Anda di halaman 1dari 20

GELOMBANG PADA TALI

Dosen Pembimbing : Ir. I Gusti Ketut Sudipta,M.T.

Disusun oleh :

I Dewa Agung Gede Harya A. 1805511099


Ni Made Intan Mahadewi 1805511100
I Putu Nando Aditya Permana 1805511101
Putu Diah Yusi Jayatri 1805511102

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2019

i
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Mahaesa, yang telah memberikan kesempatan dan
kemampuan untuk dapat menyusun makalah fisika tentang Pantulan, Transmisi pada Tali dan
Resonansi ini. Makalah ini telah kami susun secara berkelompok dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dalam pembuatan
makalah ini, sehingga laporan ini dapat kami berikan kepada Dosen Pembimbing.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kami mohon
maaf atas kesalahan-kesalahan tersebut dan tentunya kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami berharap
semoga makalah fisika tentang Pantulan, Transmisi pada Tali dan Resonansi ini dapat memberikan
manfaat untuk pembaca.

Denpasar, 14 Maret 2019

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ...............................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………1

1.2 Latar Belakang…………………………………………………....1

1.3 Rumusan Masalah………………………………………………...1

Tujuan............................................................................................. 1

Manfaat........................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 2

Pantulan dan Transmisi pada Tali .................................................. 2

2.1.1 Ujung Terikat .............…….…………………………………2

2.1.2 Ujung Bebas ……...…………………………….……..…….2

2.2 Resonansi ..................................………………………………….3

2.2.1 ……………………………………………4

Contoh Soal ................................................................................... 5

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 6

Kesimpulan..................................................................................... 6

3.2 Saran……………………………………………..…..…………..6

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 7

iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gelombang adalah getaran yang merambat, baik melalui medium ataupun tidak melalui
medium. Perambatan gelombang ada yang memerlukan medium, seperti gelombang tali
melalui tali dan ada pula yang tidak memerlukan medium yang berarti bahwa gelombang
tersebut dapat merambat melalui vakum (hampa udara) , seperti gelombang listrik magnet
dapat merambat dalam vakum. Perambatan gelombang dalam medium tidak diikuti oleh
perambatan media, tapi partikel-partikel mediumnya akan bergetar. gelombang dapat
diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu gelombang mekanik dan gelombang
elektromagnetik.
Gelombang mekanik adalah sesuatu yang dapat dibentuk dan dirambatkan dalam zat
perantara bahan elastis. Gelombang ini menyebabkan terjadinnya gerak pada medium
tempat menjalarnya gelombang. Contoh gelombang ini adalah gelombang bunyi,
gelombang permukaan air, dan gelombang pada tali.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana terjadinya Pantulan dan Transmisi pada Tali ?
2. Bagaimana terjadinya Resonansi ?
3. Bagaimana contoh soal dari Pantulan, Transmisi pada Tali dan Resonansi ?
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui bagaimana terjadinya Pantulan, Transmisi pada Tali
2. Untuk Mengetahui Bagaimana terjadinya Resonansi
3. Untuk mengetahui bagaimana contoh soal dari Pantulan, Transmisi pada Tali dan
Resonansi
1.4 Manfaat
1. Agar dapat mengetahui terjadinya Pantulan, Transmisi pada Tali
2. Agar dapat mengetahui terjadinya Resonansi
3. Agar Mahasiswa mengetahui contoh soal dari Pantulan, Transmisi pada Tali dan
Resonansi

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pantulan dan Transmisi pada Tali
Dua macam tali dengan rapat massa yang berbeda disambung dan ditegangkan.
Tali pertama memiliki rapat massa lebih kecil dari tali kedua. Pada salah satu tali
dijalarkan sebuah gelombang kearah sambungan. Bila puls menjalar dari tali pertama
ke tali kedua maka pada waktu puls sampai pada sambungan terjadi suatu puls menjalar
terus pada tali pertama menjauhi sambungan. Gelombang yang menjalar terus pada tali
kedua disebut gelombang transmisi dan gelombang yang kembali disebut gelombang
pantul atau refleksi. Bila suatu puls datang pada tali yang berat menuju tali yang ringan
maka pada waktu puls sampai pada sambungan, akan terjadi gelombang pantul dan
gelombang transmisi, dimana gelombang pantul mempunyai fasa sama dengan
gelombang datang.
2.1.1. Ujung Terikat
Suatu puls gelombang tali datang pada ujung tali yang terikat.
Gelombang pantul mempunyai simpangan yang berlawanan dengan simpangan
gelombang dating atau dikatakan mempunyai fasa yang berlawanan dengan fasa
gelombang datang. Bagian tali yang terikat pada tembok tidak mempunyai
simpangan. Akibatnya jika suatu puls gelombang sampai pada ujung terikat ini,
tali akan melakukan reaksi, sehingga simpangan tali pada ujung terikat selalu
nol. Bentuk puls selama berada di daerah ujung terikat ini, dapat diperoleh
dengan proses khayal sebagai berikut :
Kita bayangkan tali tidak putus pada ikatan tetapi dihubungkan terus
dengan tali khayal. Pada tali khayal menjalar puls gelombang dengan bentuk
sama tapi fasa berlawanan. Jarak puls datang sampai ke tembok selalu sama
dengan jarak puls khayal sampai ke tembok. Pada saat puls datang sampai ke
ujung terikat, puls khayal juga sampai pada tempat tersebut. Simpangan tali
merupakan hasil superposisi kedua puls ini.

Puls khayal ini diperoleh dengan refleksi cermin daripada puls datang terhadap
titik ikat, dan kemudian membuat agar fasanya berlawanan dengan puls datang.
Jika puls datang dengan fungsi gelombang
y1 = f (x-vt),

2
Maka puls pantul ujung terikat adalah :
y2 = -f (-x-vt)
Perubahan x → -x adalah refleksi sepanjang sb-x terhadap titik x = 0, sedangkan
f → -f adalah agar gelombang mempunyai fasa yang berlawanan. Misalkan
gelombang datang berbentuk sinus pada tali y1 = ym sin (kx-ωt)
Maka puls pantul harus mempunyai bentuk
y2 = - ym sin (-kx-ωt) = ym sin (-kx-ωt + 180̊ ).
Jadi untuk gelombang sinus, pembalikan fasa pada gelombang pantul dapat
dinyatakan sebagai “tambahan sudut fasa sebesar 180̊ “ pada fasa gelombang
pantul.
Hasil superposisi gelombang datang dan pantul oleh ujung terikat :
y = y1 + y2 = ym {sin(kx-ωt) + sin(-kx-ωt + 180̊ )}
= ym {sin(kx-ωt) + sin(kx+ωt)}
= 2 ym cos ωt sin kx
Simpangan y merupakan hasil superposisi gelombang datang dan gelombang
pantul.

Puncak gelombang tidak bergeser pada arah x. jadi seluruh bagian tali bersama
melakukan gerak masuk. Gelombang seperti ini disebut gelombang berdiri.
Titik-titik dengan simpangan paling besar disebut perut gelombang berdiri.
Titik-titik lain yang simpangan selalu nol disebut simpul.
Hasil superposisi gelombang datang dan gelombang pantul, menghasilkan
gelombang berdiri, s = simpul, p = perut.
Jadi jarak titik simpul yang satu dengan yang lainnya adalah d = n . 1⁄2
(n = nol bulat, panjang gelombang).

3
2.1.2. Ujung Bebas
Pantulan oleh yang bebas memberikan gelombang pantul tanpa ada
pembalikan fasa.

Dalam gambar ini, tali sebelah kiri sangatlah ringan sehingga dapat kita
anggap sebagai ujung bebas. Ujung bebas dapat dilukiskan dengan suatu
cincin ringan yang dapat bergerak tanpa gesekan.
Untuk gelombang sinus, jika gelombang datang dinyatakan oleh :
y1 = ym sin (kx - ωt)
maka gelombang pantul pada ujung bebas :
y2 = + ym sin (-kx - ωt)
Hasil superposisi kedua gelombang ini memberikan simpangan :
y = y1 + y2
= ym {sin(kx-ωt) - sin(kx+ωt)}
y = 2 ym cos ωt sin kx
Persamaan ini memberikan suatu gelombang berdiri, yang pada ujung (x=0)
simpangannya terbesar.

 Pantulan dan Transmisi pada Sambungan

Pada gambar suatu gelombang datang pada titik sambungan


antara dua tali. Jika tali pertama µ1, dan tali kedua mempunyai rapat
masa µ2, karena tegangan kedua tali ini sama, maka kecepatan jalar
gelombang pada kedua tali ini berbanding sebagai :

4
Jika simpangan gelombang datang dinyatakan oleh yd (x, t),
simpangan gelombang transmisi oleh yt (x, t), dan simpangan
gelombang pantul oleh yp (x, t), syarat kesinambungan pada titik
sambungan dapat di tuliskan sebagai berikut :
yd + yp = yt

Untuk gelombang sinus yang datang dari tali ringan, maka jika
titik sambungan diambil x = 0 dapat dituliskan :
yd (x, t) = Ad cos (k1x – ωt)
yp (x, t) = Ap cos (-k1x – ωt + 180̊ )
yt (x, t) = At cos (k2x – ωt)

Jika kita pergunakan syarat kesinambungan dan pada fungsi


gelombang, kita peroleh :
Ad - Ap = At
K1Ad + k1Ap = k2At

Persamaan dapat ditulis sebagai :

Jadi dapat dituliskan bahwa jika pada tali ringan menjalar gelombang
Y0 (x, t) = A0 cos (k1 x – ωt)

maka pada sambungan dengan tali berat akan terjadi gelombang pantul

dan pada tali berat akan menjalar gelombang transmisi

Jika tali kedua lebih ringan dari tali pertama, maka v2 akan lebih
besar dari v1, akibatnya gelombang pantul menjadi :

5
Berarti gelombang pantul relatip tidaklah terbalik terhadap
gelombang datang.
Kita dapat mengusahakan agar pada sambungan tali tidak terjadi
pantulan, asal kecepatan jalar gelombang pada tali kedua sama dengan
kecepatan pada tali pertama, karena tegangan pada kedua tali adalah
sama. Syarat ini dapat dipenuhi jika rapat masa kedua tali sama. Jadi
meskipun kedua tali lain macamnya, asal keduanya mempunyai rapat
masa yang sama, gelombang tali tidak dapat dibedakan.

2.2. Resonansi

Suatu kawat diberi beban, beban ini akan memberikan gaya tarik T pada kawat.
Massa kawat persatuan panjang (𝜑). Jika ujung lain digetarkan maka mula-mula pada

kawat menjalar gelombang pada kecepatan 𝑣 = √𝑇⁄𝜇 , jika penggetar, mempunyai

frekuensi 𝑓 sudut gelombang 𝑤 = 2𝜋𝑓, dan panjang gelombang 𝜆 = 𝑣⁄𝑓.

Gelombang yang pertama menjalar dari P ke Q. Ujung Q dapat dianggap


sebagai ujung terikat, sehingga gelombang sinus yang datang akan dipantulkan kembali
ke ujung P. Pantulan ini menyebabkan perubahan fasa 180° dan pada tali akan terjadi
suatau gelombang berdiri dengan fungsi gelombang :

𝑦 = 2 𝑦𝑚 cos 𝑤𝑡 sin 𝑘𝑥,

Dimana 𝑦𝑚 adalah amplitude getaran sumber, jika untuk suatu panjang kawat
tertentu (L) beban dinaikan sedikit demi sedikit, sehingga T berubah sebanding berat
beban, maka pada harga-harga T tertentu akan terjadi gelombang berdiri pada kawat.

Amplitudo gelombang berdiri ini jauh lebih besar dari amplitude getaran
sumber, sehingga titik P akan tampak sebagai titik simpul. Keadaan ini disebut keadaan
resonansi.

6
Jadi pada keadaan resonansi fungsi gelombang berdiri :

𝑦 = 𝐴 cos 𝑤𝑡 sin 𝑘𝑥,

Dimana A adalah amplitudo dan jauh lebih besar dari amplitude sumber. Pada
saat resonansi titik P tampak sebagai titik simpul berarti untuk x = -L, y = 0 sehingga,

𝑌𝑥 = 𝐴 cos 𝜔𝑡 sin 𝑘(−𝐿) = 0

atau

2𝐿
Sin kL = 0, yang berarti kL = n 𝜋, atau 𝜆 = disini n = 1,2,3,….
𝑛

Ini berarti bahwa untuk frekuensi sumber tertentu, resonansi akan terjadi apabila harga-
harga beban menimbulkan panjang gelombang tersebut diatas.

Persamaan diatas dapat diteruskan :

𝑣 1 𝑇 𝑛 𝑇
𝑓= = √𝜑 atau 𝑓 = √𝜑
𝜆 𝜆 2𝐿

Ini berarti bahwa untuk harga T tertentu, keadaan resonansi terjadi apabila harga
frekuensi getaran sumber diberikan oleh persamaan :

𝑛 𝑇
𝑓= √
2𝐿 𝜑

 Resonansi dalam tabung gas

7
Bunyi dari suatu pengeras suara yang mengeluarkan bunyi dengan
nada tunggal, menyebabkan getaran pada membran pada salah satu ujung
tabung. Gas mengalir masuk dan kluar lewat lubang-lubang pada bagian
atas tabung. Gas dinyalakan dan memberikan sebarisan api. Jika frekuensi
getaran diubah, maka pada suatu harga tertentu terjadi resonansi dalam
tabung.

Amplitude gelombang berdiri longitudinal menjadi besar dan kita


dapat mengamati nyala apiyang membentuk gelombang. Dengan merubah
frekuensi getaran, kita adapat melihat perubahan panjang gelombang dari
suatu resonansi ke resonansi yang lain.

Pada huruf N dan A menyatakan simpul (nodes) dan perut


(antinodes) untuk simpangan partikel gelombang berdiri. Pada titik simpul
simpangan perubahan tekanan oleh gelombang maksimum. Jadi suatu
simpul simpangan merupakan suatu perut untuk gelombang tekanan.

Partikel pada sebelah menyebelah suatu simpul simpangan


bergerak dengan fasa yang berlawanan, maka kedua partikel ini akan
bergetar saling mendekati dan tekanan disini akan maksimum. Jika kedua
partikel saling bergerak menjauhi, tekanan disini akan minimum.

 Sumber Bunyi

Jika suatu senar yang terikat pada kedua ujungnya di gesek maka getaran
transversal akan menjalar di sepanjang senar dan akan terbentuk
gelombang berdiri. Perpindahan energi dari penggesek kepada senar akan
maksimum pada keadaan resonansi. Getaran resonansi ini akan
menyebabkan gelombang berdiri dalam udara di sekitarnya, dan akan
diteruskan ke dalam telinga kita sebagai musik.
 Resonansi pada senar
Suatu senar yang pada kedua ujungnnya terikat dapat beresonansi pada
harga frekuensi :

𝑛 𝑛 𝑇
𝑓𝑛 = 𝑣= √ , 𝑛 = 1,2,3, …
2𝑙 2𝐿 𝜇

Keterangan :
l = Panjang Senar

8
T = Gaya Tarik
𝜇 = masa per satuan panjang senar
Frekuensi getaran resonansi yang terendah adalah n = 1 yaitu disebut
1 𝑇
frekuensi dasar maka perumusannya menjadi 𝑓 = √𝜇
2𝐿

Frekuensi pada senar terdiri dari frekuensi dasar (nada dasar) dan
frekuensi nada atas (overtunes). Berikut adalah empat buah cara bergetar
resonansi suatu senar yang kedua ujungnya terikat :

1. Frekuensi dasar (nada dasar)


Frekuensi dasar merupakan frekuensi getaran resonansi yang
paling terendah yaitu n = 1, maka dari itu untuk frekuensi nada dasar
1 1 𝑇
dapat dirumuskan dengan 𝑓1 = 2𝑙 𝑣 atau 𝑓1 = 2𝑙 √𝜇.
Pada saat senar digetarkan maka akan terbentuk dua simpul dan
satu perut, menurut ilustrasi di bawah akan terbentuk setengah
gelombang atau dapat dirumuskan :
1
𝑙= 𝜆
2
𝜆 = 2𝑙
2. Frekuensi nada atas pertama
Frekuensi untuk nada atas pertama adalah n = 2, maka frekuensi
1
nada atas pertama dapat dirumuskan dengan 𝑓2 = 𝑙 𝑣 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑓2 =
1 𝑇
√ .
𝑙 𝜇
Pada saat senar digetarkan akan terbentuk tiga simpul dan dua
perut dan juga terbentuk 1 lembah dan 1 gunung sehingga panjang
senarnya adalah 1 gelombang atau 𝜆 = l
3. Frekuensi nada atas kedua
Frekuensi nada atas kedua disebut juga overtune kedua atau
harmonik yang ketiga dengan n = 3, frekuensi nada atas kedua dapat

9
3 3 𝑇
dirumuskan dengan 𝑓2 = 2𝑙 𝑣 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑓2 = 2𝑙 √𝜇. Pada saat digetarkan
3 2
akan terbentuk satu setengah gelombang atau 2 𝜆 maka 𝜆 = 𝑙
3

Begitupun seterusnya sampai nada atas ketiga, keempat, ….dst.,


Getaran yang terjadi tidak hanya mengandung nada dasar saja
namun juga mengandung nada-nada atasnya sehingga gelombang
bunyi yang dihasilkan adalah superposisi gelombang sinus dengan
berbagai frekuensi harmonic dengan amplitude berbeda-beda.
 Pipa Organa Terbuka
Pipa organa terbuka merupakan kolom udara yang bergetar. Jika ujung
pipa terbuka dan suatu aliran udara diarahkan pada pinggir ujung pipa,
maka terbentuklah suatu gelombang longitudinal berdiri pada pipa. Kolom
udara ini akan beresonansi pada harga frekuensi alamnya, yaitu :
𝑛
𝑓𝑛 = 𝑣, 𝑛 = 1, 2, 3, … ….
2𝑙
Keterangan :
v = kecepatan
n = banyaknya setengah panjang gelombang
l = panjang
Dalam pipa organa terbuka, nada dasar membentuk perut (antinodes)
untuk simpangannya kira-kira pada kedua ujung pipa beserta simpul
yang berada di tengah simpangan. Untuk penjelasan lebih lanjut ada
pada tabel di bawah :

Panjang
Nada Frekuensi Ilustrasi
Gelombang

𝑣 1
Nada dasar 𝑓1 = 𝑙= 𝜆
2𝑙 2
𝜆 = 2𝑙

10
𝑣 𝑙 = 1𝜆
Nada Atas
𝑓2 = 𝜆=𝑙
Pertama 𝑙

3
𝑙= 𝜆
Nada Atas 3 2
𝑓3 = 𝑣 2
Kedua 2𝑙 𝜆= 𝑙
3

𝑙 = 2𝜆
Nada Atas 2𝑣 1
Ketiga 𝑓4 = 𝜆= 𝑙
𝑙 2

 Pipa Organa Tertutup


Dalam pipa organa tertutup, ujung tertutup merupakan simpul (nodes).
𝑣
Frekuensi dasarnya kira-kira 4𝑙 karena pada frekuensi dasar hanya
1
terbentuk gelombang. Sedangkan nada-nada atasnya memberikan
4
simpul untuk simpangan pada ujung tertutup dan suatu perut (antinode).
Penjelasan lebih lanjut ada pada table di bawah ini :
Panjang
Nada Frekuensi Ilustrasi
Gelombang

𝑣 1
Nada dasar 𝑓1 = 𝑙= 𝜆
4𝑙 4
𝜆 = 4𝑙

11
3
𝑙= 𝜆
Nada Atas 3 4
𝑓2 = 4
Pertama 4𝑙 𝜆= 𝑙
3

5
𝑙= 𝜆
Nada Atas 5 4
𝑓3 = 4
Kedua 4𝑙 𝜆= 𝑙
5

7
𝑙= 𝜆
Nada Atas 7 4
𝑓4 = 4
Ketiga 4𝑙 𝜆= 𝑙
7

Contoh Pemakaian
Percobaan resonansi dengan menggunakan garpu tala

Suatu bejana berisi penuh air lalu sebuah garputala yang sedang bergetar
diletakkan di ujung terbuka suatu pipa bejana. Lalu, panjang kolom
udaranya kita atur perlahan – lahan dengan cara menurunkan permukaan

12
air. Maka, akan terdengar suara yang semakin lama semakin keras. Lalu,
jika kita turunkan terus permukaan air maka suara akan terdengar semakin
kecil namun semakin lama suara akan semakin keras lagi. Suara yang
paling keras ini adalah waktu kolom udara mencapai panjang a lalu
mengecil dan terdengar keras lagi saat mencapai jarak s, 2s, 3s, ……. Dst.
Suara yang paling keras muncul inilah yang disebut dengan peristiwa
resonansi. Jarak a kira-kira 1/4 𝜆 dan jarak s kira-kira 1/2 𝜆 atau 𝜆 = 2𝑠.
𝑣
Dengan menggunakan rumus 𝜆 = 𝑓 kita dapatkan v = 2sf.

2.2 Contoh Soal


1. (Sub Materi : Ujung Bebas)
Persamaan gelombang pada ujung terikat y = 0,2 sin (5πx) cos (2πt), dengan x
dan y dalam cm dan t dalam sekon. Tentukan :
a. Panjang gelombang
b. Cepat rambat
Jawab :
a. Periode gelombang
y = 0,2 sin (5πx) cos (2πt)
y = 2A sin kx. Cos ωt
diperoleh :
2𝜋
ω = 2π =
𝑇
T=1s
b. Cepat rambat gelombang
𝜔
v=
𝑡
2𝜋
v= = 0,4 𝑐𝑚⁄𝑠
5𝜋

2. (Sub Materi : Ujung Bebas)

3. (Sub Materi : Frekuensi Resonansi)

13
Sepanjang kawat salah satu ujungnya terikat, dan ujung lainnya digetarkan oleh
sebuah sumber penggetar, panjang kawat L = 1,5 m, massa kawat 15 gram/m,
gaya pada kawat F = 54 N. Berapakah freukensi penggetar agar terjadi resonansi
pada kawat ?

Jawab :

Frekuensi untuk terjadi resonansi,

𝑛 𝐹
𝑓= √
2𝐿 𝜌

𝑛 54𝑘𝑔𝑚/𝑑𝑒𝑡 2
= √
2.1,5 𝑚 0,015𝑘𝑔/𝑚

𝑛
= . 60/𝑑𝑒𝑡
3

1
𝑓𝑛=1 = . 60/ det = 20/𝑑𝑒𝑡
3

2
𝑓𝑛=2 = . 60/ det = 40/𝑑𝑒𝑡
3

3
𝑓𝑛=3 = . 60/ det = 60/𝑑𝑒𝑡
3

4. (Sub Materi :

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

1. Sudipta, I Gusti Ketut. 2008. Fisika Dasar II. Universitas Udayana


2. Sutrisno. 1984. Seri Fisika Dasar Gelombang dan Optik. Bandung : ITB

15

Anda mungkin juga menyukai