Anda di halaman 1dari 4

52 Wahyuni Dwi dan Ida Fitrianingsih: Buletin Teknik Ardiana Pertanian Vol. 15, No.

2, 2010:Teknik 52-55 kultur jaringan tunas pepayaDwi Wahyuni Ardiana dan Ida Fitrianingsih: Teknik kultur jaringan tunas pepaya

53

menjadi beberapa stok dengan kode sebagai berikut: (A) Setelah berumur MENGGUNAKAN satu bulan, biji mulai berkecambah. TEKNIK KULTUR JARINGAN TUNAS PEPAYA DENGAN nitratos (NH NO 41,25 g dan KNO 47,5 g); (B) sulfatos KONSENTRASI Kecambah segera BEBERAPA IBAdipindahkan ke media multiplikasi tahap 4 3 3 (MgSO 7H O 9,25 g, ZnSO 7H O 0,2150 g, MnSO 4H O pertama. Kecambah dipotong pucuknya dan ditanam pada 4 2 4 2 4 2 0,5575 g, CuSO 5H O 0,0006 g); (C) holidos (CaCl 6H O 11 media MS + BAP 0,5 ppm. Setelah berumur satu bulan dilaku4 2 2 2 Dwi Wahyuni Ardiana dan Ida Fitrianingsih g, KI 0,0208 g, CoCl 6H O 0,0006 g); (D) P-B-Mo (KH PO kan subkultur pada media yang sama untuk memperoleh 2 2 2 4 4,25 g, H BO 0,155 g, NaMoO H adalah O 0,0063 g); (E) Fe-EDTA jumlah eksplan yang banyak. Pada subkultur tahap ke 4-5, Masing-masing Teknisi Litkayasa Nonkelas pada Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika 3 3 4 2 (FeSO 7H O 0,6950 g, NaEDTA 0,9325 g); (F) garam organik kecambah baru ditanam pada media perlakuan. Tunas yang Jalan Raya Solok-Aripan km 8, Kotak Pos 5, Solok 27301, Telp. (0755) 20137, Faks. (0755) 20592 4 2 E-mail : balitbu@litbang.deptan.go.id (tiamin-HCl 0,0025 g, asam nikotinat 0,0125 g, piridoksin-HCl ditanam mempunyai daun 3-6 helai dan panjang tunas lebih 0,0125 g, glisin 0,05 g); dan (G) mioinositol 2,5 g. Masingdari 2 cm. masing bahan kimia ditimbang lalu dilarutkan dalam 100 ml Parameter yang diamati dan diukur meliputi: akuades steril. Setelah semua bahan larut, volume dicukupepaya merupakan salah satu komoditas buah-buahan konsentrasi sitokinin dan auksin yang tinggi akan memacu 1. Persentase tumbuh akar, dihitung dengan rumus sebagai kan hingga 250 ml dengan menambahkan akuades steril lalu yang memiliki rasa manis, bergizi tinggi, dan menganpembentukan tunas (Drew 1986, 1988; Mondal et al. 1990; berikut: masing-masing diberi label nitratos, sulfatos, holidos, P-Bdung serat tinggi sehingga baik untuk kesehatan dan penReuveni et al. 1990). Beberapa jenis auksin yaitu IBA, NAA, MO, Fe-EDTA, garam organik, dan mioinositol sesuai jumlah berakar cernaan. Pepaya termasuk jenis tanaman poligamus yang dan pcPA dapat digunakan untukeksplan menginisiasi akar pada dengan kelompoknya. Untuk BAP ditimbang 100 mg dan terdiri atas tanaman jantan, hermaprodit, dan tanaman betina kultur pepaya secara in vitro . Untuk mendapatkan teknologi Persentase per satuan percobaan dilarutkan dengan NaOH 1 N. Setelah larut, volume dicukup(Agnew 1968). Hasil perkawinan antartanaman akan mengperbanyakan tumbuh akar pepaya = secara in vitro diperlukan x 100% teknik yang jumlah eksplan yang ditanam kan hingga mencapai 100 ml dengan menambahkan akuades hasilkan keturunan yang bersegregasi dengan proporsi lebih baik dan konsisten dalam lingkungan yang beragam. per satuan percobaan steril. Semua larutan stok disimpan dalam refrigerator. yang berbeda-beda. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui teknik kultur jaringan tunas pepaya dengan menggunakan beberapa 2. Panjang akar, diukur dari leher akar sampai ujung akar Umumnya pepaya diperbanyak melalui biji. Namun, konsentrasi IBA. Pembuatan Media dengan menggunakan kertas milimeter yang diletakkan perbanyakan pepaya melalui biji menghasilkan tanaman yang di bawah cawan petri. Planlet dikeluarkan dari botol dan belum diketahui jenis kelaminnya. Jika biji berasal dari Untuk membuat media, masing-masing larutan stok diambil diletakkan pada cawan petri, kemudian planlet diluruskan varietas yang belum stabil secara genetis maka akan terjadi BAHAN DAN METODE 10 ml/l lalu dimasukkan ke dalam gelas piala. Zat pemadat dengan bantuan pinset untuk diukur akarnya. Pengamatsegregasi yang cukup besar pada keturunannya karena berupa agar bubuk 8 g/l media dan gula pasir 50 g/l media an dilakukan di dalam LAFC. pepaya termasuk tanaman yang menyerbuk bebas. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan ditambah 800 ml akuades dimasak sampai mendidih, lalu ke 3. Letak tumbuh akar dan Buah kondisi kalus. (Balitbu Pertumbuhan akar Balai Penelitian Tanaman Tropika Tropika) Perbanyakan dengan menggunakan teknik kultur dalam larutan tersebut dimasukkan stok MS yang telahjaringdiamati secara visual tempat tumbuhpada bulan Oktober 2006dengan sampaicara Juli melihat 2007. Bahan yang an dapat menghasilkan tanaman yangdengan seragam. Drew (1986) disediakan dan ditambah IBA sesuai perlakuan, yaitu nya akar, yaitubuah padapepaya pangkal planlet ataupersilangan leher akar atau digunakan adalah hibrida hasil menyatakan bahwa perbanyakan beberapa genotipe pepaya 1 2 ppm, 4 ppm, dan 8 ppm kemudian volumenya dicukupkan di permukaan Kondisi kalus diamati secara 3-4 antara Scarlet dankalus. XX. Buah yang digunakan berumur secara in vitro pernah dilakukan di Queensland. Faktorliter dengan akuades. Selanjutnya, pH larutan diukur sampai kualitatif berdasarkan atau sedikitnya kalus yang bulan setelah bunga di- banyak selfing (dibungkus dengan kertas faktor yang memengaruhi inisiasi akar dan pertumbuhan 5,8. Penurunan dan peningkatan pH dilakukan dengan tumbuh, warna kalus, jenis kalus, dan tempat tumbuhnya minyak). Media yang digunakan adalah media Murashige kultur jaringan beberapa pepaya adalah garam mineral, auksin, gula, menambahkan tetes HCl 0,1N dan NaOH 0,1N. kalus pada pangkal batang atau akar. Skoog (MS) dengan penambahan IBA. suhu, dan cahaya. Pertumbuhan dan morfogenesis tanaman Media yang sudah siap dimasukkan ke dalam botol secara kultur jaringan dikendalikan oleh keseimbangan dan 4. Kondisi tanaman, dengan mengamati warna daun dan Alat yang digunakan adalah laminar air flow cabinet kultur masing-masing 33 ml atau satu liter media untuk 30 interaksi zat pengatur tumbuh (ZPT) dalam eksplan. besar kecilnya batang dari planlet (kevigorannya) secara (LAFC), autoklaf, oven, timbangan analitik, kertas lakmus, botol kultur, lalu ditutup dengan plastik dan diikat dengan visual dan kualitatif. gelas ukur, sendok kimia, gelas piala, botol kultur, Erlenmeyer, salah satu ZPT yang sering digukaret Auksin gelang. merupakan Sterilisasi media dilakukan dalam autoklaf pada cawan 5. Jumlah petri, tunas pinset, besar, pisau dihitung bedah, planlet lampuyang spiritus, panjangnya hand nakan dalam jaringan tanaman dengan15 dimasukkan ke tekanan 17,5 kultur psi dengan suhu 121C selama menit. Media sprayer lebih,dari pipet, 0,5 panci cm, diukur dan sendoknya, dari ujung kompor, titik tumbuh rak dorong, sampai dalam media tumbuh. Peran fisiologis auksin adalah yang telah disterilisasi diletakkan dalam ruang inkubasi serta pangkal rak kultur planlet. yang dilengkapi dengan lampu fluoresen mendorong pembelahan sel, diferensiasi selama satu pemanjangan minggu untuksel, melihat ada tidaknya media yang sebagai sumber jaringan xylem dan floem, serta pembentukan akar. Dalam terkontaminasi. 6. Jumlah tunas cahaya. kecil, dihitung planlet yang panjangnya kultur jaringan, auksin diperlukan untuk pembentukan kurang dari 0,5 cm, diukur tiga dari perlakuan, ujung titik yaitu: tumbuh sampai Percobaan menggunakan (1) MS klorofil, pertumbuhan kalus, suspensi sel morfogenesis akar pangkal planlet. + IBA 2 ppm, (2) MS + IBA 4 ppm, dan (3) MS + IBA 8 ppm. dan tunas. Auksin sintetisPenanaman terdiri atas indole 3 acetic acid Masing-masing perlakuan menggunakan 15 botol kultur dan (IAA), indole 3 butyric acid (IBA), 1-naphthaleneacetic setiap botol ditanami dua tunas pepaya. Percobaan diBuah pepaya dicuci dengan air mengalir kemudian dikeringHASIL DAN PEMBAHASAN acid (NAA), dan herbisida yang bersifat auksin (Wattimena laksanakan dengan tahapan seperti diuraikan berikut ini. anginkan. Setelah kering, buah dibawa ke ruang LAFC dan 1992). direndam dalam alkohol 70% selama 15 menit. Selanjutnya, Penambahan beberapa konsentrasi IBA pada media kultur akar dan tunas Biji pada perbanyakan buah Pembentukan dibelah dan diambil bijinya. diletakkan dalam cawan memberikan pengaruh Pembuatan yang berbeda Larutan terhadap Stok kultur tunas tanaman dipengaruhi oleh rasio konsentrasi auksin dan petri. Embrio yang terdapat dalam biji diambil dengan pepaya. Pengaruh beberapa konsentrasi IBA yang ditamMedia adalah media dasar MS sitokinin. Rasio konsentrasi auksin dan sitokinin yang tinggi menggunakan pinset dan pisau bedah lalu ditanam pada bahkanyang padadigunakan media kultur terhadap inisiasi akaryang dan mengandung hara makro dan mikro. Media dikelompokkan akan mendorong pembentukan akar, sedangkan rasio media MS selama 1 bulan. pertumbuhan akar tunas pepaya disajikan pada Tabel 1.

