BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dewi (2014) yang juga melakukan evaluasi sistem drainase di ruas jalan Solo
Sragen mengungkapankan terdapat lahan pemukiman yang berpotensi terjadi
genangan di sekitar saluran jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi. Hal ini
disebabkan catchment area tidak mampu menampung volume debit air yang ada.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan debit eksisting dan debit
rencana. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kondisi drainase dalam mengalirkan
banjir tidak memenuhi kriteria debit rencana (Qrencana) lebih besar dibandingkan debit
eksisting (Qeksisting) sehingga saluran drainase meluap dan terdapat genangan air di
permukaan jalan.
Mato dan Suhudi (2012) dalam hasil penelitiannya pada evaluasi sistem
jaringan drainase di Jalan Soekarno Hatta Kota Malang mengungkapkan apabila
kapasitas saluran yang ada tidak mampu menampung aliran debit banjir rencana maka
diperlukan normalisasi saluran agar drainase dapat berfungsi kembali dengan baik,
salah satunya adalah dengan cara memperdalam saluran.
7
Kata drainase berasal dari kata drainage yang artinya mengeringkan atau
mengalirkan. Drainase merupakan sebuah sistem yang dibuat untuk menangani
persoalan kelebihan air baik kelebihan air yang berada di atas permukaan tanah
maupun air yang berada di bawah permukaan tanah. Secara umum drainase
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang usaha untuk mengalirkan
air yang berlebihan pada suatu kawasan (Wesli 2008:1)
4. Menurut Konstruksi
1. Saluran Terbuka
Saluran untuk air hujan yang terletak di area yang cukup luas . Juga untuk
saluran air non hujan yang tidak mengganggu kesehatan lingkungan .
2. Saluran Tertutup
Saluran untuk air kotor yang mengganggu kesehatan lingkungan , juga untuk
saluran dalam kota.
Fungsi ini berjalan dengan mengalirkan air lebih ke tujuan akhirnya yaitu
perairan bebas yang dapat berupa sungai danau maupun laut, ke dalamnya air
lebih ini dapat dialirkan. Ini merupakan fungsi utama untuk mencegah
menggenangnya air pada lahan perkotaan maupun di dalam parit-parit
(saluran-saluran) yang menjadi bagian dari sistem drainase.
2. Mengangkut limbah dan mencuci polusi dari daerah perkotaan
Di atas lahan perkotaan tertumpuk bahan polutan berupa debu dan sampah
organik yang berpotensi mencemari lingkungan hidup. Oleh air hujan yang
jatuh, polutan akan terbawa ke dalam sistem drainase dan dialirkan pergi
sambil dinetralisir secara alami.
3. Mengatur arah & kecepatan aliran
Air buangan berupa air hujan dan limbah harus diatur alirannya melewati
sistem drainase dan diarahkan ke tempat penampungan akhir atau perairan
beban di mana sistem drainase bermuara. Arah aliran akan ditentukan
melewati sistem drainase sehingga tidak menimbulkan kekumuhan.
4. Mengatur elevasi muka air tanah
Pada kondisi muka air tanah dangkal, daya serap lahan terhadap hujan kecil
dan dapat menambah potensi banjir. Muka air tanah yang dalam akan
menyulitkan tetumbuhan penghijauan kota untuk menyerapnya khususnya
pada musim kemarau tetapi daya serap terhadap hujan tinggi. Disamping itu
apabila terjadi penurunan muka air tanah akan terjadi pemadatan atau
subsidensi yaitu menurunnya muka tanah di atas muka air tanah. Pemadatan
ini disebabkan ruang antar butir dalam tanah yang tadinya terisi air akan
menjadi kosong sehingga tanah memadat.
a. Menjadi sumberdaya air alternatif
Makin bertambahnya kebutuhan akan air makin dibutuhkannya
sumberdaya air. Daur ulang air dari sistem drainase dapat menjadi
alternatif pemenuhanakan sumberdaya air dengan beberapa syarat.
10
Berikut ini beberapa fungsi drainase perkotaan menurut sumber yang lain
yaitu :
Drainase jalan raya dibedakan dibedakan untuk perkotaan dan luar perkotaan.
Umumnya di perkotaan dan luar perkotaan, drainase jalan raya selalu
mempergunakan drainase muka tanah (surface drainage). Di perkotaan saluran muka
tanah selalu ditutup sebagai bahu jalan atau trotoar. Walaupun juga sebagaimana di
luar perkotaan, juga terdapat saluran muka tanah yang tidak ditutup dengan sisi atas
saluran rata dengan muka jalan, sehingga air dapat masuk saluran dengan bebas.
