PROGRAM

201 DIPLOMA 4 TEKNIK

1 SIPIL
FTSP ITS
BAHAN AJAR
MEKANIKA REKAYASA 3
PROGRAM DIPLOMA 3 TEKNIK SIPIL

MEKANIKA TEKNIK
STATIS TAK TENTU
BAHAN AJAR

2014
BOEDI
WIBOWO

BOEDI WIBOWO
KAMPUS DIPLOMA TEKNIK SIPIL – JLN. MENUR 127
S U RA B AYA
 KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Allah

SWT , karena dengan rachmat NYA kami
bisa menyelesaikan
BAHAN AJAR MEKANIKA TEKNIK STATIS TAK
TENTU .
Bahan ajar ini diharapkan dapat membantu
proses belajar mengajar di Program
Diploma 4 Teknik Sipil , selain diktat yang
sudah ada .
Mata kuliah Mekanika Teknik Statis Tak
Tentu ini merupakan ilmu dasar keahlian
yang harus dipahami mahasiswa Teknik
Sipil , dimana pada bahan ajar ini diberikan
cara perhitungan statika untuk Konstruksi
Statis Tak Tentu .
Oleh karena itu mahasiswa harus
memahami secara benar , sehingga
diperlukan membuat sajian materi dalam
bentuk bahan ajar .
Bahan ajar ini dibuat dalam bentuk yang
lebih rinci lengkap dengan contoh soal dan
penjelasannya .
2
 MATERI

.PENGERTIAN DEFORMASI
. PERHITUNGAN DEFORMASI
BALOK DAN
PORTAL DENGAN CARA UNIT
LOAD.
. PERHITUNGAN PENURUNAN
TITIK SIMPUL
PADA KONSTRUKSI RANGKA
BATANG .
. PERHITUNGAN STATIKA
DENGAN CARA
CONSISTENT DEFORMATION .
3
 . PERHITUNGAN STATIKA
DENGAN CARA
CROSS.
. PERHITUNGAN STATIKA
DENGAN CARA
MATRIX ( METHODE
KEKAKUAN )
. GARIS PENGARUH BALOK
MENERUS .
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
PROGRAM D4 TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN - ITS
MATA KULIAH KODE Rumpun BOBOT SEM Direvisi
MK (sks) EST
ER
MEKANIKA TEKNIK RC ILMU T= P=0 III 18 JULI 2014
STATIS TAK TENTU 146313 DASAR 3

OTORISASI Koordinator Koordinator RMK Ka PRODI

MK
TTG TTG TTG

Capaian Progra
Pembelaja m
ran MK Studi
Mampu memberikan berbagai alternatif penyelesaian masalah teknik
sipil terapan yang dihadapi
Mampu diberikan tanggung jawab sebagai pimpinan dalam
kelompoknya
Memiliki sikap jujur
Mata
Kuliah
Mampu menghitung deformasi pada balok , portal dan rangka batang
statis tertentu
Mampu menghitung dan menggambar bidang momen , normal dan
4
 lintang pada konstruksi balok , portal statis tak tentu dengan cara
consistent deformation , cross dan metode kekakuan .

Diskripsi Bahan
Bahan Kajian
Kajian & Deformasi balok , portal maupun titik simpul pada KRB , menghitung
Topik dan menggambar bidang momen , normal dan lintang pada konstruksi
Bahasan statis tak tentu .
Garis pengaruh balok statis tak tentu

Topik
Bahasa
n
Dalam Matakuliah ini mahasiswa akan mempelajari pokok bahasan-
pokok bahasan sebagai berikut:
DEFORMASI : menghitung deformasi balok , portal statis tertentu ,
menghitung penurunan titik simpul pada KRB
KONSTRUKSI STATIS TAK TENTU : pengertian dasar , perhitungan statika
dengan cara “ CONSISTENT DEFORMATION dan “ CROSS “ maupun “
ANALISA STRUKTUR METHODE MATRIX “
GARIS PENGARUH : menghitung dan menggambar garis pengaruh balok
menerus .
Pustaka Utama :
1. Bahan ajar Mekanika Teknik Statis Tak Tentu D4 Teknik Sipil ,
BOEDI WIBOWO
2. Struktur Statis Tak Tentu, Chu Kia Wong Ph.D, Ir. Herman Widodo S

Penduku
ng :

1.. Analisa Struktur Lanjutan Jilid 1 , Chu Kia Wong PH, D, Kusuma Wirawan & Mulyadi Nata
Prawira

Media KULIAH , LATIHAN

Pembelaja SOAL KULIAH ,
ran LATIHAN SOAL
,TUGAS

Team ESTUTIE MAULANIE , RIDHO BAYUAJI , IBNU PUDJI RAHARDJO , BOEDI

Teaching WIBOWO
Assessme Tugas dan ujian
nt
Matakulia Mekanika Teknik Statis Tertentu dan Mekanika Teknik Tegangan
h Syarat
Mg Sub- Materi Metode / Assessment
Ke- Capaian Pembelajaran Strategi Indikator Bentuk Bob
Pembelaja Pembelaja ot
ran MK ran
[ Estimasi

5
 Waktu]
(1) Mahasiswa Menghitung Kuliah , Ketepatan
mampu deformasi balok latihan soal menghitu
menghitung statis tertentu [TM: ng
3x50”)]
deformasi dengan cara unit defleksi
pada balok load dan rotasi
pada
NO 1 Halaman 6 balok
– 13

NO 2 Halaman
21 - 23

(2) Mahasiswa Menghitung Kuliah , Ketepatan Tugas 5%

mampu deformasi portal latihan soal menghitu menghitu
menghitung statis tertentu ,tugas ng ng
[TM: deformasi
deformasi dengan cara unit penuruna
3x50”)] pada
pada portal load n, balok
pergesera maupun
NO 1 Halaman 6 n dan portal
– 13 rotasi
NO 2 Halaman pada
35 - 42 portal

(3) Mahasiswa Menghitung Kuliah , Ketepatan

mampu penurunan titik latihan soal menghitu
menghitung simpul dengan [TM: ng
3x50”)]
penurunan cara α koefisien penuruna
titik simpul n titik
pada NO 1 Halaman simpul
konstruksi 21 – 28 pada KRB
rangka NO 2 Halaman
batang 65 - 75

(4) EVALUASI 20
KE 1 UJIAN %
(5) Mahasiswa Pengertian Ketepatan
mampu konstruksi statis Kuliah , menghitu
meng- tak tentu beserta latihan soal ng dan
[TM:
identifikasi aplikasinya . menggam
3x50”)]
perbedaan Menghitung dan bar
konstruksi menggambar bidang
statis bidang M , N , D M,N,D
tertentu pada balok statis pada
dengan tak tentu dengan balok
konstruksi CARA statis tak
statis tak CONSISTENT tentu
6
 tentu dan DEFORMATION
juga
mampu NO 1 Halaman
menghitung 29 - 36
statika
konstruksi
statis tak
tentu

(6) Mampu Menghitung dan Kuliah , Ketepatan

menghitung menggambar latihan soal menghitu
statika bidang M , N , D [TM: ng dan
3x50”)]
konstruksi pada portal statis menggam
statis tak tak tentu dengan bar
tentu cara CONSISTENT bidang
DEFORMATION M,N,D
pada
NO 1 Halaman portal
37 - 42 statis tak
tentu

(7,8) Mampu Menghitung dan Kuliah , Ketepatan Tugas 5%

menghitung menggambar latihan soal menghitu menghit
statika bidang M , N , D , tugas ng dan ung dan
[TM: mengga
konstruksi pada balokdan menggam
2x(3x50”)
statis tak portal tetap statis bar mbar
]
tentu tak tentu dengan bidang bidang M
cara CROSS M,N,D ,N,D
pada pada
NO 1 Halaman portal balok
43 -60 statis tak statis tak
tentu
tentu

(9) EVALUASI UJIAN 20

KE 2 %

(10,1 Mampu Menghitung dan Kuliah , Ketepatan Tugas 5%

1) menghitung menggambar latihan soal menghitu menghitu
statika bidang M , N , D ,tugas ng dan ng dan
[TM: menggam
konstruksi pada portal tetap menggam
2x(3x50”) bar
statis tak dan bergoyang ] bar bidang
tentu statis tak tentu bidang M,N,D
dengan cara M,N,D pada
CROSS pada portal
portal statis tak
NO 3 Halaman statis tak tentu .
tentu
7
 61- 71

(12) Mampu Menghitung dan Kuliah , Ketepatan

menghitung menggambar latihan soal menghitu
statika bidang M , N , D [TM: ng dan
3x50”)]
konstruksi pada balok statis menggam
statis tak tak tentu dengan bar
tentu cara METHODE bidang
KEKAKUAN M,N,D
pada
NO 3 Halaman balok
72- 85 statis tak
tentu

(13) EVALUASI UJIAN 20

KE 3 %
(14) Mampu Menghitung dan Kuliah , Ketepatan 5%
menghitung menggambar latihan soal menghitu
statika bidang M , N , D [TM: ng dan
3x50”)]
konstruksi pada portal tetap menggam
statis tak statis tak tentu bar
tentu dengan cara bidang
METHODE M,N,D
KEKAKUAN pada
portal
NO 3 Halaman tetap
86-89 statis tak
tentu

(15,1 Mampu Mampu Kuliah , Ketepatan Tugas 5%

6) menghitung menghitung dan latihan soal menghitu menghitu
dan menggambar garis , tugas ng dan ng dan
[TM: menggam
menggamb pengaruh reaksi , menggam
2x(3x50”) bar garis
ar garis D dan M ] bar garis pengaruh
pengaruh pengaruh balok
balok statis NO 1 Halaman
menerus
tak tentu 90-98

(17,18 EVALUASI KE 4 DAN REMIDI

)
UJIAN 20 %
Catatan :
1 sks = (50’ TM + 60’ BT + 60’ BM)/Minggu
T = Teori (aspek ilmu pengetahuan)
TM = Tatap Muka (Kuliah)
BT = Belajar Terstruktur
BM = Belajar Mandiri

8
 PROGRAM DIPLOMA TEKNIK SIPIL KOD
MATA KULIAH MEKANIKA TEKNIK
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN E RC 090419
PERENCANAAN DAN KELAS : STATIS TAK TENTU . MK:
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH
DOSEN 1. SKS
NOPEMBER

KONTRAK KULIAH & 2.

