2.1.2 Naftalena
Naftalena adalah hidrokarbon kristalin aromatik berbentuk padatan berwarna
putih dengan rumus molekul C10H8 dan berbentuk dua cincin benzena yang bersatu.
Senyawa ini bersifat volatil, mudah menguap walau dalam bentuk padatan. Uap yang
dihasilkan bersifat mudah terbakar. Naftalena paling banyak dihasilkan dari destilasi
tar batu bara, dan sedikit dari sisa fraksionasi minyak bumi. Sifat fisika lain dari
naftalena yaitu massa molar sebesar 125,17 g/mol dengan kepadatan sebesar 1,14
g/cm3. Naftalena dapat larut dalam air sekitar 30 mg/L dan titik didih serta titik
leburnya adalah sebesar 218 oC dan 80,26 oC (Sciencelab, 2014).
2.1.3 Aquades
Aquades disebut juga Aqua Purificata (air murni) H2O dengan. Air murni
adalah air yang dimurnikan dari destilasi. Satu molekul air memiliki dua hidrogen
atom kovalen terikat untuk satu oksigen. Aquades merupakan cairan yang jernih,
tidak berwarna dan tidak berbau. Aquades juga memiliki berat molekul sebesar 18,0
g/mol dan PH antara 5-7. Rumus kimia dari aquades yaitu H2O. Titik didih aquades
sebesar 1000C dan titik bekunya sebesar 00C. Ionisasi aquades menghasilkan ion
H3O+ dan ion OH- (Sarjoni, 2003).
Aquades ini memiliki allotrop berupa es dan uap. Senyawa ini tidak berwarna,
tidak berbau dan tidak meiliki rasa. Aquasdes merupakan elektrolit lemah. Air
dihasilkan dari pengoksidasian hidrogen dan banyak digunakan sebagai bahan pelarut
bagi kebanyakan senyawa dan sumber listrik (Sarjoni, 2003).
∆ Tf = ∆ Tfo - Tf = Kf ∆ m……………………………………(5)
Kf adalah tetapan positif yang hanya bergantung pada sifat pelarut. Gejala penurunan
titik beku menyebabkan kenyataan bahwa air laut yang mengandung garam terlarut
memiliki titik beku yang lebih rendah daripada air segar. Larutan garam pekat
memiliki titik beku yang lebih rendah lagi. Pengukuran titik beku seperti halnya
peningkatan titik didih yang dapat digunakan untuk menentukan massa molar zat
yang tidak diketahui. Jika suatu zat berdisosiasi dalam larutan maka molalitas total
semua spesies yang ada (ionik atau netral) harus digunakan dalam perhitungan
(Norman, 2001).
Hasil
3.2.3 Penentuan Berat Molekul Zat X
Zat X
Hasil
4.1.3 Pengukuran Titik Beku Asam Asetat Glasial Setelah Penambahan Naftalen
dan Zat X
Suhu awal = 27 oC
Menit ke- Temperatur (oC)
1 17
2 14
3 13
4 12,5
5 12,5
4.2 Pembahasan
Percobaan kali ini adalah penentuan titik beku larutan. Larutan mempunyai
sifat-sifat yang berbeda dari pelarutnya. Salah satu sifat penting dari suatu larutan
adalah penurunan titik beku. Titik beku adalah temperatur tetap dimana suatu zat
tepat mengalami perubahan wujud dari cair ke padat. Setiap zat yang mengalami
pembekuan memiliki tekanan 1 atm. Penambahan zat terlarut nonvolatil ke dalam
suatu pelarut menyebabkan terjadinya penurunan titik beku. Bahan yang dipakai
dalam percobaan ini adalah asam cuka glasial, naftalen dan zat X yang akan dicari
berat molekulnya. Larutan mempunyai sifat-sifat yang berbeda dari pelarutnya.
Keberadaan partikel-partikel zat pelarut mengalami proses pengaturan molekul-
molekul dalam pembentukan susunan kristal padat, sehingga diperlukan suhu yang
lebih rendah untuk mencapai susunan kristal padat dari fasa cairnya. Hal ini lah yang
menyebabkan terjadinya penurunan titik beku suatu larutan yang keadaannya
ditambahkan zat terlarut.
