Anda di halaman 1dari 25

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pada daerah penelitian masuk kedalam lembar peta Geologi Regional

Menggala, yaitu masuk kedalam formasi Terbanggi (Qpt) merupakan salah satu

formasi yang disusun oleh material batulempung. Berdasarkan peta geologi

regional lembar Menggala, daerah penelitian didominasi oleh satuan tanah

residual dari pelapukan batulempung. Ciri khas yang dimiliki oleh mineral

lempung adalah kemampuan mengembang. Jenis tanah lempung mempunyai

ukuran butir yang sangat halus dan dapat menyimpan kandungan air yang cukup

besar. Salah satu hal yang sangat diperhatikan dalam keadaan kondisi tanah

dalam pembuatan konstruksi yaitu jalan.

Pengaruh jenis tanah untuk suatu konstruksi akan berperan penting untuk

menentukan perencanaan perhitungan konstruksi yang aman. Dalam hal ini, tanah

berfungsi sebagai penahan beban akibat konstruksi. Tanah sebagai pondasi dari

konstruksi harus bisa memikul seluruh beban bangunan dan beban lainnya yang

turut diperhitungkan. Untuk merencanakan suatu konstruksi jalan raya yang baik

maka harus diketahui kondisi dari tanah yang akan memikul semua beban. Jalan

yang dibangun di atas tanah lempung akan memberi dampak tersendiri pada

kondisi jalan.

Kondisi konstruksi seperti jalan yang dibangun di tanah lempung akan

mempengaruhi kondisi jalan yang dibangun, begitu juga seperti kondisi pada areal

penelitian. Pada areal penelitian dijumpai permasalahan tentang kondisi tanah

1
2

lempung yang mengakibatkan dampak kerusakan konstruksi jalan yang berada di

Kecamatan Purbolinggo, Kabupaten Lampung Timur Provinsi Lampung.

Penelitian dilakukan untuk mengetahui karakteristik tanah mengembang

dari tanah lempung disepanjang ruas jalan Lintas Timur Sumatra dengan

pengambilan titik sample tanah 3 titik area jalan lintas timur Sumatra yang

mencakup 3 desa yaitu Desa Tegal Yoso, Desa Taman Fajar, dan Desa Taman

Endah yang berada di Kecamatan Purbolinggo, Kabupaten Lampung Timur,

Provinsi Lampung. Untuk memprediksi potensi tanah lempung mengembang di

jalur Lintas Timur Sumatra, Kecamatan Purbolinggo, Kabupaten Lampung Timur

perlu dilakukan identifikasi karekteristik tanah lempung batas Atterberg.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penyusunan seminar ini adalah untuk salah satu syarat

akademik pada semester 7. Adapun tujuan analisa batas konsistensi atterberg ini

untuk mengetahui jenis dan karakteristik tanah dasar pada jalan Lintas Timur

Sumatra, Kecamatan Purbolinggo, serta mengetahui sifat mengembang dari tanah

lempung dan kemampuan daya dukung tanah yang ada di Jalan Lintas Timur

Sumatra di Kecamatan Purbolinggo, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi

Lampung.

1.3 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini penyusun membatasi ruang pembahasan tentang

Identifikasi Karakteristik Tanah Lempung pada Jalan Lintas Timur Sumatra di

Kecamatan Purbolinggo, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung, dengan

menggunakan metode uji batas konsistensi atterberg.


3

I.4 Tinjauan Pustaka

1.4.1 Geologi Regional

1.4.1.1 Morfologi

Berdasarkan keadaan morfologi pada lembar Menggala didominasi oleh

dataran rendah dengan ketinggian 0-75 Mdpl. Bentang lahan yang berkembang

berdasarkan klasifikasi Verstapen (1985) berupa bentuk lahan asal fluvial dengan

subsatuan dataran aluvial (F1). Pola pengaliran yang berkembang berupa pola

pengaliran dendritik. Peta geologi lembar Menggala dengan skal 1 : 250.000 dapat

dilihat pada gambar 1.1.

Gambar 1.1 Geologi regional lembar Menggala dengan skala 1 : 250.000


(sumber : G.Burhan. dkk, 1993)
4

1.4.1.2 Stratigrafi

Berdasarkan peta geologi regional lembar Menggala menurut G.

