Anda di halaman 1dari 34

Kode Sampel : L1 (Lokasi Pengambilan Sampel MTP 061)

Batuan : Breksi (Fragmen)


Satuan : Batuan Breksi, Tuff gampingan sisipan Lava andesit

Sejajar Nikol Silang Nikol

Deskripsi:
Pada pengamatan tersebut dilakukan pada perbesaran okuler 10x dan perbesaran

objektif 5x . Pada sejajar nikol warna sayatan abu-kehijauan, pada silang nikol warna

sayatan abu-abu kehitaman, struktur masif, tekstur porfiritik, ukuran butir halus (0,01–3

mm), in-equigranular.

Komposisi Mineral: Perhitungan :

1. Plagioklas (45%) Plagioklas : 45 %

2. Kuarsa (2%) KF : 10%


F.Total : 55%
3. Horblende (18%)
1 / 3 Felspar Total : 1 / 3 x 55 % = 18,33%
4. Gelas (25%)
2 / 3 Felspar Total : 2 / 3 x 55 % = 36,77%
5. Alkali Feldspar (10%)
KF < 1/3 F TOTAL

Maka nama sayatan:


Andesit ( William 1954 )
Kode Sampel : L2 (Lokasi Pengambilan Sampel MTP 012)
Batuan : Tuff gampingan
Satuan : Batuan Breksi, Tuff gampingan sisipan lava andesit

Sejajar Nikol Silang Nikol

Deskripsi:

Pada pengamatan tersebut dilakukan pada perbesaran okuler 10x dan perbesaran objektif

5x . Sayatan batuan Tuff gampingan pada sejajar nikol berwarna putih keabu-abuan, pada

silang nikol berwarna hitam kecoklatan ukuran butir <2 mm, bentuk butir, kemas terbuka.

Komposisi Mineral: Perhitungan :


1. Kalsit (10%) Lithik : 25%
2. Fosil (7%) Kristal : 12 %
3. Lithik (25%) Gelas : 56 %+
4. Gelas (56%) Total : 93 %
5. Mineral Opak (2%)
Lithik : 27/93 x 100 % = 29%
Kristal :12/93 x 100 % = 13%
Gelas :56/93 x 100 % = 60%
Kode Sampel : L3 (Lokasi Pengambilan Sampel MTP 067)
Batuan : Andesit
Satuan : Batuan Breksi, Tuff gampingan sisipan lava andesit

Sejajar Nikol Silang Nikol

Deskripsi:
Pada pengamatan tersebut dilakukan pada perbesaran okuler 10x dan perbesaran

objektif 5x dan pada pengamatan struktur masif, hipokristalin, in-equigranular, tekstur

afanitik ukuran mineral sedang – halus.

Komposisi Mineral: Perhitungan :


1. Plagioklas (55%) Plagioklas : 55 %

2. Kuarsa (3%) KF : 10%


F.Total : 65%
3. Horblende (10%)
1 / 3 Felspar Total : 1 / 3 x 60 % = 21,6 %
4. Gelas (22%)
2 / 3 Felspar Total : 2 / 3 x 60 % = 43,4 %
5. Alkali Feldspar (10%)
KF < 1/3 F TOTAL

Nama Batuan : Andesit


(William, 1954)
Kode Sampel : L4 (Lokasi Pengambilan Sampel MTP 020)
Batuan : Andesit
Satuan : Batuan Intrusi Andesit

Sejajar Nikol Silang Nikol


Deskripsi:
Pada pengamatan tersebut dilakukan pada perbesaran okuler 10x dan perbesaran
objektif 5x dan pada pengamatan struktur masif, hipo kristalin, in-equigranular tekstur
afanitik ukuran mineral sedang – halus.

Komposisi Mineral: Perhitungan :

6. Plagioklas (50%) Plagioklas : 50 %


KF : 10%
7. Kuarsa (4%)
F.Total : 60%
8. Horblende (11%)
1 / 3 Felspar Total : 1 / 3 x 65 % = 20 %
9. Gelas (25%)
2 / 3 Felspar Total : 2 / 3 x 65 % = 40 %
10. Alkali Feldspar (10%)
KF < 1/3 F TOTAL

Nama Batuan : Andesit


(William, 1954)
Kode Sampel : L5 (Lokasi Pengambilan Sampel MTP 025)
Batuan : Andesit
Satuan : Batuan Intrusi Andesit

Sejajar Nikol Silang Nikol

Deskripsi:
Pada pengamatan tersebut dilakukan pada perbesaran okuler 10x dan perbesaran

objektif 5x dan pada pengamatan struktur masif, hipokristalin, in-equigranular, tekstur

afanitik ukuran mineral sedang – halus.

