BAB I
PENDAHULUAN
Potensi negatif lain juga timbul saat kegiatan konstruksi jembatan. Pembukaan
lahan, penggunaan energi yang besar, polusi udara, polusi suara ikut memberikan
dampak buruk bagi alam. Oleh karena itu metode konstruki yang baik harus
menjadi perhatian utama dalam pembangunan jembatan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari proposal jembatan ini adalah menghasilkan desain jembatan yang
sesuai dengan kriteria desain kompetisi ini. Kriteria desain yang dimaksud
adalah:
memenuhi syarat kekuatan,
memenuhi syarat kekakuan sehingga memberikan serviceability yang
baik,
memberikan estetika yang baik, serta berwawasan Nusantara Indonesia
ramah lingkungan, dan
2
ekonomis.
Page
Mengingat medan kerja suatu konstruksi bukanlah suatu hal yang dapat dipilih,
maka untuk mewujudkan jembatan sesuai kriteria di atas diperlukan suatu
metode konstruksi yang reliable dan aplikatif untuk digunakan di segala jenis
medan, termasuk medan yang sulit dijangkau. Hal ini menjadi salah satu sasaran
dalam proposal ini.
1.3 Metodologi
Untuk menentukan desain optimal jembatan yang sesuai dengan persyaratan
kompetisi, metode yang dilakukan adalah:
optimasi konfigurasi model jembatan,
optimasi konfigurasi penampang, dan
iterasi optimasi antara konfigurasi model dan penampang.
komponen jembatan.
Kompetisi Jembatan Indonesia VII
JEMBATAN SABARU
Bab III mengenai desain model jembatan, berisi dasar teori model,
kriteria perancangan, sistem struktur untuk model, dan sistem sambungan.
Bab IV mengenai perakitan model jembatan, berisi perakitan model
jembatan.
Bab V mengenai rencana anggaran biaya pembuatan model jembatan.
Bab VI mengenai penutup, berisi kesimpulan dari seluruh bab
sebelumnya.
4
Page
BAB II
DESAIN JEMBATAN UKURAN SEBENARNYA
Lebar 9 meter
Tinggi 6 meter
Jembatan akan bekerja dengan prinsip elemen rangka. Landasan tema yang
digunakan untuk mendesain jembatan ini adalah “Jembatan Ramah Lingkungan Dan
Berwawasan Nusantara”. Pada perlombaan KJI ke-7 ini, jembatan yang dilombakan
adalah jembatan yang telah dimodelkan dengan skala 1:10.
Jembatan adalah salah satu infrastruktur penting dalam proses perkembangan suatu
daerah. Sebagai media transportasi, jembatan memiliki peran yang tak terbatas.
Hadirnya jembatan pada suatu daerah dapat menyokong pertumbuhan daerah
tersebut.
Berikut adalah fungsi jembatan:
a. Jembatan sebagai prasarana transportasi
Fungsi utama jembatan adalah untuk menghubungkan dua daratan yang
terpisahkan oleh suatu halangan, seperti laut, selat, sungai, atau rawa. Tanpa
jembatan, memang halangan tersebut masih dapat diatasi. Moda-moda
transportasi untuk mengatasi halangan tersebut sudah cukup banyak,
misalnya kapal (moda laut) dan pesawat (moda udara).
salah satunya. Dengan memakai moda udara, tentu waktu tempuh yang
Kompetisi Jembatan Indonesia VII
JEMBATAN SABARU
diperlukan jauh lebih cepat. Tetapi faktor biaya tidak bisa dilupakan begitu
saja. Moda laut memiliki karakteristik yang lain, tetapi bekerja dengan pola
yang sama.
Untuk jarak pendek sampai menengah, moda darat adalah yang paling efisien
dari segi cost-performance. Untuk jangka panjangnya, tentu yang paling
efisienlah yang dipilih. Melihat kebutuhan tersebut, maka hadirnya jembatan
adalah salah satu solusi.
Jembatan tempo dulu pada umumnya sederhana dan berbentang pendek. Ini
6
Page
karena belum begitu majunya teknologi pada saat itu. Seiiring dengan
Kompetisi Jembatan Indonesia VII
JEMBATAN SABARU
Jembatan baja ini berdimensi panjang 60 meter, lebar 9 meter, dan tinggi 6
meter. Dengan lebar 9 meter, segi layan jembatan akan dioptimumkan dengan
membagi jembatan menjadi 2 lajur 2 jalur tanpa median.
2. Aspek Teknis
Aspek teknis berbicara dalam segi kapasitas jembatan terhadap beban yang
diterima. Untuk dapat bekerja dengan baik, jembatan harus didesain
sedemikian rupa supaya dapat mengakomodasi beban yang diterima. Selain
itu, dari segi serviceability, lendutan yang diderita jembatan tidak boleh
melebihi lendutan ijinnya.
Beban hidup yang bekerja pada jembatan baja ini adalah beban lalu lintas.
Menurut BMS 1992, ada dua macam jenis beban yang diberikan pada
jembatan, yaitu beban “T” dan beban “D”. Untuk detail beban-beban tersebut
7
Page
3. Aspek Estetika
Aspek ini berkaitan erat dengan fungsi jembatan sebagai landmark suatu
daerah. Jembatan dapat berperan sebagai simbol, pembawa ide dan
representasi dari kearifan lokal masyarakt sekitar. Tak jarang jembatan
menjadi kebanggaan bersama masyarakat lokal.
Jembatan tidak hanya dibangun secara kokoh, tetapi juga harus indah.