(Hasmar 2011:89)
Drainase jalan raya di perkotaan, elevasi sisi atas saluran selalu lebih tinggi
11
dari sisi atas muka jalan. Air masuk ke saluran melalui inlet. Inlet yang ada dapat
berupa inlet tegak maupun inlet horizontal. Sistem drainase permukaan jalan raya
mempunyai tiga fungsi utama, yaitu :
2. Menampung air tanah (dari subdrain) dan air permukaan yang mengalir
menuju jalan
Tabel 2.1 Pemilihan kala ulang debit banjir rancangan berdasarkan kelas
jalan
Sumber : Hassing 1996 dalam Suripin, 2004:269
Kelas jalan Periode Ulang (tahun)
Jalan tol (expressways) 100
a. Drainase memanjang
Permukaan jalan harus dibuat dengan kemiringan melintang yang cukup
untu membuang air hujan secepatnya, dan permukaan jalan harus berada di atas
permukaan air tanah setempat.
12
- Lokasi dimana dapat dibuat jalan lurus dengan pandangan yang cukup
bebas
- Lokasi dimana dapat dibuat persilangan tegak lurus
- Fords
Fords merupakan persilangan sungai dan jalan yang paling sederhana.
Dapat dibuat pada suangai dengan dasar mantap, aliran air dangkal
dan arusnya lemah dan kemungkinan terjadinya banjir sangat kecil.
- Drifts
Jika dasar sungai tidak mampu mendukung berat kendaraan, dasar
sungai perlu dibuatkan lapisan beton. Persilangan yang demikian
dinamakan drifts. Drifts cocok untuk sungai yang sebenarnya dapat
dibuat persilangan fords, namun rawan terhadap banjir.
- Gorong – gorong (culverts)
Gorong – gorong digunakan untuk membawa air dari sungai melewati
bawah jalan dan membawa air dari parit di satu sisi jalan ke sisi
lainnya. Beda antara gorong – gorong dan jembatan adalah bahwa
gorong – gorong diletakkan pada timbunan di bawah perkerasan jalan.
- Jembatan
Mempunyai fungsi yang hampir sama dengan gorong – gorong. Letak
perbedaannya berada pada loaksi dek jembatan merupakan bagian
dari perkerasan. Biasanya jembatan mempunyai bentang yang lebih
panjang dari gorong – gorong.
14
Drainase bawah muka tanah dari jalan raya adalah drainase dibawah
perkerasan/pavement. Dibawah lapisan perkerasan dihamparkan lapisan pasir dengan
ketebalan rencana (5-20 cm) dengan tujuan untuk dapat mengalirkan air jika muka air
tanah atau muka air akibat genangan terjadi pada konstruksi jalan raya. Untuk
perkerasan dari aspal lapisan pasir dihamparkan diatas sub base coarse sedangkan
untuk perkerasan dari beton lapisan pasir dihamparkan diatas subgrade.
Penyiapan data curah hujan adalah langkah awal yang dilakukan dalam
analisa hidrologi. Penyiapan data curah hujan ini dilakukan untuk melihat ada
tidaknya penyimpangan atau ketidak korelasian dari data hujan. Data hujan yang
digunakan dari 3 stasiun hujan terdekat dan diambil 10 tahun terakhir. Data hujan
yang telah ada akan diuji kekonsistensian dan keseragamannya dalam uji konsistensi
dan uji homogenitas.
Jika dari hasil pengujian ternyata data dinyatakan konsisten artinya tidak
terjadi perubahan lingkungan dan cara penakaran. Sebaliknya apabila jika ternyata
data tidak konsisten artinya telah terjadi perubahan lingkungan dan cara penakaran.
Data hujan yang diperoleh dari alat penakar hujan merupakan hujan yang
terjadi hanya pada satu tempat atau titik saja. Mengingat hujan sangat bervariasi
terhadap tempatnya, maka untuk kawasan yang luas satu alat penakar hujan belum
dapat menggambarkan hujan wilayah tersebut. Dalam hal ini diperlukan hujan
kawasan yang diperoleh dari rata – rata curah hujan beberapa stasiun penkaar hujan
yang ada di sekitar kawasan tersebut. Terdapat 3 cara perhitungan pengolahan data
curah hujan, yaitu dengan cara:
Terlepas dari kelebihan dan kelemahan ketiga metode yang tersebuat diatas,
pemilihan metode mana yang cocok dipakai pada suatu DAS dapat ditentukan dengan
mempertimbangkan tiga faktor berikut (Suripin, 2003:31):
17
Tabel 2.2 Penentuan metode berdasarkan jaring – jaring pos penangkar hujan
Jumlah pos penangkar hujan Ishoyet, Thiessen, dan rata-
cukup rata aljabar
Jumlah pos penangkar hujan Metode rata-rata aljabar atau
terbatas thiessen
Pos penangkar hujan tunggal Metode hujan titik
2. Luas DAS
Tabel 2.3 Penentuan metode berdasarkan DAS
DAS Besar >5000km2 Metode Ishoyet
DAS sedang 500 s/d 5000km2 Metode Thiessen
DAS Kecil <500km2 Metode rata-rata aljabar
3. Topogafi DAS
Tabel 2.4 Penentuan metode berdasarkan topografi DAS
Sumber : ( Suripin,2003)
Pegunungan Metode rata-rata aljabar
Dataran Metode thiessen
Berbukit dan tidak beraturan Metode ishoyet
curah hujan tidak terlalu jauh dari harga rata-ratanya. Hujan kawasan diperoleh dari
persamaan sebagai berikut (Suripin, 2003:27)
Metode ini dikenal juga sebagai metode rata-rata timbang (weighted mean).
