMP/SLTP 168

4 Tamat SMA/SLTA 156

5 Tamat Akademik/PT 43

Sumber data : RPJMDEAS Desa Taludaa Periode 2014-2019

Tampak dengan jelas, bahwa tingkat pendidikan yang dominan di Desa


Taludaa ialah lulus Sekolah Dasar (SD), dan Sekolah Menengah Pertama
(SMP).

4.1.2.4. keadaan penduduk menurut mata pencaharian

Sebagian besar penduduk Desa Taludaa bekerja pada sektor Pertanian,


secara detail mata pencahariaan penduduk Desa Taludaa adalah sebagai
berikut :
Table 8

Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah

1 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 23 Jiwa

2 WiraSwasta 33 Jiwa

3 Petani/pekebun 154 Jiwa

4 Nelayan 44 jiwa

5 Pedagang 30 Jiwa

6 Tukangan 11 Jiwa

7 Sopir 10 jiwa

8 Pensiunan 6 Jiwa

Sumber data: profil Desa Taludaa 2014-2019

Table di atas adalah keadaan penduduk menurut mata pencaharian Desa


Taludaa. Berdasarkan data profil Desa tahun 2014-2019 dapat di lihat jumlah
petani lebih banyak dari mata pencaharian lainnya, ada 154 orang yang
mempunyai pekerjaan petani/pekebun di desa tersebut.

Sesuai data yang di dapatkan di lapangan dari 154 petani sebagian dari
jumlah tersebut masih ketergantungan untung meminjam uang dengan
jaminan hasil kebun mereka kepada pemilik modal yang notabennya ada
berpekerjaan wira usaha dan juga sesama petani tapi petani yang
meminjamkan modal tersebut sudah terkenal dengan petani yang memliki
usaha sendiri.
4.1.3.5 Komoditas Unggul Desa Taludaa

Table 9

Lima komoditas unggul perkebunan Desa Taludaa

No Perkebunan Kepala Keluarga

1 Cengkeh 195 Rumah Tangga

2 Durian 61 Rumah Tangga

3 Pala 46 Rumah Tangga

4 Kakao 45 Rumah Tangga

5 Cabai Rawit 38 Rumah Tangga

Sumber data : Potret Usaha Pertanian Desa Taludaa 2013

4.1.3.6 Jumlah Penduduk berdasarkan Agama

Berikut adalah jumlah penduduk Desa Taludaa Kecamatan Bone


Kabupaten Bone bolango.

Table 10

Jumlah Penduduk Desa Taludaa Berdasarkan Agama

No Agama Dusun I Dusun II Dusun III Dusun Jumlah


IV

1 Islam 260 354 344 254 1.212

2 Kristen - - - - -

3 Budha - - - - -

4 Hindu - - - - -
Jumlah 260 354 344 254 1212

RPJMDEAS Desa Taludaa Periode 2014-2019

4.1.3.7 Keadaan Ekonomi

Di lihat dari tata guna yang di manfaatkan oleh penduduk Desa Taludaa
yang sebagian besar adalah lahan pertanian, menunjukan bahwa masyarakat
mayoritas bekerja sebagai petani dan buru tani. Tanaman unggulan meliputi
tanaman Cengkeh,coklat, cabe rawit dll. Selain komoditas pertanian sebagian
penduduk juga bekerja sebagai nelayan.

Mengingat hasil pertanian relative dekat maka banyak pula penduduk


Desa sebagai pedagang cengkeh. Mereka memperoleh dagangannya langsung
dari petani yang kemidian di pasarkan melalui pedagang-pedagang keliling
yang menjual hasil bumi dari Desa Taludaa langsung ke konsumen.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Sistem Perpinjaman

sistem perpinjaman modal oleh pemilik modal Desa Taludaa Kecamatan


Bone Kabupaten Bone Boalago dari tahun ke tahun tetap ada.

Setiap orang pasti memiliki suatu kebutuhan mendesak yang sifatnya tiba-
tiba namun dana yang di milki belum cukup menutupi kekurangan tersebut.
Dengan adanya pemilk modal yang ada, warga Desa Taludaa meminjam
modal tanpa harus ribet.
Gambar 1.1 wawancara Dengan bapak Toni

Berdasarkan wawancara bapak Toni salah satu warga Desa Taludaa


yang merupakan seorang pemilik Modal. sistem pinjam modal ialah
tergantung pembicaraan kedua belah pihak yang bersangkutan.

