Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN SOSIALISASI PERDA

Hari : Minggu
Tangga : 29 November 2020
l
Pukul : 09.00 - 12.00
Tempat : Tridadi, Beran Lor, Sleman

Acara : Sosialisasi Perda DIY No. 12 Tahun 2015 tentang Pengendalian dan
Pengawasan Minuman Beralkohol serta Pelarangan Minuman Oplosan

1. Maksud dan Tujuan


Dalam rangka mendukung pelaksanaan Sosialisasi Perda No. 12 Tahun
2015 tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol serta
Pelarangan Minuman Oplosan.

2. Pelaksanaan Sosialisasi Perda


a. Paparan Narasumber

Kontekstualisasi Pembentukan Hukum Minuman Beralkohol di DIY


1) Sumber Kenyataan
a) Adanya korban minuman berkalkohol
b) Adanya sweeping pedagang minuman beralkohol
c) Adanya fenomena konsumsi minuman beralkohol oleh
anak-anak

2) Disfungsionalitas (atau justru ketiadaan) hukum positif


a) Turunnya kepercayaan masyarakat pada hukum,
penegak hukum, dan pemerintah
b) Minuman oploasan belum sepenuhnya terakomodir di
dalam Perpres 74/2014

3) Tuntutan perkembangan zaman


a) DIY sebagai daerah potensi wisata.
b) DIY sebagai kota pendidikan
c) DIY sebagai pengemban status istimewa

Kronologi Pembentukan Peraturan Daerah tentang Pengendalian


dan Pengawasan Minuman Beralkohol serta Larangan Minuman
Oplosan
1) Berdasarkan Putusan MA nomor 42 P/HUM/2012 tgl18 Juni
2013 yang menyatakan Kep Pres no. 3 tahun 1997 tentang
Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol tidak
sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum
2) Dicabutnya Kep Pres tsb, peraturan menteri khususnya yang
membidangi perdagangan dinyatakan tidak berlaku dan
berdampak kepada Perda yang diterbitkan oleh Pemerintah
Kab/Kota maupun Provinsi
3) Terbitnya Perpres No. 74 Tahun 2013 tentang Pengendalian
dan Pengawasan Minuman Beralkohol.
4) Terbitnya Permendag No. 20/M-DAG/PER/4/2014 tentang
Pengendalian dan Pengawasan Terhadap Pengadaan,
Peredaran, dan Penjualan Minuman Beralkohol
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Permendag No. 6
Tahun 2015. dan Peraturan Dirjen Perdagangan Dalam
Negeri No. 04 Tahun 2015
5) Selain itu konsumen minuman beralkohol yang mabuk
kadang juga menimbulkan masalah seperti dapat
menyebabkan kecelakaan atau menimbulkan reaksi
kekerasan (perkelahian). Kondisi ini tentunya tidak kondusif
bagi keamanan dan ketertiban.
6) Berkaitan dengan penanganan masalah minuman
beralkohol, sejumlah daerah di wilayah DIY telah
mengaturnya melalui peraturan daerah :
a) Perda Kabupaten Kulonprogo No. 1 Tahun 2007
tentang Larangan dan Pengawasan Minuman
Beralkohol dan Minuman Memabukkan Lainnya.
b) Kabupaten Sleman dikeluarkan Perda No. 8 Tahun
2007 tentang Pelarangan Pengedaran, Penjualan dan
Penggunaan Minuman Beralkohol.
c) Kabupaten Bantul dikeluarkan Perda Kabupaten
Bantul No. 2 Tahun 2012 tentang Pengawasan,
Pengendalian dan Larangan Minuman Beralkohol di
Kabupaten Bantul.
d) Kota Yogyakarta diatur dalam Perda Kotapraja
Yogyakarta No. 7 Tahun 1953 tentang Izin Penjualan
dan Pemungutan Pajak atas Izin menjual Minuman
Keras Dalam Daerah Kotapraja Yogyakarta.
7) Sudah tentu keberadaan Perda Kabupaten / Kota tersebut
sudah tidak relevan lagi diterapkan karena adanya pelbagai
perubahan peraturan perundang-undangan yang
mendasarinya

Kondisi dan Permasalahan Umum maupun Khusus Mengenai


Peredaran dan Penjualan Minuman Beralkohol
1) Peredaran dan penjualan minuman beralkohol di DIY,
menimbulkan berbagai persoalan, tidak hanya bagi
masyarakat, tapi juga bagi pemerintah daerah dan aparat
penegak hukum.
2) Secara umum, permasalahan peredaran dan penjualan
minuman beralkohol ini adalah maraknya peredaran
minuman beralkohol oplosan yang tidak memiliki ijin atau
illegal di masyarakat dan menimbulkan berbagai persoalan di
masyarakat.
3) Minuman beralkohol ini menjadi pemicu berbagai macam
kejahatan. Diperkirakan 65-70% tindak kriminalitas terjadi
akibat mabuk minuman beralkohol.Selain itu, sekitar 15%
kecelakaan lalu lintas juga akibat pengaruh minuman
beralkohol
4) Kasus kebutaan akibat minuman oplosan di DIY cukup tinggi.
Hampir setiap tiga bulan selalu ada pasien yang mengalami
kebutaan akibat mengonsumsi minuman oplosan . Itu baru
yang di RSUP Dr. Sardjito, belum lagi kasus yang di rumah
sakit lain.

