Anda di halaman 1dari 69

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

Bab 1
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Geometrik jalan dititikberatkan pada perencanaan bentuk fisik sehingga
menghasilkan infrastruktur yang aman, pelayanan lalu lintas yang efisien dan biaya
pelaksanaan yang ekonomis. Laju pertumbuhan jalan yang tidak sesuai dengan
pertumbuhan pemakai jalan dapat menimbulkan berbagai masalah serius jika tidak
ditangani sejak dini. Masalah geometrik tikungan misalnya, perencanaan tikungan yang
tidak ideal dapat menimbulkan masalah seperti kecelakaan lalu lintas. Untuk
mengetahui kelayakan tersebut perlu adanya peninjauan untuk mencari solusinya.
Ditinjau dari letaknya, Ruas jalan Telaga Pange dapat dihubungkan langsung dengan
Jalan Lintas Hitu yang merupakan jalan kolektor sehingga dapat mengefisiensi waktu
tempuh kendaraan tujuan Telaga Kodok, Hitu, Hunuth dan sekitarnya dari arah Telaga
Pange, Laksda Leo Wattimena begitupun dari arah jalan Lintas Hitu menuju Telaga
Pange dan Jalan Dusun Keranjang Wayame. Akses jalan ini juga bisa menjadi pilihan
alternatif para pengguna jalan untuk menghindari kemacetan yang terjadi di sekitar
daerah Rumahtiga. Semakin bertambahnya pengguna jalan serta kondisi medan Telaga
Pange yang berbukit dikhawatirkan menimbulkan masalah seperti kecelakan lalu lintas
jika tidak direncanakan geometrik jalan yang sesuai dengan standart dan aturan yang
berlaku. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat juga
mempengaruhi bidang perencanaan konstruksi, salah satunya perencanaan konstruksi
jalan raya termasuk perencanaan geometrik 2 jalan. Pemakaian program Autocad Civil
3D dalam perencanaan geometrik jalan sangat diperlukan karena mempunyai manfaat
diantaranya ialah dapat mengefisiensi waktu perencanaan karena hanya membutuhkan
satu kali penginputan data ukur jalan ataupun kontur topografi untuk kemudian di
desain sesuai kebutuhan. Desain yang dapat dilakukan secara berkala juga berpengaruh
pada tinggi rendahnya biaya pekerjaan galian timbunan karena perencana dapat memilih
desain dengan biaya yang paling ekonomis tanpa mengesampingkan faktor kenyamanan
pengendara. Penggunaan program kini menjadi pilihan karena memiliki tingkat
ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan perhitungan manual
Bab 2
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

Landasan Teori

1.2. Teori-Teori
KLASIFIKASI JALAN MENURUT FUNGSINYA
jalan adalah suatu prasarana transportasi yang meliputi segala bagian jalan termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang
berada di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas
permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel. Jalan mempunyai
peranan penting terutama yang menyangkut perwujudan perkembangan antar wilayah
yang seimbang, pemerataan hasil pembangunan serta pemantapan pertahanan dan
keamanan nasional dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional.

Jumlah Kemiringan medan 1.27712

Kemiringan rata-rata 0.03450

Kemiringan maks 0.87583

Kemiringan min 0.00004

Berdasarkan fungsinya, maka jalan dibedakan menjadi beberapa fungsi, yaitu:


a. Jalan Arteri
- Arteri Primer: Jalan yang menghubungkan secara berdaya guna antarpusat kegiatan
nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah. Didesain
berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 km per jam, lebar badan jalan minimal
11 meter, lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu lalu lintas ulang alik, lalu lintas
lokal dan kegiatan lokal, jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi, serta tidak
boleh terputus di kawasan perkotaan.
- Arteri Sekunder: Jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan
sekunder kesatu, kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekuder kesatu, atau
kawasan kawasan sekuder kesatu dengan kawasan sekunder kedua. Didesain
berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30 km per jam dengan lebar badan jalan
minimal 11 meter, dan lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

b. Jalan Kolektor

- Kolektor Primer: Jalan yang menghubungkan secara berdaya guna antara pusat
kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan wilayah, atau antara
pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal. Didesain berdasarkan berdasarkan
kecepatan rencana paling rendah 40 km per jam dengan lebar badan jalan minimal 9
meter, dan jumlah jalan masuk dibatasi.

- Kolektor Sekunder: Jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan


kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 km per jam dengan lebar badan
jalan minimal 9 meter, dan lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.

c. Jalan Lokal

- Lokal Primer: Jalan yang menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan
nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan
lingkungan, antarpusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan
lingkungan, serta antarpusat kegiatan lingkungan. Didesain berdasarkan kecepatan
rencana paling rendah 20 km per jam dengan lebar badan jalan minimal 7,5 meter, dan
tidak boleh terputus di kawasan perdesaan.

- Lokal Sekunder: Jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan


perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan
seterusnya sampai ke perumahan. Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah
10 km per jam dengan lebar badan jalan minimal 7,5 meter.

KLASIFIKASI JALAN MENURUT KELAS JALAN


PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

Pengelompokan jalan menurut Kelas Jalan terdiri dari:

a. Jalan Kelas I

Jalan Kelas I adalah jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi
18.000 milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 milimeter, dan muatan sumbu terberat
10 ton.

b. Jalan Kelas II

Jalan Kelas II adalah jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui
Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran
panjang tidak melebihi 12.000 milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 milimeter, dan
muatan sumbu terberat 8 ton.

c. Jalan Kelas III

Jalan Kelas III adalah jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui
Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 meter, ukuran panjang
tidak melebihi 9.000 milimeter, ukuran paling tinggi 3.500 milimeter, dan muatan
sumbu terberat 8 ton.

Dalam keadaan tertentu daya dukung Jalan Kelas III dapat ditetapkan muatan sumbu
terberat kurang dari 8 ton

d. Jalan Kelas Khusus

Jalan Kelas Khusus adalah jalan arteri yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan
ukuran lebar melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang melebihi 18.000 milimeter,
ukuran paling tinggi 4.200 milimeter, dan muatan sumbu terberat lebih dari 10 ton.

