Anda di halaman 1dari 11

APLIKASI ROC UNTUK UJI KEHANDALAN MODEL HYBMG

Kadarsah
Puslitbang BMKG
Email:kadarsah@yahoo.com

ABSTRAK
Relative Operating Characteristics ( ROC) merupakan metode yang direkomendasikan oleh World
Meteorological Organization (WMO) sebagai metode yang dapat mengindikasikan kemampuan
probabilistik prediksi cuaca dan iklim . Metode ini diterapkan pada model HyBMG untuk menguji
kehandalannya dengan cara memplotkan hit dan false-alarm rate. Uji kehandalan model ini
menggunakan data curah hujan 10 tahun (1998-2007) pada 28 Daerah Prakiraan Musim (ZOM) .
Hasilnya berupa kurva ROC yang menunjukkan tingkat kehandalan model HyBMG dalam
memprediksi curah hujan. Model HyBMG memiliki kehandalan dalam memprediksi curah hujan di
beberapa daerah ZOM. Kurva ROC menunjukkan variasi kualitas sistem prediksi pada tingkat
kepercayaan peringatan yang berbeda (probabilistik prediksi) dan dapat digunakan untuk
optimalisasi nilai prediksi tertentu dari table kontigensi.
Kata kunci: ROC, verifikasi prediksi, tabel kontingensi

ABSTRACT
The relative operating characteristic (ROC), is being considered by the World Meteorological
Organization as a recommended method to indicate the skill of probabilistic weather and climate
forecasts.Reliability evaluation of HyBMG model has been done by using Relative Operating
Characteristics (ROC) which is created by plotting the hit and false-alarm rate. The Evaluation
model is use rainfall data from only 28 climate regions over 10 years from 1998 to 2007. The result is
ROC's curve that describes the reliability HyBMG to predict rainfall. HyBMG has a reliability to
predict the rainfall in a particular region. The ROC curve illustrates the varying quality of the
forecast system at different levels of confidence in the warning (the forecast probability) and can be
used to optimize forecast value given the specifics of an individual user's contingency table.
Key words: ROC, forecast verification, contingency table

Naskah masuk : 13 April 2010


Naskah diterima : 20 Juni 2010

32 JURNAL METEOROLOGI DAN GEOFISIKA VOLUME 11 NOMOR 1 TAHUN 2010 : 32 - 42


I. PENDAHULUAN bidang iklim adalah HyBMG. HyBMG (Hybrid
Model prediksi curah hujan banyak BMG) merupakan aplikasi antarmuka windows
dikembangkan dalam dunia meteorologi berbasis perangkat lunak MATLAB (MATrix
diseluruh dunia, secara garis besar terdapat dua LABoratory) menggunakan PC tunggal.
jenis model prediksi berdasarkan metode atau HyBMG adalah kompilasi model-model
teknik yang digunakan yaitu, model dinamik statistik non-konvensional yang
dan model statistik. Model dinamik lebih menggabungkan beberapa teknik prakiraan
menfokuskan pada prediksi berdasarkan proses time series diantaranya neural network
fisis yang terjadi di atmosfer dengan (ANFIS), transformasi wavelet,
memodelkannya dan men-downscaling hingga AutoRegressive Integrated Moving Average
r e s o l u s i t i n g g i . Te k n i k i n i c u k u p (ARIMA) dan non-linear dynamics (teori
menggambarkan kondisi sebenarnya di chaotic)/TISEAN. Data input yang digunakan
atmosfer, akan tetapi diperlukan sumber daya HyBMG adalah data time series curah hujan.
yang sangat besar karena model yang HyBMG digunakan untuk prakiraan jangka
dijalankan memerlukan superkomputer yang panjang (1 tahun ke depan) yang didalamnya
mahal. Sedangkan model statistik lebih murah juga terdapat fitur untuk melakukan validasi
dibandingkan dengan model dinamik karena model. Tampilan awal ketika model ini
memerlukan sumberdaya yang relatif kecil digunakan seperti ditunjukkan Gambar.1.
sehingga metode statistik banyak digunakan Tampilan ini juga disertai tombol-tombol yang
dalam penelitian iklim1,2. Data yang digunakan menunjukkan metode yang digunakan. Model
pada model statistik adalah data historis HyBMG merupakan sistem prediksi ensembel
misalnya data curah hujan untuk memprediksi (EPS/Ensemble Prediction System) karena
intensitas curah hujan di masa yang akan terdiri dari empat model prediksi yang
datang1. Beberapa contoh model dinamik, terintegrasi. Pengembangan HyBMG akan
diantaranya MM5, DARLAM, WRF, ARPS, terus dilakukan dengan menambahkan metode-
Eta Model, CCAM, NASA GMAO model, metode lain misalnya CCA (Canonical
JMA model, Lamont-Doherty model, KMA Correlation Analysis, PCA (Principal
model, ECHAM/MOM,COLA ANOM, Component Analysis serta menambahkan
METEO FRANCE model, COLA CCSM3 konsep multivariat.
model, POAMA, ECMWF model, UKMO
model, dan model lainnya. Contoh model 1.2. Model-Model HyBMG
statistik diantaranya ANFIS, Transformasi 1.2.1. ARIMA
Wavelet, ARIMA, Kalman Filter, Markov Metode ARIMA adalah metode statistik
model, Linear Inverse, CLIPER, Regression, yang menggabungkan teknik Autoregressive
Constructed Analog dan Neural Network. (AR) dan Moving Average (MA) dengan
Sedangkan model statistik yang sedang melakukan diferensiasi pada data awal untuk
dikembangkan oleh Puslitbang BMKG adalah
ARIMA, Wavelet, ANFIS dan Tisean yang
kemudian diintegrasikan menjadi Ensemble
Prediction System (EPS) yang disebut
HyBMG. Saat ini versi HyBMG yang terbaru
adalah versi 2.0.7 yang masih terus
dikembangkan dengan dilengkapi metode
statistik lainnya yang sesuai.