Titik beku merupakan salah satu sifat koligatif larutan selain tekanan uap, titik
didih, dan tekanan osmosis. Sifat koligatif ini berbanding lurus dengan banyaknya
partikel yang ada dalam larutan atau konsentrasi. Banyaknya partikel yang ada dalam
larutan untuk menentukan penurunan titik didih larutan umumnya menggunakan
satuan molalitas. Molalitas yaitu banyaknya zat terlarut dalam 1 kg pelarut. Oleh
karena itu, selisih daru titik beku larutan juga akan berbanding lurus dengan
banyaknya partikel dalam larutan.
Percobaan kali ini diawali dengan melakukan pengukuran titik beku larutan..
langkah pertama yang dilakukan yaitu menghancurkan es batu dan memasukkannya
ke dalam bealer gelas besar yang sudah diberi garam. Penambahan garam ini
berfungsi untuk menurunkan titik beku es jadi es tidak akan membeku pada suhu 0 oC.
Fungsi dari menurunkan titik beku es yaitu agar es tidak cepat meleleh dan mengatasi
pengukuran titik beku larutan yang akan diuji apabila penurunan suhunya melewati
0oC. Beaker glass berfungsi untuk mencegah agar proses pendinginan berjalan terlalu
cepat. Garam yang digunakan adalah garam dapur yang strukturnya kristalnya kasar
bukan yang halus. Meskipun masih banyak zat atau bahan yang dapat digunakan
untuk menurunkan suhu es, namun garam lebih dipilih karena mudahnya garam
diperoleh dan harganya relatif murah. Selanjutnya dimasukkan sebuah beaker gelas
yang lebih kecil. Selanjutnya diambil 20 mL larutan asam asetat glasial yang sudah
diukur suhu awalnya. Kemudian setiap satu menit suhu asam asetat glasial diukur dan
dihentikan ketika sudah didapatkan suhu yang konstan dan semua bagian zat sudah
menjadi padat. Data perubahan titik beku asam asetat glasial pada setiap waktu akan
disajikan dalam bentuk grafik seperti di bawah ini:
15
Suhu (C)
10
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Waktu (Menit)
Berdasarkan grafik tersebut, titik beku asam asetat glasial adalah 16 oC. Menurut
literatur, suhu asam asetat glasial adalah 16,7 oC. Jadi hasil percobaan ini tidak terlalu
menyimpang dari literatur.
Percobaan selanjutnya dilakukan langkah yang sama seperti di atas. Bedanya
yaitu asam asetat glasial yang sudah membeku dicairkan kembali. Ketika asam asetat
glasial sudah cair, ditambahkan sebanyak 2 gram naftalen. Data yang diperoleh dari
percobaan akan disajikan dalam bentuk grafik seperti di bawah ini:
Grafik Penurunan Titik Beku CH3COOH
Setelah Penambahan Naftalen
20
15
Suhu (C)
10
5
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Waktu (Menit)
Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa penurunan titik beku asam asetat glasial
adalah 14 oC setelah ditambahkan dengan naftalen. Penambahan naftalen ini dapat
menurunkan titik beku asam asetat glasial. Penurunan ini diakibatkan oleh adanya
partikel naftalen yang menghalangi interaksi molekul asam asetat glasial untuk
menjadi padat. Naftalen melemahkan interaksi molekul antar molekul dalam asam
asetat sehingga asam asetat terganggu dan suhu yang digunakan untuk membeku
menjadi semakin kecil. Dengan demikian, titik beku larutan asam asetat glasial akan
menurun setelah terjadi penambahan naftalen. Berdasarkan perhitungan nilai Kf dari
asam asetat glasial sebesar 2,68 gK/mol. Hasil pengamatan tentang penurunan titik
beku larutan, diperoleh titik beku asam asetat glasial atau asam cuka ini adalah 2K,
dan Kf dari asam asetat glasial itu sendiri adalah 2,68 gK/mol. Harga Kf asam asetat
glasial yang diperoleh pada praktikum kali ini sedikit berbeda dengan Kf asam asetat
secara teori, dimana harga Kf asam asetat secara teori adalah 3,9 KKg/mol.
Percobaan terakhir digunakan untuk menentukan berat molekul dari zat X.
Langkah yang dilakukan dalam percobaan sama dengan perlakuan penambahan
naftalen. Bahan yang digunakan adalah asam asetat dan naftalen yang sudah
membeku dicairkan kembali dan ditambahkan dengan 2 gram zat X. Data yang
diperoleh disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
Grafik Penurunan Titik Beku CH3COOH
Setelah Penambahan Zat X
20
15
Suhu (C)
10
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
Waktu (Menit)
Berdasarkan grafik di atas dapat dijelaskan bahwa pada menit pertama suhu larutan
17 oC dan suhu konstan diperoleh sekitar 12,5 oC. Penambahan zat kembali ke dalam
larutan asam asetat glasial yang bercampur dengan naftalena membuat titik beku
larutan ini menjadi lebih rendah. Hasil ini sesuai dengan teori yang ada dimana
semakin banyak zat yang terlarut dalam suatu larutan maka semakin menurun titik
beku larutannya.