KLASIFIKASI JALAN MENURUT MEDAN JALAN


Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebgaian besar kemiringan medan
yang diukur tegak lurus kontur.
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

GEOMETRIK JALAN
Bagian-bagian jalan yang utama dapat dikelompokan sebaagai berikut :
A. Bagian yang langsung berguna untuk lalu lintas
• Jalur lalulintas
• Lajur lalulintas
• Bahu jalan
• Trotoar
• Median
B. Bagian yang berguna untuk drainase jalan
• Saluran samping
• Kemiringan melintang jalur lalulintas
• Kemiringan melintang bahu
• Kemiringan lereng
C. Bagian pelangkap jalan
• Kreb dan Pengaman tepiKreb dan Pengaman tepi

D. Bagian kontruksi jalan


• Lapisan perkerasan jalan
• Lapisan pondasi atas
• Lapisan pondasi bawah
• Lapisan tanah dasa
E. Daerah manfaat jalan (damaja)
F. Daerah milik jalan (damija)
G. Daerah pengawasan jalan (dawasja)
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

ELEMEN GEOMETRIK
Elemen dari perencanaan geometrik jalan adalah:
1 Horizontal / Trase jalan, terutama dititik beratkan pada perencanaan sumbu
jalan.
2 Alinemen Vertikal / penampang memanjang jalan.
3 Penampang melintang jalan.
4 Jalur Lalu Lintas
5 Laju
6 Bahu jalan
7 Median
8 Trotoar
9 Saluran tepi/samping
10 Lereng/talud

KOMPONEN GEOMETRIK
1 Jari – jari lengkungan/tikungan
2 Derajat Kelengkungan
3 Kelandaian (grade)
4 Superelevasi Jalan
5 Lengkung Peralihan
6 Bagian tangen
7 Bagian lengkung (curved section)
8 Daerah bebas samping
9 Pelebaran tikungan

PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK


1 Kecepatan Rencana (Design Speed)
2 Kendaraan Rencana (Design Vehicle)
3 Volume Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
4 Volume JamRencana (VJR)
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

5 Volume Lalu Lintas Harian Rencana (VLHR)


6 Satuan Mobil Penumpang (SMP)
7 Kapasitas
8 Tingkat Pelayanan (Level of Services)
9 Gaya Sentrifugal
10 Koefisien geser melintang
11 Jarak pandang henti
12 Jarak pandang menyiap
Perencanaan geometrik jalan raya merupakan bagian dari perencanaan jalan yang di
titik beratkan pada perencanaan bentuk fisik sehingga dapat memenuhi fungsi dasar dari
jalan yaitu memberikan pelayanan yang optimum pada arus lalu lintas dan sebagai akses
ke rumah-rumah.
Tujuan dari perencanaan geometrik jalan adalah menghasilkan infrastruktur yang
aman, nyaman, dan efisien pelayanan arus lalu lintas dan memaksimalkan rasio tingkat
penggunaan biaya pelaksanaan ruang.
Yang menjadi dasar perencanaan geometrik adalah
▪ sifat,
▪ gerakan,
▪ ukuran kendaraan,
▪ sifat pengemudi dalam mengendalikan gerakan kendaraannya dan
▪ karakteristik lalu lintas.
Hal – hal tersebut haruslah menjadi bahan pertimbangan perencanaan sehingga
dihasilkan bentuk dan ukuran jalan, serta ruang gerak kendaraan yang memenuhi
tingkat keamanan dan kenyamanan yang diharapkan. Perencanaan konstruksi jalan raya
membutuhkan data – data perencanaan yang meliputi data lalu lintas, data topografi,
data penyelidikan tanah, data penyelidikan material dan data penunjang lainnya.

PERENCANAAN TRASE JALAN


Trase jalan yang direncanakan harus memenuhi persyaratan
▪ teknis
▪ ekonomis
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

▪ lingkungan
Persyaratan teknis : mempertimbangkan faktor topografi, geologi, tata guna lahan/
tataruang wilayah, kemudahan pengerjaan, rekayasa teknologi
Persyaratan ekonomi :mempertimbangkan kelayakan aspek ekonomi dan
finansialtermasuk pembiayaannya dan tidak memberikan dampak pada
pengoperasiankendaraan yang tinggi, juga biaya pemeliharaannya.
Persyaratan lingkungan : mempertimbangkan lingkungan fisik, sosial, budaya
polusiudara maupun suara serta Kesehatan

Pada dasarnya seorang perencana bila dihadapkan pada suatu profil lahan (peta
topografi, peta udara dll) sudah harus berfikir bahwa perancangan geometriknya
berdasarkan situasidan mengadaptasi karakteristik pengendara, lalulintas dan kendaraan
untuk mendapatkandIsain yang optimal, agar jalan memenuhi persyaratan aman,
nyaman, dan ekonomis.Penetapan dan Pemetaan Trase Jalan memerlukan tahapan
survei sebagai berikut:
1. Survei Awal(Reconnaisance Survey)
Mendapatkan peta dasar dalam batas koridor rencana jalan sehingga dapatdigambarkan
rencana trase jalan.
2. Survei Pendahuluan(Preliminary Survey)
Jalur trase jalan terpilih, selanjutnya dipetakan dan diukur kembali secara teliti
untukmendapatkan rencana penentuan trase jalan yang pasti3.
3.Survei Lokasi(Location Survey)

ALINYEMEN HORIZONTAL

Alinyemen horizontal adalah kumpulan titik-titik yang membentuk garis (lurus dan
lengkung) sebagai proyeksi sumbu atau as jalan pada bidang horizontal. Rencana
Alinyemen horizontal pada peta perencanaan juga dikenal sebagai Trase jalan. Aspek-
aspek penting pada alinyemen horizontal mencakup :
1. Gaya sentrifugal.
2. Bentuk-bentuk busur peralihan.
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

3. Bentuk-bentuk tikungan.
4. Diagram Superelevasi.
5. Pelebaran Perkerasan pada tikungan.
6. Jarak pandang pada tikungan.

Bentuk-Bentuk Tikungan
- Full circle (FC) yaitu tikungan yang berbentuk busur lingkaran secara penuh.
Tikungan ini memiliki satu titik pusat lingkaran dengan jari-jari yang seragam.
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

Δ = Sudut Tikung
O = Titik Pusat Tikung
TC = Tangen to Circle
CT = Circle to Tangen
Rc = Jari – jari busur lingkar
Tc = Panjang Tangen (jarak dari TC ke PI atau PI ke TC)
Lc = Panjang Busur Lingkaran
Ec = Jarak Luar dari PI ke busur lingkaran

�𝑐 = 𝑅𝑐 𝑡𝑎𝑛 ½𝛥................................................................................ (2.15)


𝐸𝑐 = 𝑅𝑐 𝐶𝑜𝑠∆ 2 − 𝑅𝑐 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐸𝑐 = 𝑇𝑐 𝑡𝑎𝑛 ¼𝛥 ............................................ (2.16)
𝐿𝑐 = ∆ 360° 2𝜋𝑅𝑐 .................................................................................. (2.17)

- Spiral-circle-spiral (SCS) yaitu tikungan yang terdiri atas 1 lengkung circle dan 2
lengkung spiral.
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

