MIKROPALEONTOLOGI

MATERI KULIAH

• I. PENDAHULUAN :
• Ruang Lingkup & Sasaran
• Sejarah & Pustaka
• Definisi & Hukum Stratigrafi
• Skala Waktu Geologi

• II. ANALYSIS MIKROFOSIL

• Tinjauan Umum
• Jenis Mikrofosil
• Metode & Tahapan Penelitian

• III. FORAMINIFERA PLANKTONIK

• Lingkungan Hidup
• Biostratigrafi
 MATERI KULIAH

• IV : FORAMINIFERA PLANKTON
• Biostratigrafi / Ekologi
• Observasi & Determinasi
• Morfologi Genus/Spesies

• V & VI : FORAMINIFERA BENTIK

• Biostratigrafi / Ekologi
• Observasi & Determinasi
• Morfologi Genus/Spesies

• VII : PEMBAHASAN TUGAS

• VIII : UTS
• Seluruh bahan kuliah minggu I s/d. VII
 MATERI KULIAH

• IX : FORAMINIFERA BESAR
• Tinjauan Umum
• Morfologi
• Biostratigrafi / Ekologi

• X & XI : Pengenalan NANNOPLANKTON

• Tinjauan Umum
• Morfologi
• Biostratigrafi / Ekologi

• XII : Pengenalan PALYNOLOGI

• Pengenalan morfologi
• Aplikasi
 PUSTAKA
• Amstrong and Brasier, 2005, Microfosssils, 2nd edition,
Blackwell Publishing Ltd, 296p.
• Bolli, H. M., Saunders, J. B. & Perch Nielsen, K., 1989,
Plankton Stratigraphy vol. 1 : Cambridge University
Press, Cambridge, 582 p.
• Brasier, M. D., 1980, Microfossils : George Allen & Unwin,
London, 193 p
• Haq, B. U. & Boersma, A., 1983, Introduction to Marine
Micropaleontology : Elsevier Biomedical, New York, 376 p
• Jones, D. J., 1969, Introduction to Microfossils : Hafner
Publishing Company New York, 406 p
 PUSTAKA
• Pringgoprawiro & Kapid, 2000 : “Foraminifera;
Pengenalan Mikrofosil dan Aplikasi Biostratigrafi”;
Penerbit ITB.
• Kapid R., 2003 : ”Nannoplankton Gampingan,
Pengenalan dan Aplikasi Biostratigrafi”, Penerbit ITB
• Dewi & Kapid , 2004 : ”Ostracoda, objek alternatif
untuk studi mikropaleontologi”, Penerbit ITB
• Murray, J.W., 1991; Ecology and Paleoecology of
Benthic Foraminifera, Longman Scientific & Technical,
Harlow, England.
 MIKROPALEONTOLOGI

MIKROPALEONTOLOGI : Cabang dari Paleontologi

yang khusus membahas tentang mikrofosil
 MIKROFOSIL
• Pengertian: sisa-sisa mikro-organisme yang telah membatu
dan berumur lebih tua dari Holosen serta untuk
mempelajarinya harus memakai alat (mikroskop). Mereka
dapat berupa sisa-sisa mikro-organisme atau bagian kecil dari
organisme yang besar.
• Secara biologi mereka berbeda satu sama lain (bacteria,
protists, fungi, animals, dan plants), dan dikelompokan
dalam satu kelompok studi karena untuk mendapatkanya,
contoh batuan harus diproses dengan cara tertentu dan
mempelajarinya harus dengan mikroskop.
 Mikroskop binokuler,
reflected light
- Foraminifera

Mikroskop binokuler,
transmited light
- Pollen
Tipe mikroskop dan contoh jenis
mikrofosil yang dapat diamatinya

Mikroskop binokuler, polarisasi

- Nannofosil gampingan
 KELOMPOK MIKROFOSIL

• SISA UTUH : dari organisme dewasa tetapi memang ber-

ukuran mikroskopis

• SISA UTUH : dari organisme dewasa yang berukuran makros-

kopis, tapi untuk memahami struktur dalamnya yang
rumit diperlukan penggunaan mikroskop.