Komposisi Mineral: Perhitungan :


11. Plagioklas (55%) Plagioklas : 55 %

12. Kuarsa (3%) KF : 10%


F.Total : 65%
13. Horblende (10%)
1 / 3 Felspar Total : 1 / 3 x 60 % = 21,6 %
14. Gelas (22%)
2 / 3 Felspar Total : 2 / 3 x 60 % = 43,4 %
15. Alkali Feldspar (10%)
KF < 1/3 F TOTAL

Nama Batuan : Andesit


(William, 1954)
Kode Sampel : L6 (Lokasi Pengambilan Sampel MTP 005)
Batuan : Batugamping
Satuan : Batuan Batugamping

Sejajar Nikol Silang Nikol

Deskripsi:
Pada pengamatan tersebut dilakukan pada perbesaran okuler 10x dan perbesaran
objektif 5x, Sayatan batuan batugamping pada sejajar nikol berwarna putih keabu-
abuan, pada silang nikol berwarna abu-abu kehitaman. pada pengamatan diketahui
stuktur masif, tekstur meliputi ukuran butir <1/256 – 0,8 mm, sortasi buruk, kemas
tertutup.
Komposisi :

1. Fosil (40%) : C4
2. Kalsit (10%) : G1
3. Mineral lempung karbonat (49%) : J10
4. Rongga/Pori (1%) : B3

Nama sayatan batuan: Batugamping Packstone (Dunham,1962)


Kode Sampel : L7 (Lokasi Pengambilan Sampel MTP 006)
Batuan : Batugamping
Satuan : Batuan Batugamping

Sejajar Nikol Silang Nikol


Deskripsi:
Pada pengamatan tersebut dilakukan pada perbesaran okuler 10x dan perbesaran
objektif 5x, Sayatan batuan batugamping pada sejajar nikol berwarna putih keabu-
abuan, pada silang nikol berwarna abu-abu kehitaman. pada pengamatan diketahui
stuktur masif, tekstur meliputi ukuran butir <1/256 – 1 mm, sortasi buruk, kemas
tertutup.
Komposisi :
1. Komposisi Mineral
2. Fosil (23%) : A1
3. Kalsit (5%) : H4
4. Mineral lempung karbonat (70%) : J1
5. Mineral Opak (1%) : C8
6. Rongga/Pori (1%) : D3

Nama sayatan batuan: Batugamping Packstone (Dunham,1962)


Fosil Bentonik
Satuan Batuan Batugamping (Formasi Ekas)

No. Nama Fosil Spesies Foto Fosil Deskripsi Zona

Fosil utuh, bentuk cangkang


melengkung, susunan kamar uniserial
Neritik Tengah
1 Nodosaria Nodosaria sp terdiri atas satu kamar, dinding
–Nerittik atas
cangkang berpori halus, apertur
terbentuk radial.

Cangkang polythalamus, komposisi


dinding cangkang calcareous hyaline,
cangkang elongate, biserial, pipih, Nertik Tengah
2 Robulus Macrodiscus Robulus sp
sutura melengkung, tertekan, aperture – Neritik Luar
terminalslit-like dengan leher pendek,
ornamentasi costae.
GEOLOGI DAERAH REMBITAN DAN SEKITARNYA
KECAMATAN PUJUT KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
DAN
ANALISIS KUANTITATIF AKTIVITAS TEKTONIK
RELATIF DAERAH CIGUDEG DAN SEKITARNYA
KECAMATAN CIGUDEG KABUPATEN BOGOR JAWA
BARAT

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan


Program Pendidikan Sarjana Strata – 1 (S1)
Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknik
Universitas Pakuan

Muhammad Teguh Pramono


055115045

PROGRAM STUDI GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS PAKUAN

2021
kelas 1 ditandai dengan warna merah. Lalu aktivitas tektonik pada das Ci Durian

dan das Ci Sadane termasuk kategori aktif atau berapa pada kelas 2 ditandai

dengan warna kuning, Sedangkan aktivitas tektonik pada subdas Ci Pangaur

termasuk kategori kurang aktif atau berada pada kelas 3 ditandai dengan warna

hijau, dapat dilihat pada Peta AF (Lampiran 7).

6.3.2. Indeks Bentuk DAS (basin shape index / BS)

Indeks DAS (Bs) adalah perbandingan antara sumbu panjang/basin length

(Bl) atau panjang DAS yang diukur dari titik tertinggi dengan sumbu lebar/basin

width (Bw) atau lebar DAS yang diukur dari yang terlebar (Gambar 6.2)

(Dehbozorgi dkk., 2010). Nilai Bs pada tektonik yang lebih aktif akan berbentuk

memanjang (elongate) dan akan menjadi cenderung membulat (circular) setelah

proses tektonik melambat atau berhenti.