MATERI PEMBELAJARAN
3
1
PENGAMPU 2

MINGGU KE KOMPETENSI MATERI PEMBELAJARAN

1 2 3
1 -3 Mampu Menghitung deformasi pada balok dengan cara V
menghitung UNIT LOAD
deformasi pada
konstruksi statis Menghitung deformasi pada portal dengan cara V
tertentu baik balok UNIT LOAD
maupun portal , Menghitung penurunan titik simpul dengan cara V
mampu α Koefisien
menghitung Pengertian konstruksi statis tak tentu dan
penurunan titik aplikasi di lapangan .
simpul pada
Konstruksi Rangka
Batang .
4 EVALUASI 1 V
5-8 Mampu meng Menghitung dan menggambar bidang momen , V
identifikasi normal dan lintang pada balok dengan cara
perbedaan antara CONSISTENT DEFORMATION
Konstruksi statis
tak tentu dengan Menghitung dan menggambar bidang momen , V
Konstruksi statis normal dan lintang pada portal dengan cara
tertentu . CONSISTENT DEFORMATION
Mampu Menghitung dan menggambar bidang momen , V
menghitung statika normal dan lintang pada balok dengan cara
konstruksi statis CROSS
tak tentu
Menghitung dan menggambar bidang momen , V
normal dan lintang pada portal tetap dengan
cara CROSS
9 EVALUASI 2 V
10 -12 Mampu Menghitung dan menggambar bidang momen ,
menghitung statika normal dan lintang pada portal tetap dengan
konstruksi statis cara CROSS

9
 tak tentu . Menghitung dan menggambar bidang momen , V
normal dan lintang pada portal bergoyang
dengan cara CROSS
Menghitung dan menggambar bidang momen , V
normal dan lintang pada balok dengan cara
ANALISA STRUKTUR METODE MATRIX
( METHODE KEKAKUAN )
13 EVALUASI 3 V

14-16 Mampu Menghitung dan menggambar bidang momen , V

menghitung statika normal dan lintang pada portal tetap dengan
konstruksi statis cara ANALISA STRUKTUR METODE MATRIX
tak tentu dan ( METHODE KEKAKUAN )
menggambar garis Menghitung dan menggambar garis pengaruh V
pengaruh balok reaksi perletakan pada balok statis tak tentu
menerus .
Menghitung dan menggambar garis pengaruh M V
dan D pada balok statis tak tentu

17-18 EVALUASI 4 V
Tanda Tangan Dosen Pengampu
Dosen 1 Dosen 2
(Koordinator)
PERNYATAAN:
Dengan ini saya menyatakan bersedia
memberikan materi sesuai
kesepakatan yang telah ditetapkan di
borang ini.

10
 DEFORMASI

DEFORMASI ( PERUBAHAN BENTUK )

DEFLEKSI ( PENURUNAN / PERGESERAN )

ROTASI ( PERPUTARAN SUDUT )

∆,δ
θ,ϕ

q t/m

A θA B ∆VB θC
C

A
B
11
 ∆VA ΘA

CARA UNIT LOAD

∆,θ =

M = PERSAMAAN MOMEN AKIBAT BEBAN LUAR .

m = PERSAMAAN MOMEN AKIBAT BEBAN UNIT .

APABILA DITANYAKAN :

* ∆V , BEBAN UNIT P= 1 VERTIKAL . arah beban unit terserah ,

hanya

* ∆H , BEBAN UNIT P = 1 HORISONTAL . kalau hasil ∆ maupun θ

negatif

* θ , BEBAN UNIT M =1 maka arah deformasi

diatas

12
 kebalikan dari arah beban
unit .

ARAH MOMEN UNTUK PERSAMAAN DISEPAKATI SEPERTI GAMBAR

DIBAWAH INI .

CONTOH SOAL .

4T
HITUNG BESAR PENURUNAN DI

TITIK B
DARI KONSTRUKSI DAN

A EI B 2 EI C
BEBAN SEPERTI DISAMPING.

2m 8m

4
T

A B C

P =1
C

AB 0<X<2 EI M = - 4X m=0

13
 A 4T A

BC 0<X<8 2 EI M = -4 ( 2 + X ) m = - 1X

4T 2m X 1 X

B B

∆=
8

∆VB =
0

= ) = 938,6667 / 2 EI ( hasil positif , arah

sama dengan beban unit )

1 t/m 2T
CARI BESAR PENURUNAN DI C

2EI EI EI
A 8m B 4m C 2m D

1 t/m 2T
CARI PERSAMAAN M

A B C D

CARI PERSAMAAN m

A B P =1 D
14
DC 0<X<2 EI M = + 2X
m=0

2T

DD

CB 0<X<4 EI M= +2 ( 2+ X ) m=
- 1X

X C 2m X

P =1

BA 0<X<8 2EI M= +2 (6+X )+ 1X.1/2.X m

= -1 ( 4+ X )

X 4m 2m 2T X
4m

½x B C D
B C

∆ VC =

∆ VC = ) dx

4 8

∆ VC =
0 0

15
∆ VC =

∆ VC =

( karena hasil negative arah berlawanan

dengan arah

beban unit )

4T
A B C D
HITUNG BESAR ΔVC
DAN ѲC

EI 2 EI

2m 4m 10 m

16
 4T
A

gambar bisa dipakai utk M

B C D
3,5
T 0,5
∑ MD = 0 VA.16 – 4. 14 = 0 VB = 3,5 T VD = 0,5 T
T

P=1

gambar dipakai utk m ΔVC

B C D
0,37
0,625 5
∑ MD = 0 VA . 16 – 1. 10 = 0 VB = 0,625 VD = 0,375

M=1

gambAR dipakai utk m ѲC

B C D
0,06
0,062 25
5 =0
∑ MD VA . 16 + 1 = 0 VB = - 0,0625 VD = 0,0625

AB 0<X<2 EI M = +3,5 X mΔVc = + 0,625 X

mѲc = - 0,0625 X

X X
X

3,5 0,625
0,0625

BC 0<X<4 EI M = + 3,5( 2+ X ) – 4X mΔVc =

+0,625( 2+X ) mѲc = -0,0625(2+X)

17
 A 2m B Xm A 2m B Xm A
2m B Xm

3,5 0,625
0,0625

DC 0<X<10 2EI M = - 0,5 X mΔVc = - 0,375 X

mѲc = -0,0625X

D D
D

0,5 0,375
0,0625

∆Vc =

2 4 10

= 0 0 0

= =

18
∆Vc =

2 4 1
0

0 0 0

Θc = 1,06062/EI

19
 q = 1 t/m

A B 3T EI KONSTANT

HITUNG BESAR PENURUNAN

DI TITIK A

5m

3m

q = 1t/m

A B 3T A
B

P=1

Cari M Cari m

C
C

AB 0<X<3 EI M = - 1 X. 1/2 X m
= +1X

Q = 1X P=1

BC 0<X<5 EI M = - 3.1,5 + 3X = - 4,5 + 3X

m = + 1.3 = + 3

20
 3T 3T P=1

1,5 m X 3m X

∆ VA =

3 5

+ = + =
0 0

+ = -

Δ VA = 34 , 875 / EI

21
 2T 1T

1t/m HITUNG BESAR

ΔVD

B 2EI C 2EI D 2EI E

EI

4m

1m A 6m 2m

2T 1T

1t/m

B 2EI C 2EI D 2EI E

EI gambar ini untuk mencari persamaan

M

4m

1m A 6m 2m

B 2EI C 2EI D 2EI E

22
 EI P =1

4m gambar ini untuk mencari

persamaan m

1m A 6m 2m

BATANG ED 0<X<2 2EI M = +1X.1/2X + 1X

m =0

Xm P=1 Xm

Q= 1X

BATANG DC 0<X<6 2EI M = +1(2+X) + 1/2( 2+X ) 2

= + 4 + 3X + 1/2 X2
m = -1X

Xm q = 1t/m 1T Xm

D 2m E
D 2m E

Q = 1( 2 + X ) P =1

23
BATANG BC 0<X<1 2EI M= -2X-1/2 .1.X 2
m=0

2T Xm Xm

B Q B

BATANG CA 0<X<4 EI M = 1.8 + 1.8.4 -2.1 -1.1.0,5 =

37,5 m = -1.6 = -6

2T 1T

1t/m

B 2EI C 2EI D 2EI E

Q = 2T EI Xm Q=8T

Mata melihat keatas

1m A 6m 2m

B 2EI C 2EI D 2EI E

EI X m P=1

Mata melihat keatas

24
∆ VD =

6 4

=
0 0

HITUNG BESAR Δ Hc
4T EI KONSTANT

A 1,8 m 1,8 m
c

4m 2, 4 m
C
2,4m

c= m

X 4T

A B

1,8 = 0,6X
X=3

25
gambar ini untuk mencari persamaan M C
2,4=0,8X

A B

X 0,6 X

gambar ini untuk mencari persamaan m C

P= 1

MENCARI ∆ HC

CB 0<X<3 EI M=0 m = + 1.0,6.X

0,6X

P=1

BA 0<X<4 EI M= + 4X m = + 1.1,8 = +1,8

4T

X
X

1,8 m

P=1

26
 4
=
0

PENURUNAN TITIK SIMPUL PADA KONSTRUKSI

RANGKA BATANG .

METHODE α KOEFISIEN .

27
 α = GAYA BATANG AKIBAT BEBAN UNIT YANG
DIBEBANKAN PADA TITIK

SIMPUL YANG DITANYAKAN PENURUNANNYA .

