Anda di halaman 1dari 19

BAB III

STRATIGRAFI

Sandi Stratigrafi Indonesia (1996) menyatakan bahwa stratigrafi dalam arti

luas adalah ilmu yang mempelajari atau membahas tentang aturan-aturan,

hubungan, dan kejadian (genesa), macam-macam batuan di alam dalam ruang dan

waktu, sedangkan dalam arti yang sempit merupakan ilmu yang mempelajari

tentang pemerian lapisan-lapisan batuan.

Seperti yang dijelaskan di atas statigrafi juga berbicara tentang ruang dan

waktu. Waktu dalam hal ini adalah umur batuan. Umur batuan dapat ditentukan

melalui umur batuannya, umur batuan terdiri dari umur relatif dan umur absolut.

Umur relatif yaitu umur yang ditentukan berdasarkan posisi batuan atau fosil relatif

yang terdapat pada batuan, sedangkan umur absolut ialah umur yang ditunjukan

dengan angka. Penentuan umur batuan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

menggunakan fosil dan dating. Penentuan umur menggunakan fosil maka umur

yang didapat adalah umur relatif, sedangkan dengan dating umur yang didapatkan

adalah umur absolut.

Stratigrafi juga dapat mengurutkan batuan berdasarkan waktu

keterbentukannya berdasarkan umur batuannya dan menentukan hubungan batuan

yang ada di atas maupun di bawahnya. Hubungan antar batuan terbagi atas tidak

selaras dan selaras. Hubungan antar batuan tersebut dikatakan selaras jika batuan

yang satu terhadap batuan yang berada di atasnya memiliki waktu yang terjadi

secara terus menerus tidak ada waktu yang hilang, sebaliknya tidak selaras jika
STRATIGRAFI

batuan yang satu terhadap batuan yang berada di atasnya tidak berlangsung secara

terus menerus atau ada waktu yang hilang.

3.1. Stratigrafi Regional

Sumatra Fault System merupakan produk subduksi miring yang berarah barat

laut – tenggara tampaknya terus berlanjut ke utara ke dalam sistem patahan sesar di

pusat penyebaran aktif di Laut Andaman.

Daerah pemetaan berada pada Timur Bukit Barisan masuk ke dalam peta

geologi lembar Sidikalang dan peta geologi lembar Pematang Siantar. Menurut D.

T. Aldiss dkk (1983), stratigrafi regional Sidikalang dibagi berdasarkan umur pra–

tersier, tersier, dan kuarter. Menurut M.C.G. Clarke dkk (1982), stratigrafi

regional Pematang Siantar dibagi berdasarkan umur pra–tersier, tersier, dan kuarter

dimana tersier dibagi lagi menjadi 3 bagian yaitu tersier I, tersier II, dan tersier III.

Gambar 3.1. Peta Geologi Regional Lembar Sidikalang dan Pematang Siantar skala
1 : 250.000

Pemetaan Geologi Daerah Muara dan Sekitarnya


Kec. Muara Kab. Tapanuli Utara Prov. Sumatra Utara III-2
STRATIGRAFI

3.1.1. Satuan Batuan Pra-Tersier

Batuan Pra-tersier pada peta geologi lembar Pematang Siantar dibagi dalam

2 kelompok, yaitu Kelompok Tapanuli dan Kelompok Peusangan. Kelompok

Tapanuli terdapat Formasi Bahorok (Pub) dan Formasi Tapanuli tak Terpisahkan

(Put). Kelompok Peusangan dibagi menjadi Formasi Kualu (Mtk), Anggota

Pangunjungan (Mtkp), dan Anggota Batugamping Sibaganding (Mtks).


Tabel 3.1. Litologi Daerah Pemetaan, Formasi Tapanuli Tak Terpisahkan berdasarkan Peta
Geologi Lembar Pematang Siantar (M.C.G. Clarke, dkk 1982)

Kelompok Formasi Litologi Umur


Sama seperti

Formasi Bahorok

tetapi lebih Karbon Awal


Formasi Tapanuli
Kelompok dominan wake sampai Perm
Tak Terpisahkan
Tapanuli (batupasir) dengan Akhir
(Put)
klastika – klastika

lebih kecil 2 mm.