Gambar 6.2 Ilustrasi indeks bentuk DAS


(Keller dan Pinter, 2002)

Dari hasil perhitungan BS, apabila harga yang diperoleh (BS<3) maka

daerah tersebut relatif stabil, artinya proses tektonik yang bekerja sangat kecil

63
dikarenakan pada daerah yang dikontrol oleh tektonik aktif terjadi aktivitas

deformasi lebih besar dibanding dengan tingkat erosinya.

Gambar 6.3 Ilustrasi kerapatan DAS (Keller dan Pinter, 2002)

Dari hasil perhitungan DD, apabila harga yang diperoleh (DD>25) maka

daerah tersebut relatif stabil, artinya proses tektonik yang bekerja sangat kecil

sehingga panjang sungai relative lebih tinggi dibanding luas pengaliran sungai

yang sempit. Pada daerah yang memiliki tingkat aktivitas tektonik aktif akan

tercermin dari data DD yang kecil karena perbandingan panjang sungai dengan

luas pengaliran seimbang. Pada daerah penelitian menunjukkan nilai DD relatif

tidak terlalu bervariasi, yaitu dari 1.8 hingga 3,3 (Tabel 6.5)

Kerapatan DAS / Drainage Density (DD)


Sub DAS L (km) A (km2) DD Kelas
Ci Durian 371,9 156,4 2,3 2
Ci Pangaur 89,4 47,8 1,8 2
Ci Merci 103,1 44,5 2,3 2
Ci Sadane 1.354 404,7 3,3 2

Tabel 6.5 Hasil perhitungan kerapatan DAS daerah penelitian

65
Pembagian kelas tektonik berdasarkan nilai DD (El Hamdouni dkk., 2007

dalam Dehbozorgi dkk., 2010) (Tabel 6.1). Pada daerah penelitian berdasarkan

data DD dari empat subdas yang dianalisis maka disimpulkan bahwa aktivitas

tektonik pada Das Ci Durian, subdas Ci Pangaur, Subdas Ci Merci dan Das Ci

Sadane . Termasuk kategori aktif atau berada pada kelas 2, ditandai dengan warna

kuning, dapat dilihat pada Peta DD (Lampiran 9).

6.3.4. Rasio Dasar Lembah (valley floor / VF)

Rasio Dasar Lembah & Tinggi Lembah / Valley Floor (VF) adalah

perbandingan antara lebar lembah dengan elevasi bukit yang mengapitnya

(Gambar 6.4) (Dehbozorgi dkk., 2010). Nilai VF tinggi berasosiasi dengan

kecepatan pengangkatan rendah, sehingga sungai akan memotong secara luas

pada dasar lembah dan bentuk lembah akan semakin melebar. Sementara itu, nilai

Vf rendah akan merefleksikan lembah dalam dan mencerminkan penambahan

aktivitas sungai. Hal ini berasosiasi dengan kecepatan pengangkatan.

Gambar 6.4 Ilustrasi rasio dasar lembah (Keller dan Pinter, 2002)

66
dihitung dengan membandingkan panjang lekukan sepanjang muka pegunungan

(Lmf) dengan jarak lurus suatu titik tertentu (ls) (Gambar 6.5). Daerah dengan

aktivitas tektonik tinggi memiliki lebih sedikit lekukan kontur dibandingkan

daerah tektonik rendah.

Gambar 6.5 Ilustrasi sinuositas muka


pegunungan (Keller dan Pinter, 2002)

Keterdapatan Smf kelas 1 mengindikasikan aktivitas tektonik lebih

mendominasi bentukan muka pegunungan tersebut, Smf kelas 2 mengindikasikan

keseimbangan aktivitas tektonik dan erosi dan Smf kelas 3 mengindikasikan

aktivitas erosi lebih

mendominasi bentukan muka pegunungan tersebut. Hasil perhitungan Smf di

daerah penelitian menunjukkan nilai Smf bervariasi dari 2.1 hingga 2.4 (Tabel

6.7)

68
panjang sesar sekitar 6 km. Gejala struktur geologi yang mengindikasikan di

lapangan adalah:

1) Breksiasi dengan arah breksiasi N 82º E yang dijumpai di lokasi MTP-001.

2) Breksiasi dengan arah breksiasi N 90º E yang dijumpai di lokasi MTP-069.

3) Breksiasi dengan arah breksiasi N 102º E yang dijumpai di lokasi MTP 072.

Berdasarkan arah pergerakan dari sesar ini, maka sesar Tumpak adalah

sesar mendatar menganan atau dextral strike slip fault.

