Anda di halaman 1dari 15

SALINAN

BUPATI KAIMANA
PROVINSI PAPUA BARAT

PERATURAN BUPATI KAIMANA

NOMOR 33 TAHUN 2020

TENTANG

PELAKSANAAN PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN


PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


BUPATI KAIMANA,

Menimbang : a. bahwa minuman beralkohol dapat membahayakan


kesehatan jasmani dan rohani, mengancam kehidupan
masa depan generasi bangsa, memicu timbulnya
gangguan keamanan, ketenteraman dan ketertiban
umum, serta menjadi salah satu faktor penyebab
terjadinya tindak kekerasan dan kriminalitas serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan
dengan nilai-nilai kehidupan masyarakat pada
umumnya;
b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 7 Peraturan
Daerah Kabupaten Kaimana Nomor 4 Tahun 2018
tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman
Beralkohol, Bupati berkewajiban melakukan
pengendalian dan pengawasan peredaran minuman
beralkohol di Kabupaten Kaimana.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Bupati tentang Pelaksanaan Pengendalian
dan Pengawasan Peredaran Minuman Beralkohol.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2002 tentang
Pembentukan Kabupaten Sarmi, Kabupaten Keerom,
Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Raja Ampat,
Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Yahukimo,
Kabupaten Tolikara, Kabupaten Waropen, Kabupaten
Kaimana, Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Mappi,
Kabupaten Asmat, Kabupaten Teluk Bintuni,
Kabupaten Teluk Wondama di Provinsi Papua
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4245);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);
4. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5492);
5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang
Perdagangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5512);
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 55);
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679);
7. Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2013 tentang
Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 190);
8. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 20/M-
DAG/PER/4/2014 tentang Pengendalian dan
Pengawasan terhadap Pengadaan, Peredaran dan
Penjualan Minuman Beralkohol; sebagaimana telah
diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan
Menteri Perdagangan Nomor 6/M-DAG/PER/1/2015
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 20/M-DAG/PER/4/2014 tentang
Pengendalian dan Pengawasan Terhadap Pengadaan,
Peredaran dan Penjualan Minuman Beralkohol;
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036).
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036),
Sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
80 tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum
Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor 157);
MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PELAKSANAAN


PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PEREDARAN
MINUMAN BERALKOHOL.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Kaimana.


