Anda di halaman 1dari 15

BAB I

LEMBAR DESKRIPSI
1.1 Sayatan PR-02
Deskripsi Mikroskopis:
Tekstur umum

: Porfiritik

Perbesaran

:4X

Tekstur khusus

: Non Welded

Komposisi

Nama Mineral
Plagioklas
Gelasan
Hornblende
Mineral afanit

Sifat Optik Khas


Colorless agak keruh, kembaran albit-carlsbad albit, relief sedang
Colorless pada PPL, berwarna hitam pada XPL, dan berwarna merah
muda pada baji kuarsa
Warna coklat, prismatik, belahan dua arah
Berbentuk bintik kecil yang tidak dapat dideskripsi lebih anjut

Nama Mineral

MP 1(%)

MP 2 (%)

MP 3 (%)

Rata-rata (%)

Gelasan

10

10

10

10

Kristal

30

30

30

90

Sketsa gambar:

Opq

Opq
Pl

P
Gelasa
l
nP
l

Pengamatan I

P
l
Pl

Ol
Pl
Ol

Gelasa
n

P
l

Pengamatan II

P
l

Opq
Gelasa
n

Pengamatan III

Genesa batuan:
Mineral plagioklas dan hornblende menandakan bahwa magma asal batuan ini
adalah magma basa-intermediet. Tekstur umum porfiritik menandakan bahwa
terdapat kristal yang membeku terlebih dahulu diikuti oleh pembekuan magma
yang sangat

cepat dan menghasilkan mineral afanit serta gelasan. Derajat

kristalisasi hipokristalin, keseragaman inequigranular porfiroafanitik, ukuran butir


fanerik-afanitik, dan bentuk butir euhedral menandakan bahwa saat terjadi letusan
gunungapi ada magma yang membeku secara cepat di udara membentuk tuff
kristalin diikuti hancurnya kristal-kristal yang telah terbentuk oleh letusan
gunungapi. Kemudian material ini terendapkan dan terkonsolidasi membentuk
batuan piroklastik.
Nama batuan: Essential (Mac Donald, 1972)
Crystal tuff (Gilbert, dkk., 1954)
Crystal tuff (Pettijohn, 1975)

1.2 Sayatan PR-01


Deskripsi Mikroskopis:
Tekstur umum

: Vitropirik

Perbesaran

:4X

Tekstur khusus

:-

Komposisi :
Nama Mineral
Mineral afanit
Gelasan

Sifat Optik Khas


Tidak berwarna hitam pada XPL, dan tidak berwarna merah muda
pada baji kuarsa
Colorless pada PPL, berwarna hitam pada XPL, dan berwarna merah
muda pada baji kuarsa

Nama Mineral

MP 1(%)

MP 2 (%)

MP 3 (%)

Rata-rata (%)

Mineral afanit

10

10

10

10

Gelasan

90

90

90

90

Sketsa gambar:

Gelasa
n
Gelasa
n
Krist
al

Pengamatan I

Krist
al

Gelasa
n
Krist
al

Pengamatan II

Pengamatan III

Genesa batuan:
Mineral yang terdapat pada batuan ini terlalu kecil untuk dideskripsi sehingga magma
asalnya tidak dapat diketahui. proses pembekuan yang sangat cepat dari magma yang
terlontar ke udara. Berdasarkan komposisi penyusun dari sayatan PR - 01 batuan ini
didominasi oleh gelasan dan sedikit crystal. Dapat diperkirakan batuan ini bahwa
proses pembekuannya cepat dan didukung oleh kontak dengan tubuh air, sehingga
menghasilkan mineral gelasan yang afanit dan tidak dapat diidentifikasi. Derajat
kristalisasi hipokristalin, keseragaman inequigranular afanitik, ukuran butir afanitik,
menandakan bahwa saat terjadi letusan gunungapi magma asalnya membeku secara
sangat cepat di udara membentuk tuff gelasan. Kemudian material ini terendapkan
dan terkonsolidasi membentuk batuan piroklastik.
Nama batuan: Accessor (Mac Donald, 1972)
Vitric tuff (Gilbert, dkk., 1954)
Vitric tuff (Pettijohn, 1975)