Burhan,dkk(1993), terdiri dari urutan formasi tertua yaitu formasi Muara Enim

(Tmpm), formasi Kasai (QTk) menjari dengan formasi Terbanggi (Qpt) kemudian

pasir kuarsa (Qak), alluvium (Qa), endapan rawa (Qs). Berikut merupakan urutan

stratigrafi pada lembar Menggala :

Gambar 1.2 Stratigrafi regional lembar Menggala


(sumber : G.Burhan. dkk, 1993)

Secara urutan stratigrafi, Formasi paling tua yaitu formasi Muara Enim

(Tmpm) terdiri dari perselingan batulempung, batulempung pasiran dan batulanau

tufan dengan sisipan batupasir tufan dan batulempung hitam. Formasi Kasai

(QTk) terdiri dari tuf batuapung, batupasir tufan, batupasir dengan sisipan

batulanau dan batulempung. Formasi Terbanggi (Qpt) terdiri dari batupasir

dengan sisipan batulempung. Pasir kurasa (Qak) yang berada di atas formasi

Terbanggi berupa pasir kuarsa halus. Endapan aluvium (Qa) dan kemudian

endapan rawa (Qs) merupakan produk batuan termuda geologi regional lembar
5

Menggala. Lokasi penelitian masuk kedalam formasi Terbangi (Qpt), dapat dilihat

pada gambar 1.1.

1.4.2 Tanah

Tanah merupakan suatu benda alam yang terdapat dipermukaan kulit bumi,

yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan, dan

bahan-bahan organik sebagai hasil pelapukan sisa-sisa tumbuhan dan hewan, yang

merupakan medium atau tempat tumbuhnya tanaman dengan sifat-sifat tertentu,

yang terjadi akibat dari pengaruh kombinasi faktor-faktor iklim, bahan induk,

jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu pembentukan (Yuliprianto,2010)

1.4.2.1.Kelas Tekstrur Tanah

Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis

tanah yang berbeda-beda tetapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam kelompok-

kelompok dan subkelompok berdasarkan pemakaiannya. Sistem klasifikasi tanah

dibuat pada dasarnya untuk memberikan informasi tentang karakteristik dan sifat-

sifat fisis tanah. Karena variasi sifat dan perilaku tanah yang begitu beragam,

sistem klasifikasi secara umum mengelompokan tanah ke dalam kategori yang

umum dimana tanah memiliki kesamaan sifat fisis.

Dalam banyak masalah teknis seperti perencanaan perkerasan jalan,

bendungan dalam urugan, dan lain-lainnya. Pemilihan tanah-tanah ke dalam

kelompok ataupun subkelompok yang menunjukkan sifat atau kelakuan yang

sama akan sangat membantu. Grafik untuk pentuan plastisitas tanah menurut

Unified Soil Clasification System (USCS) dapat dilihat pada gambar 1.3.
6

Gambar 1.3 Grafik Plastisitas untuk klasifikasi tanah USCS.


(sumber:s3.amazonaws.com)

Sistem klasifikasi bukan merupakan sistem identifikasi untuk menentukan

sifat-sifat mekanis dan geoteknis tanah. Karenanya, klasifikasi tanah bukanlah

satu-satunya cara yang digunakan sebagai dasar untuk perencanaan dan

perancangan konstruksi. Sistem klasifikasi tanah dibuat dengan tujuan untuk

memberikan informasi karakteristik dan sifat-sifat fisis tanah. Karena sifat dan

perilaku tanah yang begitu beragam, sistem klasifikasi mengelompokan tanah ke

dalam kategori yang umum dimana tanah memiliki kesamaan sifat fisik.Terdapat

dua sistem klasifikasi tanah yang umum digunakan untuk mengelompokkan tanah.

Kedua sistem tersebut memperhitungkan distribusi ukuran butiran dan batas-

batas Atterberg, sistem-sistem tersebut adalah Sistem Unified Soil Clasification

System (USCS) dan Sistem AASHTO (American Association Of State Highway

and Transporting Official). Tetapi pada penelitian ini penulis memakai sistem

klasifikasi tanah Unifed Soil Clasification System unified (USCS) tersaji pada

tabel 1.1
7

Table 1.1 klasifikasi tanah menurut USCS


(sumber : Ikratul herman, 2016)

Tabel 1.1

1.4.2 Pengertian Tanah Lempung

Simbol-simbol yang digunakan tersebut adalah :

G = kerikil ( gravel )

S = pasir ( sand )

C = lempung ( clay )

M = lanau ( silt )

O = lanau atau lempung organik ( organic silt or clay )

Pt = tanah gambut dan tanah organik tinggi ( peat and highly organic soil )

W = gradasi baik ( well graded )

P = gradasi buruk ( poorly-graded )

H = plastisitas tinggi ( high-plasticity )

L = plastisitas rendah ( low-plasticity ).