2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan yang memimpin pelaksanaan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah
otonom.
3. Bupati adalah Bupati Kaimana.
4. Organisasi Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat OPD
adalah Organisasi Perangkat Daerah pada lingkup
Pemerintah Kabupaten Kaimana yang membidangi
perdagangan.
5. Minuman Beralkohol adalah minuman yang mengandung etil
alkohol atau etanol (C2H5OH) yang diproses dari bahan hasil
pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara
fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi.
6. Minuman Beralkohol golongan A adalah minuman yang
mengandung etil alkohol atau etanol (C2H5OH) dengan kadar
sampai dengan 5% (lima persen).
7. Minuman Beralkohol golongan B adalah minuman yang
mengandung etil alkohol atau etanol (C2H5OH) dengan kadar
lebih dari 5% (lima persen) sampai dengan 20% (dua puluh
persen).
8. Minuman Beralkohol golongan C adalah minuman yang
mengandung etil alkohol atau etanol (C2H5OH) lebih drai 20%
(dua puluh persen) sampai dengan 55% (lima puluh lima
persen).
9. Pengendalian adalah kegiatan mengendalikan proses
pengadaan, peredaran dan penjualan minuman beralkohol
yang dilakukan oleh pemerintah daerah.
10. Pengawasan adalah kegiatan mengawasi proses pengadaan,
peredaran dan penjualan minuman beralkohol yang
dilakukan oleh pemerintah daerah.
11. Minuman Beralkohol Tradisional adalah minuman beralkohol
yang dibuat secara tradisional dan turun temurun yang
dikemas secara sederhana dan pembuatannya dilakukan
sewaktu-waktu, serta dipergunakan untuk keperluan adat
istiadat atau upacara keagamaan.
12. Minuman Oplosan adalah minuman yang dibuat dengan
cara mencampur dan meramu, dengan cara lain bahan-
bahan tertentu dengan atau tanpa zat yang mengandung
alkohol yang bereaksi menjadi racun dan membahayakan
kesehatan atau jiwa manusia.
13. Industri Minuman Beralkohol adalah semua jenis usaha yang
dilakukan baik oleh perorangan maupun kelompok yang
berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum yang
memproduksi minuman beralkohol.
14. Produksi adalah semua usaha pembuatan jenis minuman
beralkohol.
15. Pengadaan adalah kegiatan penyediaan minuman
beralkohol dengan cara memproduksi sendiri minuman
beralkohol atau memasukkan minuman beralkohol ke
dalam wilayah Kabupaten Kaimana.
16. Penyelenggaraan Usaha Minuman Beralkohol adalah suatu
sistem, proses, cara dan tindakan yang dilakukan pelaku
usaha dalam menyelenggarakan dan mengadakan usaha
minuman beralkohol.
17. Pelaku Usaha adalah setiap orang perorangan atau badan
hukum yang berusaha dalam wilayah hukum Daerah
Kabupaten Kaimana yang mendistribusikan, menjual
minuman beralkohol kepada konsumen.
18. Pemegang Izin Usaha Minuman Beralkohol yang selanjutnya
disingkat PIU adalah orang perorangan atau badan usaha
yang berhak melakukan kegiatan pengadaan, distribusi,
pemasaran, dan penjualan minuman beralkohol.
19. Surat Izin Tempat Usaha yang selanjutnya disingkat SITU
adalah surat ketetapan dari pemerintah daerah yang
menerangkan dan/atau memberikan izin tempat usaha
minuman beralkohol.
20. Tim Terpadu Pengendali dan Pengawasan Minuman
Beralkohol adalah tim yang dibentuk oleh Bupati yang terdiri
dari unsur instansi terkait di daerah yang bertugas
melakukan pengendalian dan pengawasan peredaran usaha
minuman beralkohol.
21. Usaha Minuman Beralkohol yang selanjutnya disingkat UMB
adalah kegiatan atau usaha yang berkaitan dengan
pengadaan, distribusi, pemasaran, dan penjualan minuman
beralkohol.
22. Distribusi Minuman Beralkohol, yang selanjutnya disingkat
DMB adalah kegiatan atau usaha untuk menyalurkan
minuman beralkohol dari produsen kepada distributor, sub
distributor, pengecer, penjual langsung, dan/atau konsumen.
23. Penjualan Minuman Beralkohol, yang selanjutnya disingkat
PMB adalah kegiatan atau usaha untuk menjual minuman
beralkohol dari pengecer atau penjual langsung kepada
konsumen.
24. Pengecer Minuman Beralkohol yang selanjutnya disebut
pengecer adalah perusahaan yang menjual minuman
beralkohol kepada konsumen akhir dalam bentuk kemasan di
tempat yang telah ditentukan.
25. Hotel, Restoran dan Bar termasuk Pub dan Club Malam
adalah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Perundang-
undangan di bidang pariwisata.
26. Konsumsi Minuman Beralkohol adalah penggunaan atau
pemakaian minuman beralkohol baik untuk kepentingan
ritual keagamaan, kepentingan adat-istiadat dan kebudayaan
maupun untuk kepentingan kesehatan dan kepentingan
pribadi.
27. Penyelenggara Usaha Minuman Beralkohol, yang selanjutnya
disingkat PUMB adalah orang perorangan atau badan hukum
yang menyelenggarakan usaha berdasarkan atau memiliki
izin usaha minuman beralkohol di Kabupaten Kaimana.
28. Bentuk Usaha Minuman Beralkohol, yang selanjutnya
disingkat BUMB adalah usaha minuman beralkohol baik yang
berbentuk usaha tetap yang berbadan hukum maupun usaha
yang tidak berbadan hukum yang berusaha di Kabupaten
Kaimana.
29. Tempat Usaha Minuman Beralkohol, yang selanjutnya
disingkat TUMB adalah lokasi atau area, gedung atau ruang
yang dipakai untuk melakukan usaha minuman beralkohol
sesuai izin yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
30. Surat Izin Tempat Usaha Minuman Beralkohol, yang
selanjutnya disingkat SITU-MB adalah surat ketetapan dari
Pemerintah Daerah yang menerangkan dan/atau
memberikan izin tempat usaha minuman beralkohol.
31. Surat Izin Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol, yang
selanjutnya disingkat SIUP-MB adalah surat ketetapan dari
Pemerintah Daerah yang memberikan izin perdagangan
minuman beralkohol.
32. Penyidik adalah penyidik Polri dan Penyidik Pegawai Negeri
Sipil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana.
33. Pejabat yang berwenang adalah Penyidik Kepolisian atau
penyidik Pegawai Negeri Sipil atau Pejabat di Lingkungan
Pemerintah Kabupaten Kaimana yang diberi kewenangan
untuk melakukan penyidikan.
34. Kawasan Khusus adalah suatu kawasan yang mempunyai
batas-batas tertentu yang ditentukan oleh Bupati.
BAB II
KLASIFIKASI DAN TEMPAT PENJUALAN
MINUMAN BERALKOHOL

