Anda di halaman 1dari 53

MAKALAH

REKAYASA LINGKUNGAN
PENGLOLAAN AMDAL DALAM KEGIATAN KONTRUKSI
(HSKK 531)

Oleh:
Abdy Herwandy
(H1A114209)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL
BANJARBARU

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas bimbingan dan
penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai Penerapan Rekayasa
Lingkungan dalam Bidang Ilmu Teknik Sipil.
Makalah ini di tulis untuk mengetahui dan mempelajari hal hal rekayasa
lingkungan dalam bidang ilmu teknik sipil dan dalam makalah ini membahas tentang salah
satu penerapan rekayasa pengolahan limbah padat yaitu dengan pembangunan landfill. Tidak
lupa penulis berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu dibutuhkan kritik dan
saran yang membangun untuk pengembangan penulisan kedepan. Semoga makalah yang
dibuat ini dapat diterima dan menambah wawasan para pembaca.

Banjarbaru, Oktober 2016

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........
DAFTAR ISI . ...........
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang .........
I.2 Rumusan Masalah ............
I.3 Tujuan ..........
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Ekologi.......................... ....................... ......
2.1.1 Ilmu Lingkungan..............................................................
2.1.2 Konsep Ekologi..........................................................
2.1.3 Hubungan Ekologi Dengan Yang Lainnya.....................

2.2

2.3
2.4
2.5

1
2
3
4
4
6
7
8
9

2.1.4. Cabang Ilmu Ekologi..................................................


2.1.5 Pembagian Ekologi.....................................................
Ekosistem .........................................
2.2.1 Komponen Dalam Ekosistem.......................................
2.2.2 Satuan Makhluk Hidup Dalam Ekosistem......................
2.2.3 Macam Macam Ekosistem........................................
2.2.4 Interaksi Dalam Ekosistem..........................................
Lingkungan Hidup .......
Siklus Biogeokimia............................................................... .....
2.4.1 Jenis- Jenis Siklus Biogeokimia...................................
2.4.2 Fungsi Siklus Biogeokimia..........................................
AMDAL Dalam Kegiatan Kontruksi.......................................
2.5.1 Pengertian AMDAL....................................................
2.5.2 Kedudukan AMDAL Dalam Proses Pengembangan
Kegiatan Kontruksi.....................................................
2.5.3 Penyaringan AMDAL Pada Tahap Perencanaan
Umum........................................................................ ......
2.5.4 Pelingkupan Dan KAANDAL Pada Tahap Pra studi
Kelayakan...................................................................
2.5.5 Studi ANDAL Pada Tahap Studi Kelayakan..................
2.5.6 Penjabaran RKL Dan RPL Pada Tahap Perencanaan
Trknis........................................................................ ......
2.5.7 Pelaksanaan RKL Dan RPL..........................................
2.5.8 Evaluasi Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan
Pada Tahap Pasca Kontruksi.........................................

10
10
12
12
13
13
14
15
18
20
25
26
26

2.5.9

34

Proses Penyusunan AMDAL........................................

30
30
31
32
31
32
33

2.5.10 Pengamanan Lingkungan Pada Tahap Kontruksi............

35

2.5.11 Mekanisme Pengelolssn Dan Pemantauan Lingkungan....

38

2.5.12 Komponen Pekerjaan Kontruksi Yang Menimbulkan


Dampak...................................................................... .......

39

BAB III PENUTUP


3.1

Kesimpulan .... 50
2

DAFTAR PUSTAKA ...........

52

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ekologi diperkenalkan oleh Ernest Haeckel (1869), berasal dari
bahasa Yunani, yaitu: Oikos = Tempat Tinggal (rumah) Logos = Ilmu,
telaah. Oleh karena itu Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan
timbal balik antara mahluk hidup dengan sesamanya dan dengan
lingkungnya. Odum (1993) menyatakan bahwa ekologi adalah suatu studi
tentang struktur dan fungsi ekosistem atau alam dan manusia sebagai
bagiannya. Struktur ekosistem menunjukkan suatu keadaan dari sistem
3

ekologi

pada

waktu

dan

tempat

tertentu

termasuk

keadaan

densitas organisme, biomassa, penyebaran materi (unsur hara), energi,


serta faktor-faktor fisik dan kimia lainnya yang menciptakan keadaan
sistem tersebut.
Fungsi ekosistem menunjukkan hubungan sebab akibat yang terjadi
secara keseluruhan antar komponen dalam sistem. Ini jelas membuktikan
bahwa ekologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari seluruh pola
hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang satu dengan makhluk
hidup lainnya, serta dengan semua komponen yang ada di sekitarnya.
Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan
berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor
abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan
faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan,
tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatantingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan
ekosistem yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang
menunjukkan kesatuan. Dalam makalah ini akan di bahas tentang
permasalahan dalam kegiatan bidang teknik sipil terhadap lingkungan.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa itu ekologi, ekosistem, dan lingkungan hidup ?
2. Apakah yang dimaksud dengan siklus biogeokimia?
3. Bagaimana kedudukan AMDAL dalam kegiatan kontruksi ?
1.3. Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian ekologi, ekosistem, dan lingkungan
hidup.
2. Dapat memahami bagaimana siklus biogeokimia.
3. Paham mengenai AMDAL dalam kegiatan kontruksi.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Ekologi
Ekologi adalah ilmu yangmempelajari interaksi antara organisme
dengan lingkungan nya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos
(habitat) danlogos (ilmu). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara
makhluk

hidup

dan

lingkungannya.

Istilah

ekologi

pertama

kali

dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 1914). Berdasarkan didalam


ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan
lingkungannya. Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem
yang dimana dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu seperti pada
faktor abiotik dan biotik.
Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi,
sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia,
hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan
tingkatantingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas,
dan ekosistem yang saling memengaruhi dan merupakan suatu sistem yang
5

menunjukkan kesatuan. Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif


baru, yang baru muncul pada tahun 70an. Akan tetapi, ekologi mempunyai
pengaruh yang besar terhadap cabang biologinya.
Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat mempertahankan
kehidupannya dengan mengadakan hubungan antar makhluk hidup dan
dengan benda tak hidup di dalam tempat hidupnya atau lingkungannya.
Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling melengkapi dengan
zoologi dan botani yang menggambarkan hal bahwa ekologi mencoba
memperkirakan, dan ekonomi energi yang menggambarkan kebanyakan
rantai makanan manusia dan tingkat tropik. Para ahli ekologi mempelajari
hal berikut:
1. Perpindahan energi dan materi dari makhluk hidup yang satu ke
makhluk hidup

yang lain ke dalam lingkungannya dan faktorfaktor

yang menyebabkannya.
2. Perubahan populasi atau spesies pada waktu yang berbeda dalam faktor
faktor yang menyebabkannya.
3. Terjadi hubungan antarspesies (interaksi antarspesies) makhluk hidup
dan hubungan

antara makhluk hidup dengan lingkungannya.

Kini para ekolog (orang yang mempelajari ekologi) berfokus kepada


Ekowilayah bumi dan riset perubahan iklim
2.1.1 Ilmu Lingkungan
Ilmu lingkungan atau Environmental Science (ES) merupakan suatu
ilmu yang mempelajari interaksi antara komponen komponen fisik,
kimia dan biologi yang ada di lingkungan serta merupakan suatu disiplin
6

ilmu yang saling melengkapi dengan ilmu alam, ilmu teknik dan ilmu
sosial. Dalam keterkaitannya dengan Ilmu lingkungan, ES berfokus pada
polusi dan penurunan kualitas lingkungan yang berhubungan dengan
aktivitas manusia yang berpengaruh pada perubahan biologis dan
lingkungan berkelanjutan, serta melibatkan aspek ilmu ekonomi, ilmu
hukum dan ilmu ilmu sosial. Keseluruhan aspek ilmu tersebut
merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dan berpengaruh
pada lingkungan.
Ilmu lingkungan dalam konteks arstitektur erat kaitannya dengan
istilah Ecological Design atau Arsitektur Ekologis, dimana dalam setiap
perencanaan arsitektur selalu mempertimbangkan kaidah atau aspek
lingkungan yang ada untuk dapat memberikan kontribusi di dalam
pembangunan sehingga mampu meminimalkan dampak negatif dalam
pembangunan demi kelestarian lingkungan dan alam tetap terjaga.
Dalam hal ini konteks ilmu lingkungan tidak lepas dari prilaku manusia
itu sendiri sebagai suatu komponen lingkungan yang paling dominan
karena manusia senantiasa mengolah, mengambil dan mengembangkan
sesuatu yang ada di alam itu sendiri. Untuk mencapai keseimbangan
lingkungan tentu diperlukan kesadaran dari manusia agar merasa
memiliki

dan

mencintai

segenap

makhluk

hidup

dan

alam

lingkungannya sebagai tempat hidupnya.

Konsep arsitektur ekologis mengandung bagian bagian, antara


lain

arsitektur

biologis

yaitu

arstektur

kemanusiaan

yang

memperhatikan kesehatan, arsitektur alternatif yaitu pemikiran akan


penggunaan energi alternatif lainnya namun tetap memperhatikan kaidah
lingkungan, arsitektur matahari yaitu arsitektur yang memanfaatkan
7

energi surya, arsitektur bionik dikaitkan dalam bidang teknik sipil dan
konstruksi yang memperhatikan kesehatan manusia, serta biologi
pembangunan.
2.1.2 Konsep Ekologi
Hubungan keterkaitan dan ketergantungan antara seluruh komponen
ekosistem harus dipertahankan dalam kondisi yang stabil dan seimbang
(homeostatis).

