Anda di halaman 1dari 76

BAB 3

TEORIDANAPLIKASIHIDROGRAFSATUAN
SINTETISUNTUKPERENCANAAN

3.1 PENDAHULUAN

Hidrograf adalah visualisasi perubahan/variasi besarnya parameter hidrologi terhadap


waktu kejadiannya. Parameter hidrologi yang dimaksud dapat berupa besaran tinggi
hujan, tinggi muka air dan debit sungai, namun parameter yang paling umum digunakan
adalah debit sungai.

Hidrograf debit dapat digunakan untuk mengetahui perubahan debit di sungai sebagai
akibat terjadinya hujan selama waktu tertentu. Dalam siklus hidrologi, terlihat bahwa
aliran sungai tersebut terjadi akibat limpasan air hujan baik langsung maupun tak
langsung. Pada Gambar 3-2 ditunjukan gambar typikal hidrograp banjir akibat distribusi
hujan tertentu.

Gambar 3-1 : Bentuk Typikal Hidrograf Banjir

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB 3-1


TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

3.1.1 Komponen Suatu Hidrograf

Sebuah hidrograf dapat dibagi atas dua komponen aliran yaitu limpasan permukaan
(runoff) dan base flow. Bila pengaruh turunnya air hujan terhadap aliran disungai
digambarkan terhadap waktu, maka akan diperoleh hidrograf aliran yang mempunyai
komponen kurva yang jika disederhanakan akan berbentuk seperti ditunjukan pada
Gambar 3-2 sebagai berikut :

Gambar 3-2 : Komponen Dari Hidrograf

Bila pengaruh turunnya air hujan terhadap aliran disungai digambarkan terhawadap
waktu maka akan diperoleh hidrograf aliran yang mempunyai komponen kurva sebagai
berikut :
a) Rising curve : kurva yang menggambarkan naiknya debit aliran permukaan sejak
tercapainya hujan sampai dengan tercapainya puncak
b) Puncak aliran : saat dicapainya debit maksimum akibat pengaruh hujan.
c) Recession curve : kurva yang menggambarkan turunnya debit aliran permukaan
sejak tercapainya puncak sampai dengan akhir pengaruh hujan
d) Lag time (tL) : waktu antara pertengahan terjadinya hujan sampai dengan terjadinya
debit puncak
e) Time to peak (tp) : waktu antara mulai terjadinya hujan sampai dengan terjadinya
puncak aliran

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-2
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

f) Time of concentration : Menurut definisi yaitu SCS waktu antara berkahirnya hujan
sampai dengan terjadinya puncak debit
g) Recession time (tf) : waktu antara terjadinya puncak aliran sampai dengan
berakhirnya pengaruh hujan terhadap aliran
h) Time based (tb) : total waktu terjadinya pengaruh hujan terhadap aliran kesluruhan
aliran akibat hujan.

Besaran komponen tersebut dan bentuk dari kurva hidrograf menggambarkan proses
terjadinya aliran di sungai sebagai akibat turunnya hujan dalam DAS. Proses tersebut
sangat dipengaruhi oleh karakteristik hujan dan DAS dari hidrograf yang bersangkutan.
Karakteristik hujan biasanya dapat digambarkan melalui besaran, lama dan distribusi
hujan dalam DAS, sedangkan karakteristik DAS dapat dideskripsikan melalui beberapa
parameter, yaitu : porositas tanah, kemiringan lahan, tataguna lahan, morfologi sungai

3.1.2 Kegunaan Hidrograf

Dalam perencanaan dibidang sumber daya air pada umumnya dan perencanaan
PLTA/PLTM/PLTMH, seringkali diperlukan data debit banjir rencana alam bentuk
hidrograf. Debit banjir rencana tersebut akan digunakan sebagai dasar rencana bangunan
pelimpah, terowongan pengelak, elevasi powerhouse dekat tail race yang penting dalam
perencanaan PLTA/PLTM/PLTMH.

Banjir rencana dengan periode ulang tertentu dapat dihitung dan data debit sungai untuk
waktu yang panjang atau data hujan. Apabila data debit banjir tersedia cukup panjang
(>20 tahun), debit banjir maximum tahunan bisa dicatat dan debit banjir maximum
rencana dapat langsung dihitung dengan metode analisis probabilitas.

Mengingat pada umumnya dilokasi yang akan dihitung debit banjirnya seringkali tidak
terdapat stasiun pencatatan debit, maka metoda perhitungan yang umum dipakai dalam
analisa debit banjir dari curah hujan maksimum harian rencana. Jika data karakteristik
daerah aliran sungai, seperti luas, panjang sungai dan nilai infiltrasi, besarnya debit banjir
dapat dihitung kemudian dengan berbagai model perhitungan debit banjir.

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-3
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

3.2 LANDASAN TEORI

Hidrograf aliran menggambarkan suatu distribusi waktu dari aliran (dalam hal ini debit)
di sungai dalam suatu DAS pada suatu lokasi tertentu. Hidrograf aliran suatu DAS
merupakan bagian penting yang diperlukan dalam berbagai perecanaan bidang Sumber
Daya Air. Terdapat hubungan erat antara hidrograf dengan karakteristik suatu DAS,
dimana hidrograf banjir dapat menunjukkan respon DAS terhadap masukan hujan
tersebut.

3.2.1 Definisi

Menurut definisi hidrograf satuan adalah hidrograf limpasan langsung (tanpa aliran
dasar) yang tercatat di ujung hilir DAS yang ditimbulkan oleh hujan efektif sebesar satu
satuan (1 mm, 1 cm, atau 1 inchi) yang terjadi secara merata di seluruh DAS dengan
intensitas tetap dalam suatu satuan waktu (misal 1 jam) tertentu.

3.2.2 Asumsi

Beberapa asumsi dalam penggunaan hidrograf satuan adalah adalah sbb.

1) Hujan Effektif : Hujan efektif terdistribusi secara merata pada seluruh DAS.
Dengan anggapan ini maka hidrograf satuan tidak berlaku untuk DAS yang sangat
luas, karena sulit untuk mendapatkan hujan merata di seluruh DAS.

2) Lumped Response : Hidrograf menggambarkan semua kombinasi dari


karakteristik fisik DAS yang meliputi (bentuk, ukuran, kemiringan, sifat tanah) dan
karakteristik hujan.

3) Time Invariant : Hidrograf yang dihasilkan oleh hujan dengan durasi dan pola yang
serupa memberikan bentuk dan waktu dasar yang serupa pula.

4) Linear Response : Dengan asumsi ini, aliran yang terjadi hanya dipengaruhi oleh
karakteristik DAS, sehingga pengaruh distribusi hujan terhadap besar dan distribusi
aliran dapat ditentukan melalui konsep superposisi dari aliran tersebut akibat satuan
hujan dalam mm/jam (inch/jam)

Karakteristik bentuk hidrograf yang merupakan dasar dari konsep hidrograf satuan
ditunjukan pada Gambar 3-3.

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-4
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

Gambar 3-3 : Prinsip hidrograf satuan (Bambang Triatmojo 2008).

3.2.3 Hidrograf Satuan Terukur

Bentuk kurva hidrograf satuan mencerminkan pengaruh karakteristik DAS pada proses
pelepasan satuan volume air tersebut di oulet DAS pada umumnya karakteristik DAS
dinyatakan dalam beberapa parameter fisik yang mudah ditemuka seperti : jenis tanah,
panjang alur pengaliran dan kemiringannya Hidrograf satuan dari suatu DAS dapat
ditentukan dengan mengggunakan data pengukuran aliran sungai DAS dengan cara
pada Gambar 3-4. Mengingat keterbatasan data debit yang terukur di sungai-sungai
yang ada, maka uraian tentang cara pebuatan hidrograf satuan terukur tidak akan dibahas
dalam pelatihan ini.

Gambar 3-4 : Pemisahan hidrograf satuan dari hidrograf aliran

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-5
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

3.2.4 Hidrograf Satuan Sintetis

Data yang diperlukan untuk menurunkan hidrograf satuan terukur di DAS yang ditinjau
adalah data hujan otomatis dan pencatatan debit di titik pengamatan tertentu. Namun
jika data hujan yang diperlukan untuk menyusun hidrograf satuan terukur tidak tersedia
digunakan analisis hidrograf satuan sintetis. Beberapa metoda hidrograf satuan sintetis
yang akan diberikan dalam pelatihan ini adalah 1) Cara SCS, 2) Cara Nakayasu, 3) Cara
GAMA-1 dan 4) Cara ITB. Ringakasan rumus-rumus yang digunakan oleh masing-
masing metoda tersebut ditunjukan pada LAMPIRAN- 1.

Pada Gambar 3-5 ditunjukan beberapa bentuk hidrograf satuan sintetis yang akan
dibahas dalam pelatihan ini. Dari gambar tersebut terlihat bahwa bentuk hidrograf
satuan sitentis tersebut ada yang memiliki bentuk puncak lancip(sharp peak) dan ada pul
yang berbentuk tumpul (rounded). Hasil perhitungan berbagai metoda tersebut akan
dibandingkan dengan hasil Program HEC-HMS yang merupakan pengembangan dari
program HEC-1.

10.00

ITB-1
9.00
ITB-2
Nakayasu
8.00 Gama-1
SCS

7.00

6.00
Q (m3/s)

5.00

4.00

3.00

2.00

1.00

0.00
0.00 6.00 12.00 18.00 24.00 30.00 36.00 42.00 48.00
T (jam)

Gambar 3-5 : Beberapa bentuk hidrograf satuan sintetis

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-6
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

3.2.5 Kurva Dan Konvolusi Unit Hidrograf

Pada kenyataannya intensitas hujan yang terjadi tidak merata dan lamanya hujan biasanya
kurang ataupun lebih dari satu jam, dalam hal ini sebuah hidrograf didefinsikan sebagai
superposisi dari hidrograf satuan akibat total curah hujan yang terjadi. Dengan demikian
total hidrograf dianggap merupakan jumlah kumulatif dari hidrograf satuan dikalikan
curah hujan yang terjadi sesungguhnya. Untuk Prinsip superposisi dari hidrograf satuan
tersebut dapat dituliskan sebagai berikut

Q = ෍ P୒ U୒ = PଵUଵ + PଶUଶ+. . . . +P୒ U୒


୩ୀ଴

Dimana

Qn = ordinat storm hidrograf

Pi = kelebihan curah hujan

Un = Ordinat unit hidrograf

Dalam prakteknya perhitungan diatas dapat dilakukan dengan cara matrik atau dengan
menggunakan tabel superposisi Contoh hasil superposisi hidrograf ditunjukan pada
Gambar 3-6.

10 30 20 15 12 5 Total

450

400

350

300

250
Q (m3/s)

200

150

100

50

0
0 6 12 18 24 30 36 42 48

Waktu (Jam)

Gambar 3-6 : Contoh superposisi hidrograf

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-7
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

3.3 PERHITUNGAN DEBIT BANJIR DENGAN CARA HIDROGRAF


SATUAN SINTETIS

Apabila data yang tersedia hanya berupa data hujan dan karakteristik DAS, salah satu
metoda yang disarankan adalah menghitung debit banjir dari data hujan maksimum
harian rencana dengan cara superposisi hidrograf satuan sintetis. Konsep hidrograf
satuan sintetis, pertama lkali diperkenalkan pada tahun 1932 oleh L.K. Sherman. Sejak
itu muncul berbagai Hidrograh lainnya dan jumlahnya sampai saat ini terus betambah.

Untuk menganalisis hidrograf satuan sintetis pada suatu DAS perlu diketahui beberapa
komponen penting pembentuk hidrograf satuan sintetis berikut 1) Tinggi Dan Durasi
Hujan Satuan. 2) Time Lag (TL), Waktu Puncak (Tp) dan Waktu Dasar (Tb), 4) Debit
Puncak Hidrograf Satuan dan 5) Bentuk Hidrograf Satuan yang digunakan 6) Distribusi
Hujan Effektif. Meskipun rumusan yang digunakan berbeda, semua metoda tersebut
bekerja dengan prinsip yang sama.

Tinggi hujan satuan yang umum digunakan dalam analisa debit banjir adalah hujan
effektif setinggi 1 inchi atau 1 mm. Durasi hujan satuan umumnya diambil Tr=1
jam, namun dapat dipilih durasi lain asalkan dinyatakan dalam satuan jam (misal 0.5 jam,
10 menit = 1/6 jam). Jika misalkan diinginkan melakukan perhitungan hidrograf satuan
dengan dalam interval waktu 0.5 jam, maka tinggi hujan setiap jam harus didistribusikan
dalam interval 0.5 jam.

Metode analisis banjir sesuai SKSNI M–18–1989–F diantaranya adalah satuan hidrograf
sintetik SCS dan Gama-I. Metode lain yang juga akan dijelaskan pada pelatihan ini
hidrograf sintetik Nakayasu dan hidrograf sintetik ITB.

3.3.1 Hidrograf Satuan Sintetis SCS

Cara pertama yang digunakan dalam perhitungan debit banjir yang akan dijelaskan dalam
pelatihan ini adalah perhitungan hidrograf satuan sintetis cara SCS. Cara ini
dikembangkan oleh Victor Mockus dari Soil Conservation Service salah satu lembaga
dibawah Departement Pertanian Amerika Serikat. Victor Mockus mengembangkan
Hidrograf satuan SCS berdasarkan hasil pengamatan dari karakteristik hidrograf satuan
alami yang berasal dari sejumlah besar DAS baik yang berukuran besar maupun
kecil di Amerika Serikat.

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-8
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

3.3.1.1 Bentuk Hidrograf Satuan Sintetis SCS Curvilinear Tak Berdimensi

Hidrograf satuan tak berdemensi SCS adalah hidrograf sintetis yang di-ekspresikan
dalam bentuk perbandingan antara debit Q dengan debit puncak Qp dan waktu t
dengan waktu naik (time of rise) tp seperti Gambar 3-7. Tabel 3-1 memperlihatkan
koordinat tidak berdimensi dari hidrograf satuan SCS. Pada Gambar 3-7 sumbu
horizontal (sumbu-x) yang menunjukan satuan waktu (jam) yang telah dinormalkan
t=(T/Tp) sedang sumbut vertical (sumbu-y) menunjukan debit yang telah dinormalkan
q=(Q/Qp).

Tabel 3-1 : Koordinat Tidak Berdimensi Dari HSS SCS Curvilinear

t/tp q/qp t/tp q/qp

0.000 0.000 1.400 0.750


0.100 0.015 1.500 0.660
0.200 0.075 1.600 0.560
0.300 0.160 1.800 0.420
0.400 0.280 2.000 0.320
0.500 0.430 2.200 0.240
0.600 0.600 2.400 0.180
0.700 0.770 2.600 0.130
0.800 0.890 2.800 0.098
0.900 0.970 3.000 0.075
1.000 1.000 3.500 0.036
1.100 0.980 4.000 0.018
1.200 0.920 4.500 0.009
1.300 0.840 5.000 0.004

Gambar 3-7 : Bentuk dan kurva massa HSS SCS Curvilinear

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-9
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

Dari peta DAS Sungai yang akan dianalisa, dapat diperoleh beberapa elemen-elemen
penting yang dapat digunakan menentukan bentuk dari hidrograf satuan itu yaitu 1)
Time Lag (TL), 2) Waktu puncak (Tp) dan waktu dasar (Tb).

1) Data karakteristik fisik DAS

Untuk menghitung HSS SCS diperlukan data karakteristik fisik DAS yang
bergantung dari rumus time lag yang dibgunakan. Beberapa karakteristik fisik DAS
yang umum digunakan antara alin adalah luas DAS, kemiringan sungai dan panjang
sungai.

2) Waktu Puncak (Tp) dan Waktu Dasar (Tb)

Beberapa runus time lag yang dapat biasa digunakan yang biasa digunakan alam
kaitan dengan HSS SCS antara lain adalah Rumus Kirpirch (Untuk DAS Kecil),
Rumus Snyder dan Rumus SCS (agak kompleks). Dalam Pelatihan ini rumusan time
lag yang digunakan untuk menghitung HSS dengan cara SCS adalah rumus time lag
dari Snyder sbb

TL = Ct (L Lc) 0.3 (1)

dimana :

Ct = koefisien penyesuaian waktu (untuk proses kalibrasi);

TL = time lag (Jam)

L = Panjang Sungai (km)

Lc = Jarak Titik Berat ke outlet (km)

Untuk durasi hujan satuan Tr (misal 1 jam), maka waktu puncak HSS SCS
didefiniskan sbb

Tp = TL + 0.50 Tr (3)

Selanjutnya berdasarkan koordinat tidak berdimensi dari hidrograf satuan SCS,


waktu Dasar Hidrograf Satuan (Tb) didefinisikan sbb

Tb = 5*Tp (5)

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-10
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

3) Debit Puncak

Jika harga waktu puncak dan waktu dasar diketahui, maka debit puncak hidrograf
satuan sintetis akibat tinggi hujan satu satun Re=1 mm yang jatuh selama durasi
hujan satu satuan Tr=1 jam, dapat dihitung sbb :

0.2083 A DAS
Qp = (8)
Tp

Dimana :

Qp = Debit puncak hidrograf satuan (m3/s)

R = Curah Hujan satuan (mm)

Tp = Waktu Puncak (jam)

ADAS = Luas DAS (km2)

3.3.1.2 Algoritma dan Contoh Perhitungan Hidrograf Satuan Sintetis SCS

Prosedur pembuatan hidrograf satuan sintetis SCS akan digunakan untuk menentukan
bentuk hidrograf banjir DAS Ciliwung hulu di bendung Katulampa yang mempunyai
luas DAS 149.230 km2 dan Panjang sungai diperkirakan 24.460 km, kemiringan alur
sungai S= 112.245 m/km.

Perhitungan HSS SCS dilakukan dengan Spread Sheet dan hasilnya ditunjukan pada
Tabel 3-2 dengan penjelasan sbb :

1) Bagian I, berisi Input data yang diperlukan seperti Luas DAS, Panjang Sungai L dll.

2) Bagian-II, berisi hasil perhitungan TL (menggunakan cara Snyder), Tp dan Tb

3) Bagian-III berisi perhitungan Qp, Volume Hujan dan Tinggi Limpasan (DRO)

4) Bagian-IV terdiri dari kolom 1 s/d kolom 5 untuk menghitung bentuk HSS SCS
dengan penjelasan sbb :

a) Kolom Pertama : berisi waktu perhitungan dengan interval Tr (jam) termasuk


didalamnya waktu puncak Tp.
b) Kolom Kedua : (Kolom-1 dibagi Tp) berisi absis kurva HSS SCS tak berdimesi
(t=T/Tp), termasuk waktu puncak (tP =1).

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-11
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

Tabel 3-2 : Perhitungan HSS SCS


I. Karakteristik DAS dan Hujan
1. Nama Sungai = Ciliwung
2. Stasiun = Katulampa
3. Luas DAS (A) = 149.230 km2
4. Panjang Sungai Utama (L) = 24.460 km
5. Panjang Ke Titik Berat (Lc) = 12.230 mm
6. Tinggi Hujan Satuan (R) = 1.000 mm
7. Durasi Hujan Satuan (Tr) = 1.000 Jam

II. Perhitungan Waktu Puncak (Tp) Dan Waktu Dasar (Tb)


1. Koefisien waktu (Ct) = 1.000
2. Koefisien nilai n = 0.300
3. Time Lag (tP) --> Snyder
n
tP = Ct (L x LC) = 5.531 Jam
3. Waktu Puncak
Tp = 6.031 Jam
4. Waktu Dasar
TB/TP = 5.00
TB = 30.153 Jam

III. Debit Puncak (QP)


1. Qp = 5.155 m3/s
2. Volume Hujan pada DAS (VDAS) = 149,230 m3
3. Volume Unit Hidrograph = 151,639 m3
4. Tinggi Limpasan = 1.016 mm Ok

IV. Tabel perhitungan HSS SCS

Waktu t HSS Tak berdimensi HSS berdimensi


(jam) t=T/Tp q=Q/Qp Q=q×Qp V(m3)
(1) (2) (3) (4) (5)
0.00 0.00 0.0000 0.00000 0.000
1.00 0.17 0.0545 0.28089 505.608
2.00 0.33 0.1980 1.02048 2342.476
3.00 0.50 0.4262 2.19690 5791.297
4.00 0.66 0.7076 3.64737 10519.692
5.00 0.83 0.9133 4.70763 15038.998
6.00 0.99 0.9985 5.14674 17737.864
6.03 1.00 1.0000 5.15456 565.654
7.00 1.16 0.9435 4.86354 17482.477
8.00 1.33 0.8161 4.20648 16326.042
9.00 1.49 0.6668 3.43721 13758.652
10.00 1.66 0.5192 2.67643 11004.552
11.00 1.82 0.4080 2.10291 8602.806
12.00 1.99 0.3251 1.67553 6801.197
13.00 2.16 0.2577 1.32842 5407.118
14.00 2.32 0.2035 1.04916 4279.653
15.00 2.49 0.1582 0.81525 3355.953
16.00 2.65 0.1215 0.62624 2594.682
17.00 2.82 0.0958 0.49388 2016.216
18.00 2.98 0.0767 0.39559 1601.049
19.00 3.15 0.0632 0.32602 1298.900
20.00 3.32 0.0503 0.25935 1053.677
21.00 3.48 0.0374 0.19268 813.664
22.00 3.65 0.0307 0.15808 631.370
23.00 3.81 0.0247 0.12731 513.696
24.00 3.98 0.0187 0.09654 402.920
25.00 4.15 0.0154 0.07927 316.460
26.00 4.31 0.0124 0.06389 257.693
27.00 4.48 0.0094 0.04850 202.305
28.00 4.64 0.0076 0.03902 157.536
29.00 4.81 0.0059 0.03047 125.076
30.00 4.97 0.0043 0.02192 94.305
31.00 5.14 0.0000 0.00000 39.460
32.00 5.31 0.0000 0.00000 0.000
33.00 5.47 0.0000 0.00000 0.000
34.00 5.64 0.0000 0.00000 0.000
35.00 5.80 0.0000 0.00000 0.000
36.00 5.97 0.0000 0.00000 0.000

150.00 24.87 0.0000 0.00000 0.000


151.00 25.04 0.0000 0.00000 0.000
152.00 25.21 0.0000 0.00000 0.000
153.00 25.37 0.0000 0.00000 0.000
154.00 25.54 0.0000 0.00000 0.000
155.00 25.70 0.0000 0.00000 0.000
156.00 25.87 0.0000 0.00000 0.000
157.00 26.03 0.0000 0.00000 0.000
158.00 26.20 0.0000 0.00000 0.000
159.00 26.37 0.0000 0.00000 0.000
160.00 26.53 0.0000 0.00000 0.000
Vol HSS (m3) 151639
DRO (mm) 1.016

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-12
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

a) Kolom Ketiga merupakan ordinat HSS tak berdimensi (q=Q/Qp) didapat dari
persamaan bentuk kurva HSS SCS.
b) Kolom Keempat berisi ordinat HSS berdimensi didapat dengan mengalikan
ordinat kurva HSS dengan Qp (Kolom-3 x Qp) , yaitu
Qi = Q p qi (m3/sec)

c) Kolom Kelima berisi luas (volume) segmen HSS SCS berdimensi, termasuk
segmen sebelum dan sesudah Qp, dihitung dgn cara trapezium
Vi  3600
2
Q i  Q i 1 Ti 1  Ti  (m3)
d) Jumlah seluruh Kolom Kelima adalah luas kurva HSS SCS berdimensi.
N
VHSS  V
i 1
i (m3)

e) Jika VHSS dibagi Luas DAS (ADAS) didapat tinggi limpasan langsung HDRO, yang
nilainya harus mendekati 1 mm (tinggi hujan satuan)
VHSS
H DRO  1 (mm)
A DAS
f) Jika hasil perhitungan HSS SCS pada Tabel 3-2 digambarkan akan didapat HSS
Nakayasu berdimensi seperti ditunjukan pada Gambar 3-12.