Korban Jiwa Akibat Minuman Oplosan Kurun Waktu 4 Tahun


Terakhir
1) Pada Tahun 2013
 Di Sleman, kamis 7 November 2013 ( 2 ) orang warga
sidomulya, godean tewas akibat minuman oplosan
(sumber ;Kompas.com)
 Boledono Purworejo 3 orang tewas pada tanggal 7
november 2013 pukul 17.30.
(sumber; Tribunjogja.com)
2) Pada Tahun 2014
 Di desa Trimulyo,sleman pada hari kamis dan jumat 2
orang tewas (sumber; Radar Jogja)
 Di kec. Salaman, kec.Tempuran, kec.Mertoyudan 12
orang tewas pada tanggal 8 oktober 2014 (sumber
Breaking News)
3) Pada tahun 2015
 Wonosari 3 orang tewas pada tanggal 23 – 25 maret
2015 ( laporan Dede Suhen)
 Depok 3 pemuda tewas pada tanggal 1 januari 2015
(Krjogja.com)
 Kota Yogyakarta 3 Orang Tewas pada tanggal 13
Agustus 2015 (kr-Sni-d)
4) Pada Tahun 2016
 Di Kabupaten Sleman 29 Orang tewas akibat oplosan
 Di Kabupaten Bantul 16 orang tewas akibat oplosan
Materi Perda No 12 tahun 2015
 BAB I. Ketentuan Umum (4 pasal)
 BAB II Jenis Dan Klasifikasi (2 bagian 12 pasal)
 BAB III Pengendalian (5 bagian 24 pasal )
 BAB IV Pengawasan (2 bagian 5 pasal)
 BAB V Minuman Oplosan (2 pasal)
 BAB VI Peranserta Masyarakat (2 pasal)
 BAB VII Penyidikan (1 pasal)
 BAB VIII Ketentuan Pidana (10 pasal)
 Ketentuan Lain Lain (1 pasal)
 Ketentuan Penutup (2 pasal)
Minuman Beralkohol dan Minuman Beralkohol Tradisional yang
diatur adalah Pengendalian dan Pengawasan terhadap Pengadaan,
Peredaran dan Penjualan Minuman Beralkohol.
Minuman Oplosan yang diatur adalah pelarangan memproduksi,
mengedarkan, menyimpan dan mengkonsumsi.
Jenis dan Klasifikasi Minuman Beralkohol
Minuman Beralkohol digolongkan dalam 3 golongan:

kadar alkohol kadar alkohol kadar alkohol


0 - 5% >5%-20% >20%-55%

Minuman Beralkohol ditetapkan sebagai barang dalam


pengawasan termasuk di dalamnya MB Golongan A yang
sebelumnya tidak diatur dalam Keppres No.3 Tahun 1997.
Pengendalian Minuman Beralkohol merupakan kewajiban Kepala
Daerah (Pasal 17), yang kemudian pada pasal 18 hingga pasal 38
mengatur tentang :
1) Pengadaan
2) Peredaran
3) Penjualan
4) Penyimpanan
Untuk pasal 39 dan 40, ditetapkan bahwa Minuman Beralkohol
merupakan barang dalam pengawasan, dimana kegiatan
pengawasan tersebut meliputi :
1) pengadaan Dilakukan oleh
2) peredaran GUBERNUR / BUPATI / WALIKOTA
3) penjualan
3 bulan sekali, dan dibiayai APBD
Pada pasal 24, peredaran minuman beralkohol dilarang dilakukan
di
1) Pemukiman masyarakat, minimarket
2) Tempat yang berdekatan dengan :
 tempat peribadatan
 lembaga pendidikan
 rumah sakit
 gelanggang remaja
 kaki lima
 terminal
 stasiun
 kios kecil
 toko, warung
 penginapan remaja
 bumi perkemahan
 warung
 pasar tradisional
 tempat keramaian
 karaoke/ rumah musik
 kafe
 tempat lain yang tidak pernah berijin; dan
 tempat tertentu lainnya yang ditetapkan oleh
Bupati/Walikota

Minuman Oplosan
1) Setiap orang dilarang memproduksi, mengedarkan,
menyimpan, menjual dan mengkonsumsi minuman oplosan