Cara ini memberikan proporsi luasan daerah pengaruh pos penakar hujan untuk
mengakomodasi ketidakseragaman jarak. Daerah pengaruh dibentuk dengan
menggambarkan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung antara dua
pos penakar terdekat. Prosedur penerapan metode ini meliputi langkah-langkah
sebagai berikut (Suripin, 2003:27):
1. Lokasi pos penakar hujan diplot pada peta DAS. Antar pos penakar dibuat
garis lurus penghubung.
2. Tarik garis tegak lurus di tengah-tengah tiap garis penghubung sedemikian
rupa, sehingga membentuk poligon Thiessen. Semua titik dalam satu poligon
akan mempunyai jarak terdekat dengan pos penakar yang ada di dalamnya
dibandingkan dengan jarak terhadap pos lainnya. Selanjutnya, curah hujan
pada pos tersebut dianggap representasi hujan pada kawasan dalam poligon
yang bersangkutan.
3. Luas areal pada tiap-tiap poligon dapat diukur dengan planimeter dan luas
total DAS dapat diketahui dengan menjumlahkan semua luasan poligon.
19
Pn = Data curah hujan harian maksimum setahun ditiap stasiun hujan (mm)
1. Plot data kedalaman air hujan untuk tiap pos penakar hujan pada peta.
2. Gambar kontur kedalaman air hujan dengan menghubungkan titik-titik yang
mempunyai kedalaman air yang sama. Interval isohyet yang umum dipakai
adalah 10 mm.
3. Hitung luas area antara dua garis isohyet dengan menggunakan planimeter.
4. Kalikan masing-masing luas areal dengan rata-rata hujan antara dua isohyet
yang berdekatan.
5. Hitung hujan rata-rata DAS dengan persamaan berikut:
Atau
Metode isohyet cocok untuk daerah berbukit dan tidak teratur dengan luas
lebih dari 5.000 km2.
Dimana :
µ = Rata-rata nilai X
1. Mengurutkan data hujan dari nilai terbesar ke terkecil. Hitung peluang dan
kala ulang masing – masing data dengan rumus :
m
P=
n+1
1
TR =
P
dimana :
P : Peluang
m : Urutan data
n : Jumlah data
TR : Kala ulang
2. Hitung standar deviasi data curah hujan tersebut
( )^
𝑠=√
Metode Log Pearson III didasarkan pada perubahan data yang ada dalam
bentuk logaritma (Supirin, 2003:41). Tiga parameter penting dalam distribusi ini yaitu
harga rata-rata, simpangan baku, koefisien kemencengan. Persamaan-persamaan
rumus metode log-person III sebagai berikut:
4. Koefisien kemencengan
∑ ( )
CS = ( )( ).
5. Koefisien Kurtosis
∑ ( )
CK = ( )( )( ).
6. Hitung logaritma hujan atau banjir dengan periode ulang T dengan rumus:
𝐿𝑜𝑔𝑋 = 𝐿𝑜𝑔𝑋 + 𝐾 . 𝑆𝑑𝐿𝑜𝑔𝑋
n = jumlah data
Ck = koefisien kemencengan
Cs = koefisien Kurtosis
27
s = standar deviasi
7. Hitung hujan atau banjir kala ulang T dengan menghitung antilog dari log
X
Dengan :
Derajat nyata atau derajat kepercayaan (α) tertentu yang sering diambil adalah
5% . Derajat kebebasan (Dk) dihitung dengan rumus :
Dk = K – (p+1)
K = 1 +3,3 log n
Dengan :
Dk = Derajat kebebasan
30
n = Banyaknya data
X2 > X2er
Dengan :
Uji kecocokan Smirnov-kolmogorov ini juga sering disebut uji kecocokan non
parametrik, karena pengujiannya tidak menggunakan fungsi distribusi tertentu.
Prosedurnya adalah sebagai berikut (Supirin, 2003:58).:
1. Urutkan data (dari besar ke kecil atau sebaliknya) dan tentukan besarnya
peluang dari masing-masing data tersebut:
X1 = P(X1)
X2 = P(X2)
Xm= P(Xm)
Xn= P(Xn)
2. Tentukan nilai masing-masing peluang teoritis dari hasil penggambaran data
(persamaan distribusinya):
3. Dari kedua nilai peluang tersebut tentukan selisih terbesarnya antara peluang
pengamatan dengan peluang teoritisnya.