8

1.4.2.2 Tanah Mengembang (Ekspansif)

Tanah ekspansif adalah tanah atau batuan yang kandungan lempungnya

memiliki potensi kembang-susut akibat perubahan kadar air.

Tabel 1.2 Klasifikasi Tanah Ekspansif menurut USBR,1974;Holtz


& Gibbs. 1956 (sumber : Rina Yuliet,2010)
Cara USBR dikembangkan oleh Holtz dan Gibbs

Indeks Plastisitas Kemungkinan mengembang (%) pengembangan

>35 >30 Sangat tinggi

25-41 20-30 Tinggi

15-28 10-20 Sedang

<18 <10 Rendah

Dalam mengidentifikasikan potensi pengembangan dapat dilakukan uji

pengembangan pada tanah lempung. Tanah lempung mengembang memiliki

karakteristik berupa kondisi:

A. Mineral lempung

Mineral lempung merupakan partikel yang aktif secara

elektrokimiawi dan hanya dapat dilihat secara mikroskop elektron.

Mineral lempung yang menyebabkan perubahan volume umumnya

mengandung montmorillonite atau vermiculite, sedangkan illite dan

kaolinite dapat bersifat mengembang apabila ukuran partikelnya sangat

halus.

B. Kimia tanah

Meningkatnya konsentrasi kation dan bertambahnya tinggi valensi

kation dapat menghambat pengembangan tanah. Sebagai contoh, kation


9

Mg++ akan memberikan pengembangan yang lebih kecil dibandingkan

dengan Na+.

C. Plastisitas

Tanah dengan indeks plastisitas dan batas cair yang tinggi

mempunyai potensi untuk mengembang yang lebih besar.

D. Struktur tanah

Struktur tanah merupakan bentuk fisik tanah yang terjadi akibat

peralihan dari partikel primer ( pasir, debu, liat ) menjadi partikel

sekunder yang terbentuk akibat bahan organik dan mineral lain.

E. Berat isi kering

Tanah yang mempunyai berat isi kering yang tinggi menunjukkan

jarak antar partikel yang kecil, hal ini berarti gaya tolak yang besar dan

potensi pengembangan yang tinggi.

1.4.3 Batas Atterberg

Atterberg adalah seorang ilmuwan dari Swedia yang berhasil

mengembangkan suatu metode untuk menjelaskan sifat konsistensi tanah

berbutir halus pada kadar air yang bervariasi, sehingga batas konsistensi tanah

disebut Batas-batas Atterberg. Kegunaan batas Atterberg dalam perencanaan

adalah memberikan gambaran secara garis besar akan sifat-sifat tanah yang

bersangkutan. Batas Atterberg diperkenalkan oleh Albert Atterberg pada tahun

1911 dengan tujuan untuk mengklasifikasikan tanah berbutir halus dan

menentukan sifat indeks property tanah. Batas Atterberg meliputi batas cair, batas

plastis, dan batas susut.


10

Tanah yang batas cairnya tinggi biasanya mempunyai sifat teknik yang

buruk yaitu kekuatannya rendah, sedangkan compressibility-nya tinggi sehingga

sulit dalam hal pemadatannya. Kedudukan kadar air transisi bervariasi pada

berbagai jenis tanah. Kedudukan fisik tanah berbutir halus pada kadar air tertentu

disebut konsistensi. Konsistensi tergantung pada gaya tarik antara partikel mineral

lempungnya. Pengurangan kadar air menghasilkan berkurangnya tebal lapisan

kation dan terjadi penambahan gaya tarik antar partikelnya.

Gambar 1.4 Batas-batas atterberg


(sumber : . http://imamzuhri.blogspot.co.id/2012/09/t-n-h-1.html)

Bila tanah dalam kedudukan plastis, besarnya jaringan gaya antar partikel

akan sedemikian hingga partikelnya bebas untuk relatif menggelincir antara satu

dengan yang lainnya, dengan kohesi antaranya tetap terpelihara.