Xc = Absis titik SC pada garis tangen, jarak dari titik ST ke SC


Yc = Jarak tegak lurus ketitik SC pada lengkung
Ls = Panjang dari titik TS ke SC atau CS ke ST
Lc = Panjang busur lingkaran (panjang dari titik SC ke CS)
Ts = Panjang tangen dari titik PI ke titik TS atau ke titik ST
TS = Titik dari tangen ke spiral
SC = Titik dari spiral ke lingkaran
Es = Jarak dari PI ke busur lingkaran
θs = Sudut lengkung spiral
Rc = Jari-jari lingkaran
p = Pergeseran tangen terhadap spiral
k = Absis dari p pada garis tangen spiral
𝜃𝑠 = 𝐿𝑠 𝑥 360 2 𝑥 𝑅𝑐 𝑥 2𝜋 ..................................................................................... (2.18)
𝜃𝑐 = 𝛥– (2 𝑥 𝜃𝑠) ................................................................................ (2.19)
𝐿𝑐 = 𝜃𝑐 360 2𝜋𝑅𝑐...................................................................................... (2.20)
𝑋𝑐 = 𝐿𝑠 − 𝐿𝑠3 40𝑅𝑐2 .................................................................................. (2.21)
𝑌𝑐 = 𝐿𝑠2 6×𝑅𝑐 ............................................................................................. (2.22)
𝑃 = 𝑌𝑐 − 𝑅𝑐 𝑥 (1 − 𝑐𝑜𝑠 𝜃𝑠)............................................................... (2.23)
𝐾 = 𝑋𝑐 – 𝑅𝑐 𝑥 𝑠𝑖𝑛 𝜃𝑠......................................................................... (2.24)
𝑇𝑠 = (𝑅𝑐 + 𝑃 ) 𝑥 𝑡𝑎𝑛 ½𝛥 + 𝐾 .......................................................... (2.25)
𝐸𝑠 = (𝑅𝑐+𝑃) 𝐶𝑜𝑠∆ 2 − 𝑅𝑐 ................................................................................. (2.26)
𝐿𝑡𝑜𝑡 = 𝐿𝑐 + (2 × 𝐿𝑠).......................................................................... (2.27)
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

Bila lengkung Lc > 20 m maka bentuk tikungan spiral–spiral.

Diagram superelevasi
Pencapaian superelevasi masing-masing bentuk tikungan dapat dilihat dari gambar ber :
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

Lengkung peralihan
Lengkung peralihan diperlukan agar supaya pengemudi dapat menyesuaikan manuver
kendaraan pad bagian-bagian geometrik jalan yang bertransisi dari alinyemen lurus ke
lingkaran, atau dari lurus ke lurus atau juga dari alinyemen llingkaran ke lingkaran.
1 Bentuk lengkung peralihan yang paling sesuai dengan gerakan manuver kendaraan
yang aman dan nyaman berbentuk spiral atau clothoid, yaitu lengkung dengan
radius di setiap titik berbanding terbalik dengan panjang lengkungnya.
2 Fungsi Lengkung peralihan pada alinyemen horizontal adalah:
a. Membuat gaya sentrifugal yang bekerja pada kendaraan dapat berubah secara
berangsur-angsur
b. Tempat berubahnya kemiringan perkerasan untuk mengimbangi gaya sentrifugal.
c. Tempat dimana dimulainya perubahan lebar perkerasan untuk mengakomodasi
radius putar kendaraan.
d. Memudahkan pengemudi agar tetap pada lajurnya saat menikung.
Bentuk-bentuk lengkung peralihan yang digunakan pada desain alinyemen jalan,
antara lain sebagai berikut :
a) Spiral-Circle-Spiral (S-C-S), digunakan sebagai peralihan dari alinyemen lurus
(tangent) kea linemen lingkaran (circle) pada tikungan.
b) Spiral-Spiral (S-S), digunakan sebagai peralihan dari alinyemen lurus kea linemen
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

lurus pada tikungan. Namun bentuk lengkung peralihan ini diupayakan untuk
dihindari.
c) Compound Spiral, digunakan sebgai peralihan dari alinyemen lingkaran kea linemen
lingkaran dengan besar jari0-jari yang berbeda.
d) Compound Circle, digunakan sebagai peralihan dari alinyemen lingkaran kea
linyemen lingkaran dengan besar jari-jari yang berbeda. Cenderung digunakan ke
compound spiral dalam pengembangan karena menggunakan program komputer.
e) Full circle, digunakan dengan mempertimbangkan kondisi medan.
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

Jari-jari tikungan
Jari-jari tikungan Perencanaan alinyemen horizontal radius tikungsn dipengaruhi oleh
nilai e dan f serta nilai kecepatan rencana yang ditetapkan. Artinya terdapat nilai radius
minimum untuk nilai superelevasi maksimum dan koefisien gesekan melintang
maksimum. Untuk superelevasi maksimum 8% dan 10% serta untuk koefisien gesekan
melintang maksimum sehubungan dengan nilai kecepatan rencana yang dipilih,
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

ALINYEMEN VERTIKAL
Alinyemen vertikal terdiri atas bagian landai vertikal dan bagian lengkung vertikal, di
tinajau dari titik awal perencanaan bagian landai vertikal dapat berupa landai positif
(tanjakan), landau negatif (turunan),atau landai nol (datar) lalu bagian lengkung vertikal
dapat berupa lengkung cembung dan lengkung cekung.

Landai Maksimum
Kelandaian maksimum dimaksudkan untuk memungkinkan kendaraan bergerak terus
tanpa kehilangan kecepatan yang berarti. Kelandaian maksimum didasarkan pada
kecepatan truk yang bermuatan penuh yang mampu bergerak.
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

Panjang Landai Kritis


Panjang kritis yaitu Panjang landau maksimum yang harus disediakan agar kendaraan
dapat mempertahankan kecepatanya sedemikian sehingga penurunan kecepatan tidak
lebih dari separuh VR. Lama perjalanan tersebut ditetapkan tidak lebih dari satu menit.

Panjang Lengkung Vertikal


- Lengkung vertikal cembung
Panjang L, berdasarkan jarak pandang henti (Jh )
Jh < L, maka : 𝐿 = 𝐴.𝐽ℎ 2 405 .................................................................. (2.39)
Jh > L, maka : 𝐿 = 2 𝐽ℎ − 405 𝐴 ........................................................... (2.40)
Panjang L berdasar jarak pandang mendahului ( Jd)
Jd < L, maka : 𝐿 = 𝐴.𝐽𝑑2 840 .................................................................. (2.41)
Jd > L, maka : 𝐿 = 2 𝐽𝑑 − 840 𝐴 ........................................................... (2.42)
Keterangan :
L = Panjang lengkung vertikal (m)
Jh = Jarak pandangan henti (m)
Jd = Jarak pandangan mendahului atau menyiap (m)
A = Perbedaan grade (m), 𝐴 = 𝑔1 − 𝑔2 %
PLV = Titik awal lengkung parabola.
PV1 = Titik perpotongan kelandaian g1 dan g2
g = Kemiringan tangen ; (+) naik; (-) turun.
EV = Pergeseran vertikal titik tengah besar lingkaran (PV1 - m) meter.
h1 = Tinggi mata pengaruh.
h2 = Tinggi halangan
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

𝑔 = 𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 – 𝑒𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑆𝑡𝑎 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 – 𝑠𝑡𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑥 100% .........................................
(2.43)
𝐸𝑣 = 𝐴.𝐿 200 ............................................................................................(2.44)

-Lengkung Vertikal Cembung


JhL Jh, maka: 𝐿 = 2 𝐽ℎ − 120−3,5𝐽ℎ 𝐴 ....................................................... (2.46)
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

