STRATIGRAFI
hubungan, dan kejadian (genesa), macam-macam batuan di alam dalam ruang dan
waktu, sedangkan dalam arti yang sempit merupakan ilmu yang mempelajari
Seperti yang dijelaskan di atas statigrafi juga berbicara tentang ruang dan
waktu. Waktu dalam hal ini adalah umur batuan. Umur batuan dapat ditentukan
melalui umur batuannya, umur batuan terdiri dari umur relatif dan umur absolut.
Umur relatif yaitu umur yang ditentukan berdasarkan posisi batuan atau fosil relatif
yang terdapat pada batuan, sedangkan umur absolut ialah umur yang ditunjukan
dengan angka. Penentuan umur batuan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
menggunakan fosil dan dating. Penentuan umur menggunakan fosil maka umur
yang didapat adalah umur relatif, sedangkan dengan dating umur yang didapatkan
yang ada di atas maupun di bawahnya. Hubungan antar batuan terbagi atas tidak
selaras dan selaras. Hubungan antar batuan tersebut dikatakan selaras jika batuan
yang satu terhadap batuan yang berada di atasnya memiliki waktu yang terjadi
secara terus menerus tidak ada waktu yang hilang, sebaliknya tidak selaras jika
STRATIGRAFI
batuan yang satu terhadap batuan yang berada di atasnya tidak berlangsung secara
Sumatra Fault System merupakan produk subduksi miring yang berarah barat
laut – tenggara tampaknya terus berlanjut ke utara ke dalam sistem patahan sesar di
Daerah pemetaan berada pada Timur Bukit Barisan masuk ke dalam peta
geologi lembar Sidikalang dan peta geologi lembar Pematang Siantar. Menurut D.
T. Aldiss dkk (1983), stratigrafi regional Sidikalang dibagi berdasarkan umur pra–
tersier, tersier, dan kuarter. Menurut M.C.G. Clarke dkk (1982), stratigrafi
regional Pematang Siantar dibagi berdasarkan umur pra–tersier, tersier, dan kuarter
dimana tersier dibagi lagi menjadi 3 bagian yaitu tersier I, tersier II, dan tersier III.
Gambar 3.1. Peta Geologi Regional Lembar Sidikalang dan Pematang Siantar skala
1 : 250.000
Batuan Pra-tersier pada peta geologi lembar Pematang Siantar dibagi dalam
Tapanuli terdapat Formasi Bahorok (Pub) dan Formasi Tapanuli tak Terpisahkan
Formasi Bahorok
Greensekis malihan
terdapat dalam satuan batuan Tersier ini seperti Formasi Gunungapi Trumon
Tabel 3.2. Litologi Daerah Pemetaan, Formasi Gunungapi Haranggaol dan Formasi Peutu
berdasarkan Peta Geologi Lembar Sidikalang (D.T. Aldiss, dkk 1983)
(Tmvh)
Batupasir,
gampingan
Kenozoikum, Kala Pleistosen sampai dengan Holosen. Satuan batuan ini dibagi
menjadi beberapa formasi yaitu Formasi Tufa Toba (Qvt), Formasi Samosir (Qps),
Formasi Meulaboh (Qpm), Pusat Imun (Qvi), Pusat Pusuk Bukit (Qvpb), Pusat
Sipiso Piso (Qvss), Unit Sibutan (Qvtsu), dan Unit Sibandang (Qvtsa).
Tabel 3.3. Litologi Daerah Pemetaan, Formasi Tufa Toba berdasarkan Peta Geologi Lembar
Sidikalang (D.T. Aldiss, dkk 1983)
Berdasarkan studi literatur dan data yang diperoleh dari lapangan serta
pengamatan di lapangan dan analisa laboratorium. Formasi yang ada pada daerah
Gunungapi Haranggaol, dan Formasi Tufa Toba yang formasi tersebut terbentuk
dari Zaman Pra-tersier sampai Zaman Kuarter. Urut-urutan batuan secara umum
dari yang tertua hingga berumur termuda dari keseluruhan batuan yang tersingkap
Satuan Filit
Satuan Batupasir
Satuan Andesit
Satuan Tufa
Satuan Aluvial
3.2.1.1. Litologi
struktur foliasi (phylitic). Satuan ini mempunyai bidang foliasi dengan arah jurus
dan kemiringan N 1650 E/780 (Foto 3.1.). Singkapan ini berada di daerah Dolok
Foto 3.1. Kenampakkan Singkapan Filit pada Pos Pengamatan P16 di Daerah
Dolok Tolong
Pada satuan filit dilakukan satu analisa petrografi, yaitu sampel batuan
pada sayatan dengan kode P16 (terlampir). Berdasarkan dari analisa petrografi
sayatan P16, sayatan ini pada keadaan paralel nikol berwarna putih kecoklatan
dan keadaan silang nikol memiliki warna interferensi coklat dengan bintik putih,
ukuran butir afanitik (0,05 mm – 0,3 mm), dan bentuk butir anhedral. Sayatan
Komposisi mineral yang hadir pada batuan ini adalah biotit (30%), kuarsa (25%),
muskovit (12%), hornblende (15%), orthoklas (10%), dan mineral opak (8%).