2) Pengawasan pelarangan minuman oplosan dilakukan oleh


Gubernur dan/atau Bupati/Walikota

Peran Serta Masyarakat


 Masyarakat berkewajiban memberikan partisipasi terhadap
pengendalian dan pengawasan minuman beralkohol serta
pelarangan minuman oplosan
 Bentuk dari partisipasi berupa :
 Memberikan informasi/laporan mengenai adanya
kegiatan penyalah gunaan minuman beralkohol dan
minuman oplosan
 Mengawal proses pelaksanaan Perda
 Mengadakan sosialisasi mengenai dampak negative
minuman beralkohol
Ketentuan Pidana
 Produsen dan/atau IT –MB yang tidak melaksanakan
kewajiban menempelkan label pada kemasan minuman
beralkohol dipidana kurungan paling lama 6 bulan atau denda
paling banyak Rp 50.000.000
 Orang yang mengedarkan minuman beralkohol produksi
dalam negeri dan impor tanpa memiliki izin edar ,dipidana
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 142 Undang
Undang RI Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan
 Orang yang mengedarkan minuman beralkohol di tempat yang
dilarang, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6
bulan atau denda paling banyak Rp 50.000.000
 Produsen minuman beralkohol tradisional yang tidak
mempunyai izin, dipidana dengan pidana kurungan paling
lama 6 bulan atau denda Rp 50.000.000
 Orang yang menjual secara langsung minuman beralkohol gol
A,B dan C selain dari tempat yang ditentukan, dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 6 bulan atau denda
paling banyak Rp 50.000.000
 Distributor, Sub Distributor,TBB, dan Penjual Langsung yang
tidak memiliki izin, dipidana dengan pidana kurungan paling
lama 6 bulan atau dena Rp 50.000.000
 Pengecer dan penjual langsung yang menjual minuman
beralkohol kepada konsumen berusia kurang dari 21 tahun ,
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 bulan atau
denda Rp 50.000.000
 Pengecer dan penjual langsung yang menjual minuman
beralkohol kepada konsumen berusia kurang dari 21 tahun ,
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 bulan atau
denda Rp 50.000.000
 Orang yang memproduksi minuman oplosan, dipidana dengan
pidana sebagaimana yang dimaksud dalam Undang Undang
yang mengatur tentang Pangan
 Orang yang mengedarkan, menyimpan, menjual dan
mengkonsumsi minuman oplosan , dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 6 bulan atau denda paling banyak Rp
50.000.000
 Orang yang menjual langsung atau mengkonsumsi minuman
oplosan , dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6
bulan atau denda Rp 50.000.000
 Tindak Pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 dan
Pasal 57 ayat (1) adalah kejahatan.

Ketentuan Lain
 Setiap orang yang dikenai sanksi pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 49, Pasal 51, Pasal 52, Pasal 53 ayat
(1), Pasal 54, Pasal 55 ,dan Pasal 56, Pemerintah Daerah
dan/atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melakukan
pencabutan izin yang bersangkutan sesuai kewenangannya.
 Terhadap izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
diterbitkan oleh Menteri yang membidangi urusan
perdagangan dan industri, Pemerintah Daerah dan/atau
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota merekomendasikan untuk
melakukan pencabutan izin.

b. Tanya Jawab Peserta

1) Pertanyaan Oleh Ibu Ciptaning

Pada pasal 24 disebutkan bahwa peredaran minuman


beralkohol dilarang berdekatan dengan tempat wisata.
Sementara di Sleman banyak desa wisata yang masih
tumbuh dan otomatis akan menumbuhkan juga ruang
usaha. Bagaimana jika hal tersebut memicu oknum nakal
yang menjual minuman beralkohol dan melanggar pasal 24
perda ini?

Pada kenyataannya, seperti yang diatur dalam perda, bagi


pihak-pihak yang akan menjual minuman beralkohol harus
melalui mekanisme yang panjang dan tentu tidak mudah. Belum
lahi pengawasan dari Kepala Daerah
(Gubernur/Bupati/Walikota) melalui dinas dan pihak yang
berwajib yang secara periodik melakukan pengawasan tentu
akan sangat ketat. Kecuali orang tersebut melakukan tindakan
illegal.

Kesadaran dari masyarakat juga penting untuk mengendalikan


dan menjalankan perda dengan baik.

3. Penutup

Sosialisasi ditutup pada pukul 12.00 WIB. Demikian hasil pelaksanaan


Sosialisasi Perda No 12 tahun 2015 tentang Pengendalian dan
Pengawasan Minuman Beralkohol serta Pelarangan Minuman Oplosan.
Semoga dengan diadakannya Sosialisasi Perda ini dapat menambah
pengetahuan dan masyarakat lebih paham dengan adanya perda diatas

Anggota DPRD DIY,


Drg. Hj. Hanum Salsabiela, MBA

Anda mungkin juga menyukai