Anda di halaman 1dari 14

BAB IV

ANALISA LENTUR PENAMPANG PERSEGI

4.1 DASAR TEORI

Sebagaimana diketahui bahwa metode perencanaan yang


dipakai saat ini khususnya yang dituangkan didalam Peraturan beton
(SNI 0328472002) adalah metode kekuatan batas (Ultimit)
mengacu terhadap ACI yang sebenarnya sudah membahas metode
kekuatan batas ini sejak peraturan ACI 1956.

Secara mendasar metode kekuatan batas disini adalah dengan jalan


mengalikan beban kerja dengan faktor tertentu () seperti tertuang
dalam persamaan 3.1 sampai dengan 3.8 untuk mencakup
kemungkinan pelampauan beban dan variasi dari pemisalan yang
digunakan didalam perencanaan. Kekuatan rencana (Kekuatan ultimit)
dari suatu penampang diperoleh dengan jalan mengalikan kekuatan
nominal dengan suatu faktor reduksi kekuatan () untuk
memperhitungkan variasi yang merugikan dari kekuatan bahan,
pengerjaan, dimensi, pengendalian dan tingkat pengawasan,
sekalipun semuanya masih dalam batas toleransi yang dapat diterima.

Sebagai dasar dari perhitungan kekuatan nominal (teoritis) dibahas


oleh F Stussi pada tahun 1932 yang menunjukkan distribusi dari
tegangan tekan untuk suatu balok yang telah mencapai kekuatan
teoritis (nominal) nya seharusnya memiliki bentuk umum seperti
diperlihatkan di dalam gambar 4.1.

C merupakan penjumlahan tegangan-tegangan tekan yang bekerja


pada daerah tekan beton sebesar

C = k1.k3 . f c '.x.b (4.1)

Struktur Beton I 4- 1
cu=reg. hancur k3.fc'

k2.x

ab=1.xb Cc'
xb
d
h

As T=As.fy

s=y=fy/Es
b

(a) Balok bertulangan (b) Kondisi regangan (c) kondisi tegangan Tunggal
bila Mn tercapai Bila Mn tercapai
Gambar 4.1 : Kondisi kekuatan lentur nominal Mn tercapai

sedangkan gaya taik T akibat tulangan tarik sebesar

T = As . f y (4.2)

Keseimbangan mengharuskan C = T, sehingga

As . f y
x= (4.3)
k1.k3 . f c '.b
sehingga kekuatan lentur nominal bisa dihitung

M n = As . f y (d k2 .x ) (4.4)

dengan substitusi x maka diperoleh

k A f
M n = As . f y d 2 s y (4.5)
k1.k3 . f c '.b
Besarnya k2/(k1.k3) berkisar antara 0,55 dengan 0,63

4.2 DISTRIBUSI TEGANGAN PERSEGI DARI WHITNEY

Pada tahun 1930-an Whitney menyarankan penggunaan dari


suatu distibusi tegangan tekan pengganti yang berbentuk persegi

Struktur Beton I 4- 2
yang lebih sederhana dari distribusi tegangan sebelumnya yang
berbentuk parabola.

k3.fc' 0.85fc'
k2.x a/2

x Cc' a=1.x Cc'


d
h

As T=As.fy T=As.fy

(a) Balok (b) Kondisi tegangan (c) Distribusi tegangan


sebenarnya persegi dari whitney
Gambar 4.2 : Distribusi tegangan whitney

Seperti tercantum pada gambar 4.2 dipakai tegangan persegi dengan


besar rata-rata 0,85.fc dengan tinggi a = 1.x , sedemikian hingga a/2
= k2.x. Menurut ACI 318-99M chapter 10 besarnya 1 ditetapkan
sebagai berikut :
1 = 0,85 untuk fc 30 MPa
1 = 0,85 0,05((fc+7) 30) untuk fc > 30 MPa
tetapi nilai 1 tidak boleh diambil kurang dari pada 0,65 (ACI
10.2.7.3)

Dengan menggunakan tegangan persegi ekivalen, kekuatan lentur Mn


dapat diperoleh dengan menggunakan gambar 4.2 sebagai berikut :

C = 0,85. f c '.b.a (4.6)

T = As . f y (4.7)

dengan menggunakan prinsip keseimbangan dengan memisalkan


tulangan mencapai leleh ebelum hancurnya beton maka didapatkan

Struktur Beton I 4- 3
As . f y
a= (4.8)
0,85. f c '.b

a
M n = As . f y d (4.9)
2
Substitusi persamaan (4.8) kedalam persamaan (4.9) didapatkan

A .f
M n = As . f y d 0,59 s y (4.10)
f c '.b

4.3 LENTUR TULANGAN TUNGGAL

Pada dasarnya lentur tulangan tunggal memiliki pengertian


tulangan terpasang hanya pada daerah yang mengalami tarik
sedangkan pada daerah yang mengalami tekan hanya dipasang
tulangan praktis.