“kalau ada yang pigi kamari pa saya ba pinjam modal saya mo tolong
tapi bekeng kesepakatan dulu dia mo ba pinjam brapa,soalnya saya mo
minta stengah harga ini, deng ada depe ketentuan dorang harus kase
maso cengke kering pa saya turus, deng harus kase lunas di panen itu
kamari, tidak boleh ada yang mo ta gantong.”16

Di setiap pemilik modal terdapat aturan yang berbeda untuk meminjam


modal. Semua tergantung pembincaraan pemilik modal dan peminjam modal.
Jika ada yang meminjam ke bapak Toni,kebali lagi semua kepada kesepakatan
keduanya, yang jelas semua pemilik-pemilik modal yang ada di Desa Taludaa
menetapkan harga cengkeh itu setengah harga berjalan. maka harus di bayar
lunas di saat panen itu. Lain hal dengan keterangan Bapak Halidi L, yang
termaksud pemilik modal Di Desa Taludaa.

“saya memang jaga ba tampung orang yang butuh uang, kalau ada yang
mo minta tolong mo suru tolong saya mo tolong, itupun kalau baku pas
saya ada uang. Tapi ke banyakan dari tahun tetap ada orang yang ba

16
Wawancara cara tanggal 27 mei 2019 dengan Bapak Toni
pinjam uang pa saya paling banyak 3-4 orang. Yang di butuhkan paling
tinggi ada 10 juta. Itupun dorang tidak minta satu kali sejumlah bagitu,
cuman adakalanya pas dorang butuh 3 juta, baru poli rupa ada yang
mendesak bagtu dorang minta 5 juta, tingga ada orang yang memang so
kepepet dia butuh lagi 2 juta, jadi mo hitung kasan so jadi 10 juta uang li
saya yang dia ada pinjam.

Kalau saya saya pe kesepakatan dengan orang ba pinjam uang harus


bayar setengah harga berjalan, dengan mo kase maso pa saya cingke
kering yg so dorang kase bersih kamari. Stengah harga berjalan itu,
misalnya dia ba pinjam 10 juta. Pas panen cingke kamari cingke ta taru
perkilo itu misalnya 80 ribu dorang harus kase maso pa saya dengan
harga 40 perkilo, kurang mo baku hitung dengan harga 40 itu sampe ta
bayar 10 juta.17

Apa yang di ungkapkan dari kedua pemilik modal ada keterpaksaan


yang mau tidak mau harus di lakukan oleh petani karena adanya kebutuhan
yang harus di penuhi, yang harus di lakukan dengan harga yang sudah di
kesepakati dari awal. Dan itu sudah menjadi resiko peminjam modal yang ada
di Desa Taludaa.

Yang di makasud oleh Bapak Halide L. Jika ada yang meminta tolong
akan di tolong selagi dia mampu. Meminjam modal sudah menjadi kebiasaan
karena dari tahun ke tahun ada saja yang meminjam modal malah dengan
harga yang lumayan tinggi dan dengan kesepakatan kedua di bayar setengah
harga dari harga cengkeh jika panen.

Berikut wawancara dengan bapak Eman K, salah satu pemilik modal d


Desa Taludaa.

17
Wawancara cara tanggal 27 mei 2019 dengan Bapak Halidi
Gambar 1.2 wawancara Dengan bapak Eman K.

“ba crita ketergantungan petani pa torang ini so jadi kebiasaan. Sama-


sama saling butuh, dorang ba pinjam karna ada hal-hal yang mendesak
pa dorang, saya juga ada keuntungan ba kase pinjam modal pa dorang.

Dorang ba pinjam modal itu satunya karna tidak ada uang mo ba kase
bersih akang dorang pe kobong makanya ba pinjam uang untuk mo bili
akang racun rumput deng mungkin ada kepentingan-kepentingan lain
yang saya tidak tau.