Keindahan dapat direpresentasikan dengan berbagai cara. Salah satunya
adalah lewat bentuk dan konfigurasi jembatan. Konfigurasi jembatan sengaja
dibuat sesuai dengan ide perancangnya. Ide tersebut bisa saja produk dari
pemahaman seni atau paham tentang aliran-aliran tertentu dalam dunia
arsitektur. Selain itu, ide arsitektur jembatan dapat terinspirasi dari kekhasan
masyarakat lokal. Contohnya adalah jembatan Pasupati Bandung. Bentuk dan
struktur jembatan sengaja didesain menyerupai salah satu alat musik
tradisional Jawa Barat, yaitu kecapi suling. Ini berkaitan erat dengan fungsi
jembatan Pasupati sebagai landmark kota Bandung, dan kota Bandung
sebagai ibukota Jawa Barat.
Cara lain untuk menonjolkan aspek estetika adalah melalui kerapian dan
permainan warna. Jembatan yang indah tidak harus selalu memiliki bentuk
yang unik dan aneh. Jembatan yang bentuknya sederhana pun dapat dikatakan
indah dan cantik jika dikerjakan dan dirawat dengan baik. Pengecatan adalah
salah satu cara yang digunakan untuk memperindah jembatan. Selain itu,
pengecatan juga salah satu metode perawatan jembatan. Pengecatan dapat
melindungi jembatan baja dari bahaya korosi.
4. Aspek Lingkungan
Isu lingkungan sudah banyak diangkat dalam beberapa tahun terakhir. Semua
infrastruktur yang dibangun diharapkan ramah lingkungan dan sustainable.
Pembangunan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan memiliki arti bahwa
8
Page
salahnya pengerjaan.
Page
Jika konstruksi dilakukan dengan benar dan tepat, selain jembatan selesai
tepat jadwal, tidak akan ada material yang terbuang sia-sia karena
salahnya pengerjaan.
Baja merupakan material yang paling banyak digunakan kedua setelah beton.
Dibandingkan dengan beton, baja memiliki beberapa kelebihan:
1. Kekuatan tarik baja sangat tinggi, yaitu serupa dengan kekuatan tekannya
2. Karena kekuatannya, pada kondisi pembebanan yang identik, dimensi yang
diperlukan elemen baja pada umumnya relatif lebih kecil daripada dimensi
pada elemen beton
3. Elemen baja dapat dibongkar pasang dengan mudah. Selain mudah,
pembongkaran ulang elemen baja tidak merusak elemen itu sendiri. Karena
itu, elemen baja dapat digunakan berulang-ulang
4. Untuk kuantitas yang sangat besar, struktur baja relatif lebih ringan daripada
struktur beton
5. Penjaminan mutu yang relatif seragam. Ini karena profil baja dibuat di pabrik.
dengan kekuatan tariknya, baja mengalami masalah yang lain. Baja rawan
Page
dengan kondisi tekuk jika mengalami gaya tekan. Kondisi tekuk inilah yang
Kompetisi Jembatan Indonesia VII
JEMBATAN SABARU
menyebabkan baja tidak bisa mencapai kekuatan lelehnya jika diberi gaya
tekan. Dampaknya adalah kekuatan tekan baja sebenarnya lebih kecil
daripada kekuatan tekan lelehnya.
Tekuk pada baja terdiri dari dua jenis:
a. Tekuk lokal
b. Tekuk global
Tekuk lokal terjadi karena terlalu langsingnya profil baja. Kelangsingan
profil baja diukur perbandingan panjang terkekang dan tak tertekan elemen
pelat pada profil terhadap tebalnya. Sedangkan tekuk global disebabkan
karena terlalu langsingnya batang baja yang digunakan. Kelangsingan batang
baja adalah perbandingan panjang batang baja terhadap radius of gyration of
area baja tersebut. Faktor panjang bentang baja sangat berperan dalam
besarnya kekuatan tekuk yang diijinkan baja tersebut sebelum mengalami
tekuk euler global. Karena itu seringkali baja diberi pengaku lateral di titik
tertentu untuk memperkecil bentang panjangnya sehingga kekuatan tekannya
meningkat.
2. Baja rawan terhadap korosi. Korosi layaknya kanker, dengan cepat menyebar
jika tidak segera dibersihkan. Korosi dapat menyebabkan pengurangan luas
baja sedikit demi sedikit. Jika luas penampang baja berkurang, kekuatannya
juga akan berkurang. Solusi dari korosi adalah dengan memberi lapisan
pelindung. Cat adalah salah satu lapisan pelindung yang paling umum
digunakan. 12
Page
Untuk KJI ke-7, nilai properti dari baja yang akan digunakan untuk mendesain
jembatan ini adalah:
Jenis properti Nilai properti
Alat sambung yang baik harus dapat menyalurkan gaya dari satu elemen ke elemen
yang lain. Pada baja, alat sambung yang umum digunakan adalah baut dan las.
Pemilihan baut dan las ditentukan oleh banyak hal. Misalnya dari segi kemudahan
bongkar pasang, baut merupakan pilihan yang tepat. Baut sangat mudah dibongkar
pasang, Kelemahan baut adalah terjadinya pengurangan pada luas profil baja karena
digunakan sebagai tempat masuknya baut.
Pada KJI ke-7 ini, jembatan yang dilombakan harus sepenuhnya menggunakan
elemen rangka baja. Prinsip elemen rangka adalah merelease momen pada sendi-
13
sendi batang. Karena itu alat sambung yang digunakan adalah baut.
Page
2.2.3 Beban
Kapasitas setiap jembatan harus didesain agar dapat mengakomodasi beban yang
bekerja. Agar besar beban diketahui, analisis pembebanan terhadap struktur harus
dilakukan.
Pembebanan pada jembatan terdiri dari dua:
1. Beban Mati
Beban mati pada struktur jembatan ini disebabkan oleh:
Berat struktur
Pelat kendaraan
Aspal
2. Beban Hidup
Beban hidup yang bekerja pada jembatan ini adalah beban lalu lintas. Sesuai
dengan BMS 1992, beban lalu lintas terdiri dari:
a. Beban “T”
Beban “T” adalah kendaraan berat tunggal dengan tiga gandar yang
ditempatkan dalam kedudukan sembarang pada lajur lalu lintas rencana.