A
A

C
(A) Breksiasi di MTP-001 dengan
arah umum N82˚E.
B
C

(C) Breksiasi di MTP-072 dengan


(B) Breksiasi di MTP-069 dengan
arah umum N102˚E.
arah umum N90˚E.
Gambar 4.4. Bukti-bukti adanya sesar mendatar Tumpak berupa
breksiasi dengan arah umur A. N82˚E, B. N90˚E, C. N102˚E

53
4.2.2.2. Sesar Mendatar Eat Baturiti

Penamaan sesar mendatar ini didasarkan pada bukti sesar yang dijumpai

di Eat Baturiti dengan arah sesar barat daya – timur laut dengan panjang sesar

sekitar 4 km Gejala struktur geologi yang mengindikasikan di lapangan adalah:.

1) Breksiasi dengan arah breksiasi N 15˚ E yang dijumpai di lokasi MTP-012.

Berdasarkan pergerakan relatifnya sesar mendatar Pengebit merupakan

sesar mendatar mengiri atau sinistral strike slip fault.

Breksiasi di MTP-012dengan arah umum


N15˚E.

Gambar 4.5. Bukti-bukti adanya sesar mendatar Eat Baturiti


berupa breksiasi dengan arah umum N15˚E.

4.3. Umur dan Mekanisme Pembentukan Struktur

Penentuan umur struktur geologi yang terdapat di daerah penelitian

berdasarkan hukum potong memotong dimana batuan termuda yang terpotong

oleh struktur sesar adalah satuan batuan batugamping yang berumur Miosen

Tengah – Pliosen awal (N9 – N19). Maka dengan demikian kejadian tektonik

yang menyebabkan terbentuknya proses struktur geologi didaerah penelitian

terjadi setelah Pliosen awal. Keseluruhan struktur geologi yang terdapat di daerah

54
3.2.1.3. Ciri Litologi

Satuan batuan ini dicirikan oleh breksi, dan tuf gampingan yang memiliki

pecahan-pecahan batugamping, pada umumnya tersingkap dalam kondisi cukup

segar sampai dengan sangat lapuk dan hanya di beberapa tempat saja yang

menunjukan perlapisan.

Satuan ini pada Bagian bawah didominasi oleh breksi umumnya dicirikan

oleh breksi dengan kondisi singkapan segar hingga lapuk memiliki stuktur

sekunder berupa kekar (gambar 3.1). Bagian tengan satuan ini dicirikan lava

andesit dengan kondisi singkapan segar (gambar 3.2). Bagian atas satuan ini

didominasi tuf gampingan umumnya dicirikan oleh tuf gampingan dengan kondisi

singkapan segar - lapuk memiliki struktur sedimen Inverted Graded-Bedding

(gambar.3.3).

Tenggara Barat Laut

A B

Gambar 3.1 Singkapan yang mewakili ciri litologi bagian bawah berupa batu
breksi di jumpai pada LP MTP-027 di bukit desa sengkol(A).
Memperlihatkan kekar yang telah terisi oleh mineral kalsit, ukuran
fragmen 20 – 80cm dan kompoisi fragmen berupa litik sedimen dan
litik beku(B).

32
Timur Laut Barat Daya

A B

Gambar 3.2 Singkapan batuan beku yang mewakili ciri litologi bagian
Tengah berupa sisipan andesit di jumpai pada LP MTP-067 di
bukit desa Rembitan(A). Memperlihatkan struktur masif(B).

Timur Barat
Laut Daya

A B

Gambar 3.3 Singkapan yang mewakili ciri litologi bagian Atas berupa batu Tuf
gampingan memiliki struktur Inverted Graded-Bedding di jumpai
pada LP MTP-027 di bukit desa Rembitan(A). Memperlihatkan
pecahan pecahan gamping berukuran 3-25cm(B).

Breksi, berwarna abu-abu kecoklatan dengan kondisi segar hingga lapuk

ukuran fragmen kerikil sampai dengan bongkah (> 2 mm), bentuk fragmen

menyudut-menyudut tanggung, kemas terbuka, pemilahan buruk, fragmen:

sedimen dan Batuan beku Andesit, masa dasar material vulkanik berupa tuf

33
berukuran pasir sedang – pasir kasar, di beberapa tempat di temukan pelapukan

mengulit bawang ( concoid spheroidal) .