Penentuan berat molekul zat X dilakukan dengan cara menggunakan data
perubahan titik beku di atas dan menggunakan rumus seperti di bawah ini:
∆ Tf =
1000 × Kf
w
×
{( ) (
w zat x
Mr zat x
+
w naftalen
Mr nafatalen )}
Berdasarkan hasil perhitungan, berat molekul zat X yang diperoleh yaitu 72,99 g/mol.
Hasil ini jauh berbeda dengan literatur, sebab zat X yang digunakan adalah NaCl
yang memiliki berat molekul 58,5g/mol. Perbedaan ini bisa saja disebabkan oleh
human error ataupun dari bahan yang digunakan mungkin telah terkontaminasi,
sehingga sulit didapat hasil yang sesuai dengan literatur.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum penentuan titik beku larutan ini
antara lain:
- Nilai Kf larutan asam asetat glasial yang diperoleh pada percobaan ini adalah
2,68 g.K/mol.
- Berat molekul zat X yang digunakan dalam percobaan ini yaitu 72,99 g/mol.
5.2 Saran
Saran untuk praktikum penentuan titik beku larutan ini antara lain:
- Sebaiknya beaker gelas yang digunakan untuk tempat es batu berukuran lebih
besar lagi agar mudah mengisi dan mengatur es batu yang digunakan.
- Sebaiknya penambahan es batu pada setiap percobaan dibuat konstan agar
temperatur yang dihasilkan sesuai dengan harapan.
- Sebaiknya pembacaan termometer dilakukan lebih teliti lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin. 1993. Diktat Kuliah: Kimia Dasar I (Kimia Anorganik). Banjarbaru: Pustaka.
Brady, James.E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Bina Rupa
Aksara.
Brady, James.E. 2003. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Bina Rupa
Aksara.
Kusmawati, T.M. 1999. Sains Kimia. Jakarta: Bumi Aksara.
Material Safety Data Sheet. 2014. MSDS Asam Asetat [serial online].
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9922769 [diakses tanggal 15
September 2014 pukul 13.52 WIB].
Material Safety Data Sheet. 2014. MSDS Naftalen [serial online].
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927671 [diakses tanggal 15
September 2014 pukul 13.57 WIB].
Material Safety Data Sheet. 2014. MSDS Natrium Klorida [serial online].
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927593 [diakses tanggal 15
September 2014 pukul 14.00].
Norman. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern. Jakarta: Erlangga.
Oxtoby, David W. 2001. Kimia Dasar, Prinsip dan Terapan Kimia Modern. Jakarta:
Erlangga.
Petrucci, Ralph M., 1987. Kimia Dasar Edisi Keempat Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Reis. 1999. Sifat-Sifat Gas dan Zat Cair. Jakarta: Gramedia.
Sarjoni, 2003. Kamus Kimia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Syukri. 1999. Kimia Dasar Jilid 1. Bandung: ITB.
Tim Kimia Fisika. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Fisik II. Jember:
Laboratorium Kimia Fisika Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Jember.
LAMPIRAN
g
w asamcuka =¿ 1,049 x 20 mL
mL
w asamcuka =20,98 g
Sehingga:
g
20,98 g ×128 ×2K
mol
Kf =
1000× 2 g
g
Kf =2,68 K
mol
∆ T f total=1,5 K
∆ Tf =
1000 × K f
w
×
w zat x
Mr zat x{( ) (
+
wnaftalen
Mr nafatalen )}
g
1000× 2,68 K
{ )}
mol 2g
1,5 K =
20,98 g
×
Mr zat x
+
( ) ( 1282 gg
mol
2g 2g
1,5 K =127,74 ×
( Mr zat X
+
128
g
mol )
1.5 K = 127.74 x ( Mr2 zat X
−
2
128 )
1.5 K = ( 255,48
Mr
−
255,48
128 )
zat X
255,48
1.5 K = - 2,00
Mr zat X
3.5 X Mr zat X = 255,48
Mr zat X = 72,99 gr/mol