Anda di halaman 1dari 11

OPTIMASI PARAMETER MODEL TANGKI DENGAN METODE

ALGORITMA GENETIK (AG) DI SUB DAS KESER

Annisa Akalily1, Widandi Soetopo2, Lily Montarcih Limantara2


1
Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya
2
Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
1
annisaakalily92@yahoo.com

ABSTRAK
Model Tangki Sugawara merupakan salah satu model konseptual dengan
konsep bahwa proses aliran air hujan menjadi aliran sungai dianologikan sebagai suatu
aliran melalui rangkaian tangki-tangki. Kelemahan mendasar penerapan model tangki
tersebut adalah banyaknya parameter yang harus ditentukan terlebih dulu secara
simultan sebelum model tersebut diaplikasikan. Kondisi ini menjadikan model tangki
tidak populer untuk diterapkan pada keperluan-keperluan praktis.
Studi ini difokuskan pada upaya menyelesaikan sistem persamaan model tangki
dengan memasukkan proses optimasi pada tahap penentuan nilai optimal dari
parameter-parameternya. Hasil yang dicapai diharapkan dapat meningkatkan kinerja
model tersebut agar debit bangkitan yang diperoleh dapat mendekati hasil debit riil di
lapangan.
Hasil studi pada Sub DAS Keser menunjukkan bahwa Algoritma Genetik belum
dapat menyelesaikan proses optimasi nilai parameter model tangki dengan baik. Hasil
dari simulasi model yang berbeda menunjukkan nilai RMSE berbeda-beda. Trend yang
paling mirip terdapat pada jenis model tangki dengan optimasi 34 hari (20 Februari
2008 – 24 Maret 2008) dengan nilai RMSE 3,9908 dari keenam model yang disimulasi.
Aliran terbesar terjadi pada awal bulan Januari 2011 sampai awal bulan April 2011,
sedangkan aliran terendah terjadi pada bulan Desember 2012.

Kata Kunci: Model Tangki, Algoritma Genetik, Optimasi

ABSTRACT
Tank Model Sugawara is one of the conceptual model with a concept that the
transform process of rainfall flow to river flow is analogued as a flow through tanks
arrangement. The weakness of tank model implementation is the numbers of parameter
xthat have to be simultaneously determined before the tank model applied. This
condition makes the model unpopular to be applied.
This study is focused on figuring the tank model equations out with including
optimization on the optimal parameters value determination process. The obtained
results are expected that could improve the performance of the model in order that the
model discharge values could be close to the observed discharge values.
The result of study that conducted in Keser Subwatershed shows that Genetics
Algorithm could not figure the parameters optimization out well. The results of the
various model simulation shows various RMSE values as well. The most similar trend
found in the type of tank model with 34 days optimization (February 20, 2008 - March
24, 2008) with RMSE 3.9908 value from six simulated models. The highest flow
occured on early January 2011 until early April 2011, while the lowest flow occured on
December 2012.