• BENTUK EMBRIONIK : yang berukuran mikroskopis dari

organisme yang dalam keadaan dewasa berukuran
makroskopis
• FRAGMEN : yang berukuran mikroskopis dari organisme
yang dalam keadaan dewasa berukuran makroskopis
 CONTOH MIKROFOSIL
Onkolit Alga

BENTUK UTUH (Mikroskopis) BENTUK UTUH (Makroskopis)

BENTUK UTUH (Ultra Mikroskopis)

BENTUK FRAGMEN (MIkroskopis) BENTUK DEWASA & EMBRIONIK

MIKROFOSIL DALAM GEOLOGI
 STRATIGRAPHY
• Ilmu pemerian batuan dan hubungannya dalam
ruang dan waktu (Hedberg, 1976)
• Metoda, teknik, dan prinsip-prinsip Stratigrafi
merupakan aplikasi stratigrafi untuk semua batuan
(terutama sedimen), dan dipakai didalam studi:
geometri, struktur, runutan, dan sejarah dari
sekelompok batuan
• Dasar dari segala penelitian/investigasi geologi
 ASAL KLASIFIKASI STRATIGRAFI

• Pada mulanya tujuan stratigrafi adalah

menyusun sejarah bumi dengan
membagi dalam selang-selang waktu
tertentu
• Untuk pembagian perioda-perioda
digunakan kriteria litologi dan
paleontologi
Kandungan fosil diyakini sebagai
pembagi waktu yang benar
History of Stratigraphy
• THE PRINCIPLE FORMULA OF STENO
– The Principle of Superposition
• In a sequence of layered rocks, any layer is older than
the layer next above (Dunbar and Rodgers, 1957)
– The Principle of Original Horizontality
• Strata originally form, under the influence of
gravitational settling of particles, horizontal to the
surface of the earth
– The Principle of Original Lateral Continuity
• When originally formed, strata were laterally continous
unless they terminated against another solid substance
History of Stratigraphy
Strata dikenal oleh kandungan fosilnya (Smith, 1816)
Lapisan batuan dapat dibedakan dari kandungan fosilnya yg
khas

Modified Statement:
• Strata can be distinguished by their characteristic fossils
(Woodford, 1935, op.cit, p.5-6; Schenk, 1940, p. 1754-
1755)
 LAW OF FAUNAL SUCCESSION
(ABBE GIRAUD-SOULAVIE, 1777)

Statement of principle:
Fossil differs according to their geologic ages
(stratigraphic position); fossils in lower
formations are unlike those in higher beds.
Fossil floras and faunas succeed one another
in a definite and determinable order
(Anthony, 1955, p.89)
FOSSIL SUCCESSION
 Biostratigraphic Zones
• Stratigraphic intervals defined by the
occurrence of one or more particular fossil
taxa – species – sometimes genera
• Usually named for one or two taxa used to
recognize that interval
 Types of Zones

• Interval zones – defined by a combination of first

and/or last appearances of two or more taxa
• Lineage zones (phylozones) – defined by a
succession of presumed ancestor-descendant taxon
ranges
– may be arbitrary for gradually changing lineages
– may be based on incorrect understanding of phylogeny
Interval zones – defined by a combination of first
and/or last appearances of two or more taxa
• Lineage zones (phylozones) – defined by a
succession of presumed ancestor-
descendant taxon ranges
– may be arbitrary for gradually changing lineages
– may be based on incorrect understanding of
phylogeny
 Types of Zones
• Assemblage zones – based on co-occurrences of an
assemblage of taxa – may be defined on the basis
of one or two first or last occurrences
• Abundance or acme zones - defined by peaks in
abundance of one or more taxa
– strongly controlled by environmental conditions
– not likely to be reliable outside of one region, except
possibly for plankton responding to global
oceanographic changes
• Assemblage zones – based on co-occurrences of an
assemblage of taxa – may be defined on the basis
of one or two first or last occurrences
• Abundance or acme zones - defined by peaks
in abundance of one or more taxa
– strongly controlled by environmental conditions
– not likely to be reliable outside of one region,
except possibly for plankton responding to global
oceanographic changes
 Litho. Vs. Biostratigraphy

Paleontologi
W Biostratigrafi

Litostratigrafi
Evolusi

R
 Geologic Time Scale
Eon Era Period Age (Myrs) Epoch
Holocene
0.01
Quaternary
C Pleistocene
1.8
e
Geologic n
o
Neogene
5.3
Pliocene