Bagian Kesatu
Klasifikasi Minuman Beralkohol

Pasal 2

(1) Minuman beralkohol berdasarkan kadar kandungan


ethanolnya digolongkan atas 5 (lima) jenis:
a. golongan A adalah minuman beralkohol dengan kadar
ethanol (C2H5OH) sampai dengan 5% (lima persen);
b. golongan B adalah minuman yang mengandung etil
alkohol atau ethanol (C2H5OH) lebih dari 5% (lima persen)
sampai dengan 20% (dua puluh persen);
c. golongan C adalah minuman yang mengandung etil
alkohol atau ethanol (C2H5OH) lebih dari 20% (dua puluh
persen) sampai dengan 55% (lima puluh lima persen);
d. minuman beralkohol tradisional; dan
e. minuman oplosan.
(2) Minuman beralkohol sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a ditetapkan sebagai barang dalam pengawasan.
(3) Minuman beralkohol sebagimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e ditetapkan sebagai
barang yang dilarang peredarannya.

Bagian Kedua
Tempat Penjualan Minuman Beralkohol

Pasal 3

(1) Pemasukan minuman beralkohol di daerah dilakukan oleh


distributor.
(2) Distributor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditunjuk oleh
Bupati atau Pejabat yang berwenang.

Pasal 4

(1) Penjualan minuman beralkohol untuk diminum langsung di


tempat hanya dapat dijual pada :
a. hotel, restoran, bar sesuai dengan Perundang-undangan
di bidang Kepariwisataan; dan
b. tempat-tempat tertentu lainnya yang telah mendapat izin
dari dinas terkait.
(2) Tempat tertentu lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b harus berada di Kawasan/lokasi objek wisata.
(3) Jenis minuman beralkohol untuk diminum langsung di tempat
penjualan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
hanya minuman beralkohol golongan A.
Pasal 5
(1) Penjualan Minuman Beralkohol untuk diminum
langsung di tempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4 ayat (1) hanya untuk konsumen yang telah berusia
21 tahun atau lebih yang dibuktikan dengan kartu
identitas.
(2) Penjualan minuman beralkohol golongan A untuk
diminum langsung di tempat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (1), hanya dapat dilakukan oleh penjual
yang merupakan bagian dari koperasi, badan usaha
daerah, atau kelompok usaha bersama.
(3) Koperasi, Badan Usaha Daerah, atau kelompok usaha
bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
memperoleh persetujuan dari Bupati.
(4) Penjual sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
memiliki identitas dan terdaftar di koperasi, badan usaha
daerah, atau kelompok usaha bersama yang bersangkutan.
(5) Koperasi, Badan Usaha Daerah, atau Kelompok
Usaha Bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
bertanggung jawab penuh terhadap penjual sebagaimana
dimaksud pada ayat (4).
(6) Koperasi, Badan Usaha Daerah, atau Kelompok Usaha
Bersama dalam menjual Minuman Beralkohol golongan A
untuk diminum langsung di tempat sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat bekerja sama dengan
hotel, bar, restoran dan/atau memperoleh minuman
beralkohol dari toko pengecer yang memiliki SKP-A atau
SIUP-MB.

