Anda di halaman 1dari 30

Laboratorium Mineralogi - Petrologi

Program Studi Teknik Geologi S1 – Institut Teknologi Nasional Yogyakarta


Jl. Babarsari No. 1 Babarsari – Yogyakarta, Pos : 55281 (Telp : 0274-485390)
Nomor LP : 18 Jenis Batuan : Batuan Sedimen karbonat
(Batulempung Karbonatan)
Kode Sampel : BLKT Nama Batuan : Micrite mudstone
Plane Polarized Light (PPL) Cross Polarized Light (XPL) XPL + GIPS

Deskripsi Umum :
Pengamatan mikroskopis batuan dilakukan pada perbesaran perbesaran total 40x, dimana
perbesaran lensa objektif 4x dan perbesaran lensa okuler 10x. Secara umum sayatan batuan
menunjukan kenampakan mikroskopis berupa struktur massif dengan tekstur ukuran butir
lempung, bentuk butir yang bulat-menyudut tanggung, sortasi halus dan kemas tertutup.
Komposisi batuan tersusun atas mineral feldspar (34,75%), mineral lempung (6,5%), kalsit
(7%) dan mineral opaque (2,25%) yang tertanam pada matriks karbonat (36,75%).
Deskripsi Mineralogi :
1. Mineral Felsdpar (Fsp)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) terlihat colorless, memiliki bentuk anhedral-
subhedral dan relief rendah. Terlihat adanya belahan 1 arah pada beberapa tubuh
mineral, tidak memiliki pleokroisme serta bentuk yang relatif prismatik. Pada
pengamatan nikol silang (XPL) memiliki warna interferensi putih - abu-abu dengan
nilai birefriengence yang rendah (orde 1), dan beberapa memiliki kembaran berjenis
calsbad hingga albite. Kelimpahan mineral feldspar pada sayatan batuan sebanyak 7%.
2. Mineral Lempung (Cly)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) terlihat berwarna coklat kekuningan, memiliki
bentuk anhedral dan relief sedang. Tidak terlihat adanya belahan arah pada beberapa
tubuh mineral, tidak memiliki pleokroisme serta bentuk yang relatif prismatik. Pada
pengamatan nikol silang (XPL) memiliki warna interferensi coklat kehitaman dengan
nilai birefriengence yang rendah (orde 1), dan tidak memiliki kembaran. Kelimpahan
mineral lempung pada sayatan batuan sebanyak 52%.
3. Mineral Opak (Opq)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) mineral opaque terlihat bewarna hitam pekat
dengan tidak nampak adanya belahan, pleokroisme dan berbentuk equant. Pada
pengamatan XPL maupun XPL+ keping gips mineral ini juga memiliki kenampakan

102
yang berwarna hitam legam/pekat. Berdasarkan bentuk mineral yang ada pada batuan
diintrepetasikan sebagai magnetit. Kelimpahan mineral opaque pada sayatan batuan
sebanyak 6%.
4. Matriks (Mt)
Kenampakan matriks yang berupa mineral karbonat yang halus dalam pengamatan
sejajar nikol (PPL)terlihat berwarna colorless dan berelief rendah. Pada pengamatan
XPL memiliki warna interferensi abu-abu kecoklatan dengan beberapa bagian berwarna
abu kekuningan sedangkan pada pengamatan XPL + keping gips berwarna merah
muda.Kelimpahan matriks pada sayatan batuan sebanyak 35%.
Metode pendeskripsian dan penamaan batuan:

Nama Batuan : Micrite mudrock(Mount, 1985)

Perhitungan persentase penyusun batuan menggunakan metode point counting (Chayes,


1949) dengan banyak perhitungan yaitu 20 x 20 titik. Pada penamaan batuan secara
miroskopis, peneliti mengacu pada klasifikasi batuan sedimen karbonat, Mount (1985).

103
Laboratorium Mineralogi - Petrologi
Program Studi Teknik Geologi S1 – Institut Teknologi Nasional Yogyakarta
Jl. Babarsari No. 1 Babarsari – Yogyakarta, Pos : 55281 (Telp : 0274-485390)
Nomor Sampel : 64 Jenis Batuan : Batuan Sedimen (Batulempung)
Kode Sampel : BLH Nama Batuan : Mudstone
Plane Polarized Light (PPL) Cross Polarized Light (XPL) XPL + GIPS

Deskripsi Umum :
Pengamatan mikroskopis batuan dilakukan pada perbesaran perbesaran total 40x, dimana
perbesaran lensa objektif 4x dan perbesaran lensa okuler 10x. Secara umum sayatan batuan
menunjukan kenampakan mikroskopis dengan tekstur ukuran butir lempung, bentuk butir
yang bulat-menyudut tanggung, sortasi halus dan kemas tertutup. Komposisi batuan
tersusun atas mineral feldspar (7%), mineral lempung (52%), kalsit (7%) dan mineral
opaque (6%) yang tertanam pada matriks karbonat (35%).
Deskripsi Mineralogi :
1. Mineral Felsdpar (Fsp)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) terlihat colorless, memiliki bentuk anhedral-
subhedral dan relief rendah. Terlihat adanya belahan 1 arah pada beberapa tubuh
mineral, tidak memiliki pleokroisme serta bentuk yang relatif prismatik. Pada
pengamatan nikol silang (XPL) memiliki warna interferensi putih - abu-abu dengan
nilai birefriengence yang rendah (orde 1), dan beberapa memiliki kembaran berjenis
calsbad hingga albite. Kelimpahan mineral feldspar pada sayatan batuan sebanyak 7%.
2. Mineral Lempung (Cly)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) terlihat berwarna coklat kekuningan, memiliki
bentuk anhedral dan relief sedang. Tidak terlihat adanya belahan arah pada beberapa
tubuh mineral, tidak memiliki pleokroisme serta bentuk yang relatif prismatik. Pada
pengamatan nikol silang (XPL) memiliki warna interferensi coklat kehitaman dengan
nilai birefriengence yang rendah (orde 1), dan tidak memiliki kembaran. Kelimpahan
mineral lempung pada sayatan batuan sebanyak 52%.
3. Mineral Opak (Opq)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) mineral opaque terlihat bewarna hitam pekat
dengan tidak nampak adanya belahan, pleokroisme dan berbentuk equant. Pada
pengamatan XPL maupun XPL+ keping gips mineral ini juga memiliki kenampakan
yang berwarna hitam legam/pekat. Berdasarkan bentuk mineral yang ada pada batuan

104
diintrepetasikan sebagai magnetit. Kelimpahan mineral opaque pada sayatan batuan
sebanyak 6%.
4. Matriks (Mt)
Kenampakan matriks yang berupa mineral karbonat yang halus dalam pengamatan
sejajar nikol (PPL)terlihat berwarna colorless dan berelief rendah. Pada pengamatan
XPL memiliki warna interferensi abu-abu kecoklatan dengan beberapa bagian berwarna
abu kekuningan sedangkan pada pengamatan XPL + keping gips berwarna merah
muda.Kelimpahan matriks pada sayatan batuan sebanyak 35%.
Metode pendeskripsian dan penamaan batuan:

Nama Batuan : Mudstone (Pettijohn, 1975)

Perhitungan persentase penyusun batuan menggunakan metode point counting (Chayes,


1949) dengan banyak perhitungan yaitu 20 x 20 titik. Pada penamaan batuan secara
miroskopis, peneliti mengacu pada klasifikasi batuan sedimen karbonat, Pettijohn (1975).

