Anda di halaman 1dari 10

Metodologi III - 1

3.1 MODEL TEST HIDRAULIKA


Model test hidraulika dikembangkan berdasarkan pada kesetaraan (kesebangunan)
antara dua fenomena yang berbeda ukurannya. Pembuatan skala model merupakan pekerjaan
teknik dimana kompromi dibuat dengan hukum kesetaraan untuk menyusun cara praktis
dalam menyelesaikan permasalahan teknik yang sangat kompleks untuk dianalisis secara
teoritis.
Keuntungan utama yang diperoleh dengan pembuatan skala model antara lain adalah:
1). Fenomena aliran pada kondisi lapangan masih belum dapat ditirukan dengan
sempurna oleh software software yang ada di pasaran, untuk dapat
mengetahui karakteristik aliran di lapangan hanya dapat dilakukan oleh model
fisik.
2). Pengaruh non linier belum dapat diselesaikan secara sempurna dengan metode
matematik. Sedangkan model test membuka kemungkinan untuk mereproduksi
pengaruh dan gaya linier maupun non linier dengan baik.
3). Turbulensi dapat direproduksi dengan model secara baik.
4). Hasil pengamatan dalam model dapat ditransfer kedalam kondisi yang ada pada
prototipe.
Dalam merencanakan skala model ada beberapa kondisi yang harus dipenuhi, yaitu antara
lain :
1). Skala model harus disimulasi secara akurat untuk dapat mereproduksi dengan
tepat fenomena aliran yang distudi.
2). Skala model harus konsisten dan dapat memberikan hasil yang sama untuk
kondisi yang sama.
3). Skala model harus sensitif, yang maksudnya adalah bahwa sensitivitas skala
model harus disesuaikan dengan kebutuhan yang diinginkan dalam
mereproduksi proses aliran yang diamati.
4). Skala model harus ekonomis, mengandung pengertian bahwa model yang
terbaik bukanlah model yang terbesar , tetapi skala model yang juga
memperhitungkan pertimbangan ekonomi.
Laporan Model Test Fisik Waduk Santosa
Metodologi III - 2
3.1.1.Tipe Tipe Kesebangunan Hidraulika
Kesebangunan yang dipakai untuk mengembangkan parameter tidak berdimensi pada
hubungan model prototipe terdiri dari kesebangunan geometris, kinematis dan dinamis
dengan mempertimbangkan dimensi.
1). Kesebangunan geometris
Kesebangunan geometris antara model dan prototipe tercapai jika semua
dimensi (ukuran panjang) yang bersesuaian antara model dan prototipe adalah
sama, dan ini merupakan persyaratan utama yang harus dipenuhi oleh skala
model. Perbandingan ini dinamakan skala geometris. Yang termasuk dalam
kelompok kesebangunan geometris adalah :
- Panjang, lebar
- Tinggi, kedalaman
- Luas
- Volume, isi
2). Kesebangunan kinematis
Kesebangunan kinematis antara model dan prototipe terpenuhi jika garis
alirannya serupa secara geometris dan semua besaran yang bergantung waktu
mempunyai perbandingan yang konstan. Perbandingan ini biasa disebut skala
waktu. Yang termasuk dalam kelompok kesebangunan kinematis adalah :
- Waktu
- Frekuensi
- Kecepatan
- Percepatan
- Gravitasi
- Debit
- Debit persatuan lebar
3). Kesebangunan dinamis
Kesebangunan dinamis antara model dan prototipe terpenuhi jika gaya gaya
yang bekerja pada titik titik yang bersesuaian antara model dan prototipe
mempunyai perbandingan yang konstan. Perbandingan ini disebut skala gaya.
Kesebangunan dinamis selalu tercapai dan memasuki kesebangunan kinematis
dan dinamis. Sehingga kunci yang diperlukan adalah menjamin bahwa semua