3.2.1.2. Penyebaran
Pengamatan satuan filit ini terdapat pada lokasi pengamatan P13, P14,
P15, P16, P17, P22, P23, P27, P28, P29, dan P31. Sebaran satuan filit ini
dari seluruh luas daerah pemetaan (Lampiran 1 Peta Pos Pengamatan dan
3.2.1.3. Umur
Penentuan umur satuan filit ini dilakukan secara tidak langsung, yaitu
berdasarkan kesamaan formasi. Jadi penentuan umur satuan filit ini dilakukan
dari ciri-ciri fisik batuan dan tempat keterdapatan singkapan batuan dengan
satuan ini temasuk ke dalam Formasi Tapanuli Tak Terpisahkan (Put) yang
berumur Karbon Akhir – Perm Awal, maka satuan ini juga berumur Karbon
tidak diketahui, karena satuan ini merupakan satuan tertua pada Formasi
Tapanuli Tak Terpisahkan (Put) atau sebagai basement pada daerah pemetaan.
3.2.2.1. Litologi
memiliki ciri berwarna kuning kecoklatan, bertekstur klastik, ukuran butir pasir
berukuran sedang sampai halus, sortasi baik, bentuk butir sub rounded –
26° dengan kondisi yang mengalami pelapukan (Foto 3.3. dan Foto 3.4.).
Foto 3.3. Kenampakkan Singkapan Batupasir pada Pos Pengamatan P46 di Daerah Raja Guk-guk
Foto 3.4. Kenampakkan Singkapan Batupsir pada Pos Pengamatan P39 di Daerah Sosor Dolok
Pemetaan Geologi Daerah Muara dan Sekitarnya
Kec. Muara Kab. Tapanuli Utara Prov. Sumatra Utara III-8
STRATIGRAFI
Pada satuan batupasir ini dilakukan satu analisa petrografi, yaitu sampel
batuan pada sayatan dengan kode P46 dan P39 (Lampiran Petrografi).
pada keadaan paralel nikol berwarna colourless dengan bintik hitam, warna
interferensi hitam dengan bintik putih dan abu-abu, ukuran butir sand 90% (0,3
mm – 0,8 mm) dan clay 10% memiliki bentuk butir angular – sub angular.
Sortasi yang terpilah baik (well sorted) dengan kemas concave contact.
Komposisi mineral yang hadir pada batuan ini adalah kuarsa (67%), orthoklas
(16%), mineral lempung (10%), dan biotit (7%). Berdasarkan persentase ukuran
pada keadaan paralel nikol berwarna colourless dengan bintik hitam, warna
interferensi hitam dengan bintik putih dan abu-abu, ukuran butir sand 90% (0,1
mm – 0,4 mm) dan clay 10% memiliki bentuk butir angular. Sortasi yang
terpilah baik (well sorted) dengan kemas concave contact. Komposisi mineral
yang hadir pada batuan ini adalah kuarsa (80%), orthoklas (10%), dan mineral
(Lampiran Petrografi).
3.2.2.2. Penyebaran
P30, P32, P33, P34, P35, P36, P37, P39, P45, dan P46. Sebaran satuan batupasir
ini menempati bagian barat laut daerah pemetaan, dengan luas penyebaran ±
12% dari seluruh luas daerah pemetaan (Lampiran 1 Peta Pos Pengamatan dan
3.2.2.3. Umur
karena tidak terdapat fosil. Jadi penentuan umur satuan batupasir ini dilakukan
dari ciri-ciri fisik batuan dan tempat keterdapatan singkapan batuan dengan
lembar Sidikalang menurut D.T. Aldiss dkk (1982), satuan batupasir ini
di bawahnya yaitu satuan filit adalah tidak selaras karena memiliki umur yang
3.2.3.1. Litologi
Pengamatan langsung di lapangan, satuan ini secara fisik batuan ini warna
pada keadaan paralel nikol berwarna colourless dengan bintik hitam, warna
(23%), gelas (15%), hornblende (12%), mineral opak (6%), oksida besi (4%),
Foto 3.7. Kenampakkan Singkapan Andesit pada Pos Pengamatan P40 di Daerah Lumban
Haroroan
mineral feldspar dengan mineral kalium feldspar, maka penamaan batuan ini
3.2.3.2. Penyebaran
P41, P42, P43, dan P44. Sebaran satuan andesit ini menempati bagian barat
3.2.3.3. Umur
yaitu berdasarkan kesamaan formasi. Jadi penentuan umur satuan andesit ini
kesamaan dari ciri-ciri fisik batuan dan tempat keterdapatan singkapan batuan
berumur Miosen Tengah – Miosen Akhir, maka satuan ini juga berumur Miosen
bawahnya yaitu satuan batupasir adalah selaras karena tidak memiliki umur
3.2.4.1. Litologi
Satuan tufa yang tersingkap mempunyai lebar dan tinggi singkapan yang
fresh (Foto 3.9.), berwarna abu – abu kehitaman, warna fresh putih keabu-abuan,
ukuran butir ash sampai lapili, dan bentuk butir angular. Pada P50 pengamatan
langsung di lapangan, kondisi singkapan berwarna putih dengan bintik coklat (Foto
3.10.), ukuran butir ash sampai lapili, dan bentuk butir sub angular – sub rounded.