Kalau pa saya dorang ba pnjam uang mo minta panjar cingke ada


perbedaan harga di stiap orang, ada yang saya minta stengah harga
berjalan deng ada yang 30%. 30% itu misalnya cingke ada jato harga
panen 100 to, saya mo ambe dengan harga 70 atau 75 pa orang yang ba
pinjam uang pa saya itu. Tergantung pembicaraan samua. Kalau stengah
harga berjalan poli 100perkilo dorang byara 50 perkilo pa saya, stor
dengan cingke kering.” Kalau untuk dana cuman terbatas kalau pa saya.18

Maksud dari bapak Eman K, bercerita berketergantungan petani ke


pemilik modal itu sudah menjadi kebiasaan masyarakat Desa Taludaa dengan
Tradisi panjar cengkeh dengan harga yang sudah di kesepakati sesuai
pembicaraan keduanya. Petani meminjam modal karna ada hal-hal yang
mendesak seperti membersihkan kebunnya tapi tidak mempunyai dana yang
cukup. Dari hasil peminjaman modal itu ia mempuyai keuntungan. Adapun

18
Wawancara cara tanggal 27 mei 2019 dengan Bapak Eman
wawancara dengan bapak Nidi ialah termaksud salah satu pemodal di Desa
Taludaa”

Gambar 1.3 wawancara Dengan Bapak Nidi

“ada untung torang ba kase pinjam pa dorang mo ambe stengah harga


berjalan dengan panjar cingke, dorang harus ba stor cingke kering pa
torang, kalau dorang tidak mo dapa bayar panen tahun ini, misalnya mo
ta gantong dorang pe utang, mo stor lagi tahun depan tidak apa yang
penting so ada cingke dorang kase maso biar cuman ta bayar stengah.19

Makasud dari Bapak Nidi, ada untungnya juga mereka meminjamkan


modal ke petani cengkeh. Ketentuan pembayaran ialah setengah harga dari
harga cengkeh yang suda di tetapkan jika panen tiba. Jika ada yang belum
melunasinya bisa di bayar di panen tahun depan lagi.

Adapun Hasil Penelitian menunjukan bahwa udah tradisi bagi


masyarakat Taludaa meminjam modal ke pemlik-pemilik modal yang ada,
demi keperluan yang benar-benar di butukan. Kebutuhan yang mendesak
itulah yang tiap tahunnya pasti ada saja yang di bayar dengan mengandalkan
cengkeh mereka, Seperti yang di sampaikan oleh bapak Wari K, sala satu
warga Desa Taludaa yang berpekerjaan sebagai Petani. Berikut hasil
wawancara dengan informan WK :

19
Wawancara cara tanggal 27 mei 2019 dengan Bapak Nidi
Gambar 1.4 wawancara dengan bapak JM

“ba cerita tentang ba pinjam modal ini sebenarnya so jadi tradisi di sini,

samua demi kebutuhan. bolo sapa yang tidak ada kebetuhan, samua ada

kebutuhan macam-macam dan berbeda-beda, cuman torang petani-petani

di sini ba pinjam modal dengan ba kase panjar cengkeh ke pemilik-

pemilik modal atau dorang itu sering di katakan penampung-penampung

modal kalau di taludaa.

Kalau saya punya urusan ka dua ini mo ba bayar dulu, waktu itu saya so

perlu skali uang karna saya ada sakit saya tidak cukup uang mo berobat

akang. Saya ba minta panjar cengkeh dengan dorang minta setengah

harga berjalan dari harga cengkeng yang so di tetapkan. Pembicaraan itu

kalau harga cingke nanti 100 perkilo saya mo bayar pa dorang 50 perkilo.