Tiap gandar terdiri dari pembebanan yang dimaksud agar mewakili
pengaruh roda kendaraan berat. Hanya satu truk “T” boleh ditempatkan
per lajur lalu lintas rencana.
14
Page
b. Beban “D”
Pembebanan “D” ditempatkan melintang pada lebar penuh dari jalan
kendaraan jembatan dan menghasilkan pengaruh pada jembatan yang
ekuivalen dengan rangkaian yang sebenarnya. Jumlah total pembebanan
lajur “D” yang ditempatkan bergantung pada lebar jalan kendaraan
jembatan.
Beban lajur “D” terdiri dari:
1. Beban terbagi rata (UDL) dengan intensitas q kPA, dengan q
tergantung pada panjang yang dibebani total (L) sebagai berikut:
( )
Beban lajur “D” ditempatkan tegak lurus terhadap arah lalu lintas seperti
ditunjukkan dalam gambar
2. Beban garis (KEL) sebesar p kN/m, ditempatkan dalam kedudukan
sembarang sepanjang jembatan dan tegak lurus pada arah lalu lintas
c. Faktor beban Dinamik (DLA) berlaku pada “KEL” lajur “D” dan Truk
“T” untuk simulasi kejut dari kendaraan bergerak pada struktur jembatan.
15
Untuk Truk “T” nilai DLA adalah 0,3. Untuk nilai “KEL” nilai DLA
diberikan dalam tabel berikut.
Page
d. Gaya Rem
e. Beban Pejalan Kaki
f. Beban Tumbuk Pada Penyangga Jembatan
g. Beban Penurunan
h. Beban Angin
i. Gaya Aliran Sungai
j. Hanyutan
k. Tumbukan Batang Kayu
l. Gaya Apung
m. Gaya Suhu
n. Gaya Gempa
Semua gaya di atas dipaparkan dalam BMS 1992. Sesuai dengan ketentuan
pembebanan lomba, pengujian beban pada model jembatan dilakukan dengan
memberikan gaya vertikal terpusat pada seperempat dan setengah bentang
jembatan. Pembebanan hidup yang diwakili oleh pengujian beban secara
vertikal adalah beban truk “T” atau beban lajur “D” beserta faktor beban
dinamiknya. Maka, pembebanan yang dipakai dalam pendesainan jembatan
16
1. Beban Mati
a. Berat Struktur
b. Pelat Lantai Kendaraan
c. Aspal
2. Beban Hidup
a. Beban “T”
b. Beban “D”
c. DLA
beban yang dipakai dalam pemilihan konfigurasi rangka ini adalah gaya
terpusat vertikal.
c. Setiap konfigurasi rangka dimodelkan secara 2D pada software SAP2000.
Struktur dimodelkan dalam 2D dengan asumsi beban yang diberikan bekerja
secara simetris pada kedua sisi struktur.
d. Setelah konfigurasi rangka dimodelkan, masing-masing konfigurasi dicobai
dengan beban yang sudah ditentukan pada poin b. Pengetesan model juga
dilakukan dengan software SAP2000. Pada pengetesan ini, profil penampang
elemen struktur untuk semua konfigurasi harus sama (variabel terkontrol).
e. Pengetesan pada poin d akan menghasilkan output yang berbeda-beda untuk
masing-masing konfigurasi. Output yang dilihat ada dua, yaitu lendutan
maksimum dan massa struktur. Konfigurasi yang baik adalah konfigurasi
yang dapat menghasilkan lendutan sekecil-kecilnya dengan massa struktur
seringan-ringannya. Dengan menganalisa rasio lendutan terhadap massanya
pada masing-masing konfigurasi, akan didapat konfigurasi yang memiliki
rasio terbaik. Konfigurasi dengan rasio tersebut akan dipilih sebagai
konfigurasi rangka yang akan digunakan dalam kompetisi ini.
f. Setelah didapat konfigurasi dengan rasio terbaik/paling optimum, konfigurasi
rangka tersebut akan dipilih sebagai konfigurasi dasar untuk jembatan yang
akan dilombakan dalam kompetisi ini. Lalu konfigurasi rangka tersebut akan
dimodelkan kembali dalam SAP2000. Berbeda dengan pemodelan
sebelumnya, kali ini struktur akan dimodelkan dalam bentuk 3D.
g. Jembatan akan dianalisa terhadap pembebanan yang sebenarnya.
Pembebanan yang dipakai mengikuti ketentuan BMS 1992, yaitu beban “T”
dan beban “D” sebagai beban hidupnya.
h. Pembebanan yang diberikan kepada jembatan akan menghasilkan gaya-gaya
dalam pada elemen struktur. Setiap elemen dapat memiliki range besar gaya
dalam sesuai dengan letak pembebanan yang diberikan. Untuk setiap elemen
yang berbeda, gaya dalam maksimum harus didapatkan. Gaya dalam ini akan
18
19
Page
A
Start
Menentukan pembebanan
Perhitungan kapasitas rencana
penampang
Optimasi Penampang
Konfigurasi rangka jembatan didapat
A Finish
20
Page
Nama K-truss diambil dari bentuk elemen rangka itu sendiri, yaitu K. Pada
kenyataannya K-truss kurang popular dibandingkan model lemen rangka yang lain,
seperti Warren, Pratt, atau Howe. Kekurangpopuleran tersebut disebabkan tingginya
kompleksitas struktur rangka K. Di samping kekurangannya, model rangka K-truss
memiliki kelebihan dibandingkan yang lain. Salah satunya adalah K-truss mampu
mendistribusikan gaya sehingga tersebar merata pada keseluruhan elemen. Selain itu,
gaya dalam yang terjadi pada K-truss akibat beban merata dan terpusat tidaklah jauh
berbeda, kecuali pada elemen-elemen diagonalnya.