105
Laboratorium Mineralogi - Petrologi
Program Studi Teknik Geologi S1 – Institut Teknologi Nasional Yogyakarta
Jl. Babarsari No. 1 Babarsari – Yogyakarta, Pos : 55281 (Telp : 0274-485390)
Nomor Sampel : 32 Jenis Batuan : Batuan Sedimen (Batulempung)
Kode Sampel : BLH Nama Batuan : Mudstone
Plane Polarized Light (PPL) Cross Polarized Light (XPL) XPL + GIPS

Deskripsi Umum :
Pengamatan mikroskopis batuan dilakukan pada perbesaran perbesaran total 40x, dimana
perbesaran lensa objektif 4x dan perbesaran lensa okuler 10x. Secara umum sayatan batuan
menunjukan kenampakan mikroskopis dengan tekstur ukuran butir lempung, bentuk butir
yang bulat-menyudut tanggung, sortasi halus dan kemas tertutup. Komposisi batuan
tersusun atas mineral feldspar (10%), mineral lempung (85%) dan mineral opaque (5%)
Deskripsi Mineralogi :
1. Mineral Felsdpar (Fsp)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) terlihat colorless, memiliki bentuk anhedral-
subhedral dan relief rendah. Terlihat adanya belahan 1 arah pada beberapa tubuh
mineral, tidak memiliki pleokroisme serta bentuk yang relatif prismatik. Pada
pengamatan nikol silang (XPL) memiliki warna interferensi putih - abu-abu dengan
nilai birefriengence yang rendah (orde 1), dan beberapa memiliki kembaran berjenis
calsbad hingga albite. Kelimpahan mineral feldspar pada sayatan batuan sebanyak 10%.
2. Mineral Lempung (Cly)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) terlihat berwarna coklat kekuningan, memiliki
bentuk anhedral dan relief sedang. Tidak terlihat adanya belahan arah pada beberapa
tubuh mineral, tidak memiliki pleokroisme serta bentuk yang relatif prismatik. Pada
pengamatan nikol silang (XPL) memiliki warna interferensi coklat kehitaman dengan
nilai birefriengence yang rendah (orde 1), dan tidak memiliki kembaran. Kelimpahan
mineral lempung pada sayatan batuan sebanyak 85%.
3. Mineral Opak (Opq)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) mineral opaque terlihat bewarna hitam pekat
dengan tidak nampak adanya belahan, pleokroisme dan berbentuk equant. Pada
pengamatan XPL maupun XPL+ keping gips mineral ini juga memiliki kenampakan
yang berwarna hitam legam/pekat. Berdasarkan bentuk mineral yang ada pada batuan

106
diintrepetasikan sebagai magnetit. Kelimpahan mineral opaque pada sayatan batuan
sebanyak 5%.

Metode pendeskripsian dan penamaan batuan:

Nama Batuan : Mudstone (Pettijohn, 1975)

Perhitungan persentase penyusun batuan menggunakan metode point counting (Chayes,


1949) dengan banyak perhitungan yaitu 20 x 20 titik. Pada penamaan batuan secara
miroskopis, peneliti mengacu pada klasifikasi batuan sedimen karbonat, Pettijohn (1975).

107
Laboratorium Mineralogi - Petrologi
Program Studi Teknik Geologi S1 – Institut Teknologi Nasional Yogyakarta
Jl. Babarsari No. 1 Babarsari – Yogyakarta, Pos : 55281 (Telp : 0274-485390)
Nomor Sampel : 40 Jenis Batuan : Batuan Sedimen (Batupasir
Karbonatan)
Kode Sampel : BPKT Nama Batuan : Micrite sandstone
Plane Polarized Light (PPL) Cross Polarized Light (XPL) XPL + GIPS

Deskripsi Umum :
Pengamatan mikroskopis batuan dilakukan pada perbesaran perbesaran total 40x, dimana
perbesaran lensa objektif 4x dan perbesaran lensa okuler 10x. Secara umum sayatan batuan
menunjukan kenampakan mikroskopis berupa struktur massif dengan tekstur ukuran butir
<2mm, bentuk butir didominasi menyudut -menyudut tanggung, sortasi kasar dan kemas
terbuka. Komposisi batuan tersusun atas mineral feldspar (32%), mineral kuarsa(30%),
dan mineral opaque (18%) yang tertanam pada matriks karbonat (20%).
Deskripsi Mineralogi :
1. Mineral Kuarsa (Qtz)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) terlihat colorless, memiliki bentuk anhedral dan
relief rendah. Tidak terlihat adanya belahan maupun pecahan, tidak memiliki
pleokroisme serta bentuk yang bersifat mengisi retakan/rongga yang ada pada batuan.
Pada pengamatan nikol silang (XPL) memiliki warna interferensi putih - abu-abu
dengan nilai birefriengence yang rendah (orde 1). Kehadiran mineral ini bersifat
sekunder pada sampel sayatan batuan. Kelimpahan mineral kuarsa batuan pada sayatan
batuan sebanyak 30%.
2. Mineral Felsdpar (Fsp)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) terlihat colorless, memiliki bentuk anhedral-
subhedral dan relief sedang. Terlihat adanya belahan 1 arah pada beberapa tubuh
mineral, tidak memiliki pleokroisme serta bentuk yang relatif prismatik. Pada
pengamatan nikol silang (XPL) memiliki warna interferensi putih - abu-abu dengan
nilai birefriengence yang rendah (orde 1), dan beberapa memiliki kembaran berjenis
calsbad. Kelimpahan mineral feldspar pada sayatan batuan sebanyak 32%.
3. Mineral Opak (Opq)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) mineral opaque terlihat bewarna hitam pekat
dengan tidak nampak adanya belahan, pleokroisme dan berbentuk equant. Pada
pengamatan XPL maupun XPL+ keping gips mineral ini juga memiliki kenampakan

108
yang berwarna hitam legam/pekat. Berdasarkan bentuk mineral yang ada pada batuan
diintrepetasikan sebagai magnetit. Kelimpahan mineral opaque pada sayatan batuan
sebanyak 18%.
4. Matriks (Mt)
Kenampakan matriks yang berupa mineral karbonat yang halus dalam pengamatan
sejajar nikol (PPL)terlihat berwarna colorless dan berelief rendah. Pada pengamatan
XPL memiliki warna interferensi hitam kecoklatandengan beberapa bagian berwarna
abu kekuningan sedangkan pada pengamatan XPL + keping gips berwarna merah
muda.Kelimpahan matriks pada sayatan batuan sebanyak 20%.

