Anda di halaman 1dari 9

Pengantar dan filsafat geografi

ANALISIS KECAMATAN SUPPA


KABUPATEN PINRANG

NAMA : ASTIKA

NIM : 181141017

PRODI : GEOGRAFI/SAINS
Kabupaten Pinrang  adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsiSulawesi
Selatan, Indonesia. Kabupaten ini terletak 185 km dari
Makassar arah utara yang berbatasan dengan Kabupaten Polawali Mandar
Provinsi Sulawesi Barat, luas wilayah 1.961,77 km2 yang terbagi ke dalam 12
Kecamatan, meliputi 68 desa dan 36 kelurahan yang terdiri dai 86 lingkungan
dan 189 dusun
Kabupaten Pinrang

Lambang Kabupaten Pinrang

Moto: Pinrang Berjaya

-
Peta lokasi Kabupaten Pinrang
di Sulawesi Selatan
Koordinat: 3°46' S - 119°41' E

Provinsi Sulawesi Selatan

Dasar Nomor: UP-7/3/5-392


hukum

Tanggal 28 Januari 1960


peresmia
n

Pemerintahan

-Bupati H. A. Aslam Patonagi,


SH. M.Si

APBD

-APBD -

-DAU Rp. 574.244.531.000.-


(2013)
[1]

Luas 1.961,77 km2

Populasi

-Total 351.118 jiwa (BPS 2010)

- 178,98 jiwa/km2
Kepadata
n

Demografi

-Suku Bugis (82,72%), Dayak


bangsa (1,10%), Minangkabau
(5,57%), Batak (6,31%),
Jawa (4,30%)

-Agama Islam (93,88%), Kristen


(2,12%), Hindu (0,88%),
Buddha (3,12%)

-Kode 0421
area
telepon

Pembagian administratif
- 12
Kecamat
an

- 40
Keluraha
n

-Desa 67

Simbol khas daerah

Situs http://www.pinrangkab.g
web o.id/

Gerbang masuk Kab Pinrang

Kabupaten Pinrang dengan ibukota Pinrang terletak disebelah 185 km


utara ibukota Provinsi Sulawesi Selatan, berada pada posisi 3°19’13” sampai
4°10’30” lintang selatan dan 119°26’30” sampai 119°47’20” bujur timur.
Secara administratif, Kabupaten Pinrang terdiri atas 12 kecamatan, 39 kelurahan
dan 65 desa. Batas wilayah kabupaten ini adalah sebelah Utara dengan
Kabupaten Tana Toraja, sebelah Timur dengan Kabupaten Sidenreng Rappang
dan Enrekang, sebelah Barat Kabupaten Polmas Provinsi Sulawesi Barat dan
Selat Makassar, sebelah Selatan dengan Kota Parepare. Luas wilayah
Kabupaten mencapai 1.961,77 km².
Kabupaten Pinrang memiliki garis pantai sepanjang 93 Km sehingga terdapat
areal pertambakan sepanjang pantai, pada dataran rendah didominasi oleh areal
persawahan, bahkan sampai perbukitan dan pegunungan. Kondisi ini
mendukung Kabupaten Pinrang sebagai daerah Potensial untuk sektor pertanian
dan memungkinkan berbagai komoditi pertanian (Tanaman Pangan, perikanan,
perkebunan dan Peternakan) untuk dikembangkan. Ketinggian wilayah 0–500
mdpl ( 60,41%), ketinggian 500–1000 mdpl ( 19,69% ) dan ketinggian 1000
mdpl (9,90%)

Pemerintahan

Demografi

Jumlah penduduk pada tahun 2007 sebesar ± 335.270 jiwa yang terdiri atas


160.647 jiwa laki-laki dan 174.623 jiwa perempuan dengan tingkat kepadatan
penduduk mencapai 171 jiwa/km².
Jumlah penduduk pada tahun 2007 sebesar ± 335.270 jiwa yang terdiri atas
160.647 jiwa laki-laki dan 174.623 jiwa perempuan dengan tingkat kepadatan
penduduk mencapai 171 jiwa/km².

Pendekatan Lingkungan

Posted on 07 June 2018   |   0 Comments

© Idham Malik / WWF-Indonesia


Oleh: Idham Malik (Aquaculture Staff, WWF-Indonesia)
Tahun ini, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan terpilih menjadi lokasi
penilaian awal dan implementasi Akuakultur dengan Pendekatan Lingkungan
(ADPE), istilah lain dari Ecosistem Aproach to Aquaculture (EAA).
Pinrang dipilih lantaran telah berjalannya pengelolaan kawasan perikanan;
kawasan tambak udang dan budi daya rumput laut Minapolitan Lowita Suppa
Pinrang; serta kawasan Ecoshrimp, Kecamatan Lanrisang, Kabupaten Pinrang.

ADPE sendiri adalah panduan yang disusun oleh FAO (2010) untuk penilaian
pengelolaan kawasan akuakultur yang dipimpin oleh pemerintah dan para pihak
setempat. ADPE menilai peran pemerintah dan para pihak dalam mendukung
pengelolaan kawasan akuakultur yang berkelanjutan, yang mendukung
kesejahteraan yang berkeadilan, serta adanya tata kelola yang baik dan sinergis.