Atas dasar air yang dikandung tanah, tanah dapat dipisahkan ke dalam

empat keadaan dasar, yaitu : padat, semi padat, plastis dan cair, seperti yang

ditunjukkan dalam gambar 1.2. Berikut mengenai bagian batas-batas atterberg :

1) Batas cair (LL) adalah kadar air tanah antara keadaan cair dan keadaan

plastis

2) Batas plastis (PL) adalah kadar air pada batas bawah daerah plastis

3) Indeks plastis (PI) adalah selisih antara batas cair dan batas plastis
11

Berikut merupakan hubungan batas konsistensi atterberg terhadap tanah

mengembang :

A. Kriteria William (1958)

Kriteria William di peroleh dari nilai prosentase lulus saringan no 200

dengan nilai indeks plastisitas (PI). Berikut merupakan diagram aktivitas

menurut William (1958):

Gambar 1.5 Digram hubungan aktifitas dengan nilai PI dan fraksi mineral
<0,002mm menurut William,1958
(sumber:http://www.abuildersengineer.com/2012/12/elimination-of swelling
foundations.html)

B. Kriteria Raman (1967)

Tabel 1.3. Kriteria Tanah Ekspansif berdasarkan PI dan menurut Raman (1967)
(sumber : Rina Yuliet,2010)
Indeks Plastisitas,PI (%) Indeks Penyusutan,SI (%) Mengembang
<12 <15 Rendah
12-23 15-30 Sedang
23-30 30-40 Tinggi
>30 >40 Sangat Tinggi
12

C. Kritei Snethen (1977)

Tabel 1.4 Klasifikasi Potensial Pengembangan menurut Snethen et.al, (1977)


(sumber : Rina Yuliet,2010)
Batas Cair % PI % Potensi Mengembang (%) Potensi Mengembang
>60 >35 >15 Tinggi
50-60 25-35 0,5-1,5 Sedang
<50 <25 <0,5 Rendah

D. Kriteri Chen (1965)

Tabel 1.5 Klasifikasi Potensial Pengembangan menurut Kriteri Chen (1965)


(sumber : Rina Yuliet,2010)
Data Laboratorium dan Lapangan Kemungkinan Potensi
% Lolos Saringan no.200 LL N-SPT Ekpspansif Pengembangan
>95 >60 >30 >10 Sangat tinggi
60-95 40-60 20-30 3-10 Tinggi
30-60 30-40 10-20 1-5 Sedang
<30 <30 <10 <1 Rendah

E. Kriteri Chen (1975)

Table 1.6 Kriteria Pengembangan Berdasarkan PI menurut Chen (1975)


(sumber : Rina Yuliet,2010)
Indeks Plastisitas PI (%) Derajat Mengembang
0-15 Rendah
10-35 Sedang
20-55 Tinggi
>55 Sangat tinggi

F. Kriteri Seed (1962)

Kriteria menurut Seed (1962) derat mengembang pada tanah ditinjau

dari nilai aktivitas dan nilai % fraksi lempung yang berada pada saringan no

200. Berikut grafik potensi tanah mengembang menurut ( seed,1962) dapat

dilihat pada gambar 1.6


13

Gambar 1.6 Grafik klasifikasi potensi mengembang (seed 1962)


(Sumber : Widya Ika Retnoningtyas dkk,2017)
Adapun rumus aktivitas menurut Seed (1962) yaitu :

𝑃𝐼
Aktivitas (A) =
c−5

Dimana: PI : Indeks Plastisitas

c : Presentase fraksi lempung <0.002

Tabel 1.7 Klasifikasi Derajat Ekspansi (seed et al. 1962)


(sumber : Rina Yuliet,2010)
Potensi Mengembang (%) Derajat Mengembang
0-1,5 Rendah
1,5-5 Sedang
5-25 Tinggi
>25 Sangat Tinggi

1.4.3.1 Batas Cair (Liquit Limit)

Batas cair tanah berbutir halus dapat ditentukan dengan pengujian

Casagrande dan kerucut penetrasi (cone penetration). Pada penelitian ini metode

yang digunakan yaitu menggunakan metode casagrande (gambar 1.7). Suatu hal
14

yang penting pada tanah berbutir halus adalah sifat plastisitasnya. Plastisitas

disebabkan oleh adanya partikel mineral lempung dalam tanah.