Greensekis malihan

3.1.2. Satuan Batuan Tersier

Satuan batuan tersier merupakan batuan yang terbentuk pada masa

Kenozoikum dari Paleosen sampai Pliosen. Adapun formasi-formasi yang

terdapat dalam satuan batuan Tersier ini seperti Formasi Gunungapi Trumon

(Tmvt), Formasi Gunungapi Haranggaol (Tmvh), Formasi Gunungapi Toru

(Tmvo), dan Formasi Gunungapi Pinapan (Tmvp).

Pemetaan Geologi Daerah Muara dan Sekitarnya


Kec. Muara Kab. Tapanuli Utara Prov. Sumatra Utara III-3
STRATIGRAFI

Tabel 3.2. Litologi Daerah Pemetaan, Formasi Gunungapi Haranggaol dan Formasi Peutu
berdasarkan Peta Geologi Lembar Sidikalang (D.T. Aldiss, dkk 1983)

Formasi Litologi Umur


Formasi

Gunungapi Andesit, dasit, dan


Miosen Tengah – Miosen Akhir
Haranggaol piroklastik

(Tmvh)

Batupasir,

Formasi Peutu, konglomerat, dan


Miosen Awal – Miosen Tengah
(Tmppt) batulumpur

gampingan

3.1.3. Satuan Batuan Kuarter

Satuan batuan Kuarter merupakan batuan yang terbentuk pada masa

Kenozoikum, Kala Pleistosen sampai dengan Holosen. Satuan batuan ini dibagi

menjadi beberapa formasi yaitu Formasi Tufa Toba (Qvt), Formasi Samosir (Qps),

Formasi Meulaboh (Qpm), Pusat Imun (Qvi), Pusat Pusuk Bukit (Qvpb), Pusat

Sipiso Piso (Qvss), Unit Sibutan (Qvtsu), dan Unit Sibandang (Qvtsa).
Tabel 3.3. Litologi Daerah Pemetaan, Formasi Tufa Toba berdasarkan Peta Geologi Lembar
Sidikalang (D.T. Aldiss, dkk 1983)

Formasi Litologi Umur


Formasi Tufa
Tufa riolitik Pleistosen
Toba (Qvt)

Pemetaan Geologi Daerah Muara dan Sekitarnya


Kec. Muara Kab. Tapanuli Utara Prov. Sumatra Utara III-4
STRATIGRAFI

3.2. Stratigrafi Daerah Pemetaan

Berdasarkan studi literatur dan data yang diperoleh dari lapangan serta

didukung oleh analisa laboratorium maka diketahui stratigrafi daerah pemetaan

dapat dikelompokkan menjadi beberapa satuan batuan. Penamaan satuan batuan

didasarkan atas penamaan Litostratigrafi resmi dengan bahan acuan hasil

pengamatan di lapangan dan analisa laboratorium. Formasi yang ada pada daerah

pemetaan yaitu, Formasi Tapanuli Tak Terpisahkan, Formasi Peutu, Formasi

Gunungapi Haranggaol, dan Formasi Tufa Toba yang formasi tersebut terbentuk

dari Zaman Pra-tersier sampai Zaman Kuarter. Urut-urutan batuan secara umum

dari yang tertua hingga berumur termuda dari keseluruhan batuan yang tersingkap

di daerah pemetaan adalah sebagai berikut :

 Satuan Filit

 Satuan Batupasir

 Satuan Andesit

 Satuan Tufa

 Satuan Aluvial

3.2.1. Satuan Filit

3.2.1.1. Litologi

Pengamatan langsung di lapangan, satuan ini berwarna coklat kehitaman,

ukuran butir afanitik (< 1 mm), bertekstur kristaloblastik (lepidoblastik), dan

struktur foliasi (phylitic). Satuan ini mempunyai bidang foliasi dengan arah jurus

dan kemiringan N 1650 E/780 (Foto 3.1.). Singkapan ini berada di daerah Dolok

Tolong (Lampiran 1 Peta Pos Pengamatan).

