Anda di halaman 1dari 2

Kuliah 7 Konsep dan Strategi Desain Arsitektural Pada Lingkup Bangunan Yunia Nurlia 2017420055

Untuk Mencapai Green dan Sustainable Building

Sistem Bangunan Hemat Sumber Daya

Sistem dan pelaksanaan pembangunan yang sering kali menggunakan banyak energi bumi, merusak habitat
dan lingkungan sekitar, juga mengganggu kehidupan manusia sekitarnya. Namun manusia terus berinovasi
agar bumi yang kita tinggali ini tidak semakin rusak dengan tetap berkembangnya berbagai macam
pembangunan, berbagai macam upaya seperti efisiensi penggunaan sumber daya pada konstruksi,
proses pembangunan dengan penuh kehati-hatian agar tidak merusak sekitarnya, dan lain sebagainya
dilakukan demi mengurangi dampak negatif yang selama ini terus menerus disumbangkan oleh
pembangunan kepada lingkungan. Seluruh aspek dan pihak terlibat untuk mewujudkan hal ini, pada akhirnya
ditemukanlah istilah istilah seperti bangunan ramah lingkungan, bangunan berkelanjutan, bangunan hijau,
dan konstruksi hijau. Bangunan Hijau (Green Building) didefinisikan oleh Environmental Protection Agency
(EPA) sebagai struktur bangunan yang environmentally responsible dan menggunakan sumber daya
secara efisien di seluruh siklus hidupnya. 1 Green building dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan
dampak bangunan baru terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Sebagai contoh, memanfaatkan sinar
matahari melalui teknik tenaga surya atau menggunakan tanaman dan pohon-pohon kecil sebagai atap
bangunan sehingga terlihat hijau.

1. Kriteria Bangunan Hijau


Gedung-gedung dirancang, dibangun, dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga dampaknya terhadap
lingkungan minimal dan sesuai dengan tujuan penghematan energi. Bangunan Hijau dirancang supaya dapat
mengefisiensikan pemakaian energi alami, berkelanjutan dan terbarukan untuk gedung komersial maupun
gedung hunian serta meminimalisir kerusakan lingkungan sekitar. Suatu bangunan dapat disebut sudah
menerapkan konsep bangunan hijau apabila berhasil melalui suatu proses evaluasi tersebut tolak ukur
penilaian yang dipakai adalah Sisterm Rating.
Sistem Rating adalah suatu alat yang berisi butir-butir dari aspek yang
dinilai yang disebut rating dan setiap butir rating mempunyai nilai.
Apabila suatu bangunan berhasil melaksanakan butir rating tersebut,
maka mendapatkan nilai dari butir tersebut. Kalau jumlah semua nilai
yang berhasil dikumpulkan bangunan tersebut dalam melaksanakan
Sistem Rating tersebut mencapai suatu jumlah yang ditentukan, maka
bangunan tersebut dapat disertifikasi pada tingkat sertifikasi tersebut.
Sistem Rating dipersiapkan dan disusun oleh Green Building Council
yang ada di negara-negara tertentu yang sudah mengikuti gerakan
bangunan hijau dan di setiap negara tersebut mempunyai Sistem
Rating masing-masing.2 Lembaga Konsil Bangunan Hijau Indonesia
atau Green Building Council Indonesia (GBCI) adalah lembaga mandiri
(non-government) dan nirlaba (non-for profit) yang berkomitmen penuh
terhadap pendidikan masyarakat dalam mengaplikasikan praktik-
praktik terbaik lingkungan dan memfasilitasi transformasi industri
Gambar 1. Green Building bangunan global yang berkelanjutan.
Sumber : Berdasarkan kategori yang ditentukan oleh GBCI, dalam Greenship
https://www.hijauku.com/2017/03/10/apa-kriteria-
terdapat enam katergori Bangunan Hijau yaitu : (1) pembangunan situs
bangunan-hijau-ramah-lingkungan/
yang tepat, (2) efisiensi dan konservasi energi, (3) konservasi air, (4)
sumber daya dan siklus bahan, (5) kesehatan dan kenyaman dalam ruangan, dan (6) membangunan
pengelolaan lingkungan.3 Berdasarkan keenam aspek dalam bangunan hijau, terdapat lima persyaratan dan
kriteria penilaian sesuai tipe bangunannya seperti : (1) Bangunan lama/ terbangun, greenship untuk gedung
terbangun digunakan untuk bangunan gedung yang telah lama beroperasi minimal satu tahun setelah gedung
selesai dibangun. Penerapan green building pada gedung terbangun banyak terkait dengan manajemen
operasional dan pemeliharaan gedung; (2) Bangunan baru, penerapan konsep bangunan hijau pada gedung
baru banyak terkait dengan desain dan perencanaan bangunan. Tim proyek memiliki kesempatan berkreasi
dan berinovasi untuk menciptakan green building yang menyeluruh; (3) Interior space, ruang interior hijau
memungkinkan kita untuk bernapas, memberi pemandangan keluar bangunan dan pencahayaan alami
membuat kita lebih sehat dan produktif. Lingkup penilaian meliputi aktivitas fit out, kebijakan pihak
1
Doddy Kusmana. 2019. Jurnal Bangunan Hemat Energi.
https://www.researchgate.net/publication/331345820_JURNAL_BANGUNAN_HEMAT_ENERGI (diakses 18/10/2019)
2
-. 2014. Green Building. http://qotadahamran.blogspot.com/2014/10/green-building.html (diakses 18/10/2019)
3
Zakariyaaf. 2015. Pemeringkatan Bangunan Hijau Berdasarkan Stadar Green Building Council Indonesia Kategori Existing Building.
http://zakariyaarif.web.ugm.ac.id/2015/11/01/pemeringkatan-bangunan-hijau-berdasarkan-standar-green-building-council-indonesia-
kategori-existing-building/ (diakses 18/10/2019)