6.000

5.000

4.000
Q (m3/s)

3.000

2.000

1.000

0.000
0.000 6.000 12.000 18.000 24.000 30.000 36.000 42.000 48.000
T (jam)

Gambar 3-8 : Bentuk HSS SCS berdimensi

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-13
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

3.3.1.3 Superposisi Hidrograf

Dalam contoh kasus ini akan digunakan distribusi hujan hujan efektif dengan durasi 1
jam yang berurutan seperti ditunjukan pada Tabel 3-3. Proses superposisi hidrograf
hanya memperhitungkan distribusi hujan efektif, sedang infiltrasi hanya digunakan untuk
penggambaran Hyteograf (distribusi hujan).

Tabel 3-3 : Distribusi Hujan Hujan Efektif


Jam Rtot (mm) Infil (mm) Reff (mm)
1 21.404 52.4487 0.0000
2 38.329 22.4554 15.8733
3 147.463 11.4215 136.0413
4 26.887 7.3623 19.5243
5 18.075 5.8691 12.2062
6 15.800 5.3197 10.4801

Tabel superposisi hidrograf banjir yang disusun dengan HSS SCS ditunjukan pada
Tabel 3-4. Sebagai indikator ketelitian hasil perhitungan digunakan prinsip konservasi
masa, yaitu volume hujan efektif yang jatuh dalam DAS harus sama dengan volume
hidrograf banjir yang dihasilkan. Dalam tabel tersebut Rasio Limpasan/Hujan tidak
sama dengan 100%. Penyebabnya adalah karena harga Tp umumnya tidak merupakan
kelipapan dari Tr, akibatnya debit puncak Qp tidak diperhitungkan dalam proses
superposisi hidrograf.

3.3.1.4 Penggambaran Bentuk Hidrograf Banjir

Hasil akhir berupa hidrograf banjir untuk interval perhitungan Tr=1.0 Jam seperti
ditunjukan pada Gambar 3-9.

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-14
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

Tabel 3-4 : Superposisi HSS SCS


Tinggi Hujan (mm/jam)
Waktu HSS Q (m3/s) Volume
1 2 3 4 5 6
(jam) Nakayasu Limpasan
0.000 15.873 136.041 19.524 12.206 10.480 194.125
0.00 0.000 0.000 0.000 0.000
1.00 0.562 0.000 0.000 0.000 0.000
2.00 2.966 0.000 8.920 0.000 8.920 16055.654
3.00 7.848 0.000 47.079 76.447 0.000 123.526 238402.103
4.00 6.530 0.000 124.579 403.489 10.971 0.000 539.039 1192617.473
5.00 4.793 0.000 103.651 1067.702 57.908 6.859 0.000 1236.120 3195286.674
6.00 3.518 0.000 76.079 888.332 153.234 36.203 5.889 1159.737 4312542.867
7.00 2.582 0.000 55.842 652.031 127.491 95.799 31.083 962.246 3819570.472
8.00 2.099 0.000 40.987 478.588 93.578 79.705 82.252 775.110 3127241.010
9.00 1.708 0.000 33.325 351.281 68.686 58.503 68.434 580.228 2439608.765
10.00 1.390 0.000 27.116 285.609 50.415 42.941 50.230 456.312 1865771.760
11.00 1.131 0.000 22.064 232.399 40.990 31.518 36.869 363.840 1476273.449
12.00 0.920 0.000 17.954 189.102 33.353 25.626 27.061 293.097 1182486.487
13.00 0.755 0.000 14.609 153.871 27.139 20.852 22.002 238.474 956826.875
14.00 0.647 0.000 11.981 125.205 22.083 16.967 17.903 194.139 778703.371
15.00 0.554 0.000 10.265 102.683 17.969 13.806 14.568 159.290 636172.409
16.00 0.475 0.000 8.794 87.972 14.737 11.234 11.854 134.590 528984.557
17.00 0.407 0.000 7.534 75.369 12.626 9.213 9.645 114.387 448158.416
18.00 0.348 0.000 6.455 64.571 10.817 7.893 7.910 97.646 381658.569
19.00 0.298 0.000 5.530 55.320 9.267 6.762 6.777 83.657 326344.538
20.00 0.256 0.000 4.738 47.395 7.939 5.794 5.806 71.672 279590.773
21.00 0.219 0.000 4.059 40.605 6.802 4.964 4.974 61.404 239535.188
22.00 0.188 0.000 3.477 34.787 5.827 4.252 4.262 52.607 205218.169
23.00 0.161 0.000 2.979 29.804 4.993 3.643 3.651 45.070 175817.578
24.00 0.138 0.000 2.552 25.534 4.277 3.121 3.128 38.613 150629.065
25.00 0.118 0.000 2.187 21.876 3.665 2.674 2.680 33.081 129049.185
26.00 0.101 0.000 1.873 18.742 3.140 2.291 2.296 28.342 110560.948
27.00 0.087 0.000 1.605 16.057 2.690 1.963 1.967 24.281 94721.429
28.00 0.074 0.000 1.375 13.756 2.304 1.682 1.685 20.803 81151.159
29.00 0.064 0.000 1.178 11.786 1.974 1.441 1.444 17.822 69525.035
30.00 0.054 0.000 1.009 10.097 1.691 1.234 1.237 15.269 59564.527
31.00 0.047 0.000 0.865 8.650 1.449 1.057 1.060 13.082 51031.013
32.00 0.040 0.000 0.741 7.411 1.241 0.906 0.908 11.207 43720.052
33.00 0.034 0.000 0.635 6.349 1.064 0.776 0.778 9.602 37456.497
34.00 0.029 0.000 0.544 5.440 0.911 0.665 0.666 8.226 32090.290
35.00 0.025 0.000 0.466 4.660 0.781 0.570 0.571 7.048 27492.873
36.00 0.022 0.000 0.399 3.993 0.669 0.488 0.489 6.038 23554.106
37.00 0.018 0.000 0.342 3.421 0.573 0.418 0.419 5.173 20179.626
38.00 0.016 0.000 0.293 2.931 0.491 0.358 0.359 4.432 17288.591
39.00 0.014 0.000 0.251 2.511 0.421 0.307 0.308 3.797 14811.740
40.00 0.012 0.000 0.215 2.151 0.360 0.263 0.264 3.253 12689.735
41.00 0.010 0.000 0.184 1.843 0.309 0.225 0.226 2.787 10871.740
42.00 0.009 0.000 0.158 1.579 0.264 0.193 0.193 2.388 9314.200
43.00 0.007 0.000 0.135 1.353 0.227 0.165 0.166 2.046 7979.800
44.00 0.006 0.000 0.116 1.159 0.194 0.142 0.142 1.753 6836.574
45.00 0.005 0.000 0.099 0.993 0.166 0.121 0.122 1.501 5857.132
46.00 0.005 0.000 0.085 0.851 0.142 0.104 0.104 1.286 5018.010
47.00 0.004 0.000 0.073 0.729 0.122 0.089 0.089 1.102 4299.104
48.00 0.003 0.000 0.062 0.624 0.105 0.076 0.076 0.944 3683.193

150.00 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001
151.00 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
152.00 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
153.00 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
154.00 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
155.00 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
156.00 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
157.00 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
158.00 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
159.00 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
160.00 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
Volume Total Limpasan m3 2.89E+07
Luas DAS km2 149.23
Tinggi Limpasan Langsung mm 193.49
Rasio Tinggi Limpasan/Tinggi Hujan % 99.67%

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-15
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

1,000.0 0.0

Hujan Eff (mm)


900.0 Infiltrasi (mm) 50.0

SCS

800.0 100.0

700.0 150.0

600.0 200.0
Q (m3/s)

R (mm)
500.0 250.0

400.0 300.0

300.0 350.0

200.0 400.0

100.0 450.0

0.0 500.0
0.0 6.0 12.0 18.0 24.0 30.0 36.0 42.0 48.0

Gambar 3-9 : Bentuk Hidrograf Banjir Hasil Superposisi HSS SCS

3.3.2 Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu

Cara kedua yang digunakan dalam perhitungan debit banjir yang akan dijelaskan dalam
pelatihan ini adalah perhitungan hidrograf satuan sintetis cara Nakayasu. Cara ini
dikembangkan oleh Nakayasu Jepang. Hidrograf satuan sintetik Nakayasu dikebangkan
berdasarkan hasil pengamatan dari hidrograf satuan alami yang berasal dari sejumlah
besar DAS yang ada di jepang. Mungkin karena sungai di Jepang relatif pendek
dengan kemiringan besar, time lag menjadi lebih kecil dan puncaknya relatif tajam.

3.3.2.1 Bentuk Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu Tak Berdimensi

Hidrograf satuan tak berdemensi Nakayasu adalah hidrograf sintetis yang di-ekspresikan
dalam bentuk perbandingan antara debit Q dengan debit puncak Qp dan waktu t
dengan waktu naik Tp dan selanjutnya dibentuk menjadi kurva HSS Nakayasu

1) Data karakteristik fisik DAS

Dari peta DAS yang akan dianalisa, dapat diperoleh beberapa elemen-elemen
penting seperti Panjang Sungai (L) dan Luas DAS (A) yang dapat digunakan
menentukan bentuk dari hidrograf satuan sintetik Nakayasu seperti ditunjukan pada
Gambar 3-10.

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-16
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

Gambar 3-10. : Hidrograf Satuan Sintetis menurut Nakayasu

2) Time Lag (Tg) dan Waktu Puncak (Tp)

Time Lag dan Waktu Puncak ditentukan dari persamaan berikut


Tg = 0.5279 + 0.058 L untuk L > 15 km
Tg = 0.21 L0.7 untuk L <15 km
Tp = Tg + 0.8 tr

dimana :
Tp = peaktime(jam)
Tg = time lag yaitu waktu terjadinya hujan sampai terjadinya debit puncak (jam)
Tr = satuan waktu curah hujan (jam)
L = panjangsungai

3) Debit Puncak untuk hujan efektif 1 mm pada daerah seluas A km2

Jika harga waktu puncak dan waktu dasar diketahui, maka debit puncak hidrograf
satuan sintetis akibat tinggi hujan satu satun Re=1 mm yang jatuh selama durasi
hujan satu satuan Tr=1 jam, dapat dihitung sbb :
A. Re
Qp =
3.6(0.3.Tp + T0.3 )
dimana :

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-17
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

Qp = Debit puncak banjir (m3/det)

Re = Hujan Efektif satuan (1 mm)

Tp = waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir (jam)

A = Luas daerah pengaliran sampai outlet

T0.3 = Waktu penurunan debit, dari puncak sampai 30% (T0.3 =  Tg)

 = Parameter hidrograf, dimana


 = 2.0  Pada daerah pengaliran biasa
 = 1.5  Pada bagian naik hidrograf lambat dan turun cepat
 = 3.0  Pada bagian naik hidrograf cepat, dan turun lambat

4) Persamaan Bentuk Dasar Hidrograf Satuan

Bentuk Hidrograf Satuan Nakayasu terdiri dari empat segmen kurva yang dinyatakan
dengan persamaan sbb :

a) Pada waktu kurva naik : 0 < t < Tp

t 2, 4
Qp = ( )
Tp
dimana :
Q(t) = Limpasan sebelum mencari debit puncak (m3)
t = Waktu (jam)

b) Pada waktu kurva turun

 Selang nilai : t  (Tp  T0,3 )


( t Tp )
T0 , 3
Q ( t ) = Q p .0,3

 Selang nilai : (Tp  T0,3 )  t  (Tp  T0,3  1,5T0,3 )


( t Tp + 0 , 5T0 , 3 )
1, 5 T0.3
Q ( t ) = Q p .0,3

 Selang nilai : t > (Tp+T0,3 + 1,5 T0,3)


( t Tp + 0 , 5T0 , 3 )
2T 0 , 3
Q ( t ) = Q p .0,3

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-18
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

Rumus tersebut di atas merupakan rumus empiris, maka penerapannya terhadap


suatu daerah aliran harus didahului dengan suatu pemilihan parameter-parameter
yang sesuai yaitu Tp dan , dan pola distribusi hujan agar didapatkan suatu pola
hidrograf yang realistik. Bentuk HSS Nakayasu tak berdimensi dapat digambarkan
dengan empat segment kurva seperti pada Gambar 3-11 sumbu horizontal (sumbu-
x) yang menunjukan satuan waktu (jam) yang telah dinormalkan t=(T/Tp) sedang
sumbut vertical (sumbu-y) menunjukan debit yang telah dinormalkan q=(Q/Qp).
1.20

0 < t < Tp
t < Tp + T0.3
Tp + T0.3 < t < Tp+T0.3
1.00
t > (Tp+T0.3+1.5T0.3)

0.80
q=Q/Qp

0.60

0.40

0.20

0.00
0.00 6.00 12.00 18.00 24.00 30.00 36.00 42.00 48.00

t=T/Tp

Gambar 3-11 : Bentuk HSS Nsakayasu Tak berdimensi (empat segment kurva)

3.3.2.2 Algorithma dan Perhitungan Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu

Prosedur pembuatan hidrograf satuan sintetis Nakayasu akan digunakan untuk


menentukan bentuk hidrograf banjir DAS Ciliwung hulu di bendung Katulampa seperti
pada Contoh Sebelumnya. Perhitungan HSS Nakayasu dilakukan dengan Spread Sheet
pada Tabel 3-5 dan hasilnya ditunjukan pada Gambar 3-12 dengan penjelasan sbb :

1) Bagian I, berisi Input data yang diperlukan seperti Luas DAS, Panjang Sungai L dll.

2) Bagian-II, berisi hasil perhitungan TL (menggunakan cara Snyder), Tp dan Tb

3) Bagian-III berisi perhitungan Qp, Volume Hujan dan Tinggi Limpasan (DRO)

4) Bagian-IV terdiri dari kolom 1 s/d kolom 8 untuk menghitung bentuk HSS
Nakayasu dengan penjelasan sbb :
PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB
3-19
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

a) Kolom Pertama : berisi waktu perhitungan dengan interval Tr (jam) termasuk


didalamnya waktu puncak Tp.
b) Kolom Kedua merupakan ordinat segmen pertama yaitu bagian dari lengkung
naik didapat dari persamaan q( t ) = t 2, 4 pada interval t ≤ 1

c) Kolom Ketiga merupakan ordinat segmen kedua yaitu lengkung turun didapat
dari persamaan q ( t ) = 0.3 exp((t t p ) / t 0.3 ) pada interval 1 ≤t ≤( t p + t 0.3 )

d) Kolom Keempat berupa ordinat segmen ketiga yaitu bagian dari lengkung
turun yang didapat dari persamaan q ( t ) = 0.3 exp(( t t p + 0.5 t 0.3 ) / 2 t 0.3 ) pada

interval ( t p + t 0,3 ) ≤t ≤( t p + t 0,3 + 1,5t 0,3 )

e) Kolom Kelima berupa ordinat segmen keempat yaitu bagian dari lengkung
turun yang didapat dari persamaan q ( t ) = 0.3 exp(( t t p + 0.5 t 0.3 ) / 1.5t 0.3 ) pada

interval t ≥( t p + t 0,3 + 1,5t 0,3 )

f) Kolom Keenam : (Kolom-1 dibagi Tp) berisi absis dari kurva HSS Nakayasu
tak berdimesi (t=T/Tp), termasuk waktu puncak (tP =1).
g) Kolom Ketujuh berisi ordinat HSS tak berdimensi (q=Q/Qp) yang didapat
dengan menggabungkan Kolom Kedua, Ketiga, Keempat dan Kelima
h) Kolom Kedelapan berisi ordinat HSS berdimensi didapat dengan mengalikan
ordinat kurva HSS dengan Qp (Kolom-6 x Qp) , yaitu
Qi = Q p qi (m3/sec)

i) Kolom Kesembilan berisi luas (volume) segmen HSS Nakayasu berdimensi,


termasuk segmen sebelum dan sesudah Qp, dihitung dgn cara trapezium
Vi  3600
2
Q i  Q i 1 Ti 1  Ti (m3)
j) Jumlah seluruh Kolom Kelima adalah luas kurva HSS SCS berdimensi.
N
VHSS   Vi (m3)
i 1

g) Jika VHSS dibagi Luas DAS (ADAS) didapat tinggi limpasan langsung HDRO, yang
nilainya harus mendekati 1 mm (tinggi hujan satuan)
VHSS
H DRO  1 (mm)
A DAS
h) Jika hasil perhitungan HSS Nakayasu pada Tabel 3-5 digambarkan akan
didapat HSS Nakayasu berdimensi seperti ditunjukan pada Gambar 3-12.
PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB
3-20
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

Tabel 3-5 : Perhitungan HSS Nakayasu


I. Karakteristik DAS
1. Nama Sungai = Ciliwung
2. Nama Sungai = Katulampa
2
3. Luas daerah aliran Sungai (A) = 149.230 Km
4. Panjang Sungai Utama (L) = 24.460 Km
5. Tinggi Hujan R = 1.000 mm
6. Durasi Hujan Tr = 1.000 Jam

II. Parameter hidrograf satuan sintetis :


0.7
0.21*L < 15 km
1. Tg = 1.9466 Jam
0.4 + 0.058*L > 15 km
2. Tr 0.75*Tg = 1.4599 Jam
3. T0.8 0.8*Tr = 1.1679 Jam
4. Tp Tg+0.8*Tr = 3.1145 Jam