Koordinasi Alinyemen
Alinyemen vertikal, alinyemen horisontal dan potongan melintang jalan arteri perkotaan
harus dikoordinasikan sedemikian sehingga menghasilkan suatu bentuk jalan yang baik
dalam arti memudahkan pengemudi mengemudikan kendaraannya dengan aman dan
nyaman. Bentuk kesatuan ketiga elemen jalan tersebut diharapkan dapat memberikan
kesan atau petunjuk kepada pengemudi akan bentuk jalan yang akan dilalui di
depannya, sehingga pengemudi dapat melakukan antisipasi lebih awal. Koordinasi
alinyemen vertikal dan alinyemen horizontal harus mempengaruhi ketentuan sebagai
berikut : - Lengkung horisontal sebaiknya berhimpit dengan lengkung vertikal, dan
secara ideal alinyemen horisontal lebih panjang sedikit melingkupi alinyemen vertikal. -
Tikungan yang tajam pada bagian bawah lengkung vertikal cekung atau pada bagian
atas lengkung vertikal cembung harus dihindarkan. - Lengkung vertikal cekung pada
landai jalan yang lurus dan panjang, harus dihindarkan. - Dua atau lebih lengkung
vertikal dalam satu lengkung
horisontal harus dihindarkan. - Tikungan yang tajam diantara dua bagian jalan yang
lurus dan panjang harus dihindarka
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

JARAK PANDANG DAN PELEBARAN JALAN


Jarak pandang adalah suatu jarak yang diperlukan oleh seorang pengemudi pada saat
mengemudi, sedemikian sehingga jika pengemudi melihat suatu halangan yang
membahayakan, maka pengemudi dapat melakukan sesuatu tindakan untuk menghindari
bahaya tersebut dengan aman.
Jarak Pandang Dapat dimanfaatkan pula dalam perencanaan penempatan rambu lalu
lintas dan marka jalan, baik secara geometrik maupun kondisi lingkungan yang kurang
memenuhi persyaratan. Jarak Pandang terdiri dari :
1.Jarak Pandang Henti (Jh)
2.Jarak Pandang Mendahului (Jd)

MANFAAT JARAK PANDANG


1. Menghindarkan terjadinya tabrakan
2. Memberi kemungkinan untuk mendahului kendaraan lain yang bergerak dengan
kecepatan yang lebih rendah dengan mempergunakan lajur di sebelahnya
3. Menambah efisiensi jalan, sehingga volume pelayanan dapat dicapai semaksimal
mungkin
4. Sebagai pedoman bagi pengatur lalulintas dalam menempatkan rambu-rambu
lalulintas yang diperlukan pada setiap segmen jalan

A.Jarak pandang henti


-Jh adalah jarak minimum yang diperlukan oleh setiap pengemudi untuk menghentikan
kendaraannya dengan aman begitu melihat adanya halangan di depan.
-Jalan harus direncanakan sehingga dapat memberikan jarak pandang yang paling besar
atau paling sedikit sama dengan jarak pandangan henti minimum tersebut.
- Jh diukur berdasar asumsi : tinggi mata pengemudi 105 cm dan tinggi halangan 15 cm
yang diukur dari permukaan jalan.
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

JARAK PANDANG HENTI (Jh) Jh terdiri atas 2 (dua) elemen jarak, yaitu:
-Jarak Tanggap (Jht) adalah jarak yang ditempuh oleh kendaraan sejak pengemudi
melihat suatu halangan yang menyebabkannya harus berhenti sampai saat pengemudi
menginjak rem.
-Jarak Pengereman (Jhr)

JARAK PANDANG HENTI (Jh)


- Waktu reaksi total (T) = waktu ketika pengemudi melihat rintangan s/d. menginjak rem,
berdasarkan “teori PIEV” sebagai berikut :
-Perception time.
-Intellection time
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

-Emotion time
-Volition time
-Waktu PIEV dipengaruhi :
-karakteristik fisik pengemudi,
-faktor psikologis,
-kondisi lingkungan,
-maksud perjalanan, dan
-kecepatan kendaraan.
-T (detik), berdasar Standar AASTO : 2,5 dtk Standar Inggris : 2 dt

B.Jarak pandang mendahului


JARAK PANDANG MENDAHULUI (Jd)
-Jd adalah jarak yang memungkinkan suatu kendaraan mendahului kendaraan lain di
depannya dengan aman sampai kendaraan tersebut kembali ke lajur semula
-Jd diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalah 105 cm dan tinggi
halangan adalah 105 cm 15 JARAK PANDANG MENDAHULUI (Jd) Asumsi yang
diambil pada saat menentukan Jd:
1. Kendaraan yang didahului kecepatannya tetap
2. Kecepatan kend yang mendahului lebih besar daripada kecepatan kend yang
didahului
3. Perlu waktu pengambilan keputusan mendahului bila ruang untuk mendahului telah
tercapai
4. Apabila start terlambat pada saat menyiap, harus kembali ke jalur dan kecep rata-rata
saat mendahului 15 km/jam lebih besar daripada kendaraan yang didahului
5. Pada saat kembali ke jalur semula perlu jarak dengan kendaraan yang arahnya
berlawanan
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

-d1
- jarak yang ditempuh selama waktu tanggap (m)
= jarak tempuh selama pengamatan + waktu reaksi + waktu mulai memakai jalur lain

dengan:
T1 : waktu penyesuaian awal = 2,12 + 0,026 VR (±3,7 – 4,3 detik)
a : percepatan rata-rata kendaraan yang menyiap (km/jam/detik), = 2,052 + 0,0036 VR
VR : kecepatan kendaraan yang menyiap
m : selisih kecepatan kendaraan yang menyiap dan disiap (biasanya diambil 10-15
km/jam) ) 2 . 0,278. .( 1 1 1 aT d = T VR − m + 17  d2
- jarak yang ditempuh selama mendahului sampai dengan kembali ke lajur semula (m) 
= Jarak tempuh kendaraan yang menyiap di jalur lawan

-d2
-jarak yang ditempuh selama mendahului sampai dengan kembali ke lajur semula (m) 
= Jarak tempuh kendaraan yang menyiap di jalur lawan
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

dengan: T2 : waktu kendaraan menyiap di jalur lawan (dtk) = 6,56 + 0,048 VR

VR : kecepatan kendaraan yang menyiap

- d3
-jarak kendaraan menyiap di akhir gerakan dengan kendaraan di arah lawan
-diambil 100-300 ft (1m = 3,28 ft)

-d4
-Jarak tempuh kendaraan arah lawan, jalur lalu lintas terpakai kendaraan yang menyiap
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

-Daerah mendahului harus disebar di sepanjang jalan dengan jumlah panjang minimum
30% dari panjang total ruas jalan tersebut
-Pengaruh kelandaian:
- Pada pendakian
-Pada penurunan
-Jarak pandang malam:
-Ditentukan oleh jarak pandang henti
-Asumsi tinggi 60 cm sudut 1° ke atas

Aplikasi Jh dan Jd untuk Desain L (Panjang Lengkung Vertikal)


-Panjang lengkung vertikal cembung berdasarkan Jh
- Jh = S, dan ditentukan sesuai ketentuan yang di depan

-A = Perbedaan grade (m)


-L = Panjang lengkung vertikal cembung (m)
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

-Panjang lengkung vertikal cembung berdasarkan jarak pandang menyiap h1 = 125 cm


dan h2 = 125 cm.