16 Oktober 2019 7
Kuliah 7 Konsep dan Strategi Desain Arsitektural Pada Lingkup Bangunan Yunia Nurlia 2017420055
Untuk Mencapai Green dan Sustainable Building

manajemen, serta pengelolaan oleh pihak manajemen setelah aktivitas di dalamnya mulai beroperasi; (4)
Rumah hunian, penerapan bangunan hijau pada gedung terbangun banyak terkait dengan manajemen
operasional dan pemeliharaan gedung. Rumah ramah lingkungan adalah rumah yang bijak dalam
menggunakan lahan, efisien dan efektif dalam penggunaan energi, air, dan sumber daya; serta sehat dan
aman bagi penghuni rumah. Keberlanjutan dari rumah ramah lingkungan harus disertai dengan perilaku
ramah lingkungan oleh penghuninya; dan (5) Lingkungan/kawasan; merupakan perangkat penilaian yang
membantu mewujudkan kawasan yang berkelanjutan dan ramah bagi penggunanya, dengan lingkup lebih
luas dari skala bangunan; melihat interaksi antara bangunan, alam, dan manusia. Konsep keberlanjutan
dalam kawasan sangat ditentukan oleh kondisi kawasan, bangunan, dan manusia di dalamnya.
Pengembangan kawasan merupakan investasi jangka panjang untuk kelanjutan kehidupan masyarakat di
dalamnya. Dapat digunakan untuk penilaian perumahan, daerah pusat bisnis (Central Bussiness
District/CBD), kawasan industri baik skala kecil atau besar.4