5. a = 2.0000

6. T0.3 a*Tg = 3.8932 Jam


Tp+T0.3 = 7.0077 Jam
Tp+T0.3+1.5*T0.3 = 12.8474 Jam

7. Volume Hujan DAS = 149,230 m3


8. Qp = 8.587 m3/s
9. Volume HSS = 150,324 m3
10. Tinggi Hujan = 1.007 mm Ok

III. Bentuk Hidrograf Satuan Sintetis :

Waktu t (t/Tp)
2.4
((t-Tp)/T0.3) p+0.5*T0.3)/1.5*T
((t-Tp+1.5*T0.3)/2*T HSS Tak berdimensi HSS berdimensi
(jam) Qa Qd1 Qd2 Qd3 t=T/Tp q=Q/Qp Q=q×Qp V(m3)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (7) (8)
0.00 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
1.00 0.065 0.321 0.065 0.562 1011.488
2.00 0.345 0.642 0.345 2.966 6350.155
3.00 0.914 0.963 0.914 7.848 19465.729
3.11 1.000 1.000 1.000 8.587 3388.110
4.00 0.760 1.284 0.760 6.530 24093.648
5.00 0.558 1.605 0.558 4.793 20380.971
6.00 0.410 1.926 0.410 3.518 14959.527
7.00 0.301 2.248 0.301 2.582 10980.215
7.01 0.300 2.250 0.300 2.576 71.381
8.00 0.244 2.569 0.244 2.099 8351.127
9.00 0.199 2.890 0.199 1.708 6853.907
10.00 0.162 3.211 0.162 1.390 5576.994
11.00 0.132 3.532 0.132 1.131 4537.976
12.00 0.107 3.853 0.107 0.920 3692.531
12.85 0.090 4.125 0.090 0.773 2582.682
13.00 0.088 4.174 0.088 0.755 419.524
14.00 0.075 4.495 0.075 0.647 2522.603
15.00 0.065 4.816 0.065 0.554 2161.202
16.00 0.055 5.137 0.055 0.475 1851.577
17.00 0.047 5.458 0.047 0.407 1586.311
18.00 0.041 5.779 0.041 0.348 1359.048
19.00 0.035 6.100 0.035 0.298 1164.344
20.00 0.030 6.422 0.030 0.256 997.534
21.00 0.026 6.743 0.026 0.219 854.622
22.00 0.022 7.064 0.022 0.188 732.185
23.00 0.019 7.385 0.019 0.161 627.288
24.00 0.016 7.706 0.016 0.138 537.420
25.00 0.014 8.027 0.014 0.118 460.426
26.00 0.012 8.348 0.012 0.101 394.463
27.00 0.010 8.669 0.010 0.087 337.951
28.00 0.009 8.990 0.009 0.074 289.534
29.00 0.007 9.311 0.007 0.064 248.054
30.00 0.006 9.632 0.006 0.054 212.517
31.00 0.005 9.953 0.005 0.047 182.070
32.00 0.005 10.274 0.005 0.040 155.986
33.00 0.004 10.596 0.004 0.034 133.639
34.00 0.003 10.917 0.003 0.029 114.493
35.00 0.003 11.238 0.003 0.025 98.090
36.00 0.003 11.559 0.003 0.022 84.037
37.00 0.002 11.880 0.002 0.018 71.998
38.00 0.002 12.201 0.002 0.016 61.683
39.00 0.002 12.522 0.002 0.014 52.846
40.00 0.001 12.843 0.001 0.012 45.275
41.00 0.001 13.164 0.001 0.010 38.789
42.00 0.001 13.485 0.001 0.009 33.232
43.00 0.001 13.806 0.001 0.007 28.471
44.00 0.001 14.127 0.001 0.006 24.392
45.00 0.001 14.448 0.001 0.005 20.897
46.00 0.001 14.769 0.001 0.005 17.903
47.00 0.000 15.091 0.000 0.004 15.339
48.00 0.000 15.412 0.000 0.003 13.141

151.00 0.000 48.482 0.000 0.000 0.000


152.00 0.000 48.804 0.000 0.000 0.000
153.00 0.000 49.125 0.000 0.000 0.000
154.00 0.000 49.446 0.000 0.000 0.000
155.00 0.000 49.767 0.000 0.000 0.000
156.00 0.000 50.088 0.000 0.000 0.000
157.00 0.000 50.409 0.000 0.000 0.000
158.00 0.000 50.730 0.000 0.000 0.000
159.00 0.000 51.051 0.000 0.000 0.000
160.00 0.000 51.372 0.000 0.000 0.000
Vol HSS (m3) 150324
DRO (mm) 1.007

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-21
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

10.00

9.00

8.00

7.00

6.00
Q (m3/s)

5.00

4.00

3.00

2.00

1.00

0.00
0.000 6.000 12.000 18.000 24.000 30.000 36.000 42.000 48.000
T (jam)

Gambar 3-12 : Bentuk HSS Nakayasu berdimensi

3.3.2.3 Superposisi Hidrograf

Dalam contoh kasus ini akan digunakan distribusi hujan hujan efektif dengan durasi
Gambar 3-6 Sebagai indikator ketelitian hasil perhitungan digunakan prinsip konservasi
masa, yaitu volume hujan efektif yang jatuh dalam DAS harus sama dengan volume
hidrograf banjir yang dihasilkan. Dalam tabel tersebut Rasio Limpasan/Hujan tidak
sama dengan 100%. Penyebabnya adalah karena harga Tp umumnya tidak merupakan
kelipapan dari Tr, akibatnya debit puncak Qp tidak diperhitungkan dalam proses
superposisi hidrograf.

3.3.2.4 Penggambaran Bentuk Hidrograf Banjir

Hasil akhir berupa hidrograf banjir untuk interval perhitungan Tr=1.0 Jam seperti
ditunjukan pada Gambar 3-13.

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-22
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

Tabel 3-6 : Superposisi HSS Nakayasu


Tinggi Hujan (mm/jam) Tinggi
Waktu HSS Volume
1 2 3 4 5 6 Hujan
(jam) Nakayasu Limpasan
0.000 15.873 136.041 19.524 12.206 10.480 194.125
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
1.00 0.56 0.00 0.00 0.00 0.00
2.00 2.97 0.00 8.92 0.00 8.92 16055.65
3.00 7.85 0.00 47.08 76.45 0.00 123.53 238402.10
4.00 6.53 0.00 124.58 403.49 10.97 0.00 539.04 1192617.47
5.00 4.79 0.00 103.65 1067.70 57.91 6.86 0.00 1236.12 3195286.67
6.00 3.52 0.00 76.08 888.33 153.23 36.20 5.89 1159.74 4312542.87
7.00 2.58 0.00 55.84 652.03 127.49 95.80 31.08 962.25 3819570.47
8.00 2.10 0.00 40.99 478.59 93.58 79.70 82.25 775.11 3127241.01
9.00 1.71 0.00 33.32 351.28 68.69 58.50 68.43 580.23 2439608.77
10.00 1.39 0.00 27.12 285.61 50.42 42.94 50.23 456.31 1865771.76
11.00 1.13 0.00 22.06 232.40 40.99 31.52 36.87 363.84 1476273.45
12.00 0.92 0.00 17.95 189.10 33.35 25.63 27.06 293.10 1182486.49
13.00 0.75 0.00 14.61 153.87 27.14 20.85 22.00 238.47 956826.87
14.00 0.65 0.00 11.98 125.20 22.08 16.97 17.90 194.14 778703.37
15.00 0.55 0.00 10.26 102.68 17.97 13.81 14.57 159.29 636172.41
16.00 0.47 0.00 8.79 87.97 14.74 11.23 11.85 134.59 528984.56
17.00 0.41 0.00 7.53 75.37 12.63 9.21 9.65 114.39 448158.42
18.00 0.35 0.00 6.45 64.57 10.82 7.89 7.91 97.65 381658.57
19.00 0.30 0.00 5.53 55.32 9.27 6.76 6.78 83.66 326344.54
20.00 0.26 0.00 4.74 47.39 7.94 5.79 5.81 71.67 279590.77
21.00 0.22 0.00 4.06 40.60 6.80 4.96 4.97 61.40 239535.19
22.00 0.19 0.00 3.48 34.79 5.83 4.25 4.26 52.61 205218.17
23.00 0.16 0.00 2.98 29.80 4.99 3.64 3.65 45.07 175817.58
24.00 0.14 0.00 2.55 25.53 4.28 3.12 3.13 38.61 150629.07
25.00 0.12 0.00 2.19 21.88 3.66 2.67 2.68 33.08 129049.19
26.00 0.10 0.00 1.87 18.74 3.14 2.29 2.30 28.34 110560.95
27.00 0.09 0.00 1.61 16.06 2.69 1.96 1.97 24.28 94721.43
28.00 0.07 0.00 1.38 13.76 2.30 1.68 1.69 20.80 81151.16
29.00 0.06 0.00 1.18 11.79 1.97 1.44 1.44 17.82 69525.03
30.00 0.05 0.00 1.01 10.10 1.69 1.23 1.24 15.27 59564.53
31.00 0.05 0.00 0.86 8.65 1.45 1.06 1.06 13.08 51031.01
32.00 0.04 0.00 0.74 7.41 1.24 0.91 0.91 11.21 43720.05
33.00 0.03 0.00 0.63 6.35 1.06 0.78 0.78 9.60 37456.50
34.00 0.03 0.00 0.54 5.44 0.91 0.66 0.67 8.23 32090.29
35.00 0.03 0.00 0.47 4.66 0.78 0.57 0.57 7.05 27492.87
36.00 0.02 0.00 0.40 3.99 0.67 0.49 0.49 6.04 23554.11
37.00 0.02 0.00 0.34 3.42 0.57 0.42 0.42 5.17 20179.63
38.00 0.02 0.00 0.29 2.93 0.49 0.36 0.36 4.43 17288.59
39.00 0.01 0.00 0.25 2.51 0.42 0.31 0.31 3.80 14811.74
40.00 0.01 0.00 0.22 2.15 0.36 0.26 0.26 3.25 12689.74
41.00 0.01 0.00 0.18 1.84 0.31 0.23 0.23 2.79 10871.74
42.00 0.01 0.00 0.16 1.58 0.26 0.19 0.19 2.39 9314.20
43.00 0.01 0.00 0.14 1.35 0.23 0.17 0.17 2.05 7979.80
44.00 0.01 0.00 0.12 1.16 0.19 0.14 0.14 1.75 6836.57
45.00 0.01 0.00 0.10 0.99 0.17 0.12 0.12 1.50 5857.13
46.00 0.00 0.00 0.09 0.85 0.14 0.10 0.10 1.29 5018.01
47.00 0.00 0.00 0.07 0.73 0.12 0.09 0.09 1.10 4299.10
48.00 0.00 0.00 0.06 0.62 0.10 0.08 0.08 0.94 3683.19

150.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
151.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
152.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
153.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
154.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
155.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
156.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
157.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
158.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
159.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
160.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Volume Total Limpasan m3 2.89E+07
Luas DAS km2 149.23
Tinggi Limpasan Langsung mm 193.49
Rasio Tinggi Limpasan/Tinggi Hujan % 99.67%

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-23
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

1,400.0 0.0

Hujan Eff (mm)

Infiltrasi (mm) 50.0


1,200.0 Nakayasu (Alpha=2.0)

100.0

1,000.0
150.0

200.0
800.0
Q (m3/s)

R (mm)
250.0

600.0
300.0

350.0
400.0

400.0

200.0
450.0

0.0 500.0
0.0 6.0 12.0 18.0 24.0 30.0 36.0 42.0 48.0

Gambar 3-13 : Bentuk Hidrograf Banjir Hasil Superposisi HSS Nakayasu

3.3.3 Hidrograf Satuan Sintetik GAMA 1

Cara ketiga yang digunakan dalam perhitungan debit banjir yang akan dijelaskan dalam
pelatihan ini adalah perhitungan hidrograf satuan sintetis cara GAMA-1. Cara ini
dikembangkan oleh Dr. Sri Harto dari Univeritas Gajah Mada berdasarkan hasil
pengamatan dari hidrograf satuan alami di 30 DAS yang ada di pulau Jawa.

3.3.3.1 Bentuk Hidrograf Satuan Sintetis GAMA-1

Dalam rumusan aslinya, hidrograf satuan sintetis GAMA-1 adalah hidrograf sintetis
berdimesi yang dibentuk dengan menggunakan dua segment kurva yang dibentuk oleh 4
(empat) variabel pokok yaitu waktu naik/time to rise (TR), debit puncak/peak
discharge (QP), waktu dasar/time to base (TB) dan koefisien tampungan (K). Dengan
menggunakan sketsa definisi pada Gambar 3-14 keempat variabel pokok HSS GAMA-
1 dapat ditentukan dengan persamaan-persamaan sebagai berikut :

a) Waktu Puncak (Tp)

Rumusan waktu naik/time to rise (Tp) dalam satuan jam yang digunakan adalah
L 3
Tp = 0.43( ) + 1.0665 SIM + 1.2775
100F

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-24
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

Gambar 3-14 : Bentuk Hidrograf HSS Gama-1 (berdimensi)

b) Waktu Dasar (Tb)

Rumusan waktu dasar/time to base (Tb) dalam satuan Jam yang digunakan adalah

Tb = 27.4132 Tp 0.1457S -0.0986S N 0.7344 RUA0.2574

c) Debit Puncak/peak discharge (QP)

Debit Puncak/peak discharge (QP) dalam satan m3/s adalah sbb

Qp = 0.1836 A 0.5886 Tp -0.4008


JN -0.2381

d) Bentuk Hidrograf Satuan

Rumusan bentuk hidrograf satuan adalah sbb

 Lengkung naik (0  T  Tp)

Qt = Qp T

 Lengkung Turun (Tp T  Tb)


T/K
Qt = Qp e

Pengertian dari berbagai variabel diatas adalah sbb

Qt = debit dihitung pada waktu t jam setelah Qp, dalam m3/detik

Qp = debit puncak (dengan waktu pada debit puncak dianggap t = 0), dalam
m3/detik

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-25
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

K = Koefisien tampungan dalam satuan Jam yang digunakan untuk menetapkan


kurva resesi didekati dengan persamaan eksponensial seperti berikut :

K = 0.5617 A 0.1798 S - 0.1446 SF -1.0897 D0.0452

3.3.3.2 Parameter Morfometri DAS

Parameter Morfometri DAS yang diperlukan dalam membuat hubungan antara pengalih
ragaman data hujan menjadi debit adalah sbb
1) L = Panjang sungai utama mulai dari outlet sampai hulu (km)
2) S = Kemiringan sungai yaitu perbandingan antara selisih titik tertinggi dengan titik
luaran (outlet) di Sungai utama, dengan panjang sungai utama yang terletak
pada kedua titik tersebut.
3) Penetapan tingkat-tingkat atau orde sungai dilakukan dengan metode Strahler yaitu
(lihat Gambar 3-15) :
a) Sungai-sungai paling ujung adalah sungai-sungai tingkat satu
b) Apabula dua buah sungai dengan tingkat sama bertemu akan terbentuk sungai
satu tingkat lebih tinggi
c) Apabila sebuah sungai dengan suatu tingkat bertemu dengan sungai lain dengan
tingkat yang lebih rendah maka tingkat sungai pertama tidak berubah

Gambar 3-15 : Penetapan Tingkat-Tingkat Sungai Menurut Strahler

4) JN = jumlah pertemuan semua sungai JN = (∑sungai orde 1) – 1

5) SN = perbandingan antara jumlah orde sungai tingkat satu dengan jumlah orde
sungai semua tingkat

6) SF = (Jumlah panjang sungai orde 1)/(Jumlah panjang sungai semua orde)

7) D = Kerapatan Drainase DAS yaitu jumlah panjang sungai semua tingkat setiap
satuan luas (Km/Km2)
PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB
3-26
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

8) A = Luas total DAS (Km2)


9) AU = luas DAS sebelah hulu yang diukur di hulu garis yang ditarik tegak lurus
garis hubung antara stasiun hidrometri dengan titik yang paling dekat
dengan titik berat DAS di sungai, melewati titik tersebut.
10) RUA = AU/A (Relative Upstream Area) yaitu Perbandingan luas DAS sebelah hulu
dan luas DAS.
11) WU = lebar DAS yang diukur di titik di sungai yang berjarak 0.75 L dan tegak lurus
dengan stasiun hidrometri
12) WL = lebar DAS yang diukur di titik di sungai yang berjarak 0.25 L dan tegak lurus
dengan stasiun hidrometri
13) WF = WU/WL
14) SIM = Symmetry Factor merupakan parameter bentuk DAS. (SIM= WF x RUA)

Gambar 3-16 : Pengertian Luas (A) Penentuan Luas Relatif DAS Hulu (RUA)

Gambar 3-17 : Penentuan Faktor Lebar DAS

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-27
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

3.3.3.3 Algorithma dan Contoh Perhitungan Hidrograf Satuan Sintetis GAMA-1

Prosedur pembuatan hidrograf satuan sintetis GAMA-1 akan digunakan untuk


menentukan bentuk hidrograf banjir DAS Ciliwung hulu di bendung Katulampa seperti
pada Contoh Sebelumnya. Ditinjau dari jumlah data yang dipelukan, input HSS GAMA-
1 relatif kompleks. Yang cukup sulit didapat secara manual dari peta adalah Jumlah Orde
sungai dan Panjang setiap orde sungai. Pada Gambar 3-18 ditunjukan peta jaringan
sungai DAS Ciliwung Hulu (Bejo Slamet 2006).

Gambar 3-18 : Peta jaringan sungai DAS Ciliwung Hulu (Bejo Slamet 2006)

Parameter Morfometri DAS Ciliwung Hulu yang diperlukan dalam membuat hubungan
antara pengalih ragaman (transfer) data hujan menjadi debit ditunjukan pada Tabel 3-7
Secara total terdapat 17 parameter morphometri (tidak termasuk nama sungai dan
stasiun) yang digunakan untuk membuat HSS GAMA-1 dimana rincian data
selengkapnya diberikan pada LAMPIRAN- 3.

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-28
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

Tabel 3-7 : Parameter Morfometri DAS Ciliwung Hulu

No Parameter Morphometri Symbol Nlai Satuan Catatan

1 Nama Sungai Ciliwung Identitas DAS dan Stasiun


2 Stasiun Katulampa

3 Luas total DAS (A) A 149.230 km2 Data hanya dapat


4 Panjang Sungai Maksimum (L) L 24.460 km diperoleh dari peta DAS
5 Kemiringan DAS/Slope (S) S 0.111 m/m dengan informasi relatif
6 Lebar DAS pada titik 0,75L dan tegak lurus dengan outlet WU 11.000 km lengkap
7 Lebar DAS pada titik 0,25L dan tegak lurus dengan outlet WL 5.750 km
8 Luas DAS Sebelah Hulu Titik Berat (AU) AU 81.033 km2
9 Banyaknya sungai order-1 (J1) J1 264 buah
10 Banyaknya sungai untuk semua order (ΣJi) Js 520 buah
11 Jumlah Panjang sungai order-1 (L1) L1 231.740 km
12 Jumlah Panjang sungai untuk semua order (ΣLi) Ls 436.080 km

13 Faktor Lebar/width Factor (WF) Wf 1.913 - (6)/(7)


14 Faktor simetri/Symmetry factor (SIM) = WF x RUA SIM 1.039 - (13)*(18)
15 Faktor Sumber/Source Factor (SF) SF 0.531 - (12)/(11)
16 Frekuensi Sumber/Source frequency (SN) SN 0.508 - (10)/(9)
17 Jumlah Pertemuan Sungai/Joint Frequency (JN) JN 263 buah (9)-1
18 Luas Relatif DAS Bagian Hulu/relative Upstream Area (RUA) = AU/A RUA 0.543 km2 (3)/(8)
19 Kerapatan Drainase/drainage density (D) D 2.922 km/km2 (3)/(11)

Prosedur pembuatan HSS GAMA-1 akan digunakan untuk menentukan hidrograf banjir
DAS Ciliwung hulu di bendung Katulampa seperti pada Contoh Sebelumnya.
Perhitungan HSS GAMA-1 dilakukan dengan Spread Sheet pada Tabel 3-8 dan hasilnya
ditunjukan pada Gambar 3-19 dengan penjelasan sbb :

1) Bagian I, berisi Input data yang diperlukan seperti Luas DAS, Panjang Sungai L dll.

2) Bagian-II, berisi hasil perhitungan TL (menggunakan cara Snyder), Tp dan Tb

3) Bagian-III berisi perhitungan Qp, Volume Hujan dan Tinggi Limpasan (DRO)

4) Bagian-IV terdiri dari kolom 1 s/d kolom 5 untuk menghitung bentuk HSS GAMA-
1 dengan penjelasan sbb :

a) Kolom Pertama : berisi waktu perhitungan dengan interval Tr (jam) termasuk


didalamnya waktu puncak Tp.

b) Kolom Kedua merupakan ordinat HSS tak berdimensi didapat dari persamaan
bentuk kurva HSS GAMA-1.

