Anda di halaman 1dari 19

IMPLEMENTASI SANKSI ADMINISTRASI

TERHADAP BADAN USAHA YANG MENYALAHGUNAKAN TEMPAT USAHANYA


UNTUK KEGIATAN JUAL BELI MIRAS DI KABUPATEN DEMAK
MUHAMMAD ABDULLAH MAHMUD
A.111.17.0138
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEMARANG

Pembimbing 1 Pembimbing 2
Endah Pujiastuti, S.H., M.H. Tri Mulyani, S.Pd., S.H., M.H.
 
PENDAHULUAN
Penyakit masyarakat (Pekat) merupakan penyakit sosial yaitu segala bentuk tingkah laku yang dianggap tidak sesuai dan
melanggar norma-norma umum, adat istiadat, hukum formal, atau tidak bisa diintegrasikan dalam pola tingkah laku umum.
Ilmu tentang penyakit sosial disebut sebagai patologi sosial, yang membahas gejala-gejala sosial yang sakit atau menyimpang
dari pola perilaku umum yang disebabkan oleh fakor-faktor sosial. Tingkah laku menyimpang secara sosial tadi juga disebut
sebagai diferensiasi sosial, karena terdapat diferensiasi atau perbedaan yang jelas dalam tingkkah lakunya, yang berbeda
dengan ciri-ciri karakteristik umum, dan bertentangan dengan hukum, atau melanggar peraturan formal. Penyakit masyarakat
antara lain judi/togel, miras, dan prostitusi/seks bebas.
Adapun jenis-jenis penyakit masyarakat dapat diuraikan antara lain sebagai berikut:
1. Togel/judi adalah sebuah permainan judi yang menebak angka yang akan keluar di pemutar angka keluar misalnya di
pengeluaran Singapore prize.
2. Miras (Minuman keras) adalah berbagai macam jenis minuman beralkohol mengandung ethanol (ethyl alkohol).
3. Prostitusi berasal dari perkataan latin prostituere yang berarti menyerahkan diri dengan terang-terangan kepada perzinahan.
Dari beberapa macam penyakit masyarakat yang terdapat dalam peraturan Daerah Kabupaten Demak Nomor 1 Tahun 2000
tentang Larangan Minuman Keras, maka penulis memilih sanksi administrasi terhadap badan usaha yang menyalahgunakan
tempat usaha untuk kegiatan jual beli miras khususnya di wilayah Polres Demak guna menjadi bahan pembahasan dan
penelitian penulis. Dikarenakan di wilayah Demak masih banyak anak-anak serta remaja yang sering terkena kasus pekat
masalah miras.
Miras dibagi menjadi 3 Golongan :
1. Golongan A ialah minuman keras dengan kadar ethanol (C 2H5OH) 1% (satu perseratus) sampai dengan 5% (lima
perseratus).
2. Golongan B ialah minuman keras dengan kadar ethanol (C 2H5OH) 5% (lima perseratus) sampai dengan 20% (dua puluh
perseratus).
3. Golongan C ialah minuman keras dengan kadar ethanol (C2H5OH) lebih dari 20% (dua puluh perseratus) sampai dengan
55% (lima puluh lima perseratus).
RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana implementasi sanksi administrasi terhadap badan usaha yang menyalahgunakan tempat

usahanya untuk kegiatan jual beli miras di Kabupaten Demak ?

2. Apa kendala dalam implementasi sanksi administrasi terhadap badan usaha yang menyalahgunakan

tempat usahanya untuk kegiatan jual beli miras di Kabupaten Demak dan bagaimana upaya mengatasinya ?
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui implementasi sanksi administrasi terhadap badan usaha yang menyalahgunakan tempat usahanya untuk

kegiatan jual beli miras di Kabupaten Demak.

b. Untuk mengetahui kendala dalam implementasi sanksi administrasi terhadap badan usaha yang menyalahgunakan tempat

usahanya untuk kegiatan jual beli miras di Kabupten Demak dan upaya untuk mengatasi kendala tersebut.

Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang

hukum khususnya HAN, terkait dengan implementasi sanksi administrasi terhadap badan usaha yang menyalahgunakaan tempat

usahanya untuk kegiatan jual beli miras.


