Anda di halaman 1dari 4

Artikel Ilmiah Non Penelitian

DAMPAK PSIKOLOGI PENGGUNAAN MINUMAN KERAS DI KALANGAN


REMAJA”

Disusun Oleh :
AISYAH
(Nim 1011423214) Kelas L

Dosen Pengampuh :
Ibu Gamaria Tambulango, S.pd M.pd

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS HUKUM
JURUSAN ILMU HUKUM
2023
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Minuman keras atau yang sering di sebut miras adalah minuman yang mengandung alkohol.
Minuman keras dapat menimbulkan kesenangan semu tetapi memiliki dampak yang sangat
buruk pada tubuh ketika dikonsumsi secara berlebihan (Ana, 2017). Minuman keras memiliki
kandungan yang dapat merusak anggota tubuh manusia, contohnya, minuman keras dapat
menyebabkan lever membengkak, merusak otak, kecanduan bahkan kematian (Ana, 2017).
Selain memiliki dampak yang buruk bagi kesehatan, pengkonsumsi minuman keras juga
mendapat respon negatif oleh masyarakat. Dalam Peraturan Mentri Perdagangan R.I,
minuman keras kelompokan menjadi tiga golongan, yaitu golongan A dengan kadar alkohol
antara 1% s/d 5% seperti aneka bir yang di jual di minimarket atau supermarket, golongan B
dengan kadar alkohol antara 5% s/d 20% contohnya seperti anggur malaga, anggur orang tua,
creme cacao, dll dan golongan C dengan kadar alkohol antara 29% s/d 50% seperti wishky,
vodka, mansion dll. Menurut hasil riset yang telah dilakukan oleh Lembaga Kajian dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia dari jenis alkohol yang di jelaskan, remaja paling
banyak mengkonsumsi alkohol golongan A dan B. Selain itu dalam Peraturan Mentri
Perdagangan R.I yang di maksud dalam Pasal 14 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) dijelaskan
bahwa konsumen minuman yang mengandung alkohol diperbolehkan pada seorang yang
telah berusia 21 tahun atau lebih dengan menunjukan kartu identitas kepada petugas.

Rumusan Masalah
Bagaimana perancangan kampanye sosial yang efektif untuk menghindarkan remaja Kota
Semarang dari minuman keras menggunakan strategi kreatif Desain Komunikasi Visual?
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN

1, PENGERTIAN DAMPAK PSIKOLOGI PENGGUNAAN MINUMAN KERAS DI


KALANGANREMAJA
Minuman keras (disingkat miras), minuman suling, atau spirit adalah minuman beralkohol
yang mengandung etanol yang dihasilkan dari penyulingan (yaitu, berkonsentrasi lewat
distilasi) etanol diproduksi dengan cara fermentasi biji-bijian, buah, atau sayuran.[1] Contoh
minuman keras adalah arak, vodka, gin, baijiu, tequila, rum, wiski, brendi, dan soju.

Di Indonesia, definisi "minuman keras" dan "minuman beralkohol" tercampur aduk dan
cenderung dianggap barang yang sama sehingga juga meliputi minuman fermentasi yang
tidak disuling seperti bir, tuak, anggur, dan cider. Contoh dalam RUU Anti Miras yang telah
dibuat sejak tahun 2013.Istilah "hard liquor" (juga berarti "minuman keras") digunakan di
Amerika Utara dan India untuk membedakan minuman suling dari yang tidak disuling (jauh
lebih rendah kadar alkoholnya).
Adapun pengertian minuman beralkohol sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang pengawasan dan pengendalian minuman
beralkohol, pada Pasal 1 dijelaskan: Yang dimaksud dengan minuman beralkohol dalam
keputusan Presiden ini adalah minuman yang mengandung ethanol yang diproses dari bahan
hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dengan destilasi atau
fermentasi tanpa destilasi, baik dengan cara memberikan perlakuan perlakuan terlebih dahulu
atau konsentrat dengan ethanol atau dengan cara pengenceran minuman mengandung ethanol.

B. Peredaran Minuman Keras


Di Indonesia, minuman beralkohol yang diimpor diawasi peredarannya oleh negara. Dalam hal ini
diamanatkan kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Indonesia (DJBC).
Dalam istilah kepabeanan dan cukai; minuman beralkohol disebut sebagai Minuman Mengandung etil
alkohol (MMEA). Impor/pemasukan MMEA dari luar negeri dilakukan oleh importir khusus.8
Peredaran adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan penyaluran atau penyerahan, baik dalam
rangka perdagangan, bukan perdagangan maupun pemindahtanganan.

C. Pembatasan/Pengawasan Minuman Keras


Pengawasan adalah kegiatan untuk menilai suatu pelaksanaan tugas secara de facto, sedangkan tujuan
pengawasan hanya terbatas pada pencocokan apakah kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan
tolak ukur yang telah ditetapkan sebelumnya.

D. Ketentuan Hukum Tentang Minuman Beralkohol


Ketentuan hukum yang mengatur tentang penjualan minuman keras / Minman Beralkohol dapat
dikemukakan sebagai berikut : 1. Keputusan Presiden RI No. 13 Tahun 1997 Tanggal 31 Januari 1997
tentang Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol. 14 2. Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 86 / Menkes / Per / IV / 77 tentang Minuman Keras. Peraturan ini khusus mengatur tentang
izin minuman keras. 3. Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 13 / M-DAG / PER / 3 / 2006
tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Izin Usaha Penjualan Langsung. 4. Khusus di
Kabupaten Karo diatur oleh Peraturan Daerah Kabupaten Karo Nomor 6 tahun 2012 tentang
Restribusi Perizinan Tertentu. Pada Bab IV mulai dari pasal 16 sampe pasal 27 tentang Restribusi Izin
Tempat Penjualan dan Minuman Beralkohol.

KESIMPULAN :
Dampak Minuman Keras terhadap Psikis Remaja Minuman keras tidak hanya merusak fisik remaja,
namun juga mengganggu dan merusak keadaan psikis remaja. Remaja yang meminum minuman keras
akan menjadi acuh tidak acuh terhadap nasehat orang tua, mendongkol dan melawan kepada orang tua
maupun orang yang ada disekitar.

SARAN :
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dalam penelitian ini peneliti ingin mengajukan saran kepada
berbagai pihak yaitu: a. Remaja yang mengkonsumsi minuman keras agar berhenti untuk meminum
minuman keras karena akan berdampak buruk terhadap perkembangan fisik dan psikis selain itu juga
berdampak buruk terhadap orang lain. Selain itu, remaja sebaiknya pintar-pintar memilih pergaulan
agar tidak terjerumus kejalan yang salah. Untuk itu sebaiknya remaja mengembangkan potensi diri
kearah yang positif sehingga tercapai cita-cita yang positif. b. Orang tua, sebaiknya lebih terampil
dalam mendidik, membimbing dan mengarahkan anak agar tidak terjerumus kepada hal-hal yang
tidak diinginkan. Orang tua sebaiknya bisa menjadi leader, partner,friends bagi anak dalam berbagai
hal sehingga anak tidak kehilangan teman untuk berbagi dan mencari diluaran dengan cara yang salah.
c. Tokoh masyarakat, sebaiknya bisa menciptakan lingkungan yang positif bagi remaja. Menyediakan
wadah untuk remaja mengembangkan potensi diri secara positif sehingga terhindar dari pengaruh
yang negatif. d. Untuk peneliti selanjutnya, sebaiknya melakukan penelitian mengenai upaya orang
tua dan guru BK untuk mencegah remaja terhindar dari minuman keras.

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.unika.ac.id/17126/2/14.L1.0065%20BENTANG%20ADI%20GUMELAR%20%281.82%
29.BAB%20I.pdf

https://repo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/4261/3/Kesimpulan.pdf

Anda mungkin juga menyukai