1.1. Model HyBMG Gambar 1. Tampilan utama HyBMG


Model yang digunakan dan masih terus di
kembangkan di Puslitbang BMKG dalam membuat data awal menjadi stasioner
(mempunyai mean dan varian yang stabil).

APLIKASI ROC UNTUK UJI KEHANDALAN MODEL HYBMG 33


Kadarsah
Metode ARIMA digunakan untuk prediksi dari sinyal. Transformasi wavelet dari x(t) atau
runtun waktu (time series) yang mempunyai sinyal hujan menghasilkan appoximation
korelasi diantara anggotanya (tidak random) coefficient dan detail coefficient dari data hujan.
dan runtun waktu yang bersifat stasioner, jika Appoximation coefficient berhubungan dengan
belum stasioner maka perlu adanya skala tinggi dan komponen frekwensi rendah,
stasionerisasi dengan melakukan diferensiasi sedangkan detail coefficient berhubungan
biasa atau musiman (seasonal). Data curah dengan skala rendah dan komponen frekwensi
hujan yang digunakan, biasanya diamati dalam tinggi. Koefisien-koefisien ini selanjutnya
selang waktu tertentu sehingga jarak waktu direntang ke depan (extend) sepanjang selang
yang memisahkan dua observasi adalah sama. waktu tertentu.
Istilah time-lag digunakan untuk menunjukkan
selang waktu antara dua observasi. Lag-1 1.2.3. ANFIS
berarti selang waktu yang memisahkan dua ANFIS merupakan suatu teknik optimasi
observasi adalah satu satuan waktu, lag-2 yang menggabungkan konsep neural network
adalah untuk dua satuan waktu, dan seterusnya. dengan fuzzy logic. Neural-network mengenal
Hal ini mengisyaratkan bahwa data tersebut pola-pola dan menyesuaikan pola terhadap
tidak bebas, artinya observasi ke-i berkorelasi perubahan lingkungan, sedangkan fuzzy logic
dengan observasi ke-j. ARIMA melakukan menggabungkan pengetahuan manusia dan
prediksi dengan menggunakan metode time- mencari kesimpulan untuk membuat suatu
series yang didasarkan pada nilai-nilai peubah keputusan. ANFIS juga dapat diterapkan secara
atau penyimpangannya yang telah terjadi di langsung dalam bidang pemodelan,
waktu yang lalu. Tujuannya adalah menentukan pengambilan keputusan, pengolahan sinyal,
pola historis data kemudian dan kontrol6.
mengekstrapolasikan pola tersebut ke masa
yang akan datang berdasarkan asumsi 1.2.4. TISEAN
kontinuitas. Metode Arima telah umum Tisean merupakan metode untuk analisis
digunakan di Indonesia khususnya BMKG data time series berdasarkan teori sistem
dalam memprediksi curah hujan. dinamik deterministik nonlinear atau teori
chaos. Metode ini masih dalam tahap
1.2.2. WAVELET pengembangan dalam HyBMG.
Transformasi wavelet merupakan metode
untuk mendeteksi fluktuasi periodik yang 1.2.5. Kurva ROC dan Skor ROC
bersifat transien berikut parameternya, dapat ROC adalah sebuah metode untuk menguji
fokus pada suatu rentang waktu tertentu dari kemampuan sistem prediksi berdasarkan tabel
data yang ada3 dan dapat mengambarkan proses kontigensi7,8,9. ROC menampilkan skill sistem
dinamik nonlinear komplek yang ditunjukkan prediksi dengan membandingkan hit rate dan
oleh interaksi gangguan dalam skala ruang dan false alarm rate7. Definisi false alarm rate harus
waktu4. dibedakan dengan false alarm ratio10,11,12, tetapi
Transformasi wavelet dapat digunakan dalam beberapa literature keduanya mengacu
untuk menganalisa deret waktu yang pada false alarm rate13. Derivasi dari ROC
mengandung daya non-stasioner pada didasarkan pada tabel kontingensi memberikan
frekwensi yang berbeda5. Curah hujan dapat hit rate dan false alarm rate untuk deterministik
dianggap sebagai sinyal yang benar-benar non- atau prediksi probabilistik. Suatu kejadian
stasioner sehingga analisis curah hujan didefinisikan sebagai biner, yang berarti bahwa
bertujuan mengetahui periodesitas dan hanya ada dua hasil yang mungkin, suatu
informasi tentang kapan waktu terjadinya. kejadian atau non-kejadian. Selain ROC juga
Untuk itu diperlukan suatu transformasi yang digunakan metode atau cara lain untuk
dapat memberikan tampilan waktu-frekwensi verifikasi14,15,16 yang semuanya berdasarkan