54
Tabel 1. Persentase tumbuh akar dan panjang akar pada kultur tunas pepaya secara kultur jaringan dengan penambahan beberapa konsentrasi IBA, Balitbu Tropika, Solok, 2007 Perlakuan Persentase Panjang akar Keterangan tumbuh akar (cm) MS + 2 ppm IBA 35 2- 7 Akar keluar dari pangkal planlet dan pada akar tumbuh sedikit kalus MS + 4 ppm IBA 25 1- 4 Akar keluar dari kalus yang tumbuh di pangkal planlet, jumlah kalus banyak, berwarna putih/ krem dan remah MS + 8 ppm IBA 20 0,5-5 Akar keluar dari kalus yang tumbuh di pangkal planlet, jumlah kalus banyak, berwarna putih/ krem dan remah

Dwi Wahyuni Ardiana dan Ida Fitrianingsih: Teknik kultur jaringan tunas pepaya

Tabel 2. Jumlah tunas dan keragaan planlet pada kultur tunas pepaya secara kultur jaringan dengan penambahan beberapa konsentrasi IBA, Balitbu Tropika, Solok, 2007 Perlakuan Jumlah Jumlah Kondisi tanaman tunas besar tunas kecil MS + 2 ppm IBA 2- 6 5- 7 Vigor, warna daun hijau tua MS + 4 ppm IBA 1 2 Agak vigor, warna daun agak pucat MS + 8 ppm IBA 1 6-11 Agak vigor, warna daun agak pucat