P = S = GAYA BATANG AKIBAT BEBAN LUAR YANG

BEKERJA .

L = PANJANG BATANG.

E = MODULUS ELASTISITAS BAHAN .

A = LUAS PENAMPANG DARI BATANG.

HITUNG PENURUNAN PADA TITIK G

C D E
BEBAN PADA
BATANG FG ADALAH q = 1 t/m

4 BEBAN HARUS
M DITEMPATKAN PADA
A B
TITIK SIMPUL
F G
E = 2.106 KG/ CM2
3 3 3
A = 10 CM2
M D M E M
28

A F 1,5 1,5 G B
 C
KARENA BEBAN
DAN KONSTRUKSI

SIMETRIS MAKA VA
= VB = 1,5 T

MENCARI S
TITIK A
S
AC = 0 1,5 + S AC = 0 S AC = - 1,5 T
S
A AF HASIL S AC NEGATIF, ARTINYA ARAH
PEMISALAN

1,5 SALAH , ARTINYA S AC BUKAN BATANG

TARIK T

TETAPI BATANG TEKAN. S AC = 1,5 T

( TEKAN )

=0 S AF = 0

TITIK C
S
HASIL S AC ADALAH 1,5 T
C CD
TEKAN , MAKA
S CF
1,5 COS α PADA TITIK SIMPUL C
T S ARAH S AC MENEKAN
S CF CF
SIN α TITIK C

29
 =0 1,5 - S CF SIN α = 0 S CF = 1,5 / SIN α =
1,875 T

S CF = 1, 875 T ( TARIK )

=0 + S CD + S CF COS α =0 SCD = - 1,875 . 0,6 = - 1,125 T

SCD = 1,125 T ( TEKAN )

PAKAI CARA RITTER .

MENCARI S DE DAN S EF ,DIPOTONG BATANG S DE, S EF , S FG

CENTRUM KEKUATAN BATANG DE ADALAH TITIK F

= 0 ( LIHAT KANAN POT )

S
- S DE . 4 – 1,5 .6 + 1, 5 . 3 = 0 DE
4
S DE = - 1, 125 T M S
S EF SIN
EF
S DE = 1, 125 T ( TEKAN ) F α

1,5
1,5
6 T
T
M

BATANG S EF ADALAH BATANG YANG TIDAK MEMPUNYAI CENTRUM

KEKUATAN BATANG , KARENA BATANG S DE DAN BATANG S FG TIDAK
AKAN MUNGKIN BERPOTONGAN .

=0 + 1, 5 – 1, 5 – S EF SIN α = 0

S EF = 0

∑ V =0 S DF = 0 S DF

UNTUK MENCARI BATANG S GF , S GE DAN S EB, DIPOTONG KETIGA

BATANG TERSEBUT . LIHAT KANAN POTONGAN .

S
E 30
EB

S S
S GE G1,5 3 EB B 1,5
a
 SIN α = a / 3 a = 3 SIN α
4 a = 3 . 4 / 5 = 12 / 5 M
M

MENGHITUNG S GF =0 + S GF . 4 – 1, 5 . 3 = 0

S GF = 1, 125 T ( TARIK )

MENGHITUNG SEB =0 - S EB . 12/5 – 1,5 . 3 = 0

S EB = - 1, 875 T S EB = 1, 875
( TEKAN )

MENGHITUNG S GE =0 + S GE . 3 – 1, 5 . 3 = 0

S GE = 1,5 T ( TARIK )

TITIK B

SEB COSα ∑H=0 - SBG + SEB COS α = 0

SBG SBG = + 1,875 . 0,8 = 1,5 T

( TARIK )
1,5
T

MENCARI α

31
 P =1 DI BEBANKAN PADA TITIK SIMPUL YANG DITANYAKAN
PENURUNANNYA .
C D E ∑ MB = 0 VA.9 – 1.3 =
0

VA = 0,333 VB =
0,667

4m

B
A G
F P=1
S
3m 3m 3m

TITIK A
α
AC = 0 0,333 + α AC = 0 α AC = -
α
0,333 A AF
HASIL S AC NEGATIF, ARTINYA ARAH
PEMISALAN

SALAH , ARTINYA S AC BUKAN BATANG

TARIK
0,333
TETAPI BATANG TEKAN. α AC =
0,333 ( TEKAN )

=0 α AF = 0

TITIK C
α
HASIL α AC ADALAH 0,333
C CD
TEKAN , MAKA
α CF
COS α PADA TITIK SIMPUL C
0,33
α ARAH α AC MENEKAN
3
α CF CF
SIN α TITIK C

32
 =0 0,333 - α CF SIN α = 0 α CF = 0,333 / 0,8
= 0,41625

α CF = 0,41625 ( TARIK )

=0 + α CD + α CF COS α =0 α CD = - 0,41625 . 0,6 = - 0,24975

α CD = 0,24975 ( TARIK )

PAKAI CARA RITTER .

MENCARI α DE DAN α EF ,DIPOTONG BATANG α DE, α EF , α FG

CENTRUM KEKUATAN BATANG DE ADALAH TITIK F

= 0 ( LIHAT KANAN POT )

α
- α DE . 4 – 0,667 .6 + 1 . 3 = 0 DE
4
α DE = -0,2505 M α
α EF SIN
EF
α DE = 0,2505 ( TEKAN ) F α
P=
0,66
6 1
7
M

BATANG α EF ADALAH BATANG YANG TIDAK MEMPUNYAI CENTRUM

KEKUATAN BATANG , KARENA BATANG α DE DAN BATANG α FG TIDAK
AKAN MUNGKIN BERPOTONGAN .

=0 + 0,667 – 1 – α EF SIN α = 0

α EF = - 0,41625 α EF = 0,41625
( TEKAN )

UNTUK MENCARI BATANG α GF , α GE DAN α EB, DIPOTONG KETIGA

BATANG TERSEBUT . LIHAT KANAN POTONGAN .
33
α
EB
 E
SIN α = a / 3 a = 3 SIN α
4 α a = 3 . 4 / 5 = 12 / 5 M
α
M GE
EB
α B
GF a

G 1 0,66
7
3
M
MENGHITUNG α GF =0 + α GF . 4 – 0,667 . 3 = 0

α GF = 0,5 ( TARIK )

MENGHITUNG α EB =0 - α EB . 12/5 – 0,667 . 3 = 0

α EB = - 0,03335 α EB = 0,03335
( TEKAN )

MENGHITUNG α GE =0 + α GE . 3 – 0,667 . 3 = 0

α GE =0,667 ( TARIK )

∑V=0 α DF = 0

α DF

TITIK B

αEB COSα ∑H=0 - αBG + αEB COS α = 0

αBG αBG = 0,03335 . 0,8 =

0,02668( TARIK )
0,66
7

34
TABEL PERHITUNGAN PENURUNAN DI G

BATAN α S KG L CM E A CM2 Δ CM α.Δ

G KG/CM CM
2

AC - - 4.102 2.106 10 -0,03 +0,009

0,333 1,5.103 9

AF 0 0 3.102 2.106 10 0 0

CF +0,41 +1,875. 5.102 2.106 10 +0,046 +0,019

625 103 9 512

CD +0,24 - 5.102 2.106 10 - -

975 1,125.1 0,0281 0,0070 DI
03 2 23 JUMLAH
DE - - 5.102 2.106 10 - +0,007
0,2505 1,125.1 0,0281 044
03 2

EF - 0 5.102 2.106 10 0 0
0,4162
5

GF + 0,5 +1,125. 3.102 2.106 10 +0,016 +0,008

35
 103 875 437

GE + +1,5 . 4.102 2.106 10 +0,03 +0,020

0,667 103 01

EB - - 5.102 2.106 10 -0,0469 +0,001

0,0335 1,875.1 571
03

GB +0,02 + 1,5 . 3.102 2.106 10 +0,022 +0,000

668 103 5 6

DF 0 0 4.102 2.106 10 0 0

ΔV DI G = 0,06 CM

PENGERTIAN TENTANG KONSTRUKSI STATIS TAK

TENTU

SENDI A MEMPUNYAI
REAKSI VA DAN HA

A B ROL B
MEMPUNYAI REAKSI VB

JEPIT A MEMPUNYAI REAKSI VA ,

HA DAN MA

A B

KONSTRUKSI DIATAS ADALAH KONSTRUKSI STATIS TERTENTU ,

KARENA JUMLAH REAKSI

36
TIDAK LEBIH DARI TIGA , SEHINGGA BISA DIHITUNG DENGAN
MEMAKAI PERSAMAAN

KESETIMBANGAN . ( ∑ H = 0 , ∑ M = 0 , ∑ V = 0 )

JADI KONSTRUKSI STATIS TAK TENTU ADALAH SUATU KONSTRUKSI

YANG MEMPUNYAI

REAKSI PERLETAKAN LEBIH DARI TIGA , SEHINGGA UNTUK

MENGHITUNG REAKSI

PERLETAKANNYA DIBUTUHKAN PERSAMAAN LAGI SELAIN TIGA

PERSAMAAN

KESETIMBANGAN DIATAS . PERSAMAAN TERSEBUT ADALAH

PERSAMAAN DEFORMASI.

2 REAKSI 1 REAKSI 3 REAKSI

1 REAKSI
3 REAKSI

2 REAKSI

MENENTUKAN DERAJAT ATAU TINGKAT KESTATIS TIDAK

TENTUAN

CARA MENENTUKAN ATAU MENGHITUNG DERAJAT/ TINGKAT

KESTATIS TIDAK TENTUAN

1 . JUMLAH REAKSI PERLETAKAN DIKURANGI 3

37
2 . JUMLAH GAYA KELEBIHAN YANG HARUS DIHILANGKAN AGAR
KONSTRUKSI MENJADI

KONSTRUKSI STATIS TERTENTU .