34 JURNAL METEOROLOGI DAN GEOFISIKA VOLUME 11 NOMOR 1 TAHUN 2010 : 32 - 42


konsep bagaimana prediksi yang baik17 serta Luas area dibawah kurva merupakan ukuran
dengan melibatkan pengetahuan di bidang kemampuan skill sistem prediksi . Sehingga
atmosfer18 serta fenomena alam lainnya, missal sistem prediksi yang sempurna memiliki luas
sea breeze19. wilayah satu, kurva yang terletak sepanjang
Peluang prediksi adalah kemungkinan suatu diagonal memiliki luas wilayah 0,5 dan sistem
peristiwa akan terjadi, sedangkan probabilitas prediksi dikatakan tidak memiliki skill sebab
skor ROC hanya dihitung menggunakan Hit ketepatan prediksi sama banyaknya dengan
Rate dan False Alarm Rate. HR dan FAR kegagalan prediksi. Jika kurva ROC berada
dihitung untuk setiap rentang probabilitas. dibawah garis diagonal sistem prediksi disebut
Dalam hal ini suatu peristiwa dikatakan memiliki skill negatif artinya bahwa sistem
diprediksi terjadi pada suatu titik jika peluang tersebut memiliki kegagalan prediksi lebih
prediksi untuk sebuah event terjadi dalam banyak dibanding keberhasilannya.
rentang peluang. (misalnya, sebuah prediksi
1.2.6. Plot Kurva ROC
curah hujan atas normal memiliki 43%
kemungkinan akan jatuh dikisaran peluang 40- Terdapat dua cara untuk memplot grafik Hit
50%) Ditinjau dari kejadian (yakni, Hits) Rate False vs alarm Rate untuk suatu
berapa kali peluang prediksi berada dalam probabilitas ramalan. Pertama, dengan
rentang peluangnya, sedangkan peristiwa yang membuat tabel kontingensi untuk setiap
tidak terjadi (yaitu, Miss) adalah berapa kali probabilitas ambang batas (yaitu satu peluang
suatu prediksi dibuat untuk peluangnya bahwa untuk satu rentang tertentu,> 90%,> 80%,>
prediksi tersebut salah. Hit rate sering disebut 70% dll) kemudian plot masing-masing Hit
POD (probability of detection)9,10,13,20,21,22 dan Rate vs False Alarm Rate pada grafik yang
memberikan perkiraan probabilitas bahwa sama. Kedua metode yang lebih cepat, dengan
suatu kejadian akan diperingatkan dan cara menghitung jumlah perkiraan benar
menghasilkan suatu estimasi probabilitas peristiwa yang terjadi di masing-masing dari
kejadian yang akan diperingatkan. Untuk beberapa interval probabilitas (misalnya, 90-
peluang prediksi, peringatan dapat diterbitkan 100%, 80-90%, 70-80% dll) dan juga
ketika probabilitas prediksi untuk kejadian menghitung jumlah "nonprediksi" kejadian
yang sudah ditetapkan melebihi beberapa dalam interval probabilitas yang sama.
ambang batas23. Kurva ROC dapat digunakan Kemudian hit rate untuk probabilitas tertentu
dalam membantu untuk mengidentifikasi (misalnya 80%) dihitung dengan cara jumlah
strategi optimal tertentu dalam berbagai bidang kejadian diatas tingkat tersebut dibagi dengan
yang memungkinkan 9 tentunya dengan total jumlah kejadian yang diprediksi.
mempertimbangkan interaksi antara riset dan Demikian pula, false alarm rate adalah jumlah
operasional yang melibatkan verifikasi model "non prediksi" kejadian dengan kriteria diatas
numerik secara subjektif24. ambang dibagi dengan total jumlah kejadian
HR dan FAR dihitung untuk setiap peluang yang non-prediksi. Jika pada awalnya metode
kritis, kemudian hasilnya berupa plot titik-titik kedua ini tidak muncul identik secara intuitif
pada grafik HR (sumbu vertikal) terhadap FAR dengan metode pertama, hanya ingat bahwa,
(sumbu horisontal) sehingga terbentuk kurva misalnya, untuk Hit Rate (yang sama dengan
ROC. Kurva ini harus melalui titik (0,0) dan Hits / (Hits + Misses)) setiap Misses di setiap
(1,1). Prediksi yang tidak memiliki skill probabilitas interval (katakanlah 80 -- 90%)
ditandai dengan garis diagonal (HR = FAR); dihitung pada interval probabilitas yang lebih
semakin jauh kurva ke arah atas pojok kiri (di rendah. Karena itu Misses dimasukkan dalam
mana HR = 1 dan FAR = 0) menunjukkan skill penyebut secara default, dan karena itu dua
yang lebih baik. Luas dibawah kurva ROC metode memberikan jawaban yang sama.
sering digunakan secara statistik untuk
II. DATA DAN METODE
menunjukkan kemampuan sistem prediksi.
Data yang digunakan terdiri dari data curah