 Lengkung naik : Qt = Qp T (0  T  Tp)


 Lengkung Turun : Qt = Qp e T/K
(Tp T  Tb)

c) Kolom Ketiga berisi luas (volume) segmen HSS GAMA-1 berdimensi,


termasuk segmen sebelum dan sesudah Tp, dihitung dgn cara trapezium

Vi = 3600 ( )(
2 Qi + Qi +1 Ti +1 Ti) (m3)

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-29
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

Tabel 3-8 : Perhitungan HSS GAMA-1


I. Karakteristik DAS
1. Nama Sungai Ciliwung
2. Stasiun Katulampa
3. Luas DAS A 149.230 km2
4. Panjang sungai L 24.460 km
5. Kemiringan sungai S 0.111 -
6. Faktor Lebar/width Factor Wf 1.913 -
7. Faktor simetri SIM 1.039 -
8. Faktor sumber SF 0.529 -
9. Frekuensi sumber SN 0.508 -
10. Jumlah pertemuan sungai JN 263.000 buah
11. Luas DPS sebelah hulu RUA 0.543 km2
12. Kerapatan jaringan kuras D 2.936 km/km2

II. Perhitungan Tp, Tb dan K


1. Waktu naik TR 2.428 Jam
2. Waktu dasar TB 20.131 Jam
3. Koefisien tampungan K 3.988 Jam

III. Debit Puncak (QP)


1. Qp Qp 9.221 m3/s
2. Volume Hujan VR 149,230 m3
3. Volume Limpasan VRO 171,916 m3
4. Tinggi Limpasan RD 1.152 mm
Error > 5%
IV. Tabel perhitungan HSS Gama-1

HSS berdimensi HSS Tak berdimensi


t (jam)
Q=q×Qp V(m3) t=T/Tp q=Q/Qp
(1) (2) (3) (4) (5)
0.00 0.000 0.000 0.000 0.000
1.00 3.798 6836.054 0.412 0.412
2.00 7.596 20508.163 0.824 0.824
2.43 9.221 12951.837 1.000 1.000
3.00 7.988 17722.012 1.236 0.866
4.00 6.217 25569.687 1.648 0.674
5.00 4.838 19899.188 2.059 0.525
6.00 3.765 15486.216 2.471 0.408
7.00 2.930 12051.893 2.883 0.318
8.00 2.280 9379.187 3.295 0.247
9.00 1.775 7299.198 3.707 0.192
10.00 1.381 5680.481 4.119 0.150
11.00 1.075 4420.741 4.531 0.117
12.00 0.836 3440.369 4.943 0.091
13.00 0.651 2677.410 5.354 0.071
14.00 0.507 2083.651 5.766 0.055
15.00 0.394 1621.567 6.178 0.043
16.00 0.307 1261.958 6.590 0.033
17.00 0.239 982.098 7.002 0.026
18.00 0.186 764.301 7.414 0.020
19.00 0.145 594.805 7.826 0.016
20.00 0.113 462.897 8.238 0.012
20.13 0.109 52.203 8.292 0.012
21.00 0.000 170.367 8.649 0.000
22.00 0.000 0.000 9.061 0.000
23.00 0.000 0.000 9.473 0.000
24.00 0.000 0.000 9.885 0.000

150.00 0.000 0.000 61.782 0.000


151.00 0.000 0.000 62.194 0.000
152.00 0.000 0.000 62.606 0.000
153.00 0.000 0.000 63.018 0.000
154.00 0.000 0.000 63.430 0.000
155.00 0.000 0.000 63.842 0.000
156.00 0.000 0.000 64.253 0.000
157.00 0.000 0.000 64.665 0.000
158.00 0.000 0.000 65.077 0.000
159.00 0.000 0.000 65.489 0.000
160.00 0.000 0.000 65.901 0.000
Vol HSS (m3) 171916
DRO (mm) 1.152

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-30
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

d) Jumlah seluruh Kolom Ketiga adalah luas kurva HSS GAMA-1 berdimensi.
N
VHSS  V
i 1
i (m3)

e) Jika VHSS dibagi Luas DAS (ADAS) didapat tinggi limpasan langsung HDRO, yang
nilainya harus mendekati 1 mm (tinggi hujan satuan)
VHSS
H DRO  1 (mm)
A DAS
f) Jika hasil perhitungan HSS GAMA-1 pada Tabel 3-8 digambarkan akan didapat
HSS GAMA-1 berdimensi seperti Gambar 3-19.

10.000

9.000

8.000

7.000

6.000
Q (m3/s)

5.000

4.000

3.000

2.000

1.000

0.000
0.000 6.000 12.000 18.000 24.000 30.000 36.000 42.000 48.000
T (jam)

Gambar 3-19 : Bentuk Hidrograf HSS Gama-1 (berdimensi)

Tambahan : Dua kolom pada Tabel 3-8 berikut tidak ada dalam rumusan asli
GAMA-1. Namun kedua kolom ini diadakan agar didapat kurva HSS GAMA-1 tak
berdimesi dapat dibandikngkan dengan HSS lainnya.

g) Kolom Keempat : berisi absis kurva HSS GAMA-1 tak berdimesi (t=T/Tp) ,
didapat dengan membagi absis kurva HSS GAMA-1 dengan Tp (Kolom-1/Tp)

h) Kolom Kelima : (Kolom-2 dibagi Qp) berisi ordinat HSS GAMA-1 tak
berdimesi (t=Q/Qp), yang didapat dengan membagi ordinat kurva HSS GAMA-
1 dengan Qp (Kolom-2 /Qp) ,

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-31
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

3.3.3.4 Superposisi Hidrograf

Dalam contoh kasus ini akan digunakan distribusi hujan hujan efektif dengan durasi 1
jam yang berurutan seperti ditunjukan sebelumnya pada Tabel 3-3. Tabel superposisi
hidrograf banjir HSS GAMA-1 ditunjukan pada Tabel 3-9. Dalam tabel tersebut Rasio
Limpasan/Hujan tidak persis sama dengan 100%. Penyebabnya adalah karena harga Tp
umumnya tidak merupakan kelipapan dari Tr, akibatnya debit puncak Qp tidak
diperhitungkan dalam proses superposisi hidrograf.

3.3.3.5 Penggambaran Bentuk Hidrograf Banjir

Hasil akhir berupa hidrograf banjir untuk interval perhitungan Tr=1.0 Jam seperti
ditunjukan pada Gambar 3-20.

Tabel 3-9 : Superposisi HSS GAMA-1


Tinggi Hujan (mm/jam)
Waktu HSS GAMA- Q (m3/s) Volume
1 2 3 4 5 6
(jam) 1 Limpasan
0.000 15.873 136.041 19.524 12.206 10.480 194.125
0.000 0.000 0.00 0.00 0.00
1.000 3.798 0.00 0.00 0.00 0.00
2.000 7.596 0.00 60.28 0.00 60.28 108510.73
3.000 7.988 0.00 120.57 516.66 0.00 637.23 1255518.07
4.000 6.217 0.00 126.80 1033.32 74.15 0.00 1234.27 3368694.94
5.000 4.838 0.00 98.68 1086.76 148.30 46.36 0.00 1380.10 4705871.62
6.000 3.765 0.00 76.80 845.76 155.97 92.71 39.80 1211.04 4664053.85
7.000 2.930 0.00 59.77 658.20 121.38 97.51 79.60 1016.46 4009489.43
8.000 2.280 0.00 46.51 512.23 94.46 75.88 83.72 812.81 3292678.00
9.000 1.775 0.00 36.20 398.63 73.51 59.06 65.15 632.56 2601659.50
10.000 1.381 0.00 28.17 310.23 57.21 45.96 50.71 492.28 2024698.69
11.000 1.075 0.00 21.92 241.43 44.52 35.77 39.46 383.11 1575688.44
12.000 0.836 0.00 17.06 187.89 34.65 27.84 30.71 298.15 1226253.60
13.000 0.651 0.00 13.28 146.22 26.97 21.66 23.90 232.03 954311.68
14.000 0.507 0.00 10.33 113.80 20.99 16.86 18.60 180.57 742677.36
15.000 0.394 0.00 8.04 88.56 16.33 13.12 14.47 140.53 577976.44
16.000 0.307 0.00 6.26 68.92 12.71 10.21 11.26 109.36 449800.65
17.000 0.239 0.00 4.87 53.64 9.89 7.95 8.77 85.11 350049.95
18.000 0.186 0.00 3.79 41.74 7.70 6.18 6.82 66.24 272420.62
19.000 0.145 0.00 2.95 32.48 5.99 4.81 5.31 51.55 212006.86
20.000 0.113 0.00 2.30 25.28 4.66 3.75 4.13 40.12 164990.85
21.000 0.000 0.00 1.79 19.67 3.63 2.91 3.22 31.22 128401.42
22.000 0.000 0.00 0.00 15.31 2.82 2.27 2.50 22.91 97423.74
23.000 0.000 0.00 0.00 0.00 2.20 1.77 1.95 5.91 51867.89
24.000 0.000 0.00 0.00 0.00 0.00 1.37 1.52 2.89 15839.18
25.000 0.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.18 1.18 7324.01
26.000 0.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2123.11
27.000 0.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
28.000 0.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
29.000 0.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
30.000 0.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

150.000 0.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
151.000 0.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
152.000 0.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
153.000 0.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
154.000 0.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
155.000 0.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Volume Total Limpasan m3 3.29E+07
Luas DAS km2 149.23
Tinggi Limpasan Langsung mm 220.20
Rasio Tinggi Limpasan/Tinggi Hujan % 113.43%

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-32
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

1,600.0 0.0

Hujan Eff (mm)

Infiltrasi (mm) 50.0


1,400.0
Gama-1

100.0

1,200.0

150.0

1,000.0
200.0
Q (m3/s)

R (mm)
800.0 250.0

300.0
600.0

350.0

400.0

400.0

200.0
450.0

0.0 500.0
0.0 6.0 12.0 18.0 24.0 30.0 36.0 42.0 48.0

Gambar 3-20 : Bentuk Hidrograf Banjir Hasil Superposisi HSS GAMA-1

3.3.4 Perhitungan Hidrograf Satuan Sintetis Dengan Cara ITB

Cara keempat yang digunakan dalam perhitungan debit banjir yang akan dijelaskan
dalam pelatihan ini adalah perhitungan hidrograf satuan sintetis cara ITB. Konsep awal
metoda ini pertama kali di publikasikan oleh Dantje K. Natakusumah dalam Seminar
Nasional Teknik Sumber Daya Air di Bandung, 2009. Melalui program riset peningkatan
kapasitas ITB 2010, metoda tersebut selanjutnya dikebangkan lebih jauh oleh D.K.
Natakusumah (ITB), W. Hatmoko (Puslitbang Air) dan Dhemi Harlan (ITB).

Metoda perhitungan hidrograf satuan sintetis dengan cara ITB tidak dikembangkan
berdasarkan hasil observasi lapangan namun berdasarkan pengamatan atas
karakteristik metoda perhitungan dan hasil perhitungan berbagai hidrograf satuan
sintetis. Kesimpulan hasil pengamatan atas karakteristik dan hasil perhitungan berbagai
metoda hidrograf satuan sintetik tersebut adalah sbb :

1) Akibat adanya kesalahan dalam berbagai tahapan perhitungan menyebabkan hasil


perhitungan hidrograf banjir dimana yang tidak memenuhi prinsip konservasi masa,
yaitu volume hidrograf banjir yang berbeda dengan volume hujan effektif. Kesalahan
seperti ini seringkali tidak terdeteksi karena bentuk hidrograf yang dihasilkan
sepintas terlihat wajar dan tidak menunjukan kesalahan dalam volume hidrograf.

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-33
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

2) Hidrograf banjir rencana yang dihasilkan oleh HSS dengan input data dan bentuk
dasar HSS yang relatif sederhana, seringkali tidak terlalu berbeda jauh dengan HSS
dengan input data dan bentuk dasar HSS yang relatif rumit. HSS dengan input data
yang rumit sulit diterapkan pada daerah dengan data terbatas.

3) Dalam kuliah hidrologi selalu diajarkan prinsip konservasi massa yang berakibat
volume hujan efektif satu satuan yang jatuh merata diseluruh DAS (VDAS) harus
sama volume hidrograf satuan sintetis (VHS) dengan waktu puncak Tp. Dalam
praktek cukup sulit untuk menunjukan bagaimana prinsip ini diterapkan dalam
berbagai rumus hidrograf satuan sintetis sudah ada

4) Meskipun metoda HSS yang dikaji semua bekerja dengan prinsip yang sama
namun ternyata tidak ada suatu formulasi umum yang berlaku untuk semua.
Setiap metoda diturunkan dengan cara yang berbeda dan bagaimana HSS tersebut
dirumuskan seringkali tidak diketahui.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, telah dikembangkan suatu formulasi


untuk membuatan hidrograf satuan sintetis (HSS) dengan input data relatif sederhana
dan memenuhi hukum konservasi massa yang diturunkan dengan cara seperti dijelaskan
pada bagian berikut.

3.3.4.1 Penurunan Formulasi Umum Debit Puncak Hidrograf Satuan Sintetis

Sebelum membahas debit puncak hidrograf satuan, perlu dijelaskan bahwa idea dasar
pencarian rumus umum untuk pembentukan hidrograf satuan sintetis bermula dari
penggunaan konsep transformasi (mapping) koordinat global ke lokal (atau disebut juga
normalisasi) dan konsep integrasi numerik yang umum digunakan dalam bidang
komputasi dinamika fluida dan komputasi hidrolika (lihat Gambar 3-21).

Gambar 3-21 : Pemetaan dari koordinat global (kanan) ke koordinat lokal (kiri)
PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB
3-34
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

Inti konsep transformasi koordinat dan Integrasi Numerik adalah penyelesaian suatu
persamaan dalam domain yang kompleks dapat dilakukan dengan cara lebih mudah jika
bidang asli dipetakan kedalam bidang komputasi yang bernilai antara 0 dan 1.
Perhitungan integrasi dan/atau diffreresiasi dilakukan secara numerik pada bidang
normal tersebut dan kemudian hasilnya dikembalikan ke bidang semula.

Dengan konsep transformasi koordinat (atau dalam bidang hidrologi disebut


normalisasi) dapat dicari kesetaraan luas HSS pada bidang sebenarnya dengan HSS pada
bidang yang telah dinormalkan. Hal ini berguna dalam menjelaskan penerapan prinsip
konservasi mass dalam penurunan debit puncak hidrograf satuan.

Untuk memudahkan penjelasan, tinjau suatu kurva hidrograf berbentuk segitiga yang
terjadi akibat hujan efektif R=1 mm pada suatu DAS luas ADAS. seperti ditunjukan pada
Gambar 3-22.a. Integrasi kurva dibawah kurva hidrograf sama dengan volume
hidrograf satuan. Misalkan Tp adalah absis dan Qp adalah ordinat titik puncak P. Jika
seluruh harga pada absis t (waktu) dinormalkan terhadap Tp dan seluruh harga ordinat
Q (debit) dinormalkan terhadap Qp, akan didapat suatu kurva hidrograf tak berdimensi
(lihat Gambar 3-22.b) yang bernilai antara 0 dan 1(puncak) dimana perhitungan
integrasi dilakukan secara numerik pada bidang normal tersebut.

Q p = 5 m 3 /s
V SUH = 1 /2 * (8 s )* (5 m 3 /s ) = 2 0 m 3

0 T p=2 s Tb=8 s
(a ) T ria n g u la r S U H (d im e n s io n a l)

1
A SU H = 1 /2 * ( 4 * 1 ) = 2 ( e x a c t)
VS U H = Q p * T p * A S U H
= (5 m 3 /s )* (2 s )* (2 ) = 2 0 m 3

0 1 4
(b ) T ria n g u la r S U H (n o n -d im e n s io n a l)

Gambar 3-22 : Kesetaraan Luas HSS-Segitiga dengan HSS-Segitiga Tak-Berdimensi

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-35
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

Luas bidang dibawah kurva yang telah dinormalkan dapat dihitung dari rumus luas
segitiga sbb.

AHSS = ½ * (4*1) = 2 (tanpa satuan)

Volume hidrograf satuan VHSS (memiliki dimensi m3) dapat diperoleh dengan cara yang
lebih mudah yaitu mengalikan AHSS dengan Qp dan Tp, atau

VHSS = Qp Tp AHSS = (5 m3/s)*(2s)*(2) = 20 (m3)

Hasil tersebut dapat digeneralisasi untuk bentuk HSS yang lebih kompleks seperti
ditunjukan pada Gambar 3-23.

Qp
V HSS = Volume HSS (m3)

0 Tp Tb
(a) Typical SUH (dimensional)

1
A SUH = Luas HSS (Dihitung Secara Numerik)
V HSS = Qp*Tp*A HSS

0 1 Tb/Tp
(b) Typical SUH (non-dimensional)

Gambar 3-23 : Kesetaraan Volume HSS generik dengan HSS Yang Telah Dinormalkan

Jika hidrograf banjir dinormalkan dengan faktor Qp dan Tp, maka volume HSS dapat
dihitung dengan rumus

VHSS = Qp Tp AHSS

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-36
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

Jika Tp (jam) dikonversi dalam detik, maka

VHS = AHSS Qp Tp 3600 (m3)

dimana AHSS adalah luas HSS tak berdimensi yang dapat dihitung secara exact atau
secara numerik. Untuk hujan efektif satuan R=1 mm pada suatu DAS luas ADAS (km2),
maka volume hujan efektif satu satuan R=1 mm yang jatuh merata diseluruh DAS
(VDAS) dapat dinyatakan sbb

VDAS = R x ADAS = 1000 ADAS (m3)

Dari definisi HSS dan prinsip konservasi massa, dapat disimpulkan bahwa volume hujan
efektif satu satuan yang jatuh merata diseluruh DAS (VDAS) harus sama volume hidrograf
satuan sintetis (VHS) dengan waktu puncak Tp, atau

1000 ADAS = AHSS Qp Tp 3600


akibatnya

R A DAS
Qp  (m3)
3.6 Tp A HSS

Dimana Qp = Debit puncak hidrograf satuan (m3/s), R = Curah hujan satuan (1 mm),
Tp= Waktu puncak (jam), ADAS = Luas DAS (km2) dan AHSS = Luas HSS tak
berdimensi yang dapat dihitung secara exact atau secara numerik.

3.3.4.2 Bentuk Hidrograf Satuan Sintetis ITB-1 dan ITB-2

Hidrograf satuan sintetis ITB-1 dan ITB-2 yang tak berdimensi adalah hidrograf sintetis
yang dinyatakan dalam bentuk perbandingan antara debit Q dengan debit puncak Qp
dan waktu t dengan waktu naik Tp dan selanjutnya dibentuk menjadi kurva HSS ITB-1
dan HSS ITB-2 berdimensi. Dari peta DAS Sungai yang akan dianalisa, dapat diperoleh
beberapa elemen-elemen penting yang dapat digunakan menentukan bentuk dari
hidrograf satuan itu yaitu 1) Time Lag (TL), 2) Waktu puncak (Tp) dan waktu dasar (Tb).

1) Data karakteristik fisik DAS

Untuk menghitung HSS HSS ITB-1 dan HSS ITB-2 diperlukan data karakteristik
fisik DAS berupa luas DAS dan panjang sungai.

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-37
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

2) Waktu Puncak (Tp) dan Waktu Dasar (Tb)

Untuk HSS ITB-1 rumusan time lag yang digunakan adalah

tp  Ct 0.81225 L0.6 (1)

Sedang untuk HSS ITB-2 rumusan time lag yang digunakan adalah

tp  Ct (0.0394 L + 0.201L0.5 ) (2)

dimana :
tpl = time lag (jam);
Ct = koefisien penyesuaian waktu (untuk proses kalibrasi);
L = panjang sungai (km);

Waktu puncak HSS ITB-1 didefiniskan sbb

Tp = tp + 0.50 Tr (3)

Sedang untuk HSS ITB-2 puncak didefiniskan sbb

Tp = 1.6 tp (4)

Selanjutnya waktu Dasar Hidrograf Satuan (Tb) didefinisikan sbb

Tb = 10*Tp (5)

3) Persamaan Bentuk Dasar Hidrograf Satuan

Dua bentuk dasar HS yang dapat digunakan antara lain adalah HSS ITB-1 dan HSS
ITB-2 sbb :

 HSS ITB-1 memiliki persamaan bentuk dasar yang dinyatakan dengan satu
persamaan berikut

 Cp
 1
q(t )  exp2  t   (t > 0 s/d ∞)  = 2.000 (6)
 t

 HSS ITB-2 memiliki persamaan bentuk dasar yang dinyatakan dengan dua
persamaan yaitu persamaan lengkung naik dan lengkung turun sbb

Lengkung Naik : q( t )  t  (0  t  1)  = 2.400 (7.a)


Lengkung Turun : q ( t )  exp 1  t  C p
 (t > 1 s/d ∞)  = 0.860 (7.b)

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-38
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

Persamaan diatas dapat digambarkan dengan hasil seperti ditunjukan pada Gambar
3-24 sumbu horizontal (sumbu-x) dimana t=T/Tp dan q=Q/Qp masing-masing
adalah waktu dan debit yang telah dinormalkan sehingga t=T/Tp berharga antara 0
dan 1, sedang q=Q/Qp. berharga antara 0 dan ∞ (atau antara 0 dan 10 jika harga
Tb/Tp=10).
1.0

ITB-1
0.9 ITB-2

0.8

0.7

0.6
q=Q/Qp

0.5

0.4

0.3

0.2

0.1

0.0
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 11.0 12.0
t=T/Tp

Gambar 3-24 : Bentuk HSS ITB-1 dan ITB-2 Tak berdimensi

4) Debit Puncak Hidrograf Satuan

Berdasarkan definisi hidrograf satuan sintetis dan prinsip konservasi massa maka
dapat disimpulkan bahwa volume hujan efektif satu satuan yang jatuh merata
diseluruh DAS (VDAS) harus sama volume hidrograf satuan sintesis (VHS) dengan
waktu puncak Tp.

Jika bentuk dasar hidrograf satuan diketahui, dan harga waktu puncak TP dan waktu
dasar TB diketahui, maka debit puncak hidrograf satuan sintetis akibat tinggi hujan
satu satun R=1 mm yang jatuh selama durasi hujan satu satuan Tr=1 jam, dapat
dihitung sbb :

R A DAS
Qp  (8)
3.6 Tp A HSS

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-39
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

Dimana :

Qp = Debit puncak hidrograf satuan (m3/s)

R = Curah Hujan satuan (mm)

Tp = waktu mencapai puncak (jam)

ADAS = Luas DAS (km2)

AHSS = Luas kurva hidrograf satuan tak berdimensi (dimensionless unit hidrograf)

Dari rumusan diatas terlihat bahwa rumus debit puncak pada cara ITB
bentuknya jauh lebih sederhana namun bersifat lebih umum. Rumus diatas adalah
rumus umum yang dapat pula dipergunakan untuk membuat bentuk hidrograf satuan
lainya. Luas AHSS tak berdimensi yang dapat dihitung secara exact atau secara numerik
dengan metoda trapesium seperti ditnjukan pada Gambar 3-25. Dari gambar tersebut
terlihat bahwa kurva lengkung didekati dengan kepingan garis lurus yang menerus
(piecewise straight lines).