Cuman baru-baru harga cingke turun skali jadi utang masih ta

gantong.”20

20
Wawancara cara tanggal 16 juni 2019 dengan Bapak Wari
Dari hasil penelitian penulis, meminjam modal sudah menjadi tradisi

yang ada di Desa Taludaa. Semua tergantung kebutuhan masing-masing

orang. Bagi petani-petani yang berada di Desa Taludaa Cengkeh adalah salah

satu pelarian mereka jika nanti ada keperluan yang mendesak yang mereka

alami, dengan cara melakukan pancar sesuai pembicaraan si pemilik modal

dan peminjam modal. Panjar di lakukan dengan syarat setengah harga

berjalan, makasutnya setengah harga berjalan tersebut, jika si pemilik modal

meminjam uang atau meminta modal dengan harga Rp 1.000.000, bisa saja di

bayar dengan harga Rp2.000.000, atau misalnya Rp 5.0000 di bayar Dengan

Rp 10.000.000, karena jikalau harga cengkeh 100 perkilo maka yang di minta

oleh pemilik modal lebih rendah dari harga cengkeh yang sudah di tetapkan

ialah stengah harga cengkeh yang sudah di tetapkan atau 50 perkilo.

Alasan berbeda yang di kemukakan oleh bapak Curli M, sebagai

peminjam modal segaligus petani cengkeh. Berikut hasil wawancara dengan

informan:
Gambar 1.5 wawancara Dengan Bapak CM

“ba pinjam modal ini dari tahun ke tahun tetap ada kong terus menurus.

cuman petani-petani di sini yang ba pinjam modal karna di Desa ini

Mayoritas Petani. Kalau saya biasa ba pinjam modal pati ka Eman itu ba

tambah akang Pesta nikah saya pe anak. Tapi dengan pembincaraan

kalau panen kamari saya kase maso cingkeh kering pa dia. Dengan

kesepakatan torang dua itu setengah harga berjalan. Stengah harga

berjalan itu misalnya baru-baru ini harga cengkeh turun 84 perkilo jadi

kalau saya ada utang dengan so perjanjian stengah harga berjalan saya

harus bayar stengah harga dari harga 84 perkilo itu saya mo kase maso

pa dia 42 perkilo sampe mencapai uang yang saya ada pinjam pa dia.
Namanya juga ba bayar utang jadi tidak ada yang bekeng makmur, bayar

utang itu di mana-mana bekeng beban, tapi mo kembali lagi di

kebutuhan.so perlu ini. Saya so biasa ba langganan pa dia juga

Terkadang kalau utang mo ta gantong bagitu, misalnya ada ba pinjam 5

juta baru baku pas dengan cengkeh perkilo 84 ribu, bayar stengah harga

to, jadi 42 perkilo. Yang tadinya 5 juta itu kalau m jual dengan harga 84

perkilo jadi 60 kilo kalau mo ta bayar. Nah di sini pembcaraan setengah

harga makanya cengkeh yang di kase maso pa pemilik modal itu jadi 120

kilo karnacuman dia hitung 42 ribu perkilo.

Kalau cingkeh bo sadiki ba buah jadi kadang mo ta gantong utang, mo

ualng pembicaraan dengan pemilik uang kalau dorang bisa ba tunggu

panen tahun depan lagi atau mo bayar denga uang tunai, samua

tergantung pembicaraan dengan pemilik uang. Kalau dia minta mo kasih

kembali uang, misalnya 5 juta baru ta stor 3 juta, jadi masih ada 2 juta itu

mo di libat gandakan misalnya 2 juta jadi 4 juta.21

Berbagai macam alasan bagi petani berketegantungan pada pemodal

sesuai kebutuhan dan kepentingan masing-masing peminjam. Dari hasil

wawancara informan, kebutuhan yang mendesak membuat mereka tidak

memikirkan kedepannya. mereka hanya berfikir di saat itu untuk memenuhi

kebutuhan yang mendesak tersebut. Akan tetapi yang harus di jaga adalah

hubungan antara sesama. Berlangganan pada pemilik modal, sudah menjadi

21
Wawancara cara tanggal 16 juni 2019 dengan Bapak Curli
kebiasaan dan tahun ke tahun tetap ada. Kebanyakan mereka meminjam modal

di waktu-waktu yang mendesak seperti keperluan-keperluan anak sekolah,

nikahan, berobat karna saki dan lain-lain. Uniknya di Desa Taludaa ini sudah

menjadi tradisi pinjam meminjam modal, sudah menjadi kebiasaan di waktu

yang mendesak mereka memerluakan pemilik modal dengan alasan panjar

cengkeh. Meski mereka sudah tau jika waktunya tiba pembayaran bisa di

bayar 2 kali lipat dari uang yang di pinjam mereka.