Penerapan lentur tulangan tunggal bisa pada elemen balok bisa juga
untuk elemen pelat.

Persamaan kekuatan momen tulangan tunggal mengacu terhadap


gambar 4.3 adalah sebagai berikut :

Cc '= 0,85. f c '.a.b (4.11)

T = As . f y (4.12)

Cc ' = T (4.13)

As . f y
a= (4.14)
0,85. f c '.b

a
M n = Cc ' atauT d (4.15)
2

Struktur Beton I 4- 4
Dalam bentuk lain persamaan (4.3) dapat dituliskan

0,85. f c '.a.b = .b.d . f y

fy
a = . d (4.16)
0,85. f c '
Substitusi persamaan (4.16) kedalam persamaan (4.15) diperoleh

f y
M n = .b.d . f y d d
(4.17)
2 0,85. f c '
dengan membagi persamaan (4.17) dengan bd2 didapatkan koofisien
lawan (coefficient of resistance) yang dinyatakan dengan Rn dan
menuliskan

fy
m=
0,85. f c '
kemudian

Mn 1
Rn = = . f y 1 .m (4.18)
2
2
b.d
dengan memecahkan persamaan pangkat dua pada persamaan (4.18)
maka didapatkan kebutuhan tulangan tarik

1 2.m.Rn

= 1 1 (4.19)
m fy

cu=0.003 0.85fc'

xb ab=1.xb Cc'
d
h

As T=As.fy

s=y=fy/Es
b

Gambar 4.3 : Lentur tulangan tunggal

Struktur Beton I 4- 5
Cc dalam hal ini merupakan gaya yang disebabkan oleh bagian beton
yang mengalami tekan, T adalah gaya yang ditimbulkan akibat
adanya tulangan tarik terpasang sedangkan a merupakan tinggi blok
tertekan untuk elemen beton yang mengalami tekan.

Contoh :
Rencanakan penulangan lentur balok kantilever pada potongan I-I
seperti tergambar

P
q
I
600

I
1.5 m d'=40 mm

300

Adapun dipersyaratkan mutu beton (fc) = 22.5 MPa, Mutu baja (fy) =
400 MPa. Balok kantilever dibebani beban mati merata (qD) = 4 t/m
(belum termasuk berat sendiri balok), beban hidup merata (qL) = 2
t/m. Seperti tampak dalam gambar ada beban terpusat mati di ujung
balok kantilever (PD) = 3 t, sedangkan beban terpusat di ujung balok
kantilever (PL) = 1,5 ton. Berat jenis beton (BJ) = 2400 kg/m3

Penyelesaian :
Perhitungan beban :
Beban mati : BS balok 0,30 x 0,6 x 2400 = 432 kg/m
qD 4000 = 4000 kg/m
Total qD = 4432 kg/m
PD = 3000 kg
Beban hidup qL = 2000 kg/m
PL = 1500 kg
q(ult) = 1,2.4432 + 1,6.2000 = 8518,4 kg/m

Struktur Beton I 4- 6
Perhitungan momen :
M(ult) = 8518,4 x 1,5 x 1,5/2 = 9583,2 kg-m
= 3000 x 1,2 x 1,5 = 5400 kg-m
= 1500 x1,6 x 1,5 = 3600 kg-m
M(ult) = 18583,2 kg-m
= 185.832.000 N-mm

185.832.000
Mn = = 232.290.000 N mm
0,8
d = 600 40 10 19/2 =540,5 mm

232.290.000
Rn = = 2,65
300 x540,52
0,85 x0,85 x 22,5 600
b = = 0,0244
400 600 + 400
max = 0,75 x0,0244 = 0,0183
1,4
min = = 0,0035
400
400
m= = 20,915
0,85 x 22,5