SISTEMATIKA PENELITIAN

• BAB I PENDAHULUAN

• BAB II TINJAUAN PUSTAKA

• BAB 3 METODE PENELITIAN

• BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

• BAB 5 PENUTUPAN
METODE PENELITIAN

• Jenis penelitian di bidang hukum pada umumnya di golongkan menjadi 2 penelitian hukum yuridis normatif dan penelitian
hukum yuridis sosiologis. Penelitian hukum yuridis normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti
bahan pustaka atau data sekunder sebagai dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan penelusuran terhadap peraturan-
peraturan dan literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Sedangkan penelitian hukum yuridis
sosiologis,  yaitu penelitian hukum yang memperoleh datanya dari data primer atau data yang diperoleh langsung dari
masyarakat.
• Metode Analisis data yang dipergunakan adalah analisis kualitatif, yaitu kualitas data yang artinya peneliti melakukan
analisis terhadap data-data atau bahan-bahan hukum yang berkualitas saja, seorang peneliti yang mempergunakan metode
analisis kualitatif tidak semata mata bertujuan mengungkapkan kebenaran saja, tetapi juga memahami kebenaran tersebut.
HASIL PENELITIAN

Dalam rangka penertiban terhadap tempat usaha yang digunakan untuk kegiatan atau jual beli minuman keras di
Kabupaten Demak yang dilakukan oleh Satpol PP. Pada pelaksanaan penertiban operasi yustisi miras di Kabupaten Demak oleh
Satpol PP dibantu oleh TNI POLRI, dalam operasi ini mendapatkan 7 pelaku usaha yang diketahui melakukan suatu pelanggran
pada tahun 2020 yang menyalahgunakan tempat usahanya sebagai tempat kegiatan jual beli miras di wilayah kabupaten Demak.
Kegiatan ini dilakukan secara periodic setiap akhir tahun, pada akhir tahun 2020 terdapat beberapa sedangkan pada akhir tahun
2021 tidak ada kegiatan operasi yustisi yang dilakukan oleh pemerintah.
Adapun berikut daftar pelaku badan usaha yang melakukan pelanggaran pada tahun 2020 :

No. Nama Tempat Usaha Sanksi


1
1. Surat Peringatan
Warung Kancil
2. Perampasan barang bukti

2
1. Surat Peringatan
Said Barokah 2. Perampasan barang bukti
3. Pencabutan izin usaha

3 Tepel Jaya 1. Surat Peringatan


4
1. Surat Peringatan
Warung Arga 2. Perampasan barang bukti
3. Pencabutan izin usaha

5
1. Surat Peringatan
Warung Akustik
2. Perampasan barang bukti

6
1. Surat Peringatan
Warung Djagong 2. Perampasan barang bukti
3. Pencabutan izin usaha

7
1. Surat Peringatan
Angkringan Ambon
2. Perampasan barang bukti
Berdasarkan data yang di dapat bahwa terdapat 7 pelaku badan usaha yang melakukan pelanggaran sebagaimana diatur
dalam Pasal 22 Peraturan Daerah Kabupaten Demak Nomor 2 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Penyakit Masyarakat
terhadap mereka diberikan upaya preventif yaitu
1. Pemberian surat peringatan,
2. Perampasan barang bukti.
3. Pencabutan izin usaha.
IMPLEMENTASI SANKSI ADMINISTRASI TERHADAP BADAN USAHA YANG
MENYALAHGUNAKAN TEMPAT USAHANYA UNTUK KEGIATAN JUAL BELI
MIRAS DI KABUPATEN DEMAK