Keywords: Tank Model, Genetic Algorithm, Optimization


1. PENDAHULUAN parameter optimal berbasis AG dalam
1.1 Latar Belakang menyelesaikan sistim persamaan model
Model Tangki Sugawara tangki.
merupakan salah satu model konseptual 1.2 Batasan Masalah
dengan konsep bahwa proses aliran air Batasan masalah dari studi ini
hujan menjadi aliran sungai adalah sebagai berikut:
dianologikan sebagai suatu aliran 1. Lokasi studi adalah Sub Sub DAS
melalui rangkaian tangki-tangki. Model Kali Keser.
tangki oleh Sugawara merupakan salah 2. Proses simulasi tank model
satu model yang dianggap cukup menggunakan software visual basic
representatif untuk mempresentasikan application (VBA) – Ms. Excel.
hubungan data curah hujan dengan 3. Skema simulasi model tangki
aliran sungai (Setiawan, Fukuda and menggunakan 4 tangki susunan seri
Nakano, 2003). Kelemahan mendasar (standar).
penerapan model tangki tersebut adalah 4. Data hujan yang dianalisa adalah
banyaknya parameter yang harus data curah hujan harian sepanjang
ditentukan terlebih dulu secara simultan 20 tahun dari tahun 1993-2012.
sebelum model tersebut diaplikasikan. 5. Data curah hujan yang dipakai
Algoritma Genetik (AG) dalam input optimasi parameter
merupakan salah satu metode yang model tangki dengan metode AG
cukup handal untuk pencarian adalah data yang terpilih melalui
parameter-parameter optimal. uji statistik data hujan.
Keuntungan utama penggunaan AG 6. Tidak membahas pengaruh
adalah kemudahan implementasinya sedimentasi.
dan kemampuannya untuk menemukan
solusi secara cepat terutama untuk 1.3 Rumusan Masalah
masalah-masalah yang berdimensi Rumusan masalah dari studi ini
tinggi. Dengan memanfaatkan adalah:
kelebihan pada AG diharapkan dapat 1. Curah hujan harian dalam rentang
mempermudah aplikasi Model Tangki, waktu mana yang paling baik?
sehingga secara efektif dapat membantu 2. Bagaimana proses pengembangan
memecahkan masalah keterbatasan data populasi kromosom dengan metode
aliran sungai. Algoritma Genetika (AG) ?
3. Bagaimana hasil optimasi
1.1 Identifikasi Masalah parameter model tangki dengan
model simulasi Algoritma Genetik
Kajian ini difokuskan pada upaya
(AG)?
menyelesaikan sistem persamaan model
tangki dengan memasukkan proses
optimasi pada tahap penentuan nilai 1.4 Tujuan dan Manfaat
optimal dari parameter-parameternya. Tujuan dari studi ini adalah
Hasil yang dicapai diharapkan dapat sebagai berikut:
meningkatkan kinerja model tersebut 1. Mengetahui data curah hujan harian
agar debit bangkitan yang diperoleh dalam rentang waktu mana yang
dapat mendekati hasil debit lapangan. paling baik.
Teknik optimasi yang dipilih adalah 2. Mengetahui proses pengembangan
Algoritma Genetik (AG). populasi kromosom dengan cara
Hasil dari kajian ini diharapkan metode Algoritma Genetika
dapat menjadi petunjuk awal tentang 3. Mendapatkan hasil optimasi
pemberlakukan teknik pencarian parameter model tangki dengan
model simulasi Algoritma Genetik
(AG).
Manfaat dari kajian ini adalah Dengan :
dihasilkannya model tangki yang R = tinggi curah hujan rata rata
diharapkan dapat diterapkan cara yang DAS (mm)
serupa pada DAS lain yang memiliki Rn = tinggi curah hujan pada
kesamaan karakteristik dengan daerah masing masing stasiun (mm)
studi, sehingga masalah keterbatasan An = luas daerah tiap tiap
2
data debit suatu DAS dapat dipecahkan. pengamatan (km )
∑A = luas DAS total (km2)
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hidrologi Stokastik 2.3 Pengujian Data Curah Hujan
Hidrologi stokastik mampu 2.3.1 Uji Konsistensi
mengisi kekosongan yang ada di antara Pengujian konsistensi dilakukan
metode-metode deterministik, dan dengan menggunakan cara kurva massa
hidrologi probabilistik (Linsley, ganda (double mass curve).
1989:365). Dalam hidrologi
deterministik, variabilitas waktu
dianggap terjelaskan seluruhnya oleh
variabel-variabel lain dalam penerapan
model yang tepat. Dalam hidrologi
probabilistik, tidak diperhatikan urutan-
urutan waktu, yang diperhatikan
hanyalah probabilitas atau peluang
disamai atau dilampauinya suatu
kejadian. Sedangkan dalam hidrologi
stokastik urutan-unitan waktu mutlak
penting, penyajian stokastik
mempertahankan sifat-sifat peluang
yang berhubungan dengan urutan- Gambar 2.1 Kurva Massa Ganda Uji
urutan kejadiannya. Metode stokastik Konsistensi
menyediakan suatu cara untuk Sumber: Rahmadi (2013:10)
memperkirakan probabilitas urutan- Dari gambar di atas Nampak
urutan tahun kering selama perioda bahwa pada (x,y) mulai terjadi
yang diinginkan pada masa mendatang. perubahan kemiringan. Untuk
2.2 Curah Hujan Rerata Harian perbaikan kurva maka perlu