APLIKASI ROC UNTUK UJI KEHANDALAN MODEL HYBMG 35


Kadarsah
hujan (CH) dasarian 10 tahun (1998-2007) pada Tabel 1. Nama 28 ZOM
28 Zona Musim (ZOM) (Tabel 1) dan data CH
ZOM No ZOM
dasarian selama 30 tahun (1971-2000)
dijadikan data normal sebagai pembanding Banda Aceh 1 Kotabaru

keluaran model HyBMG dari masing-masing Bandung Geof 2 Pacitan


ZOM. HyBMG dijadikan sebagai Ensemble Banyuwangi 3 Ruteng
Prediction System (EPS). Pemilihan 28 ZOM Bawean 4 Palembang
ini berdasarkan kelengkapan data CH. Bima 5 Pangkal Pinang
Sedangkan penggunaan data CH dasarian BMG Jakarta 6 Polonia
berdasarkan kenyataan bahwa data tersebut Cilacap 7 Madiun
digunakan untuk prakiraan bulanan, tiga Denpasar 8 Majene
bulanan dan musim HyBMG. Kriteria sifat
Jatiwangi 9 Makassar
hujan ditentukan berdasarkan ketentuan
Juanda 10 Manado
BMKG yang menyatakan bahwa CH diatas
Kalianget 11 Sabang
normal jika CH keluaran model > 115 % CH
normalnya, CH dibawah normal jika CH Lampung 13 Rengat

keluaran model <85 % CH normalnya Larantuka 14 Samarinda


sedangkan CH keluaran model normal jika CH
Tabel 2 tersebut hanya menunjukkan untuk
berkisar 85-115 % dari CH normalnya.
satu ZOM saja sehingga untuk 28 ZOM maka
Diagram alir pembuatan kurva ROC
diperlukan 28 tabel dan tahapan yang berbeda.
ditunjukkan Gambar 2. Langkah pertama
Langkah selanjutnya adalah membuat tabel
adalah menjalankan HyBMG dengan masukan
kontigensi 2 x 2. Tabel kontigensi 2 x 2
data CH dasarian di 28 ZOM, hasilnya
diperuntukkan untuk prediksi yang memiliki
kemudian dibuat tabel observasi, prediksi dan
kategori dikotomi. Terdapat hanya dua
peluang seperti yang ditunjukkan Tabel 2
kemungkinan misal hujan atau tidak hujan,
dengan N=Normal,
angin kuat dan tidak kuat. Dalam penelitian ini
kategori yang digunakan dalam tiap ZOM
adalah CH atas normal-tidak atas normal serta
CH bawah normal-tidak bawah normal.

Gambar 2. Diagram alir metodologi pembuatan Kurva


ROC

A= atas normal, B= bawah normal. Kolom


prediksi menunjukkan rata-rata hasil prediksi
sedangkan kolom peluang menunjukkan
besarnya masing-masing peluang untuk B,N
dan A. Jadi pada dasarian ke-1, observasi dan
prediksi menunjukkan CH yang normal
sedangkan peluangnya menunjukkan 30 %
untuk peluang CH bawah normal dan normal
sedangkan untuk atas normal sebesar 40 %.

36 JURNAL METEOROLOGI DAN GEOFISIKA VOLUME 11 NOMOR 1 TAHUN 2010 : 32 - 42


Tabel 2. Tabel data rata-rata dasarian 10 tahun Tabel 3. Tabel kontigensi 2 x 2
(1998-2007) : observasi, prediksi dan
peluang untuk ZOM Banda Aceh

Tabel 4 menunjukkan tabel kontigensi untuk


ZOM Banda Aceh untuk kategori bawah dan
atas normal.
Tabel 4.Tabel kontigensi ZOM Banda Aceh
a. atas normal

