Deskripsi:
Pada pengamatan tersebut dilakukan pada perbesaran okuler 10x dan perbesaran
objektif 5x . Pada sejajar nikol warna sayatan abu-kehijauan, pada silang nikol warna
sayatan abu-abu kehitaman, struktur masif, tekstur porfiritik, ukuran butir halus (0,01–3
mm), in-equigranular.
Deskripsi:
Pada pengamatan tersebut dilakukan pada perbesaran okuler 10x dan perbesaran objektif
5x . Sayatan batuan Tuff gampingan pada sejajar nikol berwarna putih keabu-abuan, pada
silang nikol berwarna hitam kecoklatan ukuran butir <2 mm, bentuk butir, kemas terbuka.
Deskripsi:
Pada pengamatan tersebut dilakukan pada perbesaran okuler 10x dan perbesaran
Deskripsi:
Pada pengamatan tersebut dilakukan pada perbesaran okuler 10x dan perbesaran
Deskripsi:
Pada pengamatan tersebut dilakukan pada perbesaran okuler 10x dan perbesaran
objektif 5x, Sayatan batuan batugamping pada sejajar nikol berwarna putih keabu-
abuan, pada silang nikol berwarna abu-abu kehitaman. pada pengamatan diketahui
stuktur masif, tekstur meliputi ukuran butir <1/256 – 0,8 mm, sortasi buruk, kemas
tertutup.
Komposisi :
1. Fosil (40%) : C4
2. Kalsit (10%) : G1
3. Mineral lempung karbonat (49%) : J10
4. Rongga/Pori (1%) : B3
TUGAS AKHIR
2021
kelas 1 ditandai dengan warna merah. Lalu aktivitas tektonik pada das Ci Durian
dan das Ci Sadane termasuk kategori aktif atau berapa pada kelas 2 ditandai
termasuk kategori kurang aktif atau berada pada kelas 3 ditandai dengan warna
(Bl) atau panjang DAS yang diukur dari titik tertinggi dengan sumbu lebar/basin
width (Bw) atau lebar DAS yang diukur dari yang terlebar (Gambar 6.2)
(Dehbozorgi dkk., 2010). Nilai Bs pada tektonik yang lebih aktif akan berbentuk
Dari hasil perhitungan BS, apabila harga yang diperoleh (BS<3) maka
daerah tersebut relatif stabil, artinya proses tektonik yang bekerja sangat kecil
63
dikarenakan pada daerah yang dikontrol oleh tektonik aktif terjadi aktivitas
Dari hasil perhitungan DD, apabila harga yang diperoleh (DD>25) maka
daerah tersebut relatif stabil, artinya proses tektonik yang bekerja sangat kecil
sehingga panjang sungai relative lebih tinggi dibanding luas pengaliran sungai
yang sempit. Pada daerah yang memiliki tingkat aktivitas tektonik aktif akan
tercermin dari data DD yang kecil karena perbandingan panjang sungai dengan
tidak terlalu bervariasi, yaitu dari 1.8 hingga 3,3 (Tabel 6.5)
65
Pembagian kelas tektonik berdasarkan nilai DD (El Hamdouni dkk., 2007
dalam Dehbozorgi dkk., 2010) (Tabel 6.1). Pada daerah penelitian berdasarkan
data DD dari empat subdas yang dianalisis maka disimpulkan bahwa aktivitas
tektonik pada Das Ci Durian, subdas Ci Pangaur, Subdas Ci Merci dan Das Ci
Sadane . Termasuk kategori aktif atau berada pada kelas 2, ditandai dengan warna
Rasio Dasar Lembah & Tinggi Lembah / Valley Floor (VF) adalah
pada dasar lembah dan bentuk lembah akan semakin melebar. Sementara itu, nilai
Gambar 6.4 Ilustrasi rasio dasar lembah (Keller dan Pinter, 2002)
66
dihitung dengan membandingkan panjang lekukan sepanjang muka pegunungan
(Lmf) dengan jarak lurus suatu titik tertentu (ls) (Gambar 6.5). Daerah dengan
daerah penelitian menunjukkan nilai Smf bervariasi dari 2.1 hingga 2.4 (Tabel
6.7)
68
panjang sesar sekitar 6 km. Gejala struktur geologi yang mengindikasikan di
lapangan adalah:
3) Breksiasi dengan arah breksiasi N 102º E yang dijumpai di lokasi MTP 072.
Berdasarkan arah pergerakan dari sesar ini, maka sesar Tumpak adalah
A
A
C
(A) Breksiasi di MTP-001 dengan
arah umum N82˚E.
