Anda di halaman 1dari 4

Resume Sejarah Arsitektur 02 (17 April 2020)

– Arsitektur Modern Jepang –

Nama : Cristina Cecilia Kurniawan

NIM : 61180309 / A

Beberapa karya arsitektur tentu saja mempunyai pengaruh. Karya – karya ini akan
mempengaruhi karya berikutnya dan begitu seterusnya. Pengaruh tradisi dan shintoisme pada
Jepang menjadi dasar pola pikir, pola hidup budaya dalam bentuk fisik arsitekturnya.
Contohnya di Bali. Bali mempunyai agama hindu yang sangat kental sehingga agama ini
dapat mempengaruhi pola hidup, pola pikir dan kebudayaan disana, termasuk juga
arsitekturnya. Pada wilayah Jepang juga terjadi hal yang sama seperti Bali, tradisi dan adat
menjadi dasar pola pikir, pola hidup dalam bentuk fisik arsitektural.

Konsep arsitektur Jepang yaitu keindahan dan juga menyatunya ruang dalam dan
ruang luar (menyatunya alam dan lingkungan sekitarnya). Konsep ini berdasarkan pada
pengaruh tradisi dan shintoisme tadi. Beberapa karya arsitektur di Jepang menerapkan konsep
continue space dimana ruang luar dimasukkan ke ruang dalam dan ruang dalam dimasukkan
ke ruang luar. Tidak adanya sekat yang tegas pada pembagian ruang membuat beberapa
rumah ataupun karya arsitektur Jepang ini terlihat menyatu dengan alam.

Beberapa karya arsitektur Jepang juga sepertinya terpengaruh oleh Arsitektur Eropa.
Sejarah perkembangannya dimulai dari tahun 1869 yaitu saat Kaisar Mutsuhito
mencanangkan Eropanisasi. Saat ini mulai lepas dari karya lokal, dan banyak karya – karya
yang mirip dengan Barat (Eropa, Amerika, dan lain lain). Semua gedung umum dan gedung
yang pentng memakai gaya arsitek Eropa. Konsep arsitektur Jepang pada tahun ini
menerapkan konsep ekletisme (sikap yang mengambil teori yang sudah ada dan memilah
mana yang baik dan mana yang tidak sehingga dapat selaras dengan semua teori itu) dan
Neo-Klasik. Pada tahun 1910, karya baru di Jepang mengambil konsep barat dan bentuk –
bentuk dari barat dan lepas dari tradisi yang ada. Lama kelamaan, terdapat pencampuran
Barat dan Timur dengan memperhatikan iklim, kebiasaan dan budaya.
Pada tahun 1916, Frank Lloyd Wright merancang Imperial Hotel di Tokyo dan saat
terjadi gempa tahun1923, bangunan ini tidak mengalami kerusakan sama sekali sedangkan
bangunan lain hancur. Kemudian orang Jepang termotivasi dan belajar arsitektur modern dari
Barat. Pada tahun 1923, Antonin Raymond (murid Frank Lloyd Wright) membangun rumah
tinggal di Reinanzaka Tokyo, dan rumah ini merupakan rumah tinggal pertama di Tokyo
yang menggunakan konstruksi bertulang namun tetap dengan sistem rangka seperti rumah
Jepang. Rumah ini menggunakan pintu sorong untuk menyatukan ruang dalam dan ruang luar.

Pada tahun 1920, Sutemi Horiguchi seorang arsitek Jepang, lulus dari Tokyo
University dan menjadi anggota asosiasi masyarakat modern kelompok Bunhira (Arsitektur
seharusnya merupakan ekspresi yang jujur dari struktur). Karya dari Sutemi Horiguchi yaitu
berupa Rumah di Osaka yang dibangun pada 1934. Rumah ini disusun dalam komposisi yang
harmonis yang terbentuk dari bidang datar dan segi empat.

Pada tahun 1935, Kenzo Tange memulai belajar dalam bidang arsitektur di
Universitas Tokyo, pada Departemen Arsitektur. Kenzo Tange lahir pada 4 September 1913
di kota kecil Imabari, Jepang Selatan. Pada tahun 1935-an, Kenzo Tange pernah bekerja pada
Le Corbusier. Karya – karya awal Kenzo Tange menggabungkan modernisme dengan
arsitektur tradisional Jepang. Namun, sayangnya pada tahun 1960-an, Tange menghilangkan
regionalisme dan berubah ke Internasional Style. Kenzo Tange merupakan arsitektur yang
mempunyai konsep menggabungkan gaya modern dengan bentukan arsitektur tradisional
Jepang. Konsep modern ini membuat rancangan karyanya bebas dari pengaruh tradisional
yang statis, dan diganti dengan konsep tradisional dinamis.