-Panjang lengkung vertikal cekung berdasarkan Jh (umum)

C.Daerah Bebas Samping Tikungan (E)


Daerah bebas samping tikungan adalah ruang untuk menjamin kebebasan pandang
ditikungan sehingga Jh terpenuhi. Daerah bebas samping dimaksudkan untuk
memberikan kemudahan pandang di tikungan dengan membebaskan obyekobyek
penghalang sejauh E (m).
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

DRAINASE
Drainase didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari usaha untuk
mengalirkan air yang berlebih dalam suatu konteks pemanfaatan tertentu. Sedangkan
drainase (S.N.1997). Kurang perencanaan dimensi drainase jalan yang sesuai dapat
menjadi salah satu penyebab kerusakan konstruksi jalan, karena banyaknya air drainse
yang masuk ke badan jalan sehingga aspal jalan mudah terkelupas karena musuh dari
aspal adalah air. Maka perlunya perencanaan sistem drainase jalan harus dilaksanakan
dengan baik dan terencana. Air hujan/air limpasan dari daerah disekitar jalan harus
dialirkan ke sungai atau ke tempat-tempat pembuangan lainnya dengan melalu saluran
tepi jalan dan bangunan air yang melintas jalan.
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

GALIAN DAN TIMBUNAN


Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan pengikat yang digunakan
untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai adalah batu pecah atau batu
belah ataupun bahan lainnya. Bahan pengikat yang digunakan adalah aspal, semen dan
tanah liat.
Menurut Sukirman (1999), perencanaan tebal perkerasan lentur jalan baru umumnya
dapat dibedakan menjadi 2 metode, yaitu :
1. Metode Empiris Metode ini dikembangkan berdasarkan pengalaman dan penelitian
dari jalan – jalan yang dibuat khusus untuk penelitian atau dari jalan yang sudah ada.
Terdapat banyak metode empiris yang telah dikembangkan oleh berbagai negara,
seperti :
a. Metode AASHTO, Amerika Serikat, yamg telah mengalami perubahan terus menerus
sesuai dengan penelitian yang diperoleh. Perubahan terakhir dilakukan pada edisi 1986
yang dapat dibaca pada buku AASHTO “Guide For Design of Pavement Structures
1986”.
b. Metode Bina Marga, Indonesia yang merupakan modifikasi dari metode AASHTO
1972 revisi 1981. Modifikasi ini dilakukan untuk penyesuaian dengan kondisi alam,
lingkungan, sifat tanah dasar, dan jenis lapis perkerasan yang umum dipergunakan di
Indonesia. Edisi terakhir dari 21 metode Bina Marga dikeluarkan tahun 2017, yaitu “
Manual Perkerasan Jalan ( Revisi Juni 2017 ) Nomor 04/SE/Db/2017 ”.
c. Metode NAASRA, Australia yang dapat dibaca pada “ A Guide to the Structural
Design of Road Pavements”.
d. Metode Road Note 29, Inggris.
e. Metode Road Note 31, Inggris, metode ini dikeluarkan oleh TRRL khusus untuk
perencanaan tebal perkerasan lentur di negara – negara beriklim subtropis dan tropis.
f. Metode Asphalt Institute, yang dapat dibaca pada “ Thickness Design Asphalt
Pavements for Highways and Streets, MS-I”.

2. Metode Teoritis Metode ini dikembangkan berdasarkan teori matematis dari sifat
tegangan dan regangan pada lapisan perkerasan akibat beban berulang dari lalu lintas.
Metode teoritis yang umum dipergunakan saat ini berdasarkan teori elastik ( elasyic
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

layered theory). Teori ini membutuhkan nilai modulus elastisitas dan Poisson Ratio dari
setiap lapisan perkerasan. Jenis – Jenis Struktur Perkerasan Jenis Struktur perkerasan
terdiri atas :
1. Perkerasan pada permukaan tanah asli
2. Perkerasan pada timbunan
3. Perkerasan pada galian.
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

Bab 3
Metode Perhitungan
1.3. Metode Perhitungan
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

Perencanaan geometrik adalah bagian dari perencanaan jalan dimana geometrik atau
dimensi nyata jalan beserta bagian-bagiannya disesuaikan dengan tuntutan serta sifat-
sifat lalu lintas. Melalui perencanaan geometrik ini perencana berusaha menciptakan
sesuatu hubungan yang baik antara waktu dan ruang sehubungan dengan kendaraan
yang bersangkutan, sehingga dapat menghasilkan efisiensi keamanan serta kenyamanan
yang paling optimal dalam pertimbangan ekonomi yang paling layak.Perencanaan
geometrik pada umumnya menyangkut aspek perencanaan jalan seperti lebar, tikungan,
landai, jarak pandang dan juga kombinasi dari bagian-bagian tersebut.Perencanaan
geometrik ini berhubungan erat dengan arus lalu lintas, sedangkan perencanaan
konstruksi jalan lebih bersangkut paut dengan beban lalu lintas tersebut.

Pengertian Jalan Raya


Menurut Silvia Sukirman Jalan raya atau jalur lalu lintas (tranvelled way =
carriage way) adalah keseluruhan bagian perkerasan jalan yang diperuntukan untuk lalu
lintas kenderaan. Jalur lalu lintas terdiri dari beberapa lajur (lane) kenderaan. Lajur
kenderaan yaitu bagian dari jalur lalu lintas yang khusus diperun tukan untuk dilewati
oleh suatu rangkaian kenderaan beroda empat atau lebih dalam satu arah . jadi jumlah
jalur minimal untuk jalan 2 arah dan pada umumnya disebut sebagai jalan 2 lajur 2 arah.
Jalur lalu lintas untuk satu arah minimal terdiri dari 1 lajur lalu lintas.