Pemetaan Geologi Daerah Muara dan Sekitarnya


Kec. Muara Kab. Tapanuli Utara Prov. Sumatra Utara III-5
STRATIGRAFI

Foto 3.1. Kenampakkan Singkapan Filit pada Pos Pengamatan P16 di Daerah
Dolok Tolong

Pada satuan filit dilakukan satu analisa petrografi, yaitu sampel batuan

pada sayatan dengan kode P16 (terlampir). Berdasarkan dari analisa petrografi

sayatan P16, sayatan ini pada keadaan paralel nikol berwarna putih kecoklatan

dan keadaan silang nikol memiliki warna interferensi coklat dengan bintik putih,

ukuran butir afanitik (0,05 mm – 0,3 mm), dan bentuk butir anhedral. Sayatan

ini bertekstur kristaloblastik (lepidoblastik) dan struktur foliasi (phylitic).

Komposisi mineral yang hadir pada batuan ini adalah biotit (30%), kuarsa (25%),

muskovit (12%), hornblende (15%), orthoklas (10%), dan mineral opak (8%).

Foto 3.2. Foto Sayatan Filit pada Pos Pengamatan P16


Pemetaan Geologi Daerah Muara dan Sekitarnya
Kec. Muara Kab. Tapanuli Utara Prov. Sumatra Utara III-6
STRATIGRAFI

Hasil analisa petrografi yang berdasarkan tekstur, komposisi, dan

strukturnya maka nama batuan ini adalah filit (Lampiran Petrografi).

3.2.1.2. Penyebaran

Pengamatan satuan filit ini terdapat pada lokasi pengamatan P13, P14,

P15, P16, P17, P22, P23, P27, P28, P29, dan P31. Sebaran satuan filit ini

menempati bagian Timur Laut daerah pemetaan dengan luas penyebaran ± 8%

dari seluruh luas daerah pemetaan (Lampiran 1 Peta Pos Pengamatan dan

Lampiran 5 Peta Geologi).

3.2.1.3. Umur

Penentuan umur satuan filit ini dilakukan secara tidak langsung, yaitu

berdasarkan kesamaan formasi. Jadi penentuan umur satuan filit ini dilakukan

berdasarkan pada kesebandingan ciri litologi yang memperlihatkan kesamaan

dari ciri-ciri fisik batuan dan tempat keterdapatan singkapan batuan dengan

lembar Pematang Siantar. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa

satuan ini temasuk ke dalam Formasi Tapanuli Tak Terpisahkan (Put) yang

berumur Karbon Akhir – Perm Awal, maka satuan ini juga berumur Karbon

Akhir – Permian Awal (M.C.G. Clarke, dkk 1982).

3.2.1.4. Hubungan Stratigrafi

Hubungan stratigrafi satuan filit dengan satuan yang berada di bawahnya

tidak diketahui, karena satuan ini merupakan satuan tertua pada Formasi

Tapanuli Tak Terpisahkan (Put) atau sebagai basement pada daerah pemetaan.

Pemetaan Geologi Daerah Muara dan Sekitarnya


Kec. Muara Kab. Tapanuli Utara Prov. Sumatra Utara III-7
STRATIGRAFI

3.2.2. Satuan Batupasir

3.2.2.1. Litologi

Pengamatan langsung di lapangan, satuan ini secara fisik batuan ini

memiliki ciri berwarna kuning kecoklatan, bertekstur klastik, ukuran butir pasir

berukuran sedang sampai halus, sortasi baik, bentuk butir sub rounded –

rounded, dan struktur berlapis yang berkisar N 122° E / 21° – N 132° E /

26° dengan kondisi yang mengalami pelapukan (Foto 3.3. dan Foto 3.4.).

Foto 3.3. Kenampakkan Singkapan Batupasir pada Pos Pengamatan P46 di Daerah Raja Guk-guk

Foto 3.4. Kenampakkan Singkapan Batupsir pada Pos Pengamatan P39 di Daerah Sosor Dolok
Pemetaan Geologi Daerah Muara dan Sekitarnya
Kec. Muara Kab. Tapanuli Utara Prov. Sumatra Utara III-8
STRATIGRAFI

Pada satuan batupasir ini dilakukan satu analisa petrografi, yaitu sampel

batuan pada sayatan dengan kode P46 dan P39 (Lampiran Petrografi).