N 1
h
I f 1  f N   h ∑f i1 - f i 
2 2 i 1
Catatan : Untuk hydrograf banjir nilai
f1 dan fN umumnya sama dengan nol

Gambar 3-25 : Integrasi numerik dengan metoda trapesium

Menggunakan rumus umum tersebut telah berhasil dibuat HSS Nakayasu, HSS-SCS
Curvilinear, HSS-SCS Segitiga, HSS-Delmarva, HSS Hickok-Keppel-Rafferty dan HSS
Snyder-Alexeyev hasilnya sangat mendekati HSS yang asli. Sebagai gambaran, pada
Gambar 3-26 ditunjukan bentuk HSS Nakayasu-Asli dan HSS Nakayasu-ITB yang
dibuat dengan Cara ITB. Pada Gambar 3-26 ditunjukan bentuk HSS SCS Asli dan HSS
SCS-ITB yang dibuat dengan Cara ITB. Meski rumus debit puncak cara Nakayasu, SCS
dan ITB berbeda, namun hasil akhirnya menunjukan kesesuaian hasil yang sempurna,
padahal rumus dalam HSS Nakayasu-ITB dan SCS-ITB keduanya persis sama.

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-40
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

1,400.0 0.0

Hujan Eff (mm)

Infiltrasi (mm)
1,200.0 100.0
Nakayasu-Asli (Alpha=2.0)

Nakayasu-ITB (Alpha=2.0)
1,000.0 200.0

800.0 300.0
Q (m3/s)

R (mm)
A DAS .R
Qp = → HSS Nakayasu Asli
3.6 (0.3Tp + T0.3 )
600.0 400.0
R A DAS
Qp = → HSS Nakayasu ITB
3.6 Tp A HSS

400.0 500.0

200.0 600.0

0.0 700.0
0.0 6.0 12.0 18.0 24.0 30.0 36.0 42.0 48.0

T (Jam)

Gambar 3-26 : Bentuk hidrograf hasil superposisi HSS Nakayasu Asli dan hidrograf
hasil superposisi HSS Nakayasu-ITB
1,400.0 0.0

Hujan Eff (mm)

Infiltrasi (mm)
1,200.0 100.0
SCS-Asli

SCS-ITB
1,000.0 200.0

800.0 300.0
Q (m3/s)

R (mm)

0.2083 A DAS
Qp = → HSS SCS Asli
Tp
600.0 400.0
R A DAS
Qp = → HSS SCS ITB
3.6 Tp A HSS

400.0 500.0

200.0 600.0

0.0 700.0
0.0 6.0 12.0 18.0 24.0 30.0 36.0 42.0 48.0
T (Jam)

Gambar 3-27 : Bentuk hidrograf hasil superposisi HSS SCS-Asli dan hidrograf hasil
superposisi HSS SCS-ITB

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-41
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

5) Kalibrasi Tp dan Qp

Fasilitas untuk kalibrasi Tp diberikan dengan cara berikut. Harga standar koefisien
Ct adalah 1.0, namun harga Tp dapat dirubah sesuai kebutuhan dengan merubah
harga koefisien Ct.,

 Jika harga waktu puncak perhitungan lebih kecil dari waktu puncak pengamatan,
maka harga diambil Ct > 1.0 akan membuat harga waktu puncak membesar.

 Jika harga waktu puncak perhitungan lebih besar dari waktu puncak pengamatan,
maka harga diambil Ct < 1.0 akan membuat harga waktu puncak mengecil

Fasilitas untuk kalibrasi Qp diberikan dengan cara berikut. Untuk HSS ITB-1 harga
default α=2.0 sedang untuk HSS ITB-2 harga default α=2.4 dan β=0.86. Jika sangat
diperlukan harga koefisien α dan β dapat dirubah atau dapat juga dengan merubah
harga koefisien Cp. Harga standar koefisien Cp adalah 1.0,

 Jika harga debit puncak perhitungan lebih kecil dari debit puncak pengamatan,
maka harga diambil Cp > 1.0 akan membuat harga debit puncak membesar,

 Jika debit puncak perhitungan lebih besar dari hasil pengamatan maka harga
diambil Cp < 1.0 agar harga debit puncak mengecil.

3.3.4.3 Penggunaan HSS SCS Segitiga yang dihitung dengan Cara ITB

Pada bagian ini ditunjkan contoh cara perhitungan HSS dengan Cara ITB pada Suatu
DAS kecil yang memiliki Luas DAS = 1.2 km2, L=1575 m, S=0.001 (m/m) akibat hujan
efektif sebesar 10 mm, 70 mm dan 30 mm (interval ½ jam). Dengan bentuk dasar HSS
yang digunakan adalah HSS SCS segtiga tak berdimensi (lihat Gambar 3-28) hitung dan
gambarkan debit hidrograf banjir yang dihasilkan dengan perhitungan Cara ITB.
qp=1 (Tak berdimensi)

A' = 1/2*1*8/3=4/3

0 tp=1 tb=8/3 (Tak berdimensi)

Gambar 3-28 : Bentuk Dasar HSS SCS Segitiga


PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB
3-42
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

Jawab

a) Hitung Time Peak (Tp) dan Time Base (Tb)

 Hitung Time Concentration (rumus Kirpirch)

 L0.77   1575 0.77 


t c  0.01947  0.835   0.01947  0.835
  80.58 menit  1.34 jam
S   0.001 

 Time Peak (Tp) dan Time Base (Tb)

Tp  23 tc  23 1.34  0.893 jam

Tb  83 tp  83 0.893  2.382 jam

b) Perhitungan HSS SCS Segitiga berdimensi

 Hitung Luas HSS Tak-berdimensi : HSS SCS segitiga dihitung secara exact.

A HSS  1
2
q p tb  1
2
1 * 8 / 3  4/3 ← Luas Exact

 Hitung Debit Puncak HSS (Berdimensi)

1 A DAS 1 1.2
Qp    0.224 m 3 / s
3.6 Tp A HSS 3.6 0.893 1.333

 Absis dan Ordinat HSS (berdimensi)

Jika harga absis dan ordinat HSS SCS tak berdimensi pada Gambar 3-28,
dikalikan dengan harga Tp dan Qp makan didapat HSS SCS berdimensi pada
Gambar 3-29.

m3/s/mm

Qp

A = A'*Qp*Tp

0 Tp Tb=8/3*Tp Jam
Gambar 3-29 : SCS Segitiga HSS berdimensi

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-43
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

Harga ordinat HSS antara 0 dan Tp dan antara Tp dan Tb diperoleh dengan
interpolasi linear, dan hasinya ditunjukan Tabel 3-10

Tabel 3-10 : HSS SCS Segitiga Berdimensi

T (jam) Q (m3/s) Keterangan

0.000 0.000
0.500 0.157
0.893 0.280 Tp
1.000 0.260
1.500 0.166
2.000 0.072
2.382 0.000 Tb = 8/3 Tp
2.500 0.000

c) Superposisi HSS SCS Segitiga

Proses superposisi HSS akibat hujan efektif sebesar 20 mm, 100 mm dan 40 mm
(interval ½ jam) ditunjukan Tabel 3-11. Dalam tabel tersebut Rasio DRO/REff =
98.11%, tidak sama dengan 100%. Penyebabnya adalah karena harga Tp umumnya
tidak merupakan kelipapan dari Tr, akibatnya debit puncak Qp tidak diperhitungkan
dalam proses superposisi hidrograf.

Tabel 3-11 : Superposisi HSS SCS Segitiga


Re (interval 1/2 Jam) Total Re
Waktu Q HSS Volume
0.5 1.0 1.5 (mm)
(Jam) (m3/s) (m3)
20.0 100.0 40.0 160.0
0.000 0.000 0.000 0.000 0.00
0.500 0.157 3.133 0.000 3.133 2,820.01
1.000 0.260 5.196 15.667 0.000 20.863 21,596.61
1.500 0.166 3.316 25.981 6.267 35.564 50,784.05
2.000 0.072 1.436 16.581 10.392 28.409 57,575.99
2.500 0.000 0.000 7.181 6.632 13.813 38,000.51
3.000 0.000 2.872 2.872 15,017.08
3.500 0.000 0.000 2,585.13
4.000 0.000 0.00
4.500 0.000 0.00
5.000 0.000 0.00
Total Volum (m3) 188,379
Luas DAS (km2) 1.200
DRO (mm) 156.98
DRO/Ref (%) 98.11%

d) Gambar hidrograf banjir

Jika masing-masing hidrograf banjir penyusun dan hasil akhir superposisi hidrograf
banjir pada Tabel 3-11 diatas digambarkan, maka didapat hasil seperti pada
Gambar 3-30. Dari gambar tesebut terlihat bahwa, meskipun bentuk dasar
hidrograf SCS-Segitiga relatif sederhana hidrograf banjir yang dihasilkan cukup baik.

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-44
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

50.0 0.0

Reff
20.0
45.0 25.0
100.0
40.0
40.0 Total 50.0

35.0 75.0

30.0 100.0
Q (jm3/s)

R (mm)
25.0 125.0

20.0 150.0

15.0 175.0

10.0 200.0

5.0 225.0

0.0 250.0
0.000 0.500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500 4.000 4.500 5.000
T (Jam)

Gambar 3-30 : Hidrograf hasil superposisi SCS Segitiga

3.3.4.4 Algorithma dan Perhitungan Hidrograf Satuan Sintetis Cara ITB

Prosedur pembuatan hidrograf satuan sintetis dengan Cara ITB akan digunakan untuk
menentukan bentuk hidrograf banjir DAS Ciliwung hulu di bendung Katulampa seperti
pada Contoh Sebelumnya. Perhitungan dilakukan dengan Spread Sheet dan hasilnya
ditunjukan pada Tabel 3-12 dan Tabel 3-13 dengan penjelasan sbb :

1) Bagian I, berisi Input data yang diperlukan seperti Luas DAS, Panjang Sungai L dll.

2) Bagian-II, berisi hasil perhitungan TL, Tp dan Tb

3) Bagian-III berisi perhitungan Qp, Volume Hujan dan Tinggi Limpasan (DRO)

4) Bagian-IV terdiri dari kolom 1 s/d kolom 5 untuk menghitung bentuk ITB-1 dan
ITB-1 dengan penjelasan sbb :

a) Kolom Pertama : berisi waktu perhitungan dengan interval Tr (jam) termasuk


didalamnya waktu puncak Tp.

b) Kolom Kedua : (Kolom-1 dibagi Tp) berisi absis kurva HSS tak berdimesi
(t=T/Tp), termasuk waktu puncak (t =1).

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-45
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

c) Kolom Ketiga merupakan ordinat HSS tak berdimensi didapat dari persamaan
bentuk kurva HSS ITB-1 dan HSS ITB-2.

d) Kolom Keempat berisi luas segmen HSS tak berdimensi, termasuk segmen
sebelum dan sesudah Qp, dihitung dengan cara trapezium.
Ai  1
2
q i 1  q i t i 1  t i  (9)
e) Jumlah seluruh Kolom Keempat adalah luas kurva HSS tak berdimensi.
N
A HSS  ∑A i (tanpa satuan) (10)
i 1

f) Setelah AHSS diketahui, maka debit puncak hidrograf satuan dapat dinyatakan sbb
(dihitung pada Bagian-III) :
R A DAS
Qp  (m3/sec) (11)
3.6 Tp A HSS
g) Kolom kelima berisi ordinat HSS berdimensi didapat dengan mengalikan
ordinat kurva HSS dengan Qp (Kolom-3 x Qp) , yaitu
Qi  Q p q i (m3/sec) (12)
h) Kolom keenam be`risi luas segmen HSS berdimensi, termasuk segmen sebelum
dan sesudah Qp, dihitung dgn cara trapezium
Vi  3600
2
Q i  Q i 1 Ti 1  Ti (m3) (13)
i) Jumlah seluruh Kolom Keenam adalah luas kurva HSS berdimensi.
N
VHSS   Vi (m3) (14)
i 1

j) Jika VDAS volume hujan efektif satu satuan yang jatuh di DAS (VDAS = 1000 R
ADAS), maka berdasarkan prinsip konservasi massa, volume hidrograf satuan
harus sama dengan volume hujan efektif DAS (VHSS = VDAS).
k) Jika VHSS dibagi Luas DAS (ADAS) didapat tinggi limpasan langsung HDRO, yang
nilainya harus mendekati 1 mm (tinggi hujan satuan)
VHSS
H DRO  1 (mm)
A DAS

l) Jika hasil perhitungan HSS ITB-1 dan ITB-2 Tabel 3-12 dan Tabel 3-13
digambarkan, maka akan didapat HSS ITB-1 dan ITB-2 berdimensi seperti
Gambar 3-31

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-46
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

9.00

8.00 ITB-1

7.00 ITB-2

6.00

5.00
Q (m3/s)

4.00

3.00

2.00

1.00

0.00
0.00 6.00 12.00 18.00 24.00 30.00 36.00 42.00 48.00
T (jam)

Gambar 3-31 : Bentuk HSS ITB-1 dan ITB-2 Berdimensi

3.3.4.5 Superposisi Hidrograf

Dalam contoh kasus ini akan digunakan distribusi hujan hujan efektif dengan durasi 1
jam yang berurutan seperti ditunjukan sebelumnya pada Tabel 3-3. Tabel superposisi
hidrograf banjir HSS ITB-1 dan ITB-2 ditunjukan pada Tabel 3-14 dan Tabel 3-15.
Dalam tabel tersebut Rasio Limpasan/Hujan tidak persis sama dengan 100%.
Penyebabnya adalah karena harga Tp umumnya tidak merupakan kelipapan dari Tr,
akibatnya debit puncak Qp tidak diperhitungkan dalam proses superposisi hidrograf.

3.3.4.6 Penggambaran Bentuk Hidrograf Banjir

Hasil akhir berupa hidrograf banjir untuk interval perhitungan Tr=1.0 Jam seperti
ditunjukan pada Gambar 3-32.

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-47
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

Tabel 3-12 : Perhitungan HSS ITB-1

I. Karakteristik DAS dan Hujan


1. Nama Sungai = Ciliwung
2. Stasiun = Katulampa
3. Luas DAS (A) = 149.230 Km2
4. Panjang Sungai Utama (L) = 24.460 Km
5. Tinggi Hujan Satuan (R) = 1.000 mm
6. Durasi Hujan Satuan (Tr) = 1.000 Jam

II. Perhitungan Waktu Puncak (Tp) Dan Waktu Dasar (Tb)


1. Koefisien waktu (Ct) = 1.000
2. Time Lag (tP)
tP = Ct 0.81225 L0.6 = 5.530 Jam
3. Waktu Puncak
Tp = 6.030 Jam
4. Waktu Dasar
TB/TP = 10.00
TB = 60.305 Jam

III. Debit Puncak (QP)


1. Cp. Koefisien Puncak (Cp) = 1.000
2. Alpha = 2.000
3. Luas HSS (Numerik) = 1.363
4. Qp = 5.042 m3/s
5. Volume Hujan pada DAS (VDAS) = 149,230 m3
6. Volume Unit Hidrograph = 149,230 m3
7. Tinggi Limpasan = 1.000 mm
Ok

IV. Tabel perhitungan HSS ITB-1 :

HSS Tak berdimensi HSS berdimensi


T (jam)
t=T/Tp q=Q/Qp A Q=q×Qp V(m3)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
0.00 0.00000 0.000 0.000 0.000 0.000
1.00 0.16582 0.000 0.000 0.001 2.056
2.00 0.33165 0.068 0.006 0.341 615.794
3.00 0.49747 0.362 0.036 1.827 3901.901
4.00 0.66330 0.710 0.089 3.582 9736.113
5.00 0.82912 0.932 0.136 4.699 14906.380
6.00 0.99494 1.000 0.160 5.042 17533.652
6.03 1.00000 1.000 0.005 5.042 553.417
7.00 1.16077 0.956 0.157 4.822 17214.699
8.00 1.32659 0.851 0.150 4.293 16407.945
9.00 1.49242 0.723 0.131 3.643 14285.378
10.00 1.65824 0.593 0.109 2.990 11939.612
11.00 1.82406 0.475 0.089 2.395 9692.138
12.00 1.98989 0.373 0.070 1.883 7700.048
13.00 2.15571 0.290 0.055 1.460 6018.185
14.00 2.32154 0.222 0.042 1.120 4644.310
15.00 2.48736 0.169 0.032 0.851 3548.192
16.00 2.65318 0.127 0.025 0.643 2688.892
17.00 2.81901 0.096 0.018 0.482 2024.245
18.00 2.98483 0.071 0.014 0.360 1515.555
19.00 3.15066 0.053 0.010 0.268 1129.502
20.00 3.31648 0.039 0.008 0.198 838.528
21.00 3.48230 0.029 0.006 0.146 620.456
22.00 3.64813 0.021 0.004 0.108 457.792
23.00 3.81395 0.016 0.003 0.079 336.942
24.00 3.97978 0.012 0.002 0.058 247.462

150.00 24.87360 0.000 0.000 0.000 0.000


151.00 25.03943 0.000 0.000 0.000 0.000
152.00 25.20525 0.000 0.000 0.000 0.000
153.00 25.37107 0.000 0.000 0.000 0.000
154.00 25.53690 0.000 0.000 0.000 0.000
155.00 25.70272 0.000 0.000 0.000 0.000
156.00 25.86855 0.000 0.000 0.000 0.000
157.00 26.03437 0.000 0.000 0.000 0.000
158.00 26.20019 0.000 0.000 0.000 0.000
159.00 26.36602 0.000 0.000 0.000 0.000
160.00 26.53184 0.000 0.000 0.000 0.000
Luas H.S 1.3633078 Vol HSS (m3) 149230.000
DRO (mm) 1.000

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-48
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

Tabel 3-13 : Perhitungan HSS ITB-2


I. Karakteristik DAS dan Hujan
1. Nama Sungai = Ciliwung
2. Stasiun = Katulampa
3. Luas DAS (A) = 149.230 Km2
4. Panjang Sungai Utama (L) = 24.460 Km
5. Tinggi Hujan Satuan (R) = 1.000 mm
6. Durasi Hujan Satuan (Tr) = 1.000 Jam

II. Perhitungan Waktu Puncak (Tp) Dan Waktu Dasar (Tb)


1. Koefisien waktu (C t) = 1.000
2. Time Lag (tP)
tp =Ct*(0.0394*L+0.201*L^0.5) = 1.958 Jam
3. Waktu Puncak
Tp=1.6*tp = 3.132 Jam
4. Waktu Dasar
TB/TP = 10.000
TB = 31.325 Jam

III. Debit Puncak (QP)


1. Cp. Koefisien Puncak (C p) = 1.000
2. Alpha = 2.400
3. Betha = 0.860
3. Luas HSS (Numerik) = 1.602
4. Qp = 8.262 m3/s
5. Volume Hujan pada DAS (V DAS) = 149,230 m3
6. Volume Unit Hidrograph = 149,230 m3
7. Tinggi Limpasan = 1.000 mm

IV. Tabel perhitungan HSS ITB-2 :

HSS Tak berdimensi HSS berdimensi


T (jam)
t=T/Tp q=Q/Qp A Q=q×Qp V(m3)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
0.000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.000
1.000 0.31923 0.06454 0.01030 0.53329 959.914
2.000 0.63847 0.34067 0.06468 2.81470 6026.372
3.000 0.95770 0.90147 0.19827 7.44819 18473.207
3.132 1.00000 1.00000 0.04021 8.26224 3746.858
4.000 1.27694 0.79138 0.24805 6.53860 23111.574
5.000 1.59617 0.60956 0.22361 5.03630 20834.807
6.000 1.91540 0.47293 0.17278 3.90743 16098.706
7.000 2.23464 0.36909 0.13440 3.04948 12522.429
8.000 2.55387 0.28947 0.10512 2.39166 9794.044
9.000 2.87311 0.22799 0.08259 1.88369 7695.625
10.000 3.19234 0.18023 0.06516 1.48910 6071.011
11.000 3.51158 0.14294 0.05158 1.18102 4806.213
12.000 3.83081 0.11370 0.04096 0.93944 3816.830
13.000 4.15004 0.09069 0.03262 0.74926 3039.660
14.000 4.46928 0.07250 0.02605 0.59903 2426.930
15.000 4.78851 0.05810 0.02085 0.48000 1942.252
16.000 5.10775 0.04665 0.01672 0.38541 1557.721
17.000 5.42698 0.03753 0.01344 0.31005 1251.815
18.000 5.74621 0.03024 0.01082 0.24987 1007.854
19.000 6.06545 0.02441 0.00872 0.20171 812.847
20.000 6.38468 0.01974 0.00705 0.16309 656.639
21.000 6.70392 0.01598 0.00570 0.13206 531.265
22.000 7.02315 0.01296 0.00462 0.10708 430.452
23.000 7.34238 0.01052 0.00375 0.08694 349.247
24.000 7.66162 0.00856 0.00305 0.07068 283.731

150.000 47.88512 0.00000 0.00000 0.00000 0.000


151.000 48.20435 0.00000 0.00000 0.00000 0.000
152.000 48.52359 0.00000 0.00000 0.00000 0.000
153.000 48.84282 0.00000 0.00000 0.00000 0.000
154.000 49.16206 0.00000 0.00000 0.00000 0.000
155.000 49.48129 0.00000 0.00000 0.00000 0.000
156.000 49.80052 0.00000 0.00000 0.00000 0.000
157.000 50.11976 0.00000 0.00000 0.00000 0.000
158.000 50.43899 0.00000 0.00000 0.00000 0.000
159.000 50.75823 0.00000 0.00000 0.00000 0.000
160.000 51.07746 0.00000 0.00000 0.00000 0.000
Luas HSS 1.6016416 Vol HSS (m3) 149230.000
DRO (mm) 1.000

