STRATIGRAFI
Secara regional daerah pemetaan berada pada Tamiang Deep. Tamiang Deep
Basin) yang terletak dibagian tengah, terbentang diantara busur vulkanik atau
geantiklin sebelah Barat dan orogenik Thai-Malay terbentang agak lebih jauh ke
paling Utara dari tiga cekungan yang berada disepanjang belakang busur dari
Timur oleh paparan Malaka, di Selatan oleh Busur Asahan yang memisahkan
pengendapan kelompok batuan Tapanuli yang terdiri dari formasi Bahorok dan
formasi Kluet yang berumur Karbon Akhir – Perm Awal dan diatasnya
dan proses erosi sehingga susut laut terjadi pada daerah tersebut, kecuali sub-
bagian yang dalam. Kemudian proses genang laut terjadi pada cekungan tersebut
yang disebabkan oleh penurunan cekungan yang terjadi pada zaman Tersier.
3 - 17
formasi Tampur yang merupakan kelompok batuan Meurudu adalah sedimen
Eosen Akhir. Secara tidak selaras diatasnya diendapkan kelompok batuan Jambo
Aye yang berumur Oligocene Akhir-Miosen Akhir yang terdiri dari formasi
Pleistosen yang terdiri dari formasi Keutapang dan formasi Seureula. Secara
regional daerah pemetaan termasuk bagian dari cekungan Sumatera Utara yaitu
3 - 17
Gambar 3.2 Kolom Stratigrafi North Sumatera Basin (Modified from E.C.L.,1983)
Daerah pemetaan merupakan bagian dari peta geologi lembar Langsa. Menurut
Cameron et al, 1981 stratigrafi regional lembar Langsa berdasarkan umur batuan
tersusun atas dua bagian yaitu batuan Pra-Tersier dan batuan Tersier. Pada daerah
kelompok Tapanuli dalam Formasi Bahorok (Pubt) dan Formasi Kluet (Puk),
3 - 17
kemudian kelompok Peusangan dalam Formasi Sembuang (MPs) dan Formasi
Kaloi (MPkl). Namun pada daerah pemetaan batuan Pra-tersier yang dijumpai
Tabel 3.1 Litologi daerah pemetaan, formasi Kaloi berdasarkan peta geologi lembar Langsa
Lokasi
FORMASI LITOLOGI UMUR
Pengendapan
Batugamping Pejal,
Formasi Kaloi
Batugamping dan Akhir Trias S. Kaloi
Mpkl
Batupasir
Batuan tersier merupakan batuan yang terbentuk pada masa Kenozoikum, Kala
Oligosen sampai dengan kala Miosen. Batuan tersier pada peta geologi lembar
kemudian kelompok Jambo Aye pada Formasi Bruksah (Tob), Formasi Bampo
(Tmpb), Formasi Peutu (Tmp), anggota Buluh (Tmbb), Formasi Baong (Tmb) dan
kelompok Lhoksukon pada Formasi Keutapang (Tuk), Formasi Seureula (Tps) dan
Formasi Julu Rayeu (Qtjr). Namun pada daerah pemetaan batuan Tersier yang
dijumpai hanya Formasi Bruksah (Tob), Formasi Bampo (Tlb), Formasi Peutu
3 - 17
Tabel 3.2 Litologi daerah pemetaan formasi Bruksah (Tob), formasi Bampo (Tlb), formasi Peutu
(Tmp) pada daerah pemetaan secara regional berdasarkan peta geologi lembar Langsa
Batupasir gampingan,
Formasi Bruksah,
konglomerat dan lapisan Oligosen Akhir Kr. Bruksah
(Tob)
tipis batubara
Batulumpur gampingan,
Formasi Peutu Miosen Awal –
karbon dan batupasir Kr. Peutu
(Tmp) Miosen Tengah
tipis
Batulumpur gampingan,
Formasi Baong Miosen Tengah
batupasir dan batupasir Baong
(Tmb) – Miosen Akhir
mengandung glaukonit
Berdasarkan studi literatur dan data yang diperoleh dari lapangan serta didukung
pengamatan dilapangan dan analisa laboratorium. Formasi yang ada pada daerah
pemetaan yaitu, formasi Kaloi, formasi Bruksah, formasi Bampo, formasi Peutu
3 - 17
dan formasi Baong, yang formasi tersebut diendapkan pada Zaman Pra-Tersier –
Zaman Tersier. Urut-urutan batuan secara umum dari yang tertua hingga
1. Satuan Batugamping
3. Satuan Batulumpur
5. Satuan Batupasir
kristalin, ukuran butir dominan very fine grained – micrograined (0,5 – 0,2 mm),
bentuk butir angular – sub angular, struktur masif, dengan kondisi yang yang
terkekarkan.