• Sanksi dalam Hukum Administrasi yaitu alat kekekuasaan yang bersifat hukum publik yang dapat digunakan oleh
pemerintah sebagai reaksi atas ketidakpatuhan terhadap kewajiban yang terdapat dalam norma Hukum Administrasi Negara
• Sanksi administrasi ini diterapkan juga oleh pemerintah Kabupaten Demak sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Demak Nomor 2 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Penyakit Masyarakati Kabupaten Kendal. Untuk
menegakkan Perda tersebut perlu dilakukan agar terwujud ketertiban di masyarakatnya. Demikian pula halnya dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Demak Nomor 2 Tahun 2015 tentang Penanggulangan penyakit masyarakat di Kabupaten
Demak. Salah satu peraturannya menyangkut tempat usahanya yang digunakan untuk menjual minuman keras, di dalam
Pasal 7 diterangkan bahwa setiap orang atau badan dilarang mengedarkan, menjual, menyediakan dan menyajikan minuman
keras. Selanjutnya Pasal 19 angka 2 huruf a dan b di jelaskan bahwa :
a. setiap badan usaha dilarang memproduksi atau membuat minuman beralkohol.
b. Melakukan kegiatan produksi, mengoplos atau pembuatan minuman keras dengan segala cara yang dapat mengakibatkan
orang mabuk.
• Sebelum menjatuhkan sanksi administrasi satpol PP melakukan beberapa tahapan sesuai dengan SOP, diantaranya :

a) Melakukan tindakan preventif maupun represif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b) Menghentikan seluruh kegiatan yang berhubungan dengan penyakit masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-

undangan dan kesusilaan yang berlaku.

• Dalam rangka penertiban terhadap tempat usaha yang digunakan untuk kegiatan atau jual beli minuman keras di

Kabupaten Demak yang dilakukan oleh Satpol PP. Pada pelaksanaan penertiban operasi yustisi miras di Kabupaten

Demak oleh Satpol PP dibantu oleh TNI POLRI, dalam operasi ini mendapatkan 7 pelaku usaha yang diketahui

melakukan suatu pelanggran pada tahun 2020 yang menyalahgunakan tempat usahanya sebagai tempat kegiatan jual

beli miras di wilayah kabupaten Demak. Kegiatan ini dilakukan secara periodic setiap akhir tahun, pada akhir tahun

2020 terdapat beberapa sedangkan pada akhir tahun 2021 tidak ada kegiatan operasi yustisi yang dilakukan oleh

pemerintah.
KENDALA DALAM IMPLEMENTASI SANKSI ADMINISTRASI TERHADAP
BADAN USAHA YANG MENYALAHGUNAKAN TEMPAT USAHANYA
UNTUK KEGIATAN JUAL BELI MIRAS DI KABUPATEN DEMAK DAN UPAYA UNTUK MENGATASI KENDALA

Dalam melaksanakan penertiban terhadap badan usaha yang menyalahgunakan tempat usahanya untuk kegiaan jual

beli miras di Kabupaten Demak, tentunya tidak terlepas dari hambatan-hambatan yang timbul akan sangat berpengaruh

dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.

Dari hasil wawancara bersama anggota satpol PP Dwi Hastiyono ” Saat petugas melakukan razia atau sidak, bahwa

kami dari satpol PP mencurigai bahwa terdapat oknum yang telah menyebarkan informasi mengenai razia tersebut. “

Sebagai aparat penegakan peraturan daerah terdapat beberapa kendala yang mereka hadapi dalam melakukan penegakan

terhadap badan usaha yang menyalahgunakan tempat usahanya untuk kegiatan jual beli minuman keras tanpa izin,

sebagai berikut :

1. Adanya kebocoran informasi saat melakukan razia.


2. Tidak adanya personil intel yang berdampak terhadap kurang maksimalnya kinerja di lapangan.

3. Kurangnya tenaga PPNS di dalam Saptol PP di Demak sehingga dalam pelaksanaan di lapangan terhambat.

4. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam menegakkan peraturan daerah.

5. Pelaku usaha mengabaikan peraturan daerah.


Berdasrkan analisis penulis upaya untuk mengatasi kendala tersebut salah satunya apabila dalam melakukan kegiatan

yustisi miras dilakukan secara senyap sehingga tidak adanya kebocoran informasi terkait kegiatan tersebut dan hanya dari

pihak Satpol PP yang mengetahui adanya kegiatan yustisi miras tersebut. Selanjutnya dari pihak Satpol PP harus menambah

personil bidang intel untuk membantu dalam upaya untuk mencari informasi terkait dengan peredaran miras dan tempat

penyimpanan barang bukti miras tersebut. Dalam hal ini pemerintah Kabupaten Demak harus menambah tenaga PPNS

