Anda di halaman 1dari 2

Investor membuang tailing dan limbah tambang secara sembarang dan tidak

memperhatikan lingkungan

Pada saat pemrosesan dalam pertambangan akan menghasilkan tailing. Sebagai limbah sisa batuan
dalam tanah, tailing pasti memiliki kandungan logam lain ketika dibuang. Pada pertambangan skala
besar, tailing yang dihasilkan lebih banyak lagi. Bila tidak ditangani dan diproses dengan baik, tailing
akan memberikan dampak negative pada lingkungan sekitar.

link : http://www.kompasiana.com/wardhanahendra/tentang-tailing-newmont-nusa-tenggara-yang-
dibuang-ke-laut_56ce83b0949373cc0a76cfe7

Rusaknya sektor perairan di sekitar lingkungan tambang

Pada pertambangan batubar, perlu diketahui bahwa permukaan batubara yang mengandung pirit (besi
sulfide) bila berinteraksi dengan air akan menghasilkan Asam sulfat yang tinggi sehingga terbunuhnya
ikan-ikan di sungai, tumbuhan, dan biota air yang sensitive terhadap perubahan pH yang drastis.

Batubara yang mengandung uranium dalam konsentrasi rendah, torium, dan isotop radioaktif yang
terbentuk secara alami yang jika dibuang akan mengakibatkan kontaminasi radioaktif. Meskipun
senyawa-senyawa ini terkandung dalam konsentrasi rendah, namun akan memberi dampak signifikan
jika dibung ke lingkungan dalam jumlah yang besar. Emisi merkuri ke lingkungan terkonsentrasi karena
terus menerus berpindah melalui rantai makan dan dikonversi menjadi metilmerkuri, yang merupakan
senyawa berbahaya dan membahayakan manusia. Terutama ketika mengkonsumsi ikan dari air yang
terkontaminasi merkuri.

link : http://www.greenpeace.org/seasia/id/press/releases/Terungkap-Pertambangan-Batubara-
Meracuni-Air-di-Kalimantan-Selatan-dan-Melecehkan-Hukum---Indonesia/

Produksi batubara Indonesia kurang lebih 480 juta ton batubara/tahun, tetapi hanya
sebanyak 20% yang digunakan di dalam negeri dan itupun batubara berkalori rendah (<
6500 kkal/kg), sedangkan batubara berkalori tinggi (> 6500 kkal/kg) diekspor dengan
persentase ekspor sebesar 80%

Karakteristik batubara muda yang khas adalah kadar air tinggi dan kalorinya rendah. Selain
menyebabkan efisiensi pembakaran yang rendah, keadaan ini akan mengakibatkan biaya angkut per
kalorinya menjadi tinggi. Disamping itu, batubara jenis ini dalam kondisi kering juga mudah mengalami
swabakar. Oleh karena itu dari segi penanganan, misalnya pengangkutan jarak jauh maupun
penumpukan dalam jangka waktu lama di stock yard, batubara kualitas muda kurang memiliki nilai
ekonomis. Tapi oleh pemerintah, batubara jenis inilah yang paling sering dipakai di Indonesia.

link : http://bisnis.liputan6.com/read/463483/ekspor-batu-bara-kalori-rendah-akan-dilarang

Pencemaran akibat penggunaan bahan-bahan kimia dan keluarnya gas-gas/ uap-uap ke


udara pada proses pemurnian dan pengolahan

Di saat pertambangan memerlukan api untuk meleburkan bahan mentah,biasanya penambang tidak
memperhatikan asap yang di buang ke udara. Hal ini mengakibatkan rusaknya ozon. Asap tersebut juga
dapat menimbulkan penyakit-penyakit seperti sesak napas, bronchitis, asma, ISPA, dan bahkan radang
paru-paru. Selain penyakit/gangguan pada sistem pernapasan, penyakit kencing batu juga menjadi
gangguan kesehatan yang sering dijumpai di kawasan karst.

link : http://hevieratih.web.unej.ac.id/2015/09/14/kerusakan-lingkungan-akibat-penambangan-
batu-kapur/

Anda mungkin juga menyukai