CARA PERTAMA

A 3 REAKSI 3 REAKSI B N=6

–3=3

KONSTRUKSI DIATAS DISEBUT KONSTRUKSI STATIS TAK TENTU

TINGKAT 3

CARA KEDUA , KONSTRUKSI DIATAS DIJADIKAN KONSTRUKSI

STATIS TERTENTU .

GAYA KELEBIHAN YANG

DIBUANG

A B ADALAH VB , HB , MB

KARENA YANG DIBUANG ADALAH TIGA REAKSI MAKA KONSTRUKSI

DIATAS DISEBUT

KONSTRUKSI STATIS TAK TENTU TINGKAT 3 .

38
 PENYELESAIAN DENGAN CARA CONSISTENT
DEFORMATION

1. KONSTRUKSI STATIS TAK TENTU DIANGGAP DULU SEBAGAI

STATIS TERTENTU DENGAN

MENGHILANGKAN GAYA KELEBIHAN .

A B

KONSTRUKSI STATIS TAK

TENTU

A B DIATAS DIJADIKAN STATIS

TAK TENTU

DENGAN MENGHILANGKAN

GAYA KELEBIHAN VB

A B
KONSTRUKSI STATIS TAK TENTU

DIATAS
DIJADIKAN STATIS TAK TENTU

DENGAN MENGHILANGKAN

GAYA KELEBIHAN MA

2. MENGHITUNG BESAR DEFORMASI AKIBAT BEBAN LUAR

YANG BEKERJA .

GAYA KELEBIHAN V , HITUNG Δ v

GAYA KELEBIHAN H , HITUNG Δ h

39
 GAYA KELEBIHAN M , HITUNG θ

3. DITEMPAT DIMANA GAYA KELEBIHAN DIHILANGKAN

DIBEBANKAN BEBAN UNIT ,

DICARI JUGA DEFORMASINYA . ( BEBAN LUAR TIDAK

DIGUNAKAN LAGI )

GAYA KELEBIHAN V , HITUNG δv

GAYA KELEBIHAN H , HITUNG δh

GAYA KELEBIHAN M, HITUNG

4. TENTUKAN PERSAMAAN CONSISTENT DEFORMATION

UNTUK MENDAPATKAN

BESAR GAYA KELEBIHAN YANG DIHILANGKAN .

5. DARI HASIL DIATAS , MAKA DAPAT DICARI SELURUH REAKSI

PERLETAKANNYA

DAN BIDANG MOMEN , NORMAL DAN LINTANG DAPAT

DIGAMBAR .

CONTOH .

A B C

GAYA
LELEBIHAN VB

Dengan
gambar disamping cari ΔVB

A B C

VB =1

40
 Dengan gambar disamping
cari δVbb

A B C

PERSAMAAN CONSISTENT DEFORMATION ΔVB + VB . δVbb

=0

VB DAPAT DIHITUNG .

4T
SELESAIKAN SOAL INI DENGAN

CARA
CONSISTENT DEFORMATION

A EI B 2 EI C gaya
kelebihan VB

2m 8m AB 0<X<2 EI

M =4- 4X
T
m=0

A B C
BC 0<X<8 2 EI

M = -4 ( 2 + X )

VB= m = -1 X
1
A C
B
8

∆VB =
0

= ) = 938,6667 / 2 EI

8
δVbb = dx = ( ) = 170,6667 /2EI
0
41
∆VB + VB .δVbb = 0 938,6667 / 2EI + VB . 170,6667 /2EI =0 VB
=- 5,5 T VB = 5,5 T

Hasil VB negatip , maka arah VB berlawanan

dengan arah VB =1

4T 4TM ∑ MC = 0 MC – 4.10
+5,5.8 =0

MC = -4 TM MC =
4TM

5,5 T 1,5 T

4T

8TM 4T 1,5 T 8TM 4TM 1,5 T

1,5T 1,5T

4 4
T T 8TM
42
 M

4TM

4T
A B C D
GAYA KELEBIHAN VC

EI 2 EI

2m 4m 10 m

4T
A
mencari ∆ VC

gambar bisa dipakai utk M

B C
3,5 D 0,5
T T
VC = 1 mencari δ V cc

gambar bisa dipakai utk m

B C D
0,37
0,625 5

AB 0<X<2 EI M = +3,5 X m = + 0,625 X

43
BC 0<X<4 EI M = + 3,5( 2+ X ) – 4X m = +0,625( 2+X
)

DC 0<X<10 2EI M = - 0,5 X m = - 0,375 X

∆Vc =

2 4 10

= 0 0 0

= =

∆Vc =

2
δVcc = dx =

2 4 10

0
0
0
=

44
 ∆Vc + Vc .δ Vcc = 0 =0 Vc = - 1,85 T Vc =

1,85 T

A B 4T C D
∑ MD = 0

EI 2 EI VA. 16 – 4.14 +
1,85.10=0

2m 4m 10m
VA = 2,34 T

2,34 T 1,85 T 0,19T VD = 4 –

2,34 – 1,85

4T 1,9 TM
V D = 0,19 T

2,34 T 1,66T 0.19 T 0,19 T

2,3 ∑ MC=0 2,3
4T 0,1
4T
D +MC –
0,19.10 = 0

MC= + 1,9 TM
1,6 1,6
6T 6T

1,9TM M
MB = +2,34.2 = 2,68TM

q = 1 t/m
45
 A B 3T EI KONSTANT

GAYA KELEBIHAN ADALAH

VA

5m

3m

q = 1t/m

A B 3T A
B

VA = 1

Cari ∆ VA Cari δ V aa

C
C

AB 0>X>3 EI M = - 1 X. 1/2 X m
= +1X

BC 0>X>5 EI M = - 3.1,5 + 3X = - 4,5 + 3X

m = + 1.3 = + 3

∆ VA =

3 5

+ = + =
0 0

46
 + = -
3
5

δ V aa = + 0
0

= + +

∆ VA + VA . δ V aa = 0 VA =

- 0,646 T

VA = 0.646 T

A B A
B 3,646T

3T
6,44 TM 3T

0,646 T 0,646T
3,646T

6,44 TM

8,56 TM
8,56TM

C C

3,646 T 3T
3,646 T

47
 ∑MC = 0 + MC – 0,646 . 3 – 3.1,5 + 3.5 = 0 MC = -
8,56 TM

BATANG AB ∑ MB = 0

+ MB – 0.646 . 3 – 3.1,5 = 0 MB = 6,44 TM

3,646

0,646 3,646

6,44

48
6,44

8,56

4T EI KONSTANT

A 1,8 m 1,8 m
c

4m 2, 4 m
C 2,4m

c= m

X 4T

A B

1,8 = 0,6X
X=3

gambar ini untuk mencari ∆HC dan persamaan M C

2,4=0,8X

A B

49
 X 0,6 X

gambar ini untuk mencari δHCC dan persamaan m C

HC =1

MENCARI ∆ HC

CB 0<X<3 EI M=0 m = + 1.0,6.X

BA 0<X<4 EI M= + 4X m = + 1.1,8 = +1,8

4
=

0
3 4

0 0

Karena hasil negative arah HC

berlawanan dengan arah HC =1

HA 4T

A B

VA ∑H=0 HA = 3,56 T

∑V=0 VA = 4 T C

50
 ∑ MA = 0 + MA – 3,56.1,8 + 4.4 =0
3,56 T

MA = - 9,6 TM

4T

A 6,4 T B

6,4TM

4T 9,6 TM

∑MB = 0 +MB – 3,56 .1,8 =0 3,56

SINα

MB = + 6,4 TM α

C
3,56

DCB = -3,56 SINα = -3,56 . 0,6 = - 2,14 T 3,56

COSα

NCB = + 3,56 COSα = 3,56.0,8 = 2,85 T

3,56 T 2,85 T

N 2,85 T

4T 4T

51
 D

2,14 T

9,6 TM

6,4 TM 6,4

PENYELESAIAN DENGAN CARA CROSS

1. ANGKA KEKAKUAN

PERLETAKAN : JEPIT – JEPIT K = 4EI / L

JEPIT – SENDI / ROL K= 3EI / L

2. FAKTOR DISTRIBUSI ( μ )
CONTOH :

EI 2EI EI

A 4m B 8m C 2m D

52
 (∑μ=1)

INGAT ∑ FAKTOR DISTRIBUSI PADA SATU TITIK SIMPUL =

1

μ CB = 1 μ CD = 0

DALAM SOAL DIATAS PERLETAKAN ROL DI B HARUS

DIANGGAP JEPIT , SEDANG

PERLETAKAN SENDI DI C TETAP DIANGGAP SEBAGAI SENDI .

UNTUK MUDAHNYA PENENTUAN DIATAS , CARANYA

MUDAHNYA SEBAGAI BERIKUT :

APABILA KITA ITU TITIK B , LENGAN KANAN DIPEGANGI

TITIK A , SEDANG YANG KIRI

DIPEGANGI TITIK C , MAKA PERLETAKAN DI B HARUS

DIANGGAP JEPIT .

APABILA KITA ITU TITIK C , LENGAN KANAN DIPEGANGI

TITIK B , SEDANG YANG KIRI

DILEPAS ( KARENA TITIK D ADALAH BEBAS ) , MAKA

PERLETAKAN DI C TETAP SEBAGAI

SENDI .

3. MOMEN PRIMAIR ( MF )

UNTUK ARAH MOMEN DISEPAKATI

SEPERTI GAMBAR DISAMPING .

ARAH MOMEN PRIMAIR MENGEMBALIKAN

ARAH LENDUTAN .