Foto 3.1. Singkapan batugamping yang terdapat pada bagian Selatan daerah pemetaan, berada
Pada stasiun pengamatan P 3 di daerah Sungai Kaloi.
3 - 17
Kenampakan batugamping dilapangan P 3 BAS (foto 3.1) berada ditepi sungai
Kaloi, memperlihatkan warna segar abu abu dan sebagian kenampakan sudah
terlarut, tekstur kristalin, berukuran butir very coarse grained 1,5 – 2 mm, bentuk
colourless, berukuran butir micrograined – very coarse grained (0.01 – 1.8 mm),
hubungan antar butir long contact, disusun oleh mineral kalsit 95% dan opak 5%
analisa petrografi).
P3, P5 dan P27 – P32 (lampiran peta stasiun pengamatan). Sebaran satuan
batugamping kristalin ini menempati bagian selatan dan barat daya daerah
pemetaan, dengan luas penyebaran ± 25% dari seluruh luas daerah pemetaan.
3 - 17
Penentuan umur satuan batuan ini dilakukan berdasarkan kesebandingan dengan
regional melalui ciri litologi satuan ini yang termasuk dalam satuan Formasi
P11, P12 dan P34 – P37. Sebaran satuan batupasir karbonatan ini menempati
bagian Utara dari daerah pemetaan, dengan luas penyebaran ± 15% dari seluruh
Pengamatan disatuan batuan ini terdapat enam titik pengamatan dilapangan yaitu
berada pada stasiun P11, P12 dan P34 – P37 (lihat peta stasiun pengamtan).
Secara fisik batuan ini memiliki keseragaman yaitu memiliki warna abu – abu
kehitaman, bertekstur klastik ukuran butir dominan very fine sand – clay, sortasi
3 - 17
Nodule
Foto 3.3. Singkapan batupasir dengan nodule yang ditunjukan oleh garis panah yang terdapat
pada bagian Utara daerah pemetaan, berada pada stasiun pengamatan P12
Pada pengamatan petrografi dilakukan analisa dua sampel yaitu dengan kode P
12A BAS dan P 12B BAS. Kenampakan mikroskopis sayatan P 12A BAS (foto
3.4), memperlihatkan warna colourless kecoklatan, berukuran butir very fine sand
- clay (0,07 – < 0,0039 mm), sayatan ini didominasi oleh ukuran butir sand 80%,
clay 15% dan silt 5%, tekstur butiran/klastik, bentuk menyudut tanggung sampai
membulat, hubungan antar butir long contact – concave convec contact, disusun
oleh mineral kwarsa 62%, mineral lempung 10%, lumpur karbonat 8% dan opak
5%. Berdasarkan persentase ukuran butir, maka nama batuan tersebut adalah
3 - 17
Paralel Nikol Silang Nikol 0.2 mm
Foto 3.4. Foto sayatan batupasir dengan didominasi oleh ukuran butir pasir sangat halus, berada
kecoklatan, berukuran butir very fine sand - clay (0,08 – < 0,0039 mm), tekstur
contact – concave convec contact, dimana sayatan ini didominasi oleh clay 60%,
Silt 25% dan sand 15%. Disusun oleh lumpur karbonat 60%, kwarsa 23%,
mineral lempung 10%, opak 5% dan fosil 2%. Berdasarkan persentase ukuran
butir, maka nama nodule dalam sayatan ini adalah mudstone (R.J Dunham, 1962)
fosil fosil
Sand – clay, terdapatnya fosil foraminifera plankton pada stasiun pengamatan P 12B
3 - 17
Lingkungan pengendapan satuan batupasir karbonatan ini terendapkan pada
plankton pada nodule dari singkapan batupasir karbonatan. Umur batuan ini
hitam kecoklatan, tekstur klastik, yang didominasi ukuran butir sand – clay,
sortasi sedang, dengan tingkat kebundaran membulat, struktur batuan tidak dapat
diukur karena kondisi batuan yang sudah terlapukan pada stasiun pengamatan
Foto 3.6. Singkapan batulumpur yang terdapat pada bagian Barat – Timur daerah pemetaan,
3 - 17
Kenampakan mikroskopis sayatan P 23 BAS (foto 3.7), memperlihatkan warna
colourless kecoklatan, berukuran butir very fine sand - clay (0,08 – < 0,0039 mm),
butir floting – point contact, dimana sayatan ini didominasi oleh clay 70%, Silt
20% dan sand 10%. Disusun oleh mineral lempung 70%, kwarsa 25% dan opak
5%. Berdasarkan persentase ukuran butir, maka nama batuan dalam sayatan ini
adalah batulempung lanauan atau silty claystone (Piccard M.D. 1971) (lampiran
analisa petrografi).