Miocene
z 23.8
Time o
i
Tertiary
33.6
Oligocene

Scale c Paleocene
54.8
Eocene

P Paleocene
65
h
M
a Cretaceous
e
n 144
s
e
o
r Jurassic
z
o 206
o
z
i Triassic
o
c 248
i
c Permian
290
P Pennsylvanian
a 323
l Mississippian
354
e
o Devonian
417
z
o Silurian
443
i
c Ordivician
490

Cambrian
543
P
r Proterozoic
e
2500
c
a
m Archean
b
3800
r
i
a Hadean
n
Age of the Earth 4600 Myrs (4.6 Byrs)
Source: Geological Society of America (1999)
 STUDI SISTEMATIK MIKROFOSIL

STUDI TENTANG MORFOLOGI, KLASIFIKASI, SEBARAN STRA-

TIGRAFIS DAN PALEOEKOLOGI

• MORFOLOGI : Studi tentang bentuk dasar, bentuk umum,

bentuk khusus, rupa, ukuran dari cangkang / sisa
organisme
• KLASIFIKASI : Pembagian mikrofosil menjadi sejumlah
taxon atas dasar morfologinya
• SEBARAN STRATIGRAFIS : Keberadaan / perkembangan
takson sepanjang waktu geologi
• PALEOEKOLOGI : Hubungan timbal balik antara
organisme yang membentuk mikrofosil dengan
lingkungan tempat hidupnya semula.
 MORFOLOGI MIKROFOSIL
Perhatikan keragaman serta persamaan
dan perbedaan bentuk dari beberapa
individu mikrofosil di atas !
Selanjutnya bandingkan persamaan dan
perbedaan kelompok di atas dengan ke –
lompok di bawah ini
Mikrofossil mempunyai
variasi morfologi yang
sangat kompleks
Kekompleksan tersebut
sangat dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan tem-
pat hidupnya, fungsi dari
unsur morfologi tersebut,
perangai evolusinya, serta
sangat berpengaruh terha-
dap taksonomi (klasifika-
si) dan nomenklatur (pe-
namaan) dari mikrofosil
tersebut
Makhluk Hidup
 KONSEP SPESIES
• Spesies menurut ilmu biologi
• Spesies menurut paleontologi
 KLASIFIKASI MIKROFOSIL
• KLASIFIKASI : Penentuan posisi organisme dalam taksonomi
• TAKSONOMI : Pembahasan tentang hierarchi / perjenjangan ke-
lompok organisme
• CONTOH TAKSONOMI
Kingdom : Protista
Phylum : Protozoa
Subphylum : Sarcodina
Class Rhizopoda
:
Subclass :
Order : Foraminiferida
Suborder : Rotaliina
Superfamily :
Family : Orbitoididae

Genus : Cycloclypeus
Subgenus Katacycloclypeus
Species : Cycloclypeus (Katacyclo-
clypeus) annulatus MARTIN
 IDENTIFIKASI MIKROFOSIL
• IDENTIFIKASI (DETERMINASI) : Proses penentuan nama mikrofosil
dengan menggunakan kriteria morfologi
Lakukan pemerian/deskripsi yang
obyektif dan teliti ! ! !
Berdinding test hyaline, dengan perfo-
rasi sangat halus. Test berbentuk lensa,
tersusun oleh kamar ganda, terputar
planispiral. Apertur terminal, lubang
bersifat radier, bertumpu pada leher
yang pendek
Suborder : Rotaliina
Superfamily : Nodosariacea
Family : Nodosariidae
Genus : Robulus
Deskripsi unsur morfologi harus urut / sistematis
JENIS MIKROFOSIL
 ORGANISME PEMBENTUK MIKROFOSIL

Organic-walled microfossils
Acritarchs
Chitinozoa
Dinoflagellates
Scolecodonts
Spores and pollen

Inorganic-walled microfossils
Calcareous nannoplankton: coccolithophores and discoasters
Foraminifera
Radiozoa (Acantharia, Phaeodaria and Radiolaria) and Heliozoa
Diatoms
Silicoflagellates and chrysophytes
Ciliophora: tintinnids and calpionellids
Ostracods
Conodonts
 ACRITARCH & CHITINOZOA
Acritarch (gbr. 1-4) ada-lah fosil
yang berukuran 10 – 400 mikron,
dijum-pai pada batuan sedimen
laut dan air payau mulai umur
PreCambrian. Berguna untuk
biostrati-grafi batuan Paleozoic