KlasifiKLASIFIKASI JALAN
Factor-faktor pokok pada klasifikasi jalan jalan raya untuk penerapan pengendalian dan
kreteria perencanaan geometrik adalah Volume Lalu lintas Rencana (VLR), fungsi jalan
raya dan kondisi medan.
Menurut peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya, jalan dibagi atas beberapa kelas
yang telah ditetapkan berdasarkan fungsi dan volumenya, serta sifat-sifat lalu lintas
berdasarkan ketentuan Dirjen Bina Marga. Adapun penggolongan tersebut sebagai syarat
batas dalam perencanaan suatu jalan yang
Sesuai dengan fungsinya. Penggolongan kelas jalan tersebut diperlihatkan pada tabel 2.1
berikut :
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

Tabel 2.1 : Penggolongan kelas jalan


Fungsi Medan VLR ( smp / hari )
> 30. 000 30.000³ >10.000 10.000 ³
D
JALAN Kelas III Kelas III Kelas IV
B
KOLEKTOR
G Kelas III Kelas III Kelas IV
Sumber : Spesxifikasi standar untuk pertencanaan geometrik jalan luar kota
(Rancangan akhir), 1990

BAGIAN-BAGIAN JALAN

Bagian yang bermanfaat untuk lalu lintas, terdiri dari: jalur lalu lintas, lajur lalu lintas,
bahu jalan, trotoar, median
Bagian yang bermanfaat untuk drainase jalan, terdiri dari: ditch, kemiringan melintang
jalan maupun bahu, kemiringan lereng

1. Bagian pelengkap, terdiri dari: kerb, guard rail atau parapet


2. Bagian konstruksi jalan, terdiri dari: lapisan surface, lapisan pondasi atas maupun
bawah, lapisan tanah dasar
3. Ruang manfaat jalan (Rumaja)
4. Ruang milik jalan (Rumija)
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

5. Ruang pengawasan jalan (Ruwasja)

jalur lalu lintas (travelled/carriage way) adalah keseluruhan bagian perkerasan jalan
yang diperuntukkan untuk lalu lintas kendaraan.
Lajur lalu lintas adalah bagian dari jalur lalu lintas yang khusus diperuntukkan untuk
dilewati oleh satu rangkaian kendaraan beroda empat atau lebih dalam satu arah.
Bahu jalan adalahjalur yang terletak pada berdampingan jalur lalu lintas dengan ataupun
tanpa diperkeras
Trotoar (side walk) adalah jalur yang terletak bersisian dengan jalur lalu lintas yang
khusus diperuntukkan bagi pejalan kaki (pedestrian)

jalur lalu lintas (travelled/carriage way) adalah keseluruhan bagian perkerasan jalan
yang diperuntukkan untuk lalu lintas kendaraan. Sedangkan Lajur lalu lintas adalah
bagian dari jalur lalu lintas yang khusus diperuntukkan untuk dilewati oleh satu
rangkaian kendaraan beroda empat atau lebih dalam satu arah.

PARAMETER DESIGNE

1. Kendaraan rencana
2. Kecepatan
3. Volume lalu lintas
4. Tingkat pelayanan
5. Jarak pandang

ALINEMEN HORIZONTAL
Alinemen horizontal (trase jalan) adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang horisontal.
Alinemen horisontal tersusun atas garis lurus dan garis lengkung (busur) atau lebih
dikenal dengan istilah tikungan. Busur terdiri atas busur lingkaran saja (full-circle),
busur peralihan saja (spiral-spiral), atau gabungan busur lingkaran dan busur peralihan
(spiral-circlespiral).
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

Gaya Apa Saja yang Terjadi di Tikungan ?

F=ma
F = (G.V^2)/(g.R)

Dimana :
F = gaya sentrifugal
m = massa kendaraan
a = percepatan sentrifugal
G = berat kendaraan
g = gaya gravitasi
V = kecepatan kendaraan
R = jari-jari tikungan

Gaya yang mengimbangi gaya sentrifugal adalah berasal dari :


• Gaya gesekan melintang roda (ban) kendaraan yang sangat
dipengaruhi oleh koefisien gesek (= f)
• Superelevasi atau kemiringan melintang permukaan jalan (= e)
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

Ketajaman lengkung horisontal (tikungan) dinyatakan dengan besarnya radius lengkung


(R) atau dengan besarnya derajat lengkung (D). Derajat lengkung (D) adalah besarnya
sudut lengkung yang menghasilkan panjang busur 25 meter.

D = (25/π.R) . 360
D = 1432.39 / R

Radius lengkung (R) sangat dipengaruhi oleh besarnya superelevasi (e) dan koefisien
gesek (f) serta kecepatan
rencana (V) yang ditentukan. Untuk nilai superelevasi dan koefisien gesek melintang
maksimum pada suatu kecepatan yang telah ditentukan akan meghasilkan lengkung
tertajam dengan radius minimum (Rmin).

Pada jalan lurus dimana radius lengkung tidak berhingga perlu direncanakan super
elevasi (en) sebesar 2 – 4 persen
untuk keperluan drainase permukaan jalan.

Secara teori pada tikungan akan terjadi perubahan dari radius lengkung tidak berhingga
(R~) pada bagian lurus menjadi radius lengkung tertentu (Rc)pada bagian lengkung dan
sebaliknya. Untuk mengimbangi perubahan gaya sentrifugal secara bertahap diperlukan
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

lengkung yang merupakan peralihan dari R~ menuju Rc dan kembali R~


Lengkung peralihan ini sangat dipengaruhi oleh sifat pengemudi, kecepatan kendaraan,
radius lengkung dan superelevasi jalan. Pencapaian superelevasi dari en menjadi emaks
dan kembali menjadi en dilakukan pada awal sampai akhir lengkung secara bertahap.
Panjang lengkung peralihan (Ls) diperhitungkan dari superelevasi sebesar en sampai
superelevasi mencapai emaks.

Panjang lengkung peralihan (Ls) yang digunakan dalam perencanaan adalah yang
terpanjang dari pemenuhan persyaratan untuk:
• Kelandaian relatif maksimum

Modifikasi rumus SHORT


PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

Berdasarkan panjang perjalanan selama waktu tempuh 3 detik (Bina Marga) atau 2 detik
(AASHTO)Ls = (V/3.6) . T

Kelandaian relatif maksimum (1/m) berdasarkan kecepatan rencana berikut :

No Kecepatan Rencana (Vr)

20 30 40 50 60 80 100

Bina
1/50 1/75 1/100 1/115 1/125 1/150 1/100
Marga

No Kecepatan Rencana (Vr)

32 48 64 80 88 96 104

AASHTO 1/33 1/150 1/175 1/200 1/213 1/222 1/244

Diagram Superelevasi

Merupakan penggambaran pencapaian superelevasi dari lereng normal (en) sampai


lereng maksimal (e maks), sehingga dapat ditentukan diagram penampang melintang
setiap titik (stationing) pada suatu tikungan yang direncanakan.
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

Jenis-Jenis Tikungan

• Full Circle,
• Spiral – Circle – Spiral,
• Spiral – Spiral,

Full Circle
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

Karena hanya terdiri dari lengkung sederhana saja, maka perlu adanya lengkung
peralihan fiktif (Ls`) untuk mengakomodir perubahan superelevasi secara bertahap.
Bina marga menempatkan ¾ Ls` pada bagian lurus dan ¼ Ls` pada bagian lengkung •
AASHTO menmpatkan 2/3 Ls` pada bagian lurus dan 1/3 Ls` pada bagian lengkung.