Foto 3.5. Foto Sayatan Batupasir pada Pos Pengamatan P46

Berdasarkan dari analisa petrografi sayatan P46 (terlampir), sayatan ini

pada keadaan paralel nikol berwarna colourless dengan bintik hitam, warna

interferensi hitam dengan bintik putih dan abu-abu, ukuran butir sand 90% (0,3

mm – 0,8 mm) dan clay 10% memiliki bentuk butir angular – sub angular.

Sortasi yang terpilah baik (well sorted) dengan kemas concave contact.

Komposisi mineral yang hadir pada batuan ini adalah kuarsa (67%), orthoklas

(16%), mineral lempung (10%), dan biotit (7%). Berdasarkan persentase ukuran

butir maka dapat ditentukan penamaan batuan secara petrografi adalah

sandstone (M.D. Piccard, 1971) (Lampiran Petrografi).

Berdasarkan dari analisa petrografi sayatan P39 (terlampir), sayatan ini

pada keadaan paralel nikol berwarna colourless dengan bintik hitam, warna

interferensi hitam dengan bintik putih dan abu-abu, ukuran butir sand 90% (0,1

mm – 0,4 mm) dan clay 10% memiliki bentuk butir angular. Sortasi yang

terpilah baik (well sorted) dengan kemas concave contact. Komposisi mineral

yang hadir pada batuan ini adalah kuarsa (80%), orthoklas (10%), dan mineral

lempung (10%). Berdasarkan persentase ukuran butir maka dapat ditentukan

Pemetaan Geologi Daerah Muara dan Sekitarnya


Kec. Muara Kab. Tapanuli Utara Prov. Sumatra Utara III-9
STRATIGRAFI

penamaan batuan secara petrografi adalah sandstone (M.D. Piccard, 1971)

(Lampiran Petrografi).

Foto 3.6. Foto Sayatan Batupasir pada Pos Pengamatan P39

3.2.2.2. Penyebaran

Pengamatan batupasir ini terdapat pada lokasi pengamatan P25, P26,

P30, P32, P33, P34, P35, P36, P37, P39, P45, dan P46. Sebaran satuan batupasir

ini menempati bagian barat laut daerah pemetaan, dengan luas penyebaran ±

12% dari seluruh luas daerah pemetaan (Lampiran 1 Peta Pos Pengamatan dan

Lampiran 5 Peta Geologi)

3.2.2.3. Umur

Penentuan umur satuan batupasir ini dilakukan secara tidak langsung

karena tidak terdapat fosil. Jadi penentuan umur satuan batupasir ini dilakukan

berdasarkan pada kesebandingan ciri litologi yang memperlihatkan kesamaan

dari ciri-ciri fisik batuan dan tempat keterdapatan singkapan batuan dengan

lembar Sidikalang. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa satuan

batupasir yang didapat di daerah pemetaan termasuk ke dalam Formasi Peutu

memiliki umur Miosen Awal (T. Aldiss dkk, 1982).

Pemetaan Geologi Daerah Muara dan Sekitarnya


Kec. Muara Kab. Tapanuli Utara Prov. Sumatra Utara III-10
STRATIGRAFI

3.2.2.4. Lingkungan Pengendapan

Penentuan lingkungan pengendapan ini dilakukan secara tidak langsung

karena tidak terdapatnya fosil pada satuan ini. Penentuan lingkungan

pengendapan ini dilakukan berdasarkan peneliti terdahulu atau dari geologi

lembar Sidikalang menurut D.T. Aldiss dkk (1982), satuan batupasir ini

diendapkan di lingkungan fluvial sampai laut (sublitoral).

3.2.2.5. Hubungan Stratigrafi

Hubungan stratigrafi satuan batupasir ini dengan batuan yang berada

di bawahnya yaitu satuan filit adalah tidak selaras karena memiliki umur yang

hilang. Satuan batupasir termasuk Formasi Peutu (Tmppt) yang umurnya

Miosen Awal, sedangkan satuan filit termasuk Formasi Tapanuli Tak

Terpisahkan (Put) berumur Karbon Akhir sampai Perm Awal.

3.2.3. Satuan Andesit

3.2.3.1. Litologi

Pengamatan langsung di lapangan, satuan ini secara fisik batuan ini warna

abu – abu kehitaman (Foto 3.7.), derajat kristalisasinya hipokristalin, granularitas

fanerik halus (< 1 mm), dan kemasnya equigranular (hipidiamorfik).