Perubahan

terhadap

salah

satu

komponen

akan

memengaruhi komponen lainnya. Homeostatis adalah kecenderungan


sistem biologi untuk menahan perubahan dan selalu berada dalam
keseimbangan. Ekosistem mampu memelihara dan mengatur diri sendiri
seperti halnya komponen penyusunnya yaitu organisme dan populasi.
Dengan demikian, ekosistem dapat dianggap suatu cibernetik dialam.
Namun manusia cenderung mengganggu dalam sistem pengendalian
alamiah ini. Ekosistem merupakan kumpulan dari bermacammacam dari
alam tersebut, contoh hewan, tumbuhan, lingkungan, dan yang terakhir
manusia.
2.1.3 Hubungan Ekologi Dengan Yang Lainnya
Ekologi dalam politik menimbulkan banyak filsafat yang amat kuat
dan pergerakan politik termasuk gerakan konservasi, kesehatan,
lingkungan, dan ekologi yang kita kenal sekarang. Saat semuanya
digabungkan dengan gerakan perdamaian dan Enam Asas, disebut
gerakan hijau. Umumnya, mengambil kesehatan ekosistem yang
pertama pada daftar moral manusia dan prioritas politik, seperti jalan
buat mencapai kesehatan manusia dan keharmonisan sosial, dan

ekonomi yang lebih baik. Orang yang memiliki kepercayaankepercayaan itu disebut ekolog politik.
Beberapa telah mengatur ke dalam Kelompok Hijau, namun ada
benarbenar ekolog politik dalam kebanyakan partai politik. Sangat
sering mereka memakai argumen dari ekologi buat melanjutkan
kebijakan, khususnya kebijakan hutan dan energi. Seringkali argumenargumen itu bertentangan satu sama lain, seperti banyak yang dilakukan
akademisi juga.
Ekologi
dibandingkan

dalam

kacamata

keduanya

Antropologi

menggunakan

terkadang

banyak

metode

apabila
untuk

mempelajari satu hal yang kita tak bisa tinggal tanpa itu. Antropologi
ialah tentang bagaimana tubuh dan pikiran kita dipengaruhi lingkungan
kita, ekologi ialah tentang bagaimana lingkungan kita dipengaruhi tubuh
dan pikiran kita. Beberapa orang berpikir mereka hanya seorang
ilmuwan, namun paradigma mekanistik bersikeras meletakkan subyek
manusia dalam kontrol objek ekologi masalah subyekobyek. Namun
dalam psikologi evolusioner atau psikoneuroimunologi misalnya jelas
jika kemampuan manusia dan tantangan ekonomi berkembang bersama.
2.1.4. Cabang Ilmu Ekologi
Ekologi Tingkah Laku, Ekologi Komunitas dan Sinekologi, Ekologi
Fisiologi, Ekologi Ekosistem, Ekologi Evolusi, Ekologi Global, Ekologi
Manusia, Ekologi Populasi, Ekologi Akuatik, Ekologi Api, Ekologi
Fungsional, Ekologi Polinasi, Ekologi Hutan, Ekologi Laut, Ekologi
Laut Tropis, Ekologi Pangan dan Gizi, Ekologi Hutan Mangrove,
Ekologi Kesehatan, Ekologi Antariksa, Ekologi Pedesaan, Ekologi
9

Serangga, Ekologi Habitat, Ekologi Pelestarian, Ekologi Hewan,


Ekologi Produksi, Ekologi Purbakala, Ekologi Sosial, Ekologi Radiasi,
Ekologi Tumbuhan Penganggu, Ekologi Lanskap, Ekologi Molekuler,
Ekologi Robot, Ekologi Industri.
2.1.5 Pembagian Ekologi
Ekologi pada masa kini menjadi luas cakupannya, namun dapat
digolongkan menurut bidang kajiannya :
1. Auteknologi adalah ekologi yang mempelajari suatu jenis (spesies)
organisme yang berinteraksi dengan lingkungannya.
Biaasanya ditekankan pada aspek siklus hidup, adptasi terhadap
lingkungan, sifat parasitis atau non parasitis, dan lain
lain.Misalnya seorang ahli ekologi hanya mengkaji seluk beluk
ekologi orang (Pongo pygmeaus) di alam asli, dan sebagainya.
2.

Sinekologi adalah ekologi yang mengkaji berbagai kelompok


organisme sebagai suatu kesatuan yang saling berinteraksi dalam
suatu daerah tertentu.Sering pula kita dengar dengan istilah lain
seperti : ekologi jenis, ekologi populasi, ekologi komunitas,

dan
3.

ekologi ekosistem.
Pembagian menurut habitat. Ada di antara para pengamat
lingkungan yang membuat kajian ekologi menurut habitat atau
tempat suatu jenis atau kelompok jenis tertentu. Oleh karena itu
ada istilah :
1. Ekologi bahari atau kelautan
2. Ekologi perairan tawar
3. Ekologi darat atau terrestrial
4. Ekologi estuaria (muara sungai ke laut)
5. Ekologi padang rumput
10

4.

Pembagian menurut taksonomi, yaitu sesuai dengan sistematika


makhluk hidup, misalnya :
1. Ekologi tumbuhan
2. Ekologi hewan, seperti ekologi serangga dan ekologi burung.
3. Ekologi mikroba, jasad renik dan sebagainya

2.2. Ekosistem
Ekosistem adalah suatu proses yang terbentuk karena adanya hubungan
timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya, jadi kita tahu
bahwa ada komponen biotik (hidup) dan juga komponen abiotik(tidak
hidup) yang terlibat dalam suatu ekosistem ini, kedua komponen ini
tentunya saling mempengaruhi, contohnya saja hubungan heewan dengan
air. Interaksi antara makhluk hidup dan tidak hidup ini akan membentuk
suatu kesatuan dan keteraturan. Setiap komponen yang terlibat memiliki
fungsinya masing-masing, dan selama tidak ada fungsi yang terngganggu
maka keseimbangan dari ekosistem ini akan terus terjaga.
2.2.1 Komponen Dalam Ekosistem
Berdasarkan fungsi dan aspek penyusunannya, ekosistem dapat
dibedakan menjadi dua komponen, yaitu komponen Abiotik, yaitu
komponen yang terdiri atas bahan-bahan tidak hidup (nonhayati), yang
meliputi komponen fisik dan kimia, seperti tanah, air, matahari, udara,
dan energi.
Ada 2 pembagian komponen biotik dalam suatu ekosistem, yaitu
Organisme Autotrof dan Organisme Heterotrof:

11

Organisme Autotrof adalah semua organisme yang mampu membuat


atau mensintesis makanannya sendiri, berupa bahan organik dan bahanbahan anorganik dengan bantuan energi matahari melalui proses
fotosintesis. Semua organisme yang mengandung klorofil terutama
tumbuhan hijau daun disebut organisme autotrof. Ada dua pembagian
atas Organisme autotrof ini yaitu :
1. Fotoautotrof yang merupakan organisme pemanfaat energi cahaya
untuk mengubah bahan anorganik menjadi bahan organik.
2. Kemoautotrof yang merupakan organisme pemanfaat energi dari
reaksi kimia untuk membuat bahan makanan sendiri dari bahan
organik. Contohnya adalah bakteri besi, dalam menjalankan proses
ini mereka membutuhkan oksigen.
Organisme Heterotrof adalah semua organisme yang tidak dapat
membuat makanannya sendiri, akan tetapi meman faat kan bahan-bahan
organik dari organisme lainnya sebagai bahan makanannya.Organisme
ini terdiri atas 3 tingkatan yaitu :
Konsumen yang secara langsung memakan organisme lain
Pengurai yang mendapatkan makanan dari penguraian bahan
dari bangkai

organik

Detritivor yang merupakan pemakan partikel organik atau jaringan


yang telah membusuk, contoh nya adalah lintah dan cacing
2.2.2 Satuan Makhluk Hidup Dalam Ekosistem

Individu merupakan satu makhluk hidup, contohnya


seekor
burung.

Populasi merupakan sekumpulan makhluk hidup yang


menetap disuatu tempat dalam jangka waktu tertentu dan
mampu berkembangbiak, contohnya sekumpulan semut.

Komunitas merupakan kumpulan dari populasi yang


menempati
daerah yang sama dalam waktu jangka waktu
yang panjang.

Ekosistem merupakan kumpulan dari komunitas tadi yang


melibatkan interaksi yang muantap antara makhluk hidup.
12

2.2.3 Macam-macam Ekosistem


Ada dua macam ekosistem yang terbentuk di bumi kita ini, yaitu:
- Ekosistem alamiah

Ekosistem ini adalah ekosistem yang tercipta dengan sencirinya


tanpa ada campur tangan dari manusia, oleh karena itu lah kita sebut
sebagai ekosistem Alamiah. Contohnya adalah ekosistem laut dan
sungai.
- Ekosistem Buatan

Seperti namanya, ekosistem ini merupakan yang terbentuk dengan


adanya campur tangan manusia, Dibuat kebanyakan untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Namun keanekaragaman hayati di sini terbatas,
karena bukan itu tujuan dari membuat ekosistem ini. Contohnya
adalah sawah
2.2.4 Interaksi Dalam Ekosistem
Tentunya setelah mengetahui komponen dalam suatu ekosistem kita
bertanya-tanya bagaimana sesungguhnya hubangan antara makhluk hdup
yang tinggal menetap dalam suatu ekositem, nah begini nih sahabat
13

Setiap makhluk hidup akan berusaha untuk mempertahankan


populasinya, tentu dengan cara mencari makanan dan terus berkembang
biak, seperti yang kita ketahui ada makhluk hidup karnivora dan
herbivora hal ini akan menimbulkan hubungan erat yang biasa dinamakan
rantai makanan dan jaring jaring makanan. Saya akan menambahkan
gambar saja ya, mudah-mudahan sahabat semuanya dapat mengerti
melalui gambar ini:

1.Rantai makanan

2. Jaring-jaring makanan

14

2.3. Lingkungan Hidup


Istilah lingkungan hidup berasal dari kata "Environment" (lingkungan
sekitar), yang oleh Michael Allaby diartikan sebagai "The physical,
chemical, and biotic condition surrounding an organism", sedangkan Emil
Salim mengemukakan bahwa secara umum lingkungan hidup dapat
diartikan sebagai benda, kondisi dan keadaannya, serta pengaruh yang
terdapat pada ruang yang kita tempati dan mempengaruhi makhluk hidup,
termasuk kehidupan manusia.
Dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, dinyatakan bahwa lingkungan hidup
adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya dan keadaan, makhluk
hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Dari berbagai dimensi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
lingkungan hidup pada dasarnya terdiri atas 4 unsur, yaitu materi, energi,
ruang dan kondisi/situasi setempat, dengan uraian sebagai berikut :
Unsur Materi.
Materi adalah zat yang dapat berbentuk biotik (hewan, tumbuhan,
manusia), atau abiotik (tanah, air, udara, dsb). Kedua unsur tersebut
mempunyai hubungan timbal balik, dan saling pengaruh mempengaruhi
secara ekologis.
Unsur ini mengalami proses siklinal yaitu proses yang berulang kembali
kepada keadaan semula, adapun dalam perjalanannya akan mengalami
15

perubahan bentuk. Misalnya tumbuh-tumbuhan, untuk dapat hidup


memerlukan energi dan mineral, kemudian melalui proses "rantai
makanan", tumbuhan ini dimakan oleh hewan konsumen Tk. I (Herbivora
= pemakan tumbuhan), yang selanjutnya menjadi mangsa dari hewan
konsumen Tk. II (Omnivora = pemakan segala).
Pada saatnya, tumbuhan dan hewan tersebut mengalami proses kematian,
dan jasadnya menjadi mangsa bakteri Saprodit (bakteri pembusuk) yang
menguraikan jasad tadi menjadi unsur basa (C, N, O, S, P dsb) yang
diperlukan untuk kehidupan makhluk hidup.
Unsur Energi
Semua makhluk yang bergerak untuk dapat hidup memerlukan energi,
demikian pula untuk dapat berinteraksi diperlukan adanya energi.
Sumber energi yang berlimpah berasal dari cahaya matahari, energi ini
dapat menyebabkan pohon dan tumbuhan yang berdaun hidau akan dapat
melakukan proses photo sintesa untuk tumbuh menuju suatu proses
kehidupan. Demikian pula dengan biji-biji dapat tumbuh dan berkembang
karena adanya energi matahari ini.