Gambar 1.7 Skema uji batas cair metode Casagrande


(sumber:s3.amazonaws.com)

Istilah plastisitas digambarkan sebagai kemampuan tanah dalam

menyesuaikan perubahan bentuk pada volume yang konstan tanpa retak-retak atau

remuk. Tergantung pada kadar airnya, tanah mungkin berbentuk cair, plastis, semi

padat, atau padat.

Bila ukuran butiran semakin kecil, maka luas permukaan butiran akan

semakin besar.Pada konsep Atterberg, jumlah air yang tertarik oleh permukaan

partikel tanah akan bergantung pada jumlah partikel lempung yang ada di dalam

tanah. Batas cair (LL), didefinisikan sebagai kadar air tanah pada batas antara

keadaan cair dan keadaan plastis, yaitu batas atas dari daerah plastis.

Batas cair biasanya ditentukan dari pengujian Casagrande (1948). Contoh

tanah dimasukkan dalam cawan dengan tinggi contoh tanah dalam cawan kira-kira

8 mm. Kurva batas cair tanah berdasarkan metode Cassagrande dapat dilihat pada

gambar 1.8.
15

Gambar 1.8 Kurva batas cair tanah Metode Casagrande


(sumber:s3.amazonaws.com)

Alat pembuat alur (grooving tool) dikerukkan tepat di tengah-tengah cawan

hingga menyentuh dasarnya. Kemudian, dengan alat penggetar, cawan diketuk-

ketukkan pada landasannya dengan tinggi jatuh 1 cm. Persentase kadar air yang

dibutuhkan untuk menutup celah sepanjang 12,7 mm pada dasar cawan, sesudah

25 kali pukulan, didefinisikan sebagai batas cair tanah tersebut.

Karena sulitnya mengatur kadar air pada waktu celah menutup pada 25 kali

pukulan, maka biasanya percobaan dilakukan beberapa kali, yaitu dengan kadar

air yang berbeda dan dengan jumlah pukulan yang berkisar antara 15 sampai 35.

Kemudian, hubungan kadar air dan jumlah pukulan, digambarkan dalam grafik

semi logaritmis untuk menentukan kadar air pada 25 kali pukulannya.

1.4.3.2 Batas Plastis (Plastic Limit)

Batas plastis (PL), didefinisikan sebagai kadar air pada kedudukan antara

daerah plastis dan semi padat, yaitu persentase kadar air di mana tanah dengan

diameter silinder 3 mm mulai retak-retak ketika digulung.


16

Pada saat penggulungan menggunakan besi pembanding yang memiliki

diameter 3mm kemudian dari percobaan tersebut terlihat keretakan yang terjadi

pada saat penggulungan tanah tersebut. Itu menandakan merupakan batas

plastisitas dari tanah sampel tersebut. Grafik plastisitas menurut Unified Soil

Clasification System (USCS) dapat dilihat pada gambar 1.9

Gambar 1.9 Grafik Plastisitas untuk klasifikasi tanah USCS.


(sumber:s3.amazonaws.com)

1.4.3.3 Indeks Plastisitas (Plasticity Index)

Indeks plastisitas (PI) adalah selisih batas cair dan batas plastis. Indeks

plastisitas akan merupakan interval kadar air di mana tanah masih bersifat plastis.

Karena itu, indeks plastis menunjukkan sifat keplastisan tanahnya. jika tanah

mempunyai interval kadar air daerah plastis yang kecil, maka keadaan ini disebut

dengan tanah kurus.

Kebalikannya, jika tanah mempunyai interval kadar air daerah plastis yang

besar disebut tanah gemuk. Batasan mengenai indeks plastis, sifat, macam tanah,

dan kohesinya diberikan oleh Atterberg.


17

1.4.4 Tanah Lempung

Tanah lempung merupakan agregat partikel-partikel berukuran mikroskopik

dan submikroskopik yang berasal dari pembusukan kimiawi unsur-unsur

penyusun batuan, dan bersifat plastis dalam selang kadar air sedang sampai luas.

Dalam keadaan kering sangat keras, dan tidak mudah terkelupas hanya dengan jari

tangan. Selain itu, permeabilitas lempung sangat rendah. Sifat khas yang dimiliki

oleh tanah lempung adalah dalam keadaan kering akan bersifat keras, dan jika

basah akan bersifat lunak plastis, dan kohesif, mengembang dan menyusut dengan

cepat, sehingga mempunyai perubahan volume yang besar dan itu terjadi karena

pengaruh air.