Daerah dimasukkan faktor koreksi. Faktor
Metode Poligon Thiessen koreksi tersebut adalah:
dipandang cukup baik karena Tan α = Y/X
memberikan koreksi terhadap Tan α0 = Y0/X0
kedalaman hujan sebagai fungsi luas Hz = (Tan α / Tan α0) . H0
daerah yang dianggap mewakili. dengan:
Perbandingan antara luas relatif masing Hz = Data hujan yang
masing daerah pengaruh dengan luas diperbaiki
total DAS merupakan faktor H0 = Data hujan hasil
koreksinya. pengamatan
Adapun cara perhitungannya Tan α = Kemiringan sebelum ada
adalah menggunakan rumus sebagai perubahan
berikut (Sosrodarsono, 1987:27) : Tan α0 = Kemiringan setelah ada
perubahan
2.3.2 Uji Hipotesa Analisa Variansi bersama-sama pada lokasi yang sama
(ANOVA) disebut evapotranspirasi.
Apabila sampel yang Faktor-faktor yang mempengaruhi
dibandingkan lebih dari dua sampel, evaporasi dan evapotranspirasi adalah
dapat menggunakan Analisa Variansi suhu air, suhu udara, kelembaban,
(Analusis of Variance atau disingkat kecepatan angin, tekanan udara, sinar
ANOVA) (Montarcih, 2009:49). Uji matahari dan lain-lain (Sosrodarsono,
analisa Variansi dapat bersifat satu arah 2003:57). Besarnya evaporasi dapat
(One way) atau dua arah (Two way). diperkirakan menggunakan rumus
Studi ini menggunakan uji analisa empiris. Dalam studi ini menggunakan
bersifat dua arah untuk menguji metode Penman dengan rumus sebagai
keseragaman baik antar kelas (F1) dan berikut:
juga antar tahun (F2). Rumus masing- Evapotranspirasi (Et0*)
masing hipotesa sebagai berikut: Et0* = w x (0,75 x Rs – Rn) + (1 – w) x
f(u) x (ea – ed)
Evapotranspirasi potensial (Et0)
Et0 = Et0* x c
Dimana:
w =
Rs =
Rn =
Dengan: ea = tekanan uap nyata
= harga rerata untuk kelas i ed =
= harga rerata keseluruhan 2.5 Konsep Model Tangki Sugawara
= pengamatan untuk kelas i Curah hujan yang jatuh pada
pada tahun j suatu waktu R (t) akan mengisi tangki
ni = banyak pengamatan untuk teratas (tangki 1). Air yang tertampung
kelas i oleh tangki 1 mengalir lewat lubang-
n = banyak pengamatan lubang di dinding kanan atau merembes
keseluruhan lewat lubang dasar tangki dan masuk
k = banyak kelas mengisi tangki 2. Air yang tertampung
Besaran F berupa nisbah (ratio). di dalam tangki 2 mengalir lewat
Oleh karena itu ada dua parameter lubang di dinding kanan atau merembes
derajat bebas, yaitu n1 (derajat bebas melalui lubang dasar tangki dan masuk
pembilang) dan n2 (derajat bebas tangki 3 dalam tahap ke-tiga. Air yang
penyebut). Nilai Fcr dapat diperoleh tertampung di dalam tangki 3 mengalir
dari tabel F untuk berbagai nilai level of lewat lubang di dinding kanan atau
significannce (α), dengan menggunakan merembes melalui lubang dasar tangki
kedua parameter derajat bebas n1 dan n2 dan masuk tangki 4 dalam tahap ke-
tersebut. empat.
2.4 Evapotranspirasi Dengan melihat tangki-tangki
Peristiwa berubahnya uap air dan dalam model dan membandingkan
bergerak dari permukaan tanah dan dengan komponen-komponen limpasan,
permukaan air ke udara disebut maka tangki 1 merupakan aliran
evaporasi. Evaporasi merupakan faktor permukaan (surface flow) dan sub-
penting dalam studi tentang surface fow, tangki 2 merupakan aliran
pengembangan sumber daya air. antara (intermediate flow), tangki 3
Penguapan dari tanaman disebut merupakan aliran sub-dasar (sub-base
transpirasi. Bila keduanya terjadi flow) tangki 4 merupakan aliran dasar
(base flow) seperti tercantum pada Brantas. Sedangkan data yang dianalisa
gambar 2.2 adalah data curah hujan harian
sepanjang 20 tahun dari tahun 1993-
2012.
c. Data Klimatologi
Data klimatologi yang digunakan dalam
kajian ini adalah data klimatologi
wilayah trenggalek tahun 2001-2010
yang diperoleh dari hasil kajian
sebelumnya.
3.3 Simulasi Debit Menggunakan
Metode Model Tangki
Metode yang digunakan dalam
kajian ini adalah metode Model Tangki
Gambar 2.2 Bagan Pengaliran Sungai yang telah dikembangkan oleh Dr.
dan Pemodelan Tangki Sugawara. Pada studi ini dilakukan
Susunan Seri pemodelan dengan menggunakan 4
Sumber: setiawan (2003:2) tangki yang disusun secara seri seperti
pada gambar 3.1.
3. METODOLOGI PENELITIAN Hujan Evaporasi
3.1 Lokasi Studi
Lokasi studi berada di Sub DAS
Keser yang merupakan Sub DAS dari
DAS Ngrowo. Sub DAS Keser f 1.2
q1.2
memiliki luas sebesar 43,39 km². He1
h1.2 f 1.1
q1.1
Secara geografis Sub DAS Keser h1.1
b1
terletak pada koordinat 111º31’5” - qb.1
111º35’16” BT dan 8º0’56” - 8º5’42” f 2.1
q 2.1
LS. He2
h2.1
3.2 Pengumpulan Data b2
Data-data yang dapat qb.2
f 3.1
dikumpulkan untuk perhitungan dalam q 3.1
studi ini adalah sebagai berikut: He3 h3.1
a. Data Debit b3
Data debit yang digunakan adalah data qb.3