Metode pendeskripsian dan penamaan batuan:

Nama Batuan : Micrite sandstone (Mount, 1975)

Perhitungan persentase penyusun batuan menggunakan metode point counting (Chayes,


1949) dengan banyak perhitungan yaitu 20 x 20 titik. Pada penamaan batuan secara
miroskopis, peneliti mengacu pada klasifikasi batuan sedimen, Mount (1976).

Berikut merupakan hasil plotting penamaan batuan menggunakan klasifikasi Mount


(1975):

109
Laboratorium Mineralogi - Petrologi
Program Studi Teknik Geologi S1 – Institut Teknologi Nasional Yogyakarta
Jl. Babarsari No. 1 Babarsari – Yogyakarta, Pos : 55281 (Telp : 0274-485390)
Nomor Sampel : 1 Jenis Batuan : Batuan Sedimen (Batupasirr
Kerikilan)
Kode Sampel : BPKT Nama Batuan : Arkosic arenite
Plane Polarized Light (PPL) Cross Polarized Light (XPL) XPL + GIPS

Deskripsi Umum :
Pengamatan mikroskopis batuan dilakukan pada perbesaran perbesaran total 40x, dimana
perbesaran lensa objektif 4x dan perbesaran lensa okuler 10x. Secara umum sayatan batuan
menunjukan kenampakan mikroskopis berupa struktur massif dengan tekstur ukuran butir
2mm-0,5mm, bentuk butir didominasi menyudut -menyudut tanggung, sortasi kasar dan
kemas terbuka. Komposisi batuan tersusun atas mineral plagioklas (20%), mineral feldspar
(30%), mineral kuarsa(10%), litik (%), dan mineral opaque (10%) yang tertanam pada
matriks (5%), rongga (10)%.
Deskripsi Mineralogi :
1. Mineral Felsdpar (Fsp)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) terlihat colorless, memiliki bentuk anhedral-
subhedral dan relief sedang. Terlihat adanya belahan 1 arah pada beberapa tubuh
mineral, tidak memiliki pleokroisme serta bentuk yang relatif prismatik. Pada
pengamatan nikol silang (XPL) memiliki warna interferensi putih - abu-abu dengan
nilai birefriengence yang rendah (orde 1), dan beberapa memiliki kembaran berjenis
calsbad. Kelimpahan mineral feldspar pada sayatan batuan sebanyak 30%.
2. Mineral Plagioklas (Pl)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) terlihat berwarna colourless, memiliki bentuk
subhedral-euhedral dan relief sedang- tinggi. Tidak terlihat adanya belahan arah pada
beberapa tubuh mineral, tidak memiliki pleokroisme serta bentuk yang relatif prismatik.
Pada pengamatan nikol silang (XPL) memiliki warna interferensi abu-abu kehitaman
dengan nilai birefriengence yang rendah (orde 1), dan tidak memiliki kembaran albite.
Kelimpahan mineral plagioklas pada sayatan batuan sebanyak 20%.
3. Mineral Kuarsa (Qtz)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) terlihat colorless, memiliki bentuk anhedral dan
relief rendah. Tidak terlihat adanya belahan maupun pecahan, tidak memiliki
pleokroisme serta bentuk yang bersifat mengisi retakan/rongga yang ada pada batuan.

110
Pada pengamatan nikol silang (XPL) memiliki warna interferensi putih - abu-abu
dengan nilai birefriengence yang rendah (orde 1). Kehadiran mineral ini bersifat
sekunder pada sampel sayatan batuan. Kelimpahan mineral kuarsa batuan pada sayatan
batuan sebanyak 10%.
4. Mineral Opak (Opq)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) mineral opaque terlihat bewarna hitam pekat
dengan tidak nampak adanya belahan, pleokroisme dan berbentuk equant. Pada
pengamatan XPL maupun XPL+ keping gips mineral ini juga memiliki kenampakan
yang berwarna hitam legam/pekat. Berdasarkan bentuk mineral yang ada pada batuan
diintrepetasikan sebagai magnetit. Kelimpahan mineral opaque pada sayatan batuan
sebanyak 10%.
5. Matriks (Mt)
Kenampakan matriks yang berupa mineral lempung yang halus dalam pengamatan
sejajar nikol (PPL)terlihat berwarna colorless dan berelief rendah. Pada pengamatan
XPL memiliki warna interferensi hitam kecoklatandengan beberapa bagian berwarna
abu kekuningan sedangkan pada pengamatan XPL + keping gips berwarna merah
muda.Kelimpahan matriks pada sayatan batuan sebanyak 5%.
6. Litik (Lt)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) terlihat cokelat - colorless dengan bentuk anhedral
dan memiliki relief yang sedang – tinggi serta memiliki kenampakan berupa agregat
mineral dan gelas. Pada pengamatan nikol silang (XPL) menunjukan warna interferensi
yang gelap / hitam. Diinterpretasi merupakan agregat dari mineral dan gelas vulkanik.
Berdasarkan kenampakanya diidentifikasi sebagai pecahan batuan piroklastik.
Kelimpahan lithic/pecahan batuan pada sayatan batuan sebanyak 15%.
7. Rongga (Rg)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) kenampakan rongga terlihat colorless, dengan
bentuk anhedral serta relief yang netral (mendekati tak memiliki relief). Pada
pengamatan XPL menunjukan warna interferensi hitam legam, sedangkan pada
pengamatan XPL + keping gips terlihat merah muda. Kehadiran rongga dapat
diakibatkan karena proses alami pada batuan maupun proses pembuatan sayatan tipis.
Kelimpahan rongga pada sayatan batuan ini sebanyak 10%.
Metode pendeskripsian dan penamaan batuan:

Nama Batuan : arkosic arenite (Pettijhon, 1975)

Perhitungan persentase penyusun batuan menggunakan metode point counting (Chayes,


1949) dengan banyak perhitungan yaitu 20 x 20 titik. Pada penamaan batuan secara
miroskopis, peneliti mengacu pada klasifikasi batuan sedimen, Pettijhon (1975).

Berikut merupakan hasil plotting penamaan batuan menggunakan klasifikasi Pettijhon


(1975):

111
112
Laboratorium Mineralogi - Petrologi
Program Studi Teknik Geologi S1 – Institut Teknologi Nasional Yogyakarta
Jl. Babarsari No. 1 Babarsari – Yogyakarta, Pos : 55281 (Telp : 0274-485390)
Nomor Sampel : 103 Jenis Batuan : Batuan Sedimen (Batupasir
Tufan)
Kode Sampel : BPHT Nama Batuan : Tuffaceous arkosic wacke
Plane Polarized Light (PPL) Cross Polarized Light (XPL) XPL + GIPS