53
 q

A Lm B MF AB =
2
+ 1/12.q .L

Lm MF BA = -
2
1/12 . q.L

P ton MF AB =

A B

MF BA =

am bm a=b MFAB = -

MFBA=

Lm

A B MF
2
AB = + 1/8 . q .L

Lm

P ton

54
 A B MF AB
= + 3/16. P .L

Lm

½L ½L

½L MF AB = + 3/16 . P .
L

P ton

½L

4. MOMEN DISTRIBUSI .

MOMEN DISTRIBUSI = - ∑ MOMEN PRIMAIR PADA SATU TITIK

KUMPUL X FAKTOR DISTRIBUSI

AGAR TIDAK LUPA HARGA NEGATIF DIDEPAN , MAKA FAKTOR

DISTRIBUSI DITULIS NEGATIF

PADA TABEL MOMEN DISTRIBUSI ( TABEL CROSS ) .

5. MOMEN INDUKSI .

FAKTOR INDUKSI = 1/2

PERLETAKAN JEPIT – JEPIT , DAPAT SALING INDUKSI .

PERLETAKAN JEPIT – SENDI ATAU JEPIT – ROL , SENDI ATAU ROL

HANYA BOLEH MEMBERI

INDUKSI KE PERLETAKAN JEPIT , TETAPI TIDAK BOLEH

MENERIMA INDUKSI DARI

PERLETAKAN JEPIT .

CONTOH :

q = 1t/m 4T
55
 A B C
D

EI EI 4m 2EI

2m 3m 8m

μ BA : μ BC = 0 : KBC μ BA = 0 μ BC = 1

μ CB : μ CD = KCB : KCD = 3EI/3 : 4.2EI / 8 = EI :

EI

μ CB = 0,5 μ CD = 0,5

MOMEN PRIMAIR .

MF BA = - 2.1.1 = - 2 TM

MF CB = - 1/8.1.32 = - 1,125 TM ( MF BC = 0 ,karena

titik B dianggap sendi )

MF CD = - MF DC = 1/8 . 4 . 8 = + 4 TM

TITIK B C D

BATANG BA BC CB CD DC

FD 0 -1 - 0,5 - 0,5 -

MF -2 -1,125 +4 -4
MD
MD 0 +2 -1,4375 - 0
BA = (
1,4375
MBADi
MI XXXX +1 0 - + jumlah
0,71875

MD 0 0 -0,5 -0,5 0

MI

MD

MOMEN
AKHIR

MBC ) . FD BA = ( -2 + 0 ) . 0 = 0

56
 MD CB = ( MCB + MCD ) . FD CB = ( -1,125 + 4 ) .
(- 0,5 ) = - 1,4375

MI BC = 0 ( KARENA SENDI B TIDAK BOLEH

MENERIMA INDUKSI )

MI CB = 1/2 . MBC = 1/2 . ( + 2 ) = + 1

MI DC = 1/2 . MCD = 1/2 . ( - 1,4375 ) = - 0,71875

MOMEN AKHIR DIDAPAT DARI PENJUMLAHAN

MOMEN .

UNTUK PERHITUNGAN PORTAL , HARUS DIBEDAKAN ANTARA

PORTAL TETAP DAN PORTAL

BERGOYANG .

n = 2 . jumlah titik simpul – ( 2 . jumlah jepit + 2 .jumlah sendi +

jumlah rol + jumlah batang )

n = 2.3 – ( 2.1 + 2.0 + 1 + 2 ) = 1 > 0

PORTAL BERGOYANG

57
CONTOH SOAL

1 t/m 4T
2 t/m

2 EI 2 EI
EI
E
A 6m B 4m C 4
m D 4m

µ BA : µ BD = = EI : EI µ BA = 0,5 µ

BD = 0,5

µ DB : µ DE = = EI : 0,75 EI µ DB = 0,57 µ

DE = 0,43

2
MF BA = -1/8 . 1 . 6 = - 4,5 TM MF BD = - MF DB = 1/8 .
4 . 8 = 4 TM

MF DE = + 1/8 .2 . 4 2 = + 4 TM kalau P tidak ditengah

bentang pakai rumus

MF BD = + P.a.b2/ L2 MF DB = -
2 2
P.b.a / L

TITIK B
D

BATANG BA BD DB DE
FAKTOR - 0,5 - 0,5 - 0,57 - 0,43
DISTRB.
MF - 4,5 +4 -4 +4
58
MD + 0,25 + 0,25 0 0
MI 0 0,125
MD 0 0 - -
0,07125 0,05375
MI 0
-0,035625
MD + + 0 0
0,0178125 0,0178125
MOMEN - 4,23 + 4,23 - 3,94 + 3,94
AKHIR

1 t/m 4T
2 t/m

2,3 4,23 3,7 2,04 4,23 3,94 1,96

4,99 3,94 3,01

A 6m B 4m C 4m
D 4m E

D
2,3
4,99

2,04 2,0

1,96
1,96

3,7
3,01

M
4,23
3,94

59
 2,645 3,93
2,06

q = 1t/m P=4T q = 2t/m

2m
A
B EI EIC
D 2EI
am
6 m 4 4
m m

µ BA : µ BC = µ BA = 0,5 µ BC = 0,5

µ CB : µ CD = µ CB = 0,5 µ CD =

0,5

MF BA = - 1/8 . 1 . 62 = - 4,5 TM

MF BC = - MF CB = + 1/8 . 4 . 4 = 2 TM

MF CDF = - MF DC = + 1/12 . 2 . 42 = + 2,667 TM

60
 TITIK B C D
BATANG BA BC CB CD DC
FD - 0,5 - 0,5 - 0,5 - 0,5
MF - 4,5 +2 -2 + 2,667 - 2,667
MD + 1,25 + 1,25 - 0,3335 - 0,3335 0
MI - 0,16675 + 0,625 0 - 0,16675
MD + + - 0,3125 - 0,3125 0
0,083375 0,083375
MI - 0,15625 + - 0,15625
0,041687
5
MD + + - -
0,078125 0,078125 0,020843 0,020843
75 75
MOMEN - 3,09 + 3,08 -2 +2 - 2,99
AKHIR

q = 1 t/m 4T
q = 2 t/m

A B C
D

3,09 3,09 E 2 2
2,99

2,485 3,515 2,272 1,728

3,752 4,248

2,485 2,272 2,272

3,752

D
61
 3,515 1,728 1 728
4,248

AB
CD

DX = 0 2,485 – 1X =0 X = 2,485 m DX =0
3,752 -2X =0 X = 1,876 m

Mmax = 2,485. 2,485 – 1.2,485 .1/2 . 2,485 M max=

3,752.1,876 – 2.1,876.1/2.1,876 -2

= 3,088 TM =
7,039 – 3,519 – 2 = 1,52 TM

ME = 2,272 .2 – 3,09 = 1,454 TM

3,515
M
2
2,99

1,454

3,088

q = 1 t/m 5T

A
D B C

2m
62
EI KONSTANT

E 5T

2m
n=2.4 – ( 2.1 + 2.1 +1 + 3 ) = 0
F
portal tetap

3m 4m 4m

µ BA : µ BD : µ BF =

µ BA = 0,44 µ BD =

µ BF =

MF BA = - 1/8 . 1 . 32 = - 1,125 TM

MF BD = + 1/8 .5 . 8 = + 5 TM MF DB = - 5 TM

MF BF = + 3/16 . 5 . 4 = + 3,75 TM

63
 TITIK B
D

BATANG BA BF BD DB
FAKTOR - 0,44 - 0,34 - 0,22 -
DIST
MF - 1,125 + 3,75 +5 -5
MD - 3,355 - 2,5925 - 1,6775 0
MI 0 - 0,83875
MD 0 0 0 0

MOMEN - 4,48 + 1,16 + 3,32 - 5,84

AKHIR

∑ MB = 0 ( OK )

q= 1t/m 5T

A 2,79 B
D 2,79

4,48 5,115 3,32 C 5,84

0,007 2,93 2,185

2,815

1,16 2,79 balok FB ∑ MB = 0

HF MISAL

E 5T - HF.4 + 5.2 – 1,16

=0 HF = 2,21 T

HB = 5 – 2, 21= 2,79
T

balok BD ∑MD=0 VB
MISAL

F 2,21 VB.8 -3,32 – 5.4 +

5,84 = 0

5,115 VB =2,185 T
VD=5-2,185 = 2,815T

64
Balok AB ∑ MB= 0 VA MISAL

VA.3 – 3.1,5 + 4,48 = 0 VA = 0,007 T

2,79

5,115

5,115

0,007 2,185

2,79

2,93
2,815

Bat AB DX =0 0,007-1X=0

2,79 D
X= 0,007 m DARI A

2,21
5,84

4,48

3,32

1,16

MX = 0,007X- 1X.1/2 X

65
 Mmax = 0 5,42
X=0,007 m

M 4,42 Mmax =
0,007.0,007- 1.0,007.1/2.0,007

Mmax = 0

ME = 2,21 . 2 = 4 ,42 TM

2 t/m
6T

E F
G D

C 2m

H 4T
4m

4m A 6m B 2
m 2m

n = 2.6 – ( 2.2 + 2.1 + 1 + 5 ) = 0 portal tetap

µ EC : µ EF : µ EA =

µ EC = 0,31 µ EF = 0,28 µ EA = 0,41

µ FE : µ FB : µ FD =

µ FE = 0,28 µ FB = 0,41 µ FD = 0,31

MOMEN PRIMAIR

MF EC = - 1/8 . 2. 42 = - 4 TM

MF EF = - MF FE = + 1/12 . 2 . 62 = + 6 TM

66
MF FD = + 3/16 . 6 . 4 = + 4,5 TM

MF EA = - MF AE = 1/8 . 4 . 4 = + 2 TM

TTK E A F B
BATA EC EA EF AE FE FD FB BF
NG
FD -0,31 -0,41 -0,28 - -0,28 -0,31 -0,41 -
MF -4 +2 +6 -2 -6 + 4,5 0 0
MD -1,24 -1,64 -1,12 0 +0,42 +0,46 +0,61 0
5 5
MI 0 +0,21 + 0,82 -0,56 0,3075
MD - - - 0 +0,15 +0,17 +0,20 0
0,065 0,086 0,058 68 36 96
1 1 8
MI 0 +0,07 - - +0,114
84 0,0430 0,029 8
5 4
MD - - - 0 0,008 0,009 0,012 0
0,024 0,032 0,021 23 11 05
3 1 9
MAKH -5,33 +0,24 +5,09 -2,86 -6 +5,15 +0,85 +0,42
IR