BAB III

PERIZINAN
Bagian Kesatu
SIUP-MB, SKPL-A dan SKP-A

Pasal 6
(1) Setiap Penjual Langsung atau Pengecer yang
memperdagangkan Minuman Beralkohol wajib memiliki
SIUP-MB.
(2) Penjual Langsung atau Pengencer yang memperdangangkan
Minumam Beralkohol wajib memiliki rekomendasi dari
Distributor yang ditunjuk oleh Pemerintah.
(3) SIUP-MB yang dimiliki oleh Penjual Langsung atau
Pengecer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku
juga hanya untuk memperdagangkan Minuman Beralkohol
golongan A.
(4) Penjual Langsung atau Pengecer yang hanya menjual
Minuman Beralkohol golongan A wajib memiliki SKPL-A
atau SKP-A sesuai Peraturan Perundang-undangan.

Bagian Kedua

Persetujuan Penjualan Langsung Minuman Beralkohol


Golongan pada Tempat Tertentu Lainnya.

Pasal 7

Tata cara dan persyaratan permohonan persetujuan Bupati


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3), sebagai
berikut:

a. Koperasi :
1. Membuat permohonan tertulis kepada Bupati
melalui Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kabupaten Kaimana.
2. Melampirkan foto copy pengesahan badan hukum
Koperasi.
3. Melampirkan daftar anggota yang akan melakukan
penjualan langsung minuman beralkohol golongan A.
4. Melampirkan foto copy KTP anggota yang akan
melakukan penjualan langsung minuman beralkohol
golongan A.
5. Melampirkan daftar jenis Minuman Beralkohol golongan
A yang akan dijual.
6. Melampirkan rekomendasi dari Kampung setempat beserta
usulan batasan area penjualan.
b. Badan Usaha Daerah:
1. Membuat permohonan tertulis kepada Bupati
melalui Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kabupaten Kaimana.
2. Melampirkan foto copy legalitas badan usaha daerah.
3. Melampirkan daftar jenis minuman beralkohol
golongan A yang akan dijual.
4. Melampirkan foto copy Kartu Tanda Anggota (KTA)
yang menunjuk bahwa penjual dimaksud merupakan
bagian dari Badan Usaha Daerah.
5. Melampirkan foto copy KTP bagi penjual minuman
beralkohol golongan A.
6. Melampirkan rekomendasi dari Kampung setempat
beserta usulan batasan area penjualan.
c. Kelompok Usaha Bersama:
1. Membuat permohonan tertulis kepada Bupati melalui
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Kabupaten Kaimana.
2. Melampirkan foto copy surat atau dokumen
pembentukan kelompok usaha bersama yang telah
disahkan oleh kelian banjar dinas/ kepala
lingkungan dan perbekel/ lurah serta diketahui oleh
Kepala Distrik.
3. Melampirkan foto copy Kartu Tanda Anggota (KTA)
kelompok usaha bersama.
4. Melampirkan foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP)
anggota kelompok.
5. Melampirkan daftar jenis Minuman Beralkohol
golongan A yang akan dijual.
6. Melampirkan rekomendasi dari Kampung setempat
beserta usulan batasan area penjualan.

Pasal 8

Bupati melimpahkan kewenangan penerbitan persetujuan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) kepada Kepala
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
dan Tenaga Kerja Kabupaten Kaimana atas nama Bupati.

BAB IV

PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

Pasal 9

Tim Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol terdiri


dari:

a. Tim Pengawas dan Pengendalian Pemerintah Daerah; dan


b. Tim Pengawas dan Pengendalian Independen.

Pasal 10

(1) Tim Pengawas Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 9 huruf a terdiri atas Unsur-Unsur Perangkat
Daerah yang dalam melakukan pengawasan dapat
mengikutsertakan Komando Daerah Militer 1804, Kepolisian
Resor Kaimana, TNI-AL sebagai unsur pendukung.
(2) Penetapan Tim Permerintah daerah sebagai dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
(3) Dalam hal diperlukan, Tim Pengawas Pemerintah Daerah
secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat melakukan
pengawasan peredaran dan penjualan minuman berlakohol.
Pasal 11

(1) Tim Independen sebagai dimaksud dalam Pasal 9 huruf b


terdiri dari Organisasi Masyarakat Adat, Organisasi Sosial
Kemasyarakatan dan Organisasi Kepemudaan.
(2) Susunan Tim Independen ditetapkan dengan Keputusan
Bupati.