Unsur Ruang
Ruang adalah tempat atau wadah di mana lingkungan hidup
berada, suatu ekosistem habitat tertentu akan berada pada suatu
ruang tertentu, artinya mempunyai batas-batas tertentu yang dapat
dilihat secara fisik. Dengan mengetahui ruang habitat suatu
ekosistem maka pengelolaan lingkungan dapat lebih mudah
ditangani secara spesifik.
Unsur Kondisi/Situasi
Kondisi atau situasi tertentu dapat mempengaruhi lingkungan
hidup, misalnya karena desakan ekonomi masyarakat pada suatu
daerah tertentu, maka penduduk di wilayah tersebut terpaksa
melakukan pembakaran hutan untuk usaha pertanian, yang dapat
menimbulkan ancaman erosi lahan.

16

Menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 1892 tentang KetentuanKetentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang kemudian
dijabarkan ke dalam Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1993
tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan serta Pedomanpedoman Umum Pelaksanaannya, maka aspek-aspek Lingkungan
Hidup yang terkait dengan pekerjaan konstruksi dapat dibedakan
atas :
Komponen Fisik Kimia
1. Iklim seperti suhu, kelembaban, curah hujan, hari hujan, keadaan
angin, intensitas radiasi matahari, serta pola iklim makro.
Uraian tentang iklim termasuk pula kualitas udara, pola
penyebaran pencemaran udara, serta tingkat kebisingan dan
sumbernya.
2. Fisiografi, seperti topografi bentuk lahan, struktur geologi dan
tanah, serta keunikan dan kerawanan bentuk lahan secara
geologis, termasuk indikatornya.
3. Hidrologi, seperti karakteristik fisik sungai, danau, rawa, debit
aliran, kondisi fisik daerah resapan, tingkat erosi, tingkat
penyediaan dan pemanfaatan air, serta kualitas fisik, kimia, dan
mikrobiologisnya.
4. Hidrooceanologi, atau pola hidrodinamika kelautan seperti pasang
surut, arus dan gelombang/ombak, morphologi pantai serta abrasi
dan akresi pantai.
5. Ruang, tanah dan lahan, seperti tata guna lahan yang ada,
rencana pengembangan wilayah, rencana tata ruang, rencana tata
guna tanah, estetika bentang lahan, serta adanya konflik
penggunaan lahan yang ada.
Komponen Biologi.
1. Flora, seperti peta zona biogeoklimatik dari vegetasi alami, jenisjenis vegetasi dan ekosistem yang dilindungi undang-undang,
serta adanya keunikan dari vegetasi dan ekosistem yang ada.
2. Fauna, seperti kelimpahan dan keanekaragaman fauna, habitat,
penyebaran, pola migrasi, populasi hewan budidaya, serta satwa
yang habitatnya dilindungi undang-undang. Termasuk dalam fauna
17

ini adalah penyebaran dan populasi hewan, invertebrata yang


mempunyai potensi dan peranan sebagai bahan makanan, atau
sumber hama dan penyakit.
Komponen Sosial Ekonomi dan Sosial Budaya
1. Demografi seperti struktur kependudukan, tingkat kepadatan,
angkatan kerja, tingkat kelahiran dan kematian, serta pola
perkembangan penduduk.
2. Sosial ekonomi, seperti kesempatan kerja dan berusaha, tingkat
pendapatan penduduk, prasarana dan sarana ekonomi, serta pola
pemilikan dan pemanfaatan sumber daya alam.
3. Sosial budaya, seperti pranata sosial dan lembaga-lembaga
kemasyarakatan, adat istiada dan pola kebiasaan, proses sosial,
akulturasi, asimilasi dan integrasi dari berbagai kelompok
masyarakat, pelapisan sosial dalam masyarakat, perubahan sosial
yang terjadi serta sikap dan persepsi masyarakat.
2.4. Siklus Biogeokimia
Biogeokimia adalah pertukaran atau perubahan yang terus menerus,
antara komponen biosfer yang hidup dengan tak hidup. Siklus biogeokimia
atau siklus organikanorganik adalah siklus unsur atau senyawa kimia yang
mengalir dari komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke komponen
abiotik. Siklus unsurunsur tersebut tidak hanya melalui organisme, tetapi
jugs melibatkan reaksireaksi kimia dalam lingkungan abiotik sehingga
disebut siklus biogeokimia.
Jika aliran energi merupakan arus satu arah yang diperbarui terus dari
pasokan Sinar Surya, aliran materi yang diperlukan dunia kehidupan pada
dasarnya bersifat dua arah, karena bahanbahan kimia terbatas persediannya
hingga harus digunakan lagi melalui proses perputaran (siklus). Karena
proses siklus materi tidak hanya terjadi dalam tubuh organisme (biota) tetapi
berlangsung juga dalam lingkungan abiotik, proses ini disebut siklus
biogeokimia.
Siklus biogeokimia merupakan pergerakan memutar unsur apa pun
melalui atmosfer, samudra, kerak bumi, dan makhluk hidup. Menurut
Hutchinson (1944 , 1950) siklus biogeokimia merupakan suatu pertukaran
atau perubahan yang terus menerus dari bahanbahan antara komponen
biotik dan abiotik. Berdasarkan sumber yang ada di alam, siklus
biogeokimia dibagi dalam 2 golongan yaitu :
18

1. Tipe gas, sebagai sumbernya atmosfer dan lautan (hidosfer) misalnya


siklus hidrogen.
2. Tipe sedimen, sumbernya adalah batuan bumi seperti fosfor, kalsium
dan kalium.
Siklus biogeokimia pada akhirnya cenderung mempunyai mekanisme
umpanbalik yang dapat mengatur sendiri (self regulating) menjaga siklus itu
dalam keseimbangan. Siklus biogeokimia yang terpenting adalah siklus
karbon, siklus nitrogen, dan siklus fosfor, yang berperanan terhadap
lingkungan tanaman. Aliran energi pada suatu ekosistem berjalan dalam satu
arah. Energi ekosistem berasal dari energi matahari yang digunakan
produsen untuk berfotosintesis. Sehingga, energi tersebut diubah menjadi
energi kimia dan kemudian diteruskan ke konsumen dalam bentuk
senyawa-senyawa organik dalam makanannya, dan dibuang dalam bentuk
panas. Unsurunsur kimia, seperti karbon dan nitrogen, bersiklus di antara
komponenkomponen abiotik dan biotik ekosistem. Organisme fotosintetik
mendapatkan unsurunsur ini dalam bentuk anorganik dari udara, tanah, dan
air, dan mengasimilasi unsurunsur tersebut menjadi molekul organik, yang
sebagian kemudian dikonsumsi oleh hewan.
Unsur itu dikembalikan dalam bentuk anorganik ke udara, tanah, dan air
melalui metabolisme tumbuhan dan hewan, serta melalui organisme lain,
seperti bakteri dan fungi, yang menguraikan buangan organik dan organisme
yang mati.Karena pergerakan unsurunsur yang merupakan nutrien di dalam
ekosistem terjadi secara berulang melalui komponen biotik dan abiotik
(geologis), maka proses tersebut juga disebut siklus biogeokimia
(biogeochemical cycle). Pada siklus tersebut, unsur atau senyawa kimia
mengalir dari komponen abiotik ke komponen biotik, lalu kembali lagi ke
komponen abiotik. Siklus unsurunsur tersebut tidak hanya melalui makhluk
hidup, tetapi melibatkan juga reaksireaksi kimia dalam lingkungan abiotik.
Proses-proses biologis dan geologis menggerakkan nutrien di antara
komponenkomponen organik dan anorganik. Lintasan spesifik suatu bahan
kimia melalui suatu siklus biogeokimia bervariasi menurut unsur yang
dimaksud pada struktur trofik suatu ekosistem.
2.4.1 Jenis-jenis Siklus Biogeokimia
a. Siklus Karbon dan Oksigen
Karbon merupakan bahan dasar penyusun senyawa organik. Di
dalam organisme hidup terdapat 18% karbon. Kemampuan saling
mengikat pada atomatom karbon (C) merupakan dasar bagi keragaman
19

molekul dan ukuran molekul yang sangat diperlukan dalam kehidupan.


Selain terdapat dalam bahan organik, karbon juga ditemukan dalam
senyawa anorganik, yaitu gas karbondioksida (CO2 ) dan batuan
karbonat (batu kapur dan koral) dalam bentuk calsium karbonat (CaCO3
). Organisme autotrof (tumbuhan) menangkap karbon dioksida dan
mengubahnya menjadi karbohidrat, protein, lipid, dansenyawa organik
lainnya. Bahan organik yang dihasilkan tumbuhan ini merupakan
sumber karbon bagi hewan dan konsumen lainnya.Pada setiap tingkatan
trofik rantai makanan, karbon kembali ke atmosfer atau air sebagai hasil
pernapasan (respirasi).Produsen, herbivora, dan karnivora selalu
bernapas dan menghasilkan gas karbondioksida. Setiap tahun, tumbuhan
mengeluarkan sekitar sepertujuh dari keseluruhan CO2 yang terdapat di
atmosfer. Meskipun konsentarasi CO2 di atmosfer hanya sekitar 0,03%,
namun karbon mengalami siklus yang cepat, sebab tumbuhan
mempunyai kebutuhan yang tinggi akan gas CO2.
Walaupun begitu, sejumlah karbon dipindahkan dari siklus itu
dalam waktu yang lebih lama. Hal ini mungkin terjadi karena karbon
terkumpul di dalam kayu dan bahan organik lain yang tahan lama,
termasuk batu bara dan minyak bumi. Perombakan oleh detritivor
akhirnya mendaur ulang karbon ke atmosfer sebagai CO2 . Selain itu
pembakaran kayu dan bahan bakar fosil juga ikut berperan, karena api
dapat mengoksidasi bahan organik atau kayu menjadi CO2 dengan lebih
cepat.