Terdapat persamaan karakter antara arsitrektur modern dan arsitektur tradisional


Jepang yaitu, kesederhanaan, standarisasi, keterbukaan, keruangan, dan kehampaan. Filosofi
ataupun dasar dari arsitektur modern adalah sederhana, tanpa ukiran, patung, lukisan,
berbentuk bebas dll. Filosofi arsitektur modern ini memiliki persamaan dengan arsitektur
Jepang. Menurut Kenzo Tange, arsitektur harus mempunyai sesuatu yang menyentuh
perasaan manusia, tidak hanya fungsi dan bentuk saja, tetapi harus melihat keindahan, ritme
ataupun vocal point yang harus dirasakan. Tampilan harus melalui proses pemikiran,
misalkan fungsinya fungsi apa saja, sirkulasinya bagaimana. Tampilan ini harus melalui
proses yang panjang, bukan semata – mata hal yang bisa di terima secara instan.

Selain itu, karya yang dihasilkan seharusnya menggabungkan antara aspek manusiawi
dan teknologi. Kedua hal ini tidak dapat dipisah. Pada tahun 1955 Kenzo Tange membangun
Hirosima Peace Center. Karya ini memenangkan lomba, ini merupakan monumen pada saat
Hirosima dan Nagasaki di bom. Kenzo Tange membangun karya ini dengan tujuan agar titik
jatuhnya bom ini dapat dikenang, karena ratusan ribu orang meninggal dan cacat akibat
peristiwa ini. Maka dari itu, dari peristiwa yang memprihatinkan itu, dibangun lah Hirosima
Peace Center. Pada titik jatuhnya bom, diberi pelengkung sederhana (sebagai tanda) terbat
dari beton bertulang exposed, denah museum dan community center berbentuk segi empat
panjang.
Konsep penyatuan ruang dalam dan ruang luar diungkapkan dengan cara modern
yaitu dengan dibuat sekat kaca dan jendela jendela kaca yang besar. Sehingga pengunjung
yang di dalam dapat melihat ke sekeliling reruntuhan dan titik bom jatuh. Semua sudut harus
mampu memperlihatkan titik bom jatuh, karena ini merupakan ha penting. Konsep yang
penting selanjutnya yaitu kesederhanaan bentuk unit, tata unit, dan penonjolan elemen
bangunan (kolom, balok, balustrade dll) disusun dalam komposisi garis dan bidang-bidang
horizontal selaras, seimbang, dan serasi.

Pengaruh Le Corbusier terhadap Kenzo Tange tertuang dalam karya Kenzo Tange
(pada Hirosima Peace Center). Dimana bangunan diangkat keatas, hal ini merupakan konsep
Le Corbusier. Bangunan seolah – olah melayang. Titik bom ini merupakan center (pusat
orientasi) dari seluruh museum ini. Bangunan dibuat maju mundur sehingga seolah – oalh
bangunan ringan, ini juga merupakan konsep Le Corbusier yang berpengaruh kepada Kenzo
Tange.

Pada tahun 1967, Kenzo Tange juga membangun Komplek Olah Raga Olimpiade
Tokyo (National Gymnasium & Kolam Renang). Struktur atap komplek olah raga ini
menggunakan kabel baja dengan bentuk parabol (melengkung keluar) - hiperbolik
(melengkung ke dalam). Menggabungkan lengkungan kedalam dan keluar merupakan
tegangan yang sangat kuat, dan sangat efisien. Di dalam bangunan juga terdapat kolom –
kolom dan tempat duduk penonton. Karya Tange merupakan karya yang cukup indah
dikarenakan karya ini memadukan kekuatan, keindahan bentuk, fungsi ekonomis, fungsi
ruang dan sistem struktur.
Hiperbolic

Parabolic

Kolom utama
Kabel baja

Pada 1964, Kenzo Tange membangun Katedral Santa Maria. Denah gereja ini
berbentuk salib dengan 3 pintu masuk. Untuk ritual dan altar terdapat pada bagian kepala
salib. Sistem ruang – ruang seperti tenda, dimana semua permukaan atap dan dinding
menahan dan menyalurkan gaya yang sama.

Anda mungkin juga menyukai