Berdasarkan dari analisa petrografi sayatan P40 (terlampir), sayatan ini

pada keadaan paralel nikol berwarna colourless dengan bintik hitam, warna

interferensi abu-abu berbintik hitam, derajat kristalisasi holokristalin,

granularitasnya fanerik halus – sedang (0,3 mm – 1,5 mm), dan febrik

equigranular (hipidiamorfik). Mineral penyusunnya plagioklas (38%), piroksin

Pemetaan Geologi Daerah Muara dan Sekitarnya


Kec. Muara Kab. Tapanuli Utara Prov. Sumatra Utara III-11
STRATIGRAFI

(23%), gelas (15%), hornblende (12%), mineral opak (6%), oksida besi (4%),

dan serisit (2%).

Foto 3.7. Kenampakkan Singkapan Andesit pada Pos Pengamatan P40 di Daerah Lumban
Haroroan

Foto 3.8. Foto Sayatan Andesit pada Pos Pengamatan P40

Berdasarkan ukuran butir dan perbandingan persentase kehadiran total

mineral feldspar dengan mineral kalium feldspar, maka penamaan batuan ini

secara petrografi adalah andesit (Lampiran Petrografi).

Pemetaan Geologi Daerah Muara dan Sekitarnya


Kec. Muara Kab. Tapanuli Utara Prov. Sumatra Utara III-12
STRATIGRAFI

3.2.3.2. Penyebaran

Pengamatan satuan andesit ini terdapat pada lokasi pengamatan P40,

P41, P42, P43, dan P44. Sebaran satuan andesit ini menempati bagian barat

daerah pemetaan, dengan luas penyebaran ± 5% dari seluruh luas daerah

pemetaan (Lampiran 1 Peta Pos Pengamatan dan Lampiran 5 Peta Geologi).

3.2.3.3. Umur

Penentuan umur satuan andesit ini dilakukan secara tidak langsung,

yaitu berdasarkan kesamaan formasi. Jadi penentuan umur satuan andesit ini

dilakukan berdasarkan pada kesebandingan ciri litologi yang memperlihatkan

kesamaan dari ciri-ciri fisik batuan dan tempat keterdapatan singkapan batuan

dengan lembar Sidikalang. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa

satuan ini temasuk ke dalam Formasi Gunungapi Haranggaol (Tmvh) yang

berumur Miosen Tengah – Miosen Akhir, maka satuan ini juga berumur Miosen

Tengah – Miosen Akhir (D.T. Aldiss dkk, 1982).

3.2.3.4. Hubungan Stratigrafi

Hubungan stratigrafi satuan andesit ini dengan batuan yang berada di

bawahnya yaitu satuan batupasir adalah selaras karena tidak memiliki umur

yang hilang. Satuan andesit termasuk Formasi Gunungapi Haranggaol (Tmvh)

yang umurnya Miosen Tengah – Miosen Akhir, sedangkan satuan batupasir

termasuk Formasi Peutu (Tmppt) berumur Misoen Awal.

Pemetaan Geologi Daerah Muara dan Sekitarnya


Kec. Muara Kab. Tapanuli Utara Prov. Sumatra Utara III-13
STRATIGRAFI

3.2.4. Satuan Tufa

3.2.4.1. Litologi

Satuan tufa yang tersingkap mempunyai lebar dan tinggi singkapan yang

berbeda – beda. Pengamatan langsung di lapangan, pada P5 kondisi singkapan tidak

fresh (Foto 3.9.), berwarna abu – abu kehitaman, warna fresh putih keabu-abuan,

ukuran butir ash sampai lapili, dan bentuk butir angular. Pada P50 pengamatan

langsung di lapangan, kondisi singkapan berwarna putih dengan bintik coklat (Foto

3.10.), ukuran butir ash sampai lapili, dan bentuk butir sub angular – sub rounded.