Gambar siklus Karbon dan Oksigen


20

b. Siklus Fosfor
Keberadaan fosfor pada organisme hidup sangat kecil, tetapi
peranannya sangat diperlukan. Atom fosfor hanya ditemukan dalam
bentuk senyawa fosfat (PO4 3 ). Fosfat diserap oleh tumbuhan dan
digunakan untuk sintesis organik. Fosfor banyak dikandung oleh asam
nukleat, yaitu bahan yang menyimpan dan mentranslasikan sandi
genetik. Atom fosfor juga merupakan dasar bagi ATP (Adenosine Tri
Phospat) berenergi tinggi yang digunakan untuk respirasi seluler dan
fotosintesis.
Selain itu merupakan salah satu mineral penyusun tulang dan gigi.
Fosfor merupakan komponen yang sangat langka dalam organisme tak
hidup. Produktivitas ekosistem darat dapat ditingkatkan jika fosfor
dalam tanah ditingkatkan. Peristiwa pelapukan batuan oleh fosfat akan
menambah kandungan fosfat di dalam tanah. Contohnya adalah akibat
hujan asam Setelah produsen menggabungkan fosfor ke dalam bentuk
biologis, fosfor dipindahkan ke konsumen dalam bentuk organik.
Setelah itu, fosfor ditambahkan kembali ke tanah melalui ekskresi fosfat
oleh hewan dan bekteri penguarai detritus. Humus dan partikel tanah
mengikat fosfat sedemikian rupa, sehingga siklus fosfor terlokalisir
dalam ekosistem.
Namun, fosfor dapat dengan mudah terbawa aliran air yang pada
akhirnya terkumpul di laut. Erosi yang terjadi akan mempercepat
pengurasan fosfat di samping pelapukan batuan yang sejalan dengan
hilangnya fosfat. Fosfat yang berada di lautan secara perlahan terkumpul
dalam endapan yang kemudian tergabung dalam batuan. Ketika
permukaan air laut mengalami penurunan atau dasar laut mengalami
kenaikan, batuan yang mengandung fosfor ini menjadi bagian dari
ekosistem darat. Dengan demikian, fosfat mengalami siklus di antara
tanah, tumbuh an, dan konsumen dalam waktu tertentu.

21

Gambar siklus Fosfor


c. Siklus Nitrogen
Atmosfer mengandung lebih kurang 80% atom nitrogen dalam
bentuk gas nitrogen (N2 ). Di dalam organisme, nitrogen ditemukan
dalam semua asam amino yang merupakan penyusun protein. Bagi
tumbuhan, nitrogen tersedia dalam bentuk amonium (NH 4+ ) dan nitrat
(NO 3) yang masuk ke dalam tanah melalui air hujan dan pengendapan
debudebu halus atau butiran lainnya.
Beberapa tumbuhan,seperti seperti Bromeliaceae epifit yang
ditemukan di hutan hujan tropis, memiliki akar udara yang dapat
mengambil NH 4+ dan NO 3secara langsung dari atmosfer. Jalur lain
penambahan nitrogen dalam ekosistem adalah melalui fiksasi nitrogen
(nitrogen fixation).
Fiksasi nitrogen merupakan proses perubahan gas nitrogen (N2 )
menjadi mineral yang digunakan untuk mensintesis senyawa organik
seperti asam amino. Nitrogen difi ksasi oleh bakteri Rhizobium,
Azotobacter, dan Clostridium yang hidup bebas dalam tanah. Selain dari
sumber alami, sekarang ini fiksasi nitrogen dibuat secara industri yang
digunakan sebagai pupuk. Pupuk bernitrogen ini memberikan
sumbangan utama dalam siklus nitrogen di suatu ekosistem akibat
kegiatan pertanian. Meskipun tumbuhan dapat menggunakan amonium
secara langsung, tetapi sebagian besar amonium dalam tanah digunakan
oleh bakteriaerob tertentu sebagai sumber energi. Aktivitas ini
22

mengubah ammonium menjadi nitrat (NO3 kemudian menjadi nitrit


(NO2). Proses ini disebut nitrifi kasi.
Nitrat yang dibebaskan bakteri ini kemudian diubah oleh tumbuhan
menjadi bentuk organik, seperti asam aminodan protein. Beberapa
hewan akan mengasimilasi nitrogen organic dengan cara memakan
tumbuhan atau hewan lain. Pada kondisi tanpa oksigen (anaerob),
beberapa bakteri dapat memperoleh oksigen untuk metabolisme dari
senyawa nitrat. Proses ini disebut denitrifi kasi. Akibat proses ini,
beberapa nitrat diubah menjadi N2 yang kembali ke atmosfer.
Perombakan dan penguraian nitrogen organik kembali menjadi atmosfer.
Perombakan dan penguraian nitrogen organik kembali menjadi
amonium yang disebut amonifi kasi dilakukan oleh bakteri dan jamur
pengurai. Prosesproses tersebut akan mendaur ulang sejumlah besar
nitrogen di dalam tanah.

Gambar Siklus
Nitrogen

d. Siklus Air
Air
merupakan
komponen
penting
bagi
kehidupan. Selain itu, aliran airdalam ekosistem berperan mentransfer
zatzat dalam siklus biogeokimia. Siklusair digerakkan oleh energi
matahari melalui penguapan (evaporasi) dan terjadinya hujan
(presipitasi).
Di lautan, jumlah air yang menguap lebih besar dari curah hujan.
Kelebihan uap air ini dipindahkan oleh angin ke daratan. Di atas daratan,
persipitasi melebihi evaporasi. Aliran air permukaan dan air tanah dari
darat menyeimbangkan aliran uap air dari lautan ke darat. Siklus air
memiliki sifat khas dibandingkan siklus biogeokimia yang lain.

23

Sebagian besar siklus ini terjadi melalui proses fisik, bukan kimia.
Dalam prosesproses tersebut air berbentuk H 2O, sedangkan di dalam
fotosintesis terjadi perubahan air secara kimiawi.

Gambar Siklus Air


e. Daur Ulang Belerang (Sulfur)
Sulfur terdapat dalam bentuk sulfat anorganik. Sulfur direduksi
oleh bakteri menjadi sulfida dan kadangkadang terdapat dalam bentuk
sulfur dioksida atau hidrogen sulfida. Hidrogen sulfida ini seringkali
mematikan mahluk hidup di perairan dan pada umumnya dihasilkan dari
penguraian bahan organik yang mati. Tumbuhan menyerap sulfur dalam
bentuk sulfat (SO4).
Perpindahan sulfat terjadi melalui proses rantai makanan, lalu
semua mahluk hidup mati dan akan diuraikan komponen organiknya
oleh bakteri. Beberapa jenis bakteri terlibat dalam daur sulfur, antara
lain Desulfomaculum Diposkan oleh Mayu D Anjani di 05.44 Beberapa
jenis bakteri terlibat dalam daur sulfur, antara lain Desulfomaculum dan
Desulfibrio yang akan mereduksi sulfat menjadi sulfida dalam bentuk
hidrogen sulfida (H2S). Kemudian H2S digunakan bakteri fotoautotrof
anaerob seperti Chromatium dan melepaskan sulfur dan oksigen. Sulfur
di oksidasi menjadi sulfat oleh bakteri kemolitotrof seperti Thiobacillus.

24

Gambar Siklus Sulfur

2.4.2 Fungsi Siklus Biogeokimia


Fungsi Daur Biogeokimia adalah sebagai siklus materi yang
mengembalikan semua unsurunsur kimia yang sudah terpakai oleh
semua yang ada di bumi baik komponen biotik maupun komponen
abiotik, sehingga kelangsungan hidup di bumi dapat terjaga.

2.5. AMDAL Dalam Kegiatan Kontruksi


2.5.1 Pemgertian AMDAL
AMDAL
adalah
singkatan
dari Analisis
Dampak
Lingkungan. Pengertian AMDAL menurut PP No.
27
Tahun
1999 yang berbunyi bahwa pengertian AMDAL adalah Kajian atas
dampak besar dan penting untuk pengambilan keputusan suatu usaha
atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan
bagi
proses
pengambilan
keputusan
tentang
25

penyelenggaraan usaha atau kegiatan. AMDAL adalah analisis yang


meliputi berbagai macam faktor seperti fisik, kimia, sosial ekonomi,
biologi dan sosial budaya yang dilakukan secara menyeluruh.

Alasan diperlukannya AMDAL untuk diperlukannya studi


kelayakan karena dalam undang-undang dan peraturan
pemerintah serta menjaga lingkungan dari operasi proyek
kegiatan industri atau kegiatan-kegiatan yang dapat
menyebabkan kerusakan lingkungan. Komponen-komponen
AMDAL adalah PIL (Penyajian informasi lingkungan), KA
(Kerangka Acuan), ANDAL (Analisis dampak lingkungan), RPL
( Rencana pemantauan lingkungan), RKL (Rencana
pengelolaan lingkungan). Tujuan AMDAL adalah menjaga
dengan kemungkinan dampak dari suatu rencana usaha atau
kegiatan sehingga.
Tujuan AMDAL merupakan penjagaan dalam rencana usaha atau
kegiatan agar tidak memberikan dampak buruk bagi lingkungan.
Adapun Fungsi AMDAL adalah sebagai berikut:
- Bahan perencanaan pembangunan wilayah
- Membantu proses dalam pengambilan keputusan terhadap kelayakan
lingkungan hidup dari rencana usaha dan/atau kegiatan
- Memberikan masukan dalam penyusunan rancangan rinci teknis dari
rencana usaha dan/atau kegiatan

26

- Memberi masukan dalam penyusunan rencana pengelolaan dan


pemantauan lingkungan hidup
- Memberikan informasi terhadap masyarakat atas dampak yang
ditimbulkan dari suatu rencana usaha dan atau kegiatan
- Tahap pertama dari rekomendasi tentang izin usaha
- Merupakan Scientific Document dan Legal Document
- Izin Kelayakan Lingkungan

Dilihat dari fungsi AMDAL yang sangat menjaga rencana usaha


dan/atau kegiatan usaha sehingga tidak merusak lingkungan, maka
terlihat begitu besar Manfaat AMDAL. Manfaat AMDAL antara lain
sebagai berikut:

1. Manfaat AMDAL bagi Pemerintah

Mencegah dari pencemaran dan kerusakan lingkungan.

Menghindarkan konflik dengan masyarakat.