Foto 3.7. Foto sayatan batulumpur dengan didominasi oleh ukuran butir lempung,
P19, P21, P23, P25 dan P26. Sebaran satuan batulempung lanauan menempati
bagian Timur dan Barat dari daerah pemetaan, dengan luas penyebaran ± 60%
Penentuan umur satuan batuan dilakukan secara tidak langsung karena tidak
terdapat fosil. Jadi penentuan umur satuan batulempung lanauan ini dilakukan
geologi lembar Langsa, dimana menurut Cameron et al, 1981, satuan batulumpur
termasuk kedalam formasi Bampo memiliki umur Oligosen Akhir – Miosen Awal
P16. Sebaran satuan batulempung karbonatan menempati bagian Barat Laut dari
pemetaan.
Pengamatan disatuan batuan ini terdapat satu titik pengamatan dilapangan yaitu
berada pada stasiun P16 (lampiran peta stasiun pengamtan). Secara fisik batuan
ini memiliki warna lapuk abu – abu kecokelatan, bertekstur klastik ukuran butir
dominan clay, sortasi sedang, bentuk butir membulat, struktur masif dengan
3 - 17
Foto 3.8. Singkapan batulempung karbonatan yang terdapat pada bagian Barat laut daerah
abu-abu, berukuran butir silty - clay (0,008 – < 0,0039 mm), tekstur klastik,
bentuk menyudut tanggung sampai membulat, hubungan antar butir floting – point
contact, dimana sayatan ini didominasi oleh clay 80% dan silt 20%. Disusun oleh
mineral lempung 80%, kwarsa 10%, dan opak 10%. Berdasarkan ukuran butir,
maka penamaan batuan ini adalah claystone (Piccard M.D. 1971) (lampiran
analisa petrografi).
3 - 17
Paralel Nikol Cross Nikol 0.2 mm
Foto 3.9. Foto sayatan batulempung dengan didominasi oleh ukuran butir lempung, berada pada
abu-abu, berukuran butir sand - clay (1,1 – < 0,0039 mm), tekstur butiran/klastik,
bentuk menyudut sampai membulat, hubungan antar butir long contact – point
contact, dimana sayatan ini didominasi oleh clay 40%, silt 25% dan sand 35%.
Disusun oleh lumpur karbonat 60%, glaukonit 20%, kalsit 10%, kwarsa 7% dan
opak 3%. Berdasarkan ukuran butir, maka nama nodule pada sayatan ini adalah
Foto 3.10. Foto sayatan nodule (wackstone) pada batulempung, berada pada stasiun pengamatan
P16
3 - 17
Pada sayatan terdapat fosil maka penentuan umur pada litologi berdasarkan analisa
1969).
bertekstur klastik, ukuran butir dominan pasir berukuran sangat halus sampai
Foto 3.11. Singkapan batupasir lanauan yang terdapat pada bagian Timur laut daerah pemetaan,
3 - 17
Kenampakan mikroskopis sayatan P 33 BAS, memperlihatkan warna colourless
kecoklatan, berukuran butir fine sand - clay (0,125 – < 0,0039 mm), tekstur
floting – point contact, dimana sayatan ini didominasi oleh sand 50%, silt 20%
dan clay 30%. Disusun oleh kwarsa 50%, lempung 30%, orthoklas 15% dan opak
5%. Berdasarkan ukuran butir, maka penamaan batuan ini adalah clayey sandtone
Foto 3.12. Foto sayatan batupasir lumpuran dengan didominasi oleh ukuran butir pasir, berada
pada stasiun pengamatan P33
Penentuan umur satuan batuan dilakukan secara tidak langsung karena tidak
terdapat fosil. Jadi penentuan umur satuan batupasir lumpuran ini dilakukan
ciri-ciri fisik batuan dan tempat keterdapatan singkapan batuan dengan lembar
termasuk kedalam formasi Bampo memiliki umur Miosen Tengah – Miosen Akhir