21
Pemilihan konfigurasi rangka K juga didasari oleh tema KJI ke-7, yaitu “Jembatan
Page
cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenali diri dan bentuk geografinya
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Secara geografi, wilayah negara Indonesia
membentang luas dari Sabang sampai Merauke. Ini digambarkan dengan gambar
panah (K) yang menyebar ke kiri dan kanan pada struktur jembatan. Persebaran
tanda panah tersebut merepresentasikan luasnya wilayah negara Indonesia ini. Selain
itu, persebaran tanda panah juga menggambarkan tersebarnya bermacam-macam
suku, etnis, dan budaya yang membentuk Indonesia.
Persebaran tanda panah pada struktur berpusat di tengah bentang. Hal ini
melambangkan walau wilayah negara Indonesia membentang luas dan terdiri dari
berbagai macam suku budaya, tetapi tetap mengutamakan kesatun wilayah dan
menghargai kebhinekaan untuk mencapai tujuan nasional.
b. 3-D
Pemodelan 3-D dilakukan saat memasuki tahap analisis beban yang
sebenarnya dan mencari penampang profil. Pemodelan 3-D digunakan agar
analisis struktur semakin mendekati kondisi real. Selain itu untuk mendapat
konfigurasi ikatan angin dan batang pengikat sisi jembatan, pemodelan 3-D
sangat diperlukan.
23
1. Beban Mati
Pada struktur jembatan ini, berat mati bekerja secara merata. Karena struktur
jembatan direncanakan bekerja sesuai dengan prinsip elemen rangka, maka
beban mati yang bekerja diasumsikan terdistribusi melalui joint-joint struktur
Pada analisa struktur jembatan, beban mati yang diperhitungkan ada 3 jenis,
yaitu:
a. Massa struktur
Massa struktur memperhitungkan berat total elemen-elemen baja yang
merangkai struktur tersebut. Besar massa struktur tidaklah tetap, tapi akan
terus berubah sesuai dengan pergantian profil elemen
b. Pelat lantai kendaraan
Pelat lantai kendaraan yang direncanakan terbuat dari beton dengan berat
jenis 24 kN/m3. Tebal pelat lantai direncanakan sebesar 20 cm. Dimensi pelat
adalah 60x9x0.2 m
Besar berat pelat lantai kendaraan:
c. Lapisan Aspal
Lapisan aspal memiliki berat jenis 25 kN/m3 dengan ketebalan rencana 7 cm.
Besar berat lapisan aspal:
2. Beban Hidup
24
Seperti yang telah disebutkan pada sub-bab pembebanan, beban hidup terdiri
Page
a. Beban “T”
Beban “T” adalah kendaraan berat tunggal dengan tiga gandar yang
ditempatkan dalam kedudukan sembarang pada lajur lalu lintas rencana.
Untuk mendapatkan gaya dalam maksimum, beban “T” diletakkan di daerah
garis pengaruh terbesar. Pada jembatan ini, gaya dalam maksimum akan
didapat saat beban “T” diletakkan di tengah bentang jembatan.
b. Beban “D”
Pembebanan “D” ditempatkan melintang pada lebar penuh dari jalan
kendaraan jembatan. Jumlah total pembebanan lajur “D” yang ditempatkan
bergantung pada lebar jalan kendaraan jembatan.
a. Beban terdistribusi rata (UDL)
Besar intensitas q adalah:
( )
( )
Beban “D” per meter lebar memiliki intensitas 100% pada lebar 5.5
meter. Untuk sisa lebar, beban “D” per meter lebar hanya bekerja dengan
intensitas 50%. Berikut adalah gambar kedudukan beban lajur “D”.
Lebar jembatan adalah 9 meter. Maka, gaya UDL yang bekerja pada struktur
jembatan:
Untuk L=60 m,
Besar KEL :
Sesuai dengan prinsip elemen rangka, gaya yang diterima struktur hanya
bekerja pada joint-jointnya. Karena itu, seluruh beban yang bekerja pada
struktur jembatan ini diasumsikan simetris dan terdistribusi merata pada joint.
Cross girder
Upper diagonal
bracing Stand diagonal
bracing
Lower diagonal
bracing
Penempatan KEL pada 3/8 bentang akan mengakibatkan gaya tekan dan tarik
maksimum pada cord horisontal.
29
Page
Kelomok elemen Besar Beban Rencana (Tarik dan Luas minimum profil
Tekan)(kN) (cm2)
-4089.391 240.55
Cord horisontal
+4078.636 228.13
cord tegak
-1524.698 89.7
/vertikal
Cord diagonal -1511.196 88.9
dalam +1495.031 86.03
Cord diagonal
+2440.708 137.54
luar
Tabel 2.4 Besar Beban Rencana dan Luas Minimum Profil
* tanda (-) berarti tekan
Tanda (+) berarti tarik
Setiap beban mati (Dead Load) memiliki load factor sebesar 1,2. Sedangkan untuk
beban hidup, faktor yang diberikan adalah DLA sebesar 1,3 untuk beban “T” dan
1,375 untuk “KEL”beban”D”.
Pada kapasitas rencana, terdapat resistance factor yang digunakan. Resistance factor
(Ø) mempunyai besar yang berbeda-beda tergantung kasusnya. Untuk kasus
tekan/compression,besar Ø adalah 0,85. Pada kasus tarik, Ø sebesar 0,9 untuk
kondisi gagal leleh dan 0,75 untuk kondisi gagal fraktur.
Luas minimum yang didapat pada tabel 2.3 merujuk pada profil mana yang akan
digunakan. Setelah profil didapat, perhitungan kapasitas harus dilakukan kembali
untuk memeriksa apakah profil yang dipilih benar-benar kuat menahan beban
rencana. Pada perhitungan ini, massa struktur sebagai beban mati harus
31
diikutsertakan.
Page
Cord atas dan bawah memang sengaja dibedakan karena alasan keefisienan.
Dengan memakai profil untuk batang tekan horisontal untuk batang tekan
tarik, strength ratio yang didapat akan terlalu kecil/boros.