Foto 3.9. Kenampakkan Singkapan Tufa pada Pos Pengamatan P5 di Daerah Sipintu-pintu

Foto 3.10. Kenampakkan Singkapan Tufa pada Pos Pengamatan P50 di Daerah Naenggolan

Pemetaan Geologi Daerah Muara dan Sekitarnya


Kec. Muara Kab. Tapanuli Utara Prov. Sumatra Utara III-14
STRATIGRAFI

Berdasarkan dari analisa petrografi sayatan P5 (terlampir), sayatan

batuan ini berwarna colourless berbintik hitam, warna interferensi abu-abu

dengan bintik hitam dan putih, ukuran butirnya ash 75% (0,1 mm – 1,2 mm) dan

lapili 25% (2 mm – 6 mm), bentuk butir angular – sub rounded, sortasinya

sedang (moderately sorted) dengan kemas terbuka. Batuan ini tersusun oleh

pumice, glass, mineral kuarsa, opak, orthoklas, dan plagioklas. Berdasarkan

persentase material penyusun sayatan ini yang berukuran ash sebesar 75% dan

lapili sebesar 25%, maka nama sayatan ini adalah tufa.

Berdasarkan ukuran butir ukuran butirnya ash 75% (0,1 mm – 1,2 mm)

dan lapili 25% (2 mm – 6 mm) dan jenis plagioklasnya yang andesin dengan

nilai An 42 dan An 45, maka dapat diinterpretasikan bahwa batuan ini

merupakan batuan piroklastik jatuhan dengan jarak transportasi yang dekat

dengan pusat erupsi dan jenis magmanya intermedier. Berdasarkan persentase

kehadiran glass mencapai 60%, maka variasi penamaan tufa pada sayatan ini

adalah crystal vitric tuff (Pettijhon, 1975) (Lampiran Petrografi).

Foto 3.11. Foto Sayatan Tufa pada Pos Pengamatan P5

Berdasarkan dari analisa petrografi sayatan P50 (terlampir), sayatan

batuan ini berwarna colourless berbintik hitam, warna interferensi abu-abu

dengan bintik hitam, ukuran butirnya ash 100% (0,5 mm – 1 mm), bentuk butir

Pemetaan Geologi Daerah Muara dan Sekitarnya


Kec. Muara Kab. Tapanuli Utara Prov. Sumatra Utara III-15
STRATIGRAFI

sub angular, sortasinya baik (well sorted) dengan kemas terbuka. Batuan ini

tersusun oleh gelas, mineral kuarsa, opak, orthoklas, dan plagioklas.

Berdasarkan persentase material penyusun sayatan ini yang berukuran ash

sebesar 100%, maka nama sayatan ini adalah tufa.

Berdasarkan ukuran butir ukuran butirnya ash 100% (< 0,1 mm – 1 mm)

dan jenis plagioklasnya yang andesin dengan nilai An 40 dan An 44 maka dapat

diinterpretasikan bahwa batuan ini merupakan batuan piroklastik jatuhan dengan

jarak transportasi yang dekat dengan pusat erupsi dan jenis magmanya

intermedier. Berdasarkan persentase kehadiran glass mencapai 60%, maka

variasi penamaan tufa pada sayatan ini adalah crystal vitric tuff (Pettijhon,

1975) (Lampiran Petrografi).

Foto 3.12. Foto Sayatan Tufa pada Pos Pengamatan P50

3.2.4.2. Penyebaran

Pengamatan satuan andesit ini terdapat pada lokasi pengamatan P1 –

P12, P18 – P24, P38, P42, dan P47 – P58. Sebaran satuan tufa ini menempati

bagian selatan pemetaan, dengan luas penyebaran ± 65% dari seluruh luas

daerah pemetaan (Lampiran 1 Peta Pos Pengamatan dan Lampiran 5 Peta

Geologi).

Pemetaan Geologi Daerah Muara dan Sekitarnya


Kec. Muara Kab. Tapanuli Utara Prov. Sumatra Utara III-16
STRATIGRAFI

3.2.4.3. Umur

Penentuan umur satuan tufa ini dilakukan secara tidak langsung, yaitu

berdasarkan kesamaan formasi. Jadi penentuan umur satuan andesit ini

dilakukan berdasarkan pada kesebandingan ciri litologi yang memperlihatkan

kesamaan dari ciri-ciri fisik batuan dan tempat keterdapatan singkapan batuan

dengan lembar Sidikalang. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa

satuan ini temasuk ke dalam Formasi Tufa Toba (Qvt) yang berumur Pleistosen

Awal – Plesitosen Akhir, maka satuan ini juga berumur Pleistosen Awal –

Plesitosen Akhir (D.T. Aldiss dkk, 1982).