Sedangkan untuk jenis tanah lempung lunak mempunyai karakteristik yang

khusus diantaranya daya dukung yang rendah, kemampatan yang tinggi, indeks

plastisitas yang tinggi, kadar air yang relatif tinggi dan mempunyai gaya geser

yang kecil. Kondisi tanah seperti itu akan menimbulkan masalah jika dibangun

konstruksi diatasnya. Mineral lempung digolongkan berdasarkan susunan lapisan

oksida silikon dan oksida aluminium yang membentuk kristalnya. Tanah lempung

terdiri dari butir – butir yang sangat kecil ( < 0.002 mm) dan menunjukkan sifat –

sifat plastisitas.

Tanah butiran halus khususnya tanah lempung akan banyak dipengaruhi

oleh air. Sifat pengembangan tanah lempung yang dipadatkan akan lebih besar

pada lempung yang dipadatkan pada kering optimum daripada yang dipadatkan

pada basah optimum.


18

Lempung yang dipadatkan pada kering optimum relatif kekurangan air, oleh

karena itu lempung ini mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk

meresap air sebagai hasilnya adalah sifat mudah mengembang (Hardiyatmo,

1999). Partikel lempung dapat berbentuk seperti lembaran yang mempunyai

permukaan khusus. Karena itu, tanah lempung mempunyai sifat sangat

dipengaruhi oleh gaya-gaya permukaan.

1.4.4.1. Sifat-Sifat Tanah Lempung

Sifat-sifat yang dimiliki tanah lempung (Hardiyatmo, 1999) yaitu :

A. Ukuran butir halus, kurang dari 0,002 mm

B. Permeabilitas rendah

C. Kenaikan air kapiler tinggi

D. Bersifat sangat kohesif

E. Kadar kembang susut yang tinggi

F. Proses konsolidasi lambat.

Kebanyakan jenis tanah terdiri dari banyak campuran atau lebih dari satu

macam ukuran partikel. Tanah lempung belum tentu terdiri dari partikel lempung

saja, akan tetapi dapat bercampur butir-butiran ukuran lanau maupun pasir dan

mungkin juga terdapat campuran bahan organik.

1.4.4.2. Identifikasi Tanah Lempung

Menurut Chen (1975), cara-cara yang biasa digunakan untuk

mengidentifikasi tanah ekspansif dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu

identifikasi mineralogi, cara tidak langsung (single index method), cara langsung
19

A. Identifikasi mineralogi

Analisa Minerologi sangat berguna untuk mengidentifikasi potensi

kembang susut suatu tanah lempung. Identifikasi dilakukan dengan cara:

a. Difraksi sinar X (X-Ray Diffraction).

b. Difraksi sinar X (X-Ray Fluorescence)

c. Analisi Kimia (Chemical Analysis)

d. Mikroskop Elektron (Scanning Electron Microscope).

B. Cara tidak langsung (single index method)

Hasil uji sejumlah indeks dasar tanah dapat digunakan untuk

evaluasi berpotensi ekspansif atau tidak pada suatu contoh tanah. Uji

indeks dasar adalah uji batas-batas Atterberg, uji susut linier (linear

shrinkage test), uji mengembang bebas (free swell) dan uji kandungan

koloid (colloid content), metode klasifikasi (metode USBR), Activity

Method. Untuk melengkapi data dari contoh tanah yang digunakan dalam

penelitian ini, dilakukan beberapa pengujian pendahuluan. Pengujian

tersebut meliputi uji sifat-sifat fisis tanah.

C. Metode Pengukuran Langsung

Metode pengukuran terbaik adalah dengan pengukuran langsung

yaitu suatu cara untuk menentukan potensi pengembangan dan tekanan

pengembangan dari tanah ekspansif dengan menggunakan Oedometer

Terzaghi. Metode ini sering juga disebut constan volume method.


20

1.4.4.3 Mineral Lempung

Mineral lempung merupakan koloid dengan ukuran sangat kecil (kurang

dari 1 mikron). Masing-masing koloid terlihat seperti lempengan lempengan kecil

yang terdiri dari lembaran-lembaran kristal yang memiliki struktur atom yang

berulang (Prihatin, 2010). Pembesaran sangat tinggi dapat melihat mineral

lempung dapat berbentuk seperti serpih, serat dan bahkan tabung hampa.