Spiral – Circle – Spiral


PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

Lc untuk lengkung type S – C – S sebaiknya ≥ 20 meter


Spiral – Spiral
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

Rc yang dipilih harus sedemikian rupa sehingga Ls yang diperlukan dari Ls


berdasarkan landai relatif lebih besar dari
pada Ls berdasarkan modifikasi SHORT serta Ls berdasarkan panjang perjalanan
selama 3 detik (Bina Marga) atau selama 2 detik (AASHTO).
Pelebaran Pada Lengkung
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

b = lebar kendaraan rencana


B = lebar perkerasan yang ditempati satu kendaraan di tikungan pada lajur sebelah
dalam
U = B-b
C = lebar kebebasan samping di kiri dan kanan kendaraan
Z = lebar tambahan akibat kesukaran mengemudi di tikungan
Bn = lebar total perkerasan pada bagian lurus
Bt = lebar total perkerasan di tikungan
n = jumlah lajur
Bt = n(Bt + C) + Z
Db= tambahan lebar perkerasan di tikungan = Bt - Bn

Rw = radius lengkung terluar dari lintasan kendaraan pada lengkung horisontal untul
lajur sebelah dalam, besarnya dipengaruhi oleh tonjolan
depan (A) kendaraan dan sudut belokan roda depan (a). Ri = radius lengkung terdalam
dari lintasan kendaraan pada lengkung horisontal untuk lajur sebelah dalam, besarnya
dipengaruhi oleh jarak gandar kendaraan (p).
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

ALINEMEN VERTIKAL

Alinemen vertikal (kelandaian) adalah perpotongan bidang vertikal dengan bidang


permukaan perkerasan jalan sehingga sering dikenal dengan penampang memanjang
jalan. Faktor yang menjadi pertimbangan penentuan alinemen vertikal adalah: kondisi
tanah dasar, keadaan medan (terrain), fungsi jalan, hwl/lwl, kelandaian yang masih
memungkinkan. Kelandaian dibaca dari kiri ke kanan; diberi nilai positif untuk
pendakian dari kiri ke kanan dan nilai negatif untuk penurunan dari kiri ke kanan.
Kelandaian
Landai minimum; landai idealnya sebesar 0% (datar), landai 0.15% disarankan untuk
jalan menggunakan kerb, landai 0.3 – 0.5% disarankan untuk jalan di daerah galian
menggunakan kerb. Landai maksimum; adalah kelandaian tertentu dimana kelandaian
akan mengakibatkan berkurangnya kecepatan yang masih lebih besar dari setengah
kecepatan rencana.

Vr (Km/jam) 120 110 100 80 60 50 40 <40

Kelandaian Max
3 3 4 5 8 9 10 10
(%)

Panjang kritis (meter) sangat diperlukan sebagai batasan kelandaian maksimum agar
pengurangan kecepatan tidak lebih dari kecepatan rencana (tabel di bawah)

Kelandaian

Vr (Km/jam) (%)

4 5 6 7 8 9 10

80 630 460 360 270 230 230 200

60 320 210 160 120 110 90 80


PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

TYPE ALINEMEN VERTIKAL


Lengkung vertikal cembung

Lengkung vertikal cekung


PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

BAB 4
Laporan
1.4. Hasil Perhitungan
1. Titik kiri
2. Titik Tenagh
3. Titik Kanan
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

- PENENTU LOKASI JALAN


1) Penentu koordinat titik acuan (x,y)
Kecepatan rencana = 45 km/jam

2) Perhitungan koordinat dalam (m) dengan skala 1: 10.000


Titik Koordinat kontur(1:10.000) Koordinat sebenarnya
A (7.0) (700 . 0)
PI1 (6,3 . 4,9) (630 . 490)
PI2 (2,5 . 10,2) (250 . 10,20)
B (1 . 22) (100 . 2200)

3) Perhitungan Azimuth
𝑥2−𝑥1
-) ∝ 𝐴=tan-1 (𝑦2−𝑦1)

= 171 ° 52’11’’
𝑥3−𝑥2
-) ∝ 𝐴=tan-1 ( )
𝑦3−𝑦2

= 114 °21’36’’
𝑥4−𝑥3
-) ∝ 𝐴=tan-1 (𝑦4−𝑦3)

= 190 ° 37’10’’

4) Perhitungan jarak
-) ∝ 𝐴 = 𝑃𝐼 1 = √(𝑥 2 + 𝑥1 )2+√(𝑦 2 + 𝑦 1 )2

=√(630 − 700)2 + √(430 − 0)2

= √490.49975
= 22.1423
-) ∝ 𝑃𝐼 1 – 𝑃𝐼 2 = √(𝑥 3 + 𝑥 2 )2+√(𝑦 3 + 𝑦 2 )2

=√(250 − 630)2 + √(10.20 − 490)2

= √9537.5707
= 97.6575
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

-) ∝ 𝑃𝐼 2 – B = √(𝑥 4 + 𝑥 3 )2+√(𝑦 4 + 𝑦 3 )2

=√(100 − 250)2 + √(220 − 10.20)2


= √170
= 13.0384

5) Perhitungan Sudut Defleksi


- S 𝑃𝐼 1 = ∝ 𝑃𝐼 1 - XA

= 114 ° 21’36’’- 171 ° 52’11’’

= 57 ° 30’35’’

- S 𝑃𝐼 2 = ∝ 𝑃𝐼 1 - 𝑃𝐼 2

= 114 ° 21’36’’- 190 ° 37’10’’

= 76 ° 15’134’’
𝜀% 𝑘𝑒𝑚𝑖𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛
Jenis Medan = 𝑛
…………..
= 48

=
- Klasifikasi Medan
• Rata-Rata =
• Maksimum =
• Minimum =

Jenis Notasi Kemiringan


Datar D < 3%
Perbulan B 3%-5%
Pegunungan G > 25%
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

ALINYEMEN

HORIZONTAL
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

PEMILIHAN JENIS TIKUNGAN


❖ Tikungan 1
Diketahui : VR = 50 kg/jam
Emaks = 10% = 0,1
Fmaks = 0,16
Enormal = 2% = 0,02
Kelandaian relatif maks (1⁄𝑚) = 1⁄150
Re = 0,035 m/m/detik
Lebar jalan = 8 m = 4 m
∆ = 57.30°

Menggunakan cara AASHTO


• Menentukan jari-jari minimum (Rmin)

𝑉𝑟 2
Rmin = 127 (𝐸𝑚𝑎𝑘𝑠+𝐹𝑚𝑎𝑘𝑠)
502
= 127 (0,1+0,16)
2500
= 33.2

Rmin = 75.301204 ≈ 75 m

Rmin = 75 diabaikan dulu, diambil R dari tabel yang paling kecil yang masih memenuhi
syarat.
R = 800 m
e.p tabel = 0,10
Ls tabel = 55 m
Dari tabel metrik Ls diambil yang terbesar, karena lebih landai diambil dengan rumus
dibawah ini :

▪ Berdasarkan waktu tempu dilengkung peralihan


𝑉𝑟
Ls = 3,6 T
50
= 3,6 . 3 = 42m

▪ Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal


𝑉𝑟 𝑉𝑟.𝑒
Ls = 0,022 𝑟.𝑐 – 2,727 𝑐
50 50 . 0,1
= 0,022 80.1 – 2,727 1
= -13,62125 m

▪ Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian


(𝑒𝑚− 𝑒𝑛) .𝑉𝑟
Ls = 3,6 .𝑟𝑒
(0,1− 0,02) .80
= 3,6 . 0,035
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