Foto 3.9. Kenampakkan Singkapan Tufa pada Pos Pengamatan P5 di Daerah Sipintu-pintu
Foto 3.10. Kenampakkan Singkapan Tufa pada Pos Pengamatan P50 di Daerah Naenggolan
dengan bintik hitam dan putih, ukuran butirnya ash 75% (0,1 mm – 1,2 mm) dan
sedang (moderately sorted) dengan kemas terbuka. Batuan ini tersusun oleh
persentase material penyusun sayatan ini yang berukuran ash sebesar 75% dan
Berdasarkan ukuran butir ukuran butirnya ash 75% (0,1 mm – 1,2 mm)
dan lapili 25% (2 mm – 6 mm) dan jenis plagioklasnya yang andesin dengan
kehadiran glass mencapai 60%, maka variasi penamaan tufa pada sayatan ini
dengan bintik hitam, ukuran butirnya ash 100% (0,5 mm – 1 mm), bentuk butir
sub angular, sortasinya baik (well sorted) dengan kemas terbuka. Batuan ini
Berdasarkan ukuran butir ukuran butirnya ash 100% (< 0,1 mm – 1 mm)
dan jenis plagioklasnya yang andesin dengan nilai An 40 dan An 44 maka dapat
jarak transportasi yang dekat dengan pusat erupsi dan jenis magmanya
variasi penamaan tufa pada sayatan ini adalah crystal vitric tuff (Pettijhon,
3.2.4.2. Penyebaran
P12, P18 – P24, P38, P42, dan P47 – P58. Sebaran satuan tufa ini menempati
bagian selatan pemetaan, dengan luas penyebaran ± 65% dari seluruh luas
Geologi).
3.2.4.3. Umur
Penentuan umur satuan tufa ini dilakukan secara tidak langsung, yaitu
kesamaan dari ciri-ciri fisik batuan dan tempat keterdapatan singkapan batuan
satuan ini temasuk ke dalam Formasi Tufa Toba (Qvt) yang berumur Pleistosen
Awal – Plesitosen Akhir, maka satuan ini juga berumur Pleistosen Awal –
bawahnya yaitu satuan andesit adalah tidak selaras karena memiliki umur
yang hilang. Satuan tufa termasuk Formasi Tufa Toba (Qvt) yang umurnya
Akhir.
3.2.5.1. Litologi
Endapan aluvial pada daerah pemetaan dihasilkan dari proses erosi dan
terhadap batuan yang berada di bawah maupun yang berada di sampingnya yang
lebih tua. Endapan aluvial ini disusun oleh material lempung, lumpur, pasir,
Foto 3.13. Kenampakkan Satuan Aluvial pada Pos Pengamatan P59 di Daerah Huta Godang
3.2.5.2. Penyebaran
P60, dan P61. Satuan aluvial ini menempati bagian selatan utara daerah
pemetaan, dengan luas penyebaran ± 10% dari seluruh luas daerah pemetaan
aluvial ini membentuk morfologi landai (dataran) dan pada umumnya daerah
dan pertanian. Secara lithostratigrafi umur satuan ini ialah Kuarter (Holosen)
3.2.5.3. Umur
Penentuan umur satuan tufa ini dilakukan secara tidak langsung, yaitu
kesamaan dari ciri-ciri fisik batuan dan tempat keterdapatan singkapan batuan
satuan ini temasuk ke dalam satuan aluvium (Qh) yang berumur Holosen (D.T.
langsung karena tidak terdapatnya fosil pada satuan ini. Penentuan lingkungan
bawahnya yaitu satuan tufa selaras karena tidak memiliki umur yang hilang.