Ada juga petani yang meminjam modal ke pemilik modal satu dan

lainnya. Seperti yang di katakana oleh Bapak Miru M dan Bapak Tapa.

Berikut adalah wawancara dengan Bapak Miru M:

“ba crita ba pinjam modal pa pemilik-pemilik modal ini so jadi tradisi

mar kebanyakan dorang minta panjar cingke. Minta stengah harga dari

harga cingke yang so ada pas panen, misalnya 100 perkilo mo kase maso

pa dorang 50 perkilo yang ta tabawa kamari cingke kering. Kalau mo stor

cingke basah olo tida apa-apa, samua tergantung pembicaraan. Lain lagi

kalau cingke basah pasti di bawah lagi depe harga. Mar kebanyakan

torang kase maso cingke kering.Kalau saya ba pinjam biasa pati ka eman

deng pati pak Halidi karna saling mo ba tutup akang utang.22

Bercerita tentang saling minjam modal herannya sudah menjadi tradisi

yang berada di Desa Taludaa dengan memanjarkan cengkeh. Cengkeh adalah

salah satu tanaman yang musiman. Jika sudah musimnya cengkeh termasuk

22
Wawancara cara tanggal 17 juni 2019 dengan Bapak Miru
yang bisa meningkatkan ekonomi masyarakat, tapi nyatanya tidak. Di Desa

Taludaa hanya 40% masyarakatnya yang bisa memanfaatkan ekonomi dengan

baik. Karena dari hasil wawancara penulis, di Desa Taludaa mayoritasnya

petani Cengkeh dan jika panen tiba bukan menikmati hasil panennya malah

mempunyai beban untuk membayar hutang ke pemilik modal.

Lain hal dengan penjelasan bapak Tapa:

“so menjadi tradisi ba pinjam modal ini. Kalau yang saya tau kebanyakan

orang di sini mo ba pinjam baru mo habis ksana utang poli dia mo buka

dengan utang baru, dorang mo mangaku kalau panen cingkeh dorang mo

dapa bayar itu utang. Termaksud saya Saya ba pinjam pati ka eman

karna barapa bulan saya blum ada pemasukan, mo cari ksana kasana

karja, masih keadaan sakit baru panen masih lama. Makanya ba pinjam

uang biar nanti mo bayar panen kamari.23

Maksud dari Bapak Tapa Memang sudah menjadi hobi dan kebiasaan

warga Desa Taludaa meminjam modal dengan memanjarkan cengkeh. Malah

lebih parah lagi ada yang hutangnya sudah di bayar lunas tapi meminta modal

kembali dengan pembicaraan kedua belah pihak atau kesepakatan panen di

tahun depan tetap di bayar setengah harga berjalan.

Sudah jelas panjar yang mereka minta menguntungan pihak pemodal

tapi masih ada saja yang meminta modal dengan jaminan panjar cengkeh.

Dapat di lihat bahwa panjar membuat petani cengkeh berketergantungan pada

23
Wawancara cara tanggal 17 juni 2019 dengan Bapak Tapa
pemilik modal, di karenakan petani hanya terlena dengan ketentuan panjar itu

di bayar 1 tahun kedepannya atau jika tiba panen nanti. Lanjut wawancara

dengan Bapak Ibrahim K yang mengatakan bahwa:

Gambar 1.6 wawancara Dengan Bapak IK

“tradisi panjar di sini ini dua kali lipat dengan harga uang yang torang
pinjam, kalau secara tidak langsung 5 juta jadi 10 juta karna mo bayar
stengah harga dari harga cingke yang ba jalan tiali. Di sini torang dia
ada tolong kamari jadi lantaran torang juga di posisi yang butuh somo
trima saja, sanag panjar ini, nanti mo bayar panen cingke deng torang ba
ambe akang stengah harga itu mo penjagaan kalau nanti tiba panen mo ta
gantong utang, karna satunya cengkeh li torang boba buah sadiki baru
baru baku pas dengan harga cingke turun jadi otomatis kalau mo ta
gantong utang, bisa saja mo bayar di tahun depan kalau panen kamri poli
tapi dia mo liapat gandakan. Kalau misalnya tahun depan gagal panen
mo tunggu lagi tahun kedepannya. Tapi utang mo ta lipat-lipat turus.
Bagitu tradisi panjar di sini.24

Maksud dari Bapak Ibrahim K, tradisi panjar yang ada d Desa Taludaa
ialahsecara tidak langsung dua kali lipat dari harga yang di pinjam, karena
ketentuan setengah harga berjalan dari harga cingkeh yang sudah di tetapkan.