B
C
53
4.2.2.2. Sesar Mendatar Eat Baturiti
Penamaan sesar mendatar ini didasarkan pada bukti sesar yang dijumpai
di Eat Baturiti dengan arah sesar barat daya – timur laut dengan panjang sesar
oleh struktur sesar adalah satuan batuan batugamping yang berumur Miosen
Tengah – Pliosen awal (N9 – N19). Maka dengan demikian kejadian tektonik
terjadi setelah Pliosen awal. Keseluruhan struktur geologi yang terdapat di daerah
54
3.2.1.3. Ciri Litologi
Satuan batuan ini dicirikan oleh breksi, dan tuf gampingan yang memiliki
segar sampai dengan sangat lapuk dan hanya di beberapa tempat saja yang
menunjukan perlapisan.
Satuan ini pada Bagian bawah didominasi oleh breksi umumnya dicirikan
oleh breksi dengan kondisi singkapan segar hingga lapuk memiliki stuktur
sekunder berupa kekar (gambar 3.1). Bagian tengan satuan ini dicirikan lava
andesit dengan kondisi singkapan segar (gambar 3.2). Bagian atas satuan ini
didominasi tuf gampingan umumnya dicirikan oleh tuf gampingan dengan kondisi
(gambar.3.3).
A B
Gambar 3.1 Singkapan yang mewakili ciri litologi bagian bawah berupa batu
breksi di jumpai pada LP MTP-027 di bukit desa sengkol(A).
Memperlihatkan kekar yang telah terisi oleh mineral kalsit, ukuran
fragmen 20 – 80cm dan kompoisi fragmen berupa litik sedimen dan
litik beku(B).
32
Timur Laut Barat Daya
A B
Gambar 3.2 Singkapan batuan beku yang mewakili ciri litologi bagian
Tengah berupa sisipan andesit di jumpai pada LP MTP-067 di
bukit desa Rembitan(A). Memperlihatkan struktur masif(B).
Timur Barat
Laut Daya
A B
Gambar 3.3 Singkapan yang mewakili ciri litologi bagian Atas berupa batu Tuf
gampingan memiliki struktur Inverted Graded-Bedding di jumpai
pada LP MTP-027 di bukit desa Rembitan(A). Memperlihatkan
pecahan pecahan gamping berukuran 3-25cm(B).
ukuran fragmen kerikil sampai dengan bongkah (> 2 mm), bentuk fragmen
sedimen dan Batuan beku Andesit, masa dasar material vulkanik berupa tuf
33
berukuran pasir sedang – pasir kasar, di beberapa tempat di temukan pelapukan
Gambar 3.4
singkapan Breksi dengan fragmen andesit
berukuran 0,2 – 10 cm, masa dasar tuf, skala
palu geologi, lokasi tepi bukit Desa
Rembitan LP MTP-017
yang di ambil pada MTP 061. Pada sejajar nikol memperlihatkan sayatan
berwarna abu kehijauan, pada silang nikol memperlihatkan sayatan berwarna abu
(Gambar 3.5). Sayatan batuan ini disusun oleh plagioklas 45%, horblende 18%,
alkali feldspar 10%, gelas 25%, kuarsa 2%. Berdasarkan tekstur dan komposisi
Gambar 3.5 Foto sayatan tipis fragmen dari batuan breksi berupa batu
andesit di ambil pada lokasi MTP- 061
34
Tuf gampingan berwarna abu-abu terang, bentuk butir menyudut
tanggung, ukuran butir pasir halus – pasir kasar (1/2 ˗ < 2mm), terpilah buruk,
Gambar 3.6
singkapan Tuf gampingan dengan
pecahan batugamping, berukuran
pasir halus ,masa dasar tuf, skala palu
geologi, lokasi tepi bukit Desa
Rembitan LP MTP-041
gampingan yang di ambil pada MTP 012. Pada sejajar nikol memperlihatkan
sayatan berwarna putih keabuan, pada silang nikol memperlihatkan warna hitam
kecoklatan, ukuran butir< 2 mm, kemas terbuka (Gambar 3.7). Sayatan batuan ini
disusun oleh kalsit 10%, fosil 15%, lithic 25%, gelas 48%,Mineral opak 2%.
Gambar 3.7 Foto sayatan tipis dari batu tuf gampingan diambil pada
lokasi MTP-012.terdapat fosil foraminifera
35
Andesit berwarna abu-abu gelap, struktur massif, bertekstur porfiritik,
Gambar 3.8
singkapan sisipan lava andesit
berstruktur masif skala palu geologi,
lokasi tepi bukit Desa Rembitan LP
MTP-068
Berdasarkan hasil analisis petrografi, dari conto batuan MTP 067. Pada
kristalisasi hipokristalin (Gambar 3.9), secara umum ukuran butir berkisar (0,5 –
Kompisisi mineral: plagioklas 55%, horblende 10%, alkali feldspar 10%, gelas
22%, kuarsa 3%. Berdasarkan tekstur dan komposisi mineral maka nama batuan
Andesit (William,1954).