Chitinozoa (gbr. 5-8) a-

dalah fosil organisme yang berukuran
halus (50 – 1500 mikron), berbentuk sebagai kantong, berdinding chitin. Terdapat pada
batuan sedimen laut dari umur Cambrian hingga Mississippian. Seperti halnya Acritarch,
Chitinozoa banyak digunakan untuk biostratigrafi Paleozoic.
DINOFLAGELLATE
Organisme plagtonik yang
termasuk dalam kelompok
ganggang (algae), berukuran
sa-ngat kecil (10 – 75 mi-kron).
Bagian luar testnya halus,
tanpa pembagi, dengan
tabung-tabung yang mencuat,
tersusun oleh material
selulosa
DINOFLAGELLATES
Geologic range: Silurian to Recent
Composition: Organic material (sporopollenin)
Size: 5 µm - 2 mm
Significance: Cause red tides, secrete "paralytic shellfish
poison", luminescence. An integral part of the food chain
(phytoplankton). Useful in biostratigraphy and
paleoenvironment interpretation.
Morphology: Covered with a series of tiny plates,
indentation around their equator that held a coiled
flagellum in life; shape variable, may resemble a top or a
star; some are covered with spines.
Environment: Marine and freshwater; most planktonic.
Others are symbionts or parasites (zooxanthellae in
corals).

Images courtesy of Lucy Edwards, U.S. Geological Survey.

 SCOLECODONTA
Scolecodonta merupakan sisa dari
rahang sejenis cacing, tersusun oleh
ma-terial khitin (zat tanduk).
Dijumpai pada batuan sedi-men asal
air payau hingga laut. Berwarna
hitam de-ngan ukuran 50 mikron
hingga 5 mm.

Mikrofosil ini walau jumlahnya banyak namun kurang terpakai dalam analisa
biostratigrafi karena bentuknya tidak banyak beru-bah sepanjang waktu geologi.
Terdapat pada batuan sedimen mulai Cambrian hingga Holosen.
 POLLEN AND SPORES (unicellular reproductive structures of
multicellular plants)
Geologic ranges:
Composition: Organic material (sporopollenin)
Size: 0.02 - 0.08 µm; some to 0.2 mm
Significance: Useful in biostratigraphy, and paleoenvironmental
and paleoclimatic interpretations.
Morphology: Globular or spheroidal. Some pollen is shaped like
"Mickey Mouse" ears.
Environment: Pollen and spores come from land plants. Fossils
are found in continental and transitional environments.
 
Spores (from algae, fungi, mosses and ferns): Silurian to Recent
Pollen from gymnosperms (conifers, ginkgoes): Pennsylvanian to Recent
Pollen from angiosperms (flowering plants): Cretaceous to Recent
COCCOLITHOPHORES (calcareous nannoplankton)
Geologic range: Early Jurassic to Recent
Shell composition: Calcite
Size: 0.002 - 0.02 mm (2 - 20 µm). They are so small that
they must be studied with an electron microscope. We will
look at photos in lab.
Significance: The base of the marine food chain
(phytoplankton); useful in biostratigraphy.
Morphology: Organism is spherical to sub- spherical and
covered by circular plates called coccoliths. Coccoliths may
resemble a button or a daisy with petal-like ornamentation
around the edge.
Environment: Marine only; exclusively planktonic.

Coccolithophore (left) and coccolith (right)

 COCCOLITH
Coccolith adalah mikro-fosil yang
sangat kecil (nanno fossil),
berukuran 2 hingga 60 mikron,
be-rupa lempeng kecil yang
terlepas dari bentukan bola
(coccolithophore atau
coccosphere), ben-tuk hidup dari
ganggang Haptophyceae.

Karena semasa hidupnya bersifat plangtonik, sebagai fosil Coc-colith sangat berguna
untuk sara korelasi interregional, sehingga coocolith digunakan secara intensif
disamping foraminifera. Coc-colith dijumpai sejak Jura awal hingga Holosen
 DISCOASTER
Discoaster adalah organis-me
berukuran sangat kecil (10 – 30
mikron) yang ber-bentuk bintang
atau tajuk bunga, dengan lengan ber-
jumlah 4 hingga 24. Banyak dijumpai
pada sedi-men laut yang berumur
an-tara Paleosen hingga Plio-sen,
bersama dengan coc-colith.

