Anda di halaman 1dari 6

CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk
Provided by MEKTEK

KAJIAN HIDROGRAF SATUAN SINTETIK NAKAYASU


UNTUK PERHITUNGAN DEBIT BANJIR RANCANGAN DI DAERAH ALIRAN
SUNGAI KODINA
I Wayan Sutapa **

Abstract
Analyse of the design discharge in the catchment area can be used by some methods, one of them is Synthetic
Unit Hydrograph Nakayasu. In this method applying need presumably studied so that result got well enough.
The Synthetic Unit Hydrograph Nakayasu try applied in catchment area Kodina in Central Sulawesi to look
for the level of deviation of Synthetic Unit Hydrograp Nakayasu with the measured unit hydrograph.
Modification of Equation of Synthetic Unit Hydrograph Nakayasu conducted by degrading basic formula the
time peak (Tp) from value Tr and peak discharge (Qp) from equation T 03 in the form of value α (discharge
coefficient). As the result of research show happened by the big enough deviation to nature of the basic unit
hydrograph of namely for the Tp = 26% and Qp = 22,40%. So, Synthetic Unit Hydrograph Nakayasu
cannot be used direct to calculate the design discharge in catchment area Kodina. It’s required research of a
kind to Synthetic Unit Hydrograp Nakayasu to look for the coefficient from value of Tp and Qp.
Keyword: river characteristic, discharge recorder and rainfall.

1. Pendahuluan membuat suatu hidrograf banjir pada sungai, perlu


Untuk memperkirakan besarnya debit dicari karakteristik atau parameter daerah
banjir rancangan dalam suatu Daerah Aliran Sungai pengaliran tersebut. Adapun karakteristik tersebut
(DAS) dapat digunakan beberapa metode, seperti adalah:
Metode Rasional yang cukup sederhana dan metode a. Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai
matematik pengalihragaman hujan aliran yang puncak hidrograf (time to peak magnitute).
cukup kompleks. Dalam peramalan debit banjir ada b. Tenggang waktu dari titik berat hujan sampai
dua hal yang perlu diperhatikan yakni under titik berat hidrograf (time log).
estimated atau over estimated discharge. c. Tenggang waktu hidrograf ( time base of
Permasalahan tersebut menjelaskan bahwa setiap hydrograf ).
proses pengalihragaman hujan menjadi banjir oleh d. Luas daerah pengaliran.
sistem DAS selalu memberikan jawaban yang e. Panjang alur sungai utama (lenght of the
berbeda. Salah satu pendekatan dalam mengatasi longest channel ).
permasalahan tersebut perlu disajikan dalam bentuk Bentuk kurva dari HSS Nakayasu dapat dilihat pada
hidrograf banjir. Penyajian hidrograf banjir dapat Gambar 1.
menggunakan metode penurunan hidrograf satuan Persamaan Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu:
dari hidrograf banjir terukur jika tersedia data dan A . Ro
Qp = ..........................(1)
menggunakan rumus empiris yakni Hidrograf
3,6 0,3t p  T0,3 
Satuan Sintetik (HSS), yaitu hidrograf yang
didasarkan atas sintetis parameter-parameter dimana :
daerah aliran sungai. Qp = debit puncak banjir (m3/detik)
Salah satu Hidrograf Satuan Sintetik yang Ro = hujan satuan (mm)
sering digunakan dalam perhitungan debit banjir di Tp = tenggang waktu (time log) dari
Indonesia adalah Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) permulaan hujan sampai puncak
Nakayasu. banjir (jam).
2. Tinjauan Pustaka T0,3 = waktu yang diperlukan oleh
2.1 Konsep HSS Nakayasu penurunan debit, dari debit
Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Nakayasu puncak sampai menjadi 30% dari
merupakan suatu cara untuk mendapatkan hidrograf debit puncak (jam).
banjir rancangan dalam suatu DAS. Untuk

*
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu
Kajian Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Untuk Perhitungan Debit Banjir Rancangan
Di Daerah Aliran Sungai Kodina