AWLR harian Sungai Keser sepanjang


He4 f 4.1
tahun 2003-2013 yang diperoleh dari q 4.1
UPT PSAWS Bango Gedangan. h4.1
b4
b. Data Hujan qb.4

Data hujan yang diperlukan adalah data


hujan harian Sub DAS Keser yang Gambar 3.1 Model Tangki Susunan
terdiri dari stasiun hujan sebagai Seri
berikut: Pada simulasi model ini
1. Stasiun Penakar Hujan Boyolangu menggunakan perangkat lunak Ms.
2. Stasiun Penakar Hujan K.D.PU.AIR Excel-VBA agar mempermudah dan
3. Stasiun Penakar Hujan Ngantru mempercepat penyelesaian iterasi
Dari ketiga stasiun penakar hujan simulasi debit model tangki. Prosedur
tersebut diperoleh data curah hujan simulasi model tangki dapat dilihat
harian sepanjang 32 tahun dari tahun pada gambar 3.4.
1981-2012 yang diperoleh dari BBWS
terdapat pada suatu populasi
berdasarkan nilai kinerja masing-
masing kromosom, dan dilanjutkan
dengan proses copy terhadap
kromosom hasil seleksi. Kromosom
hasil proses copy ini merupakan
generasi turunan berikutnya.
c. Penggantian populasi (generational
replacement), yang berarti semua
individu (misal N individu dalam
suatu populasi) dari suatu generasi
digantikan sekaligus oleh N individu
(kromosom) baru hasil reproduksi.
Proes optimasi parameter dapat dilihat
pada gambar 3.3.

Gambar 3.2 Prosedur Perhitungan


Debit Metode Model
Tangki

3.4 Konsep Model Tangki Berbasis


Genetic Algorithm (GA)
Beberapa kaidah yang diterapkan
dalam menyusun sistem program
aplikasi model tangki metode AG
adalah:
a. Inisialisasi, tahapan pertama dalam
AG adalah inisialisasi populasi yaitu
melakukan penentuan nilai awal.
Bagian penentuan nilai awal ini Gambar 3.3 Diagram Alir Optimasi
merupakan input yang dilakukan Parameter Model Tangki
oleh pengguna sendiri.
b. Reproduksi, merupakan proses
seleksi terhadap kromosom yang
4. HASIL DAN PEMBAHASAN data curah hujan harian ketiga stasiun
4.1 Analisa Data Input Model dinyatakan konsisten karena tidak ada
Tangki penyimpangan dan homogen antar kelas
maupu antar tahun dengan nilai F1=0,35
Data input model tangki terdiri
dan F2=1,37. Selanjutnya data curah
dari curah hujan harian (mm/hari), debit hujan dirata-rata mengunakan metode
sungai (mm/hari), dan evapotranspirasi Poligon Thiessen. Data debit aliran
(mm/hari). sungai harian (QAWLR harian)
3
Sebelum dirata-rata, perlu dikonversi dari satuan m /det menjadi
dilakukan uji konsistensi dan uji mm/hari.
homogenitas (menggunakan metode uji Berikut grafik fluktuasi
ANOVA) pada data curah hujan yang hubungan antara curah hujan dan data
didapat dari tiga stasiun (Boyolangu, debit yang telah dikonversi dapat dilihat
K.D.PU.AIR, dan Ngantru). Hasil dari pada gambar 4.1.
kedua uji tersebut menunjukkan bahwa