24
Wawancara cara tanggal 17 juni 2019 dengan Bapak Ibrahim
Adanya kebutuhan yang mendesak petani yang juga peminjam modal,
menerima sesuai kesepakatan keduanya. Ketentuan mengambil panjar dengan
stengah harga berjalan ialah, petani berfikir jika nanti hutangnya tidak terbayar
lunas, di sebabkan salah satunya buah cengkeh hanya sedikit dan turunnya
harga cengkeh, bisa saja akan di bayar panen tahun depan tapi dengan di lipat
gandakan lagi harganya. Kalau saja tahun depannya panenya tidak berbuah di
sebabkan gagal maka akan di lipat lagi hutang sisa hutang peminjal

4.2.2 Kebutuhan Petani Cengkeh

Setipa masyarakat memrlukan yang namanya kebutuhan hidup. Apa lagi


berbicara kebutuhan primer maupun sekunder, misalnya makan dan minum
yang tidak bisa di tunda. Maka demi mendapatkan semua itu sesorang
biasanya melakukan semua hal untuk mengatasi kebutuhan ekonomi.

Seolah terlihat sederhana panjar dilakukan bukan merupakan kebutuhan


pokok saja tetapi di saat-saat mendesak. Bapak Wari K menjelaskan
membayar hutang urusan kedua untuknya agar dia bisa berobat dan memiliki
biaya. Tapi nyatanya membayar hutang yang di lipat gandakan terus menerus
bisa menjadi beban untuk dia dan keluarga.

Nilai kebutuhan petani cengkeh telah bergeser pada bagian yang sangat
memperhatikan. Karna adanya penurunan harga cengkeh dari tahun ke tahun.
Pemenuhan kebutuhan yang semakin hari semakin beragam, ini juga di
tompang dengan perkembangan zaman yang semakin berkembang.
Perkembangan yang semakin kompleks memeksa mabsyarakat untuk bisa
hidup dan mengikuti perkembangan dan pemenuhan kebutuhan demi
kelangsungan hidup.

Kebiasaan masyarakat juga merupakan factor pendorong terciptanya


eksploitasi kapitalime desa. Seperti dalam wawancara yang menyebutkan
bahwa meminjam modal karna tidak ada kerjaan lain di sebabkan masih
dalam keadaan sakit makanya ia memilih memanjarkan cingkeh demi
kebutuhan keluarga. Selain itu persaingan antara masyarakat bermacam-
macam agar di anggap orang yang mempunyai status ekonomi di atas di
bandingkan yang lain. Merupakan factor mendorong terjadinya sebuah
praktek kapitalisme desa.

Di lihat dari pengembalian modal, relasi yang terjadi antara pemilik


modal dan petani cengkeh, dua kali lipat dari harga yang di pinjam oleh
petani, sangat jelas bahwa tergolong tinggi. Dalam hal ini untuk mendapatkan
keuntungan yang besar merupakan praktek dari kapitalisme. Di ambil
setengah harga dari harga yang sudah di tetapkan itu termaksud beban oleh
sebagian petani tapi dengan adanya kebutuhan mendesak mereka terpaksa
melakukannya.

Kurangnya sumber daya Manusia oleh masyarakat Desa Taludaa karena


bergantung pada cingkeh yang di milikinya menjadi salah satu kebiasaan
sehingga melakukan hal yang sama dan terus menerus. Yang secara sadar di
rasakan oleh petani cengke. Tetapi tidak ada jalan lain lagi selain meminta
modal dengan panjar cingke dalam keadaan butuh.

Adapun sebagian masyarakat menyadari seharunya jangan sampai


melakukan panjar sebab di saat panen tiba petani cengkeh mengembalikan
modal lebih besar dari meminjam modal.