gaya yang bekerja pada model dapat direproduksi dengan perbandingan konstan
terhadap prototipe. Yang termasuk dalam kelompok kesebangunan dinamis
adalah :
- Massa
Laporan Model Test Fisik Waduk Santosa
Metodologi III - 3
- Impuls
- Viskositas dinamis
- Rapat massa
- Gaya
- Kerja
- Momen
- Energi
- Tegangan permukaan
- Tekanan
- Berat spesifik
- Tenaga
3.1.2 Klasifikasi Skala Model
Klasifikasi skala model dapat dibedakan berdasarkan karateristiknya, gaya yang
dominan, jenis dasar model, jenis aliran dan kompresibilitas fluida.
Berdasarkan karakteristiknya, skala model atau kesetaraan dibedakan menjadi 2
kelompok yaitu :
1). Model fisik , model ini dibagi kedalam 2 kelompok yaitu hidrolik model dan
non hidrolik model. Hidrolik model bekerja pada proses dengan media air,
sedangkan non hidrolik model dengan media bukan air, misalnya gas dan
sebagainya.
2). Model numerik atau model matematik, model numerik berkembang sejalan
dengan perkembangan perangkat komputer dan pada dekade terakhir telah
banyak dipakai diberbagai bidang. Pertanyaan yang muncul dengan
perkembangan program komputer yang begitu pesat kemudian adalah apakah
dimasa mendatang model numerik dapat menggantikan model fisik. Pertanyaan
ini belum dapat terjawab saat ini, karena keterbatasan model numerik
menyebabkan model ini belum dapat dipakai pada bidang-bidang tertentu.
Untuk mendapatkan gambaran kondisi lapangan yang lebih mendetail maka dalam
kasus Bendungan Dung Kurungan digunakan model fisik tiga dimensi untuk dapat
menggambarkan kondisi aliran yang sesuai kondisi lapangan.
Berdasarkan gaya yang dominan, model ini dapat dibedakan menjadi beberapa
kelompok yaitu :
1). Model Froude
2). Model Reynolds
3). Model Newton
4). Model Euler
Laporan Model Test Fisik Waduk Santosa
Metodologi III - 4
5). Model Weber, dan sebagainya.
Dari ke 5 kelompok tersebut di atas, kelompok yang pemakainnya paling luas adalah
Model Froude, yaitu model yang dikembangkan dari gaya gravitasi. Model tes Bendungan
Dung Kurungan dilakukan dengan menggunakan kriteria berdasarkan model Froude, kriteria
model Froude merupakan kriteria model yang paling mendekati kondisi lapangan.
Berdasarkan jenis dasarnya, model ini dapat dibedakan menjadi 2 kelompok
yaitu :
1). Model dasar tetap (Fixed bed model).
2). Model dasar berubah atau bergerak (Moveable bed model).
3.1.3 Skala Model
Prinsip pembuatan skala model adalah membentuk kembali masalah yang ada di
prototip dengan suatu angka pembanding, sehingga kejadian yang ada di model sebangun
dengan kondisi di prototipe.
Ada dua jenis skala yang dapat digunakan dalam uji model test hidraulika, yaitu :
1). Skala model sama (undistorted model)
Skala model sama adalah skala model yang dibuat dengan perbandingan antara
skala horisontal dan vertikal sama.
2). Skala model tidak sama (distorted model)
Skala model tidak sama adalah skala yang dibuat dengan perbandingan antara
skala horisontal dan vertikal tidak sama.
Model test Pelimpah Bendungan Dung Kurungan menggunakan skala horisontal dan
vertikal sama atau skala model sama (undistorted model).
3.1.4 Model Froude (Gaya gravitasi) Skala Model Sama.
Jika gaya gravitasi dominan dalam suatu sistem, maka skala model yang dipakai
berdasarkan bilangan Froude. Bilangan Froude harus sama antara model dan prototipe.
(F
r
)
m
= (F
r
)
p
(3 46 )
m
gL
v