supaya dalam kegiatan yustisi miras pihak Satpol PP lebih mudah melakukan pengawasan kepada pelaku badan usaha yang

melanggar Perda Nomor 2 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Penyakit Masyarakat. Kemudian dari pihak masyarakat yang

berada di sekitar tempat jual beli miras diberikan sosialisasi terkait dengan dampak negatif dari mengkonsumsi dan

memproduksi miras. Kemudian dari pihak pemerinthah memberikan sikap tegas terhadap pelaku usaha jual beli miras yang

mengabaikan peraturan daerah dengan memberikan surat peringatan apabila surat peringatan diabaikan akan melakukan

perampasan barang bukti jenis miras di tempat usaha maupun tempat penyimpanan barang bukti, apabila kedua peringatan

tersebut diabaikan maka pemerintah melakukan sikap tegas yaitu mencabut izin usaha dan sanksi administrasi.
KESIMPULAN

1. Bahwa implementasi sanksi administrasi terhadap badan usaha yang menyalahgunakan tempat usahanya untuk kegiatan

jual beli miras di Kabupaten Demak didasarkan pada aturan Peraturan Daerah Kabupaten Demak Nomor 2 Tahun 2015

tentang Penanggulangan Penyakit Masyarakat. Implementasi sanksi administrasi dilakukan sesuai dengan tahapan

penerapan sanski sesuai dengan standart operasional prosedur (SOP) yaitu diawali dengan upaya preventif berupa

pemberian surat peringatan. Apabila upaya preventif tidak membuahkan hasil maka dilakukan langkah represif berupa

perampasan barang bukti serta pencabutan izin usaha. Dari hasil penelitian diketahui ada 7 pelaku yang dilakukan

penertiban pada tahun 2020 dan sudah dilakukan tindakan preventif dan sebagian lagi dilakukan tindakan represif. Satpol

PP juga telah melakukan razia untuk menangani perdagangan minuman keras.


2. Kendala dalam melakukan penegakan perdagangan minuman keras tanpa izin di Kabupaten Demak adanya kebocoran

informasi saat melakukan razia, tidak adanya personil intel dari Satpol PP, pelaku usaha mengabaikan peraturan daerah,

kurangnya tenaga PPNS di dalam Saptol PP dan kurangnya partisipasi masyarakat dalam menegakkan peraturan daerah.

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut adalah pihak Satpol PP melakukan operasi yustisi secara senyap,

penambahan personil bidang intel untuk mengetahui informasi terkait dengan kegiatan operasi yustisi miras, penambahan

tenaga PPNS supaya pihak Satpol PP lebih mudah dalam melakukan kegiatan operasi yustisi miras, pemerintah

memberikan sosialisasi terkait dengan dampak negatif dari mengkonsumsi dan produksi miras, pemerintah memberikan

sikap tegas terhadap pelaku badan usaha yang telah mengabaikan Perda Nomor 2 Tahun 2015 tentang Penanggulangan

Penyakit Masyarakat.
SARAN

1. Dalam hal Penegakan Peraturan Daerah Kabupaten Demak Nomor 2 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Penyakit

Masyarakat, Pihak Satpol PP sebaiknya melakukan razia secara spontan agar kebocoran informasi tentang pelaksanaan

razia tidak menyebar di masyarakat sehingga para pedagang minuman keras tanpa izin tidak dapat menghilangkan bukti

dan Satpol PP Kabupaten Demak meminimalisir kebocoran informasi. Sehingga, saat melakukan razia para pelaku dan

barang bukti dapat diamankan yang bertujuan memberikan efek jera.

2. Diberikannya sanksi yang tegas terhadap pelaku perdagangan minuman keras tanpa izin di Kabupaten Demak berupa

penyitaan barang bukti dan pencabutan izin usaha agar terwujudnya ketentraman dan keamanan masyarakat.

3. Pemerintah sebaiknya memberikan upaya pencegahan dengan cara memberikan tindakan tegas berupa sanksi administrasi

yaitu denda dengan nominal yang besar Rp. 100.000.000,00 bagi setiap pelaku usaha.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai