Anda di halaman 1dari 20

PENGARUH PENGGUNAAN AIR KONDESAT SEBAGAI MEDIA

PRECOOLING KONDENSOR TERHADAP KINERJA SISTEM

PENGKONDISIAN UDARA

Tugas Mesin Konversi & Pilot Project

DISUSUN OLEH :

Alam Saputra ( 1970011032 )

FAKULTAS TEKNIK

TEKNIK MESIN P2K SABTU

UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA JAKARTA

2022
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Keterbatasan sumber energy dan dampak negative terhadap
lingkungan saat ini menjadi perhatian yang sangat serius dalam skala
global. Penggunaan sistem pengkondisian udara hamper merata di
semua sektor, baik dalam sebuah bangunan komersial, perkantoran,
atau perumahan, yang mana berfungsi untuk memberikan kenyamanan
kepada penggunaanya. Pada sebuah bangunan komersial, konsumsi
energi paling tinggi adalah digunakan untuk pengoperasian system
pengkondisian udara. Dampak dari peningkatan konsumsi energi ini
secara tidak langsung akan berdampak terhadap peningkatan emisi gas
buang. Sehingga langkah-langkah untukpenghematan energy dalam
semua sector sangat penting untuk dilakukan, termasuk dalam system
pengkondisin udara.

Pada sebuah bangunan perumahan atau sekolah-sekolah, jenis


sistem pengkondisian udara yang digunakan sebagian besar adalah
sistem AC split yang bekerja dengan sistem kompresi uap. Pada kondisi
cuaca yang panas kinerja sistem pengkondisian udara window akan
menurun dengan cepat dan konsumsi energi akan mengalami
peningkatan. Selain itu pada kondisi cuaca yang panas, penggunaan
sistem pengkondisian udara juga akan meningkat, sehingga secara
tidak langsung kebutuhan untuk pendinginan pada proses kondensasi
juga akan meningkat. Suhu pendingin udara sangat tergantung pada
suhu udara ambien, sehingga pada cuaca udara yang panas, suhu dan
tekanan kondensor akan mengalami peningkatansebagai akibat dari
peningkatan konsumsi energi dan peningkatan rasio tekanan pada
kompresor. Untuk meningkatkan kinerja sebuah sistem pengkondisian
udara, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan menurunkan
suhu kondensor. Penurunan suhu kondensor akan menyebabkan
penurunan rasio tekanan pada kompresor yang akan menghasilkan
penurunan komsumsi pada system pengkondisian udara

Dalam sistem pengkondisian udara terdapat dua proses


perpindahan panas utama yaitu proses menyerap panas yang terjadi di
evaporator dan proses membuang panas yang terjadi pada kondensor.
Proses pemindahan panas pada sistem pengkondisi udara ini tentunya
membutuhkan energi yang besar dari total energi yang dibutuhkan pada
sistem pengkondisian udara. Penghematan energi dari proses
perpindahan panas pada kedua sistem di evaporator dan kondensor ini
menjadi tantangan yang harus diselesaikan. Pada sebuah sistem
pengkondisi udara, terutama pada jenis AC split yang dipakai di
perumahan, air kondensat biasanya langsung dibuang dan belum
dimanfaatkan. Sedangkan proses pembuangan panas pada kondensor
membutuhkan fluida dingin untuk menurunkan panas. Oleh karena itu
perlu dilakukan pemanfaatan air kondensat ini untuk proses precooling
pada kondensor sehingga penghematan energi bisa didapatkan.

Penelitian-penelitian untuk meningkatkan kinerja sebuah sistem


pengkondisian udara dengan memanfaatkan air kondensat sudah mulai
dilakukan. E. Hajidavalloo (2007), melakukan penelitian untuk
meningkatkan kinerja sistem pengkondisian udara tie window dengan
meningkatkan laju perpindahan kalor dalam kondensor dengan
meletakkan dua cooling pad pada dua sisi sistem pengkondisian udara
dan menyemprotkan dengan air. Dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa konsumsi udara menurun sekitar 16% dan coefficient of
performance(COP) meningkat sebesar 55%.E. Hajidavalloo dan H.
Eghte dari (2010) melakukan dengan menambahkan evaporative cooler
pada sisi pendingin udara kondensor dengan tujuan meningkatkan
kinerja dari siklus system pengkondisian udara pada suhu udara
ambient mencapai 49 oC. Dari hasil pengujian didapatkan bahwa
konsumsi udara menurun sekitar 20% dan COP meningkat sebesar 50%
. Xun Zhu, Jun-JunWu, et al (2015), melakukan penelitian dengan
memanfaatkan air kondensat dingin yang digunakan untuk
mendinginkan kondensor dengan menggunakan metode penyemprotan.
Air kondensor menjadi gelembung-gelembung setelah disemprot dari
sebuah nosel. Gelembung air tersebut disemprotkan langsung ke sirip-
sirip alat penukar kalor kondensor. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan penghematan energi dan peningkatan COP
pada pengoperasian pendinginan condense. Shahid Ali Khan, et al.
(2014) melakukan penelitian dengan melakukan pendinginan awal pada
kondensor dengan menggunakan kondensat. Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa penghematan kapasitas pendinginan mencapai
15% dan penghematan konsumsi energi mencapai 18%.

Dari beberapa literature yang telah dilakukan dapatd ilihat bahwa


peralatan sederhana, efektifitas, penghematan energi dan keuntungan
dari sisi ekonomi menjadi keuntungan dari penerapan metode ini.
Dengan memanfaatkan air kondensat yang suhunya lebih rendah
daripada suhu udara luar, maka diharapkan suhu udara yang masuk
sebelum ke kondensor. Sehingga secara keseluruhan proses
perpindahan kalor pada kondensor menjadi lebih cepat dan
penghematan energi bisa didapatkan. Suhu udara ruang yang tidak
selalu sama menjadi hal yang harus diperhatikan pada proses
precooling ini. Sehingga penggunaan air kondensat sebagai media
pendingin awal proses kondensasi juga perlu dilakukan.

Peluang untuk menggunakan air kondensat sebagai pendingin


awal udara yang akan masuk ke kondensor sangat besar, karena
konsumsi air pada sistem ini adalah sangat kecil dan resiko kerusakan
terhadap tabung-tabung kondensor juga sangat rendah karena tidak ada
kontak langsung antara air dengan tabung dari kondensor.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini


akan dilakukan pemanfaatan air kondensat sebagai media pendinginan
awal atau proses precooling suhu udara sebelum masuk ke kondensor
pada sistem pengkondisian udara (AC) tipe split ” dengan menggunakan
metode distribusi secara grafitasi.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk meningkatkan kinerja sistem pengkondisian udara dengan


memanfaatkan air kondensat sebagai media precooling udara sebelum
masuk ke kondensor

2. Mendapatkan pengaruh jenis media pendingin kondensor terhadap


kinerja Mesin Pendingin.
BAB II

Landasan Teori

2.1 Pengkondisian Udara


Pengkondisian udara tidak hanya berfungsi sebagai pendingin
tetapi lebih dari itu yang didefinisikan sebagai proses perlakuan
terhadap udara untuk mengatur suhu, kelembapan, kebersihan, dan
pendistribusiannya secara serentak guna mencapai kondisi nyaman
yang dibutuhkan penghuni yang berada didalamnya.Berikut ini adalah
contoh penggunaan pengkondisian udara:

1. Pengkondisian udara untuk industri.

Istilah pengkondisian udara yang dimaksud disini adalah usaha


menciptakan lingkungan yang nyaman, paling tidak sebagian, bagi para
pekerja yang berada di dalam lingkungan yang berbahaya dan untuk
pengaturan kondisi udara yang mendukung pemerosesan bahan industri
tersebut (Stoecker, 1992 : 2).

2. Pengkondisian udara untuk rumah tangga.

Rumah tangga berfungsi untuk tempat berkumpulnya anggota


keluarga, tempat menyimpan barang-barang mulai dari bahan makanan
sampai dengan pakaian. Fungsi utama dari pengkondisi udara pada rumah
tangga adalah menjaga temperatur dan kelembaban udara pada kondisi
yang dianggap nyaman untuk beristirahat.

3. Pengkondisian udara untuk laboratorium.

Peralatan-peralatan pada laboratorium biasanya harus bersih dan


higienis, tidak boleh terkontaminasi dengan kotoran. Kelembaban udara
harus dijaga pada kondisi dimana orang yang bekerja merasa nyaman dan
juga menjamin tidak terjadi kondisi dimana kelembaban cocok untuk
perkembangan jamur atau penyebab penyakit lainnya. Kebutuhan
pengkondisian udara juga disesuaikan dengan fungsinya. Misalkan untuk
pengujian peralatan yang akan beropersi dengan temperatur yang rendah.
2.2 Ac Split

AC Split adalah AC yang evaporator dan kondensor berada di 2


mesin yang berbeda. Evaporatornya terletak di dalam ruangan. Sedangkan
kondensornya terletak di luar ruangan. Air Conditioner atau biasa disingkat
AC adalah sebuah perangkat alat yang berfungsi untuk mengatur kondisi
suhu pada ruangan menjadi lebih rendah dari suhu yang ada terdapat dalam
lingkungan sekitar. Air Conditioner merupakan alat yang dapat mengatur
temperatur sesuai dengan kebutuhan, sehingga penghuni di dalam ruangan
mendapatkan kenyamanan termal. Prinsip kerja AC Split adalah sama
halnya dengan mesin pendingin lainnya, yaitu melepas panas dari ruangan
yang didinginkan. Contoh gambar AC split dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1: Air Conditioner (AC Split)

2.3 Komponen Utama Mesin Pendingin (AC)

1. Kompresor

Fungsi kompresor adalah menetapkan perbedaan dalam suatu sistem


pendingin. Oleh karenanya menyebabkan zat pendingin dalam sistem
mengalir dari satu bagian ke bagian lain. Kompresor dikategorikan dalam
suatu pompa yang bertugas untuk mensirkulasikan zat pendingin, tetapi
tugasnya adalah mengadakan tekanan untuk hal tersebut. Tekanan yang
disebabkan oleh kompresor dapat membuat uap cukup panas untuk
pendingin dalam ruangan udara yang hangat. Pada saat yang sama,
kondensor menaikkan tekanan zat pendingin di atas titik kondensasi pada
suhu ruangan udara, sehingga ia akan berkondensasi. Itulah perbedaan
antara tekanan tinggi dan tekanan rendah yang memaksa cairan pendingin
melalui tabung kapiler masuk ke evaporator.

Perbedaan antara kompresor terbuka dan tertutup adalah pada tipe


terbuka motor dihubungkan dengan memakai ban atau kopling. Sedangkan
pada tipe tertutup motor dan kompresor dihubungkan langsung pada satu
poros dan ditempatkan dalam suatu wadah tertutup.

Jenis kompresor yang digunakan adalah kompresor sudu.

 Kompresor sudu

Kompresor jenis ini kebanyakan digunakan untuk lemari es, freezer,


dan pengkondisan udara rumah tangga, walaupun juga dapat digunakan
sebagai compresor booster (kompresor pembantu) pada bagian tekanan
rendah sistem kompresi bertingkat yang besar. Kompresor sudu dapat
dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Kompresor Sudu

2. Kondensor

Kondensor berfungsi untuk membuang kalor yang diserap dari


evaporator dan panas yang diperoleh dari kompresor, serta mengubah
wujud gas menjadi cair, kondensor memiliki pipa-pipa yang dapat
dibersihkan.
Kerena zat pendingin meninggalkan kompresor dalam bentuk uap
bertekanan tinggi, maka diperlukan suatu cara untuk mengubah uap
menjadi cairan kembali. Inilah fungsi unit kondensor mengmbunkan uap
menjadi cairan sehingga dapat dipakai kembali dalam sirkulasi
pendinginan.

Kondensor dibedakan menjadi 3 jenis, yakni Air-cooled Condensor,


Watercooled Condensor dan Evaporative-cooled Condensora.

 Air-cooled Condensor

Dalam Air-cooled condensor, kalor dipindahkan dari refrigerant ke


udara dengan menggunakan sirkulasi alamiah atau paksa. Kondensor
dibuat dari pipa baja, tembaga dengan diberi sirip untuk memperbaiki
transfer kalor pada sisi udara. Refrigerant mengalir didalam pipa dan
udara mengalir diluarnya. Air-cooled condensor hanya digunakan untuk
kapasitas kecil seperti refrigerator dan small water cooler.

 Water Cooler Condensor

Water Cooled Condensor dibedakan menjadi 3 jenis yaitu

- Shell and tube

- Shell and coil

- Double tube

 Evaporative-cooled Condensor

Refrigerant pertama kali melepaskan kalornya ke air kemudian air


melepaskan kalornya ke udara dalam bentuk uap air. Udara
meninggalkan uap air dengan kelembaban yang tinggi seperti dalam
cooling tower, Oleh karena itu kondensor evaporativ menggabungkan
fungsi dari sebuah kondensor dan cooling tower. Evaporative
condensor banyak digunakan dipabrik amoniak. Kondensor yang
digunakan disini adalah jenis water cooled kondensor tipe shell and
tube, karena lebih mudah dalam menganalisa temperatur jika
dibandingkan dengan Air cooled condensor yang sering terjadi fluktuasi
pada temperaturnya. Water cooled condensor ini ditempatkan di antara
kompresor dan alat pengatur bahan pendingin (pipa kapiler).

Posisinya ditempatkan berhubungan langsung dengan udara luar


agar gas di dalam kondensor juga didinginkan oleh suhu ruangan. Gas
yang berasal dari kompresor memiliki suhu dan tekanan tinggi, ketika
mengalir di dalam pipa kondensor, gas mengalami penurunan suhu
hingga mencapai suhu kondensasi kemudian mengembun. Kondensor
dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Kondensor

3. Katup Ekspansi

Katup ekspansi adalah elemen dasat yang terakhir dalam daur


refrigersi uap setelah kompresor, kondensor, dan evaporator adalah alat
ekspansi ini mempunyai dua kegunaan, yaitu menurunkan tekanan
refrigerant cair dan aliran refrigerant ke evaporator. Alat ekspansi yang
paling populer untuk sistem refrigrasiberukuran sedang adalah katup
berkendali lanjut-panas, yang bisa disebut dengan katup ekspansi
termostatik, nama tersebut mungkin tidak tepat, karna pengendalian
tidak digerakan oleh suhu didalam evaporator, tetapi oleh besarnya
panas- lanjut gas hisap yang meninggalkan evaporator. Katub ekspansi
panas-lanjut mengatur laju aliran refrigerant cair yang besarnya
sebanding dengan laju penguapan didalam evaporator. Selain itu, katup
ekspansi juga sebagai alat kontrol refrigerasi yang berfungsi:

 Mengatur jumlah refrigerant yang mengalir dari pipa cair


menujuevaporator sesuai dengan laju penguapan pada evaporator.
 Mempertahankan perbedaan tekanan antara kondensor dan
evaporator agar penguapan pada evaporatorberlangsung pada
tekanan kerjanya. Katup ekspansi dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Katup Ekspansi

4. Evaporator

Evaporator adalah komponen pada sistem pendingin yang


berfungsi sebagai penukar kalor, serta bertugas menguapkan refrigerant
dalam sistem, sebelum dihisap oleh kompresor. Panas udara sekeliling
diserap evaporator yang menyebabkan suhu udara disekeliling
evaporator turun. Suhu udara yang rendah ini dipindahkan ketempat lain
dengan jalan dihembus oleh kipas, yang menyebabkan terjadinya aliran
udara.

Ada beberapa macam evaporator, sesuai dengan tujuan


penggunaannya dan bentuknya dapat berbeda-beda. Hal tersebut
disebabkan karena media yang hendak didinginkan dapat berupa gas,
cairan atau padat. Maka evaporator dapat dibagi menjadi beberapa
golongan, sesuaidengan refrigerant yang ada di dalamnya, yaitu: jenis
ekspansi kering, jenis setengah basah, jenis basah, dan sistem pompa
cairan.
1. Jenis ekspansi kering

Dalam jenis ekspansi kering, cairan refrigerant yang diekspansikan

melalui katup ekspansi pada waktu masuk ke dalam evaporator sudah

dalam keadaan campuran cair dan uap, sehingga keluar dari evaporator

dalam keadaan uap air.

2. Evaporator jenis setengah basah.

Evaporator jenis setengah basah adalah evaporator dengan kondisi


refrigrant cair dalam pipa penguapnya.

3. Evaporator jenis basah

Dalam evaporator jenis basah, sebagian besar dari evaporator terisi oleh
cairan refrigerant. Perpindahan Kalor di dalam Evaporator Perpindahan panas
yang terjadi pada evaporator adalah konveksi paksa yang terjadi di dalam dan
di luar tabung serta konduksi pada tabungnya. Perpindahan panas total yang
terjadi merupakan kombinasi dari ketiganya. Harga koefisien perpindahan
panas menyeluruh dapat ditentukan dengan terlebih dahulu menghitung
koefisien perpindahan kalor pada sisi refrigerantdan sisi udara yang telah
dijelaskan sebelumnya. Selanjutnya koefisien perpindahan panas total
dihitung berdasarkan luas permukaan dalam pipa dan berdasarkan luas
permukaan luar pipa.Evaporator dapat dilihat pada Gambar 5.
BAB III
Metode Penelitian

3.1 Diagram Pelaksanaan


Langkah-langkah yang dilakukan dalam melaksanakan penelitian
ini bisa ditunjukkan pada gambar berikut ini.

Gambar 6. Diagram alir metode penelitian

Pada penelitian ini, proses pendinginan awal atau precooling


adalah dengan mengalirkan air kondensat kesisi depan kondensor
secara langsung dengan metode grafitasi. Sehingga suhu udara yang
akan masuk kekondensor diharapkan akan turun. Sistem pengkondisian
udara yang digunakan dalam penelitian ini adalah AC tiple Split ½ PK.

Skematik dari rencana pengembangan system pengkondisian


udara ditunjukkan seperti pada gambar 7.

Gambar 7 Skematik pemasangan alat precooling kondensor

Sedangkan skematik pengujian ditunjukkan pada gambar 8

Gambar 8. Skematik pengujian sistem ac dengan dilengkapi precooler


kondensor
BAB IV

Hasil dan Pembahasan


Pada pengujian yang dilakukan, suhu ambient berkisar pada 31
°C - 32°C baik saat pengujian tanpa menggunakan precooling atau saat
menggunakan precooling.Dan suhu air kondensat adalah pada
28oC.Dengan adanya precooling, suhu udara masuk kondensor menjadi
berkurang seperti diperlihatkan pada gambar 4.1. Tanpa
menggunakanprecooling, pada pengujian 1 (suhu target 18 °C) suhu
udara masuk adalah 30,78 °C, namun dengan menggunakan
precooling, suhu udara masuk kondensor berkurang menjadi 29.38 °C.
Pada pengujian 2 (suhu target 20 °C) suhu udara masuk adalah 31.38 °
C, namun dengan menggunakan precooling, suhu udara masuk
kondensor berkurang menjadi 30.04°C. Sedangkan pada pengujian 3
( suhu target 22 °C) suhu udara masuk adalah 31.70 °C, namun dengan
menggunakan precooling, suhu udara masuk kondensor berkurang
menjadi 30.42 °C. Dari gambar 3 ini terlihat bahwa dengan
menggunakan precooling, didapatkan penurunan suhu udara masuk ke
kondensor rata-rata sebesar 1.30 °C.

Gambar 9. Suhu udara masuk kondensor

Pengaruh penggunaan air kondensat sebagai media precooling


terhadap laju pelepasan kalor diperlihatkan pada gambar 10.

Dari gambar 10 diperlihatkan bahwa dengan menggunakan


precooling, kalor yang dilepaskan oleh kondensor lebih tinggi
dibandingkan tanpa menggunakan precooling. Ini memperlihatkan
bahwa penggunaan kondensat memberikan pengaruh yang positif
terhadap penurunan suhu awal udara yang akan masuk ke kondonsor.

Pada gambar 11 memperlihatkan hubungan suhu target dengan


COP pada sistem pendingin yang tanpa menggunakan precoolingdan
menggunakan precoolingpada kondensor.

Gambar 11. Hubungan suhu target dengan kinerja Sistem pengkondisian


udara (COP)

Dari gambar 6 memperlihatkan bahwa semakin tinggi suhu target,


maka beban dari kompresor menjadi lebih rendah, sehingga COP menjadi
lebih tinggi. Dengan menggunakan precooling, kalor yang dilepaskan lebih
besar sehinggan COP dengan menggunakan precoolinglebih tinggi
dibandingkan sistem pengkondisian udara yang tanpa menggunakan
precooling.
Tanpa menggunakan precooling, pada pengujian 1 ( suhu target 18
o
C) COP adalah 4.58, namun dengan menggunakan precooling, COP
meningkat menjadi 4.71. Pada pengujian 2 ( suhu target 20 oC) COP adalah
4.65, namun dengan menggunakan precooling, COP meningkat menjadi
4.81. Sedangkan pada pengujian 3 ( suhu target 22 oC) COP adalah 4.79,
namun dengan menggunakan precooling, COP meningkat menjadi 44.86.
Dari gambar 5.3 ini terlihat bahwa dengan menggunakan precooling,
didapatkan peningkatan COP rata-rata sebesar 0,10.
Dari pembahasan sebelumnya terlihat bahwa air kondensat yang
biasanya terbuang bisa dimanfaatkan kembali sebagai pendingin awal
sebelum dibuang. Dengan laju volume massa air kondensat sebesar 0,02
liter/menit, mampu memberikan pengaruh yang positif terhadap
peningkatan kinerja dari sistem pengkondisian udara.
BAB V
Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan pada bab sebelumnya


dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pemanfaatan air kondensat sebagai media pendingin awal memberikan


pengaruh yang positif terhadap kinerja sistem pengkondisian udara.
Suhu udara masuk ke kondensor dengan menggunakan
o
precoolingmenjadi lebih rendah rata-rata sebesar 1,30 C bila
dibandingkan dengan tanpa menggunakan precooling.
2. Penggunaan precoolingmemberikan pengaruh terhadap peningkatan
jumlah kalor yang dilepaskan kondensor bila dibandingkan tanpa
menggunakan precooling.
3. Tanpa menggunakan precooling, pada pengujian 1 ( suhu target 18 oC)
COP adalah 4.58, namun dengan menggunakan precooling, COP
meningkat menjadi 4.71. Pada pengujian 2 ( suhu target 20 oC) COP
adalah 4.65, namun dengan menggunakan precooling, COP meningkat
menjadi 4.81. Sedangkan pada pengujian 3 ( suhu target 22 oC) COP
adalah 4.79, namun dengan menggunakan precooling, COP meningkat
menjadi 44.86. Secara keseluruhan dapatdilihat bahwa dengan
menggunakan precooling, didapatkan peningkatan COP rata-rata
sebesar 0,10.
4. Desain alat distribusi air kondensat dengan menggunakan metode
grafitasi telah memberikan pengaruh yang positif terhadap kinerja
sistem pengkondisian udara dengan peningkatan COP sebesar 0,10.

Anda mungkin juga menyukai