Gambar 3.9 Foto sayatan tipis dari Lava andesit diambil pada lokasi
MTP-067
36
3.2.2. Satuan Batuan Andesit
3.2.2.1. Penamaan
menempati sekitar 5% dari luas daerah penelitian dan pada peta geologi diberi
melingkar dengan diameter intrusi sekitar 600-700 m, maka bentuk intrusi dapat
khas berupa batuan yang menerobos batuan sekitarnya menghasilkan bentuk bukit
dan singkapan intrusi ini umumnya dicirikan oleh struktur kekar kolom dam
Gambar 3.10 ).
Barat Daya Timur Laut
Gambar 3.10 Foto singkapan batuan andesit yang tersingkap pada lokasi MTP-
020, Gunung Teleu,di desa mertak
39
Andesit berwarna abu-abu kecoklatan, bertekstur porfiritik, derajat
Gambar 3.11
Foto singkapan Batuan andesit skala
palu geologi, lokasi G.Tele Desa
Mertak LP MTP-020.
yang di ambil pada MTP 020. Pada sejajar nikol memperlihatkan warna abu
tekstur porfiritik. Sayatan batuan ini disusun oleh plagioklas 50%, horblende 11%,
alkali feldspar 10%, gelas 25%, kuarsa 4%. Berdasarkan tekstur dan komposisi
Gambar 3.12 Foto sayatan tipis dari batuan beku berupa batu andesit diambil
pada lokasi MTP-020
40
(Gambar 3.13) dan bagian atas satuan batuan ini berupa batugamping yang
B T
Gambar 3.13 Foto singkapan yang mewakili ciri litologi bagian Bawah dari
satuan batuan berupa batuamping masif yang dijumpai pada
lokasi pengamatan MTP-005, di sungai merendeng, Desa
Rembitan.
B T
Gambar 3.14 Foto singkapan yang mewakili ciri litologi bagian atas dari satuan
batuan berupa batugamping yang berlapis bagian atas yang dijumpai
pada lokasi pengamatan MTP- 006, memiliki struktur berlapis
dengan ketebalan 20cm- 1m di Sungai Merendeng, Desa Rembitan.
Batugamping, warna segar putih terang, warna abu abu,ukuran butir pasir
konstituen utama berupa foraminifera didukung oleh lumpur. dengan massa dasar
mikrit.
43
Gambar 3.15
Singkapan Batugamping
berstruktur masif skala palu
geologi, lokasi sungai merendeng
Desa Rembitan LP MTP-005
warna putih keabuan, pada silang nikol berwarna abu-abu kehitaman, pada
pengamatan diketahui struktur massif, tekstur meliputi ukuran butir <1/256 – 0,8
mm, sortasi buruk, kemas tertutup. Sayatan ini disusun oleh kalsit 10%, fosil 40%,
Pacstone, Pemerian nama petrografi dapat dilihat pada lampiran analisa petrografi
(L6).
Gambar 3.16 Foto sayatan tipis dari Batugamping diambil pada lokasi
MTP-005. Memperlihatkan kehadiran fosil terdiri dari
foram besar dan foram kecil
44
3.2.4. Satuan Endapan Aluvial
3.2.4.1 Penamaan
tersusun oleh material yang berukuran lempung hingga bongkah yang bersifat
3.2.4.2 Penyebaran
Satuan ini menempati sekitar 5% luas daerah penelitian dan diberi warna
abu-abu pada peta geologi. Satuan ini tersusun oleh material endapan aluvial yang
bersifat lepas berukuran pasir hingga bongkah. Dimana merupakan endapan hasil
transportasi sungai. Satuan ini tersebar di bagian Selatan, terutama di bagian hilir
Sungai Tebelo, Desa Tanakawu Satuan endapan aluvial ini merupakan hasil
endapan sungai.
B T
Gambar 3.17 Foto endapan Aluvial berukuran lempung sampai bongkah yang
merupakan material lepasan yang telah tertransportasi di Sungai
Tebelo difoto ke arah hulu sungai
48
3) Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial
geomorfologi ini disusun oleh satuan batuan batubreksi, tuf gampingan, lava
perbukitan homoklin diberi warna ungu dengan penyebaran sekitar 90% dari luas
daerah penelitian. Satuan ini tersebar mulai di Desa Tumpak, Desa Sengkol, Desa
Sukadana, Desa Mertak, Desa Rembitan, , Desa Teruwai, Desa Penggembur dan
Desa Tanakawu atau terletak pada bagian Barat hingga ke bagian Timur daerah
penelitian. Secara morfometri satuan ini berada pada ketinggian antara 100-250
mdpl serta kelerengan berkisar antara 5% – 55% atau landai – curam (Van
Zuidam,1985).