1 t/m 1t/m 6T

1,665 E 0,32 0,32F D

11,18 10,44

C 5,33 5,09 6
5,15

2,67 5,33 5,85 6,15

4,29 1,71

0,24 1,345 0,85 0,32

H 4T

2,86
0,42

67
 2,655
0,32

A B

11,18 10,44

1,665 0,32

1,665

11,18 10,44

5,85 4,29

2,67 1,345

1,71

5,33 2,655 6,15

0,32

68
 6

5,33

5,09

0,24 0,85

3,56 3,42

2,45

12,02

2,86 0,42

q = 1t/m

B C
1m
A F 4T 3m
1m

3m 6m 4
m

n = 2.5 – ( 2.2 + 2.1 + 0 + 4 ) = 0 portal tetap

µ BA : µ BC : µ BE = ( 3,5 )

µ BA = 0,38 µ BC = 0,19 µ BE = 0,43

69
 µ CB : µ CD =

µ CB = 0,45 µ CD = 0,55

MF AB = - MF BA = + 1/12 . 1 . 32 = + 0,75 TM

MF BC = MF CD = + 1/12 . 1 . 62 = + 3 TM

MF BE = + 3/16 . 4 . 2 = + 1,5 TM

TITIK A B D
C
BATAN AB BA BC BE CB CD DC
G
FD - - 0,38 - 0,19 - 0,43 - 0,45 - 0,55 -
MF + 0,75 - 0,75 +3 + 1,5 -3 0 0
MD 0 - - 0,7125 - + 1,35 + 1,65 0
1,425 1,612
5
MI - + 0,675 + +
0,7125 0,35625 0,825
MD 0 - -0,12825 - +0,1603 + 0
0,2565 0,2902 125 0,19593
5 7
MI - + - +
0,1282 0,080156 0,06412 0,0979
5 2 5 7
MD 0 - - - + +0,0352
0,0304 0,015229 0,0344 0,02885 69
6 7 67 6
M - 0,09 -2,45 + 2,90 - 0,45 - 1,88 + 1,88 +
AKHIR 0,92

FREE BODY DIAGRAM

6,485 0,09 6,485 4,71 1 t/m 4,71

5,44 2,83

A 2,45 2,27 B 3,17 2,90 1,88 2,83

4,71

0,27 1,775

F 0,45 1,88

70
 4T 0,92

E 2,225

5,44 4,71

BE ∑ MB = 0 - HE.2 + 4.1 + 0,45 = 0 HE = 2,225 T HB =

1,775 T D 2,83

CD ∑ MD = 0 - HD.3 -0,92 -1,88 – 2,83.4 =0 HD = 4,71 T HC =

4,71 T

3M 5M

α α D 4,71 SIN α

4M α 4,71

SIN α = 3/5 2,83 COS α α 4,71 COS α

COS α = 4/5 2,83 2, 83 SIN α

N DC = - 4,71 COS α – 2,83 SIN α = - 3,768 – 1,698 = - 5,466 T

D DC = + 4,71 SIN α – 2,83 COS α = 2,826 – 2,264 = + 0,562 T

DX = 3,17 – 1X = 0 X = 3,17 M

MX = 3,17.X – 1.X.1/2.X – 2,90

X= 3,17 M MAX = 3,17.3,17 – 1.3,17 . ½ . 3,17 – 2,90 = 2,12

TM
6,485
4,71 5,466

5,44 N

71
 3,17 5,466

0,562

1,775

0,27 2,27

2,83

2,225 D
2,98

2,45 1,88

1,88

0,45

0,09

2,25 M MAX =2,12

0,92

TAHAP PENYELESAIAN UNTUK PORTAL

BERGOYANG

1. PORTAL DIANGGAP DULU SEBAGAI PORTAL TETAP / TIDAK

BERGOYANG DENGAN

MEMASANG PENDEL DITEMPAT PERGOYANGANNYA . ( PHASE

NOL )

72
 DARI GAMBAR DISAMPING ,

Pendel
DIHITUNG MOMEN AKHIR NYA

DAN
JUGA REAKSI PENDEL NYA.

2. PORTAL DIBIARKAN BERGOYANG . ( PHASE SATU )

HITUNG MOMEN AKHIR DAN JUGA REAKSI PENDEL NYA .

B’ Δ B

JEPIT – JEPIT

A’ A

MFBC JEPIT – SENDI /

ROL

MFCB UNTUK LEBIH MUDAHNYA ,

EI Δ

DIMISALKAN DALAM X ,
SEHINGGA

REAKSI PENDEL DALAM X

3. DARI HASIL REAKSI PENDEL DIATAS DIDAPAT KAN HARGA X

73
 DIMANA RP0 + RP1 = 0 X DAPAT DITEMUKAN

SEHINGGA MOMEN AKHIR DAPAT DIHITUNG DARI MOMEN AKHIR

PHASE NOL

DITAMBAH MOMEN AKHIR PHASE SATU .

4. DARI HASIL MOMEN AKHIR YANG DIDAPAT DIATAS , MAKA

DAPAT DILANJUTKAN

DENGAN MENGHITUNG DAN MENGGAMBAR BIDANG MOMEN ,

NORMAL DAN

LINTANG .

2T 1T

1t/m

74
B 2EI C 2EI D 2EI E

EI

4m n= 2.3 – ( 2.1 + 2.0 + 1 + 2 ) = 1 > 0

portal bergoyang

1m A 6m 2m

2T 1T

1t/m

B 2EI C 2EI D 2EI E

E portal
dianggap dulu tidak bergoyang

4m dengan
memasang pendel .

1m A 6m 2m

PHASE 1 PORTAL DIANGGAP TIDAK BERGOYANG

µ CB : µ CD : µ CA = 0 : 3.2EI/6 : 4EI/4 µ CB = 0 µ CD = 0,5

µ CA = 0,5

µ DC : µ DE = 1 : 0 µ DC = 1 µ DE = 0

MF CB = - 2.1 – 1.1.0,5 = - 2,5 TM

MF CD = +1/8. 1. 62 = + 4,5 TM

MF DE = + 1.2 + 2.1.1 = + 4 TM

TITIK A C
D
BATANG AC CA CB CD DC DE
FD - -0,5 0 -0,5 -1 0
MF 0 0 -2,5 +4,5 0 +4
MD 0 -1 0 -1 -4 0
MI -0,5 0 -2 -
MD 0 +1 0 +1 0 0
MI +0,5 0 -
MD 0 0 0 0 0 0
75
 M 0 0 -2,5 + 2,5 -4 +4
.AKHIR
2T
1T

B C D
E

2,5 2,5 4
4

∑ MC = 0 HA MISAL

- HA . 4 + 0 = 0 HA = 0 T

RP0 = 0 T

PHASE SATU PORTAL DIBIARKAN BERGOYANG

∆ ∆

B 2EI C C1 2EI D 2EI E

EI

4m MF AC = MF CA =

1m A 6m 2m

TITIK A C
D
BATANG AC CA CB CD DC DE
FD - -0,5 0 -0,5 -1 0
MF 100X 100X 0 0 0 0
MD 0 -50X 0 -50X 0 0

76
 MI -25X 0 0 -
MD 0 0 0 0 0 0
MOMEN 75X 50X 0 -50X 0 0
AKHIR

B C 50X
D E

31,25X 31,25X
31,25X

31,25X

50X ∑ MC = 0 HA MISAL

75X - HA . 4 -75X-50X = 0 HA
= 31,25X

RP1 = 31,25X

A 31,25X

RP0 + RP 1 =0 0 – 31,25 X = 0 X=0

MOMEN AKHIR = MOMEN PHASE NOL + MOMEN PHASE SATU

MAC = 0 + 75 . 0 = 0 TM

MCA = 0 + 50. 0 = 0 TM

MCB = - 2,5 + 0.0 = - 2,5 TM

MCD = + 2,5 -50.0 = + 2,5 TM

MDC = -4 + 0.0 = -4 TM

MDE = + 4 + 0.0 = + 4 TM

2T 1T

A C D
E

77
2,5 TM 3T 7T 4T 2,5 TM 4 TM
2T 3T 4 TM

BATANG CD ∑ MD=0 VC.6-2,5+4-1.6.3

=0 VC = 4T VD= 2T

DX = 0 DX = 4 – 1X = 0 X = 4M terjadi
M max

MX = 4X - 1.X.1/2.X – 2,5

A 7T X= 4 M max = 4.4 – 1.4.1/2.4 –

2,5 = 5,5 TM

7T

4T

3T
1T

2T 3T D 2T

4TM

78
 2,5 TM

5,5 TM M

4T

A B 3m

1T

4m 4m C
2m D

PORTAL DIANGGAP DULU TIDAK BERGOYANG DENGAN MEMASANG

PENDEL ( PHASE NOL)

4T

A 3m

1T

4m 4m C
2m D

µBA : µBC = 4EI/4 : 3EI/5 = EI : 0,6EI µBA = 1/1,6 = 0,625

µBC = 0,6/1,6 = 0,375

µCB: µD = KCD : 0 µCB =1

µCD = 0
79
MF CD = + 1.2 = + 2TM

TITIK A
B C
BATANG AB BA BC CB CD
FD - -0,625 -0,375 -1 0
MF 0 0 0 0 +2
MD 0 0 0 -2 0
MI 0 0 -1
MD 0 +0,625 +0,375 0 0
MI +0,3125 0 0
MD 0 0 0 0 0
M AKHIR +0,3125 +0,625 -0,625 -2 +2