2. Integrasi Prinsip Fisika Bangunan


Arsitektur hemat energi adalah arsitektur yang berlandaskan pada pemikiran meminimalkan penggunaan
energi tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan maupun produktivitas penghuni.
Pendekatan perancangan hemat energi dapat dibagi dua yaitu, perancangan pasif dan perancangan aktif.
Aspek perancangan pasif yang dimaksud yaitu mengenai fisik bangunan, bagaimana seharusnya prinsip
fisika bangunan terintegrasi dengan mengaitkan antara kualitas hidup dan sumber daya dari bangunan
tersebut. Kesehatan dari bangunan sendiri bisa dilihat dari konteks keruangan atau spasial, ergonomical,
konteks termal, visual, audial, dan odoral. Kesehatan juga berkaitan dengan green building resource
contohnya hubungan lahan dengan energi, sebuah tapak yang didesign dengan pola sirkulasi yang
menyusahkan orang untuk pergi dari satu tempat ke tempat lain berarti design sirkulasi kita belum hemat
energi. Integrasi prinsip fisika bangunan yang dimaksud juga seperti :
(1) kualiatas dalam ruangan dengan memasang dinding dan penutup
lantai dengan emisi rendah dan memungkinkan individu untuk
melakukan kontrol tingkat kualias udara dalam ruangan dan ventilasi;
(2) mengatur pencahyaan ruangan yang optimal dengan memasang
tirai dengan corak yang dpat mengurangi silau matahari; (3) secara
akustik dapat menyediakan area kerja yang terpisah untuk
mengakomodasi berbagai tingkat kebisingan seperti area yang sepi,
ruang pertemuan dan lounge; serta (4) dalam segi ergonomical dapat
mempergunakan perlatan yang daoat mengurangi gangguan
sehingga tersedia ruang yang nyaman dalam bangunan. 5
Contoh penerapan prinsip fisika bangunan, Mode Gakuen Spiral
Towers adalah gedung kampus yang Gambar 2. Gakuen Spiral Towers berada di kota Nagoya,
Jepang dengan bentuk spiral dan Sumber : dibuat oleh Nikken Sekkei.
Gedung ini terdiri dari 36 lantai https://i.pinimg.com/originals/f2/8b/99/f28b991253a dengan tinggi sekitar 170
meter, teknologi ramah lingkungan 08fb8058c43cda3ebe8aa.jpg yang diterapkan pada
gedung ini adalah penggunaan kaca jendela sistem double-
glazed air flow yang bertujuan untuk meyerap panas yang masuk
ke dalam gedung serta penggunaan ventilasi udara secara alami.
Teknologi ini digunakan untuk mengurangi pemakaian AC
di dalam ruangan.6 Kedua, Micro Emission Sun-Moon
Mansion di Cina, dibangun dengan desain menyerupai matahari
ini merupakan gedung dengan tenaga surya terbesar di dunia.
Digunakan sebagai hotel, perkantoran dan pusar konferensi.
Gedung ini dilengkapi dengan 50.000 Gambar 3. Micro Emission Sun-Moon Mansion m2 panel tenaga surya yang
Sumber :
mendukung semua bagian gedung ini, selain itu dilengkapi juga
http://www.solaripedia.com/13/99/881/sun_moon_m
dengan kaca berukuran besar untuk ansion_(china).html
menghemat penggunaan
lampu.7

4
Sri Enny Triwidiastuti. -. Model Green Building Di Indonesia Berbasis Konsep Kualitas Dmaic Six Sigma.
http://repository.ut.ac.id/7075/1/UTFMIPA2017-06-sri.pdf (diakses 18/10/2019)
5
Sri Enny Triwidiastuti. -. Model Green Building Di Indonesia Berbasis Konsep Kualitas Dmaic Six Sigma.
http://repository.ut.ac.id/7075/1/UTFMIPA2017-06-sri.pdf (diakses 22/10/2019)
6
Daniel Flahiff. 2009. The Mode-Gakuen Spiral Towers : a New Twist on School Design. https://inhabitat.com/mode-gakuen-spiral-
towers-by-nikken-sekkei/ (diakses 22/10/2019)
7
-. 2009. Sun Moon Mansion & A Green China. http://www.solaripedia.com/13/99/881/sun_moon_mansion_(china).html (diakses
22/10/2019)

16 Oktober 2019 7

Anda mungkin juga menyukai