Jumlah spesies Discoaster cukup banyak dan setiap spesies mempunyai kisaran hidup
yang pendek. Oleh karenanya Dis-coater sangat berguna sebagai penentu umur dan
sarana kore-lasi jarak jauh.
I. PROTISTS (unicellular organisms)
A. Animal-like protists
FORAMINIFERA
Geologic range (benthonic foraminifera): Cambrian to Recent.
Geologic range (planktonic foraminifera): Jurassic-Recent.
Shell composition: Calcite or aragonite. Some have shells with cemented grains.
Size: 0.1 - 3.0 mm (some larger; up to 1 cm or more)
Significance: Source of carbonate sediment; useful in biostratigraphy and marine
paleoenvironmental interpretation; paleotemperature determination from oxygen
isotope ratios of their shells.
Morphology: Microscopic shell which may be coiled, straight, globular, etc.
(Wide range of shapes.)
Environment: Marine; benthic and planktonic; large ones are benthic.
 FORAMINIFERA
Organisme bersel tunggal yng
termasuk Phylum Proto-zoa. Umumnya
mempunyai cangkang (test) yang
bersifat karbonatan, walau ada ke-
lompok yang membentuk dinding
pseudokhitin, silikat-an dan campuran

Ukuran cangkang dewasa sangat bervariasi, mulai sangat kecil (30 mikron : mikro
foraminifera) hingga bebera cm (larger foraminifera). Sebagian besar hidup di laut mulai
daerah air payau hingga laut da-lam. Sebagian hidup di dasar (benthonic) dan sebagian lagi
menga-pung di tubuh air (planktonic).
Muncul sejak Cambrian dan masih banyak yang hidup pada Holosen
RADIOLARIA
Geologic range: Cambrian to Recent
Shell composition: Silica (amorphous, opaline silica)
Size: 0.1 - 2.0 mm
Significance: Useful in biostratigraphy; they accumulate
to form radiolarian ooze on the abyssal plain.
Morphology: Microscopic spiny globes with large, lace-like
pores, or helmet-shaped (or space-ship shaped) with
large, lace-like pores. Very transparent and glassy.
Environment: Marine only; planktonic.
 RADIOLARIA

Radiolaria adalah Protozoa yang hidup di laut sejak Pre Cambrian hingga Holosen. Testnya
sangat beraneka ragam, berbentuk seperti bola berduri atau seperti lonceng, tersusun oleh
struktur jaring yang terbentuk oleh material silika atau strontium sulfat, dengan ukuran 50
hingga 500 mikron.
B. Plant-like protists

DIATOMS
Geologic range: Cretaceous to Recent
Shell composition: Silica
Size: Most are 0.05 - 0.02 mm (some up to 1 mm)
Significance: Useful in biostratigraphy and paleoenvironmental
interpretation; major constituent of diatomite or diatomaceous
earth; an integral part of the food chain (phytoplankton). Most
abundant phytoplankton in the modern ocean.
Morphology: "Pillbox" shape, consisting of two valves (shells)
which may be circular, triangular, or elongate. Circular forms
have radial ornamentation. Elongate forms have transverse
markings. They are covered with pores.
Environment: Both marine and non-marine. Planktonic or
attached.
 DIATOMAE
Diatomae merupakan golongan
algae dengan ciri yang khusus,
yaitu berdinding silikatan. Terdiri
dari dua bagian yang saling
menutup atau overlap.
Berukuran antara 2 hingga 200
mi-kron. Berbentuk discoid,
ellips, rhombic atau segitiga.

Golongan Diatomae hidup di air tawar, payau dan air laut. Kisaran hidupnya adalah sejak
Jura hingga Holosen. Karena bersifat plangtonik, fosil Diatomae juga berguna untuk
korelasi interegio-nal.
 SILICOFLAGELLATE
Silicoflagellate adalah plangton
laut yang ber-ukuran sangat
kecil (5 – 100 mikron), tersebar
luas di permukaan laut di
seluruh penjuru bu-mi.
Organisme ini mempunyai
kerangka yang tersusun oleh
material silikatan.