S U
U U
pelapukan batuan dan erosi. Proses pelapukan batuan berupa tanah dengan
Gambar 2.3 Foto kenampakan soil / tanah hasil proses pelapukan batuan berupa
tanah dengan ketebalan 1-2 m. Foto diambil di Desa Rembitan
Proses erosi yang terjadi pada satuan geomorfologi ini yaitu lembah
(valley erosion) dan erosi saluran (gully erosion) diperlihatkan dalam bentuk
T B
U
Gambar 2.4 Foto kenampakan erosi lembah (valley erosion), di desa Tanakawu.
19
Gambar 2.5 Kenampakan erosi saluran (gully erosion), di desa Rembitan.
Adapun hasil proses erosi pada satuan ini sebagian besar tertransportasi
melalui satuan geomorfologi ini adalah sungai Tebelo, sungai Baturiti, sungai
di daerah penelitian berada dalam tahapan dewasa, yang dicirikan oleh bentuk
Berdasarkan data-data tesebut di atas maka jentera geomorfik satuan ini dapat
20
2.2.2 Satuan Geomorfologi Bukit Intrusi
Satuan bukit intrusi ini di kontrol oleh aktivitas magma yang menerobos
merah, dengan penyebaran sekitar 5% dari luas daerah penelitian. Satuan ini
berada di G. Tele dan G. Sreneng Desa Mertak yang terletak pada bagian utara
daerah penelitian. Secara morfometri berada pada ketinggian antara 175-250 mdpl
serta kelerengan berkisar antara 35% – 55% atau curam (Van Zuidam,1985).
G.Tele
u
adalah pelapukan dan erosi, pelapukan berupa tanah dengan ketebalan tanah
berkisar dari 0,2 - 1 m, sedangkan tubuh batuan yang lebih resisten hanya
mengalami erosi yang tidak signifikan. Maka dari itu tubuh batuan beku andesit
S U
Gambar 2.8 Foto hasil proses pelapukan batuan beku berupa tanah
dengan ketebalan berkisar 0,2 – 1 m. Foto di ambil di G.
Tele Desa Mertak
Jentera geomorfik satuan geomorfologi bukit intrusi berada dalam tahapan
dewasa dicirikan bentuk bentang alamnya yang telah mengalami denudasi akibat
membentuk bukit terisolir dimana batuan penutupnya terkelupas akibat erosi dan
22
2.2.3 Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial
bagian utara daerah penelitian. Menempati sekitar 5% dari luas daerah penelitian
dan pada peta geomorfologi diberi warna abu-abu. Morfometri satuan ini
U S
T B
A U
Gambar 2.10 Foto kenampakan bentang alam berupa Point bar di tepi
sungai. Bagian dari satuan geomorfologi dataran aluvial.
Foto diambil di sungai Tebelo
23
2.4.1 Stadia Erosi Sungai Muda
Stadia erosi sungai muda dicirikan dengan aliran sungai yang menempati
seluruh lantai dasar suatu lembah. Umumnya profil lembah sungai yang berbentuk
huruf “V” dan arus sungai relatif kuat dan sangat umum di jumpai riam atau air
terjun, bentuk sungai umumnya lurus belum di jumpai meander dengan proses
erosi yang intensif ke arah vertikal serta proses sedimentasi yang masih sedikit.
antara lain Sungai Merendeng, Sungai Baturiti, Sungai Soker, Sungai songgong
dan Sungai kiyanga. Secara umum sungai berstadia muda dijumpai di bagian
lereng dan puncak bukit. Stadia Erosi Sungai daerah penelitian secara umum
B T
Gambar 2.12 Foto lembah sungai berbentuk huruf “V”, sebagai salah satu
ciri stadia erosi sungai muda di sungai Merendeng.
26
2.4.2 Stadia Erosi Sungai Dewasa
Stadia erosi sungai dewasa memiliki ciri-ciri adanya bentuk lembah sungai
yang melebar menyerupai huruf “U”, proses erosi kearah vertikal dan lateral
sudah seimbang dan arus sungai sudah relatif tenang bentuk sungai sudah mulai
bermeander serta mulai terbentuknya gosong pasir dan point bar. Sungai-sungai
yang memiliki tahapan dewasa pada daerah penelitian yaitu Sungai Tajuk dan
sungai Tebelo
T B
A U
Gambar 2.13 Foto lembah sungai berbentuk huruf “U”, sebagai salah satu ciri
stadia erosi dungai dewasa di sungai Tebelo.
27
Daerah Penelitian
5 jam perjalanan dari Kota Bogor, dengan menggunakan kendaraan roda 4 dari
jam. Kemudian dari Bandara Internasional Lombok Praya menuju Desa Rembitan