2. Untuk cord tegak/vertikal
Besar luas minimum yang diperlukan untuk cord tegak adalah 89.7 cm2.
Profil untuk cord tegak/vertikal adalah WF500x200x10x16
Besar luas minimum diperlukan untuk cord diagonal luar adalah 137.54 cm2.
Page
Summary Desain
Dimensi
Panjang 60 m
Lebar 9m
Tinggi 6m
BAB III
DESAIN JEMBATAN MODEL
Model fisik adalah pensimulasian secara nyata terhadap benda yang ingin
dianalisis. Pensimulasian ini dianggap nyata karena objek dari benda atau hal
yang ingin dianalisis benar-benar dibuat. Objek tersebut dapat berukuran lebih
kecil, sama, bahkan lebih besar dari benda yang sebenarnya. Pemodelan fisik
sangat berguna terutama untuk hal yang sangat kompleks dan rumit karena model
fisik benar-benar mewakili hal yang kita rancang. Dengan pemodelan fisik
perilaku yang ingin dianalisis akan nampak.
Untuk KJI ke-7, jembatan model akan dibuat dalam skala 1:10. Bentuk struktur
jembatan model benar-benar serupa dengan struktur jembatan aslinya dengan
ukuran yang lebih kecil. Dengan adanya jembatan model ini, struktur jembatan
yang telah didesain yang direncanakan dapat dites keandalannya.
.
Page
Pemilihan baut sebagai alat sambung juga ditilik dari kepraktisannya dalam
konstruksi jembatan model. Konstruksi jembatan model harus dilakukan di lokasi
lomba dalam waktu terbatas. Sambungan las membutuhkan waktu yang tidak sedikit.
Sambungan las juga harus dikerjakan dengan cermat dan teliti untuk mencapai
kualitas yang diinginkan. Selain itu untuk membuat sambungan las diperlukan
keahlian khusus serta perlengkapan yang memadai, baik untuk mencapai kualitas
yang direncanakan maupun untuk melindungi diri dari potensi bahaya mengelas.
Untuk perhitungan dan spesifikasi baut yang dipakai untuk jembatan model dapat
dilihat pada sub-bab Desain Komponen dan Sambungan.
Tahap 1
Page
41
Page
Start
Elemen kuat?
Ya
Finish
42
Page
2. Gaya Tekan Kritis tidak boleh menyebabkan tekuk pada penampang. Untuk
elemen-elemen yang yang relative langsing, perilaku tekuk akan menentukan
Page
Pembebanan Struktur
Beban- beban yang diperhitungkan untuk keperluan analisis struktur model jembatan
dengan software SAP2000 adalah sebagai berikut:
1. Beban mati struktur jembatan yang terdiri dari;
a. Rangka jembatan, sebagai berat jembatan sendiri.
b. Beban deck dan trotoar jembatan, yang dalam hal ini berupa multipleks
tebal 12 mm, yang selanjutnya didalam analisis diperlakukan sebagai
beban titik.
2. Beban hidup (LL) berupa beban pengujian yang di modelkan sebagai beban
titik di tengah dan seperempat bentang jembatan secara bergantian. Beban
pengujian yang digunakan pada model jembatan adalah sebesar 400 Kg.
Beban akan didistribusikan sebagai beban titik kepada joint-joint pada posisi
tersebut, dengan besar masing-masing 200 kg.
a. Pembebanan pada tengah bentang
45
Page
Respon Struktur
Berikut ini adalah tampilan hasil running SAP 2000, serta detail gaya dalam serta
perpindahan joint yang terjadi, masing-masing untuk pembebanan tengah bentang
dan seperempat bentang:
a. Pembebanan Tengah Bentang
46
Page
Gambar 3.5 Gaya Batang Hasil SAP dengan Beban di Tengah Bentang
Gambar 3.6 Gaya Batang Hasil SAP dengan Beban di Seperempat Bentang
Panjang
Jenis Elemen Elemen Penampang Tarik/tekan Besar gaya (N)
(mm)
144, 145 40.40.3 Tekan 6643
Rangka bidang 750
150, 151 40.40.3 Tarik 6646
7, 93 30.30.3 Tekan 2398
Rangka K 808
8, 94 30.30.3 Tarik 2398
Ranka diagonal 30.30.3
155, 157 960 Tarik 2958
dekat tumpuan 30.30.3
Rangka Vertikal 162, 168 25.25.3 600 Tekan 1817
Tabel 3.3 Gaya Maksimum saat Beban di Tengah Bentang
Panjang
Jenis Elemen Elemen Penampang Tarik/tekan Besar gaya (N)
(mm)
143 40.40.3 Tekan 6482
Rangka bidang 750
149 40.40.3 Tarik 6482
7 30.30.3 Tekan 3455
Rangka K 808
8 30.30.3 Tarik 3452
Ranka diagonal 30.30.3
155 960 Tarik 4214
dekat tumpuan 30.30.3
48
Untuk penampang tipe siku 30.30.3 didapat data komponen penampang adalah:
Luas penampang, A : 1.73 cm2
Eksentrisitas, e : 0.84 cm
Inersia, Ix = Iy : 1.42 cm4
Jari-jari girasi min, rv : 0.58 cm
Tegangan leleh, fy : 240 MPa
Tegangan fraktur, fu : 370 MPa
Elastisitas, E : 200000 MPa
Untuk penampang tipe siku 40.40.3 didapat data komponen penampang adalah:
Luas penampang, A : 2.34 cm2
Eksentrisitas, e : 1.09 cm
Inersia, Ix = Iy : 3.53 cm4
Jari-jari girasi min, rv : 0.79 cm
Tegangan leleh, fy : 240 MPa
Tegangan fraktur, fu : 370 MPa
Elastisitas, E : 200000 MPa
Pada pasal 7.6.4 SNI 03-1729-2000 mengenai perencanaan struktur baja, diatur
49
kelangsingan batang tekan dan batang tarik. Untuk batang-batang yang direncanakan
Page
Dari peraturan tersebut, untuk semua baja tipe 25.25.3 batas panjang maksimum
batang tarik maupun tekan yang dapat memenuhi syarat kelangsingan, adalah sbb:
Batang tekan :
Batang tarik utama :
Panjang terbesar batang baja tipe 25.25.3 yang direncanakan sebagai struktur
pemikul beban adalah 600 mm.