Gambar 4.1 Grafik Hubungan Antara Data CH Harian dan Data Debit Sungai Keser
Sumber: Hasil Perhitungan
Data klimatologi diambil dari 4.2 Uji Statistik Data Hujan
hasil kajian sebelumnya, yaitu Uji statistik data hujan perlu
klimatologi wilayah trenggalek rerata dilakukan untuk mengetahui data mana
tahun 2001-2010. Data klimatologi yang paling bagus yang nanti akan
digunakan untuk menghitung evaporasi digunakan sebagai data input dalam
menggunakan metode Penman, dengan simulasi model tangki menggunakan
hasil perhitungan sebagai berikut: metode Algoritma Genetika (AG).
Tabel 4.1 Eto Rerata Tahun 2001-2010 Dalam uji statistik data hujan
No Bulan Eto Satuan menggunakan simulasi model tangki
1 Jan 9,05 mm/hari dengan metode simulasi coba-
2 Feb 7,90 mm/hari banding/trial and error.
3 Mar 7,32 mm/hari Untuk mengetahui perbandingan
4 Apr 4,66 mm/hari
5 Mei 4,17 mm/hari
tingkat keakuratan kinerja dari model
6 Juni 3,97 mm/hari tangki, dapat menggunakan indikator
7 Juli 4,17 mm/hari RMSE dengan rumus:
8 Agst 4,83 mm/hari
9 Sept 5,32 mm/hari
10 Okt 5,58 mm/hari
11 Nov 7,16 mm/hari
12 Des 8,17 mm/hari
bilangan acak yang berbeda. Hasil
optimasinya lalu dibandingkan satu

n
( X obs,i  X model,i ) 2 sama lain seperti yang ditampilkan
i 1
RMSE  pada Tabel 4.2.
n
Tabel 4.2 Rekap Nilai Parameter Hasil
Dimana: Optimasi Metode AG
Xobs,i = Debit aktual (QAWLR)

13/02/2004

22/12/2010

06/01/2006

07/02/2009

31/12/2012

24/03/2008
BANYAK HARI
Xmodel,i = Debit terhitung (Qmodel)
n = Jumlah data

-
JENIS PARAMETER

23/01/2004

28/11/2010

10/12/2005

11/01/2009

02/12/2012

20/02/2008
Berdasarkan uji statistik data
hujan, didapatkan hasil nilai indikator
RMSE untuk setiap model tangki empat
No 22 hari 25 hari 28 hari 28 hari 30 hari 34 hari
susun seri dengan berbagai macam hari 1 f 1.2 0,0002 0,0093 0,0104 0,0069 0,0001 0,0001
sebagai berikut: 2 f 1.1 0,0002 0,0063 0,0030 0,0074 0,0001 0,0633