b. bawah normal

Langkah selanjutnya adalah menyusun tabel


kontigensi pada tiap peluang kritis 0-100 %
pada kategori bawah dan atas normal. Tabel
kontigensi saat peluang kritis 80 % ditunjukkan
Tabel 5 untuk atas dan bawah normal. Hasil tiap
peluang kritis tersebut dicari nilai FAR dan
HR kemudian ditabelkan untuk atas dan bawah
normal sehingga dihasilkan tabel 6. Kurva ROC
dibuat dengan memplotkan antara nilai hit rate
Bentuk dasar tabel kontigensi seperti Tabel dengan nilai false alarm rate dimana nilai hit
3. Tabel tersebut memuat kriteria yang disebut dan false alarm rate disusun dari satu set nilai
hit (jika prediksi tepat dengan observasi, peluang kritis yang digunakan dalam
dilambangkan a ), false alarm ( jika prediksi menentukan apakah suatu peringatan akan
menyatakan terjadi/ya sedangkan observasi diberikan atau tidak, misalnya peringatan akan
tidak terjadi, b), miss ( jika prediksi menyatakan diberikan jika peluang terjadinya sama atau di
tidak terjadi sedang observasi menyatakan atas 80%. Tabel 5 menunjukkan bahwa pada
terjadi,c) dan correct non-event (jika prediksi peluang kritis 80 % nilai FAR, HR berturut-
dan observasi menyatakan tidak terjadi, d). turut adalah 0 dan 0.25 untuk batas atas curah
Nilai-nilai inilah yang dijadikan dasar untuk hujan sedangkan FAR, HR untuk batas bawah
membuat tabel FAR (False Alarm Rate) dan HR curah hujan adalah 0.67 dan 0.14. Kondisi
(Hit Rate) ditunjukkan masing-masing tersebut dapat diartikan bahwa pada peluang
persamaan 1 dan 2. kritis 80 % curah hujan yang sesuai dengan
observasi lebih besar pada saat memprediksi
FAR = b/(a+b) …………………………. (1) curah hujan atas normal disbanding saat
HR = a/ (a+c) .………………………… (2) memprediksi curah hujan dibawah normal.

APLIKASI ROC UNTUK UJI KEHANDALAN MODEL HYBMG 37


Kadarsah
Tabel 5. Tabel kontigensi ZOM Banda Aceh menggambarkan tingkat kehandalan model
saat peluang kritis 80 % HyBMG saat memprediksi curah hujan atas dan
bawah normal di ZOM Banda Aceh seperti
yang pernah dilakukan oleh Mason25 di daerah
berbeda.

Nilai FAR dan HR pada Tabel 6 Gambar 3. Kurva ROC ZOM Banda Aceh
menunjukkan bahwa prediksi curah hujan atas
normal lebih baik dibanding saat memprediksi Model prediksi memiliki kemampuan dalam
curah hujan bawah normal. Kondisi yang lebih memprediksi jika kurva ROC berada diatas
jelas terlihat saat nilai FAR dan HR di plotkan garis non skill atau memiliki skill positif seperti
menjadi suatu kurva yang disebut Kurva ROC yang terjadi pada kurva ROC yang berwarna
sehingga analisisnya bisa lebih mudah. Kurva merah (prediksi curah hujan atas normal).
ROC dalam Gambar 3 menunjukkan bahwa Semakin jauh posisi kurva dari garis non skill
saat memprediksi curah hujan atas normal semakin tinggi kemampuan model prediksi
(garis merah) tingkat ketepatannya lebih besar tersebut. Artinya bahwa model prediksi
dibanding saat memprediksi curah hujan bawah memiliki kemampuan prediksi dengan
normal (garis biru). Garis hitam merupakan ketepatan yang tinggi saat memprediksi curah
garis non skill yang menyatakan bahwa nilai hujan di atas normal dibanding saat
FAR sama dengan HR. Kondisi tersebut memprediksi curah hujan dibawah normal
menyatakan model prediksi tidak memiliki (warna biru). Rendahnya kemampuan model
kemampuan sebab ketepatan prediksi sama dalam memprediksi curah hujan dibawah
dengan ketidaktepatannya. normal terlihat saat kurva yang berwarna biru
lebih dekat ke garis non skill bahkan terdapat
Tabel 6.Tabel kontigensi ZOM Banda Aceh nilai yang negatif saat kurvanya berada
dibawah garis non skill. Hal tersebut
menunjukkan bahwa model mengalami
kegagalan yang lebih besar dibanding
ketepatan saat memprediksi curah hujan
dibawah normal pada peluang kritis yang
tinggi. Tingkat kemampuan model prediksi
dapat diukur dengan nilai skill yang dimiliki
oleh model tersebut. Nilai skill model dapat
dihitung dengan menghitung luas dibawah
kurva26. Kurva ROC merah memiliki nilai skill
sama dengan 22/25 x 100 %=88 %. Sedangkan
kurva ROC biru memiliki nilai skill 16/25 x 100
%= 64 %. Tabel 6 dan 7 berisi tentang
III. HASIL DAN DISKUSI parameter verifikasi untuk prediksi curah hujan
atas normal dan bawah normal. Parameter
Kurva ROC hasil plot FAR dan HR
tersebut dapat digunakan untuk mengukur skill
ditunjukkan Gambar 3. Kurva ROC tersebut