Menjaga agar pembangunan sesuai terhadap prinsip pembangunan


berkelanjutan.

Perwujudan tanggung jawab pemerintah dalam pengelolaan


lingkungan hidup.
2. Manfaat AMDAL bagi Pemrakarsa.
Menjamin adanya keberlangsungan usaha.
Menjadi referensi untuk peminjaman kredit.
Interaksi saling menguntungkan dengan masyarakat sekitar untuk
bukti ketaatan hukum.
3. Manfaat AMDAL bagi Masyarakat
27

Mengetahui sejak dari awal dampak dari suatu kegiatan.


Melaksanakan dan menjalankan kontrol.
Terlibat pada proses pengambilan keputusan.

Disesuaikan dengan jenis kegiatannya, AMDAL dapat dibedakan atas :


1. AMDAL Sektoral, biasanya disebut AMDAL, bila kegiatan
terletak pada satu lokasi tertentu dan melibatkan kewenangan satu
instansi yang bertanggung jawab.
2. AMDAL Kawasan, bila kegiatan terletak pada satu kesatuan
hamparan ekosistem dan menyangkut kewenangan satu instalasi
yang bertanggung jawab.
3. AMDAL Terpadu/Multi Sektor, bila kegiatan terletak pada satu
kesatuan
hamparan ekosistem dan menyangkut kewenangan
lebih sari satu instalasi yang bertanggung jawab.
4. AMDAL Regional, bila kegiatan terletak pada satu kesatuan
hamparan ekosistem dan satu rencana pengembangan wilayah
sesuai dengan RUTR dan melibatkan kewenangan lebih dari satu
instalasi yang bertanggung jawab.
Dokumen AMDAL tersebut di atas terdiri dari berbagai dokumen yang
berturutturut sebagai berikut :
1. KA ANDAL, yaitu ruang lingkup studi ANDAL yang merupakan
hasil pelingkupan atau proses pemusatan studi pada halhal penting
yang berkaitan dengan dampak penting.
2. ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan), yaitu dokumen yang
menelaah secara cermat dan mendalam tentang dampak penting
suatu rencana atau kegiatan.
3. RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan) adalah dokumen yang
mengandung upaya penanganan dampak penting terhadap
lingkungan hidup yang ditimbulkan oleh rencana kegiatan.

28

4. RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan) adalah dokumen yang


mengandung upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang
terkena dampak penting akibat rencana kegiatan.
Suatu pekerjaan konstruksi terkadang dapat menimbulkan dampak
penting, atau perubahan lingkungan yang mendasar, yang
penentuannya didasarkan oleh faktorfaktor sebagai berikut :
1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak.
2. Luas wilayah sebaran dampak.
3. Lamanya dampak berlangsung.
4. Intensitas dampak.
5. Banyaknya komponen lain yang terkena dampak.
6. Sifat kumulatif dampak.
7. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak.
Kriteriakriteria atas besaran faktorfaktor yang menimbulkan
dampak penting tersebut dapat dilihat pada pedoman Mengenai Ukuran
Dampak Penting yang tercantum dalam Keputusan Kepala Bapedal
No. 056 tahun 1994, dan perlu dikaji secara mendalam dalam laporan
ANDAL.
Sedangkan kegiatankegiatan yang berpotensi mempunyai dampak
penting terhadap lingkungan seperti tersebut diatas antara lain :
1. Perubahan bentuk lahan dan bentang alam.
2. Exploitasi sumber daya alam yang terbaharui maupun yang tak
terbaharui.
3. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan
pemborosan, kerusakan dan kemerosotan sumber daya alam dalam
pemanfaatannya.
4. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi pelestarian
kawasan konservasi sumber daya alam dan atau perlindunan
cagar budaya.
5. Introduksi jenis tumbuhtumbuhan,jenis hewan dan jasad renik.
29

6. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati.


7. Penerapan terknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar
mempengaruhi lingkungan.
8. Kegiatan yang mempunyai resiko tinggi dan mempengaruhi
pertahanan negara.
Penentuan apakah kegiatan ini menimbulkan dampak penting
sehingga perlu melaksanakan AMDAL, ditetapkan oleh Menteri
Negara Lingkungan Hidup setelah mendengar dan memperhatikan
saran dan pendapat instansi yang bertanggung jawab atas kegiatan
tersebut.
Sedangkan untuk kegiatankegiatan yang tidak menimbulkan
dampak penting dan atau secara teknologi dampak penting yang timbul
dapat dikelola, maka kegiatan tersebut tidak diwajibkan menyusun
ANDAL, namun diharuskan melakukan upaya pengelolaan lingkungan
dan upaya pemantauan lingkungan, dalam rangka mewujudkan
pembangunan yang berwawasan lingkungan. Kedudukan AMDAL
dalam proses pengembangan konstruksi
2.5.2 Kedudukan AMDAL Dalam Proses Pengembangan Kegiatan
Konstruksi
Proses pengembangan kegiatan konstruksi pada umumnya meliputi
tahapantahapan perencanaan umum, studi kelayakan termasuk prastudi
kelayakan, perencanaan teknis, konstruksi dan tahapan pasca
konstruksi
yang
mencakup
operasi,
pemeliharaan
serta
pemanfaatannya.
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, kegiatan AMDAL
merupakan bagian dari proses dari setiap tahapan pengembangan
kegiatan konstruksi tersebut di atas.
2.5.3 Penyaringan AMDAL Pada Tahap Perencanaan Umum
Perencanaan umum merupakan awal dari suatu gagasan atau ide
untuk memenuhi suatu kebutuhan atau permintaan masyarakat, dapat
berupa rencana jangka panjang, rencana jangka menengah dan jangka
pendek, yang secara terus menerus menghasilkan rencana dan
progaram untuk diimplementasikan.

30

Pada tahap ini dilakukan penyaringan AMDAL untuk mengetahui


secara umum apakah kegiatan konstruksi tersebut menimbulkan
perubahan yang mendasar terhadap lingkungan, sehingga harus
melaksanakan AMDAL, ataukah tidak menimbulkan dampak yang
berarti sehingga cukup melaksanakan UKL dan UPL.
Besarnya perubahan
dipengaruhi oleh :

lingkungan

yang

timbul

tesebut

Volume dan besaran rencana kegiatan.

Lokasi proyek dan kondisi lingkungannya.

Fungsi dan peruntukan lahan di sekitar lokasi proyek.

sangat

2.5.4 Pelingkupan dan KAANDAL pada tahap pra studi kelayakan


Pra studi kelayakan merupakan bagian dari studi kelayakan,
dilakukan untuk menganalisis apakah kegiatan konstruksi yang
diusulkan tersebut dapat dipertanggung jawabkan baik dari segi teknis,
ekonomi maupun lingkungan.
Kegiatan AMDAL berupa pelingkupan adalah proses awal untuk
menentukan lingkup permasalahan dan mengidentifikasi dampak
penting hipotesis yang timbul dari rencana proyek yang diusulkan.
Pelingkupan ini merupakan proses penting dalam penyusunan KAANDAL (Kerangka Acuan ANDAL), karena melalui proses ini dapat
ditentukan:
- Dampak penting hipotesis yang relevan untuk dibahas dalam
ANDAL.
-

Batas wilayah studi ANDAL.

KAANDAL sebagai penjabaran lebih lanjut dari pelingkupan diatas


merupakan ruang lingkup studi ANDAL yang dipakai sebagai acuan
untuk menyusun studi ANDAL.
- Untuk itu KAANDAL minimal harus mencakup :
-

Informasi rencana proyek dan kondisi lingkungannya.


31

Lingkup tugas studi termasuk metode studi.

Kebutuhan tenaga ahli dan jadwal pelaksanaannya.

2.5.5 Studi ANDAL Pada Tahap Studi Kelayakan


Sesuai dengan kebijaksanaan pembangunan yang berwawasan
lingkungan studi kelayakan harus mencakup aspekaspek teknis,
ekonomis dan lingkungan, akan menghasilkan suatu dokumen bagi
para pengambil keputusan apakah kegiatan konstruksi tersebut layak
untuk dilaksanakan. Studi ANDAL yang dilakukan pada tahap ini
merupakan penelaahan dampak penting yang timbul akibat rencana
kegiatan konstruksi secara cermat dan mendalam, dan hasilnya
merupakan acuan untuk merumuskan penanganan dampak yang timbul
tersebut dalam bentuk Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan
Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)
Studi ini juga merupakan dokumen yang penting, karena dipakai
oleh para pengambil keputusan apakah kegiatan konstruksi tersebut
layak ditinjau dari segi lingkungan, sehingga dapat diimplementasikan.

2.5.6 Penjabaran RKL Dan RPL Pada Tahap Perencanaan Teknis


Perencanaan teknis dimaksudkan untuk menyiapkan gambargambar teknis, syarat dan spesifikasi teknis, sehingga dapat
menggambarkan produk yang akan dihasilkan, didasarkan atas kriteriakriteria yang ditetapkan dalam studi kelayakan.
Untuk mewujudkan suatu perencanaan teknis yang berwawasan
lingkungan, maka perumusan RKL dan RPL harus dijabarkan dalam
gambargambar teknis dan spesifikasi teknis tersebut, serta perlu
dituangkan dalam dokumen kontrak, sehingga mengikat pelaksana
kegiatan konstruksi.
2.5.7 Pelaksanaan RKL Dan RPL
1. Pada tahap pra konstruksi

32

Kegiatan pra konstruksi dalam hal ini pengadaan tanah dan


pemindahan penduduk harus didukung dengan data yang lengkap dan
akurat tentang lokasi, luas, jenis peruntukan serta kondisi penduduk
yang memiliki atau menempati tanah yang dibebaskan tersebut.
Ketentuanketentuan yang rinci tentang masalah pembebasan tanah
dalam RKL dan RPL harus dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagai
acuan dalam pelaksanaan pembebasan tanah tersebut.
2. Pada tahap konstruksi.
Kegiatan pada tahap ini merupakan pelaksanaan fisik konstruksi
sesuai dengan gambar dan syaratsyarat teknis yang telah dirumuskan
dalam kegiatan perencanaan teknis.
Kegiatan pengelolaan lingkungan yang tercakup pada tahap ini
meliputi penerapan:
1. Metode konstruksi, spesifikasi serta persyaratan kualitas dan
kuantitas
pekerjaan yang terkait dengan penanganan dampak
penting.
2. Penerapan Standard Operation Procedure yang mengacu pada
dampak lingkungan.
3. Tata cara penilaian hasil pelaksanaan pengelolaan lingkungan dan
tindak lanjutnya.
Sedangkan penerapan RPL pada tahap ini mencakup :
1. Pemantauan pelaksanaan konstruksi agar sesuai dengan gambar
dan spesifikasi teknis yang telah mengikuti kaidah lingkungan.
2. Penerapan dan pelaksanaan uji coba operasional.
3. Penilaian hasil pelaksanaan pengelolahan lingkungan dan
pemantauan lingkungan untuk masukan bagi penyempurnaan
pelaksanaan RKL dan RPL.