a. Coba-banding 24 hari (22 Jan 2003 – 3 b1


f 2.1
0,1514 0,0102 0,3165 0,2573 0,2849 0,4588
4 0,0001 0,0006 0,0005 0,0020 0,0001 0,0001
14 Feb 2003), nilai RMSE sebesar 5 b2 0,0864 0,4261 0,1657 0,2837 0,0723 0,5935
325,53. 6 f 3.1 0,0001 0,0434 0,0732 0,0258 0,0001 0,0002
7 b3 0,0515 0,1867 0,0697 0,0223 0,0176 0,1304
b. Coba-banding 25 hari (28 Nov 2010 8 f 4.1 0,1845 0,0007 0,1064 0,0003 0,0562 0,0948
– 22 Des 2010), nilai RMSE sebesar 9 b4 0,0001 0,0829 0,5477 0,3955 0,0004 0,0001
10 h1.2 20,1689 27,6199 29,0256 19,7490 28,8897 14,2290
0,5852. 11 h1.1 7,1764 15,5869 1,9644 13,3410 5,3899 0,2825
c. Coba-banding 28 hari (10 Des 2005 12 h2.1 20,4314 19,0181 16,2476 28,6281 14,3230 19,3616
– 6 Jan 2006), nilai RMSE sebesar 13 h3.1 21,8623 29,2198 28,7273 23,8319 13,6705 2,0651
14 h4.1 10,4647 6,1582 21,7661 14,9926 24,2898 0,1994
1,1027. RMSE 0,9364 0,5658 1,0960 0,4443 0,4542 2,0948
d. Coba-banding 28 hari (11 Jan 2009 – nilai korelasi 0,667 0,458 0,350 0,444 0,350 0,213

7 Feb 2009), nilai RMSE sebesar


4.4 Simulasi Model Tangki Harian
0,2139.
Simulasi Model Tangki perlu
e. Coba-banding 34 hari (20 Feb 2008
– 24 Mar 2008), nilai RMSE sebesar dilakukan untuk menilai apakah
2,1276. parameter-parameter yang telah
f. Coba-banding 30 hari (2 Des 2012 – dioptimasi sebelumnya benar-benar
31 Des 2012), nilai RMSE sebesar optimal. Tujuannya untuk
0,7515. membandingkan gambar grafik
g. Coba-banding 22 hari (23 Jan 2004 – fluktuasi debit hasil bangkitan model
13 Feb 2004), nilai RMSE sebesar
tangki apakah sudah mendekati debit
0,9584.
Berdasarkan indikator RMSE di atas, sungai lapangan (QAWLR) dengan
coba banding 24 hari (22 Jan 2003 – 14 menggunakan indikator RMSE dan
Feb 2003) tidak dapat digunakan untuk nilai korelasi.
proses optimasi parameter model tangki Hasil simulasi model tangki
dengan metode AG selanjutnya. harian dari tahun 2003-2012
dibandingkan satu sama lain seperti
4.3 Aplikasi Optimasi Model Tangki yang ditampilkan pada Tabel 4.3
dengan Metode AG
Optimasi ini dilakukan sebanyak
6 kali dimana masing-masing model
tangki menggunakan input berbeda
(Eto, CH, dan QAWLR) dan input seri
Tabel 4.3 Rekap Hasil Analisa RMSE dan Korelasi Setiap Model Hasil Bangkitan

Dari ketujuh model tersebut diatas, trend yang paling miripadalah jenis model
tangki dengan optimasi 34 hari (20 Februari 2008 – 24 Maret 2008). Grafik fluktuasi
hubungan antara curah hujan, debit lapangan, dan debit bangkitan model dapat dilihat
pada gambar 4.2.