Untuk semua baja tipe 30.30.3 batas panjang maksimum batang tarik maupun tekan
yang dapat memenuhi syarat kelangsingan, adalah sbb:
Batang tekan :
Batang tarik utama :
Batang terpanjang tipe 30.30.3 adalah 960 mm.
Untuk semua baja tipe 40.40.3 batas panjang maksimum batang tarik maupun tekan
yang dapat memenuhi syarat kelangsingan, adalah sbb:
Batang tekan :
Batang tarik utama :
Batang terpanjang tipe 40.40.3 adalah 750 mm.
Maka semua batang yang ada pada struktur jembatan tersebut memenuhi angka
kelangsingan.
harus memenuhi:
Page
, dengan
Kompetisi Jembatan Indonesia VII
JEMBATAN SABARU
√ √
Dapat disimpulkan, kapasitas tekuk lentur penampang baja 25.25.3 bisa memikul
gaya aksial 2.6 kN.
( )[ √ ]
Dimana adalah koordinat pusat geser terhadap titik berat dan merupakan
jari-jari girasi polar terhadap pusat geser.
51
Page
( )[ √ ]
Dapat disimpulkan, kapasitas tekuk torsi penampang baja 25.25.3 bisa memikul gaya
aksial 2.6 k N.
√ √
Dapat disimpulkan, kapasitas tekuk lentur penampang baja 30.30.3 bisa memikul
gaya aksial 3.5 kN.
( )[ √ ]
52
Page
Dimana adalah koordinat pusat geser terhadap titik berat dan merupakan
jari-jari girasi polar terhadap pusat geser.
( )[ √ ]
Dapat disimpulkan, kapasitas lentur torsi penampang baja 30.30.3 bisa memikul gaya
aksial 3.5 k N.
√ √
Dapat disimpulkan, kapasitas tekuk lentur penampang baja 40.40.3 bisa memikul
gaya aksial 6.6 kN.
( )[ √ ]
Dimana adalah koordinat pusat geser terhadap titik berat dan merupakan
jari-jari girasi polar terhadap pusat geser.
( )[ √ ]
Dapat disimpulkan, kapasitas lentur torsi penampang baja 30.30.3 bisa memikul gaya
aksial 6.6 k N.
Ø = 0.9
Fy direduksi 25% karena terdapat lubang (baut) pada penampang.
Ø Nn = Ø Ag .(0.75 fy) = 0.9 x 172.7 x 0.75 x 240 = 28 kN > 4.2 N
Dari perhitungan dapat disimpulkan bahwa penampang 30.30.3 dapat
menahan gaya tarik untuk keruntuhan leleh.
bidang kritis
Ø = 0.9
Fy direduksi 25% karena terdapat lubang (baut) pada penampang.
Ø Nn = Ø Ag . (0.75 fy) = 0.9 x 233.6 x 0.75 x 240 = 37.8 kN > 6.6 kN
Dari perhitungan dapat disimpulkan bahwa penampang 40.40.3 dapat
menahan gaya tarik untuk keruntuhan leleh.
Baut
Diameter 8 mm
Tegangan Putus 297.5 MPa
Pelat Buhul
Tegangan Leleh 240 Mpa
Tegangan Ultimate 370 Mpa
57
3293 N 6499 N
3452 N 1889 N
Gaya absolut (baik tarik maupun tekan) terbesar adalah gaya tekan sebesar
6647 N. Untuk mengecek kekuatan pelat gaya yang digunakan adalah gaya
terbesar pada sambungan. Sedangkan untuk baut, gaya yang digunakan
langsung gaya dalam masing-masing batang.
Maka dilakukan perhitunga terhadap kekuatan baut dan pelat sesuai peraturan
LRFD:
Geser Baut:
Di mana:
r1 = 0,4 untuk baut dengan ulir pada bidang geser
= 0,75 adalah faktor reduksi kekuatan untuk fraktur
= tegangan putus baut = 297,5 MPa (untuk baut mutu tinggi)
= luas bruto penampang baut pada daerah tak berulir
Maka, dari sambungan baut jembatan model:
( )
58
Page
Geser Plat
Di mana:
= beban terfaktor yang terjadi pada satu baut
s = jarak antarlubang baut ke sisi plat dalam arah gaya = 15 mm
t = tebal plat = 3 mm
= 240 MPa
Maka, dari sambungan baut jembatan model:
Tumpu Baut
Kuat tumpu rencana bergantung pada yang terlemah dari baut atau komponen
plat yang disambung. Apabila jarak lubang tepi terdekat dengan sisi pelat
dalam arah kerja gaya lebih besar daripada 1,5 kali diameter lubang, jarak
antar lubang lebih besar daripada 3 kali diameter lubang, dan ada lebih dari
satu baut dalam arah kerja gaya maka kuat rencana tumpu dapat dihitung
sebagai berikut:
Di mana:
= 0,75 adalah faktor reduksi kekuatan
d = diameter baut nominal pada daerah tak berulir = 8 mm
tp = tebal plat = 3 mm
fu = tegangan putus yang terendah dari baut atau plat = 297,5 MPa
Maka, dari sambungan baut jembatan model:
59
Page
Tumpu Plat
Hal ini sama seperti tumpu baut, hanya saja kekuatan tumpu plat tergantung
dari tegangan leleh plat (fy = 240 MPa).