Deskripsi Umum :
Pengamatan mikroskopis batuan dilakukan pada perbesaran perbesaran total 40x, dimana
perbesaran lensa objektif 4x dan perbesaran lensa okuler 10x. Secara umum sayatan batuan
menunjukan kenampakan mikroskopis berupa struktur massif dengan tekstur ukuran butir
<2mm, bentuk butir didominasi menyudut -menyudut tanggung, sortasi kasar dan kemas
terbuka. Komposisi batuan tersusun atas mineral plagioklas (35%), mineral feldspar (20%),
mineral kuarsa(5%), rongga (15%), dan mineral opaque (2,25%) yang tertanam pada
matriks gelas (20%).
Deskripsi Mineralogi :
1. Mineral Felsdpar (Fsp)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) terlihat colorless, memiliki bentuk anhedral-
subhedral dan relief sedang. Terlihat adanya belahan 1 arah pada beberapa tubuh
mineral, tidak memiliki pleokroisme serta bentuk yang relatif prismatik. Pada
pengamatan nikol silang (XPL) memiliki warna interferensi putih - abu-abu dengan
nilai birefriengence yang rendah (orde 1), dan beberapa memiliki kembaran berjenis
calsbad. Kelimpahan mineral feldspar pada sayatan batuan sebanyak 20%.
2. Mineral Plagioklas (Pl)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) terlihat berwarna colourless, memiliki bentuk
subhedral-euhedral dan relief sedang- tinggi. Tidak terlihat adanya belahan arah pada
beberapa tubuh mineral, tidak memiliki pleokroisme serta bentuk yang relatif prismatik.
Pada pengamatan nikol silang (XPL) memiliki warna interferensi abu-abu kehitaman
dengan nilai birefriengence yang rendah (orde 1), dan tidak memiliki kembaran albite.
Kelimpahan mineral plagioklas pada sayatan batuan sebanyak 35%.
3. Mineral Opak (Opq)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) mineral opaque terlihat bewarna hitam pekat
dengan tidak nampak adanya belahan, pleokroisme dan berbentuk equant. Pada

113
pengamatan XPL maupun XPL+ keping gips mineral ini juga memiliki kenampakan
yang berwarna hitam legam/pekat. Berdasarkan bentuk mineral yang ada pada batuan
diintrepetasikan sebagai magnetit. Kelimpahan mineral opaque pada sayatan batuan
sebanyak 5%.
4. Matriks (Mt)
Kenampakan matriks yang berupa mineral lempung dan gelas yang halus dalam
pengamatan sejajar nikol (PPL)terlihat berwarna colorless dan berelief rendah. Pada
pengamatan XPL memiliki warna interferensi hitam kecoklatandengan beberapa bagian
berwarna abu kekuningan sedangkan pada pengamatan XPL + keping gips berwarna
merah muda.Kelimpahan matriks pada sayatan batuan sebanyak 20%.
5. Mineral Kuarsa (Qtz)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) terlihat colorless, memiliki bentuk anhedral dan
relief rendah. Tidak terlihat adanya belahan maupun pecahan, tidak memiliki
pleokroisme serta bentuk yang bersifat mengisi retakan/rongga yang ada pada batuan.
Pada pengamatan nikol silang (XPL) memiliki warna interferensi putih - abu-abu
dengan nilai birefriengence yang rendah (orde 1). Kehadiran mineral ini bersifat
sekunder pada sampel sayatan batuan. Kelimpahan mineral kuarsa batuan pada sayatan
batuan sebanyak 5%.
6. Rongga (Rg)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) kenampakan rongga terlihat colorless, dengan
bentuk anhedral serta relief yang netral (mendekati tak memiliki relief). Pada
pengamatan XPL menunjukan warna interferensi hitam legam, sedangkan pada
pengamatan XPL + keping gips terlihat merah muda. Kehadiran rongga dapat
diakibatkan karena proses alami pada batuan maupun proses pembuatan sayatan tipis.
Kelimpahan rongga pada sayatan batuan ini sebanyak 15%.
Metode pendeskripsian dan penamaan batuan:

Nama Batuan : Tuffaceous arkosic wacke (Pettijhon, 1975)

Perhitungan persentase penyusun batuan menggunakan metode point counting (Chayes,


1949) dengan banyak perhitungan yaitu 20 x 20 titik. Pada penamaan batuan secara
miroskopis, peneliti mengacu pada klasifikasi batuan sedimen, Pettijhon (1976).

Berikut merupakan hasil plotting penamaan batuan menggunakan klasifikasi Pettijhon


(1975):

114
115
Laboratorium Mineralogi - Petrologi
Program Studi Teknik Geologi S1 – Institut Teknologi Nasional Yogyakarta
Jl. Babarsari No. 1 Babarsari – Yogyakarta, Pos : 55281 (Telp : 0274-485390)
Nomor Sampel : 33 Jenis Batuan : Batuan Sedimen (Batupasir)
Kode Sampel : BPT Nama Batuan : Arkose arenite
Plane Polarized Light (PPL) Cross Polarized Light (XPL) XPL + GIPS

Deskripsi Umum :
Pengamatan mikroskopis batuan dilakukan pada perbesaran perbesaran total 40x, dimana
perbesaran lensa objektif 4x dan perbesaran lensa okuler 10x. Secara umum sayatan batuan
menunjukan kenampakan mikroskopis berupa struktur massif dengan tekstur ukuran butir
<2mm, bentuk butir didominasi menyudut -menyudut tanggung, sortasi kasar dan kemas
terbuka. Komposisi batuan tersusun atas mineral plagioklas (40%), mineral feldspar (25%),
mineral kuarsa(10%), litik (%), dan mineral opaque (7%) yang tertanam pada matriks
(10%)
Deskripsi Mineralogi :
1. Mineral Felsdpar (Fsp)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) terlihat colorless, memiliki bentuk anhedral-
subhedral dan relief sedang. Terlihat adanya belahan 1 arah pada beberapa tubuh
mineral, tidak memiliki pleokroisme serta bentuk yang relatif prismatik. Pada
pengamatan nikol silang (XPL) memiliki warna interferensi putih - abu-abu dengan
nilai birefriengence yang rendah (orde 1), dan beberapa memiliki kembaran berjenis
calsbad. Kelimpahan mineral feldspar pada sayatan batuan sebanyak 25%.
2. Mineral Kuarsa (Qtz)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) terlihat colorless, memiliki bentuk anhedral dan
relief rendah. Tidak terlihat adanya belahan maupun pecahan, tidak memiliki
pleokroisme serta bentuk yang bersifat mengisi retakan/rongga yang ada pada batuan.
Pada pengamatan nikol silang (XPL) memiliki warna interferensi putih - abu-abu
dengan nilai birefriengence yang rendah (orde 1). Kehadiran mineral ini bersifat
sekunder pada sampel sayatan batuan. Kelimpahan mineral kuarsa batuan pada sayatan
batuan sebanyak 10%.
3. Mineral Plagioklas (Pl)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) terlihat berwarna colourless, memiliki bentuk
subhedral-euhedral dan relief sedang- tinggi. Tidak terlihat adanya belahan arah pada
beberapa tubuh mineral, tidak memiliki pleokroisme serta bentuk yang relatif prismatik.