Pasal 12

Guna efektifitas pelaksanaan pengawasan dibutuhkan pula Tim


Patroli yang secara teknis diatur oleh Kepala Satuan Polisi Pamong
Praja.

Pasal 13

(1) Tim Pemerintah daerah melakukan pengawasan secara terus


menerus guna mencegah kemungkinan beredarnya minuman
beralkohol ilegal di Kabupaten Kaimana.
(2) Dalam rangka upaya preventif, maka Tim Pengawas baik
Pengawas Pemerintah daerah maupun Independen dapat
melakukan tindakan sebagai berikut :
a. melakukan penangkapan dan penahanan sementara
terhadap pelaku pelanggaran, serta berhak melakukan
penyitaan terhadap minuman beralkohol;
b. melaporkan paling lambat 2 x 24 jam kepada Penyidik
Pegawai Negeri Sipil dan/atau Kepala Satuan Polisi
Pamong Praja dan Kepolisian, atas temuan Pelanggaran
Peraturan Daerah.
Pasal 14

Pengawasan Tingkat Distrik dilaksanakan sebagai berikut :

(1) Pengawasan Tingkat Distrik dilakukan oleh Kepala Distrik


bersama-sama dengan Komando Rayon Militer, Kepala
Kepolisian Sektor, Pos Kepolisian, Babinsa, Babinkamtibmas,
Tokoh Agama, Tokoh Adat, Tokoh Perempuan dan Tokoh
Pemuda.
(2) Susunan dan jumlah anggota Tim pengawas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) di atas ditetapkan dengan keputusan
Kepala Distrik.
BAB V

SEKRETARIAT

Pasal 15

(1) Sekretariat Tim Pemerintah Daerah berada pada Satuan Polisi


Pamong Praja.
(2) Sekretariat Tim Independen berada pada Kantor Kesatuan
Bangsa dan Politik Daerah.
(3) Sekretariat Tim Patroli berada pada Kantor satuan Polisi
Pamong Praja Kabupaten Kaimana.

BAB VI

PEMBIAYAAN

Pasal 16

(1) Pembiayaan Tim Pemerintah maupun Tim Independen terdiri


atas biaya operasional dan insentif.
(2) Biaya Operasional dan insentif Tim disusun dan dikelola
sebagai berikut :
a. biaya operasional dan intensif Tim Pemerintah Daerah
disusun dan dikelola oleh Satpol PP dan Damkar; dan
b. biaya Operasional dan intensif Tim independen disusun,
dikelola oleh Kepala Sekretariat Tim Independen dengan
berkoordinasi dengan Satpol PP dan Damkar.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 17

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah
Kabupaten Kaimana.

Ditetapkan di Kaimana
pada tanggal 05 Oktober 2020

BUPATI KAIMANA,
CAP/TTD
MATIAS MAIRUMA

Diundangkan di Kaimana
pada tanggal 27 Oktober 2020
Pj. SEKERTARIS DAERAH KABUPATEN KAIMANA,
CAP/TTD
LUTHER RUMPUMBO

BERITA DAERAH KABUPATEN KAIMANA TAHUN 2020 NOMOR 304

Salinan sesuai dengan aslinya


A.n. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KAIMANA
KEPALA BAGIAN HUKUM DAN HAM

SITI ROHMA, SH
PEMBINA
NIP. 19750620 200012 2 008
LAMPIRAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN KAIMANA
NOMOR : 33 TAHUN 2020
TANGGAL : 27 OKTOBER 2020
TENTANG : PELAKSANAAN PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN
PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL

RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL


STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI
NO KLASIFIKASI USAHA BESARNYA

Penjualan Minuman

1 Hotel Rp. 5.000.000,-

2 Restoran Rp. 7.500.000,-

3 Bar Rp.15.000.000,-

4 Tempat Tertentu Lainnya yang Rp. 5.000.000,-


ditetapkan oleh Bupati

Distributor

Maksimal Kuota Per Tahun Rp. 500.000.000,-


10.000 Karton

BUPATI KAIMANA,
CAP/TTD
MATIAS MAIRUMA

Salinan sesuai dengan aslinya


A.n. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KAIMANA
KEPALA BAGIAN HUKUM DAN HAM

SITI ROHMA, SH
PEMBINA
NIP. 19750620 200012 2 008

Anda mungkin juga menyukai