38 JURNAL METEOROLOGI DAN GEOFISIKA VOLUME 11 NOMOR 1 TAHUN 2010 : 32 - 42


atau kehandalan suatu model sebagai bagian dibanding bawah normal. Parameter
dari verifikasi model prediksi. selanjutnya adalah H (hit rate)/POD
Parameter verifikasi pada Tabel 6 dan 7 (Probability of Detection), PAG (Post
merupakan parameter yang sering digunakan Agreement),dan FAR (False Alarm Ratio), F
dalam proses verifikasi prediksi. Parameter B (False Alarm Rate/ Probability of False
adalah indeks bias, dengan rentang 0 sampai tak Detection) keduanya memiliki rentang 0 - 1
terhingga, indeks bias yang sempurna saat dengan nilai sempurna POD/FAG,FAR/F
nilainya mendekati satu dan akan menjadi berturut-turut adalah 0 dan 1. Empat parameter
overforecasting jika lebih dari satu dan tersebut menunjukkan bahwa prediksi curah
underforecasting jika kurang dari satu. Untuk hujan atas normal lebih baik dibanding prediksi
parameter indeks bias prediksi curah hujan atas curah hujan bawah normal. Parameter KSS
normal lebih baik dibanding prediksi curah (Hanssen & Kuipper's Skill Score/True Skill
hujan dibawah normal. Parameter selanjutnya Statistic (TSS)/Pierce's Skill Score) merupakan
adalah PC atau proportion correct /proporsi hasil pengurangan POD-F. Rentang nilai -1 s.d
benar dengan rentang 0-1 dengan skor 1, nilai sempurna 1 dan nilai 0 menunjukkan
sempurna mencapai satu saat b=c=0. Parameter model tidak memiliki skill. Parameter ini erat
ini menunjukkan proporsi tepat suatu prediksi berhubungan dengan ROC dan sangat tepat
dibanding total observasi. Nilai PC prediksi untuk memisahkan prediksi saat yes atau no.
atas normal lebih besar (0,916) dari nilai PC Nilai KSS yang tinggi menunjukkan bahwa
bawah normal (0,611) menunjukkan bahwa prediksi curah hujan atas normal pun
proporsi tepat suatu prediksi lebih banyak menunjukkan lebih baik dibanding bawah
pada prediksi curah hujan atas normal normal . Nilai TS (Threat Score)/CSI (Critical
Tabel 6. Tabel nilai parameter verifikasi atas Success Index/Gilbert Score/rasio verifikasi,
normal ZOM Banda Aceh Gilbert 1884) merupakan parameter yang
sangat sensitif dan sering digunakan dalam
klimatologi. Parameter ini memiliki range 0 s.d
1 ( non skill =0, sempurna=1). Nilai ini pun
menunjukkan bahwa prediksi curah hujan atas
normal lebih baik dibanding bawah normal.
Nilai ETS (Equitable Threat Score, Gilbert Skill
Score (GSS), memiliki rentang -1/3 s.d 1 (no
skill=0, skor sempurna=1). Nilai ETS ini sering
digunakan untuk mengukur atau meramalkan
kejadian yang diperkirakan benar, disesuaikan
dengan frekuensi hits yang akan diharapkan
terjadi hanya dengan peluang acak (misalnya,
Tabel 7. Tabel nilai parameter verifikasi bawah lebih mudah untuk prediksi terjadinya hujan
normal ZOM B.anda Aceh dengan tepat pada iklim basah daripada dalam
iklim kering).
Nilai GSS/ETS sering digunakan dalam
verifikasi curah hujan dalam model NWP
karena "pemerataan" memungkinkan skor
menjadi lebih sesuai dibandingkan dengan
metode lain yang berbeda namun tidak benar-
benar merata. Peka terhadap hits karena
prediksi yang meleset dan false alarm dengan
cara yang sama, itu tidak membedakan sumber
kesalahan prediksi. Harus digunakan dalam
kombinasi dengan setidaknya satu tabel