116
Pada pengamatan nikol silang (XPL) memiliki warna interferensi abu-abu kehitaman
dengan nilai birefriengence yang rendah (orde 1), dan tidak memiliki kembaran albite.
Kelimpahan mineral plagioklas pada sayatan batuan sebanyak 40%.
4. Mineral Opak (Opq)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) mineral opaque terlihat bewarna hitam pekat
dengan tidak nampak adanya belahan, pleokroisme dan berbentuk equant. Pada
pengamatan XPL maupun XPL+ keping gips mineral ini juga memiliki kenampakan
yang berwarna hitam legam/pekat. Berdasarkan bentuk mineral yang ada pada batuan
diintrepetasikan sebagai magnetit. Kelimpahan mineral opaque pada sayatan batuan
sebanyak 7%.
5. Matriks (Mt)
Kenampakan matriks yang berupa mineral lempung yang halus dalam pengamatan
sejajar nikol (PPL)terlihat berwarna colorless dan berelief rendah. Pada pengamatan
XPL memiliki warna interferensi hitam kecoklatandengan beberapa bagian berwarna
abu kekuningan sedangkan pada pengamatan XPL + keping gips berwarna merah
muda.Kelimpahan matriks pada sayatan batuan sebanyak 10%.
6. Rongga (Rg)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) kenampakan rongga terlihat colorless, dengan
bentuk anhedral serta relief yang netral (mendekati tak memiliki relief). Pada
pengamatan XPL menunjukan warna interferensi hitam legam, sedangkan pada
pengamatan XPL + keping gips terlihat merah muda. Kehadiran rongga dapat
diakibatkan karena proses alami pada batuan maupun proses pembuatan sayatan tipis.
Kelimpahan rongga pada sayatan batuan ini sebanyak 8%.
Metode pendeskripsian dan penamaan batuan:

Nama Batuan : Arkose arenite (Pettijhon, 1975)

Perhitungan persentase penyusun batuan menggunakan metode point counting (Chayes,


1949) dengan banyak perhitungan yaitu 20 x 20 titik. Pada penamaan batuan secara
miroskopis, peneliti mengacu pada klasifikasi batuan sedimen, Pettijhon (1975).

Berikut merupakan hasil plotting penamaan batuan menggunakan klasifikasi Pettijhon


(1975):

117
118
Laboratorium Mineralogi - Petrologi
Program Studi Teknik Geologi S1 – Institut Teknologi Nasional Yogyakarta
Jl. Babarsari No. 1 Babarsari – Yogyakarta, Pos : 55281 (Telp : 0274-485390)
Nomor Sampel : 80 Jenis Batuan : Batuan Sedimen (Batupasir tufan
karbonatan)
Kode Sampel : BPKH Nama Batuan : Calcareous tuffaceous arkosic
wacke
Plane Polarized Light (PPL) Cross Polarized Light (XPL) XPL + GIPS

Deskripsi Umum :
Pengamatan mikroskopis batuan dilakukan pada perbesaran perbesaran total 40x, dimana
perbesaran lensa objektif 4x dan perbesaran lensa okuler 10x. Secara umum sayatan batuan
menunjukan struktur massif dengan tekstur meliputi derajat kristalisasi yang hipokristalin,
granularitas porfiritik (<1-2 mm), relasi inequegranular (porfiroafanitik) dan bentuk
mineral euhedral-subhedral. Komposisi tersusun oleh fenokris berupa mineral
klinopiroksen (9%), plagioklas (andesin) dengan nilai An 43 (29,25%), sanidin (0,25%)
dan mineral opaque (4,25%) yang tertanam pada massa dasar berupa gelas (34%). Pada
fragmen ini juga nampak adanya vesikuler (23,25%).
Deskripsi Mineralogi :
1. Mineral Kuarsa (Qtz)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) terlihat colorless, memiliki bentuk anhedral dan
relief rendah. Tidak terlihat adanya belahan maupun pecahan, tidak memiliki
pleokroisme. Pada pengamatan nikol silang (XPL) memiliki warna interferensi putih -
abu-abu dengan nilai birefriengence yang rendah (orde 1). Kehadiran mineral ini
bersifat sekunder pada sampel sayatan batuan. Kelimpahan mineral kuarsa batuan pada
sayatan batuan sebanyak 17%.
2. Mineral Plagioklas (Pl)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) terlihat berwarna colourless, memiliki bentuk
subhedral-euhedral dan relief sedang- tinggi. Tidak terlihat adanya belahan arah pada
beberapa tubuh mineral, tidak memiliki pleokroisme serta bentuk yang relatif prismatik.
Pada pengamatan nikol silang (XPL) memiliki warna interferensi abu-abu kehitaman
dengan nilai birefriengence yang rendah (orde 1), dan tidak memiliki kembaran albite.
Kelimpahan mineral plagioklas pada sayatan batuan sebanyak 53%.
3. Feldspar (Fsp)

119
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) terlihat berwarna colourless, memiliki bentuk
subhedral-euhedral dan relief sedang- tinggi. Tidak terlihat adanya belahan arah pada
beberapa tubuh mineral, tidak memiliki pleokroisme serta bentuk yang relatif prismatik.
Pada pengamatan nikol silang (XPL) memiliki warna interferensi abu-abu kehitaman
dengan nilai birefriengence yang rendah (orde 1), dan memiliki kembaran albit.
Kelimpahan mineral plagioklas pada sayatan batuan sebanyak 10%.
4. Mineral Opak (Opq)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) mineral opaque terlihat bewarna hitam pekat
dengan tidak nampak adanya belahan, pleokroisme dan berbentuk equant. Pada
pengamatan XPL maupun XPL+ keping gips mineral ini juga memiliki kenampakan
yang berwarna hitam legam/pekat. Berdasarkan bentuk mineral yang ada pada batuan
diintrepetasikan sebagai magnetit. Kelimpahan mineral opaque pada sayatan batuan
sebanyak 10%.
5. Massa dasar (Md)
Kenampakan massa dasar berupa gelas vulkanik dan material karbonatdalam
pengamatan sejajar nikol (PPL) terlihat berwarna colorless hingga abu gelap dan
berelief rendah. Pada pengamatan XPL memiliki warna interferensi abu-abu – hitam
dengan birefriengence yang rendah (orde 1). Gelas vulkanik dicirikan dengan tidak
memiliki bentuk kristal. Kelimpahan massa dasar pada sayatan batuan sebanyak 30%.

Metode pendeskripsian dan penamaan batuan:

Nama Batuan : Tuffaceous arkosic wacke (Pettijohn, 1975)

Perhitungan persentase penyusun batuan menggunakan metode point counting (Chayes,


1949) dengan banyak perhitungan yaitu 20 x 20 titik. Pada penamaan batuan secara
miroskopis, peneliti mengacu pada klasifikasi batuan sedimen, Pettijohn (1975).

Berikut merupakan hasil plotting penamaan batuan menggunakan klasifikasi Streickesen


(1975):

120
Laboratorium Mineralogi - Petrologi
Program Studi Teknik Geologi S1 – Institut Teknologi Nasional Yogyakarta
Jl. Babarsari No. 1 Babarsari – Yogyakarta, Pos : 55281 (Telp : 0274-485390)
Nomor Sampel : 91 A Jenis Batuan : Batuan beku (Breksi Andesit)
Kode Sampel : FRGMN Nama Batuan : Andesite
Plane Polarized Light (PPL) Cross Polarized Light (XPL) XPL + GIPS

Deskripsi Umum :
Pengamatan mikroskopis batuan dilakukan pada perbesaran perbesaran total 40x, dimana
perbesaran lensa objektif 4x dan perbesaran lensa okuler 10x. Secara umum sayatan batuan
memiliki tekstur meliputi derajat kristalisasi hipokristalin, granularitas porfiritik (<1-2
mm), relasi inequegranular (porfiroafanitik) dan bentuk mineral subhedral-euhedral yang
tersusun atas mineral plagioklas (andesin) dengan nilai An 33 (53%), kuarsa (7%), feldspar
(10%) dan mineral opaque (10%) yang tertanam pada massa dasar berupa gelas vulkanik
dan mikrolit plagioklas (20%).
Deskripsi Mineralogi :
1. Mineral Plagioklas (Pl)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) terlihat berwarna colourless, memiliki bentuk
subhedral-euhedral dan relief sedang- tinggi. Tidak terlihat adanya belahan arah pada
beberapa tubuh mineral, tidak memiliki pleokroisme serta bentuk yang relatif prismatik.
Pada pengamatan nikol silang (XPL) memiliki warna interferensi abu-abu kehitaman
dengan nilai birefriengence yang rendah (orde 1), dan tidak memiliki kembaran albite.
Kelimpahan mineral plagioklas pada sayatan batuan sebanyak 53%.
2. Mineral Kuarsa (Qtz)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) terlihat colorless, memiliki bentuk anhedral dan
relief rendah. Tidak terlihat adanya belahan maupun pecahan, tidak memiliki
pleokroisme. Pada pengamatan nikol silang (XPL) memiliki warna interferensi putih -
abu-abu dengan nilai birefriengence yang rendah (orde 1). Kehadiran mineral ini
bersifat sekunder pada sampel sayatan batuan. Kelimpahan mineral kuarsa batuan pada
sayatan batuan sebanyak 7%.
3. Mineral Opak (Opq)

121
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) mineral opaque terlihat bewarna hitam pekat
dengan tidak nampak adanya belahan, pleokroisme dan berbentuk equant. Pada
pengamatan XPL maupun XPL+ keping gips mineral ini juga memiliki kenampakan
yang berwarna hitam legam/pekat. Berdasarkan bentuk mineral yang ada pada batuan
diintrepetasikan sebagai magnetit. Kelimpahan mineral opaque pada sayatan batuan
sebanyak 10%.
4. Massa dasar (Md)
Kenampakan massa dasar berupa gelas vulkanik dalam pengamatan sejajar nikol (PPL)
terlihat berwarna colorless hingga abu gelap dan berelief rendah. Pada pengamatan XPL
memiliki warna interferensi abu-abu – hitam dengan birefriengence yang rendah (orde
1). Gelas vulkanik dicirikan dengan tidak memiliki bentuk kristal. Kelimpahan massa
dasar pada sayatan batuan sebanyak 20%.
5. Feldspar (Fsp)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) terlihat berwarna colourless, memiliki bentuk
subhedral-euhedral dan relief sedang- tinggi. Tidak terlihat adanya belahan arah pada
beberapa tubuh mineral, tidak memiliki pleokroisme serta bentuk yang relatif prismatik.
Pada pengamatan nikol silang (XPL) memiliki warna interferensi abu-abu kehitaman
dengan nilai birefriengence yang rendah (orde 1), dan memiliki kembaran albit.
Kelimpahan mineral plagioklas pada sayatan batuan sebanyak 10%.

Metode pendeskripsian dan penamaan batuan:

Nama Batuan : andesite (Streickesen, 1976)

Perhitungan persentase penyusun batuan menggunakan metode point counting (Chayes,


1949) dengan banyak perhitungan yaitu 20 x 20 titik. Pada penamaan batuan secara
miroskopis, peneliti mengacu pada klasifikasi batuan sedimen, Streickesen (1976).

Berikut merupakan hasil plotting penamaan batuan menggunakan klasifikasi Streickesen


(1976):

122
Laboratorium Mineralogi - Petrologi
Program Studi Teknik Geologi S1 – Institut Teknologi Nasional Yogyakarta
Jl. Babarsari No. 1 Babarsari – Yogyakarta, Pos : 55281 (Telp : 0274-485390)
Nomor Sampel : 91 B Jenis Batuan : Batuan Sedimen (Breksi Andesit)
Kode Sampel : MTRX Nama Batuan : Arkose arenite
Plane Polarized Light (PPL) Cross Polarized Light (XPL) XPL + GIPS

Deskripsi Umum :
Pengamatan mikroskopis batuan dilakukan pada perbesaran perbesaran total 40x, dimana
perbesaran lensa objektif 4x dan perbesaran lensa okuler 10x. Secara umum sayatan batuan
menunjukan kenampakan mikroskopis berupa struktur massif dengan tekstur ukuran butir
<2mm, bentuk butir didominasi menyudut -menyudut tanggung, sortasi kasar dan kemas
terbuka. Komposisi batuan tersusun atas mineral plagioklas (33%), mineral feldspar (32%),
mineral kuarsa(15%), litik (%), dan mineral opaque (15%) yang tertanam pada matriks
(5%).
Deskripsi Mineralogi :
1. Mineral Felsdpar (Fsp)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) terlihat colorless, memiliki bentuk anhedral-
subhedral dan relief sedang. Terlihat adanya belahan 1 arah pada beberapa tubuh
mineral, tidak memiliki pleokroisme serta bentuk yang relatif prismatik. Pada
pengamatan nikol silang (XPL) memiliki warna interferensi putih - abu-abu dengan
nilai birefriengence yang rendah (orde 1), dan beberapa memiliki kembaran berjenis
calsbad. Kelimpahan mineral feldspar pada sayatan batuan sebanyak 32%.
2. Mineral Plagioklas (Pl)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) terlihat berwarna colourless, memiliki bentuk
subhedral-euhedral dan relief sedang- tinggi. Tidak terlihat adanya belahan arah pada
beberapa tubuh mineral, tidak memiliki pleokroisme serta bentuk yang relatif prismatik.
Pada pengamatan nikol silang (XPL) memiliki warna interferensi abu-abu kehitaman
dengan nilai birefriengence yang rendah (orde 1), dan tidak memiliki kembaran albite.
Kelimpahan mineral plagioklas pada sayatan batuan sebanyak 33%.
3. Mineral Kuarsa (Qtz)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) terlihat colorless, memiliki bentuk anhedral dan
relief rendah. Tidak terlihat adanya belahan maupun pecahan, tidak memiliki
pleokroisme serta bentuk yang bersifat mengisi retakan/rongga yang ada pada batuan.
Pada pengamatan nikol silang (XPL) memiliki warna interferensi putih - abu-abu