Nyatanaya persoalan yang ada di Desa, bahwa meminta panjar cengkeh


dari tahun ke tahun sudah menjadi kebiasaan. Dan merupakan kenyataan yang
rill yang di lakukan oleh petani cengkeh yang berada di Desa Taludaa. Karena
salah satunya,makin lama makin menurun harga cengkeh. Maka seharunya
ada upaya dari pemerintah dalam meningkatkan kualitas kehidupan petani.

Pemberdayaan petani juga merupakan hal yang penting dalam


meningkatkan produktivitas petani agar bisa berkembang dan tidak tergantung
pada pemilik modal yang ada di Desa.

Untuk mengatasi ketergantungan petani cengkeh kepada pemodal, dalam


hal ini pemerintah harus bisa menyediakan lembaga pemerintah modal dengan
bunga yang rendah. Lembaga pemodal merupakan salah satu alternative
bagaimana petani lebih berkebang dan tidak merasa tergantung pada pemilik-
pemilik modal yang ada di Desa. Demikian persoalan yang perlu di perhatikan
mengenai ketergantungan petani cengkeh pada pemodal di Desa Taludaa
dengan kerebiasaan panjar yang sudah menjadi tradsi di Desa tersebut.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpualn

Meminjam modal di lakukan atas dasar permintaan petani cengkeh karena


mempunyai kebutuhan yang mendesak. Sehingga pinjam meminjam modal
dengan memanjarkan cengkeh sudah menjadi tradisi di Desa Taludaa yang di
lakukan terus menerus. Secara empiris, ada beberapa hal yang perlu di perhatiakan
dalam penelitian Ekspolitasi Kapitalisme Lokal Ketergantungan Petani Cengkeh
Pada Pemodal Di Desa Taludaa, Kecamatan Bone Kabupaten Bone Bolango ini.

Pertama, kebiasaan Petani cengkeh yang melakukan panjar. Panjar


merupakan hutang piutang yang terjadi antara pemilik modal dan petani cengkeh,
Karena petani cengkeh tidak mempunyai pekerjaan lain selain menggantungkan
hidup pada panen cengkeh nanti Dan kedua, adalah sistem perpinjaman yang
merupakan harga setengah berjalan yang cukup besar jika di hitung pengembalian
modal ketika panen cengkeh tiba.

Hal yang membuat petani cengkeh berketergantungan pada pemodal


adalah kebijaksanaan pertanian yang mengusahakan stablitas harga yaitu tindakan
yang mempetahankan suatu harga barang pada tingkat tertentu yang di lakukan
oleh pemerintah pada saat tingkat laju inflasi yang tinggi. Di sebabkan harga yang
makin lama semakin rendah mengurangi semanagat petani.

Pandangan Erie wolf (dalam suyanto, 2013) mengenai kapitalisme tidak


bisa sepenuhnya menjadi dasar konseptual dalam memahami bagaimana
kapitalisme berkembang. Dalam penelitian ini di jelaskan bagaiamana sistem
perpinjaman modal yang berketergantungan pada petani cengkeh oleh pe modal
dengan panjar cingkeh yang tinggi. Tapi tidak menutup kemungkinan gejala-
gejala kapitalis di pedesaan bisa terbentuk, yang di mulai dengan pinjam
meminjam modal yang beujung ke pebayaran hutang antara pemilik modal dan
petani cengkeh. Untuk sekarang terlihat sistem perpinjaman modal di kuasai oleh
pemilk modal untuk mengekspoitasi petani cengkeh, dari keadaan seprti ini sangat
potensi akan terbentuknya pengusaha modal dan sarana produksi dalam jangka
panjang.

5.2 Saran

Saran bagi petani-petani cengkeh d Desa Taludaa Kecamatan Bone


Kabupaten Bone Bolango agar mereka tidak hanya berorentasi atau
berketergantungan pada satu pekerjaan saja. Karena masih ada objek yang lain
yang sangat berpotensial menjadikan sandaran hidup, sepert menjadi nelayan atau
penambang untuk menambah penghasilan keluarga dan memenuhi kebutuhan
sehari-hari atau kedepannya. Bisa juga dari hasil panen cengkeh membuka usaha
kecl-kecilan untuk menambah pengasilan sehari-hari.