1.3 Sayatan PR-07


Deskripsi Mikroskopis:
Tekstur umum : Porfiritik
Perbesaran

:4X

Tekstur khusus : Non-Welded


Komposisi :
Nama Mineral

Sifat Optik Khas

Kristal

Kenampakan berwarna-warni namun sulit diidentifikasi lebih detail

Gelasan

Colorless pada PPL, berwarna hitam pada XPL, dan berwarna merah
muda pada baji kuarsa

Nama Mineral

MP 1(%)

MP 2 (%)

MP 3 (%)

Rata-rata (%)

Kristal

85

85

70

80

Gelasan

15

15

30

20

Sketsa gambar:

Gelasa
n

krist
al

Gelasa
n
krista
l

krist
al

Ol

Pengamatan I

Pengamatan II

Pengamatan III

Gelasa
n

Genesa batuan:
Tidak ada mineral yang dapat diidentifikasi sehingga sifat magma asalnya
tidak dapat diketahui. Namun dari komposisi Kristal yang sangat dominan
disbanding dengan gelasan menandakan bahwa Kristal tersebut pertama sekali
sudah terbentuk lalu kemudian terbentuk massa dasar gelasan akibat pembekuan
yang sangat cepat.
Nama batuan: Essential (Mac Donald, 1972)
Crystal tuff (Gilbert, dkk., 1954)
Crystal tuff (Pettijohn, 1975)

1.4 Sayatan R 113 1L


Deskripsi Mikroskopis:
Tekstur umum : Porfiritik
Perbesaran

:4X

Tekstur khusus : Komposisi Mineral:


Nama Mineral
Kristal

Sifat Optik Khas


Memiliki ukuran yang kecil dan tidak dapat dideskripsi sifat optik

Gelasan

Berwarna colorless (PPL), Hitam (XPL), dan merah muda


keunguan (Baji Kuarsa)

Lithic

Memiliki warna hitam hitam putih pada PPL, dan XPL memiliki
warna merah jambu dan berbentuk lingkaran dan di dalam nya ada
juga lingkaran

Nama Mineral
Kristal
Gelasan
Lithic
Sketsa gambar:

MP 1(%)
70
20
10

MP 2 (%)
50
30
20

MP 3 (%)
60
15
25

Rata-rata (%)
60
21,6
18,3

Gelasa
n

Gelasa
n
Lithi
c

Lithi
c

krist
al

Pengamatan I

Gelasa
n

krist
al

Pengamatan II

krist
al

Lithi
c

Pengamatan III

Genesa batuan:
Tekstur umum porfiritik menandakan bahwa terdapat kristal yang membeku
terlebih dahulu diikuti oleh pembekuan magma yang sangat

cepat dan

menghasilkan mineral afanit serta gelasan. Derajat kristalisasi hipokristalin,


keseragaman inequigranular porfiroafanitik, ukuran butir fanerik-afanitik, dan
bentuk butir euhedral menandakan bahwa saat terjadi letusan gunungapi ada
magma yang membeku secara cepat di udara membentuk tuff kristalin diikuti
hancurnya kristal-kristal yang telah terbentuk oleh letusan gunungapi. Kemudian
material ini terendapkan dan terkonsolidasi membentuk batuan piroklastik.
Nama batuan

: Crystal Tuff (Pettijohn, 1975 )


Crystal Tuff (WTG, 1954)
Essential (Mc. Donald, 1972)

1.5 Sayatan R.12.23


Deskripsi Mikroskopis:
Tekstur umum : Porfiritik
Perbesaran

:4X

Tekstur khusus : Non-Welded


Komposisi :
Nama Mineral
Kristal
Gelasan
Mineral Opaq

Nama Mineral
Kristal
Gelasan

Sifat Optik Khas


Memiliki ukuran yang kecil dan tidak dapat dideskripsi sifat optik
Berwarna colorless (PPL), Hitam (XPL), dan merah muda
keunguan (Baji Kuarsa)
Berwarna hitam di PPL, XPL dan bajikuarsa