Untuk memperoleh masukan dan dukungan dari para pihak terhadap konsep
ADPE.  Penilaian ADPE di Pinrang pada 26 – 30 Maret 2018 ini dibuka dengan
sosialisasi dan focus group discussion (FGD) ADPE pada Dinas Kelautan
Perikanan (DKP) Provinsi Sulawesi Selatan. FGD ini melibatkan Balai
Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau (BPPBAP) Maros, Balai
Budidaya Air Payau (BBAP) Takalar, Balai Karantina Ikan Makassar,
Universitas Hasanuddin, dan Universitas Muslim Indonesia (UMI).

Rangkaian penilaian dilanjutkan dengan sosialisasi bersama Pemerintah Daerah


(Pemda) setempat, dan pertemuan dengan petambak dan melihat langsung
kawasan budi daya. Tentunya, tinjauan langsung ini sangat penting untuk
memberi pandangan yang lebih jelas mengenai keadaan dan kesesuaian kondisi
dengan indikator – indikator yang terdapat dalam ADPE.

Pada 30 Mei 2018, hasil penilaian terhadap budi daya di Pinrang ini
menyimpulkan bahwa pengelolaan kawasan budi daya di Suppa dan Lanrisang
termasuk dalam kategori baik. Katakan, dari skala 1-3, rata-rata kawasan
tambak mendapat skor pertengahan. Hal ini berarti, perlu peningkatan untuk
menjadi lebih baik lagi.

Lalu, sebenarnya, aspek apa saja sih yang dinilai dalam ADPE?

Pertama, aspek keberlanjutan ekosistem, dengan komponen sebesar 40%.

“Kawasan budi daya yang ditunjuk harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang
dan Wilayah (RTRW), dan tidak boleh mencemari kawasan lingkungan,” jelas
Iman  Barizi, Kasubdit Penataan Kawasan dan  Kesehatan Ikan – DJPB,
Kementerian Kelautan dan Perikanan, salah satu tim peniaian ADPE bersama
WWF-Indonesia. Indikator ini dibuktikan melalui data hasil laboratorium
kualitas air, sebagai salah satu bentuk penerapan panduan perikanan budi daya
yang baik.
 
Kedua, adalah aspek kesejahteraan berkeadilan, dengan komponen penilaian
sebesar 30%.Hal ini dilihat dari adanya penyerapan tenaga kerja lokal dan
peningkatan kesejahteraan pembudidaya. Selain itu, terdapat resolusi konflik
yang baik dari setiap permasalahan dalam pengelolaan budi daya.

Komponen lainnya adalah tata kelola dan sinergitas, yaitu sinergitas program
kerja masing-masing para pihak dalam pengelolaan kawasan budidaya, 
termasuk isu partisipasi masyarakat dalam setiap program.

Dengan komposisi penilaian tersebut, konsep ADPE merupakan strategi untuk


mengintegrasikan kegiatan akuakultur dengan aspek lingkungan yang lebih
luas. Caranya, dengan menyeimbangkan hubungan aspek sosial, ekonomi, dan
lingkungan, untuk mencapai pembangunan berkelanjutan.

ADPE telah diadopsi dan dirancang di Indonesia sejak 2014. Hingga 2017,
dilakukan pematangan konsep melalui pertemuan nasional, pelatihan, hingga uji
lapang indikator dan penilaian ADPE.

“Semoga melalui program ADPE ini, masyarakat petambak dapat merasakan


manfaatnya. Implementasi ADPE di Pinrang harus berhasil, sehingga
lingkungan pun terjaga, masyarakat sejahtera,” A. Aslam Patonangi, Bupati
Pinrang, mengungkapkan dukungannya pada sesi Sosialisasi ADPE pada Pemda
Pinrang yang dipimpin oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Pinrang
(27/03/2018).

Harapan ini diamini tak hanya oleh WWF-Indonesia, tetapi juga SKPD – SKPD
terkait - Badan Lingkungan Hidup Kab. Pinrang, Dinas Ketenagakerjaan, Dinas
Pekerjaan Umum, Bappeda, perwakilan petambak udang dan petani rumput
laut, serta penyuluh perikanan yang hadir hari itu.
 REFERENSI

1. ^  2013-02-04. Diakses tanggal 2013-02-15.


2. ^ "Bupati Pinrang dari Masa Ke Masa".Website Resmi Pemerintah Kabupaten Pinrang.
Pemerintah Kabupaten Pinrang. Diakses tanggal 12 Januari 2018.
3. ^ "Sejarah Kabupaten Pinrang". pinrangkab.go.id. Diakses tanggal 2 Februari 2017.
4. ^ "Bupati Pinrang". pinrangkab.go.id. Diakses tanggal 2 Februari 2017.
5. ^ "Objek Wisata di Kabupaten Pinrang". 22 Juni 2013.

Anda mungkin juga menyukai