4
= 0,126 = 32 m

▪ Berdasarkan rumus spiral


Ls = 2 𝜃s . R
57.30° 2 . 3,14
= 2 ( 2 ) ( 360 ) . 80
= 2 (28.65) (0,0174) .80
= 79.7616 ≈ 80 m

▪ Berdasarkan kelandaian relatif


Ls = b . m (ep + en)
= 4. 150 (0,1 + 0,02)
= 72 m

Ls yang digunakan = 80 m

▪ Cek kelandaian relatif


b . m (ep + en) = 2 𝜃s . Rc
57.30 ×2 . 3,14
4 . 150 (0.1 + 0.02) = 2 ( ) 80
360
600 ep + 0.12 = 80
600 ep = 666.7
ep = ≈ 1.111

Ls = b . m (ep + en)
80 = 4 . m (0,11 + 0,02)
80 = 4 . m (0,13)
80 = 1,013988 m
m = 0.52
m =80/0.52 = 153.84
1 1
= 500 MEMENUHI√
𝑚𝑎𝑘𝑠

❖ Tikungan 2

Diketahui : VRencana = 80 km/jam


Emaks = 10% = 0,1
Fmaks = 0,16
Enormal = 2% = 0,02
Kelandaian relatif maks (1⁄𝑚) = 1⁄150
Re = 0,035 m/m/detik
Lebar jalan = 8 m = 4 m
∆ = 76.15°

Menggunakan cara AASHTO


• Menentukan jari-jari minimum (Rmin)
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

𝑉𝑟 2
Rmin = 127 (𝐸𝑚𝑎𝑘𝑠+𝐹𝑚𝑎𝑘𝑠)
802
= 127 (0,1+0,16)
1600
= 127 (0,266)
6400
= 33,782

Rmin = 359.95 ≈ 360 m


Dari tabel metric Rmin = 360 Rmin = 360 diabaikan dulu, diambil R dari tabel yang paling
kecil yang masih memenuhi syarat

▪ Berdasarkan waktu tempuh dilengkung peralihan


𝑉𝑟
Ls = 3,6 T
80
= 3,6 . 3 = 66.7 m

▪ Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal


𝑉 𝑉 . 𝑒
Ls = 0,022 . 𝑟 𝑟.𝑐 – 2,727 𝑟𝑐
80 80 .0,1
= 0,022 50 . 1 – 2,727 1
= 0,22– 21.816
= -21.596

▪ Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian


(𝑒𝑚− 𝑒𝑛) .𝑉𝑟
Ls = 3,6 .𝑟𝑒
(0,1− 0,02) .80
= 3,6 . 0,035
2.4
= 0.126 = 19.04 m

▪ Berdasarkan rumus spiral


Ls = 2 𝜃s . R

76.15° 2 . 3,14
= 2 ( 2 ) ( 360 ) . 80
= 2 (38.075) (0,0174) . 80
= 106.009 ≈ 106 m

▪ Berdasarkan kelandaian relatif


Ls = b . m (ep + en)
= 6 . 150 (0,1 + 0,02)
= 72 𝑚

Ls yang digunakan = 106 m


▪ Cek kelandaian relatif
b . m (ep + en) = 2 𝜃s . Rc
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

57.30×2 . 3,14
4 . 143 (ep + en) =2( ) 80
360
600 ep + 0.12 = 80
600 ep = 666.7
ep = ≈ 1.111

Ls = b . m (ep + en)
80 = 4 . m (0,1 + 0,02)
80 = 4 . m (0,1)
80 = 0.52 m
m = 150
1 1
= 150 MEMENUHI
𝑚𝑎𝑘𝑠

• Tikungan 1
Dik : R = 80 m
ep = 0,1
ls = 80
∆ pI = 57.30°

𝐿𝑠 360°
❖ QS = .
2𝑅 2𝜋
80 360°
= .
2.80 2.3,14

= 0.5 . 57,325
= 56.825°

❖ ∆C = ∆ - 2.Ɵs
❖ = 57.30° - 2.(56.825)

= 0,402° = 0 ° 28’30’’
∆𝐶 ×2𝜋𝑅 ×𝑅𝐶
❖ Lc = 360°
0,47°×2.3,14×80
= 360°

= 0,3279° → ( 𝐿𝑐 > 25)


Tipe tikungan s-c-s
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

❖ Komponen tikungan
1 1
Ɵ𝑠 = ∆ = 57.30°
2 2
= 28.5°

∆𝑐 = 0,47°
Lc = 0,3279°
𝐿𝑠 2
Yc =
𝐺𝑟
802
=
6 (80)

= 13,33

𝐿𝑠 3
❖ Xc = Ls -
40.R 2
803
= 80-
40.802
240
= 80-
3.200

= 80 – 0.075
= 79.925
❖ K = XC-R.sin 𝜃s
= 79,925-80 sin 28.5°
= 79.925-38.1727
= 41,7523

❖ P = yc – R(1-cos 𝜃s)
= 13.33-80(1-cos 28.5°)
=13.33– 80(0.121)
=3,65
𝛥
❖ Ts = (R+P)tan 2 + K
= (80 +3,65) tan 28.5° + 41,7523
= (83.65).0.5429+41.752
= 34.925

(𝑅+𝑃)
❖ Es = 𝛥 -R
cos
2
(80+3.65)
= -80
cos 28.5°
=4.153
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

❖ L.Total = 2. Ls
= 2 . 80
= 160m

• Tikungan 2
Dik : R = 80 m
ep = 0,1
ls = 80
∆ pI = 28.5°
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

𝐿𝑠 360°
❖ QS = .
2𝑅 2𝜋
80 360°
= .
2.80 2.3,14

= 0.5 . 57.325
= 56.325°

❖ ∆C = ∆ - 2.Ɵs
= 28,5° - 2.(56,49,30°)
= 28.325°

∆𝐶 ×2𝜋𝑅 ×𝑅𝐶
❖ Lc = 360°
28.325°×2.3,14×80
= 360°

= 39.52° → ( 𝐿𝑐 > 25)


Tipe tikungan s-c-s
𝐿𝑠 2
❖ Yc =
𝐺𝑟
802
=
6 (80)

= 13.33

𝐿𝑠 3
❖ Xc = Ls -
40.R 2
803
= 80-
40.802
= 80-0.075
= 79.925
❖ K = XC-R.sin 𝜃s
= 79.925 -80sin 56.49
= 13m
❖ P = yc – R(1-cos 𝜃s)
= 13.33-80(1-cos 56.49°)
= 66.1229
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

𝛥
❖ Ts = (R+P)tan 2 + K
= (80 +66.1229) tan ,56.49.30° + 12.96
= 146.1229+14.489
= 160.6119

(𝑅+𝑃)
❖ Es = 𝛥 -R
cos
2

(80+66.1229)
= -80
cos 56.49.30°

146.1229
= – 80
0,5471

=187.08

❖ L.Total = 2. Ls
= 2 . 80
= 160m
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

MUHAMMAD PATI ARYA VITO


2021250109

Anda mungkin juga menyukai