Gambar 3.4
singkapan Breksi dengan fragmen andesit
berukuran 0,2 – 10 cm, masa dasar tuf, skala
palu geologi, lokasi tepi bukit Desa
Rembitan LP MTP-017

Berdasarkan hasil analisis petrografi pada sayatan tipis fragmen breksi

yang di ambil pada MTP 061. Pada sejajar nikol memperlihatkan sayatan

berwarna abu kehijauan, pada silang nikol memperlihatkan sayatan berwarna abu

kehitaman. Derajat kristalisasi hipokristalin, ukuran butir halus kristal ± 0.1 – 3

mm, subhedral - euhedral, kemas terbuka, inequigranular, tekstur porfiritik

(Gambar 3.5). Sayatan batuan ini disusun oleh plagioklas 45%, horblende 18%,

alkali feldspar 10%, gelas 25%, kuarsa 2%. Berdasarkan tekstur dan komposisi

mineral maka nama batuan Andesit (William,1954).

Gambar 3.5 Foto sayatan tipis fragmen dari batuan breksi berupa batu
andesit di ambil pada lokasi MTP- 061

34
Tuf gampingan berwarna abu-abu terang, bentuk butir menyudut

tanggung, ukuran butir pasir halus – pasir kasar (1/2 ˗ < 2mm), terpilah buruk,

kemas tertutup, porositas buruk, sementasi karbonat. Komposisi mineral: mineral

gelas dan pecahan batugamping berukuran pasir halus –pasir kasar.

Gambar 3.6
singkapan Tuf gampingan dengan
pecahan batugamping, berukuran
pasir halus ,masa dasar tuf, skala palu
geologi, lokasi tepi bukit Desa
Rembitan LP MTP-041

Berdasarkan hasil analisis petrografi pada sayatan tipis batu tuf

gampingan yang di ambil pada MTP 012. Pada sejajar nikol memperlihatkan

sayatan berwarna putih keabuan, pada silang nikol memperlihatkan warna hitam

kecoklatan, ukuran butir< 2 mm, kemas terbuka (Gambar 3.7). Sayatan batuan ini

disusun oleh kalsit 10%, fosil 15%, lithic 25%, gelas 48%,Mineral opak 2%.

Nama batuan tuf gelas (Petijohn, 1975).

Gambar 3.7 Foto sayatan tipis dari batu tuf gampingan diambil pada
lokasi MTP-012.terdapat fosil foraminifera

35
Andesit berwarna abu-abu gelap, struktur massif, bertekstur porfiritik,

derajat kristalisasi hipokristalin,granularitas afanitik, in-equigranular, bentuk

mineral subhedral – anhedral, dengan komposisi mineral terdiri dari plagioklas,

hornblende, orthoklas, mineral gelas.

Gambar 3.8
singkapan sisipan lava andesit
berstruktur masif skala palu geologi,
lokasi tepi bukit Desa Rembitan LP
MTP-068

Berdasarkan hasil analisis petrografi, dari conto batuan MTP 067. Pada

sejajar nikol memperlihatkan warna abu kecokalatan, pada silang nikol

memperlihatkan sayatan berwarna coklat kehitaman. Struktur massif, derajat

kristalisasi hipokristalin (Gambar 3.9), secara umum ukuran butir berkisar (0,5 –

1,5 mm), subhedral - euhedral, kemas terbuka, inequigranular, tekstur porfiritik.

Kompisisi mineral: plagioklas 55%, horblende 10%, alkali feldspar 10%, gelas

22%, kuarsa 3%. Berdasarkan tekstur dan komposisi mineral maka nama batuan

Andesit (William,1954).

Gambar 3.9 Foto sayatan tipis dari Lava andesit diambil pada lokasi
MTP-067

36
3.2.2. Satuan Batuan Andesit

3.2.2.1. Penamaan

Penamaan satuan batuan ini didasarkan pada singkapan batuan yang

dijumpai di lapangan berupa batuan terobosan andesit.

3.2.2.2. Penyebaran dan Bentuk Intrusi

Satuan Batuan Andesit terletak di bagian barat laut lembar peta,

menempati sekitar 5% dari luas daerah penelitian dan pada peta geologi diberi

warna merah. Berdasarkan bentuk penyebaran batuan terobosan yang berbentuk

melingkar dengan diameter intrusi sekitar 600-700 m, maka bentuk intrusi dapat

dikatakan sebagai bentuk intrusi stock.

3.2.2.3. Ciri Litologi

Satuan batuan terobosan ini di lapangan dicirikan oleh bentuk morfologi

khas berupa batuan yang menerobos batuan sekitarnya menghasilkan bentuk bukit

dan singkapan intrusi ini umumnya dicirikan oleh struktur kekar kolom dam

aktivitas magma yang menerobos batuan sekitarnya menghasilkan bentuk bukit (

Gambar 3.10 ).
Barat Daya Timur Laut

Gambar 3.10 Foto singkapan batuan andesit yang tersingkap pada lokasi MTP-
020, Gunung Teleu,di desa mertak

39
Andesit berwarna abu-abu kecoklatan, bertekstur porfiritik, derajat

kristalisasi hipokristalin,granularitas afanitik, in-equigranular, bentuk mineral

subhedral – anhedral, dengan komposisi mineral terdiri dari plagioklas,

hornblende, orthoklas, mineral gelas.