3.2.4.4. Hubungan Stratigrafi

Hubungan stratigrafi satuan tufa ini dengan batuan yang berada di

bawahnya yaitu satuan andesit adalah tidak selaras karena memiliki umur

yang hilang. Satuan tufa termasuk Formasi Tufa Toba (Qvt) yang umurnya

Pleistosen Awal – Plesitosen Akhir, sedangkan satuan andesit termasuk

Formasi Gunungapi Haranggaol (Tmppt) berumur Miosen Tengah – Miosen

Akhir.

3.2.5. Satuan Aluvial

3.2.5.1. Litologi

Endapan aluvial pada daerah pemetaan dihasilkan dari proses erosi dan

pelapukan yang kemudian mengalami proses transportasi oleh air sungai

terhadap batuan yang berada di bawah maupun yang berada di sampingnya yang

lebih tua. Endapan aluvial ini disusun oleh material lempung, lumpur, pasir,

Pemetaan Geologi Daerah Muara dan Sekitarnya


Kec. Muara Kab. Tapanuli Utara Prov. Sumatra Utara III-17
STRATIGRAFI

kerakal, dan kerikil yang belum mengalami kompaksi (Foto 3.11.).

Foto 3.13. Kenampakkan Satuan Aluvial pada Pos Pengamatan P59 di Daerah Huta Godang

3.2.5.2. Penyebaran

Pengamatan satuan aluvial ini terdapat pada lokasi pengamatan P59,

P60, dan P61. Satuan aluvial ini menempati bagian selatan utara daerah

pemetaan, dengan luas penyebaran ± 10% dari seluruh luas daerah pemetaan

(Lampiran 1 Peta Pos Pengamatan dan Lampiran 5 Peta Geologi). Endapan

aluvial ini membentuk morfologi landai (dataran) dan pada umumnya daerah

endapan aluvial ini berada di sekitaran sungai dan merupakan daerah

konsentrasi aktivitas penduduk setempat sebagai tata guna lahan persawahan

dan pertanian. Secara lithostratigrafi umur satuan ini ialah Kuarter (Holosen)

(Lampiran 1 Peta Pos Pengamatan dan Lampiran 5 Peta Geologi).

3.2.5.3. Umur

Penentuan umur satuan tufa ini dilakukan secara tidak langsung, yaitu

berdasarkan kesamaan formasi. Jadi penentuan umur satuan andesit ini

Pemetaan Geologi Daerah Muara dan Sekitarnya


Kec. Muara Kab. Tapanuli Utara Prov. Sumatra Utara III-18
STRATIGRAFI

dilakukan berdasarkan pada kesebandingan ciri litologi yang memperlihatkan

kesamaan dari ciri-ciri fisik batuan dan tempat keterdapatan singkapan batuan

dengan lembar Sidikalang. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa

satuan ini temasuk ke dalam satuan aluvium (Qh) yang berumur Holosen (D.T.

Aldiss dkk, 1982).

3.2.5.4. Lingkungan Pengendapan

Penentuan lingkungan pengendapan ini dilakukan secara tidak

langsung karena tidak terdapatnya fosil pada satuan ini. Penentuan lingkungan

pengendapan ini dilakukan berdasarkan peneliti terdahulu atau dari geologi

lembar Sidikalang menurut D.T. Aldiss, dkk (1982). Lingkungan

pengendapan satuan aluvial ini adalah diendapkan pada lingkungan fluvial.

3.2.5.5. Hubungan Stratigrafi

Hubungan stratigrafi satuan aluvial ini dengan batuan yang berada di

bawahnya yaitu satuan tufa selaras karena tidak memiliki umur yang hilang.

Satuan aluvial (Qh) berumur Holosen, sedangkan satuan tufa termasuk

Formasi Tufa Toba (Qvt) berumur Pleistosen Awal – Pleistosen Akhir.

Pemetaan Geologi Daerah Muara dan Sekitarnya


Kec. Muara Kab. Tapanuli Utara Prov. Sumatra Utara III-19

Anda mungkin juga menyukai