i
tr

t
0,8 tr tg

Lengkung naik Lengkung turun

Qp
0,3 Q p
0,32 Q p

Tp T 0,3 1,5 T 0,3

Gambar 1. Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu

Untuk menentukan Tp dan T0,3 dapat digunakan  t  TP   0.5 T0.3 


persamaan: Qd = Q P . 0.3   ......(8)
 1.5 T0.3 
Tp = tg + 0,8 tr ................................(2)
3). Untuk 0.32 QP > Qd untuk t ≥ 1.5 T0.3
T0,3 = α . tg ..............................................(3)
 t  TP   1.5 T0.3 
tg dihitung berdasarkan rumus : Qd = Q P . 0.3   ....(9)
tg = 0,21 L0,7 untuk L < 15 km ......(4)  2 T 0.3 
Hubungan antara bentuk daerah pengaliran dengan
tg = 0,40 + 0,058 L untuk L >15 km ......(5) T0.3 dapat dinyatakan:
tr = lama hujan efektif yang besarnya 0,51 T0.3 = 0.47 A . L0.25 ..............................(10)
tg
Persamaan kurva hidrograf satuan sintetisnya Dengan:
adalah : T0.3 = α . tg ...............................................(11)
Maka:
a. Bagian lengkung naik untuk 0 ≤ t ≤ T p , T0.3
2.4 α= ................................................(12)
 t  tg
Qa = Qp   ..........................................(6)
α = 0.47 A . L 
0.25
 TP  ...........................(13)
tg
b. Bagian lengkung turun :
1). Untuk Qd > 0.3 QP untuk TP ≤ t < T0.3 dimana,
Qa = limpasan sebelum mencapai debit
puncak (m3/detik)
 t  TP 
Qd = QP . 0.3  ..........................(7) Qd = limpasan sesudah mencapai debit
 T0.3  puncak (m3/detik)
t = waktu (jam)
2). Untuk 0.3 QP > Qd > 0.32 QP untuk
L = panjang alur sungai (km)
T0.3 ≤ t < 1.5 TP :
tg = waktu konsentrasi (jam)
α = konstanta

“MEKTEK” TAHUN VII NO. 1 JANUARI 2005 36


Kajian Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Untuk Perhitungan Debit Banjir Rancangan
Di Daerah Aliran Sungai Kodina

Sedangkan harga α mempunyai kriteria sebagai n = Jumlah data curah hujan.


berikut : y = Curah hujan harian maksimum, dalam
a. Daerah pengaliran biasa α = 2 mm/hari.
b. Bagian naik hidrograf yang lambat dan y = Curah hujan harian rerata maksimum,
bagian menurun yang cepat α = 1,5 dalam mm/hari.
c. Bagian naik hidrograf yang cepat dan bagian RAPS diperoleh dengan cara membagi S k* dengan
menurun yang lambat α = 3 nilai simpangan baku Dy:
2.2 Modifikasi persamaan HSS Nakayasu S*
Sk  k dengan k  0,1,..., n ......(16)
**
Adapun beberapa analisis yang melatarbelakangi Dy
dilakukannya modifikasi persamaan HSS Nilai statistik Q :
Nakayasu, yaitu :
a. Terjadinya penyimpangan nilai yang cukup Q  maks S*k* .................................(17)
0  k  n
besar antara hidrograf satuan terukur dengan Nilai statistik R (range) :
hasil persamaan HSS Nakayasu, (Sri Harto,
R  maks S*k*  min S*k* .........(18)
1993) 0  k  n 0  k  n

b. Mencari penyebab terjadinya penyimpangan


c. Mencari penyelesaian untuk memperkecil 2.4 Analisis frekuensi hujan
penyimpangan yang terjadi Data yang telah diuji kepanggahannya
digunakan untuk menentukan curah hujan
2.3 Kepanggahan rancangan dengan menggunakan analisis frekuensi.
Untuk menguji kepanggahan data, dapat Sebelum menggunakan macam analisis frekuensi
dilakukan dengan kurva massa ganda (double mass perlu dikaji persyaratannya dengan melakukan
curve), yang pada dasarnya membandingkan curah beberapa pengujian sebaran data sebagai berikut :
hujan tahunan komulatif dari stasiun yang diteliti 1. Dihitung parameter-parameter statistiknya, Cs,
dengan komulatif curah hujan tahunan dari stasiun Cv, Ck, untuk dapat menentukan macam
dasar yang bersesuain. Apabila terjadi garis lurus, analisis frekuensi. Syarat untuk EJ. Gumbel
berarti data yang ada bersifat panggah, sebaliknya Ck = 5,40 dan Cs = 1,14 ; Log Normal Cs =
jika terjadi penyimpangan menunjukkan terjadinya 3Cv ; sedangkan Log Pearson III harga Cs dan
pencatatan yang tidak konsisten. Penyimpangan Cv nya bebas.
yang terjadi harus diluruskan sesuai dengan besar 2. Setelah diketahui agihan frekuensinya, maka
sudut penyimpangan. sebaran data diuji dengan Chi Square Test.
Oleh karena itu cara (double mass curve) 2.5 Agihan hujan
sangat tergantung dari sifat data stasiun lain yang Pada kondisi dimana data hujan jam-
mungkin juga tidak panggah, maka pengujian jaman, profil hujan tidak tersedia, maka diperlukan
dilakukan dengan cara-cara statistik. Buishand, suatu model untuk mengalihragamkan hujan harian
1982, (dalam Sri Harto, 1993), telah penyebab banjir ke waktu yang lebih pendek, yaitu
mengembangkan cara cumulative deviation, yaitu hujan jam-jaman. Untuk pendekatan ini digunakan
nilai komulatif penyimpangannya terhadap nilai rumus yang dikembangkan oleh Ishiguro pada
rata-rata dengan persamaan sebagai berikut : tahun 1953 di Jepang, yang dikenal dengan rumus
k Mononobe. Rumus empiris tersebut dapat ditulis
S k   (y i  y) 2 , k  1, ..., n ........(14)
*
dengan persamaan:
i 1 2/3
 R  24  ...............................(19)
dimana: I t   24  
k = Jumlah data  24  t 
y = Curah hujan harian maksimum, dalam dimana:
mm/hari It = Intensitas hujan untuk lama hujan t
y = Curah hujan harian rerata maksimum, (mm/jam)
R24 = Curah hujan (mm/hari)
dalam mm/hari
t = Lama Hujan (jam)
Nilai simpangan baku Dy diperoleh dari persamaan:
Rumus yang digunakan untuk perhitungan “Curah
n
( y  y) 2 ..................................(15)
D 2y   i hujan ke T” adalah sebagai berikut:
i 1 n RT = (t . IT) – ((t – 1) . I(T-1)) ...................(20)
dimana: dimana:

“MEKTEK” TAHUN VII NO. 1 JANUARI 2005 37


Kajian Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Untuk Perhitungan Debit Banjir Rancangan
Di Daerah Aliran Sungai Kodina

RT = Hujan Rata-rata pada jam ke T 3.2. Pengolahan data


IT =Hujan Rata-rata sampai jam ke T Pengolahan data dilakukan dengan
Lama hujan dapat didekati dengan menghitung tahapan:
waktu konsentrasi DAS yang ditinjau. Menurut Sri a. Menentukan karakteritik DAS seperti, luas DAS,
Harto (1993), waktu konsentrasi (T C) diartikan panjang sungai utama, dan kemiringan
sebagai waktu yang diperlukan setetes air hujan sungainya.
yang jatuh ditempat terjauh dalam DAS untuk b. Menghitung parameter-parameter Hidrograf
mengalir ke titik kontrol. Satuan Sintetik (HSS) Nakayasu
Nilai TC dapat dihitung dengan c. Pengalihragaman hujan menjadi aliran dengan
menggunakan rumus empiris Haspers, sebagai Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Nakayasu
berikut : dengan tahapan:
TC  0.1 L0,80 S0.30 .............................(21) 1) Memilih data yang dianggap dapat mewakili
dimana: DAS
Tc = Waktu, dalam jam. 2) Menguji kepanggahan dengan metode RAPS
L = Panjang sungai utama, dalam km. (Rescaled Adjusted Partial Sums)
S = Kemiringan sungai utama, tidak 3) Menghitung hujan rerata daerah
berdimensi. 4) Menghitung hujan rancangan sesuai jenis
3. Metode Penelitian sebarannya
Penelitian ini dilakukan dengan tahapan-tahapan 5) Menguji validitas data sesuai sebaran yang
sebagai berikut: dipilih
6) Menghitung agihan hujan
3.1 Bahan penelitian d. Memilih hidrograf banjir yang dianggap
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa mewakili DAS
data sekunder yang dikumpulkan dari Dinas e. Hidrograf banjir yang dipilih, pisahkan aliran
Kimpraswil Sulawesi Tengah seperti: langsung dan aliran dasarnya dengan Metode
a. Peta topografi skala 1: 50.000 garis lurus (straight line method)
b. Data pengukuran tinggi muka air otomatis f. Menentukan hidrograf satuan terukur
(AWLR) Untuk lebih jelasnya, langkah kerja
c. Data hujan penelitian ini disajikan pada Gambar 2.
d. Liku kalibrasi (rating curve) pada AWLR

Gambar 2. Bagan Alir Penelitian

Mulai

Data Data AWLR Data Curah


Topografi Hujan

Karakteristik DAS Liku Kalibrasi Agihan Hujan

HSS Nakayasu HS Terukur

HSS Terukur =
HSS Nakayasu

Ya

Tidak

Mdifikasi HSS
Nakayasu

Hidrograf Banjir
Rancangan

Selesai

Gambar 2. Bagan alir penelitian

“MEKTEK” TAHUN VII NO. 1 JANUARI 2005 38


Kajian Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Untuk Perhitungan Debit Banjir Rancangan
Di Daerah Aliran Sungai Kodina