4T

0,625TM

A B

0,3125TM 0,2344T 0,625TM

0,2344T 3,7656T

2TM
1T

C
D

3,7656T
2TM RP0

AB ∑ MB = 0 VA.4-0,3125-0,625 =0 VA=0,2344 T 1T

VB = 0,2344 T

BC VB = 4 – 0,2344 = 3,7656 T VC = 3,7656 T

CB ∑ MB = 0 -HC.3 – 3,7656.4 + 2 + 0,625 =0 HC =

4,1458 T

CD HC = 4,1458 T HD = 4,1458 T RP 0 =
4,1458 T
80
PHASE SATU , PORTAL DIBIARKAN BERGOYANG

3 5 sinα=3/5 tgα=3/4

4 B ∆ B’

B B’ ∆/tgα

∆/sinα

B’’ B’’

4m 4m C
2m D

MFAB = MFBA =

MFBC =

TITIK A
B C
BATANG AB BA BC CB CD
FD - -0,625 -0,375 -1 0
MF 250X 250X -100X 0 0
MD 0 -93,75X -56,25X 0 0
MI -46,875X 0 0
MD 0 0 0 0 0
MI 0 0 0
MD 0 0 0 0 0
M AKHIR 203,125X 156,25X -156,25 0 0

81
 156,25X

A B

203,125X 89,84375X 156,25X

89,84375X 89,84375X

C
D

89,84375X RP1

AB ∑ MB = 0 VA.4-203,125X-156,25X =0 VA=89,84375X

VB = 89,84375X

BC VB = 89,84375X VC = 89,84375X

CB ∑ MB = 0 -HC.3 + 89,84375X.4 + 156,25X =0 HC =

171,875X

CD HC = 171,875X HD = 171,875X RP 1
= 171,875X

RP0 + RP1 = 0 4,1458 – 171,875 X = 0 X = 0,02412

MOMEN AKHIR = MOMEN PHASE NOL + MOMEN PHASE SATU

MAB = 0,3125 + 203,125 . 0,02412 = + 5,212 TM

MBA = 0,625 + 156,25 . 0,02412 = + 4,394 TM

MBC = -0,625 -156,25 .0,02412 = - 4,394 TM

MCB = -2 + 0 . 0,02412 = -2 TM

MCD = +2 + 0. 0,02412 = + 2TM

82
 4T

4,394TM

A B

5,212TM 2,4015T 4,394TM

2,4015T 1,5985T

2TM
1T

C
D

1,5985T
2TM

1T

CB ∑ MB = 0 + MB – 1,5985.4 + 2 = 0 MB =
4,394 TM

CD ∑ MC = 0 + MC + 2.1 = 0 MC =
- 2TM

NCB = - 1,5985 . 0,6 = - 0,9591 T

DCB = - 1,5985 .0,8 = - 1,2788 T

1,5985COSα
1,5985SINα

0,9591T N

83
 0,9591T

2,4015T 2,4015T

1T

1,2788 T

5,212TM

4,394TM 2TM 2TM

4,394TM

REVIEW TENTANG MATRIX

1.MENJUMLAH MATRIX

84
 MATRIX YANG DIJUMLAH HARUS MEMPUNYAI JUMLAH BARIS DAN KOLOM
YANG SAMA.

4 -3 2 + 6 8 -4 = 10 5
-2

5 8 -4 2 3 6 7 11
2

2. MENGALIKAN MATRIX

JUMLAH KOLOM PADA MATRIX YANG PERTAMA HARUS SAMA DENGAN

JUMLAH BARIS PADA

MATRIX YANG KEDUA.

4 2 3 X 5 -5 8

5 -4 9 2 4 3

3 -2 4

2X3 3X3

= 4. 5 + 2.2 + 3.3 4. -5 + 2.4 + 3.-2 4.8 + 2.3 + 3.4

= 33 -18 50

5.5 + -4.2 +9.3 5.-5 + -4.4 +9.-2 5.8 +-4.3 + 9.4

44 -59 64

2X3

-1

3. INVERS MATRIX A

-1
85
 C
A = A

4 5 1

A = 3 6 2

2 7 9

6.9 – 2.7 - ( 3.9 – 2.2 ) 3.7 –

6.2
C
A = - ( 5.9 – 1.7 ) 4.9 – 2.1 - ( 4.7 –
5.2 )

5.2 – 6.1 - ( 4.2 – 1.3 ) 4.6 –

3.5

C 40 - 23
3

A = -38 34 - 18

4 -5 9

C T 40 - 38 4

=
- 23 34 -5
A
3 -18 9

A = 4 5 1 4 5

86
 3 6 2 3 6 = 1.3.7 + 5.2.2 + 4.6 9 –
1.6.2 – 4.2.7 -5.3.9 =

2 7 9 2 7 21 + 20 + 212 – 12
– 56 – 135 = 50

-1 40 - 38 4

A = 1/50 - 23 34 -5

3 - 18 9

ANALISA STRUKTUR METHODE

MATRIX

87
TAHAPAN PENYELESAIAN KONSTRUKSI
STATIS TAK TENTU DENGAN CARA METHODE
KEKAKUAN

1. MENENTUKAN MATRIX A

2. MENENTUKAN MATRIX KEKAKUAN S

T
3. MENGHITUNG MATRIX K = A S A
-1 -1 T

4 HITUNG K K = K C

5. TENTUKAN MOMEN PRIMAIR AKIBAT BEBAN LUAR NYA HO

6. TENTUKAN MATRIX QR
-1
7. D = K QR

8. H = S A D

9. H akhir = H + Ho

I. MENENTUKAN MATRIX A

D1

Dd
2 2 d
88
4
 d3

A B C

TENTUKAN TITIK YANG MENGALAMI DEFORMASI

DALAM SOAL DIATAS SENDI B DAN ROL C

MENGALAMI ROTASI.
d1 SEBAGAI DASAR PENENTUAN

ROL H=1
( BERGERAK )

V = 0 ( TIDAK
BERGERAK )

V Θ = 1

H
SENDI V=0

H=0
V
Θ = 1
V
V
V
H
V =0

M H=0
V
Θ=0

=
1

UNTUK
H SOAL DIHALAMAN SEBELUMNYA, DAPAT DITENTUKAN
MATRIX A SEBAGAI BERIKUT

89
A = 0 0 d1 AKIBAT D 1 , MAKA YANG
BERGERAK ADALAH d 2 DAN d 3

1 0 d2 AKIBAT D 2 , MAKA YANG

BERGERAK ADALAH d 4

1 0 d3

0 1 d4

D1 D2

JUMLAH KOLOM PADA MATRIX A TERGANTUNG

DARI JUMLAH

DEFORMASI YANG TERJADI.

D D D3
1 2 33
d d
2 4
d d
1 3

A = 1 0 0 d1 AKIBAT D 1, YANG
BERGERAK d 1

0 1 0 d2 AKIBAT D 2 , YANG
BERGERAK d 2 DAN d 3

0 1 0 d3 AKIBAT D 3 , YANG
BERGERAK d 4

0 0 1 d4

D1 D2 D3

90
MENENTUKAN MATRIX A UNTUK
PORTAL

D2

B d
4 C AKIBAT D 1 , YANG
BERGERAK d 1
d
d
3
2 AKIBAT D 2 , YANG
BERGERAK d 2 dan d3

d
1
D1

A = 1 0 d1

0 1 d2

0 1 d3

0 0 d4

D1 D2

91
MENENTUKAN MATRIX s
A B
C EI 2 EI

6m 8m

d dd
1 31
d d
2 4
A B C
D

UNTUK MEMBUAT ROTASI d 1 = 1 , DIBUTUHKAN M AB = 4

EI/L

MBA = 2 EI/L

UNTUK MEMBUAT ROTASI d 2 = 1 , DIBUTUHKAN M BA = 4

EI/L

M AB
= 2EI/L
BEGITU SETERUSNYA UNTUK ROTASI d 3 DAN d 4.

4 EI/6 2EI/6 0 0

2 EI/6 4 EI/6 0 0

S = 0 0 4.2EI/8 2.2EI/8

0 0 2.2EI/8 4.2EI/8

92
 = EI 0.67 0.33 0 0 JADI
UNTUK MUDAHNYA , APABILA

0.33 0.67 0 0 ADA 2

BATANG,MAKA MATRIX S ,

0 0 1 0.5
TERDIRI DARI 4 BARIS DAN

0 0 0.5 1 4
KOLOM

CONTOH SOAL
1 t/m
2T

A B
C D
EI 2 EI

4m 8m
1m

HITUNG BESAR MOMEN AKHIR NYA DENGAN CARA “ METHODE

KEKAKUAN “

D1 D
2

d d
2 4
d d
1 3

A = 0 0

1 0

1 0

0 1

S = 4 EI/4 2 EI/4 0 0
93
 2 EI/4 4 EI/4 0 0

0 0 4.2 EI/8 2.2EI/8

0 0 2.2 EI/8 4.2 EI/8

1 0.5 0 0

0.5 1 0 0

= EI 0 0 1 0.5

0 0 1 0.5

T 0 1 1 0

A = 0 0 0 1

T
K = A S
A

0 1 1 0 1 0,5 0 0
0 0
K = 0 0 0 1 EI 0.5 1 0 0
1 0

0 0 1 0.5
1 0

0 0 0.5 1
0 1

4X
X 4X
4 2

= 0 1 1 0 EI 0.5 0

0 0 0 1 1 0 = EI
2 0.5

94

2X
4
 1 0.5
0.5 1

0.5 1
2X
2
4X
X
2
matrix S dikali matrix A

sebaiknya diselesaikan dahulu

-1
K K C T
K = 2 – 0,5 . 0,5 karena
hasil tersebut akan
= 1,75
digunakan lagi pada
K
perhitungan matrix H