2.5.8 Evaluasi Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan Pada Tahap


Pasca Konstruksi

33

Evaluasi pasca konstruksi ditujukan : untuk menilai dan


pengupayakan peningkatan daya guna dan hasil guna dari prasarana
yang telah dibangun dan dioperasikan.
Evaluasi pengelolaan dan pemantauan lingkungan dimaksudkan
untuk memantapkan Standard Operation Procedure dengan mengacu
pada pengalaman yang didapat di lapangan selama kegiatan konstruksi
berlangsung.

2.5.9 Proses Penyusunan Dan Pelaksanaan AMDAL


Penyusunan AMDAL untuk kegiatan konstruksi fisik yang
diperkirakan menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan
hidup, memerlukan data dan informasi mengenai berbagai komponen
kegiatan konstruksi yang berpotensi menimbulkan dampak penting
serta komponen lingkungan di sekitar lokasi kegiatan yang berpotensi
terkena dampak akibat kegiatan.
Penelaahan terhadap data dan informasi tersebut menjadi sangat
penting karena ketepatan dan ketelitian Analisis Dampak Lingkungan
sepenuhnya tergantung pada kelengkapan dan kedalaman data dan
informasi yang diperoleh.
Dengan melakukan analisis dampak lingkungan dapat diperkirakan
dan dievaluasi jenis, besaran atau intensitas serta tingkat pentingnya
dampak yang terjadi.
Intensitas dampak dapat diperkirakan atau dihitung besarnya
dengan memakai berbagai metode yang sesuai untuk komponen
lingkungan tertentu, seperti metode statistik, matematik, metode survai,
experimental, analogi ataupun profesional judgement. Sedangkan
tingkat pentingnya dampak dapat mengacu pada Pedoman Penentuan
Dampak Penting yang ditetapkan oleh Kepala Bapedal No. 056 Tahun
1994, di mana tingkat pentingnya dampak ditentukan oleh faktorfaktor :
1. Jumlah penduduk yang akan terkena dampak.
2. Luas wilayah sebaran dampak.
3. Lamanya dampak berlangsung.

34

4. Intensitas dampak.
5. Banyaknya komponen lingkungan lain yang akan terkena dampak.
6. Sifat kumulatif dampak.
7. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak.
Informasi tentang intensitas atau bobot dampak tersebut diatas
secara sistematis dituangkan dalam dokumen AMDAL, dan menjadi
acuan dalam perumusan upaya penanganan dampak yang timbul, yang
dituangkan dalam dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). Dokumen RKL dan RPL
ini harus dapat dijabarkan dalam gambargambar kerja dan syaratsyarat
pelaksanaan, serta acuan dalam melaksanakan pekerjaan.
Selanjutnya dokumen RKL dan RPL ini dipakai pula sebagai dasar
untuk pelaksanaan pengelolaan lingkungan (KL) dan pelaksanaan
pemantauan lingkungan (PL), selama masa pra konstruksi, konstruksi
maupun pada pasca konstruksi.
Dalam pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
tesebut dilakukan penilaian atas hasil pemantauan lingkungan dan hasil
pemantauan lingkungan ini dapat menjadi umpan balik bagi pelaksana
pengelolaan dan pemantauan lingkungan, serta dapat dikapai sebagai
acuan bagi upaya pengembangan, penyempurnaan atau pemantapan
dokumen RKL dan RPL yang telah disusun.
2.5.10 Pengamanan Lingkungan Pada Tahap Konstruksi
Pengelolaan lingkungan adalah upaya terpadu dalam melakukan
pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian dan
pengembangan lingkungan hidup, sehingga pelestarian potensi sumber
daya alam dapat tetap dipertahankan, dan pencemaran atau kerusakan
lingkungan dapat dicegah.
Perwujudan dari usaha tersebut antara lain dengan menerapkan
teknologi yang tepat dan sesuai dengan kondisi lingkungan.
Untuk itu berbagai prinsip yang dipakai untuk pengelolaan lingkungan
antara lain :
1. Preventif (pencegahan), didasarkan atas prinsip untuk mencegah
timbulnya dampak yang tidak diinginkan, dengan mengenali
35

secara dini kemungkinan timbulnya dampak negatif, sehingga


rencana pencegahan dapat disiapkan sebelumnya.
Beberapa contoh dalam penerapan prinsip ini adalah melaksanakan
AMDAL secara baik dan benar, pemanfaatan sumber daya alam
dengan efisien sesuai
potensinya, serta mengacu pada tata
ruang yang telah ditetapkan.
2. Kuratif (penanggulangan), didasarkan atas prinsip menanggulangi
dampak
yang terjadi atau yang diperkirakan akan terjadi,
namun karena keterbatasan
teknologi, hal tesebut tidak dapat
dihindari.
Hal ini dilakukan dengan pemantauan terhadap komponen
lingkungan yang terkena dampak seperti kualitas udara, kualitas
air dan sebagainya.
Apabila hasil pemantauan lingkungan mendeteksi adanya
perubahan atau p encemaran lingkungan, maka perlu ditelusuri
penyebab/sumber dampaknya, dikaji pengaruhnya, serta
diupayakan menurunnya kadar pencemaran yang timbul.
3. Insentif (kompensasi), didasarkan atas prinsip dengan
mempertemukan kepentingan 2 pihak yang terkait, disatu pihak
pemrakarsa/pengelola kegiatan yang mendapat manfaat dari
proyek tersebut harus memperhatikan pihak lain yang terkena
dampak, sehingga tidak merasa dirugikan. Perangkat insentif ini
dapat juga berupa pengaturan oleh pemerintah seperti peningkatan
pajak atas buangan limbah, iuran pemakaian air, proses perizinan
dan sebagainya.
Pendekatan Pengelolaan Lingkungan, Rencana pengelolaan
lingkungan, harus dilakukan dengan mempertimbangkan pendekatan
teknologi, yang kemudian harus dapat dipadukan dengan pendekatan
ekonomi, serta pendekatan institusional sebagai berikut :
Pendekatan Teknologi
Berupa tata cara teknologi yang dapat dipergunakan untuk
melakukan pengelolaan lingkungan, seperti :
1. Melakukan kerusakan lingkungan, antara lain dengan :
1. Melakukan reklamasi lahan yang rusak.
36

2. Memperkecil erosi dengan sistem terasering dan


penghijauan.
3. Penanaman pohonpohon kembali pada lokasi bebas quary
dan tanah kosong.
4. Tata cara pelaksana konstruksi yang tepat.
2. Menanggulangi menurunnya potensi sumber daya alam, antara
lain dengan :
1. Mencegah menurunnya kualitas/kesuburan tanah, kualitas air
dan udara.
2. Mencegah rusaknya kondisi flora yang menjadi habitat
fauna.
3. Meningkatkan diversifikasi penggunaan bahan material
bangunan.
3. Menanggulangi limbah dan pencemaran lingkungan, antara lain
dengan :
1. Mendaur ulang limbah, hingga dapat memperkecil volume
limbah.
2. Mengencerkan kadar limbah, baik secara alamiah maupun
secara engineering.
3. Menyempurnakan design peralatan/mesin dan prosesnya,
sehingga kadar pencemar yang dihasilkan berkurang.
Pendekatan Ekonomi
Pendekatan ekonomi yang dapat dipakai dalam pengelolaan
lingkungan antara lain:
1.

Kemudahan dan keringanan dalam proses pengadaan


peralatan untuk pengelolaan lingkungan.

2.

Pemberian ganti rugi atau kompensasi yang wajar terhadap


masyarat yang terkena dampak.

3.

Pemberdayaan masyarakat dalam proses pelaksanaan


kegiatan dan penggunaan tenaga kerja.
37

4.

Penerapan teknologi yang layak ditinjau dari segi ekonomi.

Pendekatan Institusional /Kelembagaan


Pendekatan institusional
lingkungan, antara lain :

yang

dipakai

dalam

pengelolaan

1.

Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan instansi


terkait, dan masyarakat setempat dalam pengelolaan
lingkungan.

2.

Melengkapi peraturan, dan ketentuan serta persyaratan


pengelolaan lingkungan termasuk sanksisanksinya.

3.

Penerapan teknologi yang dapat didukung oleh institusi yang


ada.

2.5.11 Mekanisme pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan


Pada prinsipnya pengelolaan lingkungan tersebut menjadi tugas
dan tanggung jawab pemrakarsa/pengelola kegiatan, dilaksanakan
selama pelaksanaan dampak negatif, maupun pengembangan dampak
positif.
Kegiatan pengelolan lingkungan terkait dengan berbagai instansi,
dan masyarakat setempat, sehingga perlu dijabarkan keterkaitan antar
instansi dalam melaksanakan pengelolaan lingkungan tersebut.
Penentuan instansi terkait, disesuaikan dengan fungsi, wewenang
dan bidang tugas serta tanggung jawab instansi tersebut.
Mengingat bahwa pengelolaan lingkungan harus dilakukan selama
proyek berlangsung, maka perlu ditetapkan unit kerja yang
bertanggunga jawab melaksanakan pengelolaan lingkungan, serta tata
cara kerjanya. Unit kerja tersebut dapat berupa pembentukan unit baru
atau pengembangan dari unit kerja yang sudah ada.
Pemrakarsa/pengelola kegiatan harus mengambil inisiatif dalam
38

melakukan pengelolaan lingkungan, sedangkan instansi terkait


diarahkan untuk menyempurnakan dan memantapkannya.
Pembiayaan merupakan faktor yang penting atas terlaksananya
pengelolaan lingkungan, untuk itu sumber dan besarnya biaya harus
dijabarkan dalam RKL. Pada prinsipnya pemrakarsa/pengelola
kegiatan harus bertanggung jawab atas penyediaan dana untuk
pengelolaan lingkungan yang diperlukan.
2.5.12 Komponen Pekerjaan Konstruksi Yang Menimbulkan Dampak
Komponen pekerjaan konstruksi dapat menimbulkan dampak
terhadap lingkungan hidup, sangat dipengaruhi oleh jenis besaran dan
volume pekerjaan tersebut serta kondisi lingkungan yang ada di
sekitar lokasi kegiatan.
Pada umumnya komponen pekerjaan konstruksi yang dapat
menimbulkan dampak antara lain :
Persiapan Pelaksanaan Konstruksi
1. Mobilitas peralatan berat, terutama untuk jenis kegiatan konstruksi
yang memerlukan banyak alatalat berat, dan terletak atau melintas
areal permukiman, serta kondisi prasarana jalan yang kurang
memadai.
2. Pembuatan dan pengoperasian bengkel, basecamp dan barak kerja
yang besar dan terletak di areal pemukiman.
3. Pembukaan dan pembersihan lahan untuk lokasi kegiatan yang
cukup luas dan
dekat areal pemukiman.