Gambar 4.2 Grafik hasil simulasi model tangki 10 tahun dengan optimasi AG 34 hari
Sumber: Hasil Perhitungan
Dari grafik hasil simulasi dapat baru berikutnya. Iterasi tersebut akan
dilihat bahwa pada seri debit aktual dan terus berlangsung sampai populasi
seri debit bangkitan dengan input hujan kromosom seragam.
3. Dari keenam model yang dioptimasi,
harian historis terjadi aliran ekstrim
trend yang paling mirip adalah pada
yaitu pada bulan Januari 2011 – April jenis model tangki dengan kalibrasi
2011 dimana debit aktual tertinggi 34 hari (20 Februari 2008 – 24 Maret
mencapai 18,95 m3/det dan debit input 2008) dengan nilai RMSE 3,9908
hujan harian historis 51,10 m3/det. Hasil studi pada Sub DAS Keser
Untuk seri debit hasil bangkitan menunjukkan bahwa Algoritma Genetik
terlihat berbeda dengan seri debit belum dapat menyelesaikan proses
optimasi nilai parameter model tangki
aktual. Aliran terbesar terjadi pada awal
dengan baik.
bulan Januari 2011 sampai awal bulan
April 2011, sedangkan aliran terendah 6. SARAN
terjadi pada bulan Desember 2012. Berdasarkan hasil analisa yang
telah dilakukan pada bab sebelumnya,
5. KESIMPULAN adapun beberapa saran yang dapat
Berdasarkan hasil pembahasan digunakan sebagai rekomendasi
sebelumnya, maka dapat diambil diantaranya adalah:
beberapa kesimpulan, antara lain : 1. Sebaiknya jumlah populasi awal
1. Curah hujan dalam beberapa rentang dan iterasi diperbanyak sehingga
waktu berikut ini merupakan data akan menghasilkan solusi terbaik
curah hujan yang paling baik dari yang mempunyai nilai kinerja
tahun 1993-2012: terbaik pula.
a. 25 hari (28 Nov 2010 – 22 Des 2. Perlu dilakukannya perbandingan
2010) model tangki dengan susunan yang
b. 28 hari (10 Des 2005 – 6 Jan berbeda agar dihasilkan beberapa
2006) alternatif model.
c. 28 hari (11 Jan 2009 – 7 Feb 3. Perlu adanya evaluasi atau
2009) penelitian dari hasil output
d. 34 hari (20 Feb 2008 – 24 Mar software macro visual basic yang
2008) dipakai agar lebih sesuai dengan
e. 30 hari (2 Des 2012 – 31 Des keadaan riil lapangan.
2012)
f. 22 hari (23 Jan 2004 – 13 Feb DAFTAR PUSTAKA
2004) Basri, H. 2013. Development of
2. Proses pengembangan populasi Rainfall-runoff Model Using Tank
kromosom metode AG melibatkan Model: Problems and Chalenges
proses reproduksi, yang terdiri dari in Province of Aceh, Indonesia.
seleksi individu, proses copy dan Aceh Internation Journal of
kawin silang (crossover). Untuk ke Science and Technology, 2
menuju step pengembangan (1):26-36
populasi, diperlukan step inisilisasi Gen, M dan Runwei Cheng. 2000.
populasi. Hasil dari pengembagan Genetic Algorithms and
populasi dicek keseragamannya. Jika Engineering Optimization.
populasi hasil pengembangan belum Canada: John Wiley & Sons, Inc.
seragam atau homogen, maka Harto, Sri. 1993. Analisis Hidrologi.
dilakukan penggantian populasi baru Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
untuk medapatkn generasi turunan
Kuok, KK, dkk. 2010. Global Subarkah, Imam. 1980. Hidrologi
Optimization Methods for Untuk Perencanaan Bangunan
Calibration and Optimization of Air. Bandung: Idea Utama.
the Hydrologic Tank Model’s
Parameters. Canadian Journal on
Civil Engineering Vol. 1, No.1.
Kuok, KK, dkk. 2011. Auto-Calibration
of Daily and Hourly tank Model’s
Parameters Using Genetic
Algorithm. Malaysian Journal of
Civil Engineering 23(2):12-28
Montarcih, Lily. 2009. Statistika
Terapan. Malang: Citra Malang
Montarcih, Lily. 2010. Hidrologi
Praktis. Bandung: Lubuk Agung
Rahmadi, Agung. 2013. Kajian
Pemakaian Input Data Curah
Hujan Harian Sintetis untuk
Simulasi Debit Musiman pada
Sub Das Konto Hulu. Skripsi
tidak dipublikasikan. Malang:
Universitas Brawijaya.
Rahman. 2011. Penerapan Model
Tangki dengan Tiga Tangki
Susunan Pararel Untuk
Transformasi Data Hujan
Menjadi Data Debit (Studi Kasus
Pada Inflow Waduk Selorejo dan
Waduk Lahor). Media Teknik
Sipil, Volume 9:166-171
Setiawan, B.I., dkk. 2003. Developing
Procedures for Optimization of
Tank Model’s Parameters.
Agricultural Engineering
International: the CIGR Journal of
Scientific Research and
Development. Manuscript LW 01
006.
Soemarto, CD. 1999. Hidrologi Teknik.
Jakarta: Erlangga.
Soetopo, Widandi. 2012. Model-Model
Simulasi Stokastik untuk Sistem
Sumberdaya Air. Malang: Citra
Malang
Sosrodarsono, Suyono dan Kenzu
Takeda. 2003. Hidrologi Untuk
Pengairan. Jakarta: PT Pradnya
Paramita.

Anda mungkin juga menyukai