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-49
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

Tabel 3-14 : Superposisi HSS ITB-1


Tinggi Hujan (mm/jam)
Waktu Q (m3/s) Volume
HSS ITB-1 1 2 3 4 5 6
(jam) Limpasan
0.000 15.873 136.041 19.524 12.206 10.480 194.125
0.0 0.00 0.00 0.00 0.00
1.0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
2.0 0.34 0.00 0.02 0.00 0.02 32.63
3.0 1.83 0.00 5.41 0.16 0.00 5.57 10054.38
4.0 3.58 0.00 29.00 46.39 0.02 0.00 75.40 145749.66
5.0 4.70 0.00 56.86 248.51 6.66 0.01 0.00 312.05 697412.06
6.0 5.04 0.00 74.59 487.33 35.67 4.16 0.01 601.76 1644847.30
7.0 4.82 0.00 80.03 639.28 69.94 22.30 3.57 815.12 2550372.71
8.0 4.29 0.00 76.55 685.89 91.75 43.72 19.14 917.06 3117911.96
9.0 3.64 0.00 68.15 656.05 98.44 57.36 37.54 917.53 3302264.05
10.0 2.99 0.00 57.83 584.04 94.15 61.54 49.25 846.81 3175821.29
11.0 2.39 0.00 47.46 495.63 83.82 58.86 52.84 738.61 2853760.62
12.0 1.88 0.00 38.01 406.75 71.13 52.40 50.54 618.83 2443399.25
13.0 1.46 0.00 29.89 325.77 58.38 44.47 44.99 503.50 2020197.19
14.0 1.12 0.00 23.18 256.19 46.75 36.50 38.18 400.80 1627735.70
15.0 0.85 0.00 17.78 198.66 36.77 29.23 31.33 313.76 1286213.62
16.0 0.64 0.00 13.51 152.35 28.51 22.99 25.10 242.46 1001203.87
17.0 0.48 0.00 10.20 115.81 21.87 17.82 19.74 185.44 770216.15
18.0 0.36 0.00 7.65 87.41 16.62 13.67 15.30 140.66 586968.78
19.0 0.27 0.00 5.71 65.58 12.54 10.39 11.74 105.97 443919.59
20.0 0.20 0.00 4.25 48.96 9.41 7.84 8.92 79.39 333635.74
21.0 0.15 0.00 3.15 36.40 7.03 5.88 6.73 59.20 249447.69
22.0 0.11 0.00 2.32 26.97 5.22 4.39 5.05 43.97 185689.45
23.0 0.08 0.00 1.71 19.92 3.87 3.27 3.77 32.54 137716.13
24.0 0.06 0.00 1.26 14.68 2.86 2.42 2.80 24.02 101813.54
25.0 0.04 0.00 0.92 10.79 2.11 1.79 2.08 17.68 75065.41
26.0 0.03 0.00 0.68 7.91 1.55 1.32 1.53 12.99 55213.44
27.0 0.02 0.00 0.49 5.80 1.14 0.97 1.13 9.52 40527.58
28.0 0.02 0.00 0.36 4.24 0.83 0.71 0.83 6.97 29693.87
29.0 0.01 0.00 0.26 3.09 0.61 0.52 0.61 5.10 21721.29
30.0 0.01 0.00 0.19 2.26 0.44 0.38 0.45 3.72 15866.66
31.0 0.01 0.00 0.14 1.64 0.32 0.28 0.33 2.71 11575.34
32.0 0.00 0.00 0.10 1.20 0.24 0.20 0.24 1.97 8435.05
33.0 0.00 0.00 0.07 0.87 0.17 0.15 0.17 1.44 6140.42
34.0 0.00 0.00 0.05 0.63 0.12 0.11 0.13 1.04 4465.88
35.0 0.00 0.00 0.04 0.46 0.09 0.08 0.09 0.76 3245.29
36.0 0.00 0.00 0.03 0.33 0.07 0.06 0.07 0.55 2356.52
37.0 0.00 0.00 0.02 0.24 0.05 0.04 0.05 0.40 1709.97
38.0 0.00 0.00 0.01 0.17 0.03 0.03 0.04 0.29 1240.03
39.0 0.00 0.00 0.01 0.13 0.03 0.02 0.03 0.21 898.72
40.0 0.00 0.00 0.01 0.09 0.02 0.02 0.02 0.15 651.01
41.0 0.00 0.00 0.01 0.07 0.01 0.01 0.01 0.11 471.34
42.0 0.00 0.00 0.00 0.05 0.01 0.01 0.01 0.08 341.11
43.0 0.00 0.00 0.00 0.03 0.01 0.01 0.01 0.06 246.75
44.0 0.00 0.00 0.00 0.03 0.00 0.00 0.01 0.04 178.43
45.0 0.00 0.00 0.00 0.02 0.00 0.00 0.00 0.03 128.98
46.0 0.00 0.00 0.00 0.01 0.00 0.00 0.00 0.02 93.20
47.0 0.00 0.00 0.00 0.01 0.00 0.00 0.00 0.02 67.33
48.0 0.00 0.00 0.00 0.01 0.00 0.00 0.00 0.01 48.62

150.0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
151.0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
152.0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
153.0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
154.0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
155.0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
156.0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
157.0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
158.0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
159.0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
160.0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Volume Total Limpasan m3 2.90E+07
Luas DAS km2 149.23
Tinggi Limpasan Langsung mm 194.11
Rasio Tinggi Limpasan/Tinggi Hujan % 99.99%

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-50
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

Tabel 3-15 : Superposisi HSS ITB-2


Tinggi Hujan (mm/jam)
Waktu Q (m3/s) Volume
HSS ITB-2 1 2 3 4 5 6
(jam) Limpasan
0.000 15.873 136.041 19.524 12.206 10.480 194.125
0.000 0.000 0.00 0.00 0.00
1.000 0.533 0.00 0.00 0.00 0.00
2.000 2.815 0.00 8.47 0.00 8.47 15237.01
3.000 7.448 0.00 44.68 72.55 0.00 117.23 226246.41
4.000 6.539 0.00 118.23 382.92 10.41 0.00 511.55 1131808.08
5.000 5.036 0.00 103.79 1013.26 54.96 6.51 0.00 1178.52 3042127.04
6.000 3.907 0.00 79.94 889.52 145.42 34.36 5.59 1154.83 4200019.94
7.000 3.049 0.00 62.02 685.14 127.66 90.91 29.50 995.24 3870128.25
8.000 2.392 0.00 48.41 531.57 98.33 79.81 78.06 836.18 3296554.97
9.000 1.884 0.00 37.96 414.85 76.29 61.47 68.53 659.11 2691512.22
10.000 1.489 0.00 29.90 325.36 59.54 47.69 52.78 515.28 2113897.50
11.000 1.181 0.00 23.64 256.26 46.70 37.22 40.95 404.76 1656080.11
12.000 0.939 0.00 18.75 202.58 36.78 29.19 31.96 319.26 1303235.65
13.000 0.749 0.00 14.91 160.67 29.07 22.99 25.06 252.71 1029539.00
14.000 0.599 0.00 11.89 127.80 23.06 18.18 19.74 200.67 816089.39
15.000 0.480 0.00 9.51 101.93 18.34 14.42 15.61 159.80 648854.47
16.000 0.385 0.00 7.62 81.49 14.63 11.47 12.38 127.59 517298.88
17.000 0.310 0.00 6.12 65.30 11.70 9.15 9.85 102.10 413440.51
18.000 0.250 0.00 4.92 52.43 9.37 7.31 7.85 81.89 331185.65
19.000 0.202 0.00 3.97 42.18 7.52 5.86 6.28 65.81 265852.10
20.000 0.163 0.00 3.20 33.99 6.05 4.70 5.03 52.98 213822.07
21.000 0.132 0.00 2.59 27.44 4.88 3.78 4.04 42.73 172286.46
22.000 0.107 0.00 2.10 22.19 3.94 3.05 3.25 34.52 139054.58
23.000 0.087 0.00 1.70 17.97 3.18 2.46 2.62 27.93 112411.36
24.000 0.071 0.00 1.38 14.57 2.58 1.99 2.11 22.63 91009.33
25.000 0.058 0.00 1.12 11.83 2.09 1.61 1.71 18.36 73786.47
26.000 0.047 0.00 0.91 9.62 1.70 1.31 1.38 14.92 59903.25
27.000 0.038 0.00 0.74 7.83 1.38 1.06 1.12 12.13 48694.25
28.000 0.031 0.00 0.61 6.38 1.12 0.86 0.91 9.88 39630.73
29.000 0.026 0.00 0.50 5.20 0.92 0.70 0.74 8.06 32291.58
30.000 0.021 0.00 0.41 4.25 0.75 0.57 0.60 6.58 26340.70
31.000 0.017 0.00 0.33 3.47 0.61 0.47 0.49 5.37 21509.25
32.000 0.000 0.00 0.27 2.84 0.50 0.38 0.40 4.39 17581.86
33.000 0.000 0.00 0.00 2.33 0.41 0.31 0.33 3.37 13984.81
34.000 0.000 0.00 0.00 0.00 0.33 0.26 0.27 0.86 7616.78
35.000 0.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.21 0.22 0.43 2312.17
36.000 0.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.18 0.18 1092.90
37.000 0.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 322.80
38.000 0.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
39.000 0.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
40.000 0.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
41.000 0.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
42.000 0.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
43.000 0.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
44.000 0.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
45.000 0.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
46.000 0.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
47.000 0.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
48.000 0.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

150.000 0.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
151.000 0.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
152.000 0.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
153.000 0.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
154.000 0.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
155.000 0.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
156.000 0.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
157.000 0.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
158.000 0.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
159.000 0.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
160.000 0.000 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Volume Total Limpasan m3 2.86E+07
Luas DAS km2 149.23
Tinggi Limpasan Langsung mm 191.94
Rasio Tinggi Limpasan/Tinggi Hujan % 98.87%

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-51
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

1,400.0 0.0

Hujan Eff (mm)


50.0
Infiltrasi (mm)
1,200.0
ITB-1 (Alpha=2.0)
100.0
ITB-2 (Alpha=2.4, Betha=0.86)

1,000.0
150.0

200.0
800.0
Q (m3/s)

R (mm)
250.0

600.0
300.0

350.0
400.0

400.0

200.0
450.0

0.0 500.0
0.0 6.0 12.0 18.0 24.0 30.0 36.0 42.0 48.0

Gambar 3-32 : Bentuk hidrograf banjir hasil superposisi HSS ITB-1 dan HSS ITB-2

3.3.4.7 Menentukan Nilai Ordinat Hidrograf Satuan Sintetik Berdasarkan Data


Debit Terukur
Pada DAS yang dilengkapi dengan sejumlah stasiun hujan otomatis dan pada outletya
dilengkapi stasiun pencatat muka air otomatis (misal DAS Ciliwung di Katulampa),
seringkali dapat dilakukan upaya kalibrasi debit banjir dan menentukan nilai ordinat
hidrograf satuan terukur dilokasi otlet yag ditinjau (stasiun pencatat muka air otomatis).
Sebagai ilustrasi pada bagian berikut diberikan data hujan huja di DAS Ciliwung Hulu
dan data debit banjir di stasiun Katulampa yang diukur secara simultan. Data tersebut
diambil dari makalah dalam jurnal tekik sipil ITB yang ditulis oleh Indra Agus dan Iwan
K. Hadihardaja.

Data yang digunakan adalah data tanggal 14 Desember 2006 jam 16.00 sampai tanggal
15 Desember 2006 jam15.00. Data Curah hujan berasal stasiun hujan Gadog, Gunung
Mas, Citeko, Cilember dan Tugu Utara. Data debit banjir didapat dari stasiun
Katulampa. Jika curah hujan dan debit digambarkan didapat hidrograf seperti pada
Gambar 3-33. Dengan menggunakan metoda garis lurus didapat aliran dasar (base flow)
Qbas=6.15 m3/s. Tabel 3-16 menunjukan hasil perhitugan volume limpasan (luas
dibawah kurva) = 380.050 m3 dan tinggi limpasan (DRO) = 2.55 mm dan besarnya
infiltrasi (dengan metoda Ф indek) sebesar Ф = 0.187 mm.
PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB
3-52
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

Tabel 3-16 : Perhitungan Hujan Effektif, Infiltrasi dan Limpasan Langsung (DRO)
Curah Hujan pada Stasiun (mm) Hitungan Hujan Eff (mm)Debit Katulampa (m3/sec)Volume
Tanggal Jam Jam
Gadog Gn Mas Citeko Cilember Tg Utara RtotolInfiltrasi Reff QtotalBase Flow DRO (m3)
16 1 0 0 0 0 0 0.163 0.187 0.00 6.150 6.150 0.000 0.0
17 1 0 0 2 0 1 2.036 0.187 1.85 6.150 6.150 0.000 0.0
14 Januari 2006

18 3 0 2 0 0 2 0.894 0.187 0.71 6.710 6.150 0.560 1008.0


19 1 0 0 0 0 3 0.163 0.187 0.00 8.560 6.150 2.410 5346.0
20 0 0 0 0 0 4 12.270 6.150 6.120 15354.0
21 0 0 0 0 0 5 17.810 6.150 11.660 32004.0
22 0 0 0 0 0 6 21.050 6.150 14.900 47808.0
23 0 0 0 0 0 7 21.050 6.150 14.900 53640.0
24 0 0 0 0 0 8 18.860 6.150 12.710 49698.0
1 0 0 0 0 0 9 14.890 6.150 8.740 38610.0
2 0 0 0 0 0 10 12.680 6.150 6.530 27486.0
3 0 0 0 0 0 11 11.460 6.150 5.310 21312.0
4 0 0 0 0 0 12 10.690 6.150 4.540 17730.0
5 0 0 0 0 0 13 9.950 6.150 3.800 15012.0
15 Januari 2006

6 0 0 0 0 0 14 8.900 6.150 2.750 11790.0


7 0 0 2 0 0 15 8.560 6.150 2.410 9288.0
8 0 0 0 0 0 16 8.560 6.150 2.410 8676.0
9 0 0 0 0 0 17 7.910 6.150 1.760 7506.0
10 0 0 0 0 0 18 7.600 6.150 1.450 5778.0
11 0 0 0 0 0 19 7.290 6.150 1.140 4662.0
12 0 0 0 0 0 20 7.000 6.150 0.850 3582.0
13 0 0 0 0 0 21 6.710 6.150 0.560 2538.0
14 0 0 0 0 0 22 6.150 6.150 0.000 1008.0
15 0 0 0 0 0 23 6.150 6.150 0.000 0.0
16 0 0 0 0 0 24 6.150 6.150 0.000 0.0
Volume Total Limpasan m3 4E+05
Luas DAS km2 148.76
Tinggi Limpasan Langsung
mm 2.5533

30.0 0.0
Reff
Infiltrasi
DRO
25.0 Qtotal 2.5

20.0 5.0
Q (m3/s)

R (mm)

15.0 7.5

10.0 10.0

5.0 12.5

0.0 15.0
0.0 4.0 8.0 12.0 16.0 20.0 24.0

T (Jam)

Gambar 3-33 : Hujan Effektif, Infiltrasi dan Debit Total dan Aliran Dasar

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-53
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

Selanjutnya dengan menggunakan data hujan effektif seperti pada Tabel 3-16 dapat
dilakukan kalibrasi HSS ITB-1 dan ITB-2 dengan menggunakan data debit banjir
dilokasi Katulampa. Untuk harga awal digunakan harga parameter seperti ditunjukan
pada Tabel 3-17. Dengan menggunakan harga parameter sebelum kalibrasi tersebut
didapat hidrograf hasil superposisi HSS ITB-1 dan HSS ITB-2 seperti ditunjukan pada
Gambar 3-34.

Tabel 3-17 : Nilai koefisien HSS ITB-1 dan HSS ITB-2 sebelum dan sesudah kalibrasi
Sebelum Kalibrasi Sesudah Kalibbrasi
HSS a b CT CP HSS a b CT CP

ITB-1 2.00 - 1.00 1.00 ITB-1 2.00 - 0.82 0.99


ITB-2 2.40 0.86 1.00 1.00 ITB-2 2.40 0.86 1.50 1.16

Proses kalibrasi dilakukan dengan pertama-tama merubah harga Ct agar waktu puncak
perhitungan dan pengukuran kurang lebih sama. Dari Gambar 3-34 terlihat bahwa
waktu puncak hasil superposisi HSS ITB-1 sedikit lebih lama dibading waktu puncak
hasil pengukuran sehingga harus dikurangi dengan menurukan harga Ct. Sebalikya
waktu puncak hasil superposisi HSS ITB-2 sedikit lebih cepat dibading waktu puncak
hasil pengukuran sehingga harus diperbesar dengan menaikan harga Ct.

Setelah waktu puncak perhitungan dan pengukuran kurang lebih sama proses kalibrasi
dilanjutkan agar harga debit puncak kurang lebih sama dengan merubah-rubah harga Cp.
Dengan menggunakan harga parameter sesudah kalibrasi seperti ditujukan pada Tabel
3-17 akan didapat hasil superposisi HSS ITB-1 dan HSS ITB-2 seperti ditujukan pada
Gambar 3-35. Jika hasil kalibrasi HSS ITB-1 dan HSS ITB-2 yang didapat dengan cara
diatas dibandingkan dengan

3.3.4.8 Superposisi Hidrograf Satuan Pegamatan


Salah satu manfaat perhitungan hidrograf satuan dengan cara ITB adalah mampu
nenerima semua bentuk dasar hidrograf satuan (baik sintetis/buatan atau hidrograf
satuan hasil pegukuran) dan memprosesnya menjadi hidrograf banjir. Pada Gambar
3-37 ditunjukan perbadingan antara hidrograf hasil pengukuran dengan hidrograf hasil
superposisi HS pengukuran dan hidrograf hasil superposisi HSS ITB-1 dan HSS ITB-2
setelah dikalibrasi. Dari gambar ini terlihat meski hidrograf hasil superposisi HS
pengukuran paling baik, hasilnya tidak sama persis degan hidrograf hasil pengukuran.

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-54
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

20.0 0.0

Hujan Eff (mm)


18.0 Infiltrasi (mm) 1.0

ITB-1 (Alpha=2.0, Ct=1.00, Cp=1.00)


16.0 2.0
ITB-2 (Alpha=2.4, Betha=0.86,Ct=1.00,Cp=1.00)

Debit Terukur
14.0 3.0

12.0 4.0
Q (m3/s)

R (mm)
10.0 5.0

8.0 6.0

6.0 7.0

4.0 8.0

2.0 9.0

0.0 10.0
0.0 6.0 12.0 18.0 24.0 30.0 36.0 42.0 48.0
T (Jam)

Gambar 3-34 : Hidrograf hasil superposisi HSS ITB-1 dan HSS ITB-2 sebelum
dilakukan kalibrasi terhadap Hidrograf hasil pengukuran.

20.0 0.0

Hujan Eff (mm)


18.0 Infiltrasi (mm) 1.0

ITB-1 (Alpha=2.0, Ct=0.82, Cp=0.99)


16.0 2.0
ITB-2 (Alpha=2.4, Betha=0.86,Ct=1.50,Cp=1.16)

Debit Terukur
14.0 3.0

12.0 4.0
Q (m3/s)

R (mm)

10.0 5.0

8.0 6.0

6.0 7.0

4.0 8.0

2.0 9.0

0.0 10.0
0.0 6.0 12.0 18.0 24.0 30.0 36.0 42.0 48.0
T (Jam)

Gambar 3-35 : Hidrograf hasil superposisi HSS ITB-1 dan HSS ITB-2 setelah
dilakukan kalibrasi terhadap hidrograf hasil pengukuran.

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-55
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

8.00

ITB-1
7.00 ITB-2
HS Pengamatan

6.00

5.00
Q (m3/s)

4.00

3.00

2.00

1.00

0.00
0.00 6.00 12.00 18.00 24.00 30.00 36.00 42.00 48.00
T (jam)

Gambar 3-36 : Perbadingan antara Hidrograf Satuan Hasil Pengukuran dengan


HSS ITB-1 dan HSS ITB-2 yang telah kalibrasi terhadap Hidrograf
hasil pengukuran

20.0 0.0

Hujan Eff (mm)


18.0 Infiltrasi (mm) 1.0
ITB-1 (Alpha=2.0, Ct=0.82, Cp=0.99)
ITB-2 (Alpha=2.4, Betha=0.86,Ct=1.50,Cp=1.16)
16.0 2.0
Debit Terukur
Superposisi HS Terukur
14.0 3.0

12.0 4.0
Q (m3/s)

R (mm)

10.0 5.0

8.0 6.0

6.0 7.0

4.0 8.0

2.0 9.0

0.0 10.0
0.0 6.0 12.0 18.0 24.0 30.0 36.0 42.0 48.0
T (Jam)

Gambar 3-37 : Perbadingan hidrograf hasil pengukuran dengan hidrograf hasil


superposisi HS hasil pengukuran dan hidrograf hasil superposisi
HSS ITB-1 dan HSS ITB-2 setelah dikalibrasi.