MP 1(%)
45
50

MP 2 (%)
45
60

MP 3 (%)
45
55

Rata-rata (%)
45
55

Sketsa

Gelasa
n

Kristal

Pengamatan I

Gelasa
n

Gelasa
n

Kristal
Kristal

Pengamatan II

Pengamatan III

Genesa batuan :
Tekstur umum porfiritik menandakan bahwa terdapat kristal yang membeku
terlebih dahulu diikuti oleh pembekuan magma yang sangat

cepat dan

menghasilkan mineral afanit serta gelasan. Derajat kristalisasi hipokristalin,


keseragaman inequigranular porfiroafanitik, ukuran butir fanerik-afanitik, dan
bentuk butir euhedral menandakan bahwa saat terjadi letusan gunungapi ada
magma yang membeku secara cepat di udara membentuk tuff kristalin diikuti
hancurnya kristal-kristal yang telah terbentuk oleh letusan gunungapi. Kemudian
material ini terendapkan dan terkonsolidasi membentuk batuan piroklastik.
Nama batuan

: Vitric Crystal Tuff (Pettijohn, 1975 )


Vitric Tuff (WTG, 1954)
Essential (Mc. Donald, 1972)

1.6 Sayatan PR 11
Deskripsi Mikroskopis:
Tekstur umum
: Porfiritik
Perbesaran
:4X
Tekstur khusus

: Non-Welded

Komposisi Mineral:
Nama Mineral
Kristal

Sifat Optik Khas


Memiliki ukuran yang kecil dan tidak dapat dideskripsi sifat optik

Gelasan

Berwarna colorless (PPL), Hitam (XPL), dan merah muda


keunguan (Baji Kuarsa)

Lithic

Adanya pecahan dalam mineral berwarna coklat pada PPL

Nama Mineral
Kristal
Gelasan
Lithic

MP 1(%)
46
49
5

MP 2 (%)
30
65
5

MP 3 (%)
43
52
5

Rata-rata (%)
39,7
55,3
5

Sketsa

:
Gelasa
n

Gelasa
n

Gelasa
n

Kristal

Lithic
Kristal

Kristal

Lithic
Lithic

Pengamatan I

Pengamatan II

Pengamatan III

Genesa batuan:
Berdasarkan

komposisi

penyusun

dari

sayatan

ini,

kita

dapat

menginterpretasikan bahwa gelasan lebih mendominasi dalam komponen penyusun


batuan ini. Hal ini menjelaskan bahwa sebelumnya mineral sudah terbentuk dalam
tubuh gunung api. Lalu terjadi letusan batuan, material dalam gunung api yang tibatiba terbawa keluar tubuh gunung mengalami perubahan suhu secara tiba-tiba
sehingga membentuk komponen gelasan dari batu tersebut. Selanjutnya material ini
bercampur dengan material-material lain diluar tubuh gunung api sehingga
menghasilkan batuan beku fragmental.

Nama batuan

: Crystal Tuff (Pettijohn, 1975 )


Crystal Tuff (WTG, 1954)
Essential (Mc. Donald, 1972)

BAB II
PEMBAHASAN
Praktikum petrografi acara batuan beku fragmental yang merupakan acara
kedua dari praktikum petrografi, praktikan ditugaskan untuk melakukan pengamatan
secara mikroskopis untuk mendeskripsi sayatan tipis dan menganalisa petrogenesa
dari sayatan tersebut, serta melakukan pemberian nama batuan dari sayatan tipis