Kerangka tersebut mempunyai bentuk kombinasi antara bentuk duri, busur, jaring dan
cincin. Mulai muncul sejak jaman Creta-ceous hingga sat ini (Holosen). Biasanya dijumpai
bersama de-ngan golongan Diatomae. Karena bersifat plangtonik, fosil Silico-flagellate
berguna untuk korelasi interegional.
 CALPIONELLID
Calpionellid merupakan organisme
laut yang ber-ukuran mikroskopik
anta-ra 40 hingga 100 mikron.
Testnya bersifat uniloku-lar,
karbonatan dan ber-bentuk
sebagai mangkok atau vas bunga

Umum dijumpai pada batugamping halus yang berumur Jura akhir hingga Cretaceous.
Sangat sukar dilepas dari batuannya, sehing-ga cara pemeriksaan terbaik adalah dengan
menggunakan peme-riksaan sayatan tipis.
 II. MULTICELLULAR ORGANISMS
A.Animals

OSTRACODES (Phylum Arthropoda)

Geologic range: Cambrian to Recent.
Shell composition: Calcareous (some organic)
Size: 0.5 - 3.0 mm (some larger)
Significance: Useful in biostratigraphy and
paleoenvironmental interpretation.
Morphology: Microscopic shrimp-like animal inside a clam-like
shell consisting of two valves (shell halves), with a dorsal
hinge.
Environment: Marine and non-marine (fresh, brackish and
hypersaline); most benthic.

Ostracodes in Late Triassic non-marine shale, North Carolina. Each

ostracode is about 1 mm long.
 OSTRACODA
Ostracoda termasuk dalam
golongan udang (Crustacea).
Cangkang-nya disebut sebagai
carapace, bersifat se-tangkup,
berukuran 0,5 hingga 5 mm. Hidup
teru-tama di laut, walau bebe-rapa
genus hidup di air payau maupun di
air ta-war.

Walaupun penggunaan Ostracoda untuk korelasi tidak se intensif Foraminifera, namun

kelompok ini cukup baik sebagai sarana penentuan umur maupun rekonstruksi
lingkungan pengendapan. Ditemukan pada batuan mulai Ordovician dan masih hidup
hidup pada masa kini.
 CONODONTS (Phylum unknown)
Geologic range: Cambrian to Late Triassic. Conodonts are
extinct, and the organism from which they came is not
known with certainty.
Composition: Phosphate (calcium fluorapatite)
Size: Most are 0.5 - 1.5 mm (some up to 10 mm, and some
as small as 0.1 mm)
Significance: Useful in biostratigraphy and marine
paleoenvironmental interpretation; their color is a good
indicator of the temperature to which the enclosing rock has
been subjected (this is important in determining whether oil
or gas may be present in the rock).
Morphology: Parts of a larger organism which resemble cone-
shaped teeth, or consisting of bars with rows of tooth-like
denticles, or irregular knobby plates called platforms.
Environment: Marine, free-swimming.

Images courtesy of Anita Harris, U. S. Geological Survey.

 CONODONT
Mikrofosil berbentuk seperti gigi
mempunyai variasi bentuk mulai dari
kerucut melengkung hingga bilah-bilah yang
kompleks. Struktur dalamnya berupa ben-
tuk serabut atau berlapis-lapis, tersusun
dari material calcium-fosfat yang menempel
pada bentuk seperti rahang.

Ukuran fosil berkisar antara 100 mikron hingga 2 mm, berwarna amber hingga coklat
muda. Penyebarannya sangat luas pada batuan Paleo-zoik sehingga diduga berasal dari
organisme yang hidup secara plangtonik. Dijumpai pada batuan yang berumur antara
Cambrian hingga Triass.
SPONGE SPICULES (Phylum Porifera)
Geologic range: Cambrian to Recent
Composition: Calcareous or siliceous
Size:
Significance: Siliceous skeletons can accumulate to form
chert
Morphology: Shapes vary. but may be needle-like (monaxon
or one axis), three-pointed (triaxon), four-pointed (tetraxon),
or shaped like a jack (from the game of ball and jacks) with
six radiating needle-like points or rays (hexactine). May also
be curved.
Environment: Attached to the sea floor. Most are marine.