Lempung dapat juga mengandung bahan lain seperti oksida besi (karat), silika dan

fragmen batuan.

Kotoran ini dapat mengubah karakteristik dari lempung.Ada juga beberapa

garam sulfat yang akan mengalami ekspansi jika mengalami perubahan

temperatur. Semakin sedikit mineral lempung dalam suatu tanah maka

kemungkinan mengembangnya akan semakin kecil.

Mineral lempung meliputi kaolin, haloisit (hauoysite), illit, vermikulit,

bentonit dan masih banyak lagi. Sumber utama dari mineral lempung adalah

pelapukan kimiawi dari batuan yang mengandung : felspar ortoklas, felspar

plagioklas dan mika (muskovit), dapat disebut sebagai silikat aluminium komples.

Mineral lempung dapat terbentuk dari hampir setiap jenis batuan selama terdapat

cukup banyak alkali dan tanah alkali untuk dapat membuat terjadinya reaksi kimia

(decomposition).

Mineral lempung adalah mineral sekunder yang terbentuk karena proses

pengerusakan atau pemecahan dikarenakan iklim dan alterasi air (hidrous

alteration) pada suatu batuan induk dan mineral yang terkandung dalam batuan

itu.Mineral yang membentuk lempung begitu halus sehingga sampai penemuan X-


21

ray analisis difraksi, mineral ini tidak secara khusus dikenal. Pembesaran sangat

tinggi dapat melihat mineral lempung dapat berbentuk seperti serpih, serat dan

bahkan tabung hampa.

Lempung dapat juga mengandung bahan lain seperti oksida besi (karat), silika

dan fragmen batuan.Kehadiran silika meningkatkan plastisitas lempung (yakni,

membuatnya lebih mudah untuk cetakan dan bentuk ke bentuk). Lempung

dikategorikan ke dalam enam kategori dalam industri. Kategori ini ball clay,

bentonit, lempung umum, api lempung, bumi penuh, dan kaolin. Sifat umum

mineral lempung memiliki karakteristik yang sama. Beberapa sifat umum mineral

lempung antara lain :

A. Hidrasi

Partikel lempung hampir selalu terhidrasi, yaitu dikelilingi oleh

lapisan-lapisan molekul air yang disebut “air teradsorbsi” (adsorbsed

water). Lapisan ini umumnya mempunyai tebal dua molekul dan disebut

lapisan difusi (diffuse layer), lapisan difusi ganda atau lapisan ganda.

Difusi “kation teradsorbsi” dari mineral lempung meluas keluar dari

permukaan lempung sampai ke lapisan air.

Lapisan air ini dapat hilang pada temperatur yang lebih tinggi dari

600C sampai 100 0C dan akan mengurangi plastisitas alamiah dari tanah.

Sebagian air ini juga dapat hilang cukup dengan pengeringan udara saja.

Apabila lapisan ganda mengalami dehidrasi pada temperatur

rendah, sifat plastisitasnya dapat dikembalikan lagi dengan mencampurnya

dengan air yang cukup dan dikeringkan selama 24 sampai 48 jam. Apabila
22

dehidrasi terjadi pada temperatur yang lebih tinggi, sifat plastisitasnya

akan turun atau berkurang untuk selamanya.

B. Aktivitas (A)

Hasil pengujian index properties dapat digunakan untuk

mengidentifikasi tanah ekspansif. Hardiyatmo (2006) merujuk pada

Skempton (1953) mendefinisikan aktivitas tanah lempung sebagai

perbandingan antara Indeks Plastisitas (IP) dengan prosentase butiran

yang lebih kecil dari 0,002 mm, yaitu partikel yang sifatnya bergantung

pada gaya permukaan dan bukan gaya gravitasi.

Bila ukuran butiran semakin kecil, maka luas permukaan butiran

semakin besar. Pada konsep Atterberg, jumlah air yang tertarik oleh

permukaan partikel tanah akan bergantung pada jumlah partikel

lempung yang ada di dalam tanah.

