Anda di halaman 1dari 4

DISKUSI SEMINAR

IDENTIFIKASI KARAKTERSITIK TANAH LEMPUNG PADA JALAN


LINTAS TIMUR SUMATRA BERDASARKAN BATAS ATTERBERG DI
DESA TEGAL YOSO, KECAMATAN PURBOLINGGO, KABUPATEN
LAMPUNG TIMUR, PROVINSI LAMPUNG

Hari, Tanggal : Rabu, 20 Januari 2017


Pembicara : Oknis Puspitasari
No. Mahasiswa : 141101125
Jurusan : Teknik Geologi
Fakultas : Teknologi Mineral
Pembimbing : Nur Widi Astanto Agus T., S.T., M.T
Dosen Pembahas : Ir. Inti Widi Prasetyanto
Mahasiswa Pembahas : 1. Rindo Rizki Anto ( 141.101.137 )
2. Putri Ayu S.M.D ( 141.101.134 )
Notulen : Ermilawati Safitri ( 141.101.163 )
Mulai Seminar : 10.20 WIB
Selesai Seminar : 11.30 WIB

DISKUSI SEMINAR :
1. Mahasiswa pembahas 1 ( Rindo Rizki Anto)
SARAN :
 Ada beberapa format yang tidak sesuai dengan buku panduan pada halaman
judul
 Penomoran masih ada yang tidak sesuai dengan buku panduan seminar
 Keterangan dalam pengambilan sampel sebaiknya menggunakan LP daripada
nama desa
 Halaman 34, saringan 40 seharusnya Mesh ukuran 40
 Masih banyak bahasa asing yang belum di Italic
 Tabel 3.4 – 3.6, keterangannya salah, seharusnya keterangan “ batas
plastisitas” sedangkan di draft, masih mencantumkan “ batas cair”
PERTANYAAN :
 Apakah dalam penelitian tanahnya yang diambil bentuk tanah terganggu atau
tidak terganggu?
 Apa dasar anda menyimpulkan source nya tanah lempung berasal dari
batulempung?
 Apakah dengan mengetahui nilai aktivitas tersebut langsung mengetahui jenis
mineralnya ?
 Untuk nilai aktivitasnya apakah ada klasifikasinya ?
JAWAB :
 Pengambilan sampel di lapangan menggunkan tanah terganggu ( disturb )
karena prosedur pengujian sifat fisik tanah lebih efisien menggunakan tanah
terganggu, pengambilan sampel hanya membutuhkan alat berupa cangkul,
tanpa handboring. Pengambilan tanah menggunakan cangkul harus
memastikan kedalaman tanah berupa sedalam 15 cm untuk mengupas tanah
permukaan yang penuh unsur organik.
 Secara geologi regional daerah penelitian masuk kedalam formasi Terbanggi
yang terdiri dari batupasir dengan sisipan batulempung, adapun source
kemungkinan dari hasil residual pelapukan dari batulempung.
 Pengujian secara keteknikan yaitu secara tidak langsung belum bisa
memastikan secara pasti jenis mineralnya adapun keakuratan data dapat
menggunakan metode lain seperti uji mineralogi, sinar x-ray ataupun
menggunakan mikroskop elektron. Nilai aktivitas hanya sevagai penciri dari
keadaan prosentase kelulusan saringan dan nilai indeks plastisitas dari
lempung itu sendiri yang mencirikan kadar kuantitas dengan penciri mineral
pada umumnya.
 Nilai aktivitas menunjukan penciri jenis mineral menurut Skempton ( 1953)
dapat dilihat pada halaman 23.
2. Mahasiswa pembahas 2 ( Putri Ayu S.M.D)
SARAN :
 Untuk ukuran keterangan pada tabel masih ada yang ukuran 12
 Pada tabel di cantumkan jenis mineral berdasarkan nilai aktivitas, sebaiknya
di cantumkan
 Untuk mineral lempung, ditambahkan gambar mineral lempungnya

PERTANYAAN :
 Apa alasam mengambil penelitian di daerah Sumatra
 Hasil dari penelitian tersebut apabila untuk konstruksi, bagaimana?
 Dari hasil analisis atterberg pada desa Taman Fajar, mengapa seperti itu?
Apakah ada faktor lain yang mempengaruhi ?
JAWAB :
 Penelitian di lakukan di Sumatra khususnya di Lampung karena pada daerah
tersebut dengan keadaan geologi yang didominasi oleh material lempung dan
sering terjadinya kerusakan konstruksi khusunya jalan yang memicu timbul
pertanyaan mengenai penyebab dari kerusakan konstruksi tersebut apakah ada
hubungannya dengan keadaan geologi daerah tersebut dengan cara
menganalisis sampel tanah daerah setempat
 Pada hasil penelitian tersebut untuk konstruksi, lebih baik didirikan pada LP 1
dan LP 2 karena potensi mengemabang dari lempung masuk kedalam kriteria
rendah serta bisa meminimalisir pengeluaran yang lebih dibanding pada LP 1
yang memiliki potensi mengembang sedang
 Pada hasil analisis yang menunjukan bahwa pada LP 2 memiliki potensi
derajat mengembang lebih rendah, karena dari pengambilan sampel kondisi di
lapangan pada LP 2 berada di daerah yang lebih tinggi. Kemungkinan itu yang
mempengaruhi hasil analisis. Pada LP 3 kondisi pengambilan sampel berada
di daerah yang dekat dengan rawa dan setelah di analisis pada LP 3
menunjukan potensi mengembang yang tinggi dibanding LP 1 dan LP 2
3. DOSEN PEMBAHAS ( Ir. Inti Widi Prasetyanto )
 Pada draft, pada halaman 27 yaitu di peta lokasi, sebaiknya menggunakan LP,
tidak nama desa
 Pada halaman 51, pada tabel 1, mengapa tegal yoso? Padahal Tegal Yoso
pada LP , seharusnyadibuat unit, agar sesuai dengan peta lokasi
 Halaman 26 membuat peta daerah penelitian, pada draft nama daerahnya tidak
terbaca, sebaiknya ukuran peta di perbesar karena ini juga terkait dengan peta
regional
 Geologi regionalnya dibuat indeks petanya
 Apakah betul daerah penelitiannya masuk formasi Muara Enim ? atau hanya
Qpt (Terbangginya) ?
Jawab : kemungkinan source dari lempung yang berada di daerah penelitian
berasal dari formasi Terbanggi karena melihat umur dari formasi Terbanggi
yaitu kala Plestosen dan dari kondisi formasi, lempung merupakan sebagai
sisipan pada batupasir
 Peta lokasi, dibuat format petanya ( nama, skala, dll)
 Agar informatif peta dikasih keterangan
 Alangkah baiknya, sudara mencantumkan peta geologi daerah penelitian
 Dan peta lokasinya, dibuat pula peta geologi daerah penelitian
 Peta kesampaian daerah di perbesar ukuran gambarnya
 Dalam daftar pustaka (hal 57), harus ditulis semua nama pengarangnya, tidak
boleh dibuat dll. dan dibuat pada skalanya
 Apakah benar bakusurtanal penerbit peta geologi regionalnya? Bukannya
P3G? coba di cek kembali sumbernya!

Menyetujui,
Penyusun Dosen Pembahas

Oknis Puspitasari Ir. Inti Widi Prasetyanto


NIM : 141.110.125 NIK : 92.0364.449 E

Anda mungkin juga menyukai