Gambar 3.11
Foto singkapan Batuan andesit skala
palu geologi, lokasi G.Tele Desa
Mertak LP MTP-020.

Berdasarkan hasil analisis petrografi pada sayatan tipis Batuan andesit

yang di ambil pada MTP 020. Pada sejajar nikol memperlihatkan warna abu

kecokalatan, pada silang nikol berwarna coklat kehitaman. Struktur massif,

Derajat kristalisasi hipokristalin (Gambar 3.12), secara umum ukuran butir

berkisar (0,5 – 1,5 mm),, subhedral-euhedral, kemas terbuka, inequigranular,

tekstur porfiritik. Sayatan batuan ini disusun oleh plagioklas 50%, horblende 11%,

alkali feldspar 10%, gelas 25%, kuarsa 4%. Berdasarkan tekstur dan komposisi

mineral maka nama batuan Andesit (William,1954).

Gambar 3.12 Foto sayatan tipis dari batuan beku berupa batu andesit diambil
pada lokasi MTP-020

40
(Gambar 3.13) dan bagian atas satuan batuan ini berupa batugamping yang

berlapis dengan ketebalan berkisar 20cm -1m (Gambar 3.14).

B T

Gambar 3.13 Foto singkapan yang mewakili ciri litologi bagian Bawah dari
satuan batuan berupa batuamping masif yang dijumpai pada
lokasi pengamatan MTP-005, di sungai merendeng, Desa
Rembitan.
B T

Gambar 3.14 Foto singkapan yang mewakili ciri litologi bagian atas dari satuan
batuan berupa batugamping yang berlapis bagian atas yang dijumpai
pada lokasi pengamatan MTP- 006, memiliki struktur berlapis
dengan ketebalan 20cm- 1m di Sungai Merendeng, Desa Rembitan.

Batugamping, warna segar putih terang, warna abu abu,ukuran butir pasir

halus - sedang, bentuk butir menyudut tanggung, terpilah buruk, dengan

konstituen utama berupa foraminifera didukung oleh lumpur. dengan massa dasar

mikrit.

43
Gambar 3.15
Singkapan Batugamping
berstruktur masif skala palu
geologi, lokasi sungai merendeng
Desa Rembitan LP MTP-005

Berdasarkan hasil analisis petrografi pada sayatan tipis batugamping yang

di ambil pada MTP-005(Gambar 3.16). Pada sejajar nikol sayatan memperlihatkan

warna putih keabuan, pada silang nikol berwarna abu-abu kehitaman, pada

pengamatan diketahui struktur massif, tekstur meliputi ukuran butir <1/256 – 0,8

mm, sortasi buruk, kemas tertutup. Sayatan ini disusun oleh kalsit 10%, fosil 40%,

mineral lempung karbonat 50% Berdasarkan tekstur, komposisi mineral serta

mengacu pada klasifikasi (Dunham, 1962).maka nama batuan Batugamping

Pacstone, Pemerian nama petrografi dapat dilihat pada lampiran analisa petrografi

(L6).

Gambar 3.16 Foto sayatan tipis dari Batugamping diambil pada lokasi
MTP-005. Memperlihatkan kehadiran fosil terdiri dari
foram besar dan foram kecil

44
3.2.4. Satuan Endapan Aluvial

3.2.4.1 Penamaan

Penamaan satuan ini didasarkan pada dijumpainya endapan aluvial sungai,

tersusun oleh material yang berukuran lempung hingga bongkah yang bersifat

lepas sebagai penyusun satuan ini.

3.2.4.2 Penyebaran

Satuan ini menempati sekitar 5% luas daerah penelitian dan diberi warna

abu-abu pada peta geologi. Satuan ini tersusun oleh material endapan aluvial yang

bersifat lepas berukuran pasir hingga bongkah. Dimana merupakan endapan hasil

transportasi sungai. Satuan ini tersebar di bagian Selatan, terutama di bagian hilir

Sungai Tebelo, Desa Tanakawu Satuan endapan aluvial ini merupakan hasil

rombakan batuan sebelumnya tetapi belum terkompaksi dan dikontrol oleh

endapan sungai.