D = maksimum [P(Xm) – P’ (Xm)]
4. Berdasarkan table nilai kritis (Smirnov Kolmogorov) tentukan harga D o.
Apabila D lebih kecil dari Do maka distribusi teoritis yang digunakan untuk
menentukan persamaan distribusi dapat diterima, apabila D lebih besar dari D o
maka distribusi teoritis yang digunakan untuk menentukan persamaan
distribusi tidak dapat diterima.
33
N
0.20 0.10 0.05 0.01
5 0.45 0.51 0.56 0.67
10 0.32 0.37 0.41 0.49
15 0.27 0.3 0.34 0.4
20 0.23 0.26 0.29 0.36
25 0.21 0.24 0.27 0.32
30 0.19 0.22 0.24 0.29
35 0.18 0.2 0.23 0.27
40 0.17 0.19 0.21 0.25
45 0.16 0.18 0.2 0.24
50 0.15 0.17 0.19 0.23
N > 50
Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan persatuan waktu. Sifat
umum hujan adalah makin singkat hujan berlangsung intensitasnya cenderung makin
tinggi dan makin besar periode ulangnya makin tinggi pula intensitasnya Apabila data
hujan jangka pendek tidak tersedia, yang ada hanya data hujan harian maka intensitas
hujan dapat dihitung dengan Persamaan Mononobe (Sosrodarsono,1983:145).
I=( )( )
𝒕𝒄
.
t0 = ( 𝑥 3.28 𝑥 𝑙 𝑥 )
√
td =
Dimana:
tc : Waktu konsentrasi (jam)
t0 :Waktu terlama yang dibutuhkan oleh air hujan untuk mengalir di atas
permukaan tanah ke saluran yang terdekat (menit)
td : Waktu yang diperlukan air hujan mengalir di dalam saluran (menit)
Beton 1.50
Dalam praktek, perkiraan debit banjir dilakukan dengan beberapa metoda dan
debit banjir rencana ditentukan berdasarkan pertimbangan teknis (engineering
judgement) . Secara umum, metode yang umum dipakai adalah metode rasional dan
metode hidrograf banjir.
Qp = 0,00278 CIA
Keterangan :
Qp : Laju aliran permukaan (m3/detik)
Tabel 2.13 Harga Koefisien Pengaliran (C) dan Harga Faktor Limpasan (fk)
Sumber : Departemen Pekerjaan Umum, 2006
Keterangan :
- Harga koefisien pengaliran (C) untuk daerah datar diambil nilai C yang terkecil
dan untuk daerah lereng diambil nilai C yang besar.
- Harga faktor limpasan (fk) hanya digunakan untuk guna lahan sekitar saluran
selain bagian jalan.
- Bila daerah pengaliran atau daerah layanan terdiri dari beberapa tipe kondisi
permukaan yang mempunyai nilai C yang berbeda. Harga C rata – rata
ditentukan dengan persamaan berikut :
Dengan pengertian :
C1,C2,C3 = Koefisien pengaliran yang sesuai dengan kondisi
permukaan.
A1,A2,A3 = Luas daerah pengaliran yang diperhitungkan sesuai
dengan kondisi permukaan .
Fk = Faktor limpasan sesuai guna lahan .
Kapasitas aliran akibat hujan harus dialirkan melalui saluran drainase sampai
ketitik hilir. Debit hujan yang dianalisa menjadi debit aliran untuk mendimensi
saluran, maka apabila dimensi diketahui untuk menghitung debit saluran digunakan
persamaan sebagai berikut.
Q =V.A
/ /
V = 𝑥𝑅 𝑥 𝑆𝑜
38
Dimana :
Besarnya kekasaran dasar saluran berdasarkan Manning dapat dilihat pada tabel
berikut :
1 Gorong – gorong dari beton lurus dan bebas kikisan 0.010 – 0.013
Parameter yang menentukan ketiga jenis aliran tersebut adalah nisbah antara
gaya gravitasi dan gaya inersia yang dinyatakan dengan bilangan froude (fr) bilangan
froude untuk saluran berbentuk persegi didefinisikan sebagai (Seyhan,1990) :
𝑉
𝐹𝑟 =
𝑔. ℎ
Dimana :
Untuk F = 1 aliran adalah kritis, F < 1 aliran adalah subkritis, dan F > 1 adalah
superkritis. Aliran subkritis sendiri diartikan sebagai aliran yang mengalir dengan
kecepatan aliran rendah. Dan aliran superkritis adalah aliran yang cepat atau
mempunyai kecepatan aliran yang tinggi.
10 Beton 1.50