Tarik Baut
Kuat rencana baut terhadap tarik dihitung sebagai berikut:
Di mana:
= 0,75 adalah faktor reduksi kekuatan
= tegangan putus baut = 297,5 MPa (untuk baut mutu tinggi)
= luas bruto penampang baut pada daerah tak berulir
Maka, dari sambungan baut jembatan model:
( )
Tarik Pelat
Kekuatan tarik pelat dihitung sama dengan perhitungan batang yang
mengalami gaya aksial tarik dengan keruntuhan fraktur seperti pada
perhitungan batang tarik sebelumnya.
Lentur Baut
60
Page
Di mana:
q = gaya tumpu pada baut dibagi t (tebal pelat yang disambungkan)
Hal ini perlu ditinjau jika baut yang digunakan cukup panjang dan mengalami
pembebanan dalam arah melintang. Namun pada jembatan model ini tidak
digunakan jenis baut tersebut sehingga tidak diperlukan perhitungan lentur
baut.
6646 N 6647 N
2178 N 2177 N
1564 N
BAB IV
METODE KONSTRUKSI
300
Jembatan Model
90
105
1700
pelaksanaan konstruksi. Metode ini sesuai dengan bentuk jembatan rangka baja
Page
yang didesain, aplikatif untuk kondisi jembatan sebenarnya, mudah dipasang dan
dibongkar kembali, sesuai dengan arena kerja yang tersedia, membutuhkan biaya
dan waktu pengerjaan yang optimum, serta dapat dilaksanakan dengan mudah.
Adapun kelebihan jenis metode konstruksi ini adalah:
Penyambungan segmen-segmen dapat dilakukan dari satu sisi,
sehingga sambungan dapat dibaut dan dikencangkan dengan baik dan
kencang sampai terbentuk jembatan yang utuh.
Peletakan jembatan dilakukan dari dua sisi sehingga jembatan dapat
terletak dengan baik tanpa terjadi benturan antara jembatan dengan
abutmen yang dapat merusak struktur, selain itu dengan pengaturan
peletakan dengan katrol, jembatan dapat diletakkan secara akurat di
atas abutmen.
Namun, terdapat hal yang harus diperhatikan dalam metode konstruksi ini, yaitu
Perlu dilakukan analisa struktur untuk kondisi jembatan pada saat
peluncuran, yaitu saat jembatan dalam posisi kantilever dan menahan
berat sendiri serta berat pekerja yang naik ke atas jembatan untuk
menyeberang ke seberang sungai.
Jembatan yang didesain memiliki bentang sepanjang 60 meter, sehingga pada
kondisi sebenarnya, perlu dilakukan segmentasi struktur rangka baja agar
memungkinkan dilaksanakannya proses transportasi untuk distribusi dari lokasi
pembuatan komponen struktur ke site plan. Agar sesuai dengan kondisi
sebenarnya, pada jembatan model juga dilakukan segmentasi, yaitu sebanyak 6
(enam) buah segmen.
sambungan las. Sementara itu, sesuai dengan ketentuan lomba, pada setiap
segmen digunakan sambungan baut untuk menyambung elemen – elemen dalam
satu segmen. Penyambungan elemen-elemen tersebut dilakukan sebelumnyaagar
pelaksanaan konstruksi jembatan pada saat lomba dapat berlangsung dalam
waktu yang relatif lebih singkat.
70
Page
Gambar 4.11 Perangkat Launcher
Meja kerja
Meja kerja merupakan tempat pemasangan segmen-segmen jembatan
yang dapat digunakan untuk meluncurkan jembatan setelah semua
segmen terpasang dengan baik. Panjang meja kerja yang digunakan
adalah sebesar 6 meter. Segmen terakhir meja kerja dibuat berengsel agar
dapat dibuka pada saat jembatan akan diletakkan di atas abutment.
Roda
Roda terbuat dari aluminium yang dipasang berderet di sepanjang meja
kerja. Roda dipasang di ujung kiri dan kanan meja pada batang rel. Roda
dipasang melintang pada meja kerja dengan jarak 20 cm antara satu roda
dengan roda lainnya, sehingga jumlah roda yang digunakan adalah
sebanyak panjang meja kerja (600 cm) dibagi jarak antar batang (20 cm),
yaitu sebanyak 30 buah. Untuk mempermudah proses peluncuran
jembatan, roda dilicinkan dengan oli sehingga luas kontak antara roda
dengan jembatan semakin kecil sehingga friksi yang ditimbulkan semakin
71
Segmen Tambahan
Segmen tambahan berfungsi untuk menghubungkan antara meja kerja
dengan struktur model. Segmen tambahan merupakan bagian dari meja
kerja dan terkunci pada lintasan rel, sehingga hanya dapat bergerak searah
rel.
Segmen tambahan disambung dengan segmen terakhir (ke – 6) dari
72
Pengunci Jembatan
Pengunci segmen jembatan berfungsi untuk menahan pergerakan
rangkaian segmen yang masih dalam proses penyambungan. Roller yang
dapat berputar bebas dapat mengakibatkan segmen jembatan dapat
bergerak bebas sehingga menyulitkan proses penyambungan segmen.
Oleh karena itu, digunakan pengunci jembatan berupa penjepit yang
menghubungkan segmen dengan meja kerja. Penjepit dapat dipasang dan
dilepaskan dari meja kerja.
Counter Weight
Counter Weight berfungsi untuk melawan berat jembatan model yang
73
74
Page
Dari pemodelan pada SAP, diperoleh beban aksial tekan dan tarik terbesar
pada setiap jenis penampang. Gaya-gaya dalam ini dibandingkan dengan
kekuatan penampang yang telah dihitung pada BAB III. Jika gaya dalam
lebih kecil daripada kekuatan maksimal batang, berarti penampang masih
dapat menahan beban akibat metode konstruksi yang bersifat tarik/tekan.
Hasil pengecekan dapat dilihat pada tabel berikut.