APLIKASI ROC UNTUK UJI KEHANDALAN MODEL HYBMG 39


Kadarsah
kontingensi statistik (misalnya, Bias). Nilai ORSS prediksi curah hujan atas
Skor HSS (Heidke Skill Score) memiliki normal masih menunjukkan lebih tinggi
rentang -¥ sampai 1 ( skor sempurna 1 dan non dibanding ORSS prediksi curah hujan bawah
skill 0). Nilai negatif menunjukkan peningkatan normal sehingga dapat disimpulkan bahwa
prediksi ke arah lebih baik. Skor HSS prediksi curah hujan atas normal lebih baik
mengukur peningkatan prediksi fraksional dibanding bawah normal. Parameter lainnya
berdasarkan standard prediksi yang ditentukan. adalah ar yang dihitung
Seperti sebagian besar skor lainnya, HSS
dinormalkan dengan total rentang perbaikan (5)
berbagai kemungkinan di atas standar, yang
berarti nilai Skill Heidke dapat dengan aman berdasarkan persamaan 5. Parameter a r
dibandingkan pada dataset yang berbeda. HSS digunakan untuk menghitung ETS. Parameter
adalah skor populer, sebagian karena relatif ar ini digunakan saat mengukur ETS jadi
mudah untuk menghitung dan mungkin juga hasilnya akan berguna jika ditampilkan dalam
karena prediksi standar, kemungkinan, relatif nilai ETS.
mudah untuk mengalahkan. Skor standar Dari proses verifikasi prediksi
lainnya mungkin, seperti persistensi atau menggunakan HyBMG pada satu daerah ZOM
klimatologi, tetapi ini membutuhkan informasi yaitu Banda Aceh diketahui bahwa HyBMG
tambahan untuk menghitung, dalam bentuk memiliki kemampuan yang sangat baik lebih
tabel kontingensi yang terpisah. Prediksi curah dari 80 % ketika memprediksi curah hujan
hujan atas normal masih menunjukkan lebih diatas normal sedangkan saat memprediksi
baik dengan tingginya nilai skor HSS dibanding curah hujan dibawah normal memiliki
skor HSS pada Tabel 6 (prediksi curah hujan kelemahan yaitu tidak sebaik saat memprediksi
bawah normal). curah hujan diatas normal. Kemampuan
Odds Ratio 27
digunakan mengukur HyBMG saat memprediksi ZOM lain juga
probabilitas prediksi (odds) skor hit (H) bervariasi dalam memprediksi curah hujan atas
dibandingkan dengan false alarm (F), normal dan bawah normal.
independen dari bias memiliki rentang 0 s.d ¥ Skor ROC banyak dibahas oleh ilmuwan
(skor sempurna ¥ , non skill 1). Hubungan OR pada berbagai bidang khususnya untuk peluang
dengan F dan H dapat ditentukan dari suatu prediksi28. Proses verifikasi prediksi
persamaan 3. merupakan proses yang terus berkembang dan
memerlukan metode serta teknik yang terus
(3) diperdalam29 dengan memperhatikan hal-hal
yang mungkin bisa mempengaruhi kualitas
prediksi30, 31. Panduan yang sangat baik untuk
Skor yang yang semakin tinggi proses verifikasi prediksi telah banyak
menunjukkan prediksi yang lebih baik seperti dilakukan, misalnya oleh Jollife32, Mason33,
ditunjukkan Tabel 5 jika dibanding Tabel 6. Woodcock34, Wilks35 sehingga hasil prediksi
Skor lain yang sering digunakan dalam bisa bernilai ekonomi dan dijadikan pijakan
klimatologi tapi tidak dalam meteorologi pengambilan keputusan36, 37, 38.
adalah Odds Ratio Skill Score (ORSS). Skor
ini menghasilkan nilai skill absolut yang sangat IV. KESIMPULAN
tinggi, memiliki rentang -1 s.d 1 dengan skor
sempurna mencapai 1. Untuk menghitung l Relative Operating Characteristics ( ROC)
ORSS dapat digunakan OR sesuai dengan merupakan metode yang direkomendasikan
persamaan 4. oleh World Meteorological Organization
(WMO) sebagai metode yang dapat
(4) mengindikasikan kemampuan probabilistik
prediksi cuaca dan iklim

40 JURNAL METEOROLOGI DAN GEOFISIKA VOLUME 11 NOMOR 1 TAHUN 2010 : 32 - 42


l
Kurva ROC menunjukkan variasi kualitas ISBN: 0132610663.
7
sistem prediksi pada tingkat kepercayaan Swets, J. A., 1973: The relative operating
peringatan yang berbeda (probabilistik characteristic in psychology. Science,
prediksi) dan dapat digunakan untuk 182, 990-1000.
optimasi nilai prediksi tertentu dari table 8
Mason, I., 1982: A model for assessment of
kontigensi.
weather forecasts. Aust. Meteor. Mag., 30,
l
ROC dapat diterapkan pada model, 291-303.
ensemble model baik statistik maupun 9
Harvey, L. O., K. R. Hammond, C. M. Lusk,
dinamik.
and E. F. Mross, 1992: The application of
l
Kehandalan HyBMG berbeda pada tiap signal detection theory to weather
ZOM baik secara spasial maupun temporal forecasting behavior. Mon. Wea. Rev.,
dan saat memprediksi curah hujan atas 120, 863-883.
normal dan bawah normal. 10
Doswell, C.A. III, R. Davies-Jones, and D.L.
Keller, 1990: On summary measures of
V. UCAPAN TERIMAKASIH
skill in rare event forecasting based on
Penelitian ini dapat terlaksana dengan contingency tables. Wea. Forecasting, 5,
perbaikan atas saran dan masukan Pertti Nurmi, 576-585.
11
Finnish Meteorological Institute, Finlandia dan Schaefer, J. T., 1990: The critical success
Laurie Wilson, Meteorological Research index as an indicator of warning skill.
Division, Canada serta rekan-rekan Puslitbang Wea. Forecasting, 5, 570-575.
BMKG yang telah mengembangkan HyBMG. 12
Harvey, L. O., K. R. Hammond, C. M. Lusk,
and E. F. Mross, 1992: The application of
VI. DAFTAR PUSTAKA
signal detection theory to weather
1
Von Storch, H. and F.W. Zwiers, 1999: forecasting behavior. Mon. Wea. Rev.,
Statistical Analysis in Climate Research. 120, 863-883.
13
Cambridge University Press, Cambridge. Wilks, D.S., 1995: Statistical Methods in the
2
Murphy, A.H. and D.S. Wilks, 1998: A case Atmospheric Sciences. An Introduction.
study of the use of statistical models in Academic Press, San Diego, 467 pp.
14
forecast verification: Precipitation Hamill, T.M., 1997: Reliability diagrams for
probability forecasts. Wea. Forecasting, multicategory probabilistic forecasts.
13, 795-810. Wea. Forecasting, 12, 736-741.
3 15
Torrence and G. Compo, A practical guide to Hamill, T.M., 1999: Hypothesis tests for
wavelet analysis, Bull. Amer. Met. Soc. 79 evaluating numerical precipitation
(1998), 61--78. forecasts. Wea. Forecasting, 14, 155-167.
4 16
Astaf'eva N M:"Wavelet analysis: basic Briggs, W.M. and R.A. Levine, 1997:
theory and some applications" Phys. Usp. Wavelets and field forecast verification.
39 1085. Mon. Wea. Rev., 125, 1329-1341.
5 17
Daubechies, I The wavelet transform, time- Murphy, A.H., 1993: What is a good
frequency localization and signal forecast? An essay on the nature of
analysis. IEEE Trans. Information Theory, goodness in weather forecasting. Weather
36, 1990. Forecasting 8:281-293.
6 18
Jang, J.S.R., C.T. Sun and E. Mizutani, 1997. Murphy, A.H and H. Daan, 1985: Forecast
Neuro-fuzzy and Soft Computing: A evaluation. Probability, Statistics, and
Computational Approach to Learning and Decision Making in the Atmospheric
Machine Intelligence. 1st Edn. Prentice Sciences, A. H. Murphy and R. W. Katz,
Hall, Upper Saddle River, NJ. USA. Eds., West view Press, 379-437.