Pelaksanaan Kegiatan Konstruksi

1. Pengelolaan quarry oleh proyek yang mencakup pekerjaan


peledakan/penggalian di daratan atau penggalian di badan sungai
2. Pembangunan dan pengoperasianj base camp, crushing plant, AMP
dan Batching Plant.
3. Pekerjaan tanah, mencakup penggalian dan penimbunan tanah.
4. Pembuatan pondasi, terutama pondasi tiang pancang.
39

5. Pekerjaan struktur bangunan, berupa beton, baja dan kayu.


6. Pekerjaan jalan dan pekerjaan jembatan
7. Pekerjaan pengairan seperti saluran dan tanggul irigasi/banjir,
sudetan sungai,
bendung serta bendungan
Dampak Yang Timbul Pada Pekerjaan Konstruksi Dan upaya
Penanganannya
Pada suatu pekerjaan konstruksi perlu dipertimbangkan adanya
dampakdampak yang timbul akibat pekerjaan tersebut serta upaya
untuk menanganinya.
Disesuaikan dengan jenis dan besaran pekerjaan konstruksi serta
kondisi lingkungan di sekitar lokasi kegiatan, penentuan jenis dampak
lingkungan yang cermat dan teliti, atau melakukan analisis secara
sederhana dengan memakai data sekunder.
Berdasarkan pengalaman selama ini berbagai dampak lingkungan
yang dapat timbul pada pekerjaan konstruksi dan perlu diperhatikan
cara penanganannya adalah sebagai berikut :
Meningkatnya Pencemaran Udara dan Debu
Dampak ini timbul karena pengoperasian alatalat berat
untuk pekerjaan konstruksi seperti saat pembersihan dan
pematangan lahan pekerjaan tanah, pengangkutan tanah dan
material bangunan, pekerjaan pondasi khususnya tiang pancang,
pekerjaan badan jalan dan perkerasan jalan, serta pekerjaan
struktur bangunan.
Indikator dampak yang timbul dapat mengacu pada
ketentuan baku mutu udara atau adanya tanggapan dan keluhan
masyarakat akan timbulnya dampak tersebut.
Upaya penanganan dampak dapat dilakukan langsung pada
sumber dampak itu sendiri atau pengelolaan terhadap lingkungan
yang terkena dampak seperti :
1.

Pengaturan kegiatan pelaksanaan konstruksi yang


sesuai dengan kondisi setempat, seperti penempatan
basecamp yang jauh dari lokasi pemukiman,

40

pengangkutan material dan pelaksanaan pekerjaan


pada siang hari.
2.

Memakai metode konstruksi yang sesuai dengan


kondisi lingkungan, seperti memakai pondasi bore pile
untuk lokasi disekitar permukiman.

3.

Penyiraman secara berkala untuk pekerjaan tanah


yang banyak menimbulkan debu.

Terjadinya erosi dan longsoran tanah serta genangan air


Dampak ini dapat timbul akibat kegiatan pembersihan dan
pematangan lahan serta pekerjaan tanah termasuk pengelolaan
quary, yang menyebabkan permukaan lapisan atas tanah terbuka
dan rawan erosi, serta timbulnya longsoran tanah yang dapat
mengganggu sistem drainase yang ada, serta mengganggu estetika
lingkungan disekitar lokasi kegiatan.
Indikator dampak dapat secara visual di lapangan, dan
penanganannya dapat dilakukan antara lain :
1.

Pengaturan pelaksanaan pekerjaan yang memadai


sehingga tidak merusak atau menyumbat saluran
saluran yang ada.

2.

Perkuat tebing yang timbul akibat perkerjaan


konstruksi.

3.

Pembuatan saluran drainase dengan dimensi yang


memadai.

Pencemaran kualitas air


Dampak ini timbul akibat pekerjaan tanah dapat yang
menyebabkan erosi tanah atau pekerjaan konstruksi lainnya yang
membuang atau mengalirkan limbah ke badan air sehingga kadar
pencemaran di air tesebut meningkat.

41

Indikator dampak dapat dilihat dari warna dan bau air di


bagian hilir kegiatan serta hasil analisis kegiatan air/mutu air serta
adanya keluhan masyarakat.

Upaya penanganan dampak ini dapat dilakukan antara lain :


1.

Pembuatan kolam pengendap sementara, sebelum air


dari lokasi kegiatan dialirkan ke badan air.

2.

Metode pelaksanaan konstruksi yang memadai.

3.

Mengelola limbah yang baik dari kegiatan base camp


dan bengkel.

Kerusakan prasarana jalan dan fasilitas umum


Dampak ini timbul akibat pekerjaan pengangkutan tanah
dan material bangunan yang melalui jalan umum, serta
pembersihan dan pematangan lahan serta pekerjaan tanah yang
berada disekitar prasarana dan utilitas umum tersebut.
Indikator dampak dapat dilihat dari kerusakan prasarana
jalan dan utilitas umum yang dapat mengganggu berfungsinya
utilitas umum tersebut, serta keluhan masyarakat disekitar lokasi
kegiatan.
Upaya penanganan dampak yang timbul tersebut antara lain
dengan cara :
1.

Memperbaiki dengan segera prasarana jalan dan


fasilitas umum yang rusak.

2.

Memindahkan labih dahulu utilitas umum yang


terdapat dilokasi kegiatan ketempat yang aman.

Gangguan Lalu Lintas


Dampak ini timbul akibat pekerjaan pengangkutan tanah
dan material bangunan serta pelaksanaan pekerjaan yang terletak
42

disekitar/berada di tepi prasarana jalan umum, yang lalu lintasnya


tidak boleh terhenti oleh pekerjaan konstruksi.
Indikator dampak dapat dilihat dari adanya kemacetan
lalulintas di sekitar lokasi kegiatan dan tanggapan negatif dari
masyarakat disekitarnya.
Upaya penanganan dampak tersebut dapat dilakukan antara lain :
1.

Pengaturan pelaksanaan pekerjaan yang baik dengan


memberi prioritas pada kelancaran arus lalulintas.

2.

Pengaturan waktu pengangkutan tanah dan material


bangunan pada saat tidak jam sibuk.

3.

Pembuatan rambu lalulintas dan pengaturan lalulintas


di sekitar lokasi kegiatan.

4.

Menggunakan metode konstruksi yang sesuai dengan


kondisi lingkungan setempat.

Berkurangnya keanekaragaman flora dan fauna


Dampak ini timbul akibat pekerjaan pembersihan dan
pematangan lahan serta pekerjaan tanah terutama pada lokasilokasi yang mempunyai kondisi biologi yang masih alami, seperti
hutan.
Indikator dampal dapat dilihat dari jenis dan jumlah
tanaman yang ditebang, khususnya jenisjenis tanaman langka dan
dilindungi serta adanya reaksi masyarakat.
Upaya penanganan dampak tersebut dapat dilakukan antara lain :
1.

Pengaturan pelaksanaan pekerjaan yang memadai.

2.

Penanaman kembali jenisjenis pohon yang ditebang di


sekitar lokasi kegiatan.

Selain dampak primer tersebut diatas masih dampakdampak


sekunder akibat pekerjaan konstruksi yang perlu mendapat
perhatian bagi pelaksana konstruksi, seperti :
43

1.

Terjadinya interaksi sosial (positif/negatif) antara


penduduk setempat dengan para pekerja pendatang
dari luar daerah.

2.

Dapat meningkatkan peluang kerja dan kesempatan


berusaha pada masyarakat setempat, serta
meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat.

Pengaturan Lalu Lintas di Lingkungan Kegiatan Konstruksi


Sebagaimana diatur dalam spesifikasi pekerjaan jalan,
pada pelaksanaan pekerjaan konstruksi di jalan yang ada, seperti
pekerjaan pemeliharaan jalan, peningkatan jalan atau penggantian
jembatan, walaupun diharuskan untuk tidak mengganggu
kelancaran lalu lintas yang ada, namun gangguan terhadap
kelancaran lalu lintas tersebut sering tidak dapat dihindarkan
sepenuhnya. Walaupun tak terhindarkan, namun upayaupaya
memperkecil gangguan tersebut harus dilakukan oleh pelaksana
proyek dengan cara pengaturan lalu lintas sedemikian rupa
sehingga kelancaran dan keamanan lalu lintas tetap terkendali.
Pengaturan lalu lintas dalam rangka menjaga kelancaran
dan keamanan lalu lintas serta keamanan dan kemudahan
penduduk sekitar proyek untuk masuk ke jalan yang ada tersebut
dilakukan dengan menempatkan lampu isyarat, lentera, kerucut
lalu lintas, tiang penghalang, barikade dan ramburambu sementara
(berupa rambu perintah arah, rambu peringatan adanya pekerjaan,
tanda jalan menyempit, tanda untuk berhenti atau berjalan) yang
akan menjadi petunjuk bagi pengguna jalan memasuki daerah
kerja termasuk membuat jalan atau jembatan sementara (khusus
apabila harus menutup seluruh lajur jalan atau menutup jembatan
yang ada).
Dalam hal tertentu pengaturan lalu lintas dapat dilakukan
dengan pengalihan lalu lintas ke jalan darurat.
Selain terhadap keamanan pengguna jalan, perhatian
terhadap pekerja pengatur lalu lintas juga harus diberikan secara
memadai dengan pemberian pakaian dan peralatan keamanan
yang memenuhi aspek keamanan.