4. Hasil dan pembahasan Nakayasu (Tp dan Qp), diperoleh penyimpangan


Dengan menggunakan persamaan-persamaan di yang cukup besar dengan nilai masing-masing
atas maka didapat: untuk Tp = 26% dan Qp = 22,40%. Untuk
a. Parameter hidrograf satuan terukur rerata: memperkecil penyimpangan tersebut, maka
Tp = 4,7620 jam dilakukan modifikasi persamaan HSS Nakayasu
Qp = 16,1876 m3/dt dengan menurunkan rumus-rumus dasar nilai Tp
Tb = 28,190 jam berupa nilai tr dan nilai Qp yang diperoleh dengan
Sedangkan ordinat-ordinat hidrografnya cara menurunkan persamaan T 0,3 berupa nilai 
disajikan pada Gambar 3 yang dianggap sebagai faktor penting terjadinya
b. Parameter HSS Nakayasu: penyimpangan dan nilai Tp modifikasi yang
Tp = 3,5157 jam diperoleh, dimasukkan kedalam perhitungan akhir
Qp = 12,5625 m3/dt untuk memperoleh nilai Qp modifikasi.
Sedangkan ordinat-ordinatnya disajikan pada Berdasarkan hasil modifikasi tersebut, diperoleh
Gambar 3 nilai  yang baru sebesar 1,3280. Nilai  tersebut
c. Modifikasi HSS Nakayasu tidak masuk dalam batasan nilai  persamaan HSS
1. Modifikasi Tp berdasarkan penurunan rumus Nakayasu (1,5 ; 2; dan 3), juga diperoleh nilai tr
dasar tr, (Tp = tg + 0,8tr) sebesar 0,94 tg
Tp = tg + 0,8 tr = 4,7578 jam
2. Modifikasi Qp berdasarkan penurunan rumus 5. Kesimpulan dan Saran
dasar T0,3 Dengan melihat penyimpangan yang
cukup besar terhadap sifat pokok HSS Nakayasu
Qp = A.R o

3,6 0,3 Tp mod  T 0,3  dari Hidrograf Satuan terukur, maka HSS Nakayasu
kurang tepat digunakan untuk menghitung debit
Qp= 293,330.1 =16,1875 m3/det banjir rancangan di DAS Kodina. Untuk itu perlu
3,6 0,3.4,7578  3,6062 dilakukan modifikasi terhadap parameter-
Sedangkan ordinat-ordinat HSS Nakayasu parameternya.
modifikasi disajikan pada Gambar 3. Untuk menguji kesahian HSS Nakayasu
Hidrograf banjir rancangan HSS Nakayasu ini perlu dilakukan penelitian di DAS lain di
modifikasi disajikan pada Gambar 4. Sulawesi Tengah yang mempunyai pencatatan
tinggi muka air otomatis sehingga dapat ditentukan
4.2 Pembahasan koefisien pengali yang diperlukan untuk
Dari hasil analisis sifat pokok hidrograf menggunakan HSS Nakayasu pada DAS yang tidak
satuan terukur berdasarkan persamaan HSS punya AWLR di Sulawesi Tengah khususnya.
Debit (m3/det)

Waktu (jam)

Kala Ulang 2 Tahun Kala Ulang 5 Tahun Kala Ulang 10 Tahun


Kala Ulang 25 Tahun Kala Ulang 50 Tahun Kala Ulang 100 Tahun

Gambar 3. Hidrograf banjir rancangan HSS Nakayasu Modifikasi

“MEKTEK” TAHUN VII NO. 1 JANUARI 2005 39


Kajian Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Untuk Perhitungan Debit Banjir Rancangan
Di Daerah Aliran Sungai Kodina

6. Daftar Pustaka Seyhan Ersin, 1990, Dasar-Dasar Hidrologi,


C.D.Soemarto, 1987, Hidrologi Teknik, Usaha Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Nasional. Surabaya.
Sri Harto, 1993, Analisis Hidrologi. PT. Gramedia
----------, 1995, Hidrologi Teknik. Gramedia. Pustaka Umum, Jakarta.
Jakarta.
Soewarno, 1995, Hidrologi Aplikasi Metode
Direktorat Jenderal Pengairan Direktorat Sungai, Statistik Untuk Analisa Data, Nova,
1992, Cara Menghitung Design Flood, Bandung
Yayasan Badan Pekerjaan Umum, Jakarta.
Suyono Sosrodarsono dan Kensaku Takeda, 1993,
Imam Subarkah, 1978, Hidrologi Untuk Hidrologi Untuk Pengairan, PT.Pradnya
Perencanaan Bangunan Air, Bandung. Paramita, Jakarta.
K.Linsley, Ray Jr, Kohler, Max A, H.Paulus,
Joseph L, 1996, Hidrologi Untuk Insinyur, Wahid abdul, I Wayan Sutapa dan Joy Fredy Batti,
Erlangga. 1999, Diktat Kuliah Rekayasa Hidrologi,
Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu
Wilson, E.M, 1993, Hidrologi Teknik, ITB,
Bandung.

“MEKTEK” TAHUN VII NO. 1 JANUARI 2005 40

Anda mungkin juga menyukai