Menurut Drew et al. (1993), penambahan IBA 2 ppm menghasilkan persentase terbentuknya akar yang tinggi dan jumlah akar terbanyak bila dikombinasikan dengan riboflavin. Persentase terbentuknya akar tertinggi dan akar terpanjang diperoleh pada media MS yang ditambah IBA 2 ppm. Akar yang kecil dan pendek muncul dari pangkal planlet, dan kalus yang tumbuh jumlahnya relatif sedikit atau hampir tidak ada. Perlakuan penambahan IBA 4 dan 8 ppm menghasilkan kalus yang remah berwarna putih kemudian akar muncul dari atas kalus. Kondisi akar yang muncul dari atas kalus dan kalus yang berukuran besar menyebabkan kualitas planlet yang dihasilkan kurang baik. Apabila diaklimatisasi, biasanya kalus akan membusuk dan menyebabkan tanaman mati. Jumlah akar yang dihasilkan pada perlakuan penambahan IBA 4 dan 8 ppm lebih sedikit dan ukurannya lebih pendek. Menurut Badriah et al. (1998), pada kultur gladiol, pemberian IBA konsentrasi tinggi akan menghambat pemanjangan akar, sedangkan konsentrasi yang lebih rendah menghasilkan akar yang lebih panjang. Penambahan beberapa konsentrasi IBA pada media kultur berpengaruh terhadap jumlah tunas pepaya. Tabel 2 menunjukkan bahwa penambahan IBA 2 ppm menghasilkan tunas besar yang lebih banyak (2-6 tunas), sedangkan tunas kecil jumlahnya sedang. Tunas yang besar dan perakaran yang banyak menandakan planlet berkualitas baik dan dapat diaklimatisasi. Penambahan IBA 4 ppm tidak meningkatkan jumlah tunas. Hal ini kemungkinan disebabkan unsur hara dan ZPT yang ada dalam media digunakan untuk menghasilkan kalus. Penambahan IBA 8 ppm menghasilkan tunas

Gambar 1. Penampilan planlet hasil kultur jaringan tunas pepaya dengan beberapa perlakuan penambahan IBA; (a) dan (b) IBA 2 ppm, (c) IBA 8 ppm, dan (d) IBA 4 ppm, Balitbu Tropika, Solok, 2007

kecil dalam jumlah banyak, yaitu 6-11 tunas. Tunas yang berukuran kecil menyebabkan planlet tidak vigor dan belum layak diaklimatisasi. Penampilan planlet yang dihasilkan dari tunas yang ditanam pada media MS dengan penambahan IBA 2 ppm, 4 ppm, dan 8 ppm disajikan pada Gambar 1.

KESIMPULAN DAN SARAN Penambahan IBA 2 ppm pada media MS menghasilkan persentase tunas berakar tertinggi (35%), jumlah tunas besar terbanyak (2-6 tunas), dan planlet memiliki akar yang vigor. Penambahan IBA 4 dan 8 ppm pada media MS menghasilkan kalus yang besar dan remah seperti kapas.

Dwi Wahyuni Ardiana dan Ida Fitrianingsih: Teknik kultur jaringan tunas pepaya

55
Badriah, D.S., T.M. Nurita, dan T. Sutater. 1998. Tanggap dua kultivar gladiol terhadap zat pengatur tumbuh pada perbanyakan in vitro . Jurnal Hortikultura 8(2): 1048-1059. Drew, R.A. 1986. Growth of apical and lateral buds of papaw (Carica papaya L.) as affected by nutritional and hormonal factors. J. Hort. Sci. 61(4): 535-543. Drew, R.A. 1988. Rapid clonal propagation of papaya mature field grown trees. Hort. Sci. 23(3): 609-611. in vitro from

Untuk keberhasilan perbanyakan tunas pepaya secara kultur jaringan, hal utama yang harus diperhatikan adalah konsistensi dalam menghasilkan persentase tunas berakar yang tinggi dan akar harus berkualitas baik. Dengan kondisi seperti ini, bibit memiliki vigor yang baik bila ditanam di lapangan.

UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Agus Sutanto, M.Sc. dan Tri Budiyanti, SP yang telah memberi bimbingan dan kesempatan kepada penulis untuk memanfaatkan data hasil penelitian untuk penulisan artikel.

Drew, R.A., J.A. McComb, and J.A. Considine. 1993. Rhizogenesis and root growth of Carica papaya L. in vitro in relation to auxin sensitive phases and use of riboflavin. Plant Cell. Tissue Organ Cult. 33: 1-7. Mondal, M., S. Gupta, and B.B. Mukherjee. 1990. In vitro propagation of shoot buds of Carica papaya L. var. Honey Dew. Plant Cell Rep. 8: 609-612. Reuveni, O., D.R. Shlesinger, and U. Lavi. 1990. In vitro clonal propagation of dioecious Carica papaya . Plant Cell. Tissue Organ Cult. 20: 41-46. Wattimena, G.A. 1992. Bioteknologi Tanaman I. Pusat AntarUniversitas Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor.

DAFTAR PUSTAKA
Agnew, G.W. 1968. Growing quality papaws in Queensland. Queensland Agric. J. 94: 24-36.

Anda mungkin juga menyukai