44

Pengaturan lalu lintas juga diperlukan pada pelaksanaan


penanganan halanganhalangan yang terjadi pada jalur lalu lintas
yang mengganggu atau menutup lalu lintas seperti pohon
tumbang, longsoran tanah, atau badan jalan terban.
Pada proyekproyek penanganan jalan yang padat lalu
lintasnya terutama pada jalanjalan perkotaan, pengaturan lalu
lintas ini harus diperhitungkan dengan cermat sehingga hambatan
terhadap kelancaran lalu lintas dapat ditekan sekecil mungkin. Hal
tersebut harus dilakukan dengan perencanaan yang matang
dengan mempertimbangkan volume dan kepadatan lalu lintas
pada jam sibuk. Apabila diperlukan termasuk penyediaan lajur
pengganti sesuai lebar dan jumlah lajur yang ditutup dengan
kondisi permukaan jalan yang sama dengan kondisi permukaan
yang digantikannya.
Perlindungan pekerjaan Terhadap Kerusakan Oleh Lalu
Lintas
Pelaksanaan pekerjaan proyek harus dilakukan sedemikian
rupa sehingga pekerjaan tersebut terlindung dari kerusakan oleh
lalu lintas umum maupun oleh konstruksi.
Perhatian khusus harus diberikan terhadap pengaturan lalu
lintas pada saat cuaca buruk (misalnya hujan, badai, angin ribut
dls.), pada saat lalu lintas padat dan pada saat pelaksanaan
pekerjaan yang mudah rusak (seperti pengaspalan dan pengecoran
beton semen)
Jalan Alih Darurat (Detour)
Jalan alih darurat yang diperlukan harus memenuhi
keperluan lalu lintas yang ada, terutama berkaitan dengan
keselamatan dan kekuatan struktur jalan. Pengoperasian
untuk lalu lintas baru dapat dilakukan apabila alinyemen,
konstruksi, darinase, dan pemasangan rambu lalu lintas
telah memenuhi ketentuan keamanan dan kelancaran lalu
lintas serta keselamatan dan keamanan konstruksi jalan.
Selama pengoperasiannya, konstruksi, drainase dan rambu
lalu lintas harus tetap dipelihara sehingga tetap berfungsi.

45

Peralatan sebagai tanda pengaturan ramburambu lalu


lintas
Semua jenis peralatan yang digunakan sebagai tanda
pengaturan terutama ramburambu lalu lintas harus
memenuhi ketentuan peraturan perundangundangan lalu
lintas. Pengawas lapangan wajib memastikan bahwa semua
pekerja telah mengetahui fungsi masingmasing peralatan
maupun ramburambu yang akan dipasang dan cara
penggunaannya dalam rangka menjaga keamanan
pengendara kendaraan dan petugas.

Rambu, Kerucut lalu Lintas (Traffic Cone), Tiang


Penghalang, Barikade (Penghalang) dan Lampu Lalu
Lintas
Rambu lalu lintas merupakan alat atau tanda untuk
memberikan petunjuk atau pesan lepada pengguna jalan.
Rambu harus tetap dapat berfungsi pada kondisi cuaca
gelap atau pada malam hari (misalnya dengan memasasang
reflektor).
Ramburambu yang digunakan untuk pengaturan lalu lintas
adalah:
1. Rambu perintah arah
2. Rambu peringatan adanya pekerjaan
3. Rambu tanda adanya penyempitan jalan
4. Rambu tanda untuk berhenti atau jalan.
Kerucut lalu lintas tiang penghalang dipasang untuk
pengamanan daerah kerja terhadap gangguan lalu lintas
yang terbuat dari plastik atau kayu dengan warna yang
mencolok (jingga).
Barikade yang terbuat dari kayu atau logam dengan
warna latar belakang jingga dan bergaris merah digunaka
untuk menutup jalur lalu lintas untuk tidak dilalui.
46

Lampu lalu lintas dipasang agar pengemudi awas


terhadap adanya pekerjaan dan mengatur pergerakan lalu
lintas. Lampu lalu lintas terdiri dari:
1. Lampu isyarat berwarna kuning dan dapat berkedip.
2. Lampu pengatur lalu lintas (warna hijau, kuning dan
merah)
Bendera dan Petugas Bendera
Bendera digunakan sebagai tanda agar pengemudi
berhatihati karena adanya pekerjaan dan mengurangi
kecepatan kendaraannya. Tugas utama petugas bendera
adalah mengarahkan dan mengatur gerakan lalu lintas
sehingga baik keamanan dan kelancaran lalu lintas maupun
keamanan pelaksanaan konstruksi tidak terganggu.
Petugas bendera harus dilengkapi dengan:
1.

Bendera merah, lampu senter, papan peringatan


dan tanda berhenti utnuk kondisi darurat

2.

Topi helm dan rompi keamanan dengan warna


jingga yang memantulkan cahaya(flourescent)

3.

Petunjuk yang jelas tentang prosedur


pengaturan lalu lintas.

Petugas bendera harus ditugaskan pada saat lalu lintas


sangat padat, jurusan khusus diperlukan atau pengaturan
lalu lintas secara khusus diperlukan, ketika peralatan atau
kendaraan sedang bekerja pada bagian jalan atau sudut kiri
jalan, ketika peralatan atau kendaraan proyek masuk
kedalam lajur jalan dari posisi tidak terlihat pengguna jalan,
atau ketika rambu jalan tidak cukup memberikan peringatan
adanya pelaksanaan pekerjaan.
Petugas bendera harus mengetahui dan memahami
prosedur pengamanan dan pengaturan lau lintas tanpa
membahayakan dirinya maupun lalu lintas yang diaturnya.

47

Beberapa ketentuan mengenai pelaksanaan tugas


petugas bendera antara lain:
1.

Petugas bendera dilarang beragumentasi dengan


pengemudi atau penumpang kendaraan.
Perintah yang diperlukan dilakukan dengan
kata-kata yang sesedikit mungkin.

2.

Petugas bendera berdiri di luar lajur yang


dipakai lalu lintas yang akan mendekati
daerah kerja.

3.

Ketika memberi tanda untuk berhenti,


melambatkan kendaraan atau meneruskan
lewat, petugas bendera harus menghadap kearah
datangnya kendaraan.

Penempatan Rambu dan Tandatanda lalu Lintas


Penempatan rambu dan tandatanda lalu lintas yang
tidak tepat akan berakibat merugikan atau malah
membahayakan lalu lintas maupun pekerjaan penanganan
jalan sendiri. Tugas pengawas pelaksanaan pekerjaan adalah
untuk memastikan semua rambu dan tanda lalu lintas dalam
rangka pengaturan lalu lintas telah dipasanga secara tepat
sesuai maksud pengaturan itu sendiri.
Penempatan rambu dan peralatan lain dalam rangka
pengaturan lalu lintas adalah sebagai berikut:

1.

Rambu lalu lintas ditempatkan sepanjang


daerah pengaruh kerja.

2.

Bendera ditempatkan mendekati daerah kerja.

3.

Kerucut lalu lintas atau tiang penghalang


ditempatkan pada batas daerah kerja yang
cukup aman.

4.

Lampu isyarat ditempatkan pada awal dan akhir


daerah pengaruh kerja, pada awal dan akhir
daerah kerja.
48

5.

Lampu pengatur lalu lintas ditempatkan pada


awal dan akhir daerah kerja.

6.

Barikade diletakkan pada awal daerah kerja.

Pelaksanaan Pengaturan
Agar maksud dari pengaturan lalu lintas yakni
terselenggaranya keamanan dan kelancaran lalu lintas dan
pekerjaan konstruksi serta keamanan penduduk sekitarnya
tercapai, maka perlu dilakukan pengaturan sebagai berikut:
1.

Tentukan luas daerah kerja dan daerah


pengaruhnya.

2.

Tentukan waktu pelaksanaan yabg baik (siang


atau malam) agar sesedikit mungkin
mengganggu lalu lintas.

3.

Tentukan lokasi lalu lintas.

4.

Untuk daerah kerja dengan volume lalu lintas


yang padat, pengaturan lalu lintas dilakukan
dengan perencanaan yang matang, penyiapan
pedoman pelaksanaan pengaturan lalu lintas dan
dilaksanakan dengan sesuai pedoman yang
ditentukan serta pengawasan oleh pengawas
pelaksanaan secara menerus.

5.

Atur lalu lintas sambil menyiapkan pemasangan


alat pengatur lalu lintas pada tempattempat
yang ditentukan.

6.

Selama penanganan pekerjaan, ruang milik


jalan harus tetap bebas gangguan bahan
konstruksi, kotoran atau bahan buangan lain
yang dapat mengganggu atau membahayakan
lalu lintas.

49

7.

Pekerjaan harus tetap dijaga terhadap


dipakainya sebagai tempat parkir kendaran
yang tidak mendapatkan izin atau sebagai
tempat pedagang kaki lima.

BAB III
PENUTUP
3.1.

Kesimpulan
Maka dalam studi teknik sipil, pengetahuan tentang Ekologi dan Biogeokimia
juga sngat diperlukan, Agar dalam proses pembangunan kita dapat meminimalisir
dapak negatif terhadap lingkungan dan ekosistem yang ada disekitar wilayah proses
pembangunan. Dan dapat memaksimalkan dampak positifnya.

50

DAFTAR PUSTAKA

R Indrawati,2012, TELAAH STUDI AMDAL PADA TAHAP PRAKONSTRUKSI


(jurnal.unissula.ac.id/index.php/jlsa/article/view/23)
Benny SyahPutrai,2013, STUDI AMDAL
(https://id.scribd.com/doc/92848353/jurnal-amdal-)
Agus Dharma,2011, AMDAL
(agus_dh.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/3708/AMDAL)
M Zhuhri,2013, EFEKTIVITAS PELAKSANAAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK
LINGKUNGAN (AMDAL) DAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN UPAYA
PEMANTAUAN LINGKUNGAN
(http://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/3673/Jurnal%20Skripsi
%20MOHD.ZHUHRI%200701133301.pdf?sequence=1 l)
HJ Mukono,2011, KEDUDUKAN AMDAL DALAM PEMBANGUNAN
BERWAWASAN LINGKUNGAN YANG BERKELANJUTAN
(SUSTAINABLE DEVELOPMENT)
(journal.unair.ac.id/download-fullpapers-KESLING-2-1-03.pdf)
T Ramadhani,2015, Jurnal Ekologi
(http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/jek)
Abraham. H.Tulalessy,2012, Ekologi Dan Sains
(http://ejournal.unpatti.ac.id/ppr_iteminfo_lnk.php?id=406.)
Dhinara Ayu,2015, Daur Biogeokimia (Nitrogen, Sulfur, dan Fosfor)
(http://jurnal-dhinara.blogspot.co.id/2015/04/daur-biogeokimia-nitrogen-sulfur-dan.html)
Ayong Ariwibowo, 2013, DAUR BIOGEOKIMIA
(http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel/3915/52/426)
Wiwit Nurasih,2013, Ekosistem
(http://wiwitna.blogspot.co.id/2013/03/ekosistem.html)
51

52

Anda mungkin juga menyukai