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-56
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

3.4 KESIMPULAN DAN CATATAN PENUTUP


Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan tentang penggunaan berbagai
metoda perhitungan hidrograf satuan sintetik, khususnya menyangkut kelebihan dan
kekurangan masing-masing metoda diberikan pada uraian singkat dibawah ini

1) Cara pertama yang dijelaskan dalam pelatihan ini adalah perhitungan hidrograf
satuan sintetis cara SCS. Cara ini dikembangkan oleh Victor Mockus dari Soil
Conservation Service berdasarkan hasil pengamatan dari karakteristik hidrograf
satuan alami yang berasal dari sejumlah besar DAS di Ametrika Serikat baik
yang berukuran besar maupun kecil.

a) Kelebihan : Metoda ini didisain memiliki flexibilitas yang tinggi dalam


mengadopsi rumus time lag yang akan digunakan. Beberapa rumus yang biasa
digunakan bersama dengan SCS ditunjukan pada LAMPIRAN- 2. Metoda ini
banyak digunakan berberbagai bagian dunia dan jika digunakan dengan rumus
infiltrasi dari SCS, metoda ini dapat digunakan untuk memodelkan pengaruh
perubahan tata guna lahan terhadap debit. Metoda ini memenuhi prinsip
konservasi masa dengan penurunan rumus yang debit puncak dan bentuk
hidrograf cukup jelas sehingga mudah diajarkan pada mahasiswa.

b) Kekurangan : Bentuk kurva hidrograf relatif statik dan tidak bisa dirubah untuk
menyesuaikan dengan data hasil pengukuran. Dengan demikian jika hasil
pengukuran berbeda tidak ada yang bisa dilakukan untuk menyesuaikan bentuk
hidrograf kecuali jika time lag dirubah.

2) Cara kedua yang dijelaskan dalam pelatihan ini adalah perhitungan hidrograf satuan
sintetis cara Nakayasu. Cara ini dikembangkan oleh Nakayasu di Jepang berdasarkan
hasil pengamatan dari karakteristik hidrograf satuan alami yang berasal dari
sejumlah besar DAS di Jepang.

a) Kelebihan : Metoda ini sangat luas digunakan di Indonesia dan beberapa negara
asia timur dan asia tenggara namun kurang populer di Eroupa dan Amerika.
Metoda ini baik untuk DAS dengan kemiringan curan dan panjang sungai
pendek seperti yang umum dijumpai di jepang. Metoda ini memenuhi prinsip
konservasi.

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-57
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

b) Kekurangan : Metoda ini relatif agak sulit digunakan oleh pemula karena
menggunkan 4 segmen kurva yang terpisah tapi menerus. Puncak kurva relatif
dinamik dan bisa dirubah dengan menyesuaikan parameter  agar menyesuaikan
dengan data hasil pengukuran. Waktu puncak tidak dapat dirubah kecuali jika
panjang sungai dirubah. Penurunan rumus debit puncak dan bentuk hidrograf
tidak jelas (Obscure) sehingga sangat sulit untuk menjelaskan pada mahasiswa,
bagaimana rumus-rumus tertsebut didapat (kecuali jika rumus diterima tanpa
reserve).

3) Cara ketiga yang dijelaskan dalam pelatihan ini adalah perhitungan hidrograf satuan
sintetis cara GAMA-1. Cara ini dikembangkan oleh Sri Harto di Univeritas Gajah
Mada berdasarkan hasil pengamatan dari karakteristik hidrograf satuan alami yang
berasal dari 30 DAS yang berada di pulau Jawa.

a) Kelebihan : Metoda ini banyak digunakan di Indonesia namun praktis tidak


pernah digunakan diluar indonesia. Metoda ini baik untuk DAS dengan
kemiringan curam dan panjang sungai pendek seperti yang umum dijumpai di
pulau Jawa. Metoda ini diklaim oleh penemunya telah dikalibrasi dengan data 30
DAS yang berada di pulau Jawa, sehingga orang cenderung percaya dengan
hasilnya, khsusnya jika digunakan di pulau Jawa.
c) Kekurangan : Meski telah dikalibrasi disejumlah sungai di Jawa hasil GAMA-1
terkadang aneh dan sulit diprediksi. Misal jika panjang sungai bertambah belum
tentu time lag atau time base bertambah. Metoda ini relatif agak sulit digunakan
oleh pemula karena karena jumlah data yang dipelukan sangat banyak dan relatif
kompleks. Yang cukup sulit didapat secara manual dari peta adalah Jumlah Orde
sungai dan Panjang setiap orde sungai. Jika posisi outlet DAS dirubah cukup
jauh dari posisi semula, perhitungan orde dan panjang sungai praktis harus
diulang seluruhnya, sehingga kurang praktis untuk pekerjaan yang memerlukan
waktu singkat. Metoda ini tidak selalu memenuhi prinsip konservasi. Penurunan
rumus debit puncak dan bentuk hidrograf tidak jelas sehingga sulit untuk
dijelaskan datrimana rumus-rumus tertsebut didapat. Bentuk kurva hidrograf
sangat statik dan sama sekali tidak bisa dirubah untuk menyesuaikan dengan data
hasil pengukuran. Hal ini demikian karena baik TR, TB, QP maupun K semua
didasarkan pada parameter morphometri yang saling terkait.

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-58
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

4) Cara keempat yang dijelaskan dalam pelatihan ini adalah perhitungan hidrograf
satuan sintetis cara ITB. Konsep awal metoda ini pertama kali di publikasikan oleh
Dantje K. Natakusumah dalam Seminar Nasional Teknik Sumber Daya Air di
Bandung, 2009. Melalui program riset peningkatan kapasitas ITB 2010, metoda
tersebut selanjutnya dikebangkan lebih jauh oleh Dantje K. Natakusumah (ITB), W.
Hatmoko (Puslitbang Air) dan Dhemi Harlan (ITB). Metoda perhitungan hidrograf
satuan sintetis dengan cara ITB tidak dikembangkan berdasarkan hasil
observasi lapangan beberapa sungai di Indonesia, namun berdasarkan pengamatan
atas karakteristik perhitungan dan hasil perhitungan berbagai hidrograf satuan
sintetis lain yang semuanya mnegklaim dikembangkan dari observasi lapangan.

Meskipun metoda HSS yang dikaji semua bekerja dengan prinsip yang sama namun,
setiap metoda diturunkan dengan cara yang berbeda dan bagaimana HSS tersebut
dirumuskan seringkali tidak diketahui. Semua rumus debit puncak yang
dikembangkan langsung mencari integrasi exact (meskipun rumit), padahal cara
integrasi numerik lebih mudah. Tidak adanya suatu rumus debit puncak yang
berlaku umum, menjadi sesuatu yang seolah terlewatkan (overlooked) oleh
para ahli hidrologi, padahal konsep normalisasi adalah sesuatu yang biasa
digunakan dibidang hidrologi, namun tidak perah dikaitkan peggunaaya dega
integrasi numerik.

Karena itulah, tujuan awal penelitan pengembangan cara perhitungan HSS dengan
cara ITB adalah mengembangkan suatu cara baru perhitungan hidrograf satuan
sitetik yang berlaku umum dan memenuhi prinsip konservasi masa dengan rumus
debit puncak yag berlaku umum dan mdah diigat.

R A DAS
. Qp  (8)
3.6 Tp A HSS

Dengan menggunakan rumus umum tersebut telah berhasil dibuat ulang HSS
Nakayasu, HSS SCS Curvilinear, HSS SCS Segitiga, HSS-Delmarva, HSS Hickok-
Keppel-Rafferty, HSS Snyder-Alexeyev yang dikerjakan dengan cara ITB hasilnya
sangat mendekati HSS yang asli. Ha, ini sebetulnya merupakan cara lain untuk
melakukan validasi hasil, yaitu membandingkan hasil satu metoda perhituga baru
dengan dengan hasil metoda lain yang telah diakui validitasnya.

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-59
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

a) Kelebihan : Salah satu manfaat perhitungan hidrograf satuan dengan cara ITB
adalah mampu nenerima semua bentuk dasar hidrograf satuan (baik hidrograf
satuan sintetis/buatan atau hidrograf satuan hasil pegukuran) dan kemudia
memprosesnya menjadi hidrograf banjir. Cara ITB didisain memiliki flexibilitas
yang tinggi dalam mengadopsi rumus time lag digunakan. Beberapa rumus lain,
selain rumus time lag yang diberikan penulis, yang dapat digunakan untuk HSS
ITB-1 dan ITB-2 ditunjukan pada LAMPIRAN- 2. Jika digunakan dengan rumus
infiltrasi dari SCS maka HSS ITB-1 dan ITB-2 dapat digunakan untuk
memodelkan pengaruh perubahan tata guna lahan terhadap debit banjir. Bentuk
HSS ITB-1 dan ITB-2 tidak statik namun bisa dirubah dengan merubah harga Ct
dan Cp agar hasil perhitungan mendekati hasil pengukuran, namn tetap
memenuhi prinsip konservasi. Akhirnya penurunan rumus untuk debit
puncak dan bentuk hidrograf sangat jelas sehingga sangat mudah
diajarkan pada mahasiswa.

b) Kekurangan : Metoda ini relatif baru sehingga belum banyak digunakan. Bahwa
metoda ini hanya dikalibrasi secara terbatas di DAS Ciliwung Hulu dan belum
dikalibrasi diberbagai sungai lain di Indonesia sungai merupakan kekurangan.
Untuk menjawab kritik tersebut maka perlu dibuat catatan sbb :
 Tentu sangat baik jika kalibrasi dilakukan juga oleh pembuat dan itu pernah
dilakukan di DAS Ciliwung Hulu. Namn jika kalibrasi dilakukan hanya oleh
pihak yang membuat, hasilnya akan bias dan cenderung mencari kasus yang
menguatkan temuannya. Oleh karenanya, kalibrasi sebaiknya dilakukan oleh
pihak lain yang independen dan tidak bias. Dalam bidang fisika misalnya,
Therory Relativitas Umum yang dikembangkan Einstein mempredikasi
pembelokan cahaya oleh medan gravitasi (gravitational lensing). Yang
membuktikan fenomena tersebut bukanlah Einstein namun Eddington.

 Adapun validasi tentang kebenaran metoda perhitungan, maka hal itu sudah
dilakukan dengan cara membandingkan hasil perhitungan metoda ini dengan
hasil metoda lain yang sudah banyak digunakan (SCS-Curvilinear, SCS-
Triangular, Nakayasu, Snyder, dll) dan hasilnya menunjukan kesesuaian yang
sangat baik dan konsiten termasuk jika input luas DAS dan distribusi hujan
data dirubah-rubah.

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-60
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

5) Catatan Penutup tentang Kalibrasi Debit : Umumnya orang mengganggap data


debit yang dipublikasi di Indonesia adalah benar cukup akurat. Sebagian memang
demikian, namun demikian terkadang dijumpai publikasi data debit sungai yang
sangat meragukan. Jika data debit tersebut dikaji sampai ke tingkat rating curve yang
digunakan, seringkali dijumpai bahwa hanya dengan beberapa data pengukuran debit
sungai saat debit rendah, pihak yang melakukan publikasi data debit, ternyata sudah
mampu membuat persamaan rating curve sampai saat kondisi banjir besar. Data
debit semacam ini sebenarnya sangat meragukan, namun data yang meragukan
inilah yang kemudian sering dijadikan sebagai tolok sebagai debit yang benar untuk
proses kalibrasi.

Untuk mengkalibrasi model hidrograf banjir, sebenarnya bukan hanya data debit
yang diperlukan, namun data hujan yang diukur secara simultan dengan data debit
juga menjadi sangat penting. Kecuali pada beberapa DAS yang penting, kebanyakan
stasiun hujan di DAS sungai di Indonesia adalah stasiun penakar hujan yang hanya
mencatat hujan total tanpa melihat riwayat waktu turunnya hujan. Jadi sebetulnya
agak sulit atau bahkan mustahil untuk mengalibrasi model hidrograf banjir dengan
data hujan dan debit yang tidak saling terkait dari segi waktu kejadiannya. Dengan
demikian perlu kehati-hatian dalam menerima hasil kalibrasi model
hidrograf banjir jika kalibrasi tersebut tanpa disertai dengan gambar
distribusi hujan dan debit yang digambarkan pada satu gambar yang sama.

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-61
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

3.5 DAFTAR PUSTAKA

1) Harto, S., 1993 Analisis Hidrologi, Penerbit P.T.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
2) Soemarto, C.D, 1995 Hidrologi Teknik, Penerbit Erlangga, Jakarta.
3) Triatmodjo, B., 2008: Hidrologi Terapan, Penerbit Beta Offset Yogyakarta,
4) Ramírez, J. A., 2000: Prediction and Modeling of Flood Hydrology and Hydraulics.
Chapter 11 of Inland Flood Hazards: Human, Riparian and Aquatic Communities
Eds. Ellen Wohl; Cambridge University Press.
5) Bejo Slamet, Model Hidrograf Satuan Sintetik Menggunakanparameter Morfometri
(Studi Kasus Di Das Ciliwung Hulu), Thesis Magister, Sekolah Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor)
6) Dantje K. Natakusumah, Prosedure Umum Penentuan Hidrograf Satuan Sintetis
Untuk Perhitungan Hidrograf Banjir Rencana, Seminar Nasional Teknik Sumber
Daya Air, Peran Masyarakat, Pemerintah dan Swasta sebagai Jejaring, dalam Mitigasi
Bahaya Banjir, Bandung, 11 Agustus 2009
7) Dantje K. Natakusumah, Waluyo Hatmoko . Dhemi Harlan, Prosedure Umum
Perhitungan Hidrograf Satuan Sintetis (HSS) Untuk Perhitungan Banjir Rencana.
Studi Kasus Penerapan HSS ITB-1 dan HSS ITB-2 Dalam Penentuan Debit Banjir
Untuk Perencanaan Pelimpah Bendungan Besar. Seminar Nasional Bendungan
Besar, Bali, 2010.
8) Indra Agus dan Iwan K. Hadihardaja, Perbandingan Hidrograf Satuan Teoritis
Terhadap Hidrograf Satuan Observasi DAS Ciliwung Hulu, Jurnal Terknik Sipil
ITB. Vol. 18 No. 1 April 2011.
9) D.K. Natakusumah, Waluyo Hatmoko, Dhemi Harlan, A General Procedure For
Development Of ITB-1 And ITB-2 Synthetic Unit Hidrograf Based On Mass
Concervation Principle, International Seminar On Water Related Risk Management,
Jakarta, July 2011.
10) Dantje K. Natakusumah, Waluyo Hatmoko, Dhemi Harlan Timidzi, Prosedure
Umum Perhitungan Hidrograf Satuan Sintetis (HSS) Dan Contoh Penerapannya
Dalam Pengembangan HSS ITB-1 DAN HSS ITB-2, Journal Teknik Spil ITB, Vol.
18 No. 3 Desember 2011.
11) D. K. Natakusumah, D. Harlan and W. Hatmoko. “A new synthetic unit hidrograf
computation method based on the mass conservation principle”, WIT Transactions
on Ecology and The Environment, Vol 172, 2013 WIT Press.

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-62
LAMPIRAN- 1 : Perbandingan Rumusan Hidrograf Satuan Sintesis SCS, Nakayasu, GAMA-1 dan Cara ITB
Parameter SCS Nakayasu GAMA-1 ITB
Input Fisk DAS A = Luas DAS A = Luas DAS Luas total DAS (A) A = Luas DAS
L = Panjang sungai terpanjang L = Panjang sungai Panjang Sungai Maksimum (L) L = Panjang sungai
Lc = Panjang sungai ke pusat DAS Kemiringan DAS/Slope (S)
Lebar DAS pada titik 0,75L
Lebar DAS pada titik 0,25L
Luas DAS Sebelah Hulu Titik Berat (AU)
Banyaknya sungai order-1 (J1)
Banyaknya sungai untuk semua order (ΣJi)
Jumlah Panjang sungai order-1 (L1)
Jumlah Panjang untuk semua order (ΣLi)
Input Fisk DAS Tidak Ada Tidak Ada Faktor Lebar/width Factor (WF) Tidak Ada
yang dihitung Faktor simetri factor (SIM) = WF x RUA
Faktor Sumber/Source Factor (SF)
Frekuensi Sumber/Source frequency (SN)
Jumlah Pertemuan Sungai Frequency (JN)
Luas Relatif DAS (RUA) = AU/A
Kerapatan Drainase/drainage density (D)
Input Non Fisik R = Curah Hujan Satuan R = Curah Hujan Satuan R = Curah Hujan Satuan R = Curah Hujan Satuan
DAS Tr = Durasi hujan standar Cp = Coef Debit Puncak Tr = Durasi hujan standar
Ct=Coef Waktu (1-1.2) Ct = Coef Kalibrasi Waktu

Debit Puncak 0.2083A


Qp = Qp 
CAR Qp  0.1836 A 0.5886 Tp -0.4008 Qp 
R A DAS
Tp 3 .6 0.3 Tp  0.3 3.6 Tp A HSS
Cp = Coef Debit (Untuk kalibrasi) JN - 0.2381
Cp = Coef Debit (Kalibrasi)
Time Lag tp t P  Ct L L c n L 3
Tp  0.43( )  tp  Ct 0.81225 L0.6
Cp = Coef Waktu (Untuk kalibrasi) Tg = 0.21 L0.7 (L< 15 km) 100F Ct = Coef Waktu (Untuk kalibrasi)
n=0.2-0.3 Tg = 0.4 + 0.058 L (L> 15 km) 1.0665SIM  1.2775
Dapat juga menggunakan rumus time lag
yang ada dalam literatur, (lihat Lampiran-1)
Waktu Puncak Tp = tp + 0.50 Tr Tr = 0.75 Tg L 3 Tp = tp + 0.50 Tr
Tp T0.8 = 0.8 Tr Tp  0.43( ) 
100F
Dapat juga menggunakan rumus time to peak Tp = Tg+0.8Tr Dapat juga menggunakan rumus time to peak
yang ada dalam literatur, (lihat Lampiran-1) 1.0665SIM  1.2775 yang ada dalam literatur, (lihat Lampiran-1)
Time Base Tb = 5 Tp Tb   Tb  
Tb  27.4132 Tp 0.1457
- 0.0986S 0.7344
Catatan : Prakteknya Tb dibatasi sampai
S N harga dimana lengkung turun mendekati nol.
0.2574 (misal Tb/Tp=100)
RUA

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB 3-63


TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

LAMPIRAN-1 : Perbandingan Rumusan Hidrograf Satuan Sintesis SCS, Nakayasu, GAMA-1 dan Cara ITB (lanjutan)
Parameter SCS Nakayasu GAMA-1 ITB
Sifat Kurva Kurva tunggal berubah terhadap karakteristik Kurva majemuk (4 kurva) berubah terhadap Kurva ganda berubah terhadap karakteristik Kurva tunggal atau kurva ganda yang
DAS karakteristik DAS DAS berubah terhadap karakteristik DAS

Koef Resesi Tidak dinyatakan secara eksplisit tapi Tidak dinyatakan secara eksplisit tapi K  0.5617A0.1798 S - 0.1446 Tidak dinyatakan secara eksplisit tapi
mengikuti bentuk kurva HSS mengikuti bentuk kurva HSS -1.0897 0.0452
mengikuti bentuk kurva HSS
SF D
Bentuk Kurva Kurva Tunggal Kurva Majemuk (4 Kurva) Kurva Ganda Kurva Tunggal atau Ganda

(0  t Tb) 1) (0 t  Tp) 1) Lengkung naik (0  T  Tp) 1) Kurva tunggal HSS ITB-1
 (1- t) 2   1 
2.4 Qt  QpT q ( t )  2  t  1 / t C p (t  0)
a   Q a  Q P  
t   2) Lengkung Turun (Tp T  Tb)
Qt  Qp 10   Tp  2) Atau kurva ganda HSS ITB-2
Qt  Qp e  T / K
2) (Tp  t  Tp + T0.3) q ( t )  t  (0  t  1)
dimana  1 Tp  Catatan : t= waktu (jam) q ( t )  exp(1  t  Cp ) (t  1)

Q P TP  
 T 

h A  Q d1  Q P  0.3 0.3 
3) (Tp + T0.3  t  Tp +1.5 T0.3) Catatan :
a  1.32  0.15  0.045 1) t  T / Tp (tak berdimensi)
 1 Tp  0.5 
  2) q  Q / Qp (tak berdimensi)
Catatan :  1.5T 
Qd2  Q P  0.3 0.3 
3) Cp=Coef Kalibrasi Qp (0.3–1.5)
t  T / Tp (tak berdimensi)
4) (t  Tp + 1.5 T0.3)
 1Tp 1.5 T0.3 
 
 2T0.3 
Qd3  QP  0.3 

Catatan : T = waktu (jam)

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-64
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