1 2.20,915.2,65
= 1 1 = 0,0072
20,915 400

min < < max
As = 0,0072 x 300 x 540,5 =1167,5 mm2
1167,5
n= = 4,12buah pasang 5 buah
0,25 xx19 2
Kontrol :
300 40 40 10 10 (5 x19)
1. jarak = 26,25mm > 25mm
4
2. Kemampuan penampang

Struktur Beton I 4- 7
As(aktual) = 5 x0,25 xx19 2 = 1417,64mm 2
d(aktual) = 600 40 10 19/2 = 540,5 mm

1417,64 x 400
a= = 98,83mm
0,85 x 22,5 x300
98,83
M n = 0,85 x 22,5 x98,83 x300 540,5 = 278.463.426,5 Nmm
2
M n = 278.463.426,5 N mm > Mn = 232.290.000 N mm
Gambar Sketsa :
5D19

600
2D19

300

4.4 LENTUR TULANGAN RANGKAP

Definisi : Lentur tulangan rangkap merupakan salah satu


metoda atau cara perencanaan tulangan lentur yang mana
kemampuan penampang untuk memikul lentur merupakan kombinasi
dari tulangan tarik (As) dan tulangan tekan (As) dikalikan lengannya.

Adapun langkahnya bisa dilakukan dengan melakukan coba-coba garis


netral (x) sampai dengan tulangan tarik sudah tidak mampu lagi
untuk memikul momen akibat beban luar, sehingga diperlukan adanya
tulangan tekan.

Struktur Beton I 4- 8
cu=0.003 0.85fc' 0.85fc'

Cs'
As' xb ab=1.xb
Cc'
d
h

As T1=As.fy T=As.fy

s=y=fy/Es
b

(a) Penampang tulangan (b) Diagram (c) Diagram (d) Diagram


rangkap regangan tegangan tegangan
Gambar 4.4 : Diagram tegangan regangan lentur tulangan rangkap

Didalam perencanaan tulangan rangkap ini pada prinsipnya


penampang beton yang tertekan dibuat sekecil mungkin dengan cara
membuat posisi garis netral yang letaknya lebih mendekati pada
tulangan tekan atau As dengan tetap memperhatikan komposisi
tulangan tarik (As) dan tulangan tekan (As)

Seperti terlihat pada gambar 4.4. (c) sebenarnya merupakan


komponen tegangan tulangan tunggal dengan komponen beton
tertekan Cc dan komponen tulangan tarik T1 dengan tetap
memperhatikan prinsip keseimbangan bahwa Cc sama dengan T1
atau dalam arti lain dapat dituliskan persamaan matematikanya
sebagai berikut :

Cc ' = T1 (4.20)

0,85. f c '.a.b = Asc . f y (4.21)

adapun kemampuan penampang untuk memikul momen tulangan


tunggal

a
M n1 = Cc ' d (4.22)
2

Struktur Beton I 4- 9
Apabila ternyata kemampuan penampang tulangan tunggal seperti
tertuang pada persamaan 4.22 tidak mampu memikul momen yang
terjadi yang diakibatkan beban luar dan beban dirinya sendiri maka
diperlukan bantuan tulangan tekan seperti terlihat pada gambar
4.4.(d). Dalam hal ini juga berlaku prinsip keseimbangan yang mana
Cs sama dengan T2 atau dapat dituliskan

Cs ' = T2 (4.23)

apabila tulangan tekan leleh maka,

As '. f y = Ass . f y 4.24)

kemampuan pikul momen bila tulangan tekan leleh,

M n2 = Ass . f y (d d ") (4.25)

apabila tulangan tekan tidak leleh maka,

As '. f s ' = Ass . f y (4.26)

kemampuan pikul terhadap momen bila tulangan tekan tidak leleh,

M n2 = Ass . f s ' (d d ") (4.27)

kemapuan total penampang yang direncanakan tulangan rangkap


untuk memikul momen merupakan penjumlahan kemampuan momen
akibat penampang beton tertekan Cc dengan akibat tulangan tekan
Cs sehingga,

M n = M n1 + M n2 (4.28)

Adapun tinggi blok beton tertekan bisa diperoleh dengan,

C =T (4.29)

C = Cc '+Cs ' (4.30)

T = T1 + T2 (4.31)

dengan menyelesaikan persamaan 4.29 diperoleh,

Struktur Beton I 4- 10
( As As ') f y
a= (4.32)
0,85. f c '.b
atau,

As . f y As ' f s '
a= (4.33)
0,85. f c '.b
Adapun langkah perencanaan tulangan rangkap sebagai berikut:
1. Ambil suatu harga x 0,75 Xb