tersebut. Pengamatan dimulai dari tekstur umum yang terdapat dalam sayatan tipis,
kemudian tekstur khusus yang ada pada sayatan. Selanjutnya pengamatan berupa
komposisi dari sayatan tersebut yang meliputi mineral, lithic, dan gelasan, beserta
dengan kelimpahan komposisi yang dilanjutkan dengan petrogenesanya dan
penamaan batuan. Penamaan menggunakan klasifikasi William, Turner and Gilbert
(1954), Pettijohn (1975), dan Mac Donald (1972). Klasifikasi tersebut dilihat
berdasarkan kelimpahan mineral, lithic, dan gelasan. Berikut pembahasan
berdasarkan hasil deskripsi dari tiap sayatan tipis secara mikroskopis batuan. Adapun
sayatan yang diamati dengan mikroskop polarisasi adalah PR-02, PR-01, PR-07, R
113 1L, R 12.23, dan PR 11.
2.1. Sayatan PR-02
Sayatan PR-02 ini diamati dengan perbesaran 4x. Deskripsi mikroskopis dari
sayatan batuan ini memiliki tekstur terdiri dari mineral-mineral yang dikelilingi
oleh massa gelasan. Maka teksturnya adalah vitrovirik. Sayatan ini memiliki
kenampakan terdiri dari mineral-mineral kristal dan gelasan, maka tekstur derajat
kristalisasinya yaitu hipokristalin ,karena ukuran butirnya tidak seragam dan ada
mineral yang lebih besar dikelilingi oleh mineral yang berukuran lebih kecil dan
sulit untuk dibedakan satu sama lain, maka keseragaman inequigranular
porfiroafanitik, bentuk butir mineral memiliki batas kristal yang jelas, maka
teksturnya euhedral. dan ada mineral yang berukuran besar dan ada mineral yang
sampai tidak terlihat jelas pada mikroskop, maka ukuran butirnya fanerik hingga
afanitik
Sayatan batuan ini tersusun atas mineral seperti plagioklas, dan Hornblende
serta massa dasar gelasan. Plagioklas memiliki persentase rata-rata sebanyak 44% ,
umumnya yaitu colorless agak keruh, dan kembarannya albit karlsbad albit.
Hornblende memiliki persentase rata-rata sebanyak 3% ciri-ciri umumnya yaitu
ada belahan 2 arah dengan warna mineral yang coklat. Bentuk prismatic. Gelasan
memiliki persentase rata-rata sebanyak 10%, gelasan memiliki kenampakan
Colorless pada PPL, berwarna hitam pada XPL, dan berwarna merah muda pada

baji kuarsa. dan sisanya berupa massa dasar mineral yang tidak dapat diidentifikasi
jenis mineralnya yang presentase rata-ratanya 43%. Dari hasil persentase di atas,
maka dibuat persentase lagi menurut persentase antara kristal dan gelasan menjadi
90% kristal, dan 10% gelasan.
Berdasarkan keterdapatan mineral plagioklas dan hornblende, maka dapat
diinterpretasikan magma asal batuan ini adalah magma basa-intermediet. Tekstur
khusus vitrovirik menandakan bahwa terdapat kristal yang membeku terlebih
dahulu diikuti dengan pembekuan magma yang sangat cepat dan menghasilkan
mineral-mineral

afanitik

serta

gelasan.

Derajat

kristalisasi

hipokristalin,

keseragaman inequigranular porfiroafanitik, ukuran butir fanerik-afanitik, dan


bentuk butir euhedral menandakan bahwa saat terjadi letusan gunungapi, ada
magma yang membeku secara cepat di udara membentuk tuff gelasan dibarengi
dengan hancurnya kristal-kristal mineral yang telah terbentuk oleh letusan
gunungapi. Batuan ini terbentuk akibat akumulasi material material yang berupa
fragmen dan kristal yang sudah terbentuk sebelumnya. Kristal ini terbentuk jauh
dari permukaan bumi dengan pembekuan magma yang lama. Fragmen terbentuk
dari gerusan batuan samping (wall rock) atau batuan yang terdapat pada kerucut
vulkanik. Kemudian terjadi letusan dengan tekanan yang besar hingga membawa
kristal dan fragmen tersebut. Letusan ini juga membawa lava terlontar dari tubuh
gunung api, dan mengalami kontak dengan udara dan mengalami pembekuan
dengan cepat hingga tidak sempat untuk membentuk kristal, maka disebut gelasan.
Material material tersebut terbentuk dan terendapakan diatas permukaan bumi.
Material berukuran cukup kasar yang memungkinkan terendapkan di daerah
proksimal.
Berdasarkan persentase penyusun batuannya yang 10 % Gelasan dan 90%
kristal, maka dapat disimpulkan bahwa batuan ini dinamakan Essential (Mac
Donald, 1972), , Crystal tuff (Gilbert dkk., 1954), Crystal vitric tuff
(Pettijohn, 1975).

Anda mungkin juga menyukai