123
dengan nilai birefriengence yang rendah (orde 1). Kehadiran mineral ini bersifat
sekunder pada sampel sayatan batuan. Kelimpahan mineral kuarsa batuan pada sayatan
batuan sebanyak 15%.
4. Mineral Opak (Opq)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) mineral opaque terlihat bewarna hitam pekat
dengan tidak nampak adanya belahan, pleokroisme dan berbentuk equant. Pada
pengamatan XPL maupun XPL+ keping gips mineral ini juga memiliki kenampakan
yang berwarna hitam legam/pekat. Berdasarkan bentuk mineral yang ada pada batuan
diintrepetasikan sebagai magnetit. Kelimpahan mineral opaque pada sayatan batuan
sebanyak 15%.
5. Matriks (Mt)
Kenampakan matriks yang berupa mineral lempung yang halus dalam pengamatan
sejajar nikol (PPL)terlihat berwarna colorless dan berelief rendah. Pada pengamatan
XPL memiliki warna interferensi hitam kecoklatandengan beberapa bagian berwarna
abu kekuningan sedangkan pada pengamatan XPL + keping gips berwarna merah
muda.Kelimpahan matriks pada sayatan batuan sebanyak 5%.

Metode pendeskripsian dan penamaan batuan:

Nama Batuan : Arkose arenite (Pettijhon, 1975)

Perhitungan persentase penyusun batuan menggunakan metode point counting (Chayes,


1949) dengan banyak perhitungan yaitu 20 x 20 titik. Pada penamaan batuan secara
miroskopis, peneliti mengacu pada klasifikasi batuan sedimen, Pettijhon (197).

Berikut merupakan hasil plotting penamaan batuan menggunakan klasifikasi Pettijhon


(1975):

124
125
Laboratorium Mineralogi - Petrologi
Program Studi Teknik Geologi S1 – Institut Teknologi Nasional Yogyakarta
Jl. Babarsari No. 1 Babarsari – Yogyakarta, Pos : 55281 (Telp : 0274-485390)
Nomor Sampel : 25 Jenis Batuan : Batuan beku (Breksi Lahar)
Kode Sampel : FRGMN LHR Nama Batuan : Andesite
Plane Polarized Light (PPL) Cross Polarized Light (XPL) XPL + GIPS

Deskripsi Umum :
Pengamatan mikroskopis batuan dilakukan pada perbesaran perbesaran total 40x, dimana
perbesaran lensa objektif 4x dan perbesaran lensa okuler 10x. Secara umum sayatan batuan
menunjukan struktur massif dengan tekstur meliputi derajat kristalisasi yang hipokristalin,
granularitas porfiritik (<1-2 mm), relasi inequegranular (porfiroafanitik) dan bentuk
mineral euhedral-subhedral. Komposisi tersusun oleh fenokris berupa mineral
klinopiroksen (9%), plagioklas (andesin) dengan nilai An 43 (29,25%), sanidin (0,25%)
dan mineral opaque (4,25%) yang tertanam pada massa dasar berupa gelas (34%). Pada
fragmen ini juga nampak adanya vesikuler (23,25%).
Deskripsi Mineralogi :
1. Mineral Plagioklas (Pl)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) terlihat berwarna colourless, memiliki bentuk
subhedral-euhedral dan relief sedang- tinggi. Tidak terlihat adanya belahan arah pada
beberapa tubuh mineral, tidak memiliki pleokroisme serta bentuk yang relatif prismatik.
Pada pengamatan nikol silang (XPL) memiliki warna interferensi abu-abu kehitaman
dengan nilai birefriengence yang rendah (orde 1), dan tidak memiliki kembaran albite.
Kelimpahan mineral plagioklas pada sayatan batuan sebanyak 18%.
2. Mineral Felsdpar (Fsp)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) terlihat colorless, memiliki bentuk anhedral-
subhedral dan relief rendah. Terlihat adanya belahan 1 arah pada beberapa tubuh
mineral, tidak memiliki pleokroisme serta bentuk yang relatif prismatik. Pada
pengamatan nikol silang (XPL) memiliki warna interferensi putih - abu-abu dengan
nilai birefriengence yang rendah (orde 1), dan beberapa memiliki kembaran berjenis
calsbad. Kelimpahan mineral feldspar pada sayatan batuan sebanyak 57%.
3. Mineral Kuarsa (Qtz)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) terlihat colorless, memiliki bentuk anhedral dan
relief rendah. Tidak terlihat adanya belahan maupun pecahan, tidak memiliki
pleokroisme. Pada pengamatan nikol silang (XPL) memiliki warna interferensi putih -

126
abu-abu dengan nilai birefriengence yang rendah (orde 1). Kehadiran mineral ini
bersifat sekunder pada sampel sayatan batuan. Kelimpahan mineral kuarsa batuan pada
sayatan batuan sebanyak 5%.
4. Mineral Opak (Opq)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) mineral opaque terlihat bewarna hitam pekat
dengan tidak nampak adanya belahan, pleokroisme dan berbentuk equant. Pada
pengamatan XPL maupun XPL+ keping gips mineral ini juga memiliki kenampakan
yang berwarna hitam legam/pekat. Berdasarkan bentuk mineral yang ada pada batuan
diintrepetasikan sebagai magnetit. Kelimpahan mineral opaque pada sayatan batuan
sebanyak 5%.
5. Massa dasar (Md)
Kenampakan massa dasar berupa gelas vulkanik dalam pengamatan sejajar nikol (PPL)
terlihat berwarna colorless hingga abu gelap dan berelief rendah. Pada pengamatan XPL
memiliki warna interferensi abu-abu – hitam dengan birefriengence yang rendah (orde
1). Gelas vulkanik dicirikan dengan tidak memiliki bentuk kristal. Kelimpahan massa
dasar pada sayatan batuan sebanyak 15%.

Metode pendeskripsian dan penamaan batuan:

Nama Batuan : andesite (Streickesen, 1976)

Perhitungan persentase penyusun batuan menggunakan metode point counting (Chayes,


1949) dengan banyak perhitungan yaitu 20 x 20 titik. Pada penamaan batuan secara
miroskopis, peneliti mengacu pada klasifikasi batuan sedimen, Streickesen (1976).