B T

Gambar 3.17 Foto endapan Aluvial berukuran lempung sampai bongkah yang
merupakan material lepasan yang telah tertransportasi di Sungai
Tebelo difoto ke arah hulu sungai

48
3) Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial

2.2.1 Satuan Geomorfologi Perbukitan Homoklin

Satuan geomorfologi ini di kontrol oleh struktur perlipatan yang

menghasilkan bentuk perbukitan yang memiliki jurus perlapisan seragam berarah

relatif Baratlaut - Tenggara dan kemiringan lapisan ke arah Timurlaut. Satuan

geomorfologi ini disusun oleh satuan batuan batubreksi, tuf gampingan, lava

andesit dan batugamping.

Pada peta satuan geomorfologi (Lampiran 8) satuan geomorfologi

perbukitan homoklin diberi warna ungu dengan penyebaran sekitar 90% dari luas

daerah penelitian. Satuan ini tersebar mulai di Desa Tumpak, Desa Sengkol, Desa

Sukadana, Desa Mertak, Desa Rembitan, , Desa Teruwai, Desa Penggembur dan

Desa Tanakawu atau terletak pada bagian Barat hingga ke bagian Timur daerah

penelitian. Secara morfometri satuan ini berada pada ketinggian antara 100-250

mdpl serta kelerengan berkisar antara 5% – 55% atau landai – curam (Van

Zuidam,1985).
S U
U U

Gambar 2.2 Foto kenampakan satuan geomorfologi perbukitan homoklin yang


difoto dari Bukit desa Pengembur kearah barat daya, memperlihatkan
bentuk perbukitan yang sudah tererosi.
18
Proses geomorfologi yang terjadi pada satuan geomorfologi ini adalah

pelapukan batuan dan erosi. Proses pelapukan batuan berupa tanah dengan

ketebalan tanah berkisar dari 1- 2m (Gambar.2.3).


S U
U

Gambar 2.3 Foto kenampakan soil / tanah hasil proses pelapukan batuan berupa
tanah dengan ketebalan 1-2 m. Foto diambil di Desa Rembitan

Proses erosi yang terjadi pada satuan geomorfologi ini yaitu lembah

(valley erosion) dan erosi saluran (gully erosion) diperlihatkan dalam bentuk

bentangalam berupa bentuk lembah dengan relief topografinya bertekstur sedang.

T B
U

Gambar 2.4 Foto kenampakan erosi lembah (valley erosion), di desa Tanakawu.

19
Gambar 2.5 Kenampakan erosi saluran (gully erosion), di desa Rembitan.

Adapun hasil proses erosi pada satuan ini sebagian besar tertransportasi

masuk ke dalam saluran-saluran sungai yang terdapat pada satuan geomorfologi

ini yang kemudian diendapkan sebagai endapan aluvial. Sungai-sungai yang

melalui satuan geomorfologi ini adalah sungai Tebelo, sungai Baturiti, sungai

Moolang dan sungai Memate.

Jentera geomorfik satuan geomorfologi perbukitan homoklin yang terdapat

di daerah penelitian berada dalam tahapan dewasa, yang dicirikan oleh bentuk

bentangalam akibat proses eksogenik (pelapukan, erosi/denudasi dan sedimentasi)

telah menyebabkan bentuk relief bentangalam mengalami perubahan, dimana

punggungan bukit mengalami pelapukan dan erosi/denudasi menjadi lembah.

Berdasarkan data-data tesebut di atas maka jentera geomorfik satuan ini dapat

digolongkan kedalam jenjang stadia geomorfik dewasa.

20
2.2.2 Satuan Geomorfologi Bukit Intrusi

Satuan bukit intrusi ini di kontrol oleh aktivitas magma yang menerobos

batuan sekitarnya menghasilkan bentuk bukit batuan beku. Satuan geomorfologi

ini tersusun oleh batuan beku andesit.

Pada peta geomorfologi satuan geomorfologi bukit intrusi diberi warna

merah, dengan penyebaran sekitar 5% dari luas daerah penelitian. Satuan ini

berada di G. Tele dan G. Sreneng Desa Mertak yang terletak pada bagian utara

daerah penelitian. Secara morfometri berada pada ketinggian antara 175-250 mdpl

serta kelerengan berkisar antara 35% – 55% atau curam (Van Zuidam,1985).

G.Tele
u

Gambar 2.6 Foto kenampakan satuan geomorfologi bukit intrusi di Gunung


Tele desa Mertak, Latar depan berupa dataran yang berada di
luar daerah penelitian.
BD TL
U

Gambar 2.7 Foto kenampakan kekar kolom pada satuan geomorfologi


bukit intrusi di Gunung Sreneng, desa tumpak. Arah foto N
295˚E
21
Proses-proses geomorfologi yang dijumpai pada satuan geomorfologi ini

adalah pelapukan dan erosi, pelapukan berupa tanah dengan ketebalan tanah

berkisar dari 0,2 - 1 m, sedangkan tubuh batuan yang lebih resisten hanya

mengalami erosi yang tidak signifikan. Maka dari itu tubuh batuan beku andesit

yang membentuk morfologi ini lebih menonjol dari sekitarnya.