Berdasarkan alasan ini, Skempton (1953) mendefinisikan aktivitas

sebagai perbandingan antara indeks plastisitas dengan persen fraksi

ukuran lempung (yaitu persen dari berat butiran yang lebih kecil dari

0,002 mm atau 2 µm).Berikut merupakan rumus aktivitas :

𝑃𝐼
Aktivitas (A) =
c

Dimana: PI : Indeks Plastisitas


c : Presentase fraksi lempung <0.002

A >1,25 : Tanah bersifat aktif

0,75>A<1,25 : Tanah di golongkan normal

A< 0,75 : Tanah digolongkan tidak aktif


23

Ketebalan air mengelilingi butiran tanah lempung tergantung dari

macam mineralnya. Indikator aktivitas yang praktis lebih baik adalah batas

susut yaitu batas kadar air sebelum terjadi perubahan volume.

Tabel 1.8 Hubungan Mineral Lempung dengan Aktivita (Skempton,1953)


Activity Klasifikasi Mineral
<0,75 Tidak aktif Kaolinit
0,75-1,25 Normal Illite

>1,25 Aktif Montmorilonit

Aktivitas dalam kaitannya dengan perubahan volume merupakan

pertimbangan utama dalam mengevaluasi tanah yang akan dipakai dalam

pekerjaan tanah dan konstruksi. Ketebalan air mengelilingi butiran tanah

lempung tergantung dari macam mineralnya. Berikut hubungan aktivitas

dan kandungan mineral tanah lempung

a. Flokulasi dan Dispersi

Mineral lempung hampir selalu menghasilkan larutan tanah

sampai air yang bersifat alkalin (Ph > 7) sebagai akibat dari muatan

negatif netto pada satuan mineral. Akibat adanya muatan ini, ion-ion

H+ didalam air, gaya Van der Waals, dan partikel berukuran kecil

akan bersama-sama tertarik dan bersinggungan atau bertabrakan di

dalam larutan itu.

Beberapa partikel yang tertarik akan membentuk “flok” (floc)

yang berorientasi secara acak atau struktur yang berukuran lebih besar

yang akan mengendap didalam larutan itu dengan cepatnya dan

membentuk sedimen yang sangat lepas.


24

b. Pengaruh Zat cair

Fase air yang berada di dalam struktur tanah lempung adalah air

yang tidak murni secara kimiawi. Pada pengujian di laboratorium untuk

batas Atterberg, pemakaian air suling yang relatif bebas ion dapat

membuat hasil yang cukup berbeda dari apa yang didapatkan dari tanah

di lapangan dengan air yang telah terkontaminasi. Air yang berfungsi

sebagai penentu sifat plastisitas dari lempung.

Satu molekul air memiliki muatan positif dan muatan negative pada

ujung yang (dipolar). Fenomena hanya terjadi pada air yang molekulnya

dipolar dan tidak terjadi pada cairan yang tidak dipolar seperti karbon

tetrakolrida (CCl4) yang jika dicampur lempung tidak akan terjadi

apapun.

c. Sifat kembang susut (swelling potensial)

Plastisitas yang tinggi terjadi akibat adanya perubahan syistem

tanah dengan air yang mengakibatkan terganggunya keseimbangan gaya-

gaya didalam struktur tanah. Gaya tarik yang bekerja pada partikel yang

berdekatan yang terdiri dari gaya elektrostatis yang bergantung pada

komposisi mineral, serta gaya van der Walls yang bergantung pada jarak

antar permukaan partikel.

Partikel lempung pada umumnya berbentuk pelat pipih dengan

permukaan bermuatan likstik negatif dan ujung-ujungnya bermuatan

posistif. Muatan negatif ini diseimbangkan oleh kation air tanah yang

terikat pada permukaan pelat oleh suatu gaya listrik. Sistem gaya internal
25

kimia-listrik ini harus dalam keadaan seimbang antara gaya luar dan

hisapan matrik. Apabila susunan kimia air tanah berubah sebagai akibat

adanya perubahan komposisi maupun keluar masuknya air tanah,

keseimbangan gaya–gaya dan jarak antar partikel akan membentuk

keseimbangna baru.

Perubahan jarak antar partikel ini disebut sebagai proses kembang

susut. Tanah-tanah yang banyak mengandung lempung mengalami

perubahan volume ketika kadar air berubah. Perubahan itulah yang

membahayakan konstruksi bangunan. Tingkat pengembangan secara

umum bergantung pada beberapa faktor yaitu tipe dan jumlah mineral

yang ada di dalam tanah, kadar air, susunan tanah, konsentrasi garam

dalam air pori, sementasi, adanya bahan organik.

Anda mungkin juga menyukai