Berikut merupakan hasil plotting penamaan batuan menggunakan klasifikasi Streickesen


(1976):

127
Laboratorium Mineralogi - Petrologi
Program Studi Teknik Geologi S1 – Institut Teknologi Nasional Yogyakarta
Jl. Babarsari No. 1 Babarsari – Yogyakarta, Pos : 55281 (Telp : 0274-485390)
Nomor Sampel : 92 Jenis Batuan : Batuan beku (Diorit)
Kode Sampel : INTRS Nama Batuan : Quartz diorite
Plane Polarized Light (PPL) Cross Polarized Light (XPL) XPL + GIPS

Deskripsi Umum :
Pengamatan mikroskopis batuan dilakukan pada perbesaran perbesaran total 40x, dimana
perbesaran lensa objektif 4x dan perbesaran lensa okuler 10x. Secara umum sayatan batuan
menunjukan struktur massif dengan tekstur meliputi derajat kristalisasi yang hipokristalin,
granularitas porfiritik (<1-2 mm), relasi inequegranular (porfiroafanitik) dan bentuk
mineral euhedral-subhedral. Komposisi tersusun oleh fenokris berupa mineral hornblende
(15%), plagioklas (andesin) dengan nilai An 43 (60%),kuarsa (10%) dan mineral opaque
(15%) yang tertanam pada massa dasar berupa mikrolit plagioklas (20%).
Deskripsi Mineralogi :
1. Mineral Plagioklas (Pl)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) terlihat berwarna colourless, memiliki bentuk
subhedral-euhedral dan relief sedang- tinggi. Tidak terlihat adanya belahan arah pada
beberapa tubuh mineral, tidak memiliki pleokroisme serta bentuk yang relatif prismatik.
Pada pengamatan nikol silang (XPL) memiliki warna interferensi abu-abu kehitaman
dengan nilai birefriengence yang rendah (orde 1), dan tidak memiliki kembaran albite.
Kelimpahan mineral plagioklas pada sayatan batuan sebanyak 60%.
2. Mineral Kuarsa (Qtz)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) terlihat colorless, memiliki bentuk anhedral dan
relief rendah. Tidak terlihat adanya belahan maupun pecahan, tidak memiliki
pleokroisme. Pada pengamatan nikol silang (XPL) memiliki warna interferensi putih -
abu-abu dengan nilai birefriengence yang rendah (orde 1). Kehadiran mineral ini
bersifat sekunder pada sampel sayatan batuan. Kelimpahan mineral kuarsa batuan pada
sayatan batuan sebanyak 10%.
3. Mineral Opak (Opq)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) mineral opaque terlihat bewarna hitam pekat
dengan tidak nampak adanya belahan, pleokroisme dan berbentuk equant. Pada
pengamatan XPL maupun XPL+ keping gips mineral ini juga memiliki kenampakan
yang berwarna hitam legam/pekat. Berdasarkan bentuk mineral yang ada pada batuan

128
diintrepetasikan sebagai magnetit. Kelimpahan mineral opaque pada sayatan batuan
sebanyak 15%.
4. Massa dasar (Md)
Kenampakan massa dasar berupa gelas vulkanik dalam pengamatan sejajar nikol (PPL)
terlihat berwarna colorless hingga abu gelap dan berelief rendah. Pada pengamatan XPL
memiliki warna interferensi abu-abu – hitam dengan birefriengence yang rendah (orde
1). Gelas vulkanik dicirikan dengan tidak memiliki bentuk kristal. Kelimpahan massa
dasar pada sayatan batuan sebanyak 20%.
5. Hornblende (Hbl)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) terlihat colorless kehitaman, memiliki bentuk
euhedral dan relief tinggi. Terlihat adanya belahan 2 arah,tidak memiliki pecahan, tidak
memiliki pleokroisme. Pada pengamatan nikol silang (XPL) memiliki warna
interferensi coklat-kehitaman dengan nilai birefriengence yang rendah (orde 1).
Kelimpahan mineral kuarsa batuan pada sayatan batuan sebanyak 15%.

Metode pendeskripsian dan penamaan batuan:

Nama Batuan : Quartz diorite (Streickesen, 1976)

Perhitungan persentase penyusun batuan menggunakan metode point counting (Chayes,


1949) dengan banyak perhitungan yaitu 20 x 20 titik. Pada penamaan batuan secara
miroskopis, peneliti mengacu pada klasifikasi batuan sedimen, Streickesen (1976).

Berikut merupakan hasil plotting penamaan batuan menggunakan klasifikasi Streickesen


(1976):

129
Laboratorium Mineralogi - Petrologi
Program Studi Teknik Geologi S1 – Institut Teknologi Nasional Yogyakarta
Jl. Babarsari No. 1 Babarsari – Yogyakarta, Pos : 55281 (Telp : 0274-485390)
Nomor Sampel : 42 Jenis Batuan : Batuan karbonat (Kalkarenit)
Kode Sampel : KAL Nama Batuan : Grainstone
Plane Polarized Light (PPL) Cross Polarized Light (XPL) XPL + GIPS

Deskripsi Umum :
Pengamatan mikroskopis batuan dilakukan pada perbesaran perbesaran total 40x, dimana
perbesaran lensa objektif 4x dan perbesaran lensa okuler 10x. Secara umum sayatan batuan
menunjukan kenampakan mikroskopis dengan tekstur ukuran butir 2mm, bentuk butir
didominasi menyudut -menyudut tanggung, sortasi kasar dan kemas terbuka. Komposisi
batuan tersusun atas mineral plagioklas (34,75%), mineral feldspar (6,5%), mineral
kuarsa(7%), litik (%), dan mineral opaque (2,25%) yang tertanam pada matriks karbonat
(36,75%).
Deskripsi Mineralogi :
1. Skeletal Grain (Pl)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) terlihat berwarna colourless, memiliki bentuk
subhedral-euhedral dan relief sedang- tinggi. Tidak terlihat adanya belahan arah pada
beberapa tubuh mineral, tidak memiliki pleokroisme serta bentuk yang relatif prismatik.
Pada pengamatan nikol silang (XPL) memiliki warna interferensi abu-abu keoklatan
dengan nilai birefriengence yang rendah (orde 1), dan tidak memiliki kembaran.
Tersusun atas fosil keseluruhan dengan kelimpahan pada sayatan batuan sebanyak 89%.
2. Micrite (Mi)
Kenampakan micrite yang berupa kumpulan mineral karbonat yang halus dalam
pengamatan sejajar nikol (PPL)terlihat berwarna coklat kehitaman dan berelief rendah.
Pada pengamatan XPL memiliki warna interferensi hitam kecoklatan sedangkan pada
pengamatan XPL berwarna coklat kehitaman. Kelimpahan micrite pada sayatan batuan
sebanyak 8%.
3. Sparit (Sp)
Pada pengamatan sejajar nikol (PPL) terlihat colorless, memiliki bentuk anhedral dan
relief rendah. Tidak terlihat adanya belahan maupun pecahan, tidak memiliki
pleokroisme serta bentuk yang bersifat mengisi retakan/rongga yang ada pada batuan.
Pada pengamatan nikol silang (XPL) memiliki warna interferensi putih - abu-abu
dengan nilai birefriengence yang rendah (orde 1). Kehadiran mineral ini bersifat

130
sekunder pada sampel sayatan batuan. Kelimpahan mineral kuarsa batuan pada sayatan
batuan sebanyak 3%.

Metode pendeskripsian dan penamaan batuan:

Nama Batuan : Grainstone (Dunham, 1962)

Perhitungan persentase penyusun batuan menggunakan metode point counting (Chayes,


1949) dengan banyak perhitungan yaitu 20 x 20 titik. Pada penamaan batuan secara
miroskopis, peneliti mengacu pada klasifikasi batuan sedimen, Dunham (1976).

Berikut merupakan hasil plotting penamaan batuan menggunakan klasifikasi Pettijhon


(1975):

131

Anda mungkin juga menyukai