,
_

=
p
gL
v

,
_

(3 47 )
Dimana subskrip m dan p menunjukkan model dan prototipe. Dengan menganggap
bahwa percepaan gravitasi dalah konstan diseluruh muka bumi, maka :
p
m
V
V
=
2
1

,
_

p
m
L
L
(3 48 )
Dalam hal ini L
r
= L
m
/L
p
dinamakan skala geometri.
Laporan Model Test Fisik Waduk Santosa
Metodologi III - 5
Gambar 3.1. Kesebangunan Hidraulika
Dengan demikian maka persamaan (3 - 49) dapat dinyatakan dalam 2 bentuk yaitu
untuk menentukan kecepatan aliran dimana model harus dioperasikan dan untuk menentukan
kecepatan aliran di prototipe berdasarkan kecepatan aliran yang diukur dari model.
V
m
= V
p
. L
r

(1/2)
(3 49 )
V
p
= V
m
. L
r

(1/2)
(3 50 )
Skala lain dapat diturunkan dengan mentransformasikan persyaratan Froude kedalam
bentuk yang lain sebagai berikut :
Q
m
= Q
p
. L
r

(5/2)
(3 51 )
T
m
= T
p
. L
r

(1/2)
(3 52 )
Sedangkan untuk skala Koefisen Chezy dan Manning dapat diturunkan sebagai
berikut :
Rumus Chezy mempunyai bentuk :
V = C hI (3 53 )
Dalam bentuk skala :
n = prototipe / model, maka persamaan di atas menjadi :
nV = nC nL
1/2
nI
1/2
(3 54 )
Mengingat : I =
L
h
, maka :
nL
1/2
= nC nL
1/2

2 / 1
2 / 1
nL
nL
(3 55 )
nC =
2 / 1
1
]
1

nL
nL
= 1 (3 56 )
Rumus Manning mempunyai bentuk :
2 / 1 3 / 2
1
I R
n
V (3 57 )
h b
bh
P
A
R
2 +
(3 58 )
Laporan Model Test Fisik Waduk Santosa
Metodologi III - 6
dengan :
R : jari-jari hidraulik ( m )
P : keliling basah ( m )
b : lebar saluran ( m )
dalam bentuk skala :
nv =
n
n
1
nR
2/3
nI
1/2
(3 59 )
nL
1/2
=
n
n
1
nR
2/3

2 / 1
2 / 1
nL
nL
(3 60 )
Jari-jari hidraulik mempunyai satuan panjang sehingga skalanya sama dengan skala
panjang,
nR = nL (3 61 )
n
n
=
2 / 1
3 / 2
nL
nR
=
2 / 1
3 / 2
nL
nL
= nL
1/6
(3 62 )
Selanjutnya penjabaran skala besaran model secara lebih terinci dapat dipelajari pada
Lampiran A.
Untuk model fisik tanpa distorsi, skala besaran model secara ringkas untuk berbagai
rumus yang diturunkan dari hukum Froude dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Skala Model Tidak Terdistrosi Berdasarkan Hukum Froude
BESARAN LAMBANG NOTASI SKALA BESARAN
- Panjang, tinggi L, h n
L
= n
h
- Kecepatan aliran v n
v
= n
h