Sponge spicules
ANALISIS MIKROFOSIL
 ANALISIS MIKROFOSIL
Suatu telaah penelitian dengan mempergunakan mikrofosil sebagai dasar
untuk pemecahan masalah

Tahapan Analisis Mikrofosil

Sampling
▼

Preparasi
▼

Observasi
▼

Determinasi
▼

Interpretasi
 PENGAMBILAN CONTOH MIKROFOSIL
• DIMANA ?
Mikrofosil berukuran kecil sehinga hanya
Batuan berbutir halus
akan terendapkan apabila proses pengen-
sampai sedang
dapan terjadi pada energi rendah
Mikrofosil kebanyakan berasal dari organis- Batuan bersifat kar-
me yang semula hidup di laut dimana bonatan
sedimen karbonat mudah terbentuk
Foram besar dan algae hidup berkembang pa- Batugamping keras
da daerah dangkalan karbonat, dimana sedi-
men yang terbentuk tersemen secara kuat
Sejumlah mikrofosil bentonik terpindahkan Batupasir turbidit
dari tempat aslinya ke lingkungan lain akibat Batupasir tempestite
longsoran atau badai laut
Mikroorganisme asal darat dapat terawetkan
dan tidak teroksidasi apabila masuk ke badan Batulempung hitam
air yang bersifat reduktif (oxygen depleted)
Sampling bawah laut
 Rock Sampling
• Outcrop:
– Continues section
– Field sample
• Well
• Core top
 Sampling
Pengambilan conto batuan untuk dianalisis
The basic technology of rotary drilling
 Sample Types
• Surface sample
– provides food quality data
– Beware of weathered zone and surface contamination
• Core material
– Good quality data
– expensive
 Sample Types
• Sidewall core
– Good quality data
– Not too expensive
– Very selected horizons
– Beware out of place samples
• Dicth-cuttings:
– Poor – occasionally good quality data
– Problem with caving and mud contamination, degradation and
alteration due to turbine drilling process
 Problems

• Transport: this will cause a mixing of fauna

from different environment.
– Reworking of older sediment
– Contemporaneous transport: shallow water
form in deep water deposits
• Bioturbation
• Diagenesis
• Caving and contamination
• Sediments mixing
 Sample Preparations
• Foraminifera, radiolaria, ostracod, etc:
– The techniques used to prepare and concentrate
samples for examination vary according to rock type
(composition and grain size), how hard or resistant the
sediment or rock is, how abundant the foraminifera are,
and how they are preserved within the sediment matrix.
– Methods:
• Simple soaking
• H2O2 method
• Thin section
• Sodium pyrophosphate or a sodium metaphosphate solution
 Rock sample

Soft
Hard, compact (e.g. claystone, sandstone)
(e.g. limestone)
Air dried and soaking with 15%
Hydrogen peroxide solution
Thin sectioning
Washing and sieving with
125 micron sieve

Air dried or oven

(max.40oC) all residue in
125micron sieve
Analysis
Picking

Analysis
 Sample
preparations

• Palynomorph
sample
preparation
 Method of Analysis
• Qualitative
– Presence or absence
• Quantitative
– Semi quantitative
– 300 count
– Full count
 Semi-Quantitative
• This system normally takes account of all
species types occurring on the slide but only
approximates their frequency with are
recorded as sysmbol
– 1 - 3 specimen
– 4 - 10 specimens
– 11 - 25 specimens
– > 25 specimen
 Quantitative Analysis

• Pre-determinate number to be counted

• Pollen analyses usually use 200 counting

 Data
• Relative abundance - % of each species.
• Absolute abundance - per gm of sediment or
per cm3 of sediment.
 KEMUNGKINAN BENTUK AWETAN FOSIL
ORGANISME HIDUP
Setelah mati mungkin

Rusak, hancur, lenyap, Tidak lenyap, segera

tidak terawetkan terkubur
TIDAK MEMBENTUK FOSIL MEMBENTUK KUMPULAN
/ ONGGOKAN FOSIL

Terkumpul di tempat Terangkut, terkumpul

semula hidup (in situ) di tempat lain (ex situ)
FOSIL BIOCOENOSIS FOSIL THANATOCOENOSIS
Yang mungkin berupa

INDIGENEOUS EXOTIC REMANIE

Terpindahkan tetapi Terpindahkan ke Berasal dari batuan
masih pada lingkungan lingkungan yang yang lebih tua : REWORKED
yang sama lain atau lebih muda : LEAKED
 Biocoenose & Thanatocoenose
• BIOCOENOSE
Kumpulan organisme yg hidup,
tumbuh, berkembang biak dlm
suatu tempat atau lingkungan yg
sama (biotope)
• THANATOCOENOSE
Kumpulan organisme yg mati
(fosil) yang berasal dari biotope
yg berbeda-beda, karena proses
transportasi dpt terendapkan
dlm batuan sedimen yg sama
 Biocoenoese

Thanatocoenoese
 DISPLACED FOSSILS
Fosil yg dijumpai pada lapisan yg bukan habitatnya