APLIKASI ROC UNTUK UJI KEHANDALAN MODEL HYBMG 41


Kadarsah
19
Case, J.L., J. Manobianco, J. E. Lane, C.D. Damrath, E.E. Ebert, B.G. Brown and S.
Immer, and F.J. Merceret, 2004: An Mason, 2008: Forecast verification:
objective technique for verifying sea current status and future directions.
breezes in high-resolution numerical Meteorol. Appl., 15, 3-18.
30
weather prediction models. Wea. Doblas-Reyes,, F.J., C. A. S. Coelho, D. B.
Forecasting, 19, 690-705. Stephenson, 2008: How much does
20
Olson, R. H., 1965: On the use of Bayes' simplification of probability forecasts
theorem in estimating false alarm rates. reduce forecast quality? Meteorol. Appl.,
Mon. Wea. Rev., 93, 557-558. 15.
21 31
Panofsky, H. A., and G. W. Brier, 1968: Some Murphy, A.H, 1995: The coefficients of
Applications of Statistics to Meteorology. correlation and determination as
The Pennsylvania State University, 224 measures of performance in forecast
pp. verification. Wea. Forecasting,10, 681-
22 688
Murphy, A.H. and R.L. Winkler, 1987: A 32
g e n e r a l f r a m e w o r k f o r f o re c a s t Jolliffe, I.T., and D.B. Stephenson, 2003:
verification. Mon. Wea. Rev., 115, 1330- Forecast Verification. A Practitioner's
1338. Guide in Atmospheric Science. Wiley and
23 Sons Ltd, 240 pp.
Mason, I., 1979: On reducing probability 33
forecasts to yes/no forecasts. Mon. Wea. Mason, S.J., 2008: Understanding forecast
Rev., 107, 207-211. verification statistics. Meteorol. Appl., 15.
24 34
Kain, J.S., M.E. Baldwin, P.R. Janish, S.J. Woodcock, F., 1976: The evaluation of
Weiss, M.P. Kay and G.W. Carbin, 2003: yes/no forecasts for scientific and
Subjective verification of numerical administrative purposes. Mon. Wea.
models as a component of a broader Rev., 104, 1209-1214.
35
interaction between research and Wilks, D.S., 2005: Statistical Methods in the
operations. Wea. Forecasting, 18, 847- Atmospheric Sciences. 2nd Edition.
860. Elsevier, 627 pp.
25 36
Mason, S.J., and N.E. Graham, 1999. Katz, R.W. and A.H. Murphy (eds), 1997:
Conditional Probabilities, Relative Economic Value of Weather and Climate
Operating Characteristics, and Relative Forecasts. Cambridge University Press,
Operating Levels., Weather and Cambridge.
37
Forecasting, 14, 713-725. Richardson, D.S., 2000: Skill and relative
26
Mason, S.J., and N.E. Graham, 2002. Areas economic value of the ECMWF ensemble
b e n e a t h t h e re l a t i v e o p e r a t i n g prediction system. Quart. J. Royal Met.
characteristics (ROC), and relative Soc., 126, 649-667.
38
operating levels (ROL) curves: Statistical Wilks, D.S., 2001: A skill score based on
significance and interpretation., Q.J.R. economic value for probability forecasts.
Meteorol. Soc., 128, 2145-2166. Meteorol. Appl., 8, 209-219
27
Stephenson, D.B., 2000: Use of the "odds
ratio" for diagnosing forecast skill. Wea.
Forecasting, 15, 221-232.
28
Kharin, V., and F. Zwiers. 2003. On the ROC
score of Probability Forecasts . Journal of
Climate, 16, 4145-4150.
29
Casati, B., L.J. Wilson, D.B. Stephenson, P.
Nurmi, A. Ghelli, M. Pocernich, U.

42 JURNAL METEOROLOGI DAN GEOFISIKA VOLUME 11 NOMOR 1 TAHUN 2010 : 32 - 42

Anda mungkin juga menyukai