C
K = EI 1 - 0.5 T
1 - 0.5

- 0.5 2 K C

= EI - 0.5 2
-1
K = 1/1,75 EI 1 -0.5

-0.5 2

MOMEN PRIMAIR ( DIANGGAP PERLETAKAN JEPIT – JEPIT

)
M F AB = 0

MF BA = 0
2 2
MF BC = 1/12 q L = 1/12 1 8 = 1, 333 TM
2
MF CB = - 1/12 q L = - 1, 333 TM

MF CD = + 2.1 = 2 TM

HO = 0
95
 + 1, 333

- 1,333

2T

A B 1,333 1,333 C
2 D

A B C

1,333 1,333 2

Q R = -1,333 = - 1,333

+ 1,333 – 2 - 0,667

UNTUK MENENTUKAN JUMLAH BARIS PADA MATRIX Q R DAPAT

DILIHAT

DARI JUMLAH GAYA KELEBIHAN ( D )

. D = K -1
QR

= 1/1,75 EI 1 -0,5 -1,333

-0,5 2 -0,667

2x2 2x1

= 1/1,75 EI - 0,9995 = 1/EI - 0, 5711

- 0, 667 - 0,3811

96
 H = S A D

= EI 0,5 0 -0, 5711

- 0,28555

1 0 1/EI - 0,3811 =
- 0,5711

1 0,5
- 0,76165

0,5 1
- 0,66665

H akhir = H + Ho

0 - 0,28555
- 0, 29 M AB

0 - 0,5711
- 0, 57 M BA

97
 1,333 + - 0,76165 =
+ 0,57 M BC

-1,333 - 0,66665
- 2 M CB

FREE BODY DIAGRAM

2T 0,29

A B
C D

0,57 0,57 2 2
98
 0,215 0,215 3,82
4,18 2

4m 8m
1m

D 3,82
2 2

0,215 0,215

4,18

M 0,57
M\

0,29

M max
= 6,74

2T

B 2EI C HITUNG BESAR

MOMEN AKHIRNYA DENGAN

99
 CARA METHODE
KEKAKUAN .

2EI 4m n = 2.3 – ( 2.1 + 2.1 + 0

+ 2 ) = 0 portal tidak bergoyang

2m 2m

D2

2T d3

B 2EI C
d4

d2

2EI

A D1 d1

100
 T

4X4
4X2

S X

2X4 4X2

-1 T

-1

101
 2T

B C

+1 -1

MF AB = - MF BA = 0

MF BC = - MF CB = + 1/8 . 2 . 4 = + 1 TM

-1

-1

102
 2T

B C

0,429 1,286

0,429 DARI GAMBAR FREEBODY DISAMPING ,

BIDANG

MOMEN , NORMAL DAN LINTANG DAPAT

DIGAMBAR .

103
 A

GARIS PENGARUH
Definisi

Garis pengaruh struktur statis tak tentu/balok menerus

adalah persamaan garis elastis dibagi dengan faktor. Faktor
adalah nilai deformasi pada titik yang diinginkan pada garis
pengaruh.

PersamaanGarisElastis ( Defleksi / rotasi )

PersamaanGarisPengaruh 
Factor

Pada bab ini dibahas garis pengaruh balok menerus dengan

maksud :

1. Menentukan diagram gaya lintang dan momen pada titik

tertentu akibat beban berjalan yang terjadi pada
jembatan/konstruksi balok menerus
2. Menentukan besar gaya lintang dan momen pada titik
tertentu akibat beban berjalan yang terjadi pada
jembatan/konstruksi balok menerus

1. Tahapan Pengerjaan

a. Memberikan gaya 1 satuan di titik yang ditinjau GP (berupa P

(reaksi/gaya lintang) = 1 satuan atau M (momen) = 1 satuan

104
6m

A B
3EI
6m
(a) x P=1

A
B
(b)

Gambar . (a) Balok kantilever statis tak tentu, (b) Balok kantilever
dengan beban P 1 satuan mengganti reaksi di titik B

Gambar di atas adalah asumsi untuk membuat garis pengaruh

reaksi di titik B, maka balok kantilever statis tak tentu pada gambar
diatas dirubah menjadi balok kantilever dengan beban P = 1

b. Menyusun persamaan momen dan persamaan garis elastis

Untuk mencari persamaan defleksi, dipakai :

d2y Mx
2

dx EI

d2y Kedua integral ini mengandung

PersamaanRotasi  Y '  
dx 2 konstante (C) dan dicari dengan syarat
batas
PersamaanDefleksi  Y   Y '

c. Menyusun syarat batas, (lihat bab 1 gambar 1.3, gambar 1.4 dan
gambar 1.5)

d. Menyusun persamaan garis elastis

Konstanta C yang diperoleh pada tahapan c, selanjutnya
dimasukkan kembali pada persamaan garis elastis.

105
e. Menghitung nilai faktor

Untuk Garis Pengaruh Reaksi

Faktornya ∆
(Defleksi)
Garis Pengaruh D

Untuk Garis Pengaruh M Faktornya θ (Rotasi)

f. Menyusun persamaan garis pengaruh

g. Menggambar persamaan garis pengaruh
Pada mata kuliah Mekanika Teknik statis tak tentu ini , hanya
diberikan garis pengaruh Reaksi Perletakan. Dengan bantuan garis
pengaruh diatas dapat juga dicari garis pengaruh D maupun M.

Contoh Soal :

A B C

EI 2 EI
2m 4m

HITUNG DAN GAMBAR GARIS PENGARUH Rc .

Turunkan persamaan garis pengaruh Rc. Titik C dihilangkan terlbih

dahulu, pada titik tersebut dibebankan P = 1

106
 X X P=1

A B
C
EI 2 EI
2 3
2m 4m

Reaksi perletakan dihitung :

VA = 2 ( ↓ )

VB = 3 ( ↑ )

AB CB

Mx = -2x Mx = -1x

d 2 y 2x d 2 y  1x
 
dx 2 EI dx 2 2 EI

1 2
x2 x
Y '  C1 2
EI Y '   C3
2 EI

1 3 1 3
x x
Y 3  C1 X  C 2 Y  6  C3 X  C 4
EI 2 EI

X=0 YA = 0 C2 = 0

107
X=2 YB = 0 X=4 YB = 0

1 1
 23   43
3 6 ..........(1)
0  C1  2  C3  4  C 4  0
Ei 2 EI

4
C1  
3EI

AB CB

1 3
22  4
X=2 Y 'B   C1 X=4 2
EI Y 'B   C3
2 EI

4 4 4
    C3
EI EI EI

8
Y 'B 
3EI

Y ' B  Y ' B

8 4
  C3
3EI EI

20
C3  
3EI

1
  43
Persamaan ( 1 ) : 6 20
  4  C4  0
2 EI 3EI

64
C4 
3EI

Karena yang ditanyakan garis pengaruh Rc maka faktor pembaginya

adalah ∆c.

Dipakai persamaan defleksi bagian CB dengan memasukkan harga X = 0

1 3
 X
6 20 64
Y   X
2 EI 3EI 3EI

108
 64
X=0 YC   C 
3EI

Persamaan garis pengaruh RC :

1 3
X
3 4
AB  X
0 X 2 Y1  EI 3EI  0.0156 X 3  0.0625 X
64
3EI

1 3
X
6 20 64
CB  X
0 X 4 Y1  EI 3EI 3EI  0.0039 X 3  0.3125 X  1
64
3EI

A B
C

2m 4m

Y1 = 0.0156 X3 - 0.0625
Garis Pengaruh Rc

Y2 = 0.00039 X3 - 0.3125 X+1

Hitung besar Rc apabila beban merata q = 2 T/m berada

tepat di AB dan P = 4 Ton ditengah BC.

Ingat apabila yang berjalan adalah beban merata harus dikali

dengan luasan dibawah beban tersebut dan apabila yang

109
berjalan beban terpusat di kali dengan ordinat dibawah beban
tersebut

A B
C

2m 4m

RC  q  luasan  P  Y

 
 
2
 2   0.00156 x  0.0625 x  dx   4 0.0039  2 3  0.3125  2  1
3

 0 

 2 0.00624  0.125  4 0.0312  0.625  1  1.38728 (↑)

Hitung besar DI dan MI (Potongan I ditengah BC)

I C

2m
RC

110
 MI = + RC . 2 = + 1.38728 x 2 = 2.77456 Tm

DI = - RC = - 1.38728 T

Apabila diketahui persamaan garis pengaruh RC, turunkan

persamaan garis pengaruh DI dan MI

I C
A B
2m 2m 2m

P = 1 diantara C I :
1
X
I C DI = - RC + 1

= - ( 0.0039 X3 - 0.3125 X + 1)
2m
RC = - 0.0039 X3 + 0.3125 X - 1 + 1

= - 0.0039 X3 + 0.3125 X

MI = RC . 2 - 1 ( 2 - X )

= ( 0.0039 X3 - 0.3125 X + 1 ) . 2 - 2 + X

= 0.0078 X3 - 0.625 X + 2 - 2 + X

= 0.0078 X3 - 0.375 X

P = 1 diantara I B :

P=1
DI = - RC
B C
= - 0.0039 X3 - 0.3125 X

I MI = RC . 2
RC
= 0.0078 X3 - 0.625 X + 2

111
 P = 1 diantara A B :

P=1 DI = - RC

I C = - 0.00156 X3 - 0.0625 X
A B
MI = R C . 2

= ( - 0.00156 X3 - 0.0625 X ) . 2
RC

- 0.0039 X3 + 0.3125 X
- 0.00156 X3 + 0.0625 X

GP DI

- 0.0039 X3 + 0.3125 X - 1

- 0.0312 X3 + 0.125
X

GP MI

0.0078 X3 - 0.375
0.0078 X3 - 0.625 X
X
+2

DAFTAR PUSTAKA

1 . Chu Kia Wang Ph D , Ir . Herman

Widodo S ,
STRUKTUR STATIS TAK TENTU
112
2 . Chu Kia Wang Ph D, Kusuma
Wirawan & Mulyadi
Nata Prawira , ANALISA STRUKTUR
LANJUTAN

113