Di harapkan juga peran pemerintah yang sangat penting menentukan harga


jual cengkeh sehingga menjadikan petani lebih berdaya dan tidak mengharapkan
kehidupan mereka pada pemilik modal. Semogah dengan penelitian ini menjadi
bahan bagi pemerintah daerah untuk bagaimana mengembangan petani-petani di
Desa Taludaa Kecamatan Bone Kabupaten Bone Bolango.
DAFTAR PUSTAKA

Skripsi

Budi Eko Setia,2014.”Transaksi Panjar Dan Kepentingan Pemodal Di Perdesaan


(Suatu Penelitian Pada Petani Kelapa Di Desa Bakalan Kecamatan
Tinangkung Kabupaten Banggai Kepulauan)”. skripsi FAKULTAS ILMU
SOSIAL, S1 SOSIOLOGI,UNIVERSITA NEGERI GORONTALO.
Usman Romi,2016. “Pola Hubungan Sosisal Masyarakat Petani Dengan
Tengkulak (Studi Kasus Hubungan Patron Client Pada Masyarakat Petani Di
Desa Tenilo Kecamatan Tilamutan Kabupaten Boalemo). Skripsi.
FAKULTAS ILMU SOSIAL, S1 SOSIOLOGI,UNIVERSITA NEGERI
GORONTALO.
Radhiana Kharisma Gita.2012. “Ketergantungan Ekonomi Pesanggem Terhadap
Tengkulak Dalam Pengelolahan Baon Di Desa Randualas Kecamatan Kare
Kabupaten Madiun”.skripsi FAKULTAS DAKWAH, PROGRAM STUDI
SOSIOLOGI, INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA.

Jurnal

Ruslin Ismah Tita,2012. Realisasi Ekonomi-Politik Dalam Prespektif Dependencia


(teori ketergantungan). Jurnal.uin-alauddin: Volume 7. Halaman 114
Huda Choirul,2016.” Ekonomi Islam Dan Kapitalisme (Merunut Benih Kapitalisme Dalam
Ekonomi Islam)”.

Radhiana KG, 2012. “Bab II Gajian Teori, Ketergantungan Ekonomi Di Dalam


Masyarakat”.

Sugiyono (Dalam Sutrisno Hadi 1986) metode penelitian kuantitatif-kualitatif dan


R&D Hlm 145.
Prof.Dr.Sugiyono.metode peneltian kuantitatif,kualitatif dan R&R.hlm25.
Andy Muawiyah Ramly. Karl Marx, Materialisme Dialektis dan Materialisme
Historis. (Yogyakarta: PT LkiS Pelangi Aksara, 2004) hal 134 – 139
Arsina.Y , 2014. Bab II Pengertian Pemodal.
http://repository.uin-suska.ac.id/4484/3/10.BAB%20II.pdf di ambil pada hari
jumat 01/02/2019 pukul 09:05 wita.
Doyle P. Johnson, teori social modern dan klasik,(Jakarta:Pt. Gramedia Pustaka
Utama, 1988),220.

Bryan S.Turner, teori social dari klasik sampai postmodern, (Yokyakarta:Pustaka


Belajar,2012),293.

George Ritzer, Teori sosiologi modern,(Yokyakarta: Kencana, 2014),369.


Bahari yohanes, Karl Marx: sekelumit tentang hidup dan pemikiranya (JURNAL
PENDIDIKAN SOSIOLOGI DAN HUMANIORA),2010, vol 1, hal 6-7.

Website

https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-eksploitasi.html
di akses 31 Januari 2019
https://www.researchgate.net/publication/314289598_EKONOMI_ISLAM_DAN_
KAPITALISME_Merunut_Benih_Kapitalisme_dalam_Ekonomi_Islam.
November 2016.
Di akses 31 Januari 2019
http://digilib.uinsby.ac.id/9791/5/bab%202.pdf.
Di akses 1 FebruARI 2019
http://repository.uin-suska.ac.id/4484/3/10.BAB%20II.pdf
di akses 1 Februari 2019
http://digilib.unila.ac.id/3791/13/BAB%20II.pdf/
di akses 1 Februari 2919

Anda mungkin juga menyukai