75
Page
Dari hasil SAP2000, beban aksial absolut terbesar (tekan dan tarik) saat
struktur menjadi kantilever adalah 5.3 kN sedangkan dari hasil perhitungan
kekuatan baut pada Bab III subbab 3.6.2 Desain Sambungan, kekuatan baut
dari berbagai jenis kegagalan sambungan baut lebih besar daripada beban
aksial absolute terbesar struktur saat menjadi kantilever. Dengan demikian,
beban aksial absolut terbesar saat struktur menjadi kantilever dapat ditahan
oleh sambungan baut yang telah dihitung sebelumnya.
76
Page
77
Page
Kompetisi Jembatan Indonesia VII
JEMBATAN SABARU
2. Pemindahan segmen satu per satu ke atas meja kerja, kemudian dilakukan
penyambungan antar segmen dengan menggunakan sambungan baut.
78
Page
79
4. Saat mencapai posisi kantilever, segmen tambahan dijepitkan ke meja launcher untuk mencegah jembatan dan launcher terguling
ke dalam “sungai”. Setelah itu, kedua ujung jembatan dikaitkan dengan tali pada sepasang sistem katrol.
80
Page
Kompetisi Jembatan Indonesia VII
JEMBATAN SABARU
5. Segmen tambahan dilepaskan dari segmen akhir jembatan, kemudian segmen terakhir jembatan dibukaagar jembatan dapat
diletakkan di atas abutmen.
81
Page
Kompetisi Jembatan Indonesia VII
JEMBATAN SABARU
Tabel 4.2 Estimasi Total Waktu Perakitan dan Peluncuran Jembatan Model
No ITEM PEKERJAAN WAKTU
(MENIT)
1 Instalasi awal 10
2 Peletakan 6 segmen pertama 10
3 Pembautan 6 segmen 35
7 Peluncuran Jembatan hingga posisi kantilever 10
8 Pelepasan segmen tambahan 8
9 Peletakan Jembatan di atas tumpuan seberang 10
"sungai"
10 Pemeriksaan dan pengencangan baut 5
11 Pemasangan plat multiplex 5
TOTAL ESTIMASI WAKTU 93
Berdasarkan estimasi yang dilakukan, diperoleh bahwa waktu yang dibutuhkan untuk
meluncurkan jembatan model adalah selama sekitar 93 menit, waktu pelaksanaan ini
memenuhi peraturan lomba, dimana waktu maksimal yang disediakan adalah 120
menit.
83
Page
BAB IV
RENCANA ANGGARAN BIAYA KONSTRUKSI
Rencana anggaran biaya konstruksi model jembatan dibuat berlandaskan nilai harga hasil survei pada bulan Juni 2011 dengan penyesuaian seperlunya,
sebagai berikut:
84
1,082 (m) 2 2,4241 30.301,27
Page
Kompetisi Jembatan Indonesia VII
JEMBATAN SABARU
2
2 Baja, profil L 30.30.3 (BJ-37) 0,0001727 (m ) 12.500,00
5 Pelat Buhul
2
Sambungan A 0,0069 (m ) 4 0,64998 16.000,00 10.399,68
2
Sambungan B 0,01255 (m ) 4 1,18221 16.000,00 18.915,36
2
Sambungan C 0,0086 (m ) 12 2,43036 16.000,00 38.885,76
2
Sambungan D 0,0186 (m ) 10 4,3803 16.000,00 70.084,80
2
Sambungan E 0,024 (m ) 16 9,0432 16.000,00 144.691,20
85
2
Sambungan F 0,024 (m ) 6 3,3912 16.000,00 54.259,20
Page
Kompetisi Jembatan Indonesia VII
JEMBATAN SABARU
6 Multiplex (t = 12 mm)
2
Ukuran 12x900x1000 (m ) 5
2
Ukuran 12x900x500 (m ) 2 42
2
Yang tersedia di pasar = 12x1220x2440 2,977 (m ) 3 - 300.000,00 900.000,00
7 Biaya Pengelasan
Launcher Jembatan
86
10 Biaya Transportasi 2.000.000,00
Page
Kompetisi Jembatan Indonesia VII
JEMBATAN SABARU
PEMBULATAN 15.951.000,00
87
Page
Kompetisi Jembatan Indonesia VII
JEMBATAN SABARU
BAB VI
PENUTUP
Pada proposal yang kami ajukan untuk mengikuti Kompetisi Jembatan Indonesia ke-
7 ni, dibahas proses perancangan sebuah jembatan yang meliputi desain jembatan,
analisis struktur dan metode perakitan jembatan. Rangkuman dan kesimpulan dari
proposal ini antara lain :
1. Jenis jembatan yang dipilih adalah jembatan rangka baja tipe K (K-Truss).
Jembatan tipe ini memberikan kekakuan yang baik serta estetika.
2. Jembatan ukuran sebenarnya merupakan jembatan rangka baja jalan raya
2 lajur 2 arah dengan panjang bentang 60 meter, lebar jembatan 9 meter
dan tinggi struktur rangka 5 meter. Hasil desain setelah dilakukan analisis
dengan standar beban sesuai Bridge Management System (BMS) 1992
adalah sebagai berikut :
Mutu baja : BJ-37
Cord horizontal tekan (atas) : PG.500x450x20x30
Cord horizontal tarik (bawah) : WF.800x300x14x26
Cord vertikal : WF.500x200x10x16
Cord diagonal dalam-tekan : H.350x350x12x19
Cord diagonal dalam-tarik : WF.500x200x10x16
Cord diagonal luar : H.400x400x13x21
Cross girder dan bracing : WF.150x75x5x7
Massa Struktur : 91.75 ton
Lendutan : 113.5 mm (<166 mm)
berikut :
Page
8. Jembatan ini telah didesain sesuai standar yang berlaku dan memenuhi
kekuatan dan batas kekakuan. Untuk jembatan model hasil desain
menunjukkan kekuatan dan kekakuan yang baik dalam menahan beban
yang akan diujikan pada saat lomba.
90
Page