S U

Gambar 2.8 Foto hasil proses pelapukan batuan beku berupa tanah
dengan ketebalan berkisar 0,2 – 1 m. Foto di ambil di G.
Tele Desa Mertak
Jentera geomorfik satuan geomorfologi bukit intrusi berada dalam tahapan

dewasa dicirikan bentuk bentang alamnya yang telah mengalami denudasi akibat

proses erosi dan denudasi sehingga batuan intrusi muncul kepermukaan

membentuk bukit terisolir dimana batuan penutupnya terkelupas akibat erosi dan

resistensi batuan penutup lebih rendah dibandingkan dengan batuan bekunya.

22
2.2.3 Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial

Genetika satuan geomorfologi dataran aluvial terbentuk dari proses

sedimentasi oleh sungai berupa material lepas berukuran lempung hingga

bongkah. Satuan geomorfologi dataran aluvial di daerah penelitian tersebar di

bagian utara daerah penelitian. Menempati sekitar 5% dari luas daerah penelitian

dan pada peta geomorfologi diberi warna abu-abu. Morfometri satuan ini

dicirikan oleh bentuk bentangalam berupa dataran dengan kelerengan berkisar

antara 0º – 2º dan berada pada ketinggian 45 – 75 mdpl. (Gambar 2.8).

U S

Gambar 2.9 Foto kenampakan bentang alam dataran banjir,bagian dari


satuan geomorfologi dataran aluvial, di Desa Tanakawu.

T B
A U

Gambar 2.10 Foto kenampakan bentang alam berupa Point bar di tepi
sungai. Bagian dari satuan geomorfologi dataran aluvial.
Foto diambil di sungai Tebelo
23
2.4.1 Stadia Erosi Sungai Muda

Stadia erosi sungai muda dicirikan dengan aliran sungai yang menempati

seluruh lantai dasar suatu lembah. Umumnya profil lembah sungai yang berbentuk

huruf “V” dan arus sungai relatif kuat dan sangat umum di jumpai riam atau air

terjun, bentuk sungai umumnya lurus belum di jumpai meander dengan proses

erosi yang intensif ke arah vertikal serta proses sedimentasi yang masih sedikit.

Sungai-sungai yang memiliki stadia erosi muda pada daerah penelitian

antara lain Sungai Merendeng, Sungai Baturiti, Sungai Soker, Sungai songgong

dan Sungai kiyanga. Secara umum sungai berstadia muda dijumpai di bagian

lereng dan puncak bukit. Stadia Erosi Sungai daerah penelitian secara umum

termasuk kedalam Stadia erosi sungai muda.

B T

Gambar 2.12 Foto lembah sungai berbentuk huruf “V”, sebagai salah satu
ciri stadia erosi sungai muda di sungai Merendeng.

26
2.4.2 Stadia Erosi Sungai Dewasa

Stadia erosi sungai dewasa memiliki ciri-ciri adanya bentuk lembah sungai

yang melebar menyerupai huruf “U”, proses erosi kearah vertikal dan lateral

sudah seimbang dan arus sungai sudah relatif tenang bentuk sungai sudah mulai

bermeander serta mulai terbentuknya gosong pasir dan point bar. Sungai-sungai

yang memiliki tahapan dewasa pada daerah penelitian yaitu Sungai Tajuk dan

sungai Tebelo

T B
A U

Gambar 2.13 Foto lembah sungai berbentuk huruf “U”, sebagai salah satu ciri
stadia erosi dungai dewasa di sungai Tebelo.

27
Daerah Penelitian

Gambar 1.1. Posisi Geografis Daerah Penelitian

Kabupaten Lombok Tengah

Gambar 1.2. Peta letak dan kesampaian daerah penelitian

Kesampaian lokasi daerah penelitian dapat di tempuh sekitar lebih kurang

5 jam perjalanan dari Kota Bogor, dengan menggunakan kendaraan roda 4 dari

Kota Bogor, dengan rute Bogor-Tangerang (Bandara Soekarno-Hatta) dengan

waktu tempuh 2 jam perjalanan. Kemudian dari Bandara Soekarno-Hatta,

Tangerang menuju Bandara Internasional Lombok, Praya Kabupaten Lombok

Tengah dengan menggunakan pesawat terbang dengan waktu tempuh sekitar 2

jam. Kemudian dari Bandara Internasional Lombok Praya menuju Desa Rembitan

Anda mungkin juga menyukai