- D e b i t Q n
Q
= n
h
5/2

- Waktu aliran T n
t
= n
h

- Kekasaran K n
k
= n
h
- Diameter butir D n
d
= n
h

- Koefisien Chezy C n
C
= 1
- Koefisien Manning n n
n
= n
h
1/6

- V o l u m e V n
V
= n
h
3
3.1.5 Model Froude Skala Model Tidak Sama.
Dalam beberapa kasus diperlukan pembuatan model yang tidak sebangun benar
dengan prototipenya. Khususnya untuk model yang cakupan arealnya sangat luas, misalnya
Laporan Model Test Fisik Waduk Santosa
Metodologi III - 7
sungai yang sangat lebar, estuari, pelabuhan, proses pantai, maka model tidak dapat dibuat
sebesar yang seharusnya.
Dari segi biaya dan ruang lebih diinginkan pembuatan model yang lebih kecil, namun
ini akan menyebabkan kedalaman aliran hanya beberapa milimeter, demikian juga kekasaran
permukaan, sehingga kondisi turbulen tidak dapat tercapai. Oleh karena itu diperlukan jalan
keluar untuk memenuhi kedua persyaratan tersebut sekaligus pertimbangan biaya dan ruang.
Jalan keluar yang dapat ditempuh adalah pembuatan model terdistorsi, yaitu suatu model
dimana skala dimensi horisontal tidak sama dengan skala dimensi vertikal (distorted model),
model jenis ini disebut model tak sebangun.
Pada model tak sebangun skala tegak biasanya diperbesar dalam hubungannya
dengan skala mendatar. Alasan utama untuk pembuatan model tak sebangun adalah
berhubungan dengan tersedianya ruangan, pengoperasian yang mudah dan hasil model yang
memuaskan. Ada beberapa alasan lain yang dapat dikemukakan, mengapa kita perlu
memakai model tak sebangun, yaitu :
1). Mengurangi biaya
2). Memperkecil ruang
3). Mempercepat kecepatan aliran
4). Memperpendek waktu pengujian model
5). Meningkatkan bilangan Reynolds dalam model
6). Memperbaiki secara relatif tingkat akurasi pengukuran
7). Mengurangi kehilangan air dalam model
Model tak sebangun vertikal adalah suatu metode untuk mencapai sedekat mungkin
kesebangunan atau kesetaraan terhadap proses alamiah dengan memperhatikan parameter
karakteristik tertentu yang dominan. Model ini selalu dipakai ketika kesebangunan geometri
model sebangun (undistorted model) secara teknis tidak dapat dibuat.
Disamping alasan pemilihan model terdistorsi tersebut di atas, ada beberapa
keterbatasan dalam membuat model terdistorsi, yaitu :
1). Ketersediaan ruang dalam laboratorium membatasi ukuran maksimum model
yang akan dibuat (scale-limit space).
2). Toleransi maksimum yang diperkenankan dalam membuat model juga
membatasi batas maksimum skala model yang mungkin dibuat.
3). Untuk menghindari kekasaran model yang berlebihan, kekasaran model Km
tidak boleh lebih dari 10 (sepuluh) kali dari kekasaran prototipe Kp. ( Km <=
10 Kp) atau (Ks <= 10). Ketentuan ini juga berperan ikut menentukan skala
model. Ks = Km/Kp.
Laporan Model Test Fisik Waduk Santosa
Metodologi III - 8
4). Jika material granular tidak kohesif (non-cohesive) dipakai untuk model dasar
tidak tetap (moveble bed), ukuran partikel harus cukup besar untuk mencegah
terjadinya transportasi partikel tersebut oleh aliran (smoothness limit).
5). Kapasitas debit maksimum pada laboratorium juga mungkin menjadi penentu
skala model yang dibuat (discharge limit).
Dalam model terdistorsi dikenal apa yang disebut faktor distorsi atau laju distorsi n
yang menyatakan hubungan antara skala horisontal terhadap skala vertikal , n = L
H
/L
V
> 1
untuk model terdistorsi vertikal, dan n = L
H
/L
V
= 1 untuk model tidak terdistorsi.
Perbandingan kuantitas fisik untuk model terdistrosi dan tidak terdistrosi berdasarkan
hukum model Froude dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Perbandingan Skala Model antara Model Terdistorsi dan Tidak Terdistrosi
No Quatitas Fisik Satuan
Tak
Terdistorsi
Terdistorsi
1 Panjang m L
r
L
H
2 Lebar m L
r
L
H
3 Tinggi, kedalaman m L
r
L
V
4 Luas m L
r
2
L
H
.L
V
atau L
H
2
5 Volume m L
r
3
L
H
2
.L
V
6 Waktu dt L
r
1/2
(L
H
.n)
0.5
=(L
H
2
/L
v
)
0.5
7 Frekuensi l/dt L
r
-1/2
(L
H
.n)
-0.5
=(L
H
2
/L
v
)
-0.5
8 Kecepatan m/dt L
r
1/2
(L
H
.n)=L
V
9 Percepatan m/dt
2
L
r
0
1/n = L
v
/L
H
10 Debit m
3
/dt L
r
2.5
(L
H
2.5
/n
1.5
)= L
H
. L
V
1.5
11 Gaya n L
r
3
-
12 Tekanan n/m
2
L
r
L
H
/n = L
V
13 Berat spesifik n/m
3
L
r
0
1/n= L
v
/L
H
14 Bilangan Reynolds - L
r
1.5
(L
H
/n)
1.5
= L
V
1.5
3.2 Pemilihan Skala Model
Pemilihan skala geometris model yang cocok tergantung pada tipe sistem fluida yang
akan distudi, dan bergantung pada ruang yang tersedia untuk membuat model, namun
demikian persyaratan kesetaraan dinamis dapat dipakai juga untuk menentukan skala model,
sebagai contoh skala debit, memungkinkan untuk menentukan kisaran aliran dalam model
yang harus dipakai untuk mensimulasi kisaran debit yang ada pada prototipe.
Laporan Model Test Fisik Waduk Santosa
Metodologi III - 9
Apabila hubungan antar skala dan kesebangunan telah dipenuhi, maka tingkat ketelitian
perlu diperhatikan sehubungan dengan besarnya nilai skala yang digunakan. Pemilihan skala
model umumnya didasarkan pada beberapa pertimbangan sebagai berikut :
1). Tujuan dari pengujian
2). Ketelitian yang diharapkan
3). Fasilitas yang tersedia di laboratorium
4). Waktu dan biaya yang tersedia.
3.3 Pemodelan Pelimpah Bendungan dan Fokus Pengujian
Beberapa bagian prototip yang akan diteliti dalam laboratorium hidraulika akan
dibuat modelnya berdasarkan skala yang dipilih sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
Dalam pemodelan bangunan ini mencakup bagian-bagian bangunan dan daerah di sekitarnya
yang secara hidraulik mempunyai pengaruh terhadap pola pergerakan aliran yang menjadi
fokus pengujian.
Untuk dapat menghasilkan hasil penelitian yang maksimal, maka dalam uji model
test akan dilakukan pengujian sebagai berikut :
1). Geometri daerah tampungan dan alur sungai di bagian hilir Bendungan pada
bagian pelepasan setelah peredam energi. Fokus pengujian pada bagian ini
adalah untuk mempelajari pola aliran di daerah tampungan waduk pada bagian
saluran pengarah, sebelum air mengalir ke pelimpah.
2). Bangunan pelimpah Bendungan dengan saluran pengarahnya. Fokus pengujian
pada bagian ini adalah untuk mempelajari pola aliran di daerah tampungan
waduk sampai mengalir di atas mercu pelimpah.
3). Bangunan saluran transisi, peluncur dan peredam energi. Fokus pengujian pada
bagian ini adalah dimaksudkan untuk mempelajari pola aliran di saluran
transisi, peluncur dan peredam energi. Dalam penelitian ini diamati dan
dianalisa sejauh mana efektifitas peredam energinya serta bagaimana pengaruh
pola aliran terhadap bangunan di hilirnya dan bagaimana pola gerusan yang
mungkin akan terjadi pada alur sungai di hilir peredam energi apabila model
test dibuat dengan skala dasar bergerak (moveble bed model).
4). Bangunan pintu air pada pelimpah (jika ada). Fokus pengujian pada bagian ini
adalah mempelajari pola operasi pintu dan menganalisis koefisien debit pintu
air sebagai dasar pedoman operasi pintu pelimpah saat terjadinya banjir. Selain
pengujian tersebut diatas, juga mempelajari bagaimana pola aliran di depan
pintu pelimpah, apakah terjadi pengaliran yang tenang (steady) atau terjadi
pusaran aliran (vortex). Apabila terjadi pusaran aliran modifikasi apa yang
Laporan Model Test Fisik Waduk Santosa
Metodologi III - 10
harus dibuat dalam model untuk menghindari kondisi aliran yang
membahayakan pada konstruksi bangunan.
Laporan Model Test Fisik Waduk Santosa

Anda mungkin juga menyukai