LAMPIRAN- 2 : Berbagai Rumusan Time Lag dan Waktu Puncak


Method Time Lag Waktu Puncak (Time to Peak) Catatan
Untuk Cathment Kecil (A=2 km2)
 L0.77  Tp  2 / 3 Tc Tc = Waktu Konsentrasi (Jam)
Kirpich Tc  0.01947  0.835  L = Panjang Sungai (km)
S 
  S = Kemiringan Sungai (m/m)
Tp = Waktu Puncak (Jam)
TL = time lag (Jam)
Snyder TL = (L Lc)0.3 Te  Tp / 5.5 L = Panjang Sungai (km)
Lc = Jarak Titik Berat ke outlet (km)
Te  Tr  Tp = tp + 0.25 (Tr - Te)
Te = Durasi Hujan Effektif (Jam)
Tp   S = Kemiringan Sungai (m/m)
 Te < Tr  Tp = tp + 0.50 Tr Tr = Satuan Durasi Hujan (jam)
Tp = Waktu Puncak (Jam)
 0.21 L0.7 (L < 15 km) TL = time lag (Jam)
Nakayasu TL =  Tp  1.6 TL L = Panjang Sungai (km)
0.527 + 0.058 L (L  15 km) Tp = Waktu Puncak (Jam)
TL = time lag (Jam)
 2540 - 22.86 CN  Tp  TL  0.5 Tr L = River Lenght (km)
SCS TL = L0.8   S = Kemiringan Sungai (m/m)
 14104 CN 0.7S0.5 
  CN = Curve number (50 - 95)
Tr = Satuan Durasi Hujan (jam)
Tp = Waktu Puncak (Jam)

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-65
LAMPIRAN- 3 :
Data Perhitungan Hidrograf GAMA-1 DAS Cilwung Katulampa (Bejo Slamet 2006)

Orde Sungai Jumlah Segmen Jumlah Panjang


Orde-1 264 231.74 km
Orde-2 138 101.14 km
Orde-3 67 64.99 km
Orde-4 24 20.91 km
Orde-5 27 17.30 km
Jumlah Total 520 436.08 km

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB 3-66


TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

Lampiran 23. Rekapitulasi Panjang Sungai Orde 1 (Satu) di DAS Ciliwung Hulu Hasil Pengukuran pada Peta
Rupa Bumi Skala 1 : 25.000
No Panjang No Panjang No Panjang No Panjang No Panjang No Panjang
Segmen (km) Segmen (km) Segmen (km) Segmen (km) Segmen (km) Segmen (km)
1 0.400 87 0.320 176 0.970 268 0.350 360 0.720 469 0.610
2 0.380 89 1.470 178 0.950 269 2.500 361 0.400 470 1.730
4 0.430 91 0.350 180 1.320 273 3.080 364 0.770 477 3.560
6 0.730 92 0.300 181 0.220 274 2.080 365 0.030 478 0.570
8 1.020 94 0.300 184 0.450 278 0.470 366 0.710 485 0.250
10 0.640 101 0.450 185 0.330 279 2.780 368 0.430 486 0.370
12 0.940 102 0.580 187 0.470 281 1.170 369 1.080 488 0.560
14 0.530 105 2.150 189 0.220 284 0.260 372 1.550 490 0.570
15 1.940 110 0.730 191 0.280 285 0.780 374 0.920 492 0.430
16 1.380 111 0.780 193 0.350 287 0.720 378 0.200 493 1.360
17 1.050 112 1.080 195 0.260 288 1.230 379 0.800 496 0.340
18 0.530 114 0.680 198 0.820 290 0.530 380 1.610 497 0.890
24 1.120 115 1.750 199 0.330 293 0.380 381 0.250 499 0.630
26 0.530 117 1.470 201 0.600 294 0.700 385 0.530 501 0.460
27 0.380 119 1.050 202 0.450 298 0.820 387 0.730 502 1.180
29 0.430 120 0.260 205 1.330 299 0.730 388 0.290 503 2.320
32 1.030 121 0.830 207 0.780 301 0.880 390 0.530 511 2.590
33 0.380 124 3.070 209 0.730 303 0.670 393 0.840 515 1.550
35 0.390 127 0.210 212 0.700 305 0.530 394 0.350 518 0.900
37 0.710 128 3.650 214 0.230 306 0.270 396 1.510 519 0.390
39 0.280 131 0.280 216 0.700 308 2.250 397 0.270 521 0.450
41 0.740 134 0.380 217 0.150 312 0.880 400 1.350 523 0.760
42 0.230 136 0.380 219 0.150 315 0.950 404 1.310 526 0.580
44 0.730 137 1.880 221 0.450 316 0.680 407 0.270 527 1.030
46 0.730 139 1.030 223 0.250 317 1.190 408 0.140 529 0.570
48 0.210 140 0.750 225 0.200 319 0.510 410 0.220 537 2.650
50 1.260 142 0.430 227 0.280 320 1.130 411 1.090 538 1.170
53 2.630 143 1.830 229 1.500 323 0.330 414 1.550 539 2.450
54 0.770 144 1.050 230 0.080 324 0.680 416 0.600 543 0.530
56 0.980 145 0.570 235 0.780 327 1.400 418 0.330 544 3.130
59 0.450 146 0.740 236 0.220 328 1.290 419 2.280 545 1.980
60 0.240 148 0.580 237 0.450 330 1.020 421 1.700 547 2.130
62 0.800 150 0.280 239 0.210 332 1.030 423 0.830 549 2.870
64 0.730 152 1.020 241 0.180 334 0.420 426 0.140 552 1.000
65 0.470 153 0.570 245 0.450 335 0.260 427 0.370 553 0.340
67 0.230 156 1.500 247 0.470 336 1.080 450 0.360 554 2.600
69 0.830 158 1.000 252 0.700 337 0.720 452 0.370 243 a 0.330
70 0.160 160 0.570 253 0.870 339 0.480 454 0.760 243 b 0.180
72 0.320 163 0.150 255 1.200 341 0.820 456 0.560 476b 3.670
74 0.370 164 0.650 257 2.120 343 1.120 458 0.610
75 0.300 166 0.530 258 0.080 344 1.120 459 2.710
78 0.520 167 0.270 260 1.200 346 0.250 461 1.310
82 0.550 169 1.030 262 1.600 348 0.930 463 0.710
84 0.600 172 1.000 264 1.830 354 1.570 464 2.020
85 0.050 174 0.750 265 1.120 358 1.330 465 1.730
30.120 40.700 29.030 44.370 37.840 49.680

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-67
Rekapitulasi Panjang Sungai Orde 2 (dua) di DAS Ciliwung Hulu
Hasil Pengukuran pada Peta Rupa Bumi Skala 1 : 25.000
No Panjang No Panjang No Panjang
Segmen (km) Segmen (km) Segmen (km)
5 0.590 168 0.630 373 0.980
7 0.510 170 0.230 377 0.100
9 0.250 186 0.730 382 0.250
11 1.200 188 0.280 384 0.300
13 0.720 190 0.330 391 1.650
19 0.470 192 0.100 392 1.740
20 1.540 194 0.250 398 0.590
23 0.660 196 0.420 402 0.780
25 0.600 200 0.130 406 2.280
28 0.520 203 0.100 409 0.190
30 0.920 218 0.240 413 2.300
34 0.580 220 0.830 415 0.760
36 0.810 222 0.550 417 0.780
38 0.570 224 0.300 425 1.130
40 0.370 226 0.150 429 0.940
43 0.250 228 1.780 451 0.500
45 0.770 231 0.380 453 1.810
47 0.320 238 0.150 455 0.930
49 0.870 240 0.050 457 0.470
55 0.520 242 0.300 484 3.330
61 0.230 243 0.430 487 3.310
63 0.780 251 0.310 489 0.350
66 0.230 267 0.520 491 0.750
68 0.460 272 0.870 495 0.610
71 0.550 277 0.340 111.a 0.250
73 0.080 283 1.750 116.a 0.900
76 0.500 286 0.470 145a 0.030
86 0.480 292 0.830 365.a 0.030
88 1.170 297 2.350 407 0.550
90 0.620 300 0.900 498 0.750
93 1.000 302 0.500 500 0.780
95 0.650 304 1.050 500a 0.080
100 0.750 311 0.840 520 0.310
109 1.500 313 0.000 522 0.230
113 0.930 314 0.450 524 0.810
116 1.250 318 0.600 528 0.200
118 0.270 322 0.450 535 1.000
126 0.200 326 0.480 536 0.960
133 0.270 329 0.210 541 0.640
135 0.480 331 0.530 542 2.470
138 0.100 333 0.550 546 3.130
141 0.560 338 2.100 548 1.270
147 0.370 340 0.830 550 1.200
149 0.080 342 0.380 551 0.450
151 0.320 345 0.800
154 0.430 347 3.500
162 0.120 367 0.880
27.420 30.850 42.870

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB 3-68


Rekapitulasi Panjang Sungai Orde 3 (tiga) di DAS Ciliwung Hulu
Hasil Pengukuran pada Peta Rupa Bumi Skala 1 : 25.000
No Panjang No Panjang
Segmen (km) Segmen (km)
31 2.530 282 0.950
51 0.520 296 0.400
77 0.380 310 1.950
79 0.140 321 0.820
80 0.520 325 0.800
81 0.170 363 0.200
83 2.300 376 1.700
96 0.680 383 0.250
107 0.670 395 0.210
108 1.900 399 0.820
129 2.870 401 0.670
130 0.950 403 1.040
132 1.220 405 0.800
155 0.950 412 0.610
157 0.400 420 2.130
159 0.240 422 0.270
161 0.200 424 0.830
165 0.750 428 1.100
171 0.150 460 0.560
173 0.270 462 1.780
175 0.500 466 2.540
177 0.250 467 0.550
179 1.070 468 0.630
183 0.570 471 1.540
197 0.350 472 0.490
204 1.120 481 1.900
206 1.120 482 2.040
208 0.720 483 1.700
210 0.950 494 0.080
232 0.240 476a 0.910
244 1.030 528a 0.370
246 0.430 531 2.500
248 1.470 540 1.750
280 2.470
Total 64.99

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB 3-69


TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

Rekapitulasi Panjang Sungai Orde 4 (empat) di DAS Ciliwung Hulu


Hasil Pengukuran pada Peta Rupa Bumi Skala 1 : 25.000
No Panjang
Segmen (km)
52 0.200
57 0.250
58 1.300
97 0.230
211 0.200
213 0.080
215 1.430
234 0.930
249 0.420
250 0.720
254 0.920
256 0.970
259 0.250
261 1.350
263 1.220
266 1.500
271 1.250
275 3.680
289 0.200
291 1.380
295 1.050
307 0.400
309 0.230
510 0.750
20.910

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-70
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

Rekapitulasi Panjang Sungai Orde 5 (Lima) di DAS Ciliwung Hulu


Hasil Pengukuran pada Peta Rupa Bumi Skala 1 : 25.000
No Panjang
Segmen (km)
98 0.300
99 0.570
103 0.100
104 0.100
106 1.200
122 0.130
123 1.170
125 0.740
430 0.350
431 0.520
432 0.800
433 0.490
434 0.550
435 1.230
436 0.810
437 1.250
438 0.730
439 0.080
440 0.380
441 0.630
513 0.800
514 0.400
516 1.580
529a 0.100
525 0.980
530 0.930
555 0.380
17.300

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-71
DAFTAR ISI

BAB 3 3-1

TEORI DAN APLIKASI HIDROGRAF SATUAN SINTETIS UNTUK PERENCANAAN 3-1

3.1 PENDAHULUAN....................................................................................................... 3-1

3.1.1 Komponen Suatu Hidrograf................................................................................. 3-2

3.1.2 Kegunaan Hidrograf ............................................................................................ 3-3

3.2 LANDASAN TEORI................................................................................................... 3-4

3.2.1 Definisi ................................................................................................................ 3-4

3.2.2 Asumsi................................................................................................................. 3-4

3.2.3 Hidrograf Satuan Terukur.................................................................................... 3-5

3.2.4 Hidrograf Satuan Sintetis..................................................................................... 3-6

3.2.5 Kurva Dan Konvolusi Unit Hidrograf ................................................................. 3-7

3.3 PERHITUNGAN DEBIT BANJIR DENGAN CARA HIDROGRAF SATUAN


SINTETIS................................................................................................................................ 3-8

3.3.1 Hidrograf Satuan Sintetis SCS............................................................................. 3-8

3.3.1.1 Bentuk Hidrograf Satuan Sintetis SCS Curvilinear Tak Berdimensi.................... 3-9

3.3.1.2 Algoritma dan Contoh Perhitungan Hidrograf Satuan Sintetis SCS ................. 3-11

3.3.1.3 Superposisi Hidrograf ..................................................................................... 3-14

3.3.1.4 Penggambaran Bentuk Hidrograf Banjir.......................................................... 3-14

3.3.2 Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu .................................................................. 3-16

3.3.2.1 Bentuk Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu Tak Berdimensi ........................... 3-16

3.3.2.2 Algorithma dan Perhitungan Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu.................... 3-19

3.3.2.3 Superposisi Hidrograf ..................................................................................... 3-22

3.3.2.4 Penggambaran Bentuk Hidrograf Banjir.......................................................... 3-22

3.3.3 Hidrograf Satuan Sintetik GAMA 1 .................................................................. 3-24

3.3.3.1 Bentuk Hidrograf Satuan Sintetis GAMA-1 .................................................... 3-24

3.3.3.2 Parameter Morfometri DAS............................................................................ 3-26

3.3.3.3 Algorithma dan Contoh Perhitungan Hidrograf Satuan Sintetis GAMA-1...... 3-28

3.3.3.4 Superposisi Hidrograf ..................................................................................... 3-32

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB 3-1


TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

3.3.3.5 Penggambaran Bentuk Hidrograf Banjir.......................................................... 3-32

3.3.4 Perhitungan Hidrograf Satuan Sintetis Dengan Cara ITB ................................. 3-33

3.3.4.1 Penurunan Formulasi Umum Debit Puncak Hidrograf Satuan Sintetis ........... 3-34

3.3.4.2 Bentuk Hidrograf Satuan Sintetis ITB-1 dan ITB-2......................................... 3-37

3.3.4.3 Penggunaan HSS SCS Segitiga yang dihitung dengan Cara ITB ....................... 3-42

3.3.4.4 Algorithma dan Perhitungan Hidrograf Satuan Sintetis Cara ITB .................... 3-45

3.3.4.5 Superposisi Hidrograf ..................................................................................... 3-47

3.3.4.6 Penggambaran Bentuk Hidrograf Banjir.......................................................... 3-47

3.3.4.7 Menentukan Nilai Ordinat Hidrograf Satuan Sintetik Berdasarkan Data Debit
Terukur 3-52

3.3.4.8 Superposisi Hidrograf Satuan Pegamatan ........................................................ 3-54

3.4 KESIMPULAN DAN CATATAN PENUTUP ......................................................... 3-57

3.5 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 3-62

Tabel 3-1 : Koordinat Tidak Berdimensi Dari HSS SCS Curvilinear...................................3-9

Tabel 3-2 : Perhitungan HSS SCS ............................................................................. 3-12

Tabel 3-3 : Distribusi Hujan Hujan Efektif.................................................................. 3-14

Tabel 3-4 : Superposisi HSS SCS .............................................................................. 3-15

Tabel 3-5 : Perhitungan HSS Nakayasu ..................................................................... 3-21

Tabel 3-6 : Superposisi HSS Nakayasu........................................................................ 3-23

Tabel 3-7 : Parameter Morfometri DAS Ciliwung Hulu................................................ 3-29

Tabel 3-8 : Perhitungan HSS GAMA-1 ..................................................................... 3-30

Tabel 3-9 : Superposisi HSS GAMA-1 ...................................................................... 3-32

Tabel 3-10 : HSS SCS Segitiga Berdimensi ................................................................. 3-44

Tabel 3-11 : Superposisi HSS SCS Segitiga.................................................................. 3-44

Tabel 3-12 : Perhitungan HSS ITB-1......................................................................... 3-48

Tabel 3-13 : Perhitungan HSS ITB-2......................................................................... 3-49

Tabel 3-14 : Superposisi HSS ITB-1.......................................................................... 3-50

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-2
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

Tabel 3-15 : Superposisi HSS ITB-2.......................................................................... 3-51

Tabel 3-16 : Perhitungan Hujan Effektif, Infiltrasi dan Limpasan Langsung (DRO) .......... 3-53

Tabel 3-17 : Nilai koefisien HSS ITB-1 dan HSS ITB-2 sebelum dan sesudah kalibrasi ...... 3-54

Gambar 3-1 : Bentuk Typikal Hidrograf Banjir .............................................................3-1

Gambar 3-2 : Komponen Dari Hidrograf ....................................................................3-2

Gambar 3-3 : Prinsip hidrograf satuan (Bambang Triatmojo 2008). ...................................3-5

Gambar 3-4 : Pemisahan hidrograf satuan dari hidrograf aliran.........................................3-5

Gambar 3-5 : Beberapa bentuk hidrograf satuan sintetis .................................................3-6

Gambar 3-6 : Contoh superposisi hidrograf .................................................................3-7

Gambar 3-7 : Bentuk dan kurva massa HSS SCS Curvilinear ...........................................3-9

Gambar 3-8 : Bentuk HSS SCS berdimensi ................................................................ 3-13

Gambar 3-9 : Bentuk Hidrograf Banjir Hasil Superposisi HSS SCS ................................ 3-16

Gambar 3-10. : Hidrograf Satuan Sintetis menurut Nakayasu ........................................ 3-17

Gambar 3-11 : Bentuk HSS Nsakayasu Tak berdimensi (empat segment kurva) ................ 3-19

Gambar 3-12 : Bentuk HSS Nakayasu berdimensi ....................................................... 3-22

Gambar 3-13 : Bentuk Hidrograf Banjir Hasil Superposisi HSS Nakayasu ....................... 3-24

Gambar 3-14 : Bentuk Hidrograf HSS Gama-1 (berdimensi) ......................................... 3-25

Gambar 3-15 : Penetapan Tingkat-Tingkat Sungai Menurut Strahler................................ 3-26

Gambar 3-16 : Pengertian Luas (A) Penentuan Luas Relatif DAS Hulu (RUA) ................. 3-27

Gambar 3-17 : Penentuan Faktor Lebar DAS ............................................................. 3-27

Gambar 3-18 : Peta jaringan sungai DAS Ciliwung Hulu (Bejo Slamet 2006) .................... 3-28

Gambar 3-19 : Bentuk Hidrograf HSS Gama-1 (berdimensi).......................................... 3-31

Gambar 3-20 : Bentuk Hidrograf Banjir Hasil Superposisi HSS GAMA-1 ....................... 3-33

Gambar 3-21 : Pemetaan dari koordinat global (kanan) ke koordinat lokal (kiri) ................ 3-34

Gambar 3-22 : Kesetaraan Luas HSS-Segitiga dengan HSS-Segitiga Tak-Berdimensi .......... 3-35

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-3
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

Gambar 3-23 : Kesetaraan Volume HSS generik dengan HSS Yang Telah Dinormalkan ..... 3-36

Gambar 3-24 : Bentuk HSS ITB-1 dan ITB-2 Tak berdimensi....................................... 3-39

Gambar 3-25 : Integrasi numerik dengan metoda trapesium.......................................... 3-40

Gambar 3-26 : Bentuk hidrograf hasil superposisi HSS Nakayasu Asli dan hidrograf hasil
superposisi HSS Nakayasu-ITB ......................................................................... 3-41

Gambar 3-27 : Bentuk hidrograf hasil superposisi HSS SCS-Asli dan hidrograf hasil superposisi
HSS SCS-ITB................................................................................................. 3-41

Gambar 3-28 : Bentuk Dasar HSS SCS Segitiga ........................................................... 3-42

Gambar 3-29 : SCS Segitiga HSS berdimensi .............................................................. 3-43

Gambar 3-30 : Hidrograf hasil superposisi SCS Segitiga ............................................... 3-45

Gambar 3-31 : Bentuk HSS ITB-1 dan ITB-2 Berdimensi............................................. 3-47

Gambar 3-32 : Bentuk hidrograf banjir hasil superposisi HSS ITB-1 dan HSS ITB-2......... 3-52

Gambar 3-33 : Hujan Effektif, Infiltrasi dan Debit Total dan Aliran Dasar ...................... 3-53

Gambar 3-34 : Hidrograf hasil superposisi HSS ITB-1 dan HSS ITB-2 sebelum dilakukan
kalibrasi terhadap Hidrograf hasil pengukuran...................................................... 3-55

Gambar 3-35 : Hidrograf hasil superposisi HSS ITB-1 dan HSS ITB-2 setelah dilakukan
kalibrasi terhadap hidrograf hasil pengukuran....................................................... 3-55

Gambar 3-35 : Perbadingan antara Hidrograf Satuan Hasil Pengukuran dengan HSS ITB-1 dan
HSS ITB-2 yang telah kalibrasi terhadap Hidrograf hasil pengukuran....................... 3-56

Gambar 3-35 : Perbadingan hidrograf hasil pengukuran dengan hidrograf hasil superposisi HS
hasil pengukuran dan hidrograf hasil superposisi HSS ITB-1 dan HSS ITB-2 setelah
dikalibrasi. ..................................................................................................... 3-56

LAMPIRAN- 1 : Perbandingan Rumusan Hidrograf Satuan Sintesis SCS, Nakayasu, GAMA-1


dan Cara ITB ................................................................................................. 3-63

LAMPIRAN- 2 : Berbagai Rumusan Time Lag dan Waktu Puncak................................. 3-65

LAMPIRAN- 3 : Data Perhitungan Hidrograf GAMA-1 DAS Cilwung Katulampa (Bejo Slamet
2006) ............................................................................................................ 3-66

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-4
TRAINING HIDROLOGI PT. INDONESIA POWER

PUSAT REKAYASA INDUSTRI - ITB


3-5

Anda mungkin juga menyukai