• Reworked Fossils :
Fosil tua yang terdapat
pada lapisan yang lebih
muda
• Introduced Fossils :
Fosil muda yg dijumpai
pada lapisan yg lebih tua
 Observasi
Pengamatan detil terhadap morfologi obyek (mikrofosil) dengan
mempergunakan mikroskop dan alat bantu lainnya
 Determinasi
Penentuan nama/jenis mikrofosil yang diamati
Merupakan tahap akhir pekerjaan laboratorium, tapi mrpakan tahap awal untuk
pekerjaan sistesis

Deskripsi : Penamaan :
Pengamatan ciri-ciri Mengacu pd. sistem penamaan
mikrofosil yg nampak di binomial → genus & spesies
bawah mikroskop
Jenis dinding Contoh :
Bentuk cangkang Globigerina bulloides d’Orbigny, 1826
----v---- ---v--- ----v--- --v—
Bentuk apertur genus spesies penemu publish
Hiasan / ornamentasi
 Penamaan

• Genus diawali dgn huruf besar

• spesies diawali dgn huruf kecil
• Genus & spesies ditulis miring
• sp.; spp.; cf.; aff.; n.sp.; ditulis tegak dan
diakhiri dengan titik (.)
 GLOSSARY OF "TYPE" TERMINOLOGY
• HOLOTYPE: the one specimen or other element used by the author or designated by
him as the nomenclatural type (ICBN Art. 9)
– EXPLICIT HOLOTYPE: a holotype clearly stated in the originating publication (i.e Cunningham et
al., 1976. Mycologia 68: 643); and 2)
– IMPLICIT HOLOTYPE: a single and only specimen proved to have been in the hands of the
originating author when the description was published and implied by the protologue (i.e.
Petersen. 1975. Biblioth. Mycol. 43: 125).
• ISOTYPE: Any duplicate (part of a single gathering made by a collector at one time) of
the holotype: it is always a specimen (ICBN Art. 7)
• LECTOTYPE: A specimen or other element selected from the original material to
serve a nomenclatural type when no holotype was designated at the time of
publication or as long as it is missing (ICBN Art. 7)
• PARATYPE: A specimen cited in the protologue (All the original material associated
with a newly published name, comprising its description or diagnosis and any of a
number of other elements such as illustrations, synonymy ) other than the holotype
or isotype(s; ICBN Art. 7).
 Penamaan

Globigerina bulloides d’Orbigny, 1826

----v---- ---v--- ----v--- --v—
genus spesies penemu publish

Globotruncana elevata (Brotzen), 1934

▼

Alveolina (Glomalveolina) primaera Reichel, 1936

▼

Globorotalia cerroazulensis Cole, 1928

▼

Globorotalia cerroazulensis cunialensis Toumarkine & Bolli, 1970

▼

Terrebratula cf. gibbosa

Terrebratula aff. gibbosa
Terrebratula sp.
Terrebratula spp.
▼

Coccolithus streckerii Takayama & Sato, n.sp.

Coccolithus streckerii Takayama & Sato, 2005
▼

Orbulina yuanitaensis Ryan, n.sp.

 Synonime

Organisme / fosil yang sama tetapi mempunyai

nama Genus & spesies yg berbeda

Contoh :
Spiroplecta bulbosa Cushman, 1921 →
Spiroplectoides bulbosus (Cushman),1927

Pulleniatina spinulosa Kapid, 2005 →

Orbulina spinulosus Ryan, 2010
 TUGAS

Buat deskripsi lengkap genus foraminifera di

bawah ini :
• Orbulina
• Globorotalia
• Globigerina
• Sphaeroidinella
• Lagena
• Nodosaria
• Uvigerina
• Quinqueloculina
(lengkapi dgn gambar)
 Method of Analysis
• Qualitative
– Presence or absence
• Quantitative
– Semi quantitative
– 300 count
– Full count
 Semi-Quantitative
• This system normally takes account of all
species types occurring on the slide but only
approximates their frequency with are
recorded as sysmbol
– 1 - 3 specimen
– 4 - 10 specimens
– 11 - 25 specimens
– > 25 specimen
 Quantitative Analysis

• Pre-determinate number to be counted

• Pollen analyses usually use 200 counting

 Data
• Relative abundance - % of each species.
• Absolute abundance - per gm of sediment or
per cm3 of sediment.