600
xb = .d
600 + f y
2. Ambil Asc berdasarkan x Rencana

0,85.1. fc'.b.x
Asc =
fy
3. Hitung Mnc

.x
M nc = Asc . f y d 1
2
4. Hitung Mn Mnc
Apabila : Mn Mnc > 0 Perlu tulangan tekan
Mn Mnc 0 Tidak perlu tulangan tekan
5. Bila perlu tulangan tekan maka

M n M nc
Cs ' = T2 =
(d d ")
6. Kontrol tulangan tekan leleh

d"
f s ' = 1 600 f y leleh fs = fy
x
d"
f s ' = 1 600 < f y tidak leleh fs = fs
x
7. Hitung tulangan tekan perlu dan tulangan tarik tambahan

Struktur Beton I 4- 11
Cs ' T2
As ' = Ass =
( f s '0,85. f c ') fy
8. Tulangan perlu
As = Asc + Ass
As = As
9. Kontrol kekuatan
.Mn Mu

Contoh :
Rencanakan penulangan lentur balok kantilever pada
potongan I-I seperti tergambar

P
q
I
600

I
1.5 m d'=40 mm

300

Adapun dipersyaratkan mutu beton (fc) = 22.5 MPa, Mutu baja (fy) =
400 MPa. Balok kantilever dibebani beban mati merata (qD) = 4 t/m
(belum termasuk berat sendiri balok), beban hidup merata (qL) = 2
t/m. Seperti tampak dalam gambar ada beban terpusat mati di ujung
balok kantilever (PD) = 3 t, sedangkan beban terpusat di ujung balok
kantilever (PL) = 1,5 ton. Berat jenis beton (BJ) = 2400 kg/m3

Penyelesaian :
Perhitungan beban :
Beban mati : BS balok 0,30 x 0,6 x 2400 = 432 kg/m
qD = 4000 kg/m
Total qD = 4432 kg/m
PD = 3000 kg

Struktur Beton I 4- 12
Beban hidup qL = 2000 kg/m
PL = 1500 kg
q(ult) = 1,2.4432 + 1,6.2000 = 8518,4 kg/m

Perhitungan momen :
M(ult) = 8518,4 x 1,5 x 1,5/2 = 9583,2 kg-m
= 3000 x 1,2 x 1,5 = 5400 kg-m
= 1500 x1,6 x 1,5 = 3600 kg-m
M(ult) =18583,2 kg-m
= 185.832.000 N-mm
d = 600 40 10 19/2 = 540,5 mm (prediksi)

600
xb = .540,5 = 324,3mm
600 + 400

x direncanakan 85 mm

0,85.0,85.22,5.300.85
Asc = = 1036,3mm 2
400
0,85.85
M nc = 1036,3.400 540,5 = 209.080.775,5 N mm
2
185.832.000
M n M nc = 209.080.775,5
0,8
M n M nc = 23.209.224,5 N mm
M n M nc 23.209.224,5
Cs ' = T2 = = = 48.252,02 N
(d d ") (540,5 59,5)
59.5
f s ' = 1 600 = 180MPa < f y = 400 MPa tidak leleh
85
48.252,02
As ' = = 299,93mm 2
(180 0,85.22,5)

Struktur Beton I 4- 13
48.252,02
Ass = = 120,63mm 2
400
Sehingga :
As = 1036,3 + 120,63 = 1156,93 mm2
As = 299,93 mm2
1156,93
n= = 4,08bh pasang 5 buah
0,25 x3,14 x19 2
Kontrol :
300 40 40 10 10 (5 x19)
1. jarak = 26,25mm > 25mm
4
2. Kemampuan penampang

As(aktual) = 5 x0,25 xx19 2 = 1417,64mm 2


As (Aktual) = 2 0,25 19 2 = 567,06mm 2
d(aktual) = 600 40 10 19/2 = 540,5 mm

(1417,64.400 567,06.180)
a= = 81.04mm
0,85 x 22,5 x300
81,04
M n = 0,85 x 22,5 x81,04 x300 540,5
2
= +567,06.180(540,5 59,5)
M n = 281.570.255,5 N mm > M n = 232.290.000 N mm
Gambar Sketsa :
5D19

600
2D19

